Contoh Studi Kasus Bimbingan dan

Contoh Studi Kasus Bimbingan
dan Konseling
Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT
A. DESKRIPSI KASUS

L

ia (bukan nama sebenarnya) adalah siswa kelas I SMU Favorit Salatiga yang barusan

naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
pedalaman + 17 km di luar kota Salatiga, sebagai anak pertama semula orang tuanya
berkeberatan setamat SLTP anaknya melanjutkan ke SMU di Salatiga; orang tua sebetulnya
berharap agar anaknya tidak perlu susah-sudah melanjutkan sekolah ke kota, tapi atas bujukan
wali kelas anaknya saat pengambilan STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan
sekolah. Pertimbangan wali kelasnya karena Lia terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain
sehingga wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU favorit di satu fihak
Lia bangga sebagai anak desa toh bisa diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan temantemannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda
dengan latar belakang Lia. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai
orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja,
dan sombong. Makin lama perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan mulai
timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar

malu dengan orang tua dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak ada/punya teman
yang peduli. Dasar saya anak desa, anak miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya
pada diri sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut
bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan
perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
B. MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional, manusia terlahir dengan kecenderungan yang luar biasa kuatnya
berkeinginan dan mendesak agar supaya segala sesuatu terjadi demi yang terbaik bagi
kehidupannya dan sama sekali menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak
segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal
yang manunusiawi) seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar biasa besar
mampu mencapai dan memelihara tingkah laku yang realistis dan dewasa; selain itu manusia
juga mempunyai kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang
justru menyebabkan emosinya tidak sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan

cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang diperolehnya. Berpikir dan merasa
itu sangat dekat dan dengan satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya;
Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam
tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah

dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang kuat untuk mempertahankan diri dan
memuaskan diri sekalipun irasional.
Ciri-ciri irasional seseorang tak dapat dibuktikan kebenarannya, memainkan peranan Tuhan apa
saja yang dimui harus terjadi, mengontrol dunia, dan jika tidak dapat melakukannya dianggap
goblok dan tak berguna; menumbuhkan perasaan tidak nyaman (seperti kecemasan) yang
sebenarnya tak perlu, tak terlalu jelek/memalukan namun dibiarkan terus berlangsung, dan
menghalangi seseorang kembai ke kejadian awal dan mengubahnya. Bahkan akhirnya
menimbulkan perasaan tak berdaya pada diri yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pikiran/perasaan
irasional tersebut misalnya : semua orang dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada
yang tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya. Itu berarti salah saya, karena
saya tak berharga, tak seperti orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena
semuanya itu.
Sehubungan dengan kasus, Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah
karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional; ia telah menempatkan harga diri
pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung,
peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya
menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia
telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah
terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan
akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

C. TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Jika pemikiran Lia yang tidak logis / realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya
terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan
konseling adalah memerangi pemikiran irasional Lia yang melatar-belakangi ketakutan /
kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam
konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil Lia, mengajak berdiskusi dan
konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional / logis
dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan
menerapkan prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibliografi terapi.
Konseling kognitif : untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir irasional
tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih
bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung
dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri
menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang
benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai
dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung,
tetapi pada kasih Allah dan perwujudanNya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga

dihadiratNya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadangkadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga
wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50%

netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua / setiap
orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan
pendekatan ilmiah.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan teknik
penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain peran, dan pelepasan
beban agar Lia melepaskan pikiran dan perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya
dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavioritas
digunakan untuk mengubah perilaku yang negatif dengan merobah akar-akar keyakinan Lia yang
irasional/tak logis kontrak reinforcemen, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
D.
PENUTUP
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai
oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti,
makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri,
yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang
tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan
bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor
selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali
kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran
dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan

berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk
berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
1.
2.
3.
4.

Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli.
Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli.
Kesegaran hasil yang dicapai.
Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya
sendiri kalah.

Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah
berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut : (1) mengakui sepenuhnya bahwa kita
sebagian besar bertanggungjawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri; (2) menerima
pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara
berarti; (3) menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaankepercayaan tidak rasional ; (4) mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini; (5)
menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani
cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan

perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan (6)
mempraktekkan metode-metode RET untuk menghilangkan atau merubah konsekuensikonsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini.
SUMBER

 Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana
Semarang.
 Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan
Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
 Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
 Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK,
Jakarta
 Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta.

makalah studi kasus pendidikan
Jumat, 10 Mei 2013
Studi Kasus Pendidikan

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................................................... .......................


i

DAFTAR ISI ........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

1

1. Latar Belakang ................................................................................................

1

2. Rumusan Masalah............................................................................................

1

3. Tujuan Penulisan..............................................................................................


1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

2

A. Identifkasi Kasus ...........................................................................................

2

B. Data Berdasarkan Hasil Problem .....................................................................

3

C. Data Berdasarkan Wawancara.........................................................................

5

D. Solusi Untuk Siswa ..........................................................................................


5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… ............

11

Kesimpulan...........................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

13

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Profesi

Kependidikan yang terdiri dari berbagai sumber yang berisikan mengenai Studi

Kasus.
Dengan dibuatnya tugas makalah Profesi Kependidikan ini kami berharap
dapat bermanfaat untuk para mahasiswa dan membantu para mahasiswa dalam
memahami. Dalam pembuatan tugas makalah Profesi Kependidikan ini, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dan Ahmad Lubias,S.Pd atas bantuan

dan bimbingannya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah Profesi Kependidikan ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca akan kami terima dengan rasa syukur. Selamat membaca.

Palembang, Mei 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.


Latar Belakang
Studi kasus, seperti yang dirumuskan Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah
metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada
pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa
kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang
ditelitinya.

Studi kasus merusuatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. (Yin, 2008:18)
Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi kedalam tiga tipe yakni studi
kasus eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada
jenis dan tujuan dari pertanyaan penelitian.
Lebih lanjut, K. Yin Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk
mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa
kehidupan nyata seperti sirklus kehidupan nyata. Penjelasan ini menjadi landasan
bahwa studi kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif dimana adanya latar
alamiah.

2.

Rumusan Masalah

1.

Apa saja data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakn untuk
mengetahui masalah pada siswa?

2.

Bagaimanakah Cara mengatasi siswa yang bermasalah dalam belajar?

3.

Tujuan
Untuk menentukan siswa yang mendapat masalah belajar dan yang memerlukan
bantuan atau penanganan untuk meningkatkan motivasi atau hasil belajarnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI KASUS

Identifkasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik
yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini,
dilakukan identifkasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi kasus. Dalam
langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti analisis
raport,

analisis

dokumentasi,

wawancara

dengan

konselor,

sosiometri

atau

instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
 Berdasarkan data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakan dapat
diperoleh data sebagai berikut:

Data Berdasarkan Angket
Identifkasi Kasus
1. Nama

: Latifa

2. Tempat dan tanggal lahir

: Palembang, 10 April 1999

3. Jenis Kelamin

: Perempuan

4. Agama

: Islam

5. Suku Bangsa

: Dusun

6. Alamat

: Jl. Swadaya Murni

7. Jumlah saudara kandung

: 8 Saudara

 jumlah saudara laki-laki

: 3 (Tiga)

 jumlah saudara perempuan

: 5 (Lima)

8.

: 5 (Lima)

Anak ke9. Hobby

: Masak

10.Status
11. Cita-cita

: Anak kandung
: menjadi Koki/Chef

Identifkasi Orang tua (Aaahd

1. Nama Ayah

: Haikal

2. Pendidikan terakhir

: SD

3. Agama

: Islam

4. Pekerjaan

: Buruh

5. Alamat

: Jl. Swadaya Murni

Identitas Orang Tua (Ibud
1.

Nama Ibu

: Isa

2.

Pendidikan terakhir

: SD

3.

Agama

: Islam

4.

Pekerjaan

5.

Alamat

: Ibu Rumah tangga
: Jl. Swadaya Murni

Riwaaat Hidup

B.

1. Tahun lulus SD

: 2011/2012

2. Tahun Lulus

: Masa Proses Belajar

Data Berdasarkan Hasil Problem
Dari data checklist, didapatkan data sebagai berikut:

A. Kesehatan
 Pernah menderita sakit
 Sering Merasakan Pening
B.

Keadaan Hidup (KEHIDUPANd

 Kurang senang dengan tingkah laku orang rumah
 Saya tidak puas dengan keadaan saya sekarang
 Saya sudah tidak punya ayah
 Saya sudah tidak punya ibu
 Dirumah merasa tidak disenangi
C.

Keadaan Di Rumah

 Di rumah merasa diabaikan
 Merasa tidak betah di rumah
 Merasa kurang puas dengan kehidupan sekarang
 Sering berdusta
 Sering tidak mengakui kesalahan
 Sering tidak jujur
 Keinginan untuk berekreasi sering terhalang
 Gemar nonton flm/band
 Ingin belajar menyanyi
 Sering bertengkar dengan saudara
D. Hubungan Sosial
 Merasa tidak disenangi kawan
 Sukar menyesuaikan diri
 Bersifat pemalu
 Mudah tersinggung
 Ada sifat marah
E.

Cita-cita

 Kurangnya Dukungan dari orang tua/ Motivasi
F.

Sekolah dan Pengajaran

 Ingin mengetahui bakat dan kemampuan yang sebenarnya
 Susah memahami pelajaran yang saya pelajari
 Sulit memulai untuk belajar
 Dalam belajar lekas merasa lelah

 Malas belajar
 Ada pelajaran sehari-hari yang berat
 Sulit memahami sendiri isi buku
 Sering merasa gugup saat dapat giliran
 Sukar mengerjakan tugas guru
 Bercinta adalah bagian dari hidup saya
G. Asmara
 Sering terganggu oleh rasa cemburu
 Saya mulai tertarik pada salah satu teman
 Saya pernah patah hati dalam bercinta
 Berkhayal tentang addegan diflm

C. Data Berdasarkan Wawancara
Setelah pengisian angket maka diadakan wawancara kepada klien yang
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari siswa. Dari hasil
wawancara diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Orang tua/wali murid kurang peduli
2. Jarang berkomunikasi dengan orang tua/wali murid
3. Tidak ada uang saku
4. Ada teman di kelas yang kurang disukai
5. Merasa tidak betah di rumah
6. Teman sebangkunya sebagai tempat curhatnya.
7.

Sering merasa gugup saat dapat giliran

8.

Susah memahami pelajaran yang saya pelajari

9.

Malas belajar

10. Saya mulai tertarik pada salah satu teman
11. Saya pernah patah hati dalam bercinta
12. Sukar menyesuaikan diri
13.Kurang suka dengan salah satu guru karena guru tersebut mengadakan
ulangan mendadak dan dianggap kurang memahami kondisi siswa.

Hasil Observasi
Dari hasil observasi di dalam kelas dapat diidentifkasi permasalahan sebagai
berikut:
1.

Siswa kasus sering bingung ketika pelajaran sedang berlangsung.

2.

Siswa kasus kurang bersemangat, sering merasa bosan pada waktu pelajaran di
kelas.

D. Solusi Untuk siswa
Dari masalah-masalah yang diperolah saat diwawancara dan problem yang
dialami siswa yaitu Orang tua/wali murid kurang peduli, Jarang berkomunikasi
dengan orang tua/wali murid, Tidak ada uang saku, Ada teman di kelas yang kurang
disukai, Merasa tidak betah di rumah, Teman sebangkunya sebagai tempat
curhatnya, Sering merasa gugup saat dapat giliran, Susah memahami pelajaran
yang saya pelajari, Malas belajar, Saya mulai tertarik pada salah satu teman, Saya
pernah patah hati dalam bercinta, Sukar menyesuaikan diri, Kurang suka dengan
salah satu guru karena guru tersebut mengadakan ulangan mendadak dan
dianggap kurang memahami kondisi siswa.
Data

yang

didapat

dari

masalah-masalah

siswa

di

atas,

kita

dapat

menyimpulkan bahwa siswa termasuk yang sulit dalam menyerap pelajaran dan
malasnya siswa dalam belajar.

 Mengatasi Anak Malas Belajar
Anak malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum orang tua. Kasus
yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia
sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa

mengulang kembali

pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah.
 Malas
Malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak
bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tidak suka, tak bernafsu untuk
belajar
( Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)
Jika anak - anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar
dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa
mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya karena bagi
mereka tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan
kegiatan bermain, jelas - jelas kegiatan bermain menarik buat anak - anak, dan
keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang
dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan)
 Sebab :
 Faktor Intrinsik (dalam diri anak sendiri)


Kurangnya waktu yang disediakan untuk bermain



kelelahan dalam beraktiftas (misal, terlalu banyak bermain)



sedang sakit



sedang sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)

 Faktor ekstrinsik



Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya.
Banyak orang tua ynag menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan
atas dasar kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak
untuk les ini itu, dst.




Sedang punya masalah di rumah
Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan
dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).



Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang
belajar khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat
tulis, buku, dll)



Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang
berantakan ataupun kondisi udara ynag pengap. selain itu tersedianya fasilitas
permainan ynag berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak,
mulai dari radio, tape, VCD, DVD, atau komputer dan Plays Stations.

 Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :
Mencari sebab anak menjadi malas adalah langkah pertama. Saran berikutnya
antara lain :
1.

Berikan Motivasi Belajar atau dorongan pada anak
Mulailah memberikan motivasi atau dorngan pada anak untuk belajar dan
usahakan melalui angka-angka kenaikan kelas dan ujian-ujian. Hingga dimanakah
cara-cara seperti itu mampu memupuk minat yang berkepanjangan terhadap
pelajaran.

2.

Melakukan pendekatan pada anak
Orang tua lebih mengusahakan agar bahan pelajaran itu sendiri mempunyai
nilai intrinsic, yang mengandung nilai atau makna nagi remaja. Dan kita berusaha
agar dalam proses belajar mengajar para siswa turut terlibat secara aktif.Untuk itu
dikembangkan atau digunakan pendekatan yang memberikan kesempatan kepada

mereka untuk menentukan sendiri. Pendekatan semacam itu kita kenal sebagai
pendekatan ketrampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri.
3.

Menanamkan pengertian aang benar tentang belajar pada anak sejak
dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, menumbuhkan inisiatif belajar
pada anak, menumbuhkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada
anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.

4.

Berikan contoh belajar pada anak.
Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Ketika menyuruh dan mengawasi
anak belajar, orang tua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku).
Sesekali ayah dan ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik - topik serius

3.

Berikan insentif jika anak belajar.
Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa
juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa
mesti disuruh

4.

Sering mengajukan pertanaaan tentang hal-hal aang diajarkan di
sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari
mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan
menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan
rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama
deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk samasama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh
orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya. Mengajarkan kepada anak
pelajaran-pelajaran dengan metode tertentu yang sesuai dengan kemampuan anak.
Misalnya active learning atau learning by doing, atau learning through playing,
sehingga anak merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan.

5.

Komunikasi
Hendaklah orang tua membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna
memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi

dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya.
Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar.
Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur,
berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak
bisa membuka permasalahan dirinya.
6.

Menciptakan disiplin.
Jadikan belajar sebagai rutinitas yang pasti.

7.

Menegakkan kedisiplinan.
Setelah point 6, Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak
mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan
pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fsik (menjewer,
menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis
yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.

8.

Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin
sehabis mandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu
belajarnya.

9.

Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian susunlah
suatu

jadwal belajar aang sesuai.

dalam hal ini IQ, EQ, kemampuan

konsentrasi ,daya serap dll.
10.

Menciptakan suasana belajar aang baik dan naaman.
Setidaknya orangtua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian
dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan
orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar
suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.

11.

Menghibur dan memberikan solusi aang baik dan bijaksana pada anak.
Dalam hal ini jika anak sakit/sedih.
Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang
dilanda malas belajat adalah



Orangtua

harus

menyadari

sisi

positif

sang

anak.

Galilah sisi positif anak agar anak menyadari dirinya sendiri untuk mengatasi
masalahnya. Pernah nggak sih kamu menghadapi PR yang sangat sulit, tapi
akhirnya bisa mengatasinya? Ajak anak untuk mengingat ingat, dan kemudian
bercerita. Begitu anak mengingat momen itu, gali lebih jauh. PR apa itu, apa saja
kesulitannya, bagaimana dia mengatasinya, dan seterusnya.

Anak akhirnya tersadar bahwa dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitannya itu, karena
dia memiliki sisi positif tertentu. Sisi itu bergantung dari sang anak. Bisa saja karena
kesabaran, keuletan, usaha dia untuk bertanya kepada teman, dan sebagainya.
Perkuat keyakinan anak, atau sadarkan anak. Misalnya dengan mengatakan: Nah,
kamu pernah mengalami hal yang seperti ini, dan berarti kamu bisa mengatasinya
 Gunakan imajinasi anak
Orangtua membantu anak membayangkan, apa yang dia inginkan untuk masa
depannya.

Baik

dalam

waktu

panjang

atau

pendek.

Pancing

anak

untuk

membayangkan sesuatu yang menyenangkan jika dia berhasil mengerjakan PR-nya
dengan baik., kira-kira apa ya komentar dari guru? Minta dia menggambarkan
imajinasinya dengan jelas, apa jadinya jika PR-nya bagus. Mulai dari bagaimana
senyum sang guru, komentarnya, dan sebagainya.
 Mengarahkan anak untuk berteman dan "hidup" dalam lingkungan yang
baik dan mendukung.
 Tidak terfokus bahwa belajar hanya berkutat pada buku non fksi. Gunakan
segala hal yang baik yang mampu membuat anak "belajar"tentang segala sesuatu,
termasuk permainannya karena dunia bermain adalah dunia anak-anak Pilih dan
arahkan permainannya sehingga anak bisa berkembang.
 Memberikan bekal nilai-nilai religius pada anak
Inilah faktor yang sangat penting ,disamping doa orang tua akan anak-anaknya.
Apalagi di jaman yang berkembang dengan pesatnya. Tak mungkin orang tua
memberikan pengawasan secara kasat mata terus menerus.Juga kemajuan
teknologi. Satu hal yang menjadi jawabnya adalah: beragama dengan baik dan
benar.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Identifkasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik
yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Pada tahap ini,
dilakukan identifkasi terhadap apa yang akan dijadikan subjek studi kasus. Dalam
langkah ini dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data, seperti analisis
raport,

analisis

dokumentasi,

wawancara

dengan

konselor,

instrumen lain yang tersedia dan dibutuhkan.
Penyebab Anak malas dalam belajar yaitu :
 Faktor Intrinsik (dalam diri anak sendiri)


Kurangnya waktu yang disediakan untuk bermain



kelelahan dalam beraktiftas (misal, terlalu banyak bermain)



sedang sakit



sedang sedih (misal, bertengkar dengan teman sekolah)

sosiometri

atau

 Faktor ekstrinsik


Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya..



Sedang punya masalah di rumah



Bermasalah disekolah (phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan
dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).



Tidak mempunyai sarana yang menunjang belajar (misal tidak tersedianya ruang
belajar khusus, meja belajar, buku pejunjang, dan penerangan yang bagus, alat
tulis, buku, dll)



Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang
berantakan ataupun kondisi udara ynag pengap
Cara Mengatasi Malas Belajar Anak :

1.

Berikan Motivasi Belajar atau dorongan pada anak

2.

Melakukan pendekatan pada anak

3.

Menanamkan pengertian yang benar tentang belajar pada anak sejak dini.

4.

Berikan contoh belajar pada anak.

5.

Berikan insentif jika anak belajar.

6.

Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada
anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts
atau ikut menjawab kuis ).

7.

Komunikasi

8.

Menciptakan disiplin.

9.

Menegakkan kedisiplinan.

10.

Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar.

11.

Kenali pola kemampuan dan perkembangan anak kemudian

susunlah suatu

jadwal belajar yang sesuai.
12.

Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman.

13.

Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

arasmunandar.wordpress.com/identifkasi-kasus/
http://belajaryuk89.blogspot.com/2011/02/penyebab-dan-cara-mengatasi-anakyang.html
http://kumpulanmakalahjajang.blogspot.com/2011/12/makalah-study-kasus-sertacontohnya.html
Dra.Sri Herlina.2011.

Diktat Profesi

Kependidikan

.Palembang: Universitas

PGRI

Palembang
H. Sunarno, dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Rineka Cipta.

Prof.Dr.H.Prayitno,M.sc.Ed.dan

Drs.

Erman

Amti.

2008.

Dasar-dasar

Bimbingan

dan Konseling. Jakarta:PT.Rineka Cipta

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan suatu tantangan bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana kita dapat mempersiapkan siswa agar mereka dapat hidup produktif
dan sukses di masa depan? Salah satu penyelesaiannya adalah dengan
mempersiapkan siswa menghadapi perubahan-perubahan, yaitu menitikberatkan
pada keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan pemecahan
masalah, keterampilan menganalisa data, berpikir secara logis, membuat
keputusan, menyelesaikan masalah nyata dan lain-lain.
Sebagai guru matematika, tugas kita adalah mempersiapkan siswa
dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna yang akan merangsang pemikiran
mereka, dan membantu mereka menguasai keterampilan-keterampilan yang dapat
mereka bangun untuk kehidupan yang sukses dan menguntungkan di masa depan.
Pengajaran yang berorientasi pada potensi dan kebutuhan siswa menjadi
perhatian utama ahli pendidikan saat ini. Pendekatan pengajaran yang
menempatkan guru sebagai sentral kegiatan belajar mengajar sedikit demi sedikit
mulai ditinggalkan. Arah angin berpihak pada suatu system pengajaran yang
menempatkan siswa pada posisi “diberdayakan” secara maksimalkan, yaitu
mendidik mereka berdasarkan potensi yang mereka miliki.

Secara teoritis, jika proses pembelajaran di kelas kondusif dan metode
yang digunakan guru dapat diterima siswa maka hasil belajar di kelas tersebut akan
baik/sesuai target yang diharapkan. Tetapi kenyataannya tidak demikian karena
factor penunjang hasil belajar yang bagus tidak hanya pembelajaran di kelas yang
baik, tetapi ada factor dari siswa sendiri meliputi motivasi dan minat terhadap suatu
bidang studi. Selain itu, factor lingkungan keluarga (perhatian orang tua), guru dan
teman dalam pergaulan. Tidak kalah pentingnya yang menjadi penunjang
keberhasilan dalam belajar adalah sarana dan prasarana (buku, kondisi sekolah).
Siswa yang kurang berhasil dalam belajar hendaknya juga diperhatikan
oleh guru dan disini peran guru sangat penting sebagai motivator, sehingga anak
bisa menemukan factor apa saja yang mempengaruhi ketidakberhasilannya dalam
belajar dan bersama siswa, guru dan orang tua (bila perlu) mencari solusi sehingga
anak bisa kembali meraih prestasi yang diharapkan.

B. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka pada laporan
ini hanya membahas hal – hal apa saja yang menyebabkan siswa kesulitan belajar
dalam belajar matematika khususnya pada penguasaan standar kompetensi
tentang menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang
dalam pemecahan masalah serta tindakan apa saja yang bisa dilakukan untuk
mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil
permasalahan yang mungkin timbul :
1.

Apa saja masalah yang dihadapi siswa dalam belajar matematika?

2.

Bagaimana siswa bergaul dengan temannya?

3.

Bagaimana kondisi lingkungan keluarga siswa?

4.

Tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa?

5.

Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran matematika?

D. Tujuan Penausunan
Tujuan penyusunan laporan ini meliputi :
1.

Untuk mengenal keadaan/pribadi siswa yang dianggap mempunyai masalah dalam
belajar matematika

2.

Digunakan sebagai bahan untuk menentukan jalan keluar/pemecahan masalah
siswa

3.

Melatih calon guru untuk berfungsi sebagai tenaga pembimbing dan konseling

4.

Melatih calon guru agar dapat berfkir analitis, integratis, dan komprehensif
khususnya dalam membantu menangani masalah siswa.

E. Metode Penausunan

Penyusunan menggunakan metode diskriptif komprehensif, yaitu
memeriksa semua aspek yang berhubungan dengan siswa sehingga diketahui
kondisi siswa secara akurat dan menyeluruh. Langkah-langkah metode tersebut
meliputi :
1. Identifkasi data
Penyusun memeriksa data-data yang diperoleh secara keseluruhan
2. Sintesis
Penyusun memadukan data-data atau informasi yang diperoleh untuk memperoleh
gambaran global dan sementara tentang masalah yang dihadapi siswa
3. Diagnosa
Menentukan masalah yang dihadapi siswa dan faktor-faktor penyebab timbulnya
masalah
4. Prognosa
Memprediksi (meramalkan) hal-hal negatif yang mungkin timbul apabila siswa
tersebut tidak segera memperoleh bantuan. Dari hal tersebut diambil alternatif
pemecahannya.
5. Treatment
Implementasi alternative pemecahan yang telah direncanakan
6. Follow-Up
Menindaklanjuti langkah-langkah sebelumnya dan mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan itu sudah tepat atau belum

F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tentang siswa, penyusun menggunakan teknik :
1. Interview
Mencari data dengan mengadakan wawancara langsung dengan siswa
2. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa baik di dalam
kelas maupun di luar kelas
3. Angket
Dengan memberikan angket akan didapatkan informasi tentang kesulitan belajar
siswa dalam pelajaran matematika

BAB II

IDENTIFIKASI KASUS
A. DATA DIRI SISWA
I.

Identitas Siswa
1. Nama Lengkap

: Ade Irwan Susanto

2. Tempat dan tanggal lahir

: Jombang, 29 November 1991

3. Jenis Kelamin

: Laki – laki

4. Agama

: Islam

5. Alamat

: Ds. Mancilan, Kec. Mojoagung

6. Sekolah

: SMA Negeri Bareng

7. Kelas

: XI IPA

8. Asal Sekolah

: SMP Negeri 2 Mojoagung

9. Jarak ke sekolah

:  9 km

10. Ke sekolah naik

: Sepeda Motor

11. Jumlah saudara

: 3 orang

12. Anak ke

: 4

13. Status keluarga

: Anak kandung

14. Tinggal bersama

: Orang tua

II. Identitas orang tua siswa
Ayah
1. Nama

: Achmad Basar (Alm.)

2. Agama

: Islam

3. Pekerjaan

: -

4. Alamat

: -

5. Pendidikan terakhir

: SD Negeri

Ibu
1. Nama

: Susiati

2. Agama

: Islam

3. Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

4. Alamat

: Ds. Mancilan, Kec. Mojoagung

5. Pendidikan terakhir

: MTs. Negeri

III. Hobba dan cita – cita siswa
1. Hobi

: Olahraga ( basket ), bermain alat musik

2. Cita – cita

: Dokter / Pemain Band

IV. Latar Belakang Pendidikan Siswa
 Lamanya pendidikan

 TK

: 1 tahun

 SD

: 6 tahun

 SMP

: 3 tahun

 Pernah tidak naik kelas

: tidak pernah

 Prestasi yang pernah didapat
 TK

: tidak ada

 SD

: tidak ada

 SMP

: Dalam bidang kesenian khususnya Teater
(menjadi aktor terbaik di sekolah)

 Kebiasaan belajar
 Terbiasa untuk belajar malam – malam

: ya

 Belajar rutin setiap hari

: kadang – kadang

 Merasa malas dalam belajar

: kadang – kadang

 Belajar jika ada ulangan

: ya

 Tidak tahu cara belajar yang baik

: kadang – kadang

 Belajar dengan cara menghafal

: ya

 Sukar dalam mengemukakan pendapat

: kadang – kadang

 Belajar jika ada Pekerjaan Rumah

: ya

 Belajar jika sempat
 Belajar dengan cara membaca saja

: kadang – kadang
: tidak

 Belajar dengan cara mengerjakan latihan soal

: kadang – kadang

 Pelajaran yang disenangi

: olahraga (basket) dan
Biologi

Alasan

:

karena mempunyai banyak tantangan dan menambah pengetahuan

 Pelajaran yang tidak disenangi
Alasan

:

: tidak ada

-

 Penggunaan waktu belajar
 Tidak dapat memanfaatkan waktu luang

: tidak

 Waktu habis untuk membantu orang tua

: ya

 Tidak dapat membagi waktu
 Waktu habis untuk kegiatan ekstrakurikuler

: ya
: ya

 Kegiatan Belajar siswa
 Ruang belajar khusus

: tidak ada ruang khusus

 Orang yang membantu dalam belajar

: ada yang membantu

 Lama belajar

:  1,5 jam

 Alat dan sumber belajar

 Buku penunjang

: punya buku penunjang

 Kalkulator

: tidak punya

BAB III
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Dari

hasil

pengamatan

hasil

ulangan

harian,

angket

wawancara

(interview) serta konsultasi dapat diketahui masalah yang dihadapi siswa dan factor
penyebab timbulnya masalah.
A. Masalah aang Dihadapi Siswa
Dari hasil sintesis diperoleh masalah siswa sebagai berikut :
1.

Siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika

2.

Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal matematika

3.

Kurangnya motivasi dalam belajar

4.

Kurangnya dukungan dari keluarga

B. Faktor Penaebab Timbulnaa Masalah
1.

Masalah kesulitan dalam belajar matematika
Semenjak SD siswa tidak terlalu mengalami kesulitan dalam belajar, tetapi
semenjak

SMA

siswa

matematika.
Penyebabnya :

merasa

kesulitan

dalam

belajar

khususnya

belajar

a.

Waktu belajar tidak teratur dan terbiasa untuk belajar malam – malam

b.

Tidak tahu cara belajar yang baik

c.

Tidak dapat membagi waktu
Siswa tidak bisa membagi waktu antara waktu untuk belajar, membantu pekerjaan
orang tua di rumah dan melakukan kegiatan ekstrakurikuler (dalam hal ini bermain
basket dan bermain band)

d.

Waktunya

habis

untuk

membantu

orang

tua

dan

melakukan

kegiatan

ekstrakurikuler
2.

Kesulitan menyelesaikan soal – soal matematika
Penyebabnya :

a.

Siswa kurang memahami konsep-konsep matematika

b.

Siswa jarang mengerjakan latihan – latihan soal matematika di rumah dan
cenderung belajar dengan cara dibaca saja

3.

Kurangnya motivasi dari orang tua
Penyebabnya :

a.

Sebenarnya siswa menyukai pelajaran matematika, tetapi kurang tahu bagaimana
cara belajar matematika yang baik

b.

Siswa kurang mengetahui tentang pentingnya matematika dalam kehidupan
sekarang dan yang akan datang

4.

Kurangnya dukungan dari keluarga

Penyebabnya :
a.

Sibuknya orang tua sehingga perhatian orang tua tidak maksimal

b.

Orang tua kurang bisa menjadi tempat curhat bagi siswa

C. Prognosa/Pemecahan Masalah/Alternatif Penaelesaian Masalah
Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil :
1.

Siswa harus optimis bahwa dia bisa seperti teman-temanya yang berhasil

2.

Menambah waktu belajar

3.

Belajar untuk membagi waktu

4.

Guru harus selalu memberikan dorongan/motivasi untuk belajar

5.

Siswa bisa konsultasi masalahnya dengan guru bidang studi atau guru BK/BP

6.

Siswa diharapkan untuk berbicara langsung dengan orang tuanya tentang masalah
yang dihadapinya

D. Treatment
Dari alternatif penyelesaian tersebut, yang sudah di implementasikan kepada
siswa, yakni :
1.

Memberikan dorongan dan nasehat agar siswa mempunyai motivasi untuk belajar
matematika

2.

Siswa sudah mulai mengatur waktu untuk belajar, membantu orang tua dan
melakukan kegiatan ekstrakurikuler

3.

Siswa sudah mulai untuk curhat dengan sahabat atau teman dekat tentang
masalah yang dihadapinya

4.

Siswa berusaha untuk berbicara dengan orang tua (ibu) tentang masalah yang
dihadapi

E. Follow Up
Meskipun alternatif pemecahan masalah belum dilaksanakan semuanya,
ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang dilaksanakan dan hasilnya cukup
efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Ini dapat dilihat dari
ungkapan siswa yang merasa beban masalahnya agak berkurang dan sudah mulai
bisa belajar seperti dulu.
Adapun tindakan yang dilakukan oleh penyusun untuk membantu
memecahkan masalah yang dimiliki siswa dengan memberikan masukan – masukan
atau bimbingan kepada siswa.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian sebelumnya dapat diambil kesimpulan meskipun
minat siswa dengan pelajaran matematika cukup dan bisa berinteraksi dengan
teman, semua itu tidak dapat menjamin siswa tersebut akan memiliki prestasi yang
bagus, karena factor dari diri siswa (motivasi) dan lingkungan terutama keluarga
memiliki peran cukup besar dalam menunjang prestasi siswa.
Namun semua permasalahan tersebut bisa diatasi, jika seseorang yang
peduli dengan siswa tersebut terutama guru dan orang tua terdekatnya (sahabat
dan keluarganya). Kalau permasalahan tesebut tidak segera diatasi maka prestasi
siswa khususnya pada pelajaran matematika akan kurang memuaskan.

B. Saran
a.

Sebagai guru kita harus dengan cepat dan tanggap terhadap perubahan
prestasi/perilaku siswa

b.

Siswa tersebut harus didekati secara baik baik tanpa harus menyinggung
perasaannya

c.

Laporan studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan motivator guru agar tidak
hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar di kelas tetapi juga motivator dan
tempat sharing (berbagi) dengan siswa

DAFTAR PUSTAKA
1.

Out line, Pembekalan Program Pengalaman Lapangan. 2008. Jombang : STKIP PGRI
JOMBANG.

2.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT Remaja
Rusdakarya.

3.

Janet, TM. 2003. Portofolio Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan
dalam Seminar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Surabaya.

4. Djamarah, SB. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...

Zazuli's Blog - Pada postingan pemrograman sebelumnya saya telah memposting tentang
Pengertian Algoritma Pemrograman, dan kali ini saya akan share tentang Pengertian
Flowchart beserta contoh simbol dan kegunaannya.

Pengertian dan Definisi Flowchart
Flowchart atau Bagan alir adalah bagan (chart) yang menunjukkan alir (flow) di dalam program
atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir (flowchart) digunakan terutama untuk alat bantu
komunikasi dan untuk dokumentasi.

Jenis jenis Flowchart
Ada beberapa jenis flowchart diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

Bagan alir sistem (systems flowchart).
Bagan alir dokumen (document flowchart).
Bagan alir skematik (schematic flowchart).
Bagan alir program (program flowchart).
Bagan alir proses (process flowchart).

System Flowchart
System flowchart dapat didefinisikan sebagai bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara
keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari prosedur-prosedur yang ada di
dalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa yang dikerjakan di sistem.

Document Flowchart
Bagan alir dokumen (document flowchart) atau disebut juga bagan alir formulir (form
flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang menunjukkan arus dari
laporan dan formulir termasuk tembusan-tembusannya.

Schematic Flowchart
Bagan alir skematik (schematic flowchart) merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir
sistem, yaitu untuk menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah, bagan
alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem, juga menggunakan gambargambar komputer dan peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-gambar
ini adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang paham dengan simbolsimbol bagan alir. Penggunaan gambar-gambar ini memudahkan untuk dipahami, tetapi sulit
dan lama menggambarnya.

Program Flowchart
Bagan alir program (program flowchart) merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci
langkah-langkah dari proses program. Bagan alir program dibuat dari derivikasi bagan alir
sistem.
Bagan alir program dapat terdiri dari dua macam, yaitu bagan alir logika program (program
logic flowchart) dan bagan alir program komputer terinci (detailed computer program
flowchart). Bagan alir logika program digunakan untuk menggambarkan tiap-tiap langkah di
dalam program komputer secara logika. Bagan alat- logika program ini dipersiapkan oleh analis
sistem. Gambar berikut menunjukkan bagan alir logika program. Bagan alir program komputer
terinci (detailed computer program flow-chart) digunakan untuk menggambarkan instruksiinstruksi program komputer secara terinci. Bagan alir ini dipersiapkan oleh pemrogram.

Process Flowchart
Bagan alir proses (process flowchart) merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik
industri. Bagan alir ini juga berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses dalam
suatu prosedur.

Simbol dan Notasi Flowchart
Dipakai sebagai alat Bantu menggambarkan proses di dalam program. Dan dibagi menjadi tiga
kelompok :
♦ Flow Direction Symbols ♦
dipakai untuk menggabungkan antara symbol yang satu dengan symbol lainnya

Symbol Off-line Connector ( Simbol untuk keluar/masuk prosedure atau proses dalam
lembar/halaman yang lain)
Symbol Connector (Simbol untuk keluar/masuk prosedur atau proses dalam
lembar/halaman yang sama)
♦ Processing symbols ♦
Menunjukkan jenis operasi pengolahan dalam suatu prosedur

Symbol Process (Simbol yang menunjukkan pengolahan yang dilakukan oleh
komputer)
Symbol Manual Operation (Simbol yang menunjukkan pengolahan yang tidak
dilakukanoleh komputer)

Symbol Decision (Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa
kemungkinan jawaban/aksi)
Symbol Predefined Process (Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang
akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam storage)
Symbol Terminal (Simbol untuk permulaan atau akhir dari suatu program)Symbol Off-line Storage (Simbol yang menunjukkan bahwa data di dalam symbol ini
akan disimpan)
Symbol Manual Input (Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line
keyboard)
Symbol Keying Operation (Simbol operasi dengan menggunakan mesin yang
mempunyai keyboard)
♦ Input-output symbols ♦
menyatakan jenis peralatan yang digunakan sebagai media input atau output.

Symbol input-output (Symbol yang menyatakan proses input dan output tanpa
tergantung dengan jenis peralatannya)

Symbol magnetic-tape unit (Symbol yang menyatakan input berasal pita magnetic
atau output disimpan ke pita magnetic)
-

Symbol punched card (Symbol yang menyatakan input berasal dari kartu atau

output ditulis ke kartu)Symbol disk and on-line storage (Symbol untuk menyatakan input berasal dari
disk atau output disimpan ke disk)
Symbol display (Symbol yang menyatakan peralatan output yang digunakan yaitu
layar, plotter, printer, dan sebagainya)
Symbol dokumen (symbol yang menyatakan input berasal dari dokumen dalam
bentuk kertas atau output dicetak ke kertas)

Pedoman Membuat Flowchart
Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang
harus diperhatikan, seperti:
1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri kekanan.
2. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus
dapat dimengerti oleh pembacanya.
3. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja
5. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harusditelusuri dengan hatihati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan
tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan
dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya
bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.

Contoh-contoh Flowchart
Contoh Flowchart Program

Contoh Flowchart Program – Menentukan Bilangan Ganjil/Genap

Penggunaan predefined processes dapat digunakan untuk menyederhanakan flowchart system
yang complex

Flowchar Sistem untuk predefined process yang diberi nama Check shipment untuk Flowchart
diatas

Download pdf: Disini
Demikianlah pengertian flowchart dan contoh simbol dan fungsinya, semoga posting kali ini
bermanfaat dan dapat membantu sobat dalam mengerjakan tugas kuliah

Pengenalan Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta
instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses
tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan
menjadi lebih jelas. Jika ada penambahan proses maka dapat dilakukan lebih mudah. Setelah flowchart selesai
disusun, selanjutnya pemrogram (programmer) menerjemahkannya ke bentuk program dengan bahsa pemrograman.
Pengenalan Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta
instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol. Dengan demikian setiap simbol menggambarkan proses
tertentu. Sedangkan hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung.
Flowchart ini merupakan langkah awal pembuatan program. Dengan adanya flowchart urutan poses kegiatan

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25