Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesehatan Spiritual Lanjut Usia di Getasan dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Salib Putih Salatiga

Tugas Akhir

Disusun Oleh :

Christian Wiga Britani 462013050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana keperawatan

Disusun Oleh :

Christian Wiga Britani 462013050 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent ................................................................................. 16 Lampiran 2. Panduan Wawancara di Panti ............................................................... 17 Lampiran 3. Panduan Wawancara di Rumah ............................................................ 21 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian di Panti ................................................................. 26

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian di Rumah .............................................................. 28 Lampiran 6. Letter of Acceptance ............................................................................. 29

Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Christian Wiga Britani, Yulius Yusak Ranimpi, Arwyn Weynand Nusawakan

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Kristen Satya Wacana Email : 462013050@student.uksw.edu

Abstrak

Masa lansia merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila berusia 60 tahun ke atas. Hal penting yang perlu diketahui dalam proses pendampingan atau perawatan lansia adalah aspek-aspek di dalam kehidupan lansia yang turut berubah sebagai bagian dari tahap perkembangannya. Salah satu dari sekian banyak aspek penting adalah aspek spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesehatan spiritual lansia yang berada di rumah dan yang berada di panti. Penelitian ini menggunakan metode kualtiatif dengan disain studi komparatif yang dilakukan di desa Batur kecamatan Getasan dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga pada bulan Februari hingga Maret 2017. Enam riset partisipan diikutkan dalam penelitian ini yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan field research (penelitian lapangan) yaitu melalui observasi pasif dan wawancara mendalam dengan bentuk semi terstruktur. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan analisis fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya 6 kategori yang berkaitan dengan kesehatan spiritual partisipan, yaitu konsep sehat sakit, agama, harapan dalam hidup, keterikatan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungannya, kepercayaan kepada Tuhan dan makna hidup dalam dunia

Kata kunci : Lanjut usia (lansia), kesehatan Spiritual

Abstract

Health Spiritual Of Elderly In Getasan And House Of Wredha Salib

Putih Salatiga

The elderly is the most recent period of the human life cycle. Someone is said to be elderly when aged

60 and older. Important things to know in the process of facilitation or care of the elderly are aspects in the life of the elderly who helped change as part of the stage of its development. One of the many important aspects is the spiritual aspect. The purpose of this study is to describe the spiritual health of the elderly who are at home and who are in the orphanage. This study used a qualitative method with comparative study design conducted in Batur village of Getasan subdistrict and Panti Wredha Salib Putih Salatiga from February to March 2017. 6 participant research were included in this study which was determined using purposive sampling technique. Data collection is done by field research (field research) that is by passive observation and deep interview with semi structured form. The data were then processed and analyzed using phenomenological analysis. The result of this research is the finding of 6 categories related to participant's spiritual health, that is healthy concept of illness, religious practice, life expectancy, attachment between self, others and environment, belief in God and meaning of life in world

Keywords: Elderly, Spiritual Health

Pendahuluan

Setiap manusia memiliki tahap perkembangan mulai saat bayi hingga pada tahap akhir perkembangan yaitu lanjut usia (lansia). Lansia merupakan kelompok umur manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya yang dimulai pada usia 60 tahun keatas [1]. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. [2]. Proporsi lansia dunia diperkirakan dua kali lipat total populasi dunia dari 12% sampai 22% antara tahun 2015 dan 2050 [1].

Dalam kehidupan lansia, tentunya tidak lepas dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hubungan dengan orang lain juga diperlukan oleh lansia untuk menjaga keharmonisan. Tidak hanya itu, lansia juga membina relasinya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Semua hubungan itu termasuk dalam lingkup spiritual lansia. K ata “spirit” berasal dari kata benda bahasa Latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spipare” yang berarti untuk bernapas. [3]. Spiritual merupakan konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang. Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain dan dengan lingkungan. [4]. Dengan demikian, spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang [5]. Semakin tinggi spiritualitas seseorang, semakin besar kemampuannya dalam menghadapi konflik atau masalah. [6]. Spiritual sangatlah penting bagi upaya mewujudkan kesehatan, baik untuk memulihkan maupun menjaga kesehatan mereka [7]. Kesehatan spiritual memberikan makna hidup dan kekuatan pada saat individu mengalami kesulitan dalam kehidupannya seperti ketika dalam keadaan sakit. Makna hidup dapat diwujudkan melalui kedekatan lansia kepada Tuhan, lalu merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain [8]. Berdasarkan pendapat diatas, hal ini menunjukkan bahwa spiritual tidak hanya berhubungan dengan konsep Tuhan namun juga sangat erat kaitannya terhadap hubungan sosial termasuk di lingkungan rumah dan di lingkungan panti.

Dalam kehidupannya, lansia membutuhkan perawatan dan pendampingan karena keadaan fisik yang sudah tidak optimal lagi. Dalam proses pendampingan atau perawatan lansia terdapat aspek yang turut berubah sebagai bagian dari tahap perkembangannya. Aspek yang dimaksud adalah terkait aspek spiritual. Aspek spiritual juga dapat berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan dengan hal yang bersifat fisik ataupun mental[3]. Penelitian berjudul “Hubungan antara Kesehatan Spiritual dengan Kesehatan Jiwa pada Lansia Muslim di Sasana Tresna Werdha KBRP Jakarta Timur” menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan spiritual dan kesehatan jiwa pada lansia. [9]. Disisi lain, kesehatan jiwa lansia menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan terutama terkait perawatan dalam menghadapi suatu penyakit kronis misalnya.

Permasalahan yang dihadapi lansia bermacam-macam terutama ketika ditinjau dari lingkungan yang berbeda. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan panti dan juga lingkungan rumah. Terdapat konflik yang muncul pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah, yaitu terjadinya perbedaan pendapat di antara lansia. Hal itu dibuktikan dengan beberapa lansia yang tidak setuju jika mereka berinteraksi dengan orang lain yang berada di panti [10]. Lansia yang tidak cocok bergaul dengan sesama penghuni panti lainnya sering menimbulkan pertengkaran. [11]. Dengan demikian, baik tinggal di panti atau bersama keluarga di rumah, sama-sama memiliki potensi munculnya konflik. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mendeskrpisikan kesehatan spiritual lansia berdasarkan tempat tinggal mereka yaitu di lingkungan panti dan di lingkungan rumah.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian studi komparatif dan tipe fenomenologi deskriptif. Riset partisipan berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 lansia tinggal di panti wredha dan 3 lansia tinggal di rumah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah ;

1. Lansia yang berusia di atas 60 tahun

2. Lansia yang tinggal di panti dan di rumah

3. Lansia yang tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi

Teknik Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data menggunakan field research (penelitian lapangan). Cara yang dilakukan dalam penelitian lapangan berupa observasi partisipasi pasif yang bertujuan agar tidak ada kemungkinan untuk mengintervensi atau mempengaruhi jawaban informan dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan bentuk semi terstruktur. Alat pengumpulan data menggunakan voice recorder.

Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan mengacu pada pendapat dari Giorgi. Langkah yang pertama adalah mengasumsikan/menganggap suatu fenomena yang terjadi secara natural. Langkah kedua yaitu membaca data yang sudah tertulis secara keseluruhan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan maksud atau makna dari fenomenologi tersebut. Langkah keempat yaitu mengubah maksud atau makna tersebut secara psikologi/kejiwaan [12].

Uji Keabsahan data

Dalam penelitian ini, uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Menurut pendapat Sugiyono, trianggulasi sumber adalah trianggulasi yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. [13]. Sasaran dari sumber ini adalah tetangga maupun orang disekitar partisipan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 tempat yaitu ;

1. Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kota Salatiga

2. Panti Wredha Salib Putih Salatiga Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2017.

Hasil

Peneliti mengidentifikasi 6 kategori sebagai hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan spiritual lansia baik yang tinggal di panti maupun di rumah.

Konsep Sehat Sakit Lansia yang tinggal di rumah mempunyai kesamaan pandangan tentang sehat.

Mereka menjelaskan bahwa sehat merupakan suatu keadaan ketika dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas keseharian yang dimaksud meliputi bersih-bersih rumah, berkebun, dan mencari rumput untuk makanan hewan ternaknya. Semua aktivitas di atas termasuk dalam aktivitas fisik dari lansia. Pandangan sakit yang dimiliki partisipan yang tinggal di rumah juga memilki kesamaan. Sakit itu ketika mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan setiap harinya.

Lansia yang tinggal di panti memiliki pandangan yang berbeda. Menurut partisipan pertama yang tinggal di panti, kesehatan itu merupakan kondisi ketika ia tidak menderita sakit maupun penyakit seperti diabetes dan darah tinggi serta dapat memakan makanan dengan enak. Sebaliknya, sakit merupakan kondisi yang tidak nyaman karena merasakan kelemahan fisik. Partisipan kedua yang tinggal di panti menyampaikan sehat itu berhubungan dengan tubuh jasmani yang bersih dan terbebas dari bakteri, sebaliknya ketika partisipan sakit, ia memandang terdapat bakteri yang menyerang tubuhnya. Sementara itu pandangan sehat dari partisipan ketiga yang tinggal di panti menyebutkan bahwa sehat itu terkait cara menikmati makanan dengan nafsu yang tinggi dan juga tidak merasakan keluhan dari dalam tubuh. Ketika ia merasakan keluhan itu, maka solusinya adalah dengan pergi ke pelayanan kesehatan terdekat yaitu Puskesmas untuk diperiksakan.

Berikut ungkapan partisipan: “Kalo saya sehat itu ya kalo mau pergi ke ladang enak, kalo mau cari rumput ya enak ” (RPR2) “Kesehatan itu ya menjaga tubuh jasmani tetap bersih, menjauhkan dari bakteri- bakteri” (RPW2) ”Menurut bapak kalo misalnya badan sehat itu buat makan juga enak” (RPW3)

Praktik Keagamaan Dalam penelitian ini, semua lansia baik yang tinggal di panti maupun di

rumah memiliki agama dan kepercayaan kepada Tuhan di dalam hidup mereka. Partisipan yang tinggal di panti dan beragama Kristen memiliki kesamaan persepsi dalam ibadah bahwa ketika kondisi hati sedang tidak sungguh-sungguh fokus kepada Tuhan, maka ibadah itu akan menjadi percuma. Partisipan pertama yang tinggal di panti menjelaskan ketika ibadah, pikiran dikosongkan dan berusaha menghayati apa yang disampaikan. Partisipan kedua yang tinggal di panti menerangkan bahwa Tuhan itu mengetahui isi hati setiap orang. Hubungan antara partisipan dengan Tuhan dapat terjadi melalui doa.

Menurut partisipan yang beragama Islam, terdapat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pengikutnya. Kewajiban itu adalah melaksanakan ibadah sholat 5 waktu. Tiga partisipan yang tinggal di rumah melaksanakan ibadah sholat secara rutin 5 waktu, dan 1 partisipan yang mempunyai keunikan dalam ibadah sholatnya. Berbeda dengan 3 partisipan Islam lainnya, partisipan ini menjelaskan bahwa ia melakukan ibadah sholat hanya 1 kali dalam sehari yaitu setiap jam 12 malam.

Berikut adalah ungkapan partisipan: “Kalo ibadah mikir apa-apa kan percuma nda terfokus pada firman Tuhan”

(RPW1) “Kalo sholat ya lima kali, nda pernah bolong” (RPR3) “Nek sholat itu orang-orang kan 5 kali, kalo saya itu sekali jam 12 keluar ke

latar” (RPR1)

Harapan dalam Hidup Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua partisipan memiliki harapan

terkait dengan kehidupannya. Ketiga partisipan yang tinggal di rumah memiliki kesamaan dalam salah satu harapan mereka, yaitu agar diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Diterangkan bahwa kesehatan itu lebih penting daripada harta benda. Salah satu alasan mengapa kesehatan menjadi prioritas utama adalah agar lansia tetap dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti bekerja sebagai petani dan pergi ke ladang.

Berbeda halnya dengan partisipan yang tinggal di panti. Partisipan yang tinggal di panti memiliki harapan yang berbeda-beda. Partisipan pertama yang tinggal di panti menceritakan harapannya agar tetap dikuatkan imannya kepada Tuhan dalam segala hal. Partisipan kedua yang tinggal di panti mengatakan bahwa harapannya adalah agar diberikan kesabaran dan kasih dalam hidupnya, sedangkan harapan partisipan ketiga yang tinggal di panti yaitu agar semua teman dan sanak saudara selalu diberikan kesehatan serta dijauhkan dari segala sakit penyakit. Ungkapan partisipan 3 yang tinggal di rumah, yaitu supaya diberikan kesehatan, lalu ungkapan lainnya disampaikan riset partisipan 1 yang tinggal di panti wredha yaitu supaya dikuatkan selalu imannya.

Keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungannya Penelitian ini menunjukkan bahwa dari enam partisipan terdapat dua

partisipan yang dinilai mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Partisipan pertama yang tinggal di panti memiliki sifat malas untuk mengobrol karena gangguan fisik pada matanya yang menyebabkan sulit untuk bergaul dengan orang lain. Partisipan kedua yang tinggal di panti masih merasa bahwa tetangganya tidak dapat mencerna apa yang dibicarakannya. Sementara itu, satu partisipan yang tinggal di panti merasa kurang tenang karena harus menghadapi lingkungan yang baru.

Tiga partisipan yang tinggal di panti merasakan hal yang sama yaitu harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk kehidupan mereka. Salah satu peran keluarga kepada lansia adalah memberikan dukungan sosial. Meskipun para lansia tidak merasakan hadirnya keluarga disana namun dukungan sosial itu ada yaitu melalui teman disekitarnya. Semua lansia yang tinggal di rumah tidak memiliki Tiga partisipan yang tinggal di panti merasakan hal yang sama yaitu harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk kehidupan mereka. Salah satu peran keluarga kepada lansia adalah memberikan dukungan sosial. Meskipun para lansia tidak merasakan hadirnya keluarga disana namun dukungan sosial itu ada yaitu melalui teman disekitarnya. Semua lansia yang tinggal di rumah tidak memiliki

Demikian ungkapan partisipan: “Kadang-kadang kita berkomunikasi sama orang yang ga ngerti” (RPW2) “Kalo matanya sehat ya bisa beraktivitas” (RPW1) ”Nda ada, karena di desa itu cuman sama tetangga, saudara jadi nda ada ke sulitan” (RPR2)

Kepercayaan kepada Tuhan Dalam penelitian ini, semua partisipan, baik yang tinggal di panti maupun

tinggal di rumah percaya dan mengimani bahwa Tuhan itu ada. Partisipan ketiga yang tinggal di rumah menjelaskan bahwa ia percaya bahwa Tuhan adalah pencipta segalanya. Tuhan yang dikenal merupakan Tuhan Sang Maha Pengampun. Partisipan pertama percaya bahwa Tuhan akan memberikan pengampunan dan pertolongan baginya disaat yang tepat. Sementara itu, partisipan kedua yang tinggal di rumah menerangkan bahwa Tuhan memberikan kekuasaan atas hidup manusia. Dia yang menentukan yang terbaik bagi setiap orang. Segala keinginan manusia di dunia yang berhak mengabulkannya adalah Tuhan. Selain itu, rasa mencintai dan dicintai akan Tuhan juga tercermin dalam hidup partisipan.

Dua partisipan yang tinggal di panti menerangkan Yesus sebagai juruselamatnya. Dalam konteks agama Kristen, partisipan pertama yang tinggal di panti percaya kepada Yesus sebagai juruselamat umat manusia. Yesus rela berkorban demi menyelamatkan manusia yang berdosa. Partisipan kedua yang tinggal di panti mengatakan bahwa Tuhan itu merupakan Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Partisipan percaya akan karya penyelamatan dari Yesus. Sementara itu, partisipan ketiga yang tinggal di panti dan beragama Islam menerangkan bahwa di dalam kepercayaan agama Islam, Tuhan itu sudah ada dalam diri kita masing-masing.

Seperti yang diungkapkan partisipan dalam penggalan wawancara berikut: “Tuhan itu Allah pencipta langit dan bumi yang mahakuasa maha benar”

(RPW2)

“Ya yang memberikan kekuasaan semuanya, mulai apa saja itu semua dari Allah” (RPR2) “Tuhan itu adalah juruselamat kita, Tuhan Yesus yang disembah juruselamat kita” (RPW1)

Makna hidup di dalam dunia

Masing-masing partisipan baik yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki makna hidup yang berbeda. Menurut partisipan kedua yang tinggal di rumah, hidup itu tidak ada puasnya kecuali jika sudah terbebas dari segala beban pikiran seperti bekerja untuk menghidupi rumah tangganya. Berbeda dengan partisipan ketiga yang tinggal dirumah, ia merasa sudah puas dengan hidup yang dijalani sekarang. Baginya, hidup adalah ketika bisa bekerja dan mencari makan untuk kebutuhan hidupnya. Sementara itu, makna hidup menurut partisipan pertama yang tinggal di rumah adalah suatu keadaan dimana ia dapat terbebas dari hutang.

Menurut pandangan partisipan pertama yang tinggal di panti, arti hidup itu adalah masih adanya roh yang bersemayam di dalam tubuh manusia. Partisipan kedua yang tinggal di panti menyampaikan bahwa hidupnya itu tidak selalu puas. Hal ini karena ia masih merasakan keluhan, misalnya seperti ketika sedang sakit. Definisi hidup menurutnya adalah ketika Tuhan masih memberikan nafas pada hidupnya. Sementara itu, bagi partisipan ketiga yang tinggal di panti, ia mengaitkan hidupnya dengan doa dan pengharapan kepada Tuhan. Doa dan harapannya adalah supaya diberikan umur panjang dan tidak diberi sakit penyakit.

Hal ini disampaikan seperti pada penggalan wawancara berikut: ”Hidup di dunia, berarti roh masih ada kalo mati kan rohnya dipanggil Tuhan” (RPW1) ”Nda ada puasnya, karena masih bekerja, kalo udah pusas itu harusnya kan

udah nda mikir apa- apa karena udah tercapai” (RPR2) “Sudah dikasih hidup ya ditanam didunia ya bagaimana didunia itu harus bekerja cari makan ” (RPR3)

Triangulasi sumber dilakukan oleh peneliti melalui keluarga dan orang-orang terdekat dari partisipan. Hasil triangulasi sumber menunjukkan bahwa tidak terdapat Triangulasi sumber dilakukan oleh peneliti melalui keluarga dan orang-orang terdekat dari partisipan. Hasil triangulasi sumber menunjukkan bahwa tidak terdapat

Pembahasan

Kesehatan spiritual erat kaitannya dengan agama yang juga mempunyai makna penting bagi manusia. Makna penting ini ditunjukkan melalui iman yang berfungsi sebagai sumber kekuatan batin ketika menghadapi kesulitan, penghibur dikala duka, pemicu semangat dan harapan berkat doa yang dipanjatkan, pemberi sarana aman karena merasa selalu berada dalam lindunganNya, penghalau rasa takut karena merasa selalu dalam pengawasanNya, tegar menghadapi masalah karena selalu ada petunjuk melalui firman-firman-Nya. [14]

Berdasarkan hasil studi dari Perinotti-Molinatti, menyatakan bahwa kesehatan spiritual memiliki peran penting dalam kehidupan lansia. [15]. Lansia akan merasakan dirinya berharga dan merasakan kehidupan yang terarah melalui harapan serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. [4]. Hal ini berarti bahwa kesehatan spiritual juga mencakup tentang masa depan dan harapan yang ingin dicapai lansia untuk kehidupannya.

Dalam kategori yang pertama yaitu konsep sehat sakit, peneliti menghubungkan hasil penelitian dengan teori perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan mencakup salah satunya perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) [16]. Perilaku kesehatan ditunjukkan melalui kebiasaan partisipan mengolah makanan dan menjaga pola makan. Ketika ia tidak mengatur dan menjaga pola makan dengan baik, maka akan memberikan dampak pada tubuhnya, yaitu menjadi tidak sehat. Berdasarkan hasil penelitian dari Siaputra, ditemukan bahwa melakukan pola hidup sehat sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dapat menjauhkan dari segala macam penyakit, ataupun obesitas dan berumur panjang [17]

Dalam kategori kedua yaitu praktik keagamaan, partisipan menerangkan kehidupan agama mereka dan ritual yang dilakukan dari masing-masing agama. Terdapat empat partisipan yang beragama Islam dan dua partisipan beragama Kristen Protestan. Hasil penelitian oleh Hefner, menunjukkan bahwa agama dan Dalam kategori kedua yaitu praktik keagamaan, partisipan menerangkan kehidupan agama mereka dan ritual yang dilakukan dari masing-masing agama. Terdapat empat partisipan yang beragama Islam dan dua partisipan beragama Kristen Protestan. Hasil penelitian oleh Hefner, menunjukkan bahwa agama dan

Kegiatan religi juga dapat memberikan pengaruh terhadap lansia, hal ini didukung dengan pendapat Trisnawati, yang mengatakan bahwa sebagian besar kegiatan religi yang baik tidak akan menyebabkan terjadinya depresi pada lansia.[19]. Kategori baik yang dimaksud adalah kegiatan yang tidak menyimpang dalam ajaran agama tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan Destarina, di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru melalui metode wawancara pada 10 orang lansia, 7 dari 10 lansia mengatakan bahwa sering mengikuti kegiatan religi yang diadakan oleh petugas panti. Kegiatan religi tersebut antara lain belajar mengaji, wirid, serta ceramah. [10]. Semua kegiatan religi yang dilakukan lansia baik yang tinggal di panti maupun di rumah itu bermanfaat bagi mereka yang bertujuan untuk mempertahankan hubungan dengan Tuhan.

Kategori ketiga terkait tentang harapan-harapan lansia di dalam hidupnya. Menurut Stanley dan Beare, harapan merupakan emosi aktif yang diperlukan untuk membuat hari –hari kehidupan lansia menjadi lebih baik. Emosi aktif tersebut terkait keinginan dari lansia yang salah satunya untuk dapat selalu diberikan kesehatan.[20]. Harapan untuk sehat juga disampaikan partisipan untuk masing-masing keluarganya termasuk anak cucunya melalui doa. Keluarga diharapkan menjadi pihak yang mendukung para lansia di masa menjelang ajalnya. Jika keluarga tidak dapat menjalankan perannya terhadap lansia, maka dapat menyebabkan lansia mengalami masalah salah satunya kesepian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikasi, diperoleh bahwa lansia dengan tingkat kesepian disebabkan dukungan keluarga yang didapatkan lansia.[21]. Dengan demikian, dukungan keluarga dapat menjadi faktor untuk menurunkan resiko terjadinya kesepian dan stress ataupun masalah psikologis pada lansia [22].

Kategori yang keempat menerangkan tentang hubungan lansia dengan orang disekitarnya. Hubungan yang terjalin ditunjukkan melalui suatu komunikasi. Komunikasi merupakan media untuk bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain seperti teman dan tetangga. Lansia juga perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau berkumpul dengan orang lain sehingga dapat mempertahankan keterampilan berkomunikasi, juga untuk menunda kepikunan [23]. Berdasarkan hasil penelitian

Murni, kesempatan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui kegiatan religi seperti pengajian bersama dengan masyarakat, aktivitas senam lansia di panti, berolahraga, dan saat mengikuti perayaan hari besar agama seperti Natal dan Idul Fitri. [24]. Berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah, lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah tidak hanya mendapatkan perawatan fisik, namun juga mendapatkan kasih sayang, kebersamaan, interaksi atau komunikasi yang baik, serta menerima bantuan dari anggota keluarga yang merupakan fungsi dari keluarga [25].

Kategori yang kelima mengenai kepercayaan kepada Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan dapat diwujudkan dalam kegiatan rohani. Semua partisipan dalam penelitian ini berpartisipasi dalam kegiatan rohani. Penelitian yang dilakukan oleh Menjalani lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan. [26]. Konsep ketuhanan berkaitan erat dengan spiritual termasuk pengenalan dengan Tuhan dalam hidup lansia. Spiritual merupakan kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan[27].

Kategori yang keenam menerangkan tentang makna hidup di dalam dunia. Berdasarkan hasil penelitian dari Bahkruddinsyah, ditemukan bahwa 7 dari 8 partisipan memiliki makna hidup positif yang dapat membawanya untuk menemukan arti kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya di panti tersebut [28]. Lansia dapat menemukan makna hidup dimanapun mereka berada termasuk di dalam Panti Wredha yang menjadi salah satu objek dalam penelitian ini. Bergabungnya lansia dalam sebuah lembaga sosial atau sering disebut panti wredha menjadi salah satu alternatif solusi yang cukup baik demi kelangsungan hidup lansia [29]. Sementara itu, keluarga dapat dikatakan sebagai subjek yang berperan untuk mendukung kehidupan lansia. Adanya dukungan dari keluarga juga dapat memberikan sebuah kepuasan bagi para lansia Dukungan keluarga berperan dalam pencapaian kepuasan hidup lanjut usia[30].

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan bahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan spiritual lansia yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki pemaknaan yang sama tetapi juga ada yang berbeda. Kesamaan dan perbedaan tersebut terimplikasi dalam setiap aspek spiritual yang diteliti.

Pada kategori pertama yaitu konsep sehat sakit, semua partisipan yang tinggal di rumah menjelaskan bahwa sehat itu merupakan suatu keadaan dimana dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas keseharian yang dimaksud meliputi bersih- bersih rumah, berkebun, dan mencari rumput untuk makanan hewan ternaknya. Sebaliknya, sakit merupakan keadaan ketika mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Kategori yang kedua yaitu praktik keagamaan menjelaskan bahwa semua partisipan yang tinggal di panti memiliki kesamaan persepsi dalam hal ibadah. Kesamaan yang dimaksud seperti menaruh pikiran dan fokus kepada Tuhan agar ibadah mereka menjadi tidak percuma.

Kategori yang ketiga yaitu harapan dalam hidup. Partisipan yang tinggal di rumah memiliki kesamaan dalam harapan mereka, yaitu agar diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Sementara itu, partisipan yang tinggal di panti menyampaikan harapan yang berbeda-beda seperti dijauhkan dari segala penyakit, diberikan kesabaran dalam hidup, dan dikuatkan imannya kepada Tuhan.

Kategori keempat yaitu keterkaitan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Dari enam partisipan terdapat dua partisipan yang tinggal di panti yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena memiliki gangguan fisik pada matanya dan menyebabkan mereka menjadi sulit untuk bergaul dengan orang lain. Untuk satu partisipan yang tinggal di panti merasakan kurang tenang karena harus menghadapi lingkungan yang baru dengan orang panti. Sementara itu, semua lansia yang tinggal di rumah menjalani hubungan yang baik kepada keluarganya maupun dengan tetangga di sekitar rumah.

Dalam kategori kelima yaitu kepercayaan kepada Tuhan, semua partisipan baik yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki kepercayaan kepada Tuhan sesuai dengan agamanya masing-masing.

Pada kategori terakhir, masing-masing partisipan baik yang tinggal di panti maupun di rumah memiliki makna hidup yang berbeda. Partisipan yang tinggal di rumah menganggap hidup itu bermakna apabila terbebas dari segala beban pikiran dunia seperti bekerja dan mencari nafkah dan terbebas dari segala urusan hutang. Partisipan yang tinggal di panti memaknai hidup itu dengan berpendapat masih adanya roh yang bersemayam di dalam tubuh manusia, kemudian yang lain menjelaskan bahwa hidupnya itu tidak selalu puas karena masih merasakan keluhan, seperti ketika sedang sakit, lalu mengaitkan hidupnya dengan doa dan pengharapan kepada Tuhan. Doa dan harapannya adalah supaya diberikan umur panjang dan tidak diberi sakit penyakit.

Saran Peneliti mengalami kesulitan dalam menstrukturkan konsep-konsep spiritual yang sangat kompleks dari tiap individu yang berbeda-beda. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah agar dapat memfokuskan penelitian kedalam satu konsep spiritual secara terperinci.

Daftar pustaka

[1] World Health Organization (WHO).The Top 10 cases of death . 2015. [2]

F. dan M. Effendi, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika, 2009. [3] W. Hasan, “Aplikasi Strategi Dan Model Kecerdasan Spiritual (SQ) Rasulullulah di Masa Kini. Yogyakarta. Rineka Cipta,” 2006. [4]

A. Hamid, “Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC,” 2009. [5] Tamami, “Psikologi Tasawuf. Cetakan Satu. Bandung. Pustaka Setia.,” 2011. [6]

A. Ardiman, “Ardiman, A. (2006). Hubungan Spiritualitas dengan Proactive Coping Survivor Bencana Gempa Bumi di Bantul. Tidak dipublikasikan.

Universitas Islam Indonesia. Yogyakata.,” 2006. [7] MacKinlay, “The Spiritual Dimension of Ageing. 2nd printing. London &

Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers,” 2004.

C. M. Puchalski, “Spirituality and the care of paients at the end of Life : An essential component of care. Vol 56. Washingon,” 2005. [9]

A. Syam, “Hubungan antara kesehatan spiritual dengan kesehatan jiwa pada lansia muslim di sasana tresna werdha. Tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan. .Univers itas Indonesia,” 2010.

[10] Y. Destarina, V, Agrina, Dewi, I, “Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa. Program Studi Ilmu Keperawatan Vol.1No.2.,” 2014.

[11] dan I. Damaiyanti, Mukhr ipah, “Asuhan Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung.,” 2012.

A. Giorgi, “The descriptive phenomenological method in psychology: A modified Husserlian approach. Pittsburg, PA. Duquesne University.,” 2009. [13] Sugiyono, “‘Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D’. Bandung: Alfabeta,” 2006. [14] Lubis, “Iman dan Ilusi Psikiatri. Tidak dipublikasikan Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.,” 2002. [15] J. Perinotti- Molinatti, “The significance of spirituality in the elderly.,” 2005. [16] B . Budioro, “Pengantar Pendidikan (penyuluhan) Kesehatan Masyarakat edisi

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.,” 2007. [17]

A. Siaputra, H, Emmiati, A, Wibisono, F, WIdjaja, “Pola Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia dalam Mengkonsumsi Makanan Sehari-hari di Maureen

Studio. Thesis. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa. Diakses pada tanggal

10 November 2017. https://www.nel,” 2015. [18] L. Hefner, “Comparing, discussing two spiritual assessment tool. Counseling older adults. Diakses pada tanggal 21 Juli 2017. Dari http://.lorihefner.com,”

D. Trisnawati, “Hubungan Aktivitas Religi dengan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werda Unit Budi Luhur Yogyakarta. Jurnal

Kesehatan Kusuma Husada 02 (2). 3.,” 2011. [20] Stanley, “Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Jakarta. EGC,” 2007. [21]

A. Ikasi, “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kesepian (Lonelinnes) Pada Lansia. Jurnal Online Mahasiswa. Vol. 1 No.2. Oktober. Program Studi

Ilmu Keperawatan. Universitas Riau.,” 2014.

[22] dkk Maryam, R Siti, “Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika.,” 2008. [23] Nugroho, “Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi-3. Jakarta. EGC,” 2008. [24] N. Murni, “Interaksi Sosial Klien dengan Lingkungan Sosial Studi pada

PSTW Budi Dharma. Bekasi. Sosio Konsepsia. Diakses pada tanggal 10 November 2017. https://www.neliti.com/id/search?q=Interaksi+Sosial+Klien++dengan+Lingku ngan+,” 2008.

[25] Y. Mahareza, “Perbedaan Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werdha dan yang Tinggal bersama Keluarga. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Universitas Airlangga, Surabaya.,” 2008.

[26] T. Sumiati, “Pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual klien pada lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Tidak dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro. Semarang.,” 2009.

[27] J. . Nelson, “Psychology, Religion and Sprituality. New York; Springer Science.,” 2009. [28] R. Bahkruddinsyah, “Makna hidup dan arti kebahagiaan pada lansia di panti werdha nirwana puri samarinda,” eJournal Psikol., vol. 4, no. 4, pp. 431–445,

2016. [29] R. Bahkruddinsyah, “Makna Hidup dan Arti Kebahagiaan Pada Lansia di Panti Wredha Nirwana Puri Smarinda. EJournal Psikologi 4 (4) : 431-445).. Fakultas Psikologi. Universitas Mulawarman. Diakses pada tanggal 10 November 2017. http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wp,” 2016.

[30] M. Fauzi, “Hubungan Dorongan Keluarga dan Kepuasan Hidup Lanjut usia

Berdasarkan Status Perkawinan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 280- 294.,” 2013.

Lampiran I LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RISET PARTISIPAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

Umur

Hari/tanggal wawancara

Alamat

Menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan – Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Nama

: Christian Wiga Britani

NIM

Penelitian yang dila kukan berjudul “Kesehatan Spiritual Lanjut Usia Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga”. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan

memberikan sesuatu yang negatif untuk saya. Data mengenai diri saya dalam penelitian ini tidak akan disebarluaskan dan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Segala berkas yang mencatumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengambilan data. Dosen pembimbing dan peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data penelitian tersebut.

Demikian, surat ini dibuat tanpa unsur pemaksaan

Salatiga,................................2017

Peneliti, Partisipan,

Christian Wiga Britani (.............................................)

Lampiran II

“ Daftar Pertanyaan untuk Partisipan di Panti”

1. Siapakah nama bapak/ibu?

2. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal di panti?

3. Apa yang melatarbelakangi bapak/ibu berada di panti?

4. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di panti?

5. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di luar panti?

6. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari kesehatan?

7. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sehat apabila?

8. Apa sajakah upaya yang bapak/ibu lakukan untuk menjaga kesehatan anda?

9. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari sakit?

10. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sakit apabila?

11. Menurut bapak/ibu, apa itu spiritualitas?

12. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang spritualitas?

13. Bagaimana spiritualitas itu berpengaruh terhadap kehidupan bapak/ibu?

A. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar.

14. Apakah ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain?  Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?  Bagaimana masalah itu diselesaikan?

15. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari teman?  Mengapa bisa demikian?

16. Siapa sajakah teman yang dekat dengan bapak/ibu di panti?  Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika bisa berkenalan dengan teman

di panti?

17. Hal apa sajakah yang biasa diceritakan kepada teman anda?  Adakah tetangga yang bapak/ibu tidak suka? Mengapa bisa demikian?  Apakah itu mempengaruhi cara berinteraksi bapak/ibu?

18. Menurut bapak/ibu, apa makna kehadiran teman disaat anda membutuhkan pertolongan?

19. Menurut bapak/ibu, dukungan yang seperti apa yang pernah diberikan teman-teman kepada anda?  Bagaimana perasaan anda ketika menerima dukungan itu?  Mengapa bisa demikian?

20. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari motivasi?

21. Menurut bapak/ibu, bagaimana motivasi yang bapak/ibu rasakan terkait dengan berkomunikasi dengan teman-teman di panti?

 Menurut bapak/ibu, kapan motivasi yang bapak/ibu rasakan itu muncul?

 Bagaimanakah bapak/ibu dapat menjelaskan motivasi yang dirasakan?

 Mengapa bisa demikian?

22. Menurut bapak/ibu hal-hal apa saja yang bisa membuat senang atau bangga di sini?

 Mengapa hal itu membuat senang dan bangga?

23. Apakah bapak/ibu menerima keberadaan untuk tinggal di panti?

 Mengapa bisa demikian?

24. Menurut bapak/ibu, bagaimana kualitas relasi dengan teman-teman di panti?

 Bagaimana cara membentuk kualitas tersebut?  Bagaimana mempertahankan kualitas tersebut?  Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas relasi tersebut?  Apakah ada hambatan dalam hal ini?  Bagaimana solusinya?

25. Menurut bapak/ibu, apa harapan anda kedepan terkait relasi anda dengan orang lain?

 Mengapa bisa demikian?

26. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah kondisi alam disekitar sini?

27. Bagaiamana bapak/ibu memaknai hubungan anda dengan kondisi alam di sekitar yang bukan dengan sesama manusia?

28. Menurut bapak/ibu, apakah hubungan itu mempengaruhi kehidupan anda?  Mengapa bisa demikian?

B. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan (Inner Strength).

29. Menurut bapak/ibu apakah pengertian dari bersyukur?

30. Menurut bapak/ibu, dalam kondisi apa sajakah anda bersyukur kepada Tuhan?

31. Menurut bapak/ibu bagaimanakah cara untuk menunjukkan rasa syukur atas hidup yang telah diberikan Tuhan?  Mengapa cara itu dapat menunjukkan rasa syukur atas hidup yang telah diberikan kepada Tuhan?

32. Bagaimana bapak/ibu menjelaskan aspek positif yang ada dalam diri anda?  Mengapa bisa demikian?  Dalam kondisi apa saja aspek positif yang ada dalam diri anda itu

muncul?

33. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah sikap anda terkait dengan kehidupan yang dijalani sekarang?  Mengapa hal itu bisa terjadi?

34. Menurut bapak/ibu, bagaiamanakah anda menjelaskan tentang gambaran diri anda?

35. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah masa depan yang anda pikirkan terkait dengan gambaran diri?

C. Self, Others and God

36. Bagaimana bapak/ibu memandang diri bapak/ibu sendiri?

37. Bagaimanakah bapak/ibu menilai diri sendiri terkait dengan perjuangan hidup yang dilalui hingga saat ini?

38. Menurut bapak/ibu siapakah yang disebut dengan sesama itu?

39. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menghargai sesama?

 Mengapa bisa demikian?

40. Menurut bapak/ibu siapakah Tuhan itu?

41. Bagaimana bapak/ibu memaknai penyertaanTuhan dalam kehidupan anda?  Apakah pertolongan Tuhan itu memberikan kekuatan kepada hidup anda?  Mengapa bisa demikian?

42. Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang kebesaran Tuhan dalam hidup anda?  Mengapa bisa demkian?

43. Menurut bapak/ibu, bagaimana harapan anda kedepan terkait relasi anda dengan Tuhan?

D. Keagamaan (Religiousity)

44. Adakah kegiatan ibadah yang dilakukan di panti?  Seberapa sering bapak/ibu mengikuti kegiatan ibadah itu dalam seminggu?  Apakah arti ibadah yang dilakukan dalam…kali dalam seminggu menurut bapak/ibu?

45. Apakah yang bapak/ibu pikirkan ketika beribadah?  Apakah ada hubungannya dengan masa lalu?  Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?  Apakah ada hubungannya dengan harapan?  Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?  Apakah ada hubungannya dengan kekuatiran?  Mengapa hal itu bisa muncul dalam pemikiran bapak/ibu?

46. Apa yang bapak/ibu alami ketika mengikuti ibadah?

47. Ketika sedang beribadah, apakah yang bapak/ibu rasakan?  Pada bagian mana bapak/ibu merasakan hal itu?

48. Ketika sedang beribadah, doa apa saja yang biasa diucapkan?

49. Apakah yang bapak/ibu harapkan setelah mengikuti ibadah?

E. Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, kematian

50. Apa sajakah permasalahan yang bapak/ibu hadapi saat ini?

 Apakah ada permasalahan fisik yang bapak/ibu alami saat ini?

o Bagaimana masalah itu bisa dihadapi? o Bagaimana masalah itu diselesaikan?

 Apakah ada hubungannya dengan keluarga bapak/ibu? o Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?

o Bagaimana masalah itu diselesaikan?

51. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah permasalahan itu berpengaruh dalam hidup anda?

52. Menurut bapak/ibu, hal-hal apa sajakah yang biasa dilakukan ketika anda sedang menghadapi masalah?

 Mengapa bisa demikian?

53. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah cara anda menemukan solusi masalah yang sedang dihadapi?

54. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kehilangan seseorang dalam hidup anda?

 Siapakah seseorang yang dimaksud bapak/ibu itu?  Bagaimana perasaan yang bapak/ibu rasakan dalam menghadapi

keadaan itu?  Bagaimanakah cara anda untuk melepas kepergian seseorang dalam hidup anda?Mengapa bisa demikian?

55. Menurut bapak/ibu, apakah kematian dari orang-orang yang ada disekitar atau peristiwa kematian itu sendiri yang membuat anda merasakan demikian?

56. Bagaimana kematian orang-orang yang ada disekitar anda itu memepengaruhi anda dalam memaknai hidup?

 Mengapa bisa demikian?

57. Menurut bapak/ibu, bagaimana menjalani hidup tanpa seseorang yang telah tiada itu?

58. Menurut bapak/ibu, apa makna dari kematian?

59. Apakah bapak/ibu pernah mengalami ketakutan ketika kehilangan seseorang?

 Bagaiamana anda mengatasi ketakutan-ketakutan yang pernah

dirasakan ketika kehilangan seseorang?  Mengapa cara yang dilakukan bisa demikian?

F. Nilai-nilai hidup yang utama

60. Menurut bapak/ibu apakah kehidupan itu?

61. Menurut bapak/ibu apa sajakah makna dan tujuan hidup anda?

62. Dalam kehidupan bapak/ibu apa prinsip yang paling mendasar yang dijalankan selama ini?

63. Apakah prinsip yang dijalani itu berpengaruh pada hidup anda?  Mengapa bisa demikian?

64. Menurut bapak/ibu apa pengalaman hidup yang paling berkesan hingga sekarang?

 Apakah pengalaman itu berpengaruh terhadap kehidupan anda?  Mengapa bisa demikian?

65. Menurut bapak/ibu, apakah sudah puas dengan hidup yang sudah dijalani sampai saat ini?Mengapa demikian?

66. Menurut bapak/ibu, keinginan apakah yang diutamakan dalam hidup anda sekarang?

 Mengapa bisa demikian?

G. Memaafkan (Forgiveness)

67. Apakah bapak/ibu pernah melakukan suatu kesalahan di masa lalu?

68. Apakah dari kesalahan itu berpengaruh terhadap kepercayaan anda terhadap orang lain?

 Mengapa bisa demikian?

69. Apakah bapak/ibu sudah memaafkan diri anda sendiri?  Mengapa bisa demikian?

70. Apakah bapak/ibu pernah disakiti seseorang?  Mengapa bisa demikian?

71. Bagaimanakah respon bapak/ibu ketika ada orang yang menyakiti perasaan anda?

 Apakah anda memaafkannya?  Mengapa bisa demikian?

72. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yang dialami di masa lalu yang sampai sekarang belum selesai?Mengapa belum selesai?

73. Menurut bapak/ibu, apa sajakah hal-hal yg terjadi di masa lalu yang cukup membekas tetapi sudah diselesaikan sekarang?

 Bagaimanakah anda mengatasinya?

Lampiran III

“Daftar Pertanyaan untuk Partisipan di Rumah”

1. Siapakah nama bapak/ibu?

2. Sudah berapa lama bapak/ibu tinggal di rumah?

3. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di rumah?

4. Apa sajakah kegiatan yang biasa bapak/ibu lakukan di luar rumah?

5. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari kesehatan?

6. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sehat apabila?

7. Apa sajakah upaya yang bapak/ibu lakukan untuk menjaga kesehatan anda?

8. Menurut bapak/ibu, apakah pengertian dari sakit?

9. Menurut bapak/ibu, seseorang dikatakan sakit apabila?

10. Menurut bapak/ibu, apa itu spiritualitas?

11. Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang spritualitas?

12. Bagaimana spiritualitas itu berpengaruh terhadap kehidupan bapak/ibu?

A. Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar.

13. Apakah ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain?  Bagaimana masalah itu bisa dihadapi?  Bagaimana masalah itu diselesaikan?

14. Siapa saja orang-orang yang sering anda temui di masa-masa tua ini?  Bagaiamana hubungan anda dengan mereka?

15. Siapakah orang yang anda anggap dekat dengan anda dan sering berbagi curahan hati anda dengan mereka?dengan dirinya?

16. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari teman?  Mengapa bisa demikian?

17. Hal apa sajakah yang biasa diceritakan kepada teman anda?

 Adakah tetangga yang bapak/ibu tidak suka? Mengapa bisa demikian?  Apakah itu mempengaruhi cara berinteraksi bapak/ibu?

18. Menurut bapak/ibu, apa makna kehadiran teman disaat anda membutuhkan pertolongan?

19. Menurut bapak/ibu, dukungan yang seperti apa yang pernah diberikan teman-teman kepada anda?

 Bagaimana perasaan anda ketika menerima dukungan itu?  Mengapa bisa demikian?

20. Menurut bapak/ibu, apa pengertian dari motivasi?

21. Menurut bapak/ibu, bagaimana motivasi yang bapak/ibu rasakan terkait dengan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar anda?

 Menurut bapak/ibu, kapan motivasi yang bapak/ibu rasakan itu muncul?

 Bagaimanakah bapak/ibu dapat menjelaskan motivasi yang dirasakan?

 Mengapa bisa demikian?

22. Menurut bapak/ibu, bagaimana kualitas relasi dengan teman-teman di sekitar rumah?

 Bagaimana cara membentuk kualitas tersebut?  Bagaimana mempertahankan kualitas tersebut?  Bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas relasi tersebut?  Apakah ada hambatan dalam hal ini?  Bagaimana solusinya?

23. Menurut bapak/ibu, apa harapan anda kedepan terkait relasi anda dengan orang lain?

 Mengapa bisa demikian?

24. Menurut bapak/ibu, bagaimanakah kondisi alam disekitar sini?

25. Bagaiamana bapak/ibu memaknai hubungannya dengan kondisi alam di sekitar yang bukan dengan sesama manusia?

26. Menurut bapak/ibu, apakah hubungan itu mempengaruhi kehidupan anda?  Mengapa bisa demikian

B. Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan (Inner Strength).

27. Menurut bapak/ibu apakah pengertian dari bersyukur?

28. Menurut bapak/ibu, dalam kondisi apa sajakah anda bersyukur kepada

Tuhan?

29. Menurut bapak/ibu bagaimanakah cara untuk menunjukkan rasa syukur

atas hidup yang telah diberikan Tuhan?

 Mengapa cara itu dapat menunjukkan rasa syukur atas hidup yang telah diberikan kepada Tuhan?

30. Bagaimana bapak/ibu menjelaskan aspek positif yang ada dalam diri anda?  Mengapa bisa demikian?  Dalam kondisi apa saja aspek positif yang ada dalam diri anda itu

muncul?

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Penduduk Dusun Batur Kidul Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Penduduk Dusun Batur Kidul Kecamata

0 2 34

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang S

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01

0 0 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Bergas Kidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Semes

0 0 72