Astrilia Anggun Anggawarizki BAB II

  BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan

  1. Definisi Periode kehamilan dimulai sejak terjadinya konsepsi dan berakhir pada proses kelahiran janin. Kehamilan normal terjadi selama 280 hari atau selama 40 minggu 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Periode kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai dengan usia kandungan 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan keempat samai dengan bulan keenam, dan triwulan ketiga dimulai sejak bulan ketujuh kehamilan sampai dengan usia 9 bulan (Prawirohardjo, 2009).

  2. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala terjadinya kehamilan dapat berupa tanda dugaan adanya kehamilan, tanda tidak pasti, dan tanda pasti kehamilan.

  a. Tanda kemungkinan terjadinya kehamilan 1) Amenorhea (terlambat datang bulan). Disebabkan karena konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi.

  13

  2) Mual dan muntah (emesis). Disebabkan karena adanya pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan pengeluaran asam lambung menjadi berlebihan

  3) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu. Keinginan yang demikian disebut ngidam.

  4) Payudara tegang. Dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan somatomamotrofi yang menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara akan menjadi tegang dan membesar.

  5) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi 6) Konstipasi atau obstipasi

  Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat gerakan peristaltik usus, sehingga menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. 7) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae nigra, linea alba makin hitam) dan pada sekitar payudara (hiperpigmentasi areola).

  8) Varises atau penampakan pembuluh darah vena.

  Disebabkan karena pengaruh dari estrogen dan progesteron sehingga terjadi penampakan pembuluh darah vena.

  b. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan 2) Pada pemeriksaan dalam, di jumpai :

  a) Tanda hegar, yaitu apabila ismus uteri mengadakan hipertropi sehingga menjadi lebih lunak dan memanjang

  b) Tanda chadwick, yaitu adanya peningkatan vaskularisasi yang menyebabkan timbulnya warna ungu dan kebiruan pada mukosa vagina, vulva, dan serviks sebagai akibat dari peningkatan hormon estrogen

  c) Tanda pisckacek, yaitu uterus yang mengalami pembesaran dan menuju ke salah satu jurusan sehingga terlihat menonjol dengan jelas ke jurusan tertentu d) Kontraksi Braxton hick, yaitu kontraksi yang tidak teratur serta tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat dilakukan pemeriksaan e) Teraba ballottement, yaitu merupakan gerakan dari janin yang belum mengalami engaged, dan biasanya teraba pada minggu ke 10-18

  c. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin dalam rahim 2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin 3) Denyut jantung janin (DJJ). Di dengar dengan stetoskop leanec, alat dopler. Di lihat dengan ultrasonografi.

  (Manuaba, 2010)

  3. Diagnosis Banding Kehamilan Diagnosis banding pada kehamilan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan menggunakan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan kehamilan b. Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai dengan tanda-tanda kehamilan c. Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai dengan adanya tanda-tanda kehamilan dan mensturasi terus berlangsung.

  d. Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan. Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif e. Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan menghilang. (Manuaba, 2010).

  4. Masa-masa kehamilan

  a. Trimester pertama Pada trimester pertama ini adalah tahap penyesuaian terhadap kenyataan bahwa dia sedang mengandung.

  Beberapa ketidaknyamanan yang mungkin bisa terjadi pada kehamilan di trimester pertama antara lain kelemahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional. Keadaan ini mencerminkan konflik serta depresi yang dialami dan menjadi pengingat tentang kehamilannya. (Sukarni, 2013)

  b. Trimester kedua Periode kesehatan yang baik karena wanita hamil biasanya sudah mulai merasa nyaman dan bebas dari ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada trimester ini terbagi menjadi dua fase yaitu fase praquickening dan fase pasca-praquickening. Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah yang mendorong wanita dalam menjalankan tugas psikologis utamanya untuk mengembangkan identitas sebagai ibu. Bayi mulai bergerak pada periode ini. (Sukarni, 2013) c. Trimester ketiga Pada periode ini ibu sudah menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Trimester tiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam menantikan kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama terfokus pada bayi (Sukarni, 2013).

  5. Perubahan fisiologis pada kehamilan

  a. Uterus Rahim atau uterus yang semula hanya memiliki ukuran sebesar ibu jari dan beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan hyperplasia sehingga beratnya menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hipertropi dan hyperplasia menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim dikarenakan prtumbuhan janin (Manuaba, 2010).

  b. Ovarium Bersamaan dengan terjadinya kehamilan, kemudian indung telur yang memiliki korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya hingga plasenta terbentuk dengan sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010).

  c. Vulva/vagina Terjadi hipervaskularisasi yang dispengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, warna menjadi merah kebiruan (Sukarni,2013) d. Payudara Payudara selama masa kehamilan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam rangka untuk mempersiapkan pemberian ASI pada masa menyusui. Perkembangan yang terjadi pada payudara disebabkan karena adanya hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin. Hormon estrogen berfungsi untuk menimbulkan hipertofi saluran payudara, menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin membesar ketika hamil, tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara. Hormon progesteron berfungsi untuk mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi dan meningkatkan jumlah sel asinus.

  Hormon somatomamotrofin berfungsi untuk mempengaruhi sel asinus dalam membuat kasein, laktabumin, dan laktoglobulin, kemudian merangsang keluarnya kolostrum pada masa kehamilan (Manuaba, 2010).

  e. Sirkulasi darah ibu Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi : 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim

  2) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat (Manuaba, 2010).

  6. Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Meliputi satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu), dan dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, 2010).

  a. Tujuan khusus pengawasan antenatal menurut Manuaba, 2010 adalah sebagai berikut : 1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas 2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas 3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, dan aspek keluarga berencana

  4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

  b. Asuhan kebidanan pada pemeriksaan awal antenatal 1) Anamnesis. Meliputi data biologis, keluhan hamil, fisologis, patologis (abnormal) 2) Pemeriksaan fisik. Meliputi pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik khusus. Pemeriksaan fisik khusus merupakan pemeriksaan yang berkaitan dengan obstetrik ibu dan pemeriksaan USG

  3) Pemeriksaan psikologis yang bertujuan untuk mengetahui status kejiwaan ibu dalam menghadapi kehamilannya 4) Pemeriksaan laboratorium. Meliputi pemeriksaan darah lengkap (golongan darah dan hemoglobin), urin, serta tes kehamilan (Manuaba, 2010)

  5) Serta pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data dasar c. Asuhan kebidanan pada pemeriksaan ulang antenatal

  1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik yang bersifat umum dan pemeriksaan obstetrik 3) Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus (jika diperlukan) 4) Memberikan rencana tindakan. Misalnya menentukan waktu kunjungan ulang, memberikan terapi yang diperlukan, dan memberikan konseling yang sesuai dengan kebutuhan ibu

  d. Asuhan kebidanan pada antenatal care 1) Trimester Pertama (sebelum minggu ke 14)

  a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil b) Mendeteksi masalah dan menanganinya

  c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan

  d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat) 2) Trimester kedua (sebelum minggu ke 28)

  Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanyakan pada ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)

  3) Trimester ketiga (antara minggu 28-36) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda

  4) Trimester ketiga (setelah 36 minggu) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Saiffudin, 2010).

  7. Kebijakan program dalam ANC Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga dengan standar yang telah ditetapkan diarapkan dapat meningkatkan pelayanan kehamilan serta mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Standar asuhan 14T tersebut antara lain : Timbang berat badan dan tinggi badan, Pengukuran TFU, tekanan darah, pemberian tablet tambah darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan hb, pemeriksaan protein urin, pengambilan darah untuk pemeriksaan vdrl, perawatan payudara, pemeriksaan urin reduksi, senam ibu hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium, temu wicara/konseling

  8. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi

  a. TM I 1) Kelelahan

  a) Dasar anatomis dan fisiologi Penyebab tidak diketahui

  b) Cara meringankan atau mencegah Yakinkan pada ibu bahwa hal ini normal terjadi dalam kehamilan, dorong ibu untuk sering beristirahat.

  c) Pengobatan secara farmakologis Tidak perlu memberikan obat-obatan, suplemen vitamin dan zat besi dapat membantu untuk kesehatan ibu secara umum

  2) Keputihan

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Peningkatan produksi lendir sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen b) Cara meringankan atau mencegah

  Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan nylon, menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina dengan sabun dari arah depan ke belakang

  3) Ngidam

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah

  b) Cara meringankan atau mencegah Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asalkan cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan yang sehat

  b. TM II 1) Chloasma

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Peningkatan kadar estrogen dan mungkin progesteron

  b) Cara meringankan atau mencegah Hindari sinar matahari berlebih selama masa kehamilan dan gunakan bahan pelindung non alergi c. TM II dan III

  1) Konstipasi

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Peningkatan pada progesteron yang menyebabkan peristaltik usus menjadi lambat b) Cara meringankan atau mencegah

  Istirahat cukup, senam, BAB segera setelah ada dorongan

  2) Sesak nafas

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Uterus membesar dan menekan pada diafragma

  b) Cara meringankan atau mencegah Latihan nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal ditinggikan, makan tidak terlalu banyak, hentikan merokok untuk yang merokok, konsutasi dokter bila ada asma

  3) Pusing

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Sakit kepala pada triwulan terakhir dapat merupakan gejala pre eklampsi berat b) Cara meringankan atau mencegah

  Bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau sesak, hindari berbaring dalam posisi terlentang, konsultasi atau periksa untuk merasa sakit yang terus menerus d. TM III

  1) Sering kencing

  a) Dasar anatomis dan fisiologis Tekanan uterus pada kandung kemih

  b) Cara meringankan atau mencegah Kosongkan saat terasa ada dorongan untuk kencing, perbanyak minum pada siang hari, batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh, cola dengan kafein B. PERSALINAN

  1. Definisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

  (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Rustam Mochtar, 2011). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 - 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2008).

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan Beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu

  a. Power/ tenaga yang mendorong anak 1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan servik, terjadi dari his pendahuluan tidak berpengaruh terhadap servik, his pengeluaran dan his pelepasan plasenta. 2) Tenaga mengejan. Yang disebabkan karena kontraksi otot- otot dinding perut, kepala di dasar panggul merangsang mengejan dan paling efektif saat kontraksi b. Passage/ panggul 1) Bagian tulang panggul

  a) Dua os coxae yaitu Os ischium dan Os pubis

  b) Os cossygis. Pelvis mayor adalah daerah atas pelvis minor, superior sari linea terminalis.Fungsi obstetriknya menyangga uterus yang membesar waktu kehamilan.

  c. Passanger 1) Pada akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12 2) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali 3) Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi usia kehamilan 16-20 minggu 4) Djj mulai terdengar minggu 18 5) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50cm 6) Berat janin rata-rata janin laki-laki 3400gr dan perempuan 3150 gram 7) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama

  (Sukarni, 2013)

  3. Tahapan Persalinan

  a. Tahapan persalinan (a) Kala I

  Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Pada primigravida, pembukaan

  1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam. (Sukarni, 2013)

  (b) Kala II Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Secara umum ada beberapa hal yang dapat terjadi pada persalinan kala dua yaitu: 1) His menjadi lebih kuat dan sering 2) Timbul tenaga untuk meneran 3) Perubahan dalam dasar panggul 4) Lahirnya fetus (Sukarni, 2011) Tanda dan gejala pada persalinan kala dua meliputi: 1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi 2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum/vagina 3) Perineum terlihat menonjol 4) Vulva vagina, spingter ani membuka 5) Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Sukarni, 2013)

  (c) Kala III Kala tiga merupakan kala pelepasan plasenta yang di tandai dengan beberapa hal diantaranya

  1) Adanya his uri 2) Adanya pelepasan plasenta yang meliputi uterus berbentuk globular, perdarahan yang tiba-tiba, tali pusat bertambah panjang dan fundus uteri naik

  3) Terjadi perdarahan patologi apabila lebih dari 500cc 4) Sebab-sebab pelepasan plasenta karena terjadinya pengecilan rahim yang tiba-tiba akibat retraksi dan kontraksi otot-otot rahim serta plasenta lepas dari dasarnya (Sukarni, 2010)

  (d) Kala IV Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis bagi pasien dan bayinya .pada fase ini tubuh ibu akan melakukan adaptasi setelah persalinan agar kondisi tubuhnya stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan di luar uterus.

  4. Tanda-tanda persalinan

  a. Terjadinya his persalinan His persalinan memiliki ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan servik, makin beraktivitas kekuatannya makin bertambah b. Pengeluaran lendir darah Dengan adanya his persalinan maka akan terjadi perubahan pada servik yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.

  Pembukaan menyebabkan kapiler pembuluh darah pecah

  c. Pengeluaran cairan Sebagian besar ketuban akan pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam(Manuaba, 2010)

  5. Mekanisme Persalinan

  a. Engagement Pada minggu

  • – minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala masuk PAP. Masuknya kepala :

  1) Pada primi dapat terjadi pada bulan akhir kehamilan 2) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan

  Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul ( sinklitismus ), atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul ( asinklitismus anterior / posterior ).

  b. Desent Penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul akibat tekanan langsung dari his dan daerah fundus ke arah daerah bokong, tekanan dari amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma ( mengejan ), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang. c. Flexion Terjadi flexi penuh / sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul dan membantu penurunan kepala selanjutnya.

  d. Internal rotation Putaran paksi dalam selalu disertai dengan turunnya kepala, putaran ubun

  • – ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.

  e. Extension Dengan kontraksi perut yang adekuat kepala semakin turun dan menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala berada di simfisis dan dengan kontraksi yang kuat akan mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina.

  Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.

  f. External rotation Setelah kepala lahir bayi akan melakukan putaran kembali ke arah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher. Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari PAP. Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan bayi. g. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh badan bayi. ( Icesmi Sukarni dkk, 2013 ).

  6. Komplikasi pada persalinan

  a. Ketuban pecah dini (KPD) Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda- tanda persalinan. Factor predisposisi yang menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia, servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, dan disproporsi sefalo pelvik. Apabila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan induksi persalinan. (Sukarni, 2013) b. Infeksi intrapartum

  Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa terjadi sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi karena distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali, keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis dan vaginitis.Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu dengan memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam.(Sukarni, 2013) c. Atonia uteri Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. (Sukarni, 2013)

  d. Perdarahan Pascapersalinan Kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.

  Perdarahan primer pascapersalinan terjadi selama 24 jam, sedangkan perdarahan sekunder (masa nifas) terjadi setelah itu.

  Perdarahan dapat disebabkan karena atonia uteri maupun retensio plasenta. (Sukarni, 2013)

  7. Fase-fase persalinan normal

  a. Persalinan Kala I KalaI pada persalinan merupakan kala pembukaan yang berlangsung ketika pembukaan nol dan berakhir ketika pembukaan lengkap (10 cm). Normalnya kala I pada primigravida berlangsung selama 12 jam dengan pembukaan 1cm/ jam.

  Sedangkan untuk multigravida berlangsung sekitar 8 jam dengan pembukaan 2cm/ jam. Kala I terbagi menjadi dua fase yaitu fase aktif dan fase laten. 1) Fase Laten

  Fase laten persalinan dimulai sejak adanya kontraksi yang pertama yang menyebabkan adanya pembukaan pada srviks hingga pembukaan tersebuut mencapai 4 cm

  2) Fase Aktif Fase aktif pada persalinan kala I dimulai ketika pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). fase aktif terbagi menjadi 3 yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi. Fase akselerasi kala I dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung dari pembukaan 3 cm hingga 4 cm. Fase dilatasi maksimal adalah fase yang berlangsung sangat cepat dimana dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4 cm hingga 9 cm. Sedangkan pada fase deselerasi , pembukaan menjadi lambat kembali dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm.

Tabel 2.1 Pemantauan kala I

  Kemajuan Persalinan Keadaan Ibu Keadaan Janin

  a. His / kontraksi :

  a. Frekuensi

  b. Lamanya c.

  Kekuatan

Tanda vital

a) Periksa denyut jantung janin setiap setengah jam pada fase aktif a) Frekuensi

  a) Status kandung kemih Jika selaput ketuban pecah periksa : b) Lamanya

  b) Pemberian makanan / minuman a) Warna cairan ( adanya mekonium )

  c) Kekuatan Kontrol tensi setiap 4 jam

  b) Kepekatan Kontrol setengah jam sekali pada fase aktif Perubahan perilaku : dehidrasi / lemah,

kebutuhan akan dukungan.

  c) Jumlah cairan Pemeriksaan vagina :

  d) Molase

  a) Pembukaan serviks

  b) Penipisan serviks c) Penurunan bagian terendah d) Molase Kontrol setiap 4 jam

  b. Persalinan Kala II Persalinan kala II dimulai pada saat pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) hingga lahirnya bayi. Diagnosis pada persalinan kala II didapatkan melalui hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan bahwa pembukaan servik sudah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Tanda dan gejala pada kala II meliputi : ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan peningkatan pada rectum/vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan spingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran lendir darah (Saifuddin, 2010). Pada primi kala II berlangsung selama krang lebih 2 jam, sedangkan pada multi berlangsung selama 1 jam.

  Tabel 2. 2 Penanganan Persalinan Kala II

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Memberikan dukungan terus menerus Menghadirkan seseorang untuk : kepada ibu a) Mendampingi ibu agar merasa nyaman b) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu

  Menjaga kebersihan diri

  a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi b) Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan

  Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu Memberikan dukungan mental Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara :

  a) Menjaga privasi ibu

  b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu

  Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi berikut : a) Jongkok

  b) Menungging

  c) Tidur miring

  d) Setengah duduk Menjaga kandung kemih tetap kosong Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul Memberikan cukup minum Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi

  Memimpin mengedan Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan ibu untuk mengambil napas.

  Mengedan tanpa diselingi bernapas. Bernapas selama persalinan Minta ibu untuk bernapas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.

  Pemantauan denyut jantung janin Periksa DJJ setelah setiap kali kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( <120). Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin. Melahirkan bayi Menolong kelahiran kepala

  a) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat b) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila diperlukan c) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran lendir / darah Periksa tali pusat

  Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada dua tempat kemudian gunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya

  a) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi b) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang c) Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya

  d) Pegang bayi dengan erat agar tidak jatuh. Bayi dikeringkan dan dihangatkan Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan dari kepala sampai seluruh tubuh diselimuti dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan lakukan

  IMD Merangsang bayi a) Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi

  b) Dilakukan dengan cara mengusa

  • –usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.

  c. Persalinan Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2009)

  Tabel 2. 3 Manajemen aktif pada kala III Langkah Deskripsi dan keterangan

  • – langkah inti Jepit dan gunting tali pusat sedini Dengan penjepitan tali pusat sedini mungkin mungkin akan memulai proses pelepasan plasenta Memberikan oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta Oksitosin 10 U IM diberikan segera setelah bayi lahir jika sudah dipastikan hanya ada bayi tunggal. Oksitosin dapat diulangi apabila setelah 15 menit belum ada tanda pelepasan

    plasenta

    Melakukan penegangan tali pusat PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu terkendali atau PTT sudah terlepas : Satu tangan diletakkan pada korpus

  uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial. Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan tarikan tali pusat yang terus menerus.

  PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu juga dapat memberitahu petugas ketika ia mersakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah

  • – langkha PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas. Begitu plasenta terlepas keluarkan dari jalan
lahir dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah atau ke atas sesuai jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. Masase fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan masase fundus agar meinmbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan postpartum.

  d. Persalinan Kala IV Dimulai pada saat kelahiran plasenta hingga 2 jam postpartum

  Tabel 2. 4 Pemantauan kala IV

Periksa Deskripsi

Fundus Periksa fundus :

  a) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan b) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan c) Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi

  

Plasenta Periksa kelengkapan plasenta untuk

memastikan tidak ada bagian yang tertinggal dalam uterus

Selaput ketuban Periksa kelengkapan plasenta untuk

memastikan tidak ada bagian yang tertinggal dalam uterus

  

Perineum Periksa luka robekan pada perineum dan

vagina yang membutuhkan jahitan

Memperkirakan pengeluaran darah Dengan memperkirakan darah yang

menyerap pada kain atau dengan menentukan berapa banyak kantong darah yang dapat terisi.

Lokhia Periksa apakah ada darah keluar langsung

pada saat memeriksa uterus. Jika uterus berkontraksi kuat, lokhia kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.

Kandung kemih Periksa untuk memastikan kandung kemih

tidak penuh. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

Kondisi ibu Periksa setiap 15 menit pada jam pertama

dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

  Kondisi bayi baru lahir Apakah bayi bernapas dengan baik? Apakah bayi kering dan hangat ? Apakah bayi siap disusui ?

  C. Bayi Baru Lahir Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi,periode neonatal merupakan priode yang paling kritis. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009).

  Penilaian klinik pada bayi bertujuan untuk mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi.

  Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan komplek untuk berlangsungnya hidup bayi (Prawirohardjo, 2009). Bayi mengalami mekanisme kehilangan panas tubuh melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. melalui benda-benda padat yang berkontak dengan bayi. Konveksi merupakan pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi. Evaporasi merupakan mekanisme kehilangan panas tubuh melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah. Radiasi terjadi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi (Prawirohardjo, 2009).

  Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem nilai Apgar. Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5 menit kedua. Penilaian nilai Apgar meliputi denyut jantung janin, pernapasan, otot, reaksi terhadap rangsang, dan warna kulit (Manuaba, 2010).

  Penanganan awal terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan cara membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, memberi vitamin K, memberi obat/salep mata dan identifikasi bayi.

  Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, maka dilakukan pembersihan jalan nafas pada bayi. Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu mnentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak segera menangis maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 % atau povidone iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hati dan atau setiap kali basah / kotor (Prawirohardjo, 2008).

  Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar antara 0,25-0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdaraham tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan diberikan vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberikan vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M (Prawirohardjo, 2008).

  1. Periode transisi bayi baru lahir Transisi yang baik terhadap kehidupan bayi di luar uterus meliputi tiga periode, yaitu : a. Periode reaktivitas pertama

  Periode ini dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selam 30 menit. Pada saat ini, jantung bayi baru lahir berdenyut cepat dan denyut tali pusat terlihat. Warna kulit bayi baru lahir memperlihatkan sianosis sementara. Pernapasan relatif cepat, berada di tepi teratas rentang normal. Bayi mungkin memperlihatkan napas cuping hidung disertai pernapasan yang mendengkur dan retraksi dinding dada. Adanya mucus biasanya akibat keluarnya cairan paru yang tertahan.

  Selama periode reaktivitas pertama setelah lahir, mata bayi baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga.

  Bayi mungkin menangis, terkejut taau mencari putting susu ibu (Varney, 2007)

  b. Periode tidur yang tidak berespons Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali per menit. Frekuensi pernapasan bayi menjadi lbih lambat dan tenang. Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak. Tidur nyenyak yang pertama memungkinkan bayi baru lahir pulih dari tuntunan kelahiran dan transisi segera ke kehidupan ekstrauteri (Varney, 2007) c. Periode reaktivitas kedua Selama periode reaktivitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia sekitar 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna terjadi dengan cepat. Frekuensi pernapasan bervarasi tergantung aktivitas. Frekuensi napas harus tetap dibawah 60 kali per menit. Bayi baru lahir mungkin bereaksi terhadap pemberian makan yang pertama dengan meludahkan susu yang bercampur dengan lendir (Varney, 2007)

  2. Asuhan pada bayi baru lahir

  a. Pemantauan 2 jam pada bayi baru lahir Melihat kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau lunglai, dan warna kulit bayi kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum meninggalkan pasien terutama bayi harus melihat apakah terdapat gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawiroharjo, 2008).

  b. Asuhan pada bayi baru lahir 2-6 hari Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi 1) Menilai pertumbuhan bayi. Cara yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk memantau dan menilai pertumbuhan adalah kenaikan berat badan

  2) Pemberian minum dan cairan. Pastikan bayi telah diberikan minum sesegera mungkin setelah lahir dan menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara dini dan eksklusif, kemudian jelaskan pada ibu dan keluarga manfaat pemberian ASI dini.

  c. Asuhan pada bayi baru lahir 6-28 hari 1) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah untuk tenaga kesehatan. 2) Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.

  d. Asuhan bayi baru lahir dirumah.

  Pelayanan kesehatan neonatus sedikitnya dilakukan 3 kali yaitu KN I pada 6 - 48 jam, KN II pada 3 - 7 hari dan KN III pada 8 - 28 hari.

  D. Nifas

  1. Definisi Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelahnya (Prawirohardjo, 2008).

  Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu (Prawirohardjo, 2008).

  Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang fisiologis meliputi perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia, laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan psikis. Pada masa pascapersalinan seorang ibu memerlukan informasi dan konseling tentang perawatan bayi dan pemberian ASI, gejala adanya masalah yang mungkin timbul, kesehatan pribadi, kehidupan seksual, kontrasepsi dan nutrisi. Seorang ibu nifas juga memerlukan dukungan dari pihak petugas kesehatan, kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya (Prawirohardjo, 2008).

  2. Perubahan fisiologis masa nifas

  a. Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan adanya penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochia. Proses menyusui akan mempercepat proses involusi uterus. Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan waktu hamper enam minggu. Penurunan ukuran yang terjadi pada uterus direffleksikan dengan perubahan lokasi uterus yaitu uterus yang turun dari abdomen dan akan kembali menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua pertiga hingga tiga perempat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak TFU kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam. TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari dibawah) umbilikus selama satu atau dua hari secara bertahap turun ke dalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi diatas simfisis pubis setelah hari ke sepuluh pascapartum (Varney,2007)

  b. Lokia Lokia adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama dekriptif lokia berubah. Lochia rubra, serosa atau alba. Lochia rubra berwarna merah karena mengandung darah. Lochia ini keluar segera setelah proses persalinan hingga dua atau tiga hari pertama pasca partum. Lochia serosa berwarna merah muda, kuning karena mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. Lochia ini berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian. Sedangkan Lochia alba mulai diproduksi pada hari ke sepuluh pascapartum dan akan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Lochia alba berwarna putih krem karena mengandung leukosit dan sel desidua (Varney, 2007) c. Vagina

  Segera setelah persalinan, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar. Setelah 1-2 hari pascapartum tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema (Varney, 2007) d. Payudara Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespons terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dari putting susu, memar atau iritasi, adanya kolostrum, dan apakah payudara sudah terisi air susu (Varney, 2007)

  3. Kunjungan pada masa nifas Kunjungan selama masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali selama masa nifas. Kunjungan pertama pada 6-8 jam pasca persalinan, kunjungan kedua pada 6 hari setelah persalinan, kunjungan ketiga pada minggu kedua setelah persalinan dan kunjungan keempat dilakukan pada minggu ke-6 pasca persalinan.(Prawirohardjo, 2008).

  a. Kunjungan pertama 6-8 jam pasca persalinan Tujuan :

  1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

  2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut

  3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri

  4. Pemberian ASI awal

  5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

  6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

  7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil b. Kunjungan kedua 6 hari pasca persalinan

  Tujuan:

  1. Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.

  2. Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan abnormal

  3. Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan isirahat

  4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

  5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

  c. Kunjungan ketiga 2 minggu pasca persalinan Tujuan:

  1. Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.

  2. Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan abnormal

  3. Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan isirahat

  4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

  5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

  d. Kunjungan keempat 6 minggu pasca persalinan Tujuan:

  1. Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang dialami oleh ibu maupun bayi

  2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Saifuddin, 2010)

  Abnormalitas yang dapat terjadi pada masa nifas atau menyertai kala nifas diantaranya adalah : a. Subinvolusi uterus, disebabkan karena adanya infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri.

  b. Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama yang disebabkan oleh sisa plasenta atau selaput ketuban c. Abnormalitas pada payudara, yang ditandai dengan berbagai variasi puting susu yang dapat terjadi diantaranya terlalu kecil, puting susu mendatar, dan puting susu masuk ke dalam, pengeluaran ASI terlalu sedikit (oligolaksia), pengeluaran ASI yang terlallu banyak (poligolaksia), dan pengeluaran ASI yang erkepanjangan (galaktorea).

  d. Bendungan ASI disebabkan karena adanya sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Infeksi payudara (mastitis) ditandai dengan rasa demam dan nyeri lokal pada payudara serta terjadi perubahan warna kulit pada payudara.

  Mastitis dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri disertai pembengkakan dan teraba cairan dibawah kulit. (Manuaba, 2010).

  E. Keluara Berencana