BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang S
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kesongo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Kesongo 1 yakni kelas 5A 21 siswa dan kelas 5B 18 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5A sebagai kelas eksperimen berjumlah 21 siswa dan siswa kelas 5B sebagai kelas kontrol berjumlah 18 siswa. Rekapitulasi jumlah siswa kelas 5 SD Negeri Kesongo 1 tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Subyek Penelitian SD Negeri Kesongo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang
Jenis Kelamin Kelas Kelompok Jumlah siswa
Laki-laki Perempuan
5A Eksperimen
8
13
21
5B Kontrol
10
8
18 Jumlah Seluruhnya
39
4.2 Analisis Validitas Data
Sebelum digunakan sebagai instrumen dalam pengambilan data, instrumen
pretest dan posttest terlebih dahulu dilakukan validasi isi melalui penilaian yang
dilakukan oleh para ahli. Dalam penilaian ini, validasi instrumen tes dilakukan oleh dua ahli, yaitu bapak Suwasono selaku dosen matematika dan Ibu Vera selaku guru matematika di sekolah tempat penelitian.
Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen penelitian berupa tes yaitu yang berbentuk uraian sebanyak 5 butir soal tentang materi jaring-jaring
pretest
bangun ruang telah dipenuhi serta hasil validasi instrumen penelitian berupa tes yaitu posttest yang berbentuk uraian sebanyak 5 butir soal tentang materi kesebangunan juga telah dipenuhi.
4.3 Analisis Pretest
4.3.1 Statistik Deskriptif Pretest Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
(Sugiyono 2009: 147). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan nilai tes kemampuan awal yaitu dengan pretest. Nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan kedua kelas tersebut. Nilai tes kemampuan awal didapat dari nilai pretest siswa materi jaring-jaring bangun ruang. Hasil analisis deskriptif pretest dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Pretest
Descriptives
Nilai N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
1 21 71,90 11,670 2,547 66,59 77,22
50
90
2 18 66,11 10,369 2,444 60,95 71,27
50
90 Total 39 69,23 11,329 1,814 65,56 72,90
50
90 Berdasarkan tabel 4.2, nilai minimum kelas kontrol sebesar 50 sedangkan nilai minimum kelas eksperimen sebesar 50 dan nilai maksimum kelas kontrol sebesar 90, sedangkan untuk nilai maksimum kelas eksperimen sebesar 90. Rata-rata dari kelas kontrol sebesar 66,11 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 71,90. Nilai standar deviasi kelas kontrol adalah 10,369 sedangkan nilai standar deviasi kelas eksperimen adalah 11,670.
4.3.2 Uji Normalitas Instrumen Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan hasil nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Instrumen pretest kelas kontrol dan eksperimen dihitung menggunakan bantuan
Software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 20. Hasil uji
normalitas pretest dapat dilihat pada tabel 4.3.Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest Tests of Normality
a
Kelas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1 ,197 21 ,032 ,919 21 ,084
Nilai 2 ,222 18 ,019 ,907 18 ,077
a. Lilliefors Significance Correction Dari tabel 4.3 didapat nilai signifikan pretest kelas eksperimen yaitu 0,084 < 0,05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal, sedangkan kelas kontrol nilai signifikan 0,077 < 0,05 maka data dari kelas eksperimen berdistribusi normal.
4.3.3 Uji Homogenitas Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan hasil pretest SD
Negeri Kesongo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang kelas 5A (sebagai kelas eksperimen) dan hasil nilai pretest kelas 5B (sebagai kelas kontrol). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig.
,108
1 37 ,745 Berdasarkan tabel 4.4 Test of Homogenitas of Variance dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,745. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen).
4.3.4 Uji Beda Rata-rata nilai Pretest Hasil uji hipotesis dari data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rata-rata Pretest
Independent Samples Test
Levene's t-test for Equality of Means Test for
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. Error 95% Confidence (2- Difference Difference Interval of the tailed) Difference
Lower Upper Equal variances ,108 ,745 1,626
37 ,112 5,794 3,563 -1,425 13,012 assumed Nilai
Equal variances 1,641 36,941 ,109 5,794 3,530 -1,358 12,946 not assumed
Berdasarkan tabel 4.5 uji beda rata-rata dapat dilihat bahwa F hitung
Levene’s
Test sebesar 0,108 dengan nilai signifikan 0,745 > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua populasi memiliki varian yang sama atau homogen. Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai t adalah 1,626 dengan signifikan 0,112 > 0,05 berarti H diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.3.5 Deskripsi Hasil Penelitian Penggambaran distribusi skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol diklasifikasikan berdasarkan perolehan nilai pretest. Sebelum menampilkan skor
pretest siswa dalam bentuk interval harus menentukan interval yang akan
digunakan. Interval dalam distribusi skor pretest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus interval menurut Sudijono (2008: 110), sebagai
Batas 1 = mean + 0,5. SD (batas atas) Batas 2 = mean
- – 0,5. SD (batas bawah) Setelah menentukan batas atas dan bawah maka diperoleh tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berikut adalah tabel 4.6.
Descriptives
Nilai N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean Lower Upper
Bound Bound
1 21 71,90 11,670 2,547 66,59 77,22
50
90
2 18 66,11 10,369 2,444 60,95 71,27
50
90 Total 39 69,23 11,329 1,814 65,56 72,90
50
90 Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat ditentukan interval skor pretest siswa sebagai berikut: Batas 1 = mean + 0,5. SD
= 69,23 + (0,5. 11,329) = 69,23 + 5,6645 = 74,89 (75)
Batas 2 = mean – 0,5. SD = 69,23 - (0,5. 11,329) = 69,23 - 5,6645 = 63,66 (64)
Maka interval kategori skor pretest siswa sebagai berikut: Tinggi = nilai > 75 Sedang = 64 < nilai < 75 Rendah = < 64 Hasil pengukuran pretest dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Kategori Nilai Pretest Siswa Kelas V SD Kesongo 1Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kategori
F % F % Tinggi
8
38
3
17 Sedang
8
38
6
33 Rendah
5
24
9
50
Diagram Pretest
100
80
ai
60
il N
40 Eksperimen
20 kontrol
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21 Jumlah Siswa
Gambar 4.1 Diagram pretestBerdasarkan tabel 4.7 menunjukkan pretest siswa kategori tinggi kelas eksperimen 8 siswa (38%), sedang 8 siswa (38%) dan rendah 5 siswa (24%). Kategori tingi kelas kontrol 3 siswa (17%), sedang 6 siswa (33%), dan rendah 9 siswa (50%).
4.4 Analisis Posttest
4.4.1 Analisis Deskriptif Posttest Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
(Sugiyono 2009: 147). Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan nilai tes kemampuan akhir yaitu dengan posttest. Nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diuji sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan kedua kelas tersebut. Nilai tes kemampuan akhir didapat dari nilai siswa materi kesebangunan. Hasil analisis deskriptif posttest dapat dilihat
posttest pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Posttest
Descriptives
Nilai N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean Lower Upper
Bound Bound
1 21 74,05 11,360 2,479 68,88 79,22
50
90
2 18 67,22 9,111 2,147 62,69 71,75
50
85 Berdasarkan tabel 4.8, nilai minimum kelas kontrol sebesar 50 sedangkan nilai minimum kelas eksperimen sebesar 50 dan nilai maksimum kelas kontrol sebesar 85, sedangkan untuk nilai maksimum kelas eksperimen sebesar 90. Rata-rata dari kelas kontrol sebesar 67,22 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 74,05. Nilai standar deviasi kelas kontrol adalah 9,111 sedangkan nilai standar deviasi kelas eksperimen adalah 11,360.
4.4.2 Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan hasil nilai posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Instrumen posttest kelas kontrol dan eksperimen dihitung menggunakan bantuan
Software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 20. Hasil uji
normalitas pretest dapat dilihat pada tabel 4.9.Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest
Tests of Normality
a
Kelas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1 ,176 21 ,088 ,919 21 ,081
Nilai 2 ,214 18 ,029 ,925 18 ,160
a. Lilliefors Significance Correction Dari tabel 4.9 didapat nilai signifikan posttest kelas eksperimen yaitu 0,081 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal, sedangkan kelas kontrol nilai signifikan 0,160 < 0,05 maka data dari kelas eksperimen berdistribusi normal.
4.4.3 Uji Homogenitas Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan hasil posttest SD
Negeri Kesongo 1 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang kelas 5A (sebagai kelas eksperimen) dan hasil nilai posttest kelas 5B (sebagai kelas kontrol). Hasil
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Nilai PosttestTest of Homogeneity of Variances
Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,450
1 37 ,236 Berdasarkan tabel 4.10 Test of Homogenitas of Variance dapat diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,236. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama (homogen).
4.4.4 Uji Beda Rata-Rata Hasil uji hipotesis dari data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil Uji Beda Rata-rata Instrumen Posttest
Independent Samples Test
Levene's t-test for Equality of Means Test for
Equality of Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence tailed) Difference Difference Interval of the Difference
Lower Upper Equal variances 1,450 ,236 2,046
37 ,048 6,825 3,336 ,065 13,586 assumed Nilai
Equal variances 2,081 36,860 ,044 6,825 3,280 ,179 13,472 not assumed
Berdasarkan tabel 4.11 uji beda rata-rata dapat dilihat bahwa F hitung
Levene’s
Test sebesar 1,450 dengan nilai signifikan sebesar 0,236 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varian yang sama atau homogen. Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai t adalah 2,046 dengan signifikan 0,048 < 0,05 berarti H ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
4.4.5 Deskripsi Hasil Penelitian Penggambaran distribusi skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol diklasifikasikan berdasarkan perolehan nilai posttest. Sebelum menampilkan skor
posttest siswa dalam bentuk interval harus menentukan interval yang akan
digunakan. Interval dalam distribusi skor posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan rumus interval menurut Sudijono (2008: 110), sebagai berikut: Batas 1 = mean + 0,5. SD (batas atas) Batas 2 = mean
- – 0,5. SD (batas bawah) Setelah menentukan batas atas dan bawah maka diperoleh tiga kelas interval yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berikut adalah tabel 4.12.
Descriptives
Nilai N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean Lower Upper
Bound Bound
1 21 74,05 11,360 2,479 68,88 79,22
50
90
2 18 67,22 9,111 2,147 62,69 71,75
50
85 Total 39 70,90 10,814 1,732 67,39 74,40
50
90 Berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat ditentukan interval skor posttest siswa sebagai berikut: Batas 1 = mean + 0,5. SD
= 70,90 + (0,5. 10,814) = 70,90 + 5,407 = 76,307 (76)
Batas 2 = mean
- – 0,5. SD = 70,90 - (0,5. 10,814) = 70,90
- – 5,407
= 65,493 (65) Maka interval kategori skor posttest siswa sebagai berikut: Tinggi = nilai > 76 Sedang = 65 < nilai < 76 Rendah = < 65 Hasil pengukuran posttest dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Kategori Postttest Siswa Kelas V SD Kesongo 1Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kategori
F % F % Tinggi
10
48
3
17 Sedang
7
33
6
33 Rendah
4
19
9
50 Diagram Posttest 100
80
60
ai il N
Eksperimen
40 Kontrol
20
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21 Jumlah Siswa
4.2 Diagram Posttest Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan posttest siswa kategori tinggi kelas eksperimen 10 siswa (48%), sedang 7 siswa (33%) dan rendah 4 siswa (19%).
Kategori tingi kelas kontrol 3 siswa (17%), sedang 6 siswa (33%), dan rendah 9 siswa (50%).
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran matematika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak berhubungan, maka dilakukan penelitian terhadap kedua kelas tersebut. Masing- masing kelas diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sedangkan di kelas kontrol menggunakan metode konvensional tetapi dengan materi pembelajaran yang sama yaitu Kesebangunan. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas tersebut, kemudian kedua kelas diberikan tes (posttest), yang nantinya data hasil posttest tersebut digunakan untuk kepentingan analisis serta pengujian hipotesis.
Data untuk tes kemampuan awal didapat dari hasil pretest pada materi jaring- jaring bangun ruang oleh siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri Kesongo 01. Data tersebut kemudian akan diolah untuk mengetahui kemampuan awal pada kedua kelas tersebut. Uji normalitas pretest siswa kelas 5 SD Negeri Kesongo 01 didapatkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan kelas kontrol 0,077 > 0,05 dan kelas eksperimen 0,84 > 0,05. Hasil analisis pretest dari kedua kelas tersebut homogen, dapat dilihat dari nilai signifikan 0,745 > 0,05. Setelah mengetahui kemampuan awal siswa dengan diberikan pretest kedua kelas tersebut diberikan posttest, Uji normalitas posttest didapatkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat nilai signifikan kelas kontrol 0,160 > 0,05 dan kelas eksperimen 0,081 > 0,05. Hasil analisis posttest dari kedua kelas tersebut homogen, dapat dilihat dari nilai signifikan 0,236 > 0,05.
Perhitungan uji beda rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t pada hasil
posttest kelas eksperimen dan posttest kelas kontrol, diperoleh hasil nilai t adalah
2,046 dengan signifikan 0,048 < 0,05 maka H ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan nilai rata-rata antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan metode pembelajaran konvensional. Dengan melihat rata-rata kedua kelas dimana kelas eksperimen rata-ratanya lebih tinggi yaitu 74,05, sedangkan kelas kontrol yang rata-ratanya hanya 67,22, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan metode konvensional kelas 5 SD Negeri Kesongo 01.
Model Pembelajaran Berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah nyata sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri serta dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses pembelajaran yang menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir serta dalam memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif serta tertarik dalam mengikuti pelajaran. Secara umum pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Lima tahapan model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian dan perolehan hasil pengujian hipotesis disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2014/2015.