Membangkit Tradisi Keilmuan Dan Peradaba

Membangkit Tradisi Keilmuan Dan Peradaban Islam Di Era Global
A. Pendahuluan
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini maka pemenuhan
kebutuhan manusia bisa dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah di samping penciptaan
berbagai kemudahan dalam bidang-bidang seperti kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
pendidikan dan komunikasi. Namun dalam kenyataannya apakah ilmu selalu merupakan
berkah, terbebas dari kutuk, yang membawa malapetaka dan kesengasaraan? (Jujun S.
Suriasumantri, 2003:229)
Dunia Islam telah membentuk tradisi keilmuan jauh sebelum dunia Eropa masuk ke
dalam tradisi modern. Tradisi yang berangkat peletakan dasar filsafat ilmu pengetahuan,
yang dalam dunia keilmuan Barat dikenal sebagai ontology, epistemology, dan aksiologi.
(Jalaluddin, 2013:254). Kaum intelektual telah mengamati bahwa salah satu karakter khas
peradaban Islam adalah perhatiannya yang serius terhadap pelbagai cabang ilmu. (Wan
Mohd Nor Wan Daud, 2003:112).
Di era global tentunya tradisi keilmuan dan peradaban Islam semakin berkembang
tidak hanya di bidang sains dan teknologi namun seluruh cabang ilmu akan terus di
kembangkan tak hanya ilmuan barat ilmuwan muslim juga termasuk di dalamnya. Dari
penjelasan di atas maka di bawah ini akan di bahas mengenai bagaimana membangkit tradisi
keilmuan Islam di Era Global dan juga bagaimana membangkit peradaban Islam di Era
Global.


B. Membangkit Tradisi Keilmuan dan Peradaban Islam di Era Global
1. Membangkit Tradisi Keilmuan di Era Global
Tradisi atau tradition berasal dari perkataan dalam bahasa Latin: tradition, dan
tradition ini berarti delivery, handing down (penyerahan). Istilah tradisi (at-Turas)
secara terminologis terkandung di dalam dirinya yang suatu pengertian yang tersembunyi
tentang adanya kaitan antara masa lalu dengan masa sekarang. Ia menunjuk pada sesuatu
yang diwariskan oleh masa lalu, tetapi masih wujud dan berfungsi pada masa sekarang.
Dalam pengertiannya yang paling elementer, “Tradisi” adalah sesuatu yang
ditransmisikan dari masa lalu ke masa kini. (Ridwan, 1998:26)
Tradisi adalah sumber dan inti gerak untuk menjaga keberlangsungan
kebudayaan bangsa, dan mendorong ke arah kemajuan serta menghadapi perubahan
sosial. Tradisi merupakan titik awal yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
budaya dan bangsa. (Ridwan, 1998:27)
Dengan demikian tradisi merupakan segala sesuatu yang yang diwariskan dan di
jalankan dari masa dahulu ke masa sekarang dan menjadi kebiasaan yang menjadi khas
sebuah daerah-daerah tertentu yang dikenal oleh banyak masyarakat luas
Secara linguistik, perkataan ‘ilm

berasal dari akar kata ‘ain-lam mim yang


diambil dari perkataan ‘alámah, yaitu “tanda, penunjuk, atau indikasi yang dengannya
sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri-ciri; indikasi; tanda-tanda”. (Wan
Mohd Nor Wan Daud, 2003: 144).
Yusuf Qardhowi yang di kutip Wan Daud mengajukan definisi deskriptipnya
mengenai ilmu. Dengan premis ilmu itu datang dari Allah Swt. Dan diperoleh oleh jiwa
yang kreatif, dia membagi pencapaian dan pendefinisian secara deskriptif ke dalam dua
bagian. Pertama , sebagai sesuatu yang berasal dari Allah Swt., bisa dikatakan bahwa
ilmu itu adalah datangnya (hushúl) makna sesuatu atau objek ilmu ke dalam jiwa pencari
ilmu; kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa
diartikan sebagai datangnya jiwa (wushúl) pada makna sesuatu atau objek ilmu. (Wan
Mohd Nor Wan Daud, 2003:147)
Dalam Al-Qur’an, kata ilmu dalam konteks usaha pencapaian obyeknya terulang sebanyak
854 kali. Hal ini menunjukkan betapa besarnya apresiasi Tuhan terhadap ilmu dan

fungsinya dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai dorongan yang luar biasa agar
manusia mengembangkan potensi dirinya untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu. 1

1


74.

Abu Mansur, "Islam dan Apresiasi Ilmu Sebuah Kajian Aksiologi Ilmu ." Jurnal Ilmu Agama , 2001: hlm. 64-