Majalah Desa Medkeu Jan Feb 2015

VOLUME X | NO. 93 / JUNI 2015

ISSN 1907-6320

Vol. X No. 93 / Juni 2015

1

2

MediaKEUaNgaN

Daftar Isi
Reportase
25 Pembiayaan

Ekonomi Terkini
32 Kerja Ekstra Pada

Pembangunan,


Kuartal Berikutnya

Tantangan NegaraNegara Asia-Pasiik

13.

26 Kunjungan Kerja

Kolom Ekonom
40 Cukai Plastik

Menkeu

dan Bahaya Polusi

di Gorontalo

Putih

Wawancara

27 Indonesia Hindari

Generasi Emas
44 Lulus Cumlaude

Jebakan Kelas Menengah

Berkat Sampah

Potret Kantor
30 Menghimpun Data,

Opini
46 Babak Baru

Menghimpun Penerimaan

Faktur Pajak

Negara


Elektronik

Figur
32 Anak Kolong Sampai

Regulasi
48 Keringanan Pajak

Ke Negeri Orang

Untuk Investor

5 Dari Lapangan Banteng

Laporan Utama

6 Eksposur

13 Banyak Jalan


21 Belajar Pada

Membangun Desa

Panggungharjo

16 Infograis
18 Menata Dana Desa

Adil dan Merata

Inspirasi
50 Cinta di Antara

Kuliner
54 Menikmati

Bumi dan Langit


Kuliner Minang

10 Lintas Peristiwa

Diterbitkan oleh: Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Pelindung: Menteri
Keuangan Bambang PS Brodjonegoro. Ketua Pengarah: Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan Kiagus Ahmad Badaruddin. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab:
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Neneng Euis Fatimah. Pemimpin Redaksi:
Herry Siswanto. Redaktur Pelaksana: Dianita Suliastuti. Dewan Redaksi: Supriyatno,
Rizwan Pribhakti, Agung Ardhianto, Fery Gunawan. Redaktur Unit Eselon I: Arief Rahman
Hakim (DJBC), Wawan Ismawandi (BPPK), Hasan Lufthi (Ditjen PBN), Dendi Amrin (DJP),
Sri Moedji Sampurnanto (DJA), Etti Dyah Widyati (Itjen), Fachroedy Junianto (DJPK),
Adya Asmara Muda (BKF), Syahruddin (DJPU), Dwinanto (DJKN), Joko Triharyanto (BKF).
Redaktur Foto: Gathot Subroto, Muchamad Ardani, Fr. Edy Santoso, Eko P.W, Tino Adi
Prabowo, Andi Al Hakim, Aminuddin Aif, Muhammad Fath Kathin, Arif Setiyawan, Putu
Chandra Anggiantara, Imam Joedono, Faisal Ismail, Aditya Ariianto. Tim Redaksi: Hadi
Siswanto, Rezha S. Amran, Titi Susanti, Budi Sulistyo, Ahmady Muhajiri, Rahmat Widiana,
Dewi Rusmayanti, Iin Kurniati, Eva Lisbeth, Indri Maria, Dwinanda Ardhi, Bagus Wijaya,
Arindo Briyan Santoso, Wardah Adina, Danik Sulistyowati, Krisna, Cahya Setiawan,
Nurul Fajar Dwi Yuwono, Mohamad Imron, Muparrih, Shera Betania, Purwito, Pandu Putra

Wiratama, Gondo Harto, Putra Kusumo Bekti, Victorianus M.I. Bimo Adi, Yeti Wulandari,
Novita Asri Hartati, Pradany Hayyu M., Irma Kesuma Dewi, C.S. Purwowidhu, Amelia Saitri,
Abdul Aziz, . Desain Grais dan Layout: Dewi Rusmayanti, Wardah Adina, Arindo Briyan
Santoso Alamat Redaksi: Gedung Djuanda 1 Lantai 12, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1, Jakarta
Telp: (021) 3849605, 3449230 pst. 6328. E-mail: mediakeuangan@kemenkeu.go.id.

23 Dana Desa yang

di Tempat Asalnya

Renungan
52 Makhluk Tak Tahu Diri
Film
53 Passion is Nothing

Selebriti
56 Sensasi
Imajinasi Laura
Basuki


Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi
penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan
substansi. Bagi tulisan atau artikel yang dimuat akan mendapatkan imbalan
sepantasnya.

Vol. X No. 93 / Juni 2015

3

4

MediaKEUaNgaN

Dari Lapangan Banteng

Membangun
Indonesia
dari Desa

“M


embangun Indonesia
dari pinggiran dengan
memperkuat daerahdaerah dan desa dalam
kerangka negara
kesatuan.” Itulah bunyi salah satu Nawa
cita yang digagas oleh Presiden Jokowi.
Banyak jalan memajukan desa.
Salah satunya dengan memberikan
dana desa. Dana Desa diberikan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan dana desa
melalui peningkatan pelayanan publik di
desa, memajukan perekonomian desa,
mengatasi kesenjangan pembangunan
antar desa serta memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek
pembangunan.
Sesuai Pasal 72 UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, Dana Desa

adalah salah satu dari tujuh sumber
pendapatan desa. Tujuan dana desa

tweet
tweet
Kementerian Keuangan Republik
Indonesia @KemenkeuRI

Jika Anda menjadi Kepala Desa,
apa yang akan Anda lakukan
dengan #DanaDesa? Bagikan
opini Anda dengan tagar
#OpiniAnda #DanaDesa

www.kemenkeu.go.id

ini dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa melalui peningkatan
pelayanan publik di desa. Selain itu,

diharapkan perekonomian desa semakin
maju, kesenjangan pembangunan
antar desa dapat teratasi, dan mampu
memperkuat masyarakat desa sebagai
subjek dari pembangunan.
Dalam hal memajukan Desa,
Kementerian Keuangan memegang
empat peranan, yaitu menganggarkan
dana desa dalam APBN, mengalokasikan
dana desa ke setiap kabupaten atau
kota, menyalurkan dari rekening kas
umum negara (RKUN) ke rekening kas
umum daerah (RKUD), dan melakukan
pemantauan serta evaluasi terhadap
realisasi penggunaan dana desa.
Lalu bagaimana cara
pengalokasiannya? Hal tersebut diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

22 Tahun 2015, sebagai perubahan

atas PP Nomor 60 Tahun 2014 dengan
memenuhi prinsip pemerataan dan
keadilan. Disebutkan bahwa alokasi dana
desa dihitung berdasarkan formula:
jumlah penduduk(bobot 30 persen),
angka kemiskinan (bobot 50 persen),
dan luas wilayah (bobot 20 persen).
Selain itu, salah satu aspek
yang sangat penting dalam menjaga
akuntabilitas penggunaan Dana Desa,
adalah “Pemantauan dan Evaluasi Dana
Desa”. Hal ini akan dilakukan melalui
mekanisme pelaporan secara berjenjang
antar tingkat pemerintahan. Sanksi
akan diberikan apabila laporan tidak
atau terlambat disampaikan, baik dari
desa kepada kepala daerah, maupun dari
Kab./Kota kepada Menteri Keuangan.
Sanksi tersebut berupa penundaan
penyaluran sampai dengan diterimanya
laporan tersebut.

@robbianadania
Perlu pendampingan @KemenkeuRI.
Namun demikian, #DanaDesa diprioritaskan
u/ biayai pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat ~ PP No. 60/2014

@laurenciadiana
membenahi Koperasi Unit Desa,
membangun Techno Park (pusat
pembelajaran dan pelatihan) demi SDM
berkualitas #OpiniAnda

@lindasb88
#DanaDesa #OpiniAnda kumpulin dl
problem yg ada, tentuin prioritas, hire
profsional, bikin plan, bikin estimasi, br
execute

@GunungApiPurba
utk peningkatan kapasitas masyarakat sbgai
pelaku desa wisata #opinianda #DanaDesa

@AchmadfauziID
Support Kegiatan Ukm #DanaDesa 

Kementerian Keuangan Republik Indonesia

@baim18
Untuk bikin rehabilitasi mangrove, desaku
tergerus abrasi tiap tahun, sekarang kalo
rob jalanan susah dilewati

@KemenkeuRI

Kemenkeu RI

Vol. X No. 93 / Juni 2015

5

Eksposur

Pantang
Pulang
Sebelum
(Menang)
Lelang
eorang peserta lelang
melakukan penawaran
pada lelang barang milik
negara yang berasal dari
barang gratiikasi Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Acara ini diselenggarakan oleh
Kantor Pelayanan dan kekayaan
Negara dan Lelang Yogyakarta
bekerja sama dengan KPK
dalam rangkaian peringatan
Hari Anti Korupsi di Graha
Sabha Pramana Univeristas
Gajah Mada, pada Desember
tahun lalu. Penyelenggaraan
lelang gratiikasi siang itu
mendapatkan respons yang
luar biasa dari ratusan peserta
lelang yang hadir.

S

Foto
Bend Abidin
Santosa

6

MediaKEUaNgaN

Vol. X No. 93 / Juni 2015

7

Eksposur

8

MediaKEUaNgaN

Harmoni di
Kampung Baduy
odernisasi membuat hidup serba lebih mudah.
Berbekal jemari, semua informasi bisa dicari
lewat gawai. Namun, modernisasi sesungguhnya
sekaligus melahirkan permaslahan-permasalahan
baru. Di sinilah letak kekuatan masyarakat
Baduy. Mereka hidup dan berpikir sesederhana mungkin.
Kesederhanaan yang menangkal beban persoalan dari dunia
luar yang konon lebih modern.

M

Foto
Andi Al Hakim

Vol. X No. 93 / Juni 2015

9

Lintas Peristiwa

h

Daera

28 04
/

Teks dan Foto
DJBC

Bea dan Cukai Teluk
Nibung Gagalkan
Penyelundupan Sabu
1023 Gram

27 04
/

Teks
Kukuh Perdana
Foto
Anas Nur Huda

LPDP Perluas Kerjasama
dengan Universitas Asal AS
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro dan Duta
Besar AS untuk Indonesia Robert O. Blake menyaksikan
penandatanganan kesepakatan, antara Direktur Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan Chancellor
University of Illinois at Urbana Champaign Phyllis L. Wise.
Acara ini berlangsung di Aula Djuanda Kementerian Keuangan.
LPDP terus berupaya memperluas hubungan dengan institusi
pendidikan baik di dalam maupun luar negeri. Sebelumnya,
LPDP telah bekerjasama dengan banyak universitas terbaik di
wilayah Eropa dan Australia, dan sekarang dengan salah satu
universitas terbaik dunia yaitu di wilayah Amerika Serikat.

Rapimnas DJPB

27 04
/

10

MediaKEUaNgaN

Teks
JJPB
Foto
Anas Nur Huda

Direktorat Jenderal Perbendaharaan
menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional
(Rapimnas) dengan mengusung tema
“Berdaya Guna dalam Bekerja, Berkarya
Nyata untuk Bangsa” di Aula Gedung
Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta.
Menteri Keuangan dalam sambutannya
sekaligus membuka Rapimnas, mengapresiasi
semangat Ditjen Perbendaharaan untuk terus
meluncurkan karya terbaiknya, antara lain
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN), Modul Penerimaan Negara Generasi 2
(MPN G2), dan Akuntansi Pemerintah berbasis
Akrual. Hasil dari Rapimnas ini berupa sebuah
deklarasi yang berisi kesepakatan bersama,
yang dinamai “Deklarasi Hayam Wuruk”.

Petugas Bea dan Cukai Teluk
Nibung berhasil menggagalkan
penyelundupan narkotika jenis
methampetamine/sabu. Sabu
tersebut ditinggalkan oleh seorang
penumpang kapal ferry internasional
MV. Millenium Ekspress 2 dengan
inisial SA dari Perak, Malaysia
menuju Tanjung Balai di Terminal
Ferry International Pelabuhan Teluk
Nibung. Berdasarkan hasil pencitraan
mesin X-Ray petugas Bea dan Cukai
mencurigai sebuah kardus bewarna
coklat yang terdapat nama Said yang
berisi serbuk, kardus tersebut akan
diangkat oleh seorang karyawan
TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat)
tetapi dicegah oleh petugas Bea dan
Cukai. Kemudian terhadap paket
benda tersebut dilakukan pencacahan
dan diketahui berat total bruto paket
benda tersebut adalah 1.023 gram.

Agenda

30 04
/

Teks
Kukuh Perdana

8-10/06

Serah terima asset dari
Pemerintah Pusat ke
Loksumawe – Aceh

8-19/06

Trilateral meeting di
Jakarta

Foto
Anas Nur Huda

9/06

Peresmian KPPN Filial
Teluk Bintuni

16/06

Kepala BKF mewakili
Menkeu sebagai
keynote speaker pada
Euromoney Indonesia
Infrastructure Finance
Conference di Jakarta

19-21/06

Kick of penerapan
ISO terhadap tahap
konsultasi pada KPPN
Bandung I, KPPN
Balikpapan, KPPN
Denpasar

Kemenkeu Terima
Penghargaan Keterbukaan dari
Komisi Informasi Pusat
Kementerian Keuangan memperoleh Penghargaan Keterbukaan kategori
Mitra Stategis dari Komisi Informasi Pusat (KIP). Penghargaan ini
diserahkan langsung oleh Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono di Gedung
Joeang 45, Jakarta. Penganugerahan penghargaan tersebut diserahkan
dalam rangkaian acara peringatan lima tahun pemberlakuan UndangUndang Keterbukaan Informasi Publik dan Pencanangan Hari Keterbukaan
Informasi Nasional yang diselenggarakan oleh KIP. Selain Kementerian
Keuangan, ada sebelas badan publik lain yang memperoleh penghargaan
dalam kategori yang sama. Kesebelas badan publik tersebut yaitu
Mahkamah Agung, Komisi Pemilihan Umum, Komisi Penyiaran Indonesia,
Badan Pengawas Pemilu, Ombudsman RI, Arsip Negara Republik Indonesia,
Kementerian Pemuda dan Olahraga, Aliansi Jurnalis Independen, Indonesia
Center for Environmental Law (ICEL), Manajemen Sistem Internasional,
dan Kompas.com.

Lelang Sukarela
KPKNL Padang
Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan lelang (KPKNL) Padang
melaksanakan lelang non eksekusi sukarela pada Kamis (30/04)
di Pelataran Ruko, Jalan Prof. Dr. Hamka, Lukah Pandan, Solok.
Lelang tersebut dilaksanakan atas permohonan lelang oleh PT
Balai Lelang Megatama berupa 134 unit motor Honda. Lelang ini
diikuti oleh 106 peserta lelang. Lelang dibuka dengan pembacaan
risalah lelang oleh Pejabat Lelang Kelas I di KPKNL Padang
Yunaldi Idris. Segera setelah acara dibuka, PT Balai Lelang
Megatama dengan sigap memulai prosesi lelang dengan harga
terus meningkat. Tak sia-sia semua motor laku terjual sebesar 180
persen dari nilai limit.
h
Daera
Teks dan Foto
DJKN

30 04
/

Vol. X No. 93 / Juni 2015

11

Lintas Peristiwa

h

Daera

15 05
/

Teks dan Foto
DJP

DJP Uji Cobakan
Mobile Tax Unit di
Ketapang

20 05
/

Teks
Amelia Saitri
Foto
Arief, DJP

Amankan Target Pajak, Kemenkeu Jalin
Kerja Sama dengan Empat K/L
Disaksikan Presiden Jokowi, Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) melakukan penandatanganan nota kesepakatan
dengan empat kementerian/lembaga (K/L) dalam negeri di
Istana Negara, Jakarta. Penandatanganan nota kesepakatan
ini dilakukan dalam rangka pemenuhan target penerimaan
pajak tahun 2015 sebesar Rp1.295 triliun. Keempat K/L yang
melakukan penandatanganan nota kesepakatan ini adalah
Kejaksaan RI, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Komisi Pemilihan Umum (KPU),
dan Kementerian Sosial (Kemensos).

DJKN Berhasil Melelang
56 Lot Barang Gratiikasi
dari KPK

19 05
/

Teks dan foto
DJKN

12

MediaKEUaNgaN

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) melelang barang gratiikasi dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ada 269 jenis Barang Milik Negara
(BMN) yang dilelang di Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Jakarta V. Menurut Kepala Subdirektorat
Pengelolaan Kekayaan Negara III, barang
yang dilelang tersebut terdiri dari berbagai
jenis serta merk, antara lain pemutar
musik, telepon genggam, lemari es, kalung,
bahan pakaian serta voucher belanja.

Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) melakukan launching
uji coba program Mobile Tax
Unit (MTU) di Borneo City
Mall, Ketapang, Kalimantan
Barat. MTU ini diluncurkan
dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada
masyarakat/wajib pajak dan
untuk lebih memudahkan
masyarakat/wajib pajak
dalam melaksanakan hak
dan kewajibannya. Sebelum
meresmikan MTU, Kepala
Kantor Wilayah (Kanwil)
DJP Kalimantan Barat, Eddy
Marlan dalam sambutannya
menyampaikan bahwa
tahun 2015 ini telah resmi
dicanangkan oleh Presiden
RI sebagai Tahun Pembinaan
Wajib Pajak 2015 pada tanggal
29 April lalu. Pencanangan
ini merupakan bagian dari
strategi pengamanan target
penerimaan 2015 sebesar Rp.
1,295 Triliun.

Laporan Utama

Banyak Jalan
Membangun Desa
Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat sekitar dua puluh aparat Desa
Panggungharjo berkumpul di halaman samping Ruang Pelayanan Terpadu Pemerintah Desa.
Senin (11/5) itu, mereka bersiap melakukan apel mingguan. Program kerja seminggu ke depan,
evaluasi program seminggu sebelumnya, apa saja informasi baru yang perlu diberitahukan kepada
masyarakat, hingga agenda kerja lurah desa disampaikan kepada seluruh perangkat desa.

agaimana aparat Desa Panggungharjo memulai
pekerjaan dengan apel pagi itu meruntuhkan
bayangan tentang kantor desa yang sepi atau baru
siap memberikan pelayanan menjelang siang.
Panggungharjo, yang dipimpin oleh Lurah Desa
Wahyudi Anggoro Hadi, adalah contoh desa maju yang ada
di Indonesia. Pada tahun 2014, desa ini dinobatkan oleh
Kementerian Dalam Negeri sebagai pemenang Lomba Desa
dan Kelurahan Tingkat Nasional Tahun 2014.
Keunggulan Desa Panggungharjo adalah adanya inovasiinovasi yang dilakukan pemerintah desa seperti melakukan
MoU dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparasi keuangan,
bekerjasama dengan Kantor Arsip Kabupaten Bantul dalam
penerbitan koran desa, pembentukan Badan Usaha Milik
Desa di bidang pengelolaan sampah, hingga menjadikan desa
mereka sebagai Kampung Dolanan Anak yang melestarikan
permainan-permainan tradisional.
Sayangnya, belum banyak desa maju seperti
Panggungharjo di Indonesia. Menurut Guru Besar Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gajah
Mada, Mudrajad Kuncoro, saat ini masih ada 27.360 dari

B

79.702 desa yang tertinggal di nusantara. Mudrajad, mengutip
data dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tahun
2014 juga mengungkapkan bahwa masih ada 183 dari 415
kabupaten dan kota berstatus tertinggal.“Tujuh puluh persen
daerah tertinggal ada di Kawasan Timur Indonesia,” kata
Mudrajad. Oleh karena itu, dia mendukung inisiatif Presiden
Jokowi untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan sebagaimana tercantum dalam Nawacita ketiga.
Ada banyak jalan membangun desa. Jalan itu makin
terbuka setelah disahkannya Undang-Undang (UU) UU Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa pada awal tahun lalu. Melalui
UU ini, setiap desa diberikan keleluasaan untuk mengatur
kewenangannya sendiri, baik kewenangan berdasarkan hak
asal usul, kewenangan lokal berskala desa, dan kewenangan
yang ditugaskan pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota
sesuai ketentuan perundang-undangan.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewenangan itu,
desa diberikan pendapatan yang berasal dari tujuh sumber,
yaitu pendapatan asli desa, terdiri atas hasil usaha, hasil
aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain
Vol. X No. 93 / Juni 2015

13

Sosialisasi
Kebijakan
Dana Desa.

Foto
Anas Nur Huda

pendapatan asli desa; alokasi APBN (Dana Desa);
bagian dari pajak daerah dan retribusi daerah
(PDRD) kabupaten/kota, minimal sebesar 10
persen dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kabupaten/kota; dan alokasi Dana Desa,
yaitu bagian dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota diluar Dana Alokasi Khusus
sebesar 10 persen. Di samping itu, desa juga bisa
mendapatkan pendanaan dari bantuan keuangan
dari APBD provinsi/kabupaten/kota; hibah
dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak
ketiga; serta lain-lain pendapatan desa yang sah.

Peraturan penunjang
Sebagai amanat pelaksanaan UU Desa, saat
ini telah diterbitkan dua Peraturan Pemerintah
(PP) yaitu PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 dan PP
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber Dari APBN yang telah diubah dengan
PP Nomor 22 Tahun 2015.
PP Nomor 43 Tahun 2014 mengatur seluruh
aspek desa. Mulai dari penataan, kewenangan,
pemerintahan, tata cara penyusunan peraturan,
keuangan dan kekayaan, pembangunan desa/
perdesaan, BUMDesa, kerjasama antardesa,
lembaga kemasyarakatan/adat desa, sampai

14

MediaKEUaNgaN

dengan pembinaan dan pengawasan. Sementara
itu, PP Nomor 22 Tahun 2015 mengatur soal
penganggaran Dana Desa, pengalokasian,
baik dari pusat ke kabupaten/kota maupun
dari kabupaten/kota ke desa, penyaluran,
penggunaan, serta monitoring dan evaluasi Dana
Desa.
Pada pembukaan Sosialisasi Kebijakan
Dana Desa di Kabupaten Bone Bolango,
Gorontalo, Jumat (15/05), Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa
perubahan atas PP Nomor 60 Tahun 2014 perlu
dilakukan karena dua hal.”Pertama adalah untuk
mempersempit ketimpangan pengalokasi dana
desa antara satu desa dengan desa lainnya,”
kata dia. Sebelumnya, pengalokasian dalam PP
itu adalah baik dari pusat ke kabupaten/kota
maupun dari kabupaten/kota ke Desa dihitung
berdasarkan formula jumlah penduduk (dengan
bobot 30 persen), angka kemiskinan (50 persen),
dan luas wilayah (20 persen).
Dalam pelaksanaannya, formula tersebut
telah menimbulkan perbedaan atau ketimpangan
yang tinggi dalam penerimaan Dana Desa
antara satu desa dengan desa lainnya dalam satu
kabupaten/kota. “Ini berpotensi mengganggu
terpeliharanya stabilitas nasional,” ujar Menkeu.
Contohnya adalah ketimpangan pengalokasian
Dana Desa di Kabupaten Sidoarjo yang
mencapai 1:11 dengan alokasi terendah untuk
sebuah desa Rp38 juta dan tertinggi Rp403,6
juta. Di Kabupaten Batang, hal ini pun terjadi.
Ketimpangan alokasi antardesa mencapai 1:14,
dimana desa terendah mendapat Rp35 juta dan
tertinggi Rp472 juta.
Bupati Bone Bolango, Hamim Pou, yang
hadir dalam Sosialisasi Kebijakan Dana Desa itu,
bersyukur dengan lahirnya PP Nomor 22 Tahun
2015. Ketimpangan itu sempat terjadi juga di
wilayah yang dipimpinnya.“Dulu (sebelum revisi
PP), kami sangat tertekan karena ada desa yang
terima hanya 65 juta rupiah dan dalam waktu
yang sama ada desa yang menerima 460 juta
rupiah. Menurut saya akan menimbulkan gejolak
di antara pemimpin desa atau desa itu,” kata
Hamim.
Dalam PP Nomor 22 Tahun 2015, diatur
bahwa Dana Desa dibagi secara merata ke
seluruh desa (alokasi dasar) sebesar 90 persen
dan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah
penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan,
dan tingkat kesulitan geograis (formula based)
sebesar 10 persen. Kabupaten Bone Bolango
termasuk contoh salah satu daerah yang cepat
melengkapi persyaratan penyaluran Dana Desa

Tahap I. Pada tanggal 4 Mei 2015, 40 persen
dari pagu Dana Desa Kabupaten Bone Bolango
Rp42,75 miliar sebesar Rp 17,1 miliar sudah
disalurkan.
Masih dalam sosialisasi yang sama, Menkeu
juga mengungkapkan bahwa alasan kedua
perubahan PP Nomor 60 Tahun 2014 adalah
untuk mempercepat penyaluran Dana Desa
tahap ketiga dari semula bulan November
menjadi bulan Oktober. Dana Desa sendiri akan
disalurkan tiga tahap, dimana tahap pertama
pada minggu kedua April sebesar 40 persen,
sedangkan tahap kedua pada minggu kedua
Agustus sebesar 40 persen dan tahap ketiga pada
minggu ketiga bulan Oktober sebesar 20 persen.

Tidak akan ditinggalkan
Menkeu mengungkapkan bahwa tantangan
kebijakan implementasi Dana Desa adalah
kesiapan jajaran desa. Oleh karena itu, Menkeu
meminta dukungan para pimpinan di daerah.
Pemerintah Pusat secara aktif sepanjang tahun
ini akan melakukan sosialisasi di 215 kabupaten/
kota penerima Dana Desa.
Sosialisasi ini dikoordinasikan oleh
Kementerian Keuangan dengan melibatkan
unsur DPR dan kementerian terkait, yaitu
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Menkeu menjamin bahwa
para kepala desa dan jajarannya tidak akan
ditinggalkan sendiri dalam penggunaan dan
pertanggungjawaban Dana Desa. ”Akan ada
sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan,” jelas
Menkeu.

"Alokasi
Dana Desa
sebenarnya
hanya
merupakan
salah satu
bagian dari
kewenangan
yang
diberikan
oleh negara
kepada
desa."
Wahyudi

Syarat penyaluran dan penggunaan
Total anggaran Dana Desa secara nasional
untuk tahun anggaran 2015 adalah sebesar
Rp20,7 triliun sebagaimana ditetapkan dalam
APBNP 2015. Dengan jumlah tersebut, masingmasing desa sedikitnya akan menerima Dana
Desa sebesar Rp254 juta. Jumlah daerah
penerima Dana Desa tahun 2015 adalah 434
Kabupaten/Kota.
Untuk bisa mendapatkan alokasi Dana
Desa tahap I, syarat yang harus dipenuhi oleh
pemerintah kabupaten/kota adalah sudah
disampaikannya peraturan bupati/walikota
mengenai tata cara pembagian dan penetapan
dana desa ke setiap desa kepada pemerintah
pusat. Sementara itu, syarat yang harus
dipenuhi oleh pemerintah desa adalah sudah
disampaikannya Peraturan Desa mengenai
APB Desa kepada pemerintah kabupaten/kota.

Selanjutnya, syarat untuk penyaluran tahap II dan
III adalah sudah disampaikannya laporan realisasi
pengggunaan Dana Desa semester sebelumnya.
Menkeu menegaskan bahwa penggunaan
Dana Desa pada dasarnya dapat diarahkan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan masyarakat,
dan kemasyarakatan. Namun, sesuai ketentuan
PP Nomor 22 Tahun 2015, penggunaan Dana
Desa diprioritaskan untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa sesuai dengan
prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Desa,
PDT dan transmigrasi.“Untuk kegiatan yang tidak
termasuk prioritas, tetap dapat dibiayai dari
Dana Desa sepanjang kebutuhan untuk kegiatan
prioritas telah terpenuhi, setelah terlebih dahulu
mendapatkanpersetujuan bupati/walikota,” ujar
Menkeu.

Harapan
Impelementasi Dana Desa melahirkan
harapan percepatan pembangunan dan
pemberdayaan desa. Sebagai pimpinan daerah,
Hamim berharap agar pengalokasian 10 persen
Dana Desa yang bersumber dari APBN, yang
direncanakan mulai diberikan pada 2017,
dapat lebih cepat. Hal ini dimaksudkan untuk
mengakselerasi pembangunan desa-desa
tertinggal di wilayah Kabupaten Bone Bolango.
Sementara itu, Wahyudi selaku Lurah Desa
Panggungharjo berharap agar kewenangankewenangan yang ada yang sudah diberikan
oleh negara kepada desa bisa betul-betul
dimanfaatkan untuk mewujudkan pembaruan
di desa. “Alokasi Dana Desa sebenarnya hanya
merupakan salah satu bagian dari kewenangan
yang diberikan oleh negara kepada desa,”
kata dia. Dengan implementasi kewenangan
sebagaimana amanat UU Desa, seharusnya
terdapat ruang-ruang partisipasi bagi warga
masyarakat desa untuk terus terlibat dalam
proses pembangunan di desa.
Implementasi Dana Desa diharapkan juga
dapat mengurangi ketimpangan pembangunan
antar wilayah dan pulau di Indonesia. Mudrajad
menyebut saat ini Pulau Jawa dan Sumatra
mendominasi ekonomi Indonesia hingga 80
persen.”Dana Desa berpotensi mengurangi
ketimpangan tersebut selama pemerintah
terus melalukan sosialisasi, advokasi, edukasi,
supervisi, dan monitoring serta evaluasi kepada
seluruh jajaran desa di Indonesia,” kata Mudrajad.

Teks Dwinanda Ardhi

Vol. X No. 93 / Juni 2015

15

Hulu ke Hilir
Dana Desa
Sumber: DJPK

Alokasinya dan Distribusi

Filosofi
Pengalokasian dana desa diharapkan dapat
meningkatkan pemerataan pembangunan
kesejahteraan desa melalui peningkatan
pelayanan publik di desa, memajukan
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunan antar desa serta memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan.

Rp 20.766 M
total alokasi dana desa

Roadmap*
2015**

2016

2017

3,23% 6,00% 7,00%
*persentase dihitung dari total transfer ke daerah
**total transfer ke daerah tahun 2015 Rp643,8 triliun

16

MediaKEUaNgaN

15,88%

Sampai dengan tanggal 15 Mei 2015, telah
disalurkan Dana Desa kepada 186
Kabupaten/Kota yang telah memenuhi persyaratan
dengan jumlah sebesar Rp3,3 triliun atau 15,88 %
dari total Dana Desa.

foto: Aditya Arifiyanto

434

Jumlah kabupaten/kota penerima
Dana Desa tahun 2015.

Persyaratan
Syarat penyaluran Dana Desa dari
Kabupaten/Kota ke Desa adalah Desa
telah menetapkan APB Des dan telah
menyampaikan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota.

Alokasinya Per Pulau/Kepulauan
(dalam miliar rupiah)
400

300

200

100

Vol. X No. 93 / Juni 2015

Bali, NTB, NTT

Kalimantan

Sulawesi

Papua

Sumatera

Jawa

0

Selain itu menyampaikan Peraturan
Bupati/Walikota mengenai tata cara
penghitungan dan penetapan rincian Dana
Desa setiap Desa kepada Kementerian
Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan.

17

Laporan Utama

Menata
Dana Desa

18

MediaKEUaNgaN

Desa harus jadi
kekuatan ekonomi.
Agar warganya
tak hijrah ke kota.
Sepinya desa adalah
modal utama.
Untuk bekerja dan
mengembangkan
diri.

Penggunaan
dana desa
diprioritaskan untuk
pembangunan dan
pemberdayaan
masyarakat desa.

Foto
Langgeng Wahyu

atu bait bertajuk Desa karya Iwan Fals
tersebut berusaha menggambarkan
kondisi real masyarakat pedesaan saat
ini. Pesatnya pertumbuhan ibu kota
hingga daerah penopangnya menambah
tinggi tingkat kesenjangan antara kota dan desa.
Akibatnya, fenomena urbanisasi menyeruak.
Lantas, kota menjadi sasaran perbaikan
hidup masyarakat. Beruntung bila penduduk
pendatang merupakan golongan terampil dan
berpendidikan, tetapi bila tidak tepat maka yang
terjadi kesejahteraan masyarakat akan jalan
ditempat.
***
Palu diketuk, para kepala desa bersorak
saat Paripurna DPR mengesahkan Undang
Undang Desa. Tak lama berselang, alokasi dana
desa siap dikucurkan. Bahkan, dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBNP) tahun 2015 besaran alokasi dana desa
dinaikkan.
Disinilah peran Kementerian Keuangan
dalam menganggarkan, mengalokasikan,
menyalurkan serta mengawasi dan
mengevaluasi penyaluran alokasi dana
desa. Sebagai pemegang otoritas iskal,
Kementerian Keuangan bertanggung jawab
pada penganggaran dana desa dalam APBN.
Tak kurang dari Rp20,7 triliun atau 3,23 persen
dari dana transfer daerah siap digelontorkan
untuk 74 ribu desa yang tersebar dalam 434
kabupaten/kota.
Kemudian, cara pengalokasiannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22
Tahun 2015, sebagai perubahan atas PP Nomor
60 Tahun 2014 dengan memenuhi prinsip
pemerataan dan keadilan. Menurut Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan, Boediarso
Teguh Widodo, penerbitan PP tersebut memiliki
dua misi utama. “Tujuannya untuk mempercepat
pemenuhan dana desa dan mempersempit
kesenjangan atau ketimpangan alokasi,” ujar
Boediarso.
Setidaknya, kata Boediarso, ada tiga
perubahan substansi mendasar dalam PP
Nomor 22 tahun 2015. Pertama, dibukanya

S

kemungkinan penyesuaian pagu dana desa
melalui APBNP 2015, sepanjang belum
memenuhi 10 persen dari dan di luar dana
transfer ke daerah. Kedua, dibuatnya road map
pemenuhan alokasi dana desa mencapai sebesar
10 persen dari dari dan di luar dana transfer ke
daerah.
Pada tahun 2016 anggaran dana desa akan
diusulkan naik minimum 6 persen dari transfer
ke daerah dan tahun 2017 akan dinaikkan
menjadi 10 persen dari transfer ke daerah. Maka
diperkirakan, alokasi dana desa rata-rata per
desa secara nasional mencapai sekitar Rp1 miliar
di tahun 2017.
Ketiga, melakukan penyempurnaan
formulasi pengalokasian dana desa melalui
penerapan alokasi dasar dan perubahan
formula. Alokasi dasar yang ditetapkan
sebesar 90 persen dari total pagu anggaran
dana desa atau setara dengan Rp18,7 triliun
ini akan dibagi rata ke seluruh jumlah desa di
Indonesia. Hasilnya, rata-rata setiap desa akan
memperoleh dana sebesar Rp252 juta.
Sisanya, sebanyak 10 persen dari pagu
anggaran dana desa akan dialokasikan
berdasarkan formula. Formula tersebut dihitung
berdasarkan basis jumlah penduduk sebesar 25
persen, luas wilayah sebesar 10 persen, angka
kemiskinan sebesar 35 persen dan tingkat
kesulitan geograis sebesar 30 persen.
Selanjutnya, alokasi dana tersebut akan
disalurkan dari Rekening Kas Umum Negara
(RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD) dalam tiga tahap. Tahap pertama,
dana tersalur sebesar 40 persen, paling lambat
pada minggu kedua April dengan syarat Pemda
Kabupaten/Kota telah menyampaikan Perda
APBD dan peraturan bupati/walikota mengenai
pembagian dana desa.
Tahap kedua, dana tersalur sebesar 40
persen, paling lambat pada minggu kedua
Agustus. Tahap ketiga, dana tersalur sebesar 20
persen, paling lambat minggu kedua November.
Adapun syarat kedua tahap tersebut yakni
Pemda Kabupaten/Kota telah menyampaikan
laporan realisasi penggunaan dana desa pada
Vol. X No. 93 / Juni 2015

19

Setelah program pembangunan
desa dilaksanakan, maka
kewajiban Kepala Daerah ialah
mempertanggungjawabkan
penggunaan dana desa.

Semester I tahun berjalan. Setelah dana desa
masuk ke RKUD Kabupaten/Kota, maka paling
lambat tujuh hari kerja, Pemda harus segera
mentransfer dana tersebut ke Rekening Kas
Desa.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan, sampai dengan tanggal
15 Mei 2015, pemerintah telah menyalurkan
Rp3,3 triliun untuk 186 kabupaten/kota. Dengan
kata lain, realisasi penyaluran dana desa sudah
mencapai 39,8 persen dari pagu tahap pertama
sebesar Rp8,3 triliun atau sebesar 16 persen dari
total pagu dana desa.
“Sisanya 248 Kabupaten/Kota belum
(tapi) Menteri Keuangan sudah menyampaikan
surat edaran kepada seluruh bupati dan
walikota. Mengingatkan agar mereka segera
menyampaikan peraturan bupati (perbup) dan
peraturan walikota (perwali) tentang penetapan
alokasi dana desa,” ungkap Boediarso.
Keterlambatan penyampaian perbup/
perwali disebabkan sebagian daerah baru
memproses penetapan perbup/perwali setelah
peraturan PP No.22/2015 dan Peraturan Menteri
Keuangan No.93/2015 baru disahkan pada bulan
Mei 2015.
Setelah dana desa tersalurkan, dana desa
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat dan kemasyarakatan. Penggunaan
dana desa sendiri diprioritaskan untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa sesuai dengan prioritas yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi.
Setelah program pembangunan desa
dilaksanakan, maka kewajiban Kepala Daerah
ialah mempertanggungjawabkan penggunaan
dana desa. Kepala Desa menyusun laporan
realisasi penggunaan dana desa kepada Kepala
Bupati/Walikota paling lambat pada bulan Juli
(laporan semester I) dan bulan Januari tahun

20

MediaKEUaNgaN

berikutnya (laporan semester II).
Lalu, Kepala Bupati/Walikota menyampaikan laporan konsolidasi
realisasi penyaluran dan penggunaan dana desa kepada Menteri
Keuangan dengan tembusan kepada sejumlah Kementerian teknis.
Laporan tersebut paling lambat diterima pada bulan Maret di tahun
berikutnya.
Kementerian Keuangan memegang peranan penting dalam
pemantauan dan evaluasi penggunaan dana desa. “Jadi yang dipantau
peraturan bupati/walikota (sementara) evaluasi dilakukan terhadap
perhitungan pembagian besaran dana desa pada setiap desa oleh
Kabupaten/Kota. Semua akan kita cocokkan, apakah penggunaan dana
desa sesuai prioritasnya. Kalau sudah dilakukan tidak ada masalah,” ujar
Boediarso.
Apabila pemerintah kabupaten/kota terbukti melakukan pelanggaran
dalam pengelolaan dana desa, maka dapat diberikan sanksi. Kementerian
Keuangan berhak memberikan sanksi berupa penundaan penyaluran dan/
atau pemotongan penyaluran dana desa yang dilakukan secara berjenjang
antar tingkatan pemerintahan sesuai kewenangannya.

Turun ke desa
Berdasarkan pemantauan lapangan yang dilakukan oleh Mudrajad
Kuncoro, Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM,
banyak aparat desa yang belum benar-benar memahami pengelolaan dana
desa.
Mudrajad menyatakan bahwa idealnya pemerintah harus memiliki
pendekatan spasial dalam perencanaan, keuangan, dan pembangunan.
Oleh karena itu, Mudrajad memandang pentingnya sosialisasi terkait
mekanisme pemantauan, evaluasi, alokasi, penyaluran, dan penggunaan
dana desa.
“Pemerintah pusat perlu sering turun ke daerah. Tolong lebih
banyak turun ke desa untuk menjelaskan dana desa. Manfaatkan kami
yang diperguruan tinggi untuk advokasi. Kementerian Keuangan nanti
bersinergi dengan PTN dan PTS seluruh Indonesia untuk sosialisasi dana
desa,” ungkapnya.
Untuk itu, pada 25-27 Maret 2015 lalu,
Kementerian Keuangan telah melakukan
workshop mengenai pengelolaan dana desa
kepada seluruh perwakilan dari seluruh
kabupaten/kota di Indonesia. Dalam
acara tersebut, Kementerian Keuangan
mensosialisasikan template untuk membuat
peraturan bupati/peraturan walikota sebagai
salah satu persyaratan pencairan alokasi dana
desa.
Selain itu, Kementerian Keuangan juga
telah mensosialisasikan cara menghitung
alokasi dana desa untuk setiap desa
berdasarkan formula. Ke depan diharapkan,
pengalokasian dana desa ini sejalan dengan
tekad pemerintah dalam membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa.

"Semua
akan kita
cocokkan,
apakah
penggunaan
dana desa
sesuai
prioritasnya.
Kalau sudah
dilakukan
tidak ada
masalah."
Boediarso

Teks Iin Kurniati

Laporan Utama

"Mengembalikan
kepercayaan itu
susahnya minta
ampun sehingga
transparan dan
akuntabel itu
harga mati."
Wahyudi

Lurah desa
bertukar
pikiran dengan
penduduk desa.

Foto
Dwinanda Ardhi

Belajar Pada
Panggungharjo
Vol. X No. 93 / Juni 2015

21

Sejak April 2015
dana desa mulai
disalurkan secara
bertahap. Beberapa
pihak masih
mengkhawatirkan
kesiapan setiap
desa untuk
mengelola dana
yang dikucurkan
pemerintah pusat
ini. Jika ternyata
ada desa yang
belum siap, bisa
saja dana yang
dimaksudkan untuk
mengembangkan
potensi desa ini
malah berakibat
buruk. Selain
pembangunan
desa tidak
berjalan, perangkat
desa berpotensi
menghadapi
masalah hukum
bila terjadi
penyalahgunaan.

22

MediaKEUaNgaN

alam pembangunan desa, terdapat contoh
yang sangat baik dari salah satu desa
di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon,
Kabupaten Bantul. Desa ini berhasil
mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) dan
aspek sektoral desa sehingga mandiri dan maju.
Panggungharjo bahkan memenangkan Perlombaan
Desa Tingkat Nasional pada 2014, mengalahkan
72.000 desa lain di seluruh Indonesia.
Keunggulan Panggungharjo terletak pada
prakarsa yang dilakukan pemerintah desa
(Pemdes) mulai dari bidang pendidikan hingga
kesehatan, Reformasi birokrasi konsisten
dilakukan untuk mewujudkan akuntabilitas dan
transparansi. Pemdes setempat juga membentuk
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola
sampah sehingga menguntungkan desa. Selain itu
Panggungharjo dikenal sebagai kampung dolanan
anak melalui pelestarian mainan tradisional.
Saat ditemui di kantornya, Lurah Desa
Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi
menceritakan pendapatan sektoral Panggungharjo
saat ini sekitar 78 miliar per tahun. Sekitar 75
persen dari pendapatan tersebut ditopang
oleh sektor jasa dan perdagangan. Sisanya 25
persen ditopang oleh sektor pertanian. Luas
Panggungharjo sekitar 560 hektar dimana sekitar
48 persen merupakan lahan pertanian, sedangkan
52 persen merupakan pemukiman termasuk
infrastruktur jalan. “Kalau dari sisi keluasan,
potensi pertanian sebenarnya harusnya dapat
ditingkatkan,” katanya.
Dijelaskan Wahyudi lebih lanjut, jumlah
penduduk Panggungharjo sampai tahun 2014
28.000 jiwa. Meski begitu sebenarnya yang
berdomisili di Panggungharjo lebih dari 40.000
jiwa karena di desa ini terdapat tiga perguruan
tinggi dan satu pondok pesantren besar. Jumlah
mahasiswa dan santrinya kira-kira 15.000 jiwa
dan 95 persen bukan berasal dari Panggungharjo.
“Jadi secara keseluruhan kita mempunyai potensi
sumber daya manusia yang luar biasa banyak”,
tutur Wahyudi.
Panggungharjo tercatat sebagai desa dengan
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes)
terbesar di Bantul atau sekitar Rp 2 miliar setahun.
Arah gerak pembangunan Panggungharjo dipandu
oleh satu visi kemandirian. Wahyudi berpandangan
upaya memandirikan desa dengan partisipasi
warga hanya bisa dilakukan ketika tata kelola
pemerintahan desa bersih. Pemdes Panggungharjo
menolak segala bentuk gratiikasi dari semua
penanam modal di desa ini. Segala donasi yg
diterima hanya digunakan untuk membiayai

D

sejumlah program sosial bagi warga miskin.
“Mengembalikan kepercayaan itu susahnya minta
ampun sehingga transparan dan akuntabel itu
harga mati”, tegas Wahyudi.
Untuk mendapatkan dana desa, setiap desa
harus menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah RPJM Desa (RPJMDes) dan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) Desa. Namun jauh sebelum
diminta RPJMDes dan RKP Panggungharjo yang
merupakan terjemahan visi misi lurah desa sudah
siap. Panggungharjo bahkan menjadi satusatunya desa yang menggandeng Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk
melakukan pengawasan terhadap penggunaan
anggaran desa. “Bersama BPKP kami mengkaji
RPJMDes agar dapat dijabarkan sampai capaian
kerja yang kongkrit dan dengan indikator yang
terukur”, ujarnya.
Rencananya dana desa yang diterima
Panggungharjo sebesar Rp 300 Juta akan
digunakan sesuai RPJMDes. Pemdes berencana
memprioritaskan capacity building dan tata kelola
pemerintahan yang selama ini kerap diabaikan
karena dianggap sulit diukur. “Infrastruktur
di Panggungharjo sudah tidak masalah. Akses
kemanapun dekat dan saluran air lancar. Bagi
penduduk yang penting adalah bagaimana agar
tata kelola pemerintahan, pendidikan, kesehatan,
dan ekonomi mereka lebih baik”, kata Wahyudi
mantap.
Ditanya mengenai kesiapan aparatur desa
untuk mengelola dana secara transparan, Wahyudi
menuturkan bahwa Pemdes selalu membuka
Rencana Kegiatan dan Anggaran. Masyarakat
punya akses penuh atas informasi tersebut secara
rinci. Mulai dari besaran pendapatan desa, sumber
pendapatannya, fasilitas dari pemerintah pusat
dan daerah hingga gaji lurah desa. “Kita juga baru
mengembangkan SMS gateway untuk komunikasi
baru. Kebetulan 60 persen penduduk terbiasa
main gadget.” katanya
Di sisi lain, Wahyudi berharap agar
wacana terkait pembagunan desa bukan hanya
mengenai anggaran . Baginya banyak yang bisa
dilakukan untuk mengembalikan kedaulatan
warga desa. Jangan sampai persoalan anggaran
mendistorsi ‘ruh’ dari Undang-Undang Desa
yang sebenarnya. “Kadang-kadang malu juga
ketika para kepala desa ramai-ramai menuntut
anggaran yang lebih besar. Intinya kan bagaimana
kita mengembalikan energi sosial di desa untuk
tumbuh kembang secara mandiri”, tutup Wahyudi.

Teks Irma Kesuma

Laporan Utama

Dana Desa P
yang Adil
dan Merata

residen Joko Widodo optimis dengan
menjadikan desa-desa di seluruh
Indonesia sebagai pusat perekonomian
yang mensejahterakan. Kini saatnya desa
mampu menjadi tonggak perekonomian
negara. Simak perbincangan Media Keuangan
dengan Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan Boediarso Teguh Widodo mulai
dari peran Kementerian Keuangan dalam
penyaluran dana desa hingga koordinasi dengan
kementerian lainnya.

Sebenarnya apa ilosoi atau pengertian dari dana desa
itu sendiri? Apa tujuan mendasar adanya dana desa?

Desa yang maju, apik, dan berkembang pesat kini bukan
lagi impian. Dana desa pun disalurkan demi mempercepat
terwujudnya desa yang mandiri dan sejahtera.

Sesuai Pasal 72 UU Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, Dana Desa adalah salah
satu dari tujuh sumber pendapatan desa.
Karena itu, Dana Desa yang bersumber
dari APBN ini bertujuan untuk mendukung
pelaksanaan penyelenggaraan kewenangan
desa. Kewenangan ini bisa berdasarkan hak
asal usul, kewenangan lokal yang berskala desa,
maupun kewenangan yang ditugaskan baik oleh
pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota.
Tujuan dana desa ini dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan
pembangunan desa melalui peningkatan
pelayanan publik di desa. Selain itu, diharapkan
perekonomian desa semakin maju, kesenjangan
pembangunan antardesa dapat teratasi, dan
mampu memperkuat masyarakat desa sebagai
subjek dari pembangunan.

Apa saja peran Kementerian Keuangan dalam
penyaluran dana desa? Bagaimana koordinasi dengan
kementerian lain?
Kementerian Keuangan memegang empat
peranan, yaitu menganggarkan dana desa
dalam APBN, mengalokasikan dana desa ke

Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
Boediarso
Teguh Widodo.

Foto
Dwinanda Ardhi

Vol. X No. 93 / Juni 2015

23

Dalam
pengalokasian
anggaran,
tantangan
terberatnya
yaitu
ketersediaan
data, meliputi
jumlah
penduduk,
angka
kemiskinan,
luas wilayah,
serta tingkat
kesulitan
geograis.
Data tersebut
belum
tersedia
secara
lengkap dan
akurat.

24

MediaKEUaNgaN

setiap kabupaten atau kota, menyalurkan dari
rekening kas umum negara (RKUN) ke rekening
kas umum daerah (RKUD), dan melakukan
pemantauan serta evaluasi terhadap realisasi
penggunaan dana desa. Alokasi dana desa yang
bersumber dari APBN berasal dari belanja pusat
dengan mengefektifkan program-program
berbasis desa secara merata dan berkeadilan.
Setelah dana desa masuk ke RKUD,
kabupaten atau kota harus segera mentransfer
ke rekening kas desa dalam waktu paling
lambat tujuh hari kerja. Pengelolaan keuangan
di desa ini berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Peraturan tersebut
mengatur tentang asas pengelolaan keuangan
desa, kekuasaan pengelolaan keuangan desa,
anggaran, pendapatan, dan belanja desa, serta
semua aspek pengelolaan keuangan desa. Aspek
tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung
jawaban keuangan desa.
Sedangkan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi berperan pada tataran
pelaksanaan dana desa, seperti menentukan
kegiatan prioritas yang dapat dibiayai dari
dana desa maupun kegiatan pendampingan
dalam rangka pelaksanaan dana desa. Mengenai
penggunaan dana desa, hal itu sudah diatur
dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No.
5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
Pengguanaan Dana Desa Tahun 2015.

Saat ini seluruh dana desa masih belum dapat
tersalurkan, apa kendala yang tengah dihadapi?
Salah satu persyaratan penyaluran dana
desa yaitu apabila kabupaten atau kota telah
menyampaikan Peraturan Bupati atau Walikota
(Perbup atau Perwali) mengenai pembagian
dana desa ke setiap desa. Sampai dengan 15
Mei 2015, baru 186 kabupaten atau kota yang
menyampaikan Perbup atau Perwali dari total
434 kabupaten atau kota penerima dana desa
(sekitar 43 persen). Keterlambatan penyampaian
Perbup atau Perwali antara lain disebabkan
sebagian daerah baru memproses penetapan
Perbup atau Perwali setelah diundangkannya
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2015 pada
awal Mei 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan
No. 93/PMK.07/2015 tentang Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, dan Monitoring dan
Evaluasi Dana Desa yang Bersumber dari APBN
pada minggu kedua bulan Mei 2015.

Adakah upaya yang dilakukan untuk mempercepat
penetapan Perbup atau Perwali demi kelancaran
penyaluran dana desa?
DJPK telah melaksanakan beberapa
upaya, antara lain mengadakan workshop
penghitungan dana desa dengan menggandeng
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi. Sebelum revisi PP No 60
Tahun 2014 ditetapkan, telah diselenggarakan
workshop mengenai penghitungan dana desa.
Dalam workshop tersebut, diberikan cara
menghitung dana desa ke masing-masing
desa, lengkap beserta data pendukungnya.
Selain itu juga diberikan template Perbup atau
Perwali, dengan harapan begitu peserta pulang
ke tempat masing-masing, sudah segera bisa
menyusun Perbup atau Perwalinya, sambil
menunggu revisi PP No. 60 tahun 2014.
Pada 15 Mei 2015 lalu, Kementerian
Keuangan sudah mengirimkan Surat Edaran
Menteri Keuangan kepada para bupati
dan walikota agar melakukan percepatan
penyusunan dan penyampaian Perbup atau
Perwali kepada Kementerian Keuangan. Pada
saat yang sama, Menteri Keuangan juga telah
menyurati Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, agar serentak mengingatkan
dan mendesak para bupati atau walikota untuk
segera menyampaikan Perbup atau Perwali-nya
kepada Menteri Keuangan.

Apa saja tantangan yang dihadapi Kementerian
Keuangan dalam proses penyaluran dana desa?
Dalam pengalokasian anggaran, tantangan
terberatnya yaitu ketersediaan data, meliputi
jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, serta tingkat kesulitan geograis. Data
tersebut belum tersedia secara lengkap dan
akurat. Untuk itu, DJPK berkoordinasi dengan
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemisikinan , Kementerian Dalam Negeri, dan
Badan Pusat Statistik untuk pengembangan
database. Di samping itu, tantangan tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana mempercepat
penyampaian Perbup atau Perwali tentang
penetapan alokasi dana desa sebagai syarat
penyaluran dana desa tahap I.

Teks Pradany Hayyu

Reportase

Asia-Paciic
High-Level
Consultation on
Financing for
Development di
Jakarta.

Foto
Anas Nur Huda

Pembiayaan Pembangunan,
Tantangan Negara-Negara Asia-Pasiik

K

ementerian Keuangan
bersama Economic and
Social Commissions for Asia
and the Paciic (UNESCAP)
menyelenggarakan Asia-Paciic
High-Level Consultation on Financing
for Development di aula Djuanda I
Kemenkeu, Jakarta, Rabu (29/4).
Forum yang dihadiri sekitar 200
perwakilan negara Asia-Pasiik ini
memberi kesempatan bagi anggota
UNESCAP dan para stakeholders lainnya
untuk mengevaluasi peran sumbersumber pembiayaan tradisional.
Selain itu, dalam forum ini peserta
juga dapat melakukan eksplorasi
instrumen inovatif, dan berbagi tools
untuk membiayai investasi di bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan dari
pembangunan berkelanjutan.
Dalam pidatonya, Menteri
Keuangan mengungkapkan bahwa
tahun lalu Kemenkeu sudah bekerja
sama dengan UNESCAP dalam
pembahasan Asia-Paciic Outreach
Meeting on Sustainable Development
Financing. “Pemerintah Indonesia

merasa bangga bisa menjadi co-host
dari acara ini bersama UNESCAP,”
ungkapnya.
Tahun 2015 ini, penyelenggaran
High-Level Consultation on Financing
for Development merupakan salah
satu upaya dalam menyusun Jakarta
Consensus, sebuah dokumen hasil
konsultasi regional. Dokumen
tersebut dipenuhi muatan diskusi
dan rekomendasi mobilisasi serta
penggunaan efektif sumber daya
keuangan di Asia dan Pasiik.
Dokumen ini nantinya akan
menjadi masukan negara-negara AsiaPasiik pada persiapan dan keputusan
Third International Conference on
Financing for Development yang akan
diselenggarakan di Addis Ababa (Juli
2015) dan Summit (September 2015).
Isinya terkait dengan adopsi agenda
pembangunan pasca 2015. “Acara hari
ini ditujukan untuk melihat lebih jauh
perspektif secara kewilayahan, dalam
hal pembiayaan untuk pembangunan,”
tambahnya.
Menurut Menkeu, acara ini relevan

dengan keadaan terkini. Selain karena
pas dengan agenda pengembangan
pasca-2015 yang transformatif, isu
mengenai pembiayaan pembangunan
yang berkesinambungan adalah salah
satu tantangan yang harus dihadapi
oleh negara-negara di Asia-Pasiik.
“Topik ini juga dekat dengan prioritas
pemerintah kita yang tertuang
dalam 5 pilar pembangunan yang
berkesinambungan,” kata Menkeu.
Melalui forum konsultasi ini,
Indonesia berharap mendapatkan
manfaat yang lebih besar dalam
pembiayaan untuk pembangunan, baik
itu dengan skema tradisional maupun
melalui skema lainnya. Pembiayaan
tersebut akan digunakan untuk
infrastruktur, sektor sosial, usaha kecil,
perkotaan, teknologi dan pembiayaan
iklim. Selain itu forum ini juga
diharapkan dapat meningkatkan kerja
sama regional khususnya di bidang
keuangan.

Teks Amelia Saitri

Vol. X No. 93 / Juni 2015

25

Reportase

Kunjungan
kerja
Menkeu
di PLTU
Molotabu.

Foto
Bagus Wijaya

Kunjungan Kerja Menkeu
di Gorontalo
enteri Keuangan (Menkeu)
Bambang P.S. Brodjonegoro
melakukan kunjungan kerja
ke Provinsi Gorontalo pada
14-15 Mei 2015. Ini merupakan
kunjungan kerja pertama Menkeu sejak
Provinsi Gorontalo dibentuk empat belas
tahun silam. Ketua Komisi XI Dewan
Perwakilan Rakyat yang juga Mantan
Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad
turut hadir bersama Direktur Utama PT
Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Emma
Sri Martini.
Setibanya di Gorontalo, Menkeu
langsung melakukan audiensi dengan
jajaran pimpinan dan pegawai kantor
vertikal Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) di Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan Gorontalo.
Setelah beraudiensi, Menkeu lalu
meninjau Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Dalam kesempatan tersebut,
Walikota Gorontalo Marten Taha
mengungkapkan, meskipun sudah

M

26

MediaKEUaNgaN

menjadi RSUD rujukan regional, tetapi
sarana dan prasarana alat kesehatan
dan jumlah sumber daya manusia
di RSUD ini masih terbatas. Pada
tahun 2016 mendatang, RSUD berencana
meningkatkan fasilitas, antara lain
dengan membangun gedung cardiac
center dan penambahan tempat tidur
kelas III. Oleh karena itu, pihaknya
berharap dapat memperoleh dukungan
dana dari pemerintah dan pinjaman dari
PT SMI.
Menanggapi hal tersebut, Menkeu
mengungkapkan bahwa sa