LAPORAN PENDAHULUAN INCEPTION REPORT RIS (1)

LAPORAN PENDAHULUAN (INCEPTION REPORT) RISET PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU FLORES: PENILAIAN (ASSESSMENT) POTENSI ALAM DAN BUDAYA FLORES SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KAWASAN TIMUR INDONESIA PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

No. Pendaftaran On- Line:………………….………………………...

Fokus Bidang Prioritas : Bidang Pengembangan Kawasan Strategis Kode Produk Target

: 5.c

Kode Kegiatan

: 5.c.9

Peneliti Utama

: Drs. Roby Ardiwidjaja MBIT

PUSLITBANG KEPARIWISATAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF Jl Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110,

Telepon: 021 3838593

Fax:021 3810901

Tanggal 20 Mei 2012

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Riset Pengembangan Pariwisata Pulau Flores: Penilaian (assessment) Potensi Alam dan Budaya Flores Sebagai Destinasi Wisata di Kawasan Timur Indonesia

Fokus Bidang Prioritas : Bidang Pengembangan Kawasan Strategis Kode Produk Target

: 5.c

Kode Kegiatan

: 5.c.9

Lokasi Penelitian

: Pulau Flores

Penelitian Tahun Ke

: 1 (satu)

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelittian

A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama

Drs. Roby Ardiwidjaja, MBIT

Nama Lembaga/Institusi

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Unit Organisasi

Puslitbang Kepariwisataan

Alamat

Jl Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110

Telepon/Hp/Fax/email

021-3838593/021-3810901 r_ardiwidjaja@yahoo.com

B. Lembaga Lain yang Terlibat Nama Koordinator

Drs. Bambang Budi Utomo

Nama Lembaga

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Alamat

Jl Raya Condet Pejaten No. 4 Jakarta 12510

Telepon/Fax/email

021-7988171/08161422704/021-7988187 dapuntahyang@yahoo.com

Jangka Waktu Kegiatan

: 8 (delapan) bulan

Biaya Tahun 1

: Rp. 250.000.000,-

Biaya Tahun 2

: --

Total Biaya

: Rp. 250.000.000,-

Kegiatan (baru/lanjutan)

: Baru

Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan : No

Uraian

Jumlah (Rp.)

1 Gaji dan Upah 72.200.000,-

2 Bahan Habis Pakai 6.751.000,-

3 Perjalanan (tidak untuk perjalanan LN) 120.774.000,-

4 Lain-lain 50.275.000,-

Jumlah Biaya Tahun yang Diusulkan 250.000.000,-

Setuju Diusulkan:

Kapuslitbang Kordinator Ekonomi Kreatif

Penelitian

Dra. Endang Martani Msc Drs. Roby Ardiwidjaja. MBIT NIP. 19540405 197903 2 001

NIP. 19550720 198703 1 001

ABSTRACT

Seperti diketahui bersama, Pulau Flores sebagai bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan, mengingat degradasi lingkungan alam maupun budaya yang terjadi saat ini. Oleh karena itu lingkungan Flores yang dapat dikatakan sebagai daerah sensitive, dalam pengembangannya perlu pendekatan prinsip-prinsip berkelanjutan: dapat diterima secara social oleh masyarakat setempat, berpihak kepada masyarakat, secara budaya dapat diterima, tidak berpihak, dan memperhatikan lingkungan. Selanjutnya prinsip-prinsip dimaksud perlu diimplementasikan dalam kebijakan pengembangan skala regional maupun nasional.

Dengan keanekaragaman alam dan budayanya yang tersebar di seluruh wilayahnya, sebagian besar daerah di Indonesia termasuk Pulau Flores Nusa tenggara Timur, pada dasarnya memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata atau destinasi pariwisata baik dalam skala lokal, nasional, maupun dunia. Kondisi tersebut diperkuat dengan perkembangan pariwisata saat ini yang meningkat seiring dengan berubahnya paradigma pariwisata berkelanjutan yang mempengaruhi pola perjalanan, keinginan dan kebutuhan wisatawan terhadap suatu destinasi pariwisata. Tuntutan destinasi agar berkelanjutan menjadi aspek yang harus menjadi perhatian pemerintah pemerintah daerah dalam mengembangkan destinasi pariwisata yang berwawasan lingkungan.

Namun seperti daerah lainnya yang terletak di Kawasan Timur Indonesia, hingga saat ini penyelenggaraan pembangunan termasuk di bidang kebudayaan dan pariwisata masih fokus di Jawa dan Bali sehingga pariwisata di Pulau Flores belum dilaksanakan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan. Dalam mengantisipasi peluang dan tantangan global saat ini, perlu dilakukan berbagai upaya akselerasi pembangunan. Salah satunya adalah pembangunan yang memamanfaatkan potensi daya tarik dimaksud. Implementasi pariwisata berkelanjutan melaui pendekatan konsep ekowisata (ecotourism) dan konsep wisata budaya (culture tourism), melalui suatu proses penilaian (assessment) terhadap potensi kebudayaan dan kepariwisataan yang dimiliki, diyakini bahwa Pulau Flores ke depan dapat menjadi salah Namun seperti daerah lainnya yang terletak di Kawasan Timur Indonesia, hingga saat ini penyelenggaraan pembangunan termasuk di bidang kebudayaan dan pariwisata masih fokus di Jawa dan Bali sehingga pariwisata di Pulau Flores belum dilaksanakan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan. Dalam mengantisipasi peluang dan tantangan global saat ini, perlu dilakukan berbagai upaya akselerasi pembangunan. Salah satunya adalah pembangunan yang memamanfaatkan potensi daya tarik dimaksud. Implementasi pariwisata berkelanjutan melaui pendekatan konsep ekowisata (ecotourism) dan konsep wisata budaya (culture tourism), melalui suatu proses penilaian (assessment) terhadap potensi kebudayaan dan kepariwisataan yang dimiliki, diyakini bahwa Pulau Flores ke depan dapat menjadi salah

Dalam rangka menunjang program pemerintah (Budpar) khususnya terkait dengan ka pa ye Ke alilah Nege i u, Ci tailah Nege i u , aka pe ilaia Desti asi Pa i isata (destination assessment) yang merupakan upaya untuk memotret pengembangan pariwisata dengan menilai posisi destinasi pariwisata terkait kondisi, potensi sumber daya pariwisata, permintaan pasar dan karakteristik daerah, menjadi penting. Balmer and Crapo dalam Gunn (1998) menjelaskan tentang penilaian suatu destinasi yang akan meliputi antara lain:

1. Daya tarik sumber daya alam dan budaya terkait dengan kandungan bentangan alam yang estetis (settings), adat istiadat dan tradisi pola dan jenis aktivitas wisata di destinasi

2. Masyarakat setempat dan budaya yang berkenaan dengan hubungan yang kuat dengan sumber daya alam, arkeologi, arsitektur, peninggalan sejarah, budaya dan sumber daya

budaya lainnya.

3. Akses jaringan transportasi serta kondisi rute antara atraksi dan pusat dan pelayanan yang atraktif dan efisien

4. Pelayanan dan fasilitas yang dimiliki dan berpotensi untuk disediakan baik didukung oleh fasilitas umum dan fasilitas pariwisata di daerah tersebut maupun sekitarnya,

Riset ini, merupakan riset terapan yang melibatkan berbagai peneliti dari berbagai unit dan disiplin ilmu. Riset akan melakukan inventarisasi dan penilaian terhadap warisan budaya dan alam, termasuk juga lingkungannya sebagai sumber yang akan dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan pembangunan kebudayaan dan pariwisata. Riset tahap ini akan berupaya untuk menggambarkan daya tarik berbagai aspek nilai tradisi dan legenda yang berhubungan dengan budaya dan lingkungannya, serta memberikan arah dalam memahami tentang lingkungan alam, kehidupan social dan budaya masyarak setempat.

Selanjutnya melalui justifikasi berbagai variabel dan indikator, diharapkan akan ditemukenali pokok-pokok permasalahan dan peluang yang dapat dijadikan sebagai bahan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang diperlukan dalam merumuskan strategi perencanaan pengembangan pariwisata, sekaligus menentukan konsep pengembangan Pulau Flores sebagai destinasi pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan ke depan.

Mengingat keterbatasan data dan informasi yang diperlukan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang diperlukan, riset akan menggali secara lengkap potensi daya tarik sumberdaya budaya dan pariwisata di beberapa lokasi dari wilayah barat hingga timur pulau Flores yang meliputi Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ngada, Ende, Mumere, Larantuka and Lamalera/Lembata.

Kata Kunci: Pariwisata, Destinasi wisata, assessment, lingkungan, pariwisata berkelanjutan,

PRAKATA

Dengan besarnya keanekargaman potensi sumber daya alam dan budaya yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, pemerintah mempunyai tugas meningkatkan pemerataan pembangunan melalui fasilitasi kegiatan pembangunan kebudayaan dan pariwisata di daerah tertinggal termasuk Pulau Flores di kawasan Timur Indonesia (KTI) secara terpadu yang berlandaskan pada karakteristik social budaya dan kekhasan daerah. Pulau Flores sebagai bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi sumberdaya yang perlu dikembangkan sebagai destinasi pariwisata secara berkelanjutan. Dengan mengacu pada kekayaan keanekaragaman daya tarik potensi sumberdaya alam dan budaya yang masih dimiliki, dipastikan bahwa ke depan Pulau Flores berpeluang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan.

Sehubungan dengan upaya mendukung percepatan pembangunan Pulau Flores di kawasan Timur Indonesia, serta mengingat dampak pembangunan yang pada kenyataannya sangat berdampak pada lingkungan alam dan budaya, maka perlu untuk segera melakukan kajian melalui suatu kegiatan berupa penilaian (assessment) dan pemetaan keanekaragaman potensi sumberdaya kebudayaan dan pariwisata sebagai dasar perencanaan pemecahan masalah dan peluang yang ada di Pulau Flores. Dengan pendekatan ilmiah, diharapkan konsep research-base policy dapat diimplementasikan ke dalam penyusunan kebijakan strategis dan teknis-operasional pelaksanaan percepatan pembangunan khususnya di bidang kebudayaan dan pariwisata yang berbasis pada sumber daya budaya dan alam dapat terwujud secara terpadu dan berkelanjutan.

Kegiatan riset ini, merupakan kegiatan yang dilaksanakan melalui ekspedisi ilmiah dengan melibatkan berbagai peneliti lintas sektor dan disiplin. Melalui mekanisme pemetaan dan penilaian, riset akan berupaya untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan potensi sumberdaya kebudayaan dan kepariwisataan di Pulau Flores yang diharapkan layak menjadi bahan masukan dalam mewujudkan

a ga paket Travel Patern) wisata Jakarta, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores; serta rekomendasi dan saran tindak lanjut yang dapat

ke alilah egeri u Ci tailah egeri u elalui progra pe ge

mendukung arah percepatan pembangunan potensi sumberdaya sektor kebudayaan dan kepariwisataan secara terpadu dan berkelanjutan khususnya di Pulau Flores dan umumnya di KTI.

Mengingat keterbatasan data dan informasi yang diperlukan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang diperlukan, riset akan menggali secara lengkap potensi daya tarik sumberdaya budaya dan pariwisata di beberapa lokasi dari wilayah barat hingga timur pulau Flores yang meliputi Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ngada, Ende, Mumere, Larantuka and Lamalera/Lembata.

Jakarta, Juli 2010

DAFTAR ISI

ABSTRAK

8 DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Kerangka

2. Diagram Jadwal Kerja

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Permasalahan

1.3. Sasaran

1.4 Ruang Lingkup

1.5 Keluaran

1.6 Kebutuhan Keahlian

1.7 Pelaksanaan Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

BAB IV METODOLOGI

4.1 Kerangka Kerja

4.2 Jadwal Kerja

4.3 Metode Pengumpulan Data

4.4 Metode Analisis

BAB V RENCANA PELAKSANAAN LAPANGAN

5.2 Pelaksanaan Kumpul Data

5.3 Perumusan Kerangka Konsep

BAB VI KERANGKA PENULISAN

6.1 Laporan Kemajuan (Perkembangan Pelaksanaan Kumpul Data

6.2 Laporan Akhir

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan alam dan budaya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terus berkembang hingga saat ini. Namun besarnya potensi sumberdaya alam dan budaya tersebut yang tersebar di hampir 17 ribu pulau di Indonesia, ternyata belumlah dimanfaatkan secara merata. Pembangunan termasuk di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masih memperlihatkan orientasi pada wilayah di luar KTI. Sehingga, beberapa lokasi di Indonesia seperti daerah-daerah di kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dianggap wilayah terpinggirkan, sebagai contoh, menunjukkan bahwa hingga saat ini pembangunan di daerah yang memiliki karakteristik dan kekhasan sumberdaya tersebut, belum dilaksanakan secara merata dan optimal. Akibatnya timbul berbagai pemasalahan tersendiri yang secara umum permasalahan tersebut antara lain terkait aspek konservasi lingkungan, eksploitasi, aspek pendidikan, kemiskinan, aspek ekonomi (manfaat pada masyarakat lokal), aspek pengelolaan serta aspek keberlanjutan. Kesemua cara atau sistem pengelolaan tradisional ini pada dasarnya merupakan cerminan kearifan lokal dalam mendukung strategi konservasi berbasis masyarakat di kawasan (Farid dan Dessy, 2006).

Di era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi, pemerintah telah menetapkan bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sangat perlu dikembangkan dan dibina secara sinergi sebagai sektor unggulan. Artinya mensinergikan upaya pelestarian alam dan budaya beserta warisannya, melalui pendekatan pariwisata berkelanjutan sebagai alat yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan nasional yang diidamkan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif melalui kebijaksanaannya menciptakan kondisi yang dapat memberikan berbagai kemudahan bagi masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya dalam rangka mengakselerasi pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif nasional.

Diketahui bahwa di satu sisi budaya beserta warisannya merupakan aset yang mencerminkan identitas bangsa, dan di sisi lain pariwisata merupakan salah satu unsur penggerak yang dapat memacu apresiasi warisan alam dan budaya sekaligus pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah. Sejalan dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan, diharapkan pariwisata sebagai salah Diketahui bahwa di satu sisi budaya beserta warisannya merupakan aset yang mencerminkan identitas bangsa, dan di sisi lain pariwisata merupakan salah satu unsur penggerak yang dapat memacu apresiasi warisan alam dan budaya sekaligus pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah. Sejalan dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan, diharapkan pariwisata sebagai salah

Karena pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan salah satu potensi pembangunan nasional yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan dan berorientasi global dengan mengacu pada nilai-nilai agama dan budaya, lingkungan, persatuan nasional, serta persahabatan antarbangsa, maka proses pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif harus dilakukan secara sistematis, terencana, menyeluruh, dan terpadu lintas sektor dan disiplin agar dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi para pemangku dan pemilik kepentingan (stakeholder dan shareholder). Artinya proses pembangunan sektor dimaksud harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pemanfaatan sumberdaya yang ada untuk kepentingan masyarakat, daerah dan bangsa.

Dimensi ekonomi pembangunan nasional, termasuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global dengan tetap mempertahankan akar budayanya, sesuai kemajuan teknologi guna membangun keunggulan kompetitip sesuai dengan kompetensi dan potensi sumberdaya unggulan di setiap daerah.

Dengan besarnya keanekargaman potensi sumber daya alam dan budaya yang tersebar di berbagai wilayah Timur Indonesia ini, pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengelola dan memanfatkan potensi tersebut secara terpadu dan berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk menindak lanjuti percepatan pembangunan secara merata, pemerintah telah menetapkan program pembangunan termasuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ke depan, harus diprioritaskan pada kawasan tertinggal seperti kawasan bagian Timur Indonesia (KTI). Hal ini seperti yang di amanatkan dalam instruksi presiden republik Indonesia nomor 7 tahun 2002 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia. Selanjutnya melalui kebijakan yang berupa strategi induk (Grand Strategy) pembangunan KTI, diterjemahkan oleh sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sesuai visi dan misinya menjadi perencanaan pengembangan sektor kebudayaan pariwisata sebagai salah satu acuan rencana aksi pembangunan di KTI.

Oleh karena itu, di satu sisi dalam rangka agar peningkatkan apresiasi jati diri cinta bangsa

I do esia terhadap usa tara elalui ka pa ye sadar isata Ke alilah Negeri u, Ci tailah Negeri u tidak e jadi pepesa koso g, serta di sisi lain untuk menindak lanjuti percepatan

pembangunan secara merata terintegrasi berdasarkan MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2012-2025), pemerintah telah menetapkan program pembangunan termasuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ke depan, harus diprioritaskan pada kawasan Timur Indonesia (Bali, NTB, NTT). Untuk itu dibutuhkan eksplorasi data dan informasi peta potensi daya tarik pembangunan secara merata terintegrasi berdasarkan MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2012-2025), pemerintah telah menetapkan program pembangunan termasuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ke depan, harus diprioritaskan pada kawasan Timur Indonesia (Bali, NTB, NTT). Untuk itu dibutuhkan eksplorasi data dan informasi peta potensi daya tarik

1.2. Permasalahan

Permasalahaannya adalah hingga saat ini pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur masih sangat minim dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya yang ada. Sehingga masih jauh tertinggal dengan daerah lain dan belum menjadi kesatuan daya tarik Indonesia disebabkan antara lain:

1. Pembangunan yang masih terfokus pada wilayah Jawa, Bali dan Sumatera, menyebabkan belum teridentifikasinya potensi sumberdaya alam dan budaya yang lengkap, aktual dan akurat untuk kepentingan percepatan pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terpadu dan berkelanjutan mencakup daya tarik sumber daya alam dan budaya; aksesibilitas, amenitas, lingkungan alam, kelembagaan, SDM dan pemasaran.

2. Belum dimilikinya data dan informasi keruangan (spasial) tentang persebaran potensi sumberdaya dan aset produk yang lengkap, aktual dan akurat tentang pariwisata dan ekonomi kreatif yang diperlukan untuk mendukung proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan terkait dengan kepentingan perencanaan pembangunan pariwisata Pulau Flores yang terpadu dan berkelanjutan.

3. Belum dirumuskannya perencanaan pembangunan daerah sebagai arah pembangunan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Sehubungan dengan upaya pembangunan tersebut, maka program insentif riset terapan tahun anggaran 2012 ini, merupakan kegiatan riset yang akan meliputi Pulau Flores secara keseluruhan. Kajian ini pada dasarnya, akan melakukan pengembangan data dan informasi berbasis keruangan (spatial) melalui pemetaan potensi daya tarik sumberdaya alam dan budaya untuk beberapa daerah sebagai salah satu bahan dasar perumusan perencanaan kawasan (Burrough, 1986). Untuk itu dibutuhkan data dan informasi peta potensi sumberdaya alam dan budaya yang lengkap untuk Sehubungan dengan upaya pembangunan tersebut, maka program insentif riset terapan tahun anggaran 2012 ini, merupakan kegiatan riset yang akan meliputi Pulau Flores secara keseluruhan. Kajian ini pada dasarnya, akan melakukan pengembangan data dan informasi berbasis keruangan (spatial) melalui pemetaan potensi daya tarik sumberdaya alam dan budaya untuk beberapa daerah sebagai salah satu bahan dasar perumusan perencanaan kawasan (Burrough, 1986). Untuk itu dibutuhkan data dan informasi peta potensi sumberdaya alam dan budaya yang lengkap untuk

1.3. sasaran

Sasaran dari kajian dengan hasil berupa informasi spatial tentang potensi kepariwisataan serta rumusan strategi dan aksi di pulau Flores ini, adalah:

1. Menyediakan data spatial sebagai bahan masukan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang diperlukan untuk perencanaan sebagai arah dalam penyelenggaraan percepatan pembangunan bidang pariwisata di pulau Flores yang berbasis pada pembangunan pariwisata berkelanjutan

2. Mewujudkan satu rumusan strategi pengembangan produk wisata overland (Jakarta, Bali, Lombok, Flores) yang berbasis pada pemanfaatan potensi sumber daya alam, budaya dan lingkungannnya, serta sumberdaya manusia secara terpadu

1.4. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup kegiatan penelitian yang diperlukan sebagai bahan kebijakan pengembangan potensi dan penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan secara terpadu akan dibatasi pada:

1. Lingkup Kajian Sebagai kerangka atau arahan mendasar pada pelaksanaan operasionalnya, maka ruang lingkup

ekspedisi ilmiah pemetaan potensi sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif di Pulau Flores akan dibatasi pada:

a. Data spasial potensi sumberdaya budaya dan alam serta komponen kepariwisataan yang ada di Pulau Flores

b. Menemukenali isu isu strategis yang terkait dengan permasalahan dan peluang percepatan pembangunan Pulau Flores melalui penilaian (assessment) potensi sumberdaya budaya dan alam serta komponen kepariwisataan yang dimiliki Pulau Flores

c. Langkah-langkah tindak lanjut pemanfaatan sumberdaya alam meliputi flora fauna, bentang alam, gejala alam baik di darat maupun laut, serta sumberdaya budaya meliputi kearifan dan c. Langkah-langkah tindak lanjut pemanfaatan sumberdaya alam meliputi flora fauna, bentang alam, gejala alam baik di darat maupun laut, serta sumberdaya budaya meliputi kearifan dan

2. Lingkup Kegiatan Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dimaksud di atas, maka, dengan menyusaikan pada

dana, biaya, waktu dan luas wilayah pengamatan, kegiatan mencakup:

a. identifikasi potensi sumberdaya kepariwisataan dan ekonomi kreatif beberapa daerah kabupaten di Pulau Flores. Tahap ini mencakup:

1) Pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data potensi sumberdaya kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Pulau Flores.

2) Data Spatial (GIS) potensi sumberdaya kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Pulau Flores

b. Penyusunan kerangka konsep pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai arahan ke depan dalam perumusan rencana aksi percepatan pembangunan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Pulau Flores.

3. Lingkup Wilayah Studi Kasus Ekspedisi ilmiah akan dilakukan di Pulau Flores dengan beberapa daerah menjadi lokasi

pengamatan yang memiliki keanekaragaman potensi sumberdaya meliputi Kabupaten Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, Kabupaten Mumere atas dasar:

a. Daerah tersebut memiliki berbagai isu potensi dan penyelenggaraan kepariwisataan yang bervariasi

b. Keterbatasan dana dan waktu

1.5. Keluaran

Adapun keluaran dari kegiatan ekspedisi ilmiah ini adalah dokumen yang berisi informasi terkait:

1. Data dan informasi hasil identifikasi yang terkait dengan potensi sumberdaya kepariwisataan di pulau flores dalam bentuk deskriptiv, pictorial dan spatial

2. Pokok-pokok pikiran yang mencakup permasalahan, pemecahan masalah dalam pengembangan potensi sumberdaya kepariwisataan di pulau Flores.

3. Rekomendasi dan saran tindak lanjut yang dapat mendukung arah pengembangan potensi sumberdaya kepariwisataan secara umum di pulau Flores secara berkelanjutan.

1.6. Kebutuhan Keahlian

Dalam upaya agar kegiatan dapat mencapai sasaran dan diterima oleh para pemangku kepentingan khususnya di Pulau Flores, maka tim ekspedisi ilmiah ini akan melibatkan lintas sector yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan khususnya di Pulau Flores, baik di pusat maupun daerah, serta akan dilaksanakan bekerjasama antara lain dengan pihak-pihak terkait di Pulau Floresserta stakeholder lintas sector dan disiplin lainnya. Adapun tenaga yang yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi tenaga yang memiliki keahlian antara lain:

1. Bidang Pariwisata

2. Bidang Kebudayaan (Arkeologi, antropologi)

3. Bidang Perencanaan/Penataan ruang

4. Bidang Geologi dan Lingkungan

5. Bidang Informasi Teknologi (IT/GIS)

1.7. Rencana dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan kajian ini, merupakan kegiatan untuk akan melengkapi data dan informasi spatial potensi sumberdaya kepariwisataan di Pulau Flores, yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan ekspedisi ilmiah ini akan dilaksanakan pada tahun 2012, bekerjasama dengan pemerintah setempat dengan perencanaan seperti berikut:

1. Pelaksana kegiatan Adapun pelaksanaan kegiatan yang bersifat swakelola ini dilaksanakan oleh tenaga-tenaga ahli di

bidangnya yang berasal antara lain dari intansi terkait baik di pusat maupun daerah. Instansi dimaksud mencakup antara lain dari Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Lingkungan Hidup, Kehutanan, Pengelola Taman Nasional, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Pakar dan Praktisi di bidang ekowisata, LSM serta Pelaku Industri Pariwisata.

2. Waktu pelaksanaan Kegiatan ini terdiri dari tiga tahap meliputi tahap persiapan, pengumpulan data (survei),

pengolahan data dan tahap pelaporan yang direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu 8 bulan dengan jadwal secara rinci pelaksanaan kegiatan terlampir.

3. Pendanaan Dalam pelaksanaan kegiatan Ekspedisi ilmiah tahap awal ini, maka segala aktivitas yang

berhubungan biaya akan dibebankan pada anggaran program insentif riset terapan tahun anggaran 2012 sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kemajuan di bidang informasi, transportasi dan pariwisata bagi banyak negara dalam rangka mengantisipasi peluang kompetisi di era globalisasi saat ini, telah menjadi isu yang sangat strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu bidang yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan bangsa yang diharapkan. Hal ini tidak terkecuali untuk Indonesia yang terus berupaya mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu andalan Pemerintah dalam mempercepat pembangunan bangsa secara merata, terpadu dan berkelanjutan.

Dalam kenyataan yang sesungguhnya pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia menjadi terhambat disebabkan perhatian yang kurang terhadap arti penting pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap kesejahteraan masyarakat. Kebudayaan sebagai cerminan identitas bangsa, dan pariwisata sebagai wahana, akan mampu meletakan kebudayaan sebagai sumber kreatifitas dan alat perjuangan untuk mendapatkan pengakuan kesetaraan dalam pergaulan antarbangsa yang sesungguhnya. Disamping itu pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif Indonesia sebagai bagian dari kerangka pembangunan nasional, secara sinergis mampu mendorong pembangunan nasional dalam pengembangan perekonomian yang berorientasi kemajuan teknologi dengan keunggulan kompetitip berdasarkan kompetensi dan produk termasuk produk unggulan kepariwistaan dan industri kreatif disetiap daerah.

Atas dasar gambaran tersebut di atas, pengelolaan potensi sumberdaya kepariwisataan dan ekonomi kreatif di daerah perlu didukung oleh kebijakan nasional, karena terdapat konsekuensi kewajiban pemerintah tidak saja bagaimana mengelola kebudayaan yang beragam atau multikultur untuk diarahkan pada nilai-nilai yang akan menjadi kekuatan integratif terhadap kebudayaan lokal yang bersifat majemuk, tetapi juga bagaimana mengembangkan kepariwisataan sebagai suatu alat atau media penguatan industri budaya serta peningkatan kualitas hubungan antarmanusia dalam rangka peningkatan kesejahteraannya secara berkelanjutan.

Berbagai rumusan dan kesepakatan tentang konsep pembangunan pariwisata yang berkelanjutan telah banyak dihasilkan dan mengacu pada pergeseran bentuk kepariwisataan yang lebih memperhatikan berbagai aspek terkait dengan lingkungan, social, budaya dan ekonomi, serta pemberdayaan masayarakat lokal dan pelestarian lingkungan. Secara umum rumusan pembangunan berkelanjutan di bidang pariwisata tersebut akan selalu memberikan jaminan terhadap kelestarian Berbagai rumusan dan kesepakatan tentang konsep pembangunan pariwisata yang berkelanjutan telah banyak dihasilkan dan mengacu pada pergeseran bentuk kepariwisataan yang lebih memperhatikan berbagai aspek terkait dengan lingkungan, social, budaya dan ekonomi, serta pemberdayaan masayarakat lokal dan pelestarian lingkungan. Secara umum rumusan pembangunan berkelanjutan di bidang pariwisata tersebut akan selalu memberikan jaminan terhadap kelestarian

Adanya tuntutan masyarakat dalam menyelesaikan krisis melalui pemerataan pembangunan berbagai sektor khususnya sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif di daerah, memacu pemerintah untuk menyiapkan perubahan sistem pembangunan yang lebih komprihensip, lebih handal, lebih terpadu dan berkelanjutan. Dari sasaran dalam RPJM 2012 – 2014, telah ditetapkan bahwa sasaran pembangunan kepariwisataan nasional dapat dijabarkan ke dalam berbagai langkah yang memerlukan keterpaduan seluruh pihak. Dalam pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional, dilakukan dengan meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional, mempermudah pergerakan wisatawan dari dan ke Indonesia, mengembangkan destinasi baru di luar Pulau Jawa dan Bali terutama di kawasan Timur Indonesia, mengembangkan kegiatan wisata yang potensial, serta menumbuhkembangkan pariwisata nusantara (Grand Strategi, 2002). Berikut diagram kerangka Pikir percepatan pembangunan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif pulau Flores:

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir

Guna memberikan kesamaan pemahaman dan cara pandang untuk beberapa kata-kata sebagai kata kunci yang diperlukan dalam menggunakan pedoman, antara lain yang mencakup:

1. Berkelanjutan Berkelanjutan merupakan moto, slogan, idealisme, cara melakukan kegiatan, cara menjalankan

kehidupan dalam suatu lingkungan, dan banyak lagi. Berkelanjutan (sustainability) adalah:

a. kapasitas kesinambungan lingkungan hidup (alam dan budaya termasuk binaan) dalam kerangka untuk jangka panjang.

b. kemampuan untuk menyesuaikan pencapaian kebutuhan sekarang dengan kebutuhan generasi mendatang dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan alam dan budaya sekitarnya tanpa kompromi (Webster dictionary).

c. is the su essful eeti g of present social, economic, and environmental needs without compromising the ability of future generation to meet their own needs; derived from the most common definition of sustainability, created in 1987 at the World Commission on Environment and Development Bru dtla d Co

issio ,

Adapun yang dimaksud dengan berwawasan lingkungan dalam riset ini, adalah merupakan bagian dari keberlanjutan sebagai dasar atau payung yang erat kaitannya dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya.

2. Pembangunan berkelanjutan Visi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tidak lagi berpusat pada

pertumbuhan yang menekankan hasil ekonomi, tetapi pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat dengan mengutamakan ekologi dan masyarakat (Korten, 2002: 54). Pembangunan berkelanjutan adalah:

a. adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan dan menyesuaikan manfaat dari sumberdaya alam dan sumber daya manusia dengan memperhatikan keberlanjutan (sustainability) ketahanan fisik, ketahanan sosial (social sustainability), ketahanan ekonomi (economic sustainabelity), serta ketahanan politik.

b. a dy a i p o ess hi h e a les all people to ealize thei pote tial a d i p o e thei uality of life i ays that si ulta eously p ote t a d e ha e the Ea th’s life suppo t syste s (Fo u Fo the Future).

Hingga saat ini diakui secara global bahwa konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap se agai resep pe

a gu a ter aik, ter asuk u tuk pe

a gu a di ida g pari isata.

3. Kebudayaan Beberapa yang lain menggunakan istilah kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang tampak pada

sekelompok anggota masyarakat tertentu sehingga dapat digunakan untuk membedakannya dari kelompok lain. Ada pula yang menggunakan istilah kebudayaan untuk menyatakan tingkat kemajuan teknologi yang didukung tradisi tertentu. Lalu, apakah istilah Kebudayaan yang dapat menjadi daya tarik pariwisata?

a. Kebudayaan merupakan hasil karya manusia dalam mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup dan sebagai proses adaptasi dengan lingkungan. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material.

b. Budaya manusia pada dasarnya memiliki ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan secara terstruktur, meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa, pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip, tradisi, dan seni).

c. Budaya adalah hasil karya manusia dalam meningkatkan taraf hidup dan proses adaptasi dengan lingkungan. Sebagai sebuah sistem, budaya perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material hasil cipta, karsa, dan karya manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat (Spradley, 1980: 5-9).

d. Budaya manusia dibedakan oleh sejarah, latar belakang dan pengembangan sosial. Budaya erupaka ide titas ya g

e iliki kesa aa iri-ciri bawaan (traits), dan dapat dikelompokkan meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa, religi, estetika dan mata pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa, pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture heritage (artifak, monumen, manuskrip, tradisi, dan seni).

4. Ekonomi Kreatif Muncul di Inggris yang di gagas oleh PM Tony Blair dengan membentuk Creative Industry Task Force yang berada di bawah Departemen of Culture, Media and Sports. Konsep ekonomi atau

industri kreatif selanjutnya banyak diadopsi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, mengingat negara berkembang umumnya memiliki keanekaragaman kekayaan bahan baku, disamping biaya untuk produksi dan jasa dipandang lebih murah. Industri kreatif mengedepankan nilai-nilai pengetahuan, perilaku hingga benda materi yang ada dalam kehidupan sosial budaya masyarakat untuk di manfaatkan sebagai penguat identitas yang memiliki nilai sosial,budaya, dan ekonomi. Industri kreatif yang baru dimulai di Indonesia sejak tahun 2006, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu. Sebagai negara yang memiliki keragaman seni, budaya, warisan budaya dan karya kreasi lainnya seperti batik, songket Palembang, patung Bali, keunikan Papua, berbagai kreasi bambu di Jawa Barat, hingga mebel Jepara yang telah diakui di mancanegara, tentunya pemerintah dituntut untuk mengembangkan serta memperkuat potensi ekonomi kreatif ini. Pemanfaatan daya kreasi serta daya cipta individu tersebut, telah menciptakan 14 subsektor industri kreatif mencakup periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen; video, film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan peranti lunak; televisi dan radio; serta riset dan pengembangan (Depdagri 2008). Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk menjawab permasalahan nasional dan global yang multi demensi, industri kreatif diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dimaksud khusunya isu global warming, isu lingkungan, dan sebagainya , mengingat arah pengembangan industri kreatif di indonesia akan di fokuskan pada pola industri ramah lingkungan yang berbasis pada penciptaan nilai tambah dari intelektualitas sumber daya manusia Indonesia.

5. Pariwisata Pariwisata adalah fenomena yang kompleks untuk dijabarkan dan tidak ada definisi secara

universal sehingga menimbulkan berbagai persepsi dan pemahaman. Pariwisata adalah:

a. Suatu sistem yang dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal terhadap ke tiga sub sistem saling terkait yaitu sub sistem daerah asal wisatawan (generating area), sub sistem daerah antara (transit area), serta sub sistem daerah tujuan wisata (tourist destination area) yang masing- masing terkait dengan ketersediaan pengaturan perjalanan, moda transportasi, daya tarik, aktivitas serta fasilitas wisata (Gunn, 1994-Inskeep, 1991).

b. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata UU No. 9 Tahun 1990 pasal 1 tentang Kepariwisataan

c. Sumberdaya pariwisata adalah keanekaragaman daya tarik sumberdaya alam, budaya maupun binaan disamping komponen pendukungnya seperti aksesibilitas dan amenitas.

6. Pariwisata berkelanjutan Dise ut juga se agai Wise Tourism , erupaka ko sep esar ya g dia u oleh se ua egara

dalam memayungi segala aktivitas yang terkait dengan kepariwisataan. Pariwisata berkelanjutan adalah :

a. upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya alam dan budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

b. merupakan pembangunan kepariwisataan yang menyesesuaikan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan memberi peluang pemanfaatan dan pmengembangan sumber daya pada generasi di masa depan.

c. "meets the needs of the present tourists and host regions while protecting and enhancing the opportunity for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social and aesthetic needs can be fulfilled, while maintaining cultural integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems" (WTO, 1997: 34).

7. Ekowisata (ecotourism) dan Wisata Budaya (culture tourism) Sumber daya pariwisata salah satunya adalah sumber daya alam. Dalam pariwisata berkelanjutan,

pemanfaatan ke dua sumber tersebut di kelompokkan dalam dua bentuk konsep pariwisata yaitu:

a. Ekowisata. Konsep ekowisata tergolong baru, seringkali menimbulkan banyak pengertian, salah implementasi, salah persepsi, sehingga menjadi tidak jelas manakala berhubungan dengan pengertian wisata lain seperti konsep wisata alam, agrowisata, wisata petualangan, dan bahkan dengan konsep wisata budaya. Ekowisata adalah:

 konsep pengembangan pariwisata berbasis pada poyensi daya tarik sumber daya lingkungan alam alami, yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya konservasi lingkungan alam alami

(ekosistem) sekaligus melestarikan nilai kearifan dan adat istiadat masyarakat lokal terkait cara hidup beradaptasi dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya.

 Dari segi pengelolaannya sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, yang

secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung upaya-upaya konservasi lingkungan

ekosiste sekaligus e i gkatka kesejahteraa asyarakat lokal (UNEP/CBD, 2001).

b. Pariwisata budaya. Bila mengacu pada aset potensi keaneka ragaman daya tarik budaya yang dimiliki di satu sisi,

bukanlah sesuatu yang berlebihan dan mengada-ada tema promosi tersebut. Namun di sisi lain masih banyak masalah dan tantangan yang perlu dibenahi agar potensi budaya beserta aspek penunjangnya dapat dikatakan layak sebagai destinasi yang siap jual sesuai dengan standar internasional. Salah satu masalah yang ada adalah bahwa pengembangan pariwisata masih terfokus pariwisata yang berbasis pada keanekaragaman alam, sedangkan pariwisata yang berbasis pada keanekaragaman budaya sebagai daya tariknya belum dikembangkan dengan baik.

(DCMS 1998, 2001)2, defines creative industries in a way that explicitly takes into account the relationship between culture and economic activity: Those activities which have their origin in individual creativity, skill and talent and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property.

Atas dasar itulah dikembangkan Pariwisata Budaya sebagai salah satu bagian smart tourism selain ekowisata. Mengapa dimulai saat ini? Karena keinginan setiap orang selalu berubah setiap saat. Begitu juga keinginan wisatawan dalam mengunjungi sebuah tempat. Tujuan utamanya jelas untuk memperoleh pengalaman unik yang bisa dilihat, dinikmati, dirasakan dan sekaligus dipelajari. Soal fasilitas, sarana atau pemandangan alam satu tempat dengan lainnya mungkin tidak jauh berbeda. Namun, sejarah dan budaya tiap-tiap daerah tentu tidak akan sama. Beberapa negara dan daerah telah menyadari kekuatan aspek ini sebagai daya tarik wisata.

Dalam mengembangkan pariwisata budaya Indonesia dalam era otonomi dan perubahan paradigma, beberapa hal utama perlu mendapat perhatian, yaitu keterpaduan penerapan antara prinsip Sustainable Development, Sustainable Tourism dan prinsip pengelolaan sumber daya budaya. Di samping itu, kita harus mampu menerjemahkan terminologi dan korelasi antara komponen budaya dan pariwisata dalam kerangka kesisteman.

Pariwisata budaya mengandung beberapa unsur dan mengacu pada keaslian atau otentisitas budaya masyarakat lokal. Wisata budaya adalah:

 konsep pengembangan pariwisata berbasis pada potensi daya tarik sumber daya budaya dan lingkungannya, yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian (perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan) budaya dan lingkungannya.  konsep pengembangan pariwisata berbasis budaya yang memayungi berbagai bentuk aktivitas wisata baik terkait dengan budaya warisan atau Cultural Heritage Tourism (nilai kearifan,

sejarah, tradisi, adat istiadat, bahasa), maupun yang terkait dengan warisan itu sendiri atau Heritage Tourism (monumen, situs sejarah, arsitek atau artefak), dengan tetap menekankan pada komponen yang bersifat kesenian maupun yang bersifat humanities (The Fine Art Department of Thailand, 1999).

8. Destinasi pariwisata Destinasi pariwisata biasa juga disebut sebagai daerah tujuan bagi wisatawan melakukan kegiatan

wisatanya. Destinasi pariwisata adalah:

a. Berupa suatu wilayah administrasi berbentuk kecamatan, kota, kabupaten, propinsi, negara bahkan kumpulan dari negara yang di dalamnya terdapat masyarakat, atraksi wisata atau kumpulan atraksi wisata dengan sarana parsarana dan fasilitas wisata di dalamnya,.

b. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan apa yang tertuang dalam UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

c. a physi al spa e i hi h a isito spe ds at least one overnight. It includes tourism products such as suppo t se i es a d att a tio s, a d tou is esou es ithi o e day’s etu t a el ti e. It has physical and administrative boundaries defining its management and images and perceptions defining i ts a ket o petiti e ess. (WTO, 2008)

Hingga saat ini, Kawasan Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur, kurang didukung oleh prasarana dan sarana fisik yang memadai, serta belum adanya akses langsung ke pasar Internasional. Sebagian besar peran kelembagaan pemerintahan dan masyarakat di Pulau Flores dan umumnya di KTI relatif masih rendah bila dibanding dengan kawasan Barat Indonesia. Hal ini terlihat dari rendahnya aspek mencakup produktivitas, peran serta masyarakat dan swasta, kualitas sumberdaya manusia, tingkat pembangunan daerah, kondisi perekonomian, serta prasarana dan sarana.

Dalam rangka melaksanakan percepatan pembangunan serta mewujudkan kesetaraan akses ekonomi, sosial dan keberdayaan masyarakat antar Kawasan Barat dengan Kawasan Timur Indonesia dan antar Kawasan di wilayah timur Indonesia, pemerintah melalui Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia telah menyusun Kebijakan dan Strategi yang perlu ditindaklanjuti dengan rencana tindak berupa program dan kegiatan untuk pembangunan di segala bidang termasuk kebudayaan dan kepariwistaan (Inpres No.7, 2002).

Untuk pembangunan di kawasan Timur Indonesia, dewan pengembangan KTI telah merumuskan grand strategi percepatan pembangunan kawasan Timur Indonesia sebagai landasan program percepatan pembangunan berbagai sector termasuk pengembangan sector pariwisata dan ekonomi kreatif. Kebijakan pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) telah dimulai sejak awal tahun 1990-an yang ditandai dengan dicantumkannya substansi percepatan pembangunan KTI pada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, pembentukan Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia pada tahun 1993 dan terakhir pembentukan Kementrian Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia pada tahun 2000. Adapun percepatan Pembangunan KTI yang bertujuan mengurangi ketimpangan regional; meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat; meningkatkan kesiapan KTI dalam menghadapi era perdagangan bebas; serta mempertahan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia, dilakukan dalam lima bidang yang meliputi:

1. bidang pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan, kesehatan, serta pengembangan budaya;

2. bidang ekonomi melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta peningkatan daya beli masyarakat;

3. bidang prasarana dan sarana melalui penyediaan dan optimalisasi prasarana dan sarana;

4. bidang kelembagaan melalaui penguatan dan melengkapi kelembagaan yang ada serta

5. bidang insentif melalui upaya pemberian insentif bagi investor yang membangun usaha di KTI.

Adapun keberhasilan pencapai percepatan pembangunan KTI di lima bidang ini, ditentukan oleh adanya tidak saja upaya percepatan, pemihakan, pemberdayaan, dan penguatan dalam bidang- bidang yang diprioritaskan guna menyerasikan dengan pertumbuhan antar wilayah di Indonesia, akan tetpi juga ditentukan oleh adanya suatu kesamaan pandang dan langkah para pemangku kepentingan yang berlandaskan pada kebijakan dan Strategi pembangunan Nasional yang terkait dengan percepatan pembangunan KTI.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam mendukung percepatan pembangunan kepariwisataan di kawasan pul;au Flores adalah perubahan paradigma kepariwisataan yang berlandaskan pada nilai dan prinsip pariwisata berkelanjutan. Prinsip-prinsip pembangunan pariwisata tersebut adalah partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitoring, akuntabilitas, serta promosi.

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT

3.1. Tujuan