BAB II KERANGKA TEORITIES - BAB II

BAB II KERANGKA TEORITIES

A. Tinjauan Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan. Tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. 1 Cronbach memberikan defenisi: learning is shown by a change

in behaviour as a result of experience. Harld spears memberikan batasan: learning is to observe to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Sedangkan geoch mengatakan: learning is a change in performance as a result of

practice. 2

Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental atau psiskis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan dan nilai sikap. 3

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.2

2 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 20.

3 Darsono, Max, et.al., Belajar dan Pembelajaran. (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), h. 20.

Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian menurut arti sempitnya belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian

kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. 4 Jadi belajar adalah kegiatan yang mengakibatkan perubahan.

Dalam hal ini belajar berarti mengubah tingkah laku. Sehingga belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan ketrampilan sikap pengertian harga diri, minat, watak penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikan dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Jadi belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan, dimana perubahan ini tidak lepas dari peran guru sebagai pengajar.

4 Sardiman A.M, op.cit., h.20-21.

2. Teori Belajar

Beberapa teori belajar antara lain:

a. Teori belajar menurut J. Bruner di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan “discovery learning environment ”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan dan hambatan yang dihayati oleh siswa

secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula. 5

b. Teori belajar Vygotsky Vygotsky merupakan seorang tokoh konstruktivis dengan teorinya adalah penekanan pada hakekat pembelajaran sosiokultur. Inti dari teorinya yaitu menekankan pada interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.

utama teori pembelajarannya sebagai berikut:

dan https://penembushayalan.wordpress.com/kuliah/tokoh-dan-teori-belajar/teori-belajar-jerome- bruner/ di akses pada tanggal 20 Juli 2016

5 https://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/

1) Menghendaki seting kelas berbentuk kooperatif, sehingga siswa dapat saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah jarak tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecah masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scalfolding. Scalfolding berarti memberikan seorang anak sejumlah besar bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan.

Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif Dua aspek yang penting yang mendasari keberhasilan

cooperative learning yaitu teori motivasi dan teori kognitif. 6

a. Teori motivasi Motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat

6 Slavin, R.E., Cooperative Learning. (Boston: Allya Bacon, 1995), h.16 6 Slavin, R.E., Cooperative Learning. (Boston: Allya Bacon, 1995), h.16

1) Kooperatif dimana orientasi tujuan masing-masing siswa turut membantu pencapaian tujuan siswa lain.

2) Kompetitif dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan akan menghalangi siswa lain dalam pencapaian tujuan.

3) Individualistik dimana upaya siswa untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut. Metode mengajar adalah suatu jalan/cara yang harus dilalui

di dalam mengajar. 7 Berdasarkan pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan situasi dimana satu-

satunya cara agar tujuan tiap anggota kelompok tercapai adalah jika kelompok tersebut berhasil. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pribadi mereka, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya yang dapat membuat pencapaian tujuan belajar seperti membuat variasi dalam metode mengajar. Hal apa saja yang dapat membuat kelompok berhasil, dan yang lebih penting mendorong teman kelompoknya untuk berusaha secara maksimal. Dengan kata

7 Slameto, op.cit., h.65 7 Slameto, op.cit., h.65

menciptakan struktur penghargaan antar perorangan sedemikian rupa sehingga anggota kelompok akan saling memberi penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya pengerjaan tugas teman sekelompoknya.

kelompok

dalam

b. Teori Kognitif Teori ini mengukur efek-efek dari bekerjasama dalam diri individu. Teori ini dikelompokkan dalam dua kategori:

1) Teori

dasar dari teori perkembangan adalah interaksi siswa diantara tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Vygotsky mendefinisikan zone of proximal development sebagai jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

Perkembangan:

Asumsi

2) Teori Elaborasi Kognitif: Teori ini memiliki pandangan yang berbeda. Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa supaya informasi dapat disimpan di

dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi. Sebagai misal membuat ikhtisar dari suatu kuliah merupakan kegiatan yang lebih baik dari pada sekedar membuat catatan, karena membuat ikhtisar menghendaki siswa mereorganisasi dan memilih materi yang penting. Salah satu elaborasi kognitif yang paling efektif ialah menjelaskan materi itu pada orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua faktor yaitu dari dalam individu (intern) dan luar individu (ekstern).

a. Faktor-faktor intern Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang mengalami proses belajar. Faktor intern ini meliputi:

1) Faktor jasmani: kesehatan tubuh dalam kesiapan menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langsung atau tidaknya dalam proses belajar.

2) Faktor psikologis: intelegesi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan

3) Faktor kelelahan; Faktor kelelahan disini dibagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan itu mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajar, dan diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor-faktor ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar terdiri dari:

1) Faktor Keluarga Cara orang tua mendidik anaknya, relasi antar anak dan anggota keluarga yang lain, kemudian suasana rumah terkait dengan kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

a) Kurikulum,

b) Relasi siswa dengan guru dan siswa lain.

c) Disiplin Sekolah

d) Kondisi dan fasilitas belajar

e) Metode adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula

3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ektern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat, dan pergaulan siswa dalam masyarakat.

Selain faktor-faktor di atas, menurut Sudjana ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, yakni kompetensi guru, karakteristik kelas dan

karakteristik sekolah. 8 Berkaitan dengan kompetensi guru, yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kualitas

belajar, maka dalam pembelajaran guru harus pandai-pandai memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan isi materi pelajaran. Metode tersebut harus benar-benar sesuai dengan materi, efektif dan efisien. Terkait dengan masalah ini peneliti akan mengkaji lebih jauh tentang metode dalam mengajar

4. Tinjauan Tentang Metode Pengajaran

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

8 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), h. 67 8 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), h. 67

pendidikan. 9 Metode mengajar ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. 10 Metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses atau bagaimana

tekniknya suatu bahan pelajaran diberikan. Jadi, tercapai tidaknya tujuan belajar salah satu faktornya adalah ketepatan memilih metode dalam proses belajar tersebut. Macam/jenis metode dalam belajar antara lain:

a. Metode proyek adalah cara menyajikan pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga dapat ditemukan pemecahan secara keseluruhan.

b. Metode eksperimen adalah cara menyajikan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 53

10 Sudjana, op.cit., h. 76.

c. Metode tugas dan resitasi (penugasan) adalah metode pengajaran dimana guru memberikan tugas-tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar di sekolah dan di luar sekolah.

d. Metode problem solving (pemecahan masalah) adalah metode mengajar dengan memecahkan masalah sehingga didapat suatu kesimpulan.

e. Metode siodrama adalah metode mengajar dengan mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya masalah sosial.

f. Metode tanya jawab adalah cara menyajikan pelajaran dengan bentuk pernyataan yang harus dijawab baik itu dari guru kepada siswa atau siswa kepada guru

g. Metode ceramah adalah metode megajar dalam menyampaikan materi secara lisan

h. Metode demontrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik yang sebenarnya maupun tiruan yang disertai dengan pelajaran lisan.

i. Metode karyawisata adalah cara mengajar siswa diajak keluar sekolah meninjau tempat tertentu atau obyek tertentu untuk memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan i. Metode karyawisata adalah cara mengajar siswa diajak keluar sekolah meninjau tempat tertentu atau obyek tertentu untuk memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan

tertentu. 11 Menurut Winarno Surakhmad mengatakan, bahwa pemilihan dan

penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 12

a. Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini terdapat berbagai macam perbedaan, baik dari aspek intelektual, status sosial, latar belakang kehidupan, kemampuan dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru disampaikan.

b. Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Metode pengajar harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik.

c. Situasi, dalam kegiatan belajar mengajar yang harus guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari dan waktu yang tersedia cukup untuk bahan pengajaran yang ditentukan

d. fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik disekolah.

11 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., h. 94-109 12 Ibid., h. 89.

e. Guru, dalam hal ini adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar misalnya; kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar.

Melalui penelitian ini penulis akan membandingkan antara hasil belajar dengan menggunakan metode ceramah , latihan soal dan penugasan yang sering disebut sebagai metode konvensional dengan hasil dan motivasi belajar melalui metode kooperatif tipe JIGSAW. Maka disini akan dikaji lebih lanjut mengenai metode konvensional (ceramah, latihan soal, dan penugasan) serta metode kooperatif, khususnya metode kooperatif tipe JIGSAW .lebih menekankan pada hasil belajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe JIGSAW. Oleh karena itu disini akan dikaji lebih lanjut mengenai metode kooperatif, khususnya tipe JIGSAW.

B. Metode Konvensional

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau tradisional. 13 Jadi, pembelajaran konvensional

adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru.

13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h. 523

Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa. 14

Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima

informasi secara pasif. 15 Jadi pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

Menurut Djafar pembelajaran konvensional dilakukan dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus mengerjakan dua

kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat. 16 Menurut Ahmadi bahwa model pembelajaran konvensional

menyandarkan pada hafalan belaka, penyampaian informasi lebih banyak dilakukan oleh guru, siswa secara pasif menerima informasi, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis serta tidak bersadar pada realitas kehidupan, memberikan hanya tumpukan beragam informasi kepada siswa, cenderung fokus pada bidang tertentu, waktu belajar siswa sebagaian besar digunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah guru, dan mengisi

latihan (kerja individual)”. 17 Sedangkan menurut Santyasa model pembelajaran konvensional adalah “pembelajaran yang lazim atau sudah

14 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo 1990), h. 60.

15 http://digilib.unila.ac.id/3389/15/BAB%20II.pdf di akses pada tanggal 20 Maret 2016 16 Ibid 17 http: // yudi - wiratama. blogspot. co. Id / 2014 / 01 / pembelajaran-konvensional- pembelajaran.html di akses pada tanggal 27 Maret 2016 15 http://digilib.unila.ac.id/3389/15/BAB%20II.pdf di akses pada tanggal 20 Maret 2016 16 Ibid 17 http: // yudi - wiratama. blogspot. co. Id / 2014 / 01 / pembelajaran-konvensional- pembelajaran.html di akses pada tanggal 27 Maret 2016

Nurhadi mengemukakan bahwa metode konvensional terlihat pada proses siswa penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai angka/raport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa,

dan hasil belajar diukur hanya dengan tes. 19 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang biasanya atau lazim dilakukan sehari-hari di kelas dimana guru mengambil peran lebih aktif (teacher oriented) sedangkkan siswa cenderung pasif yaitu hanya mencatat ataupun mendengar bahkan menghafal serta tidak memperhatikan pengalaman belajar siswa.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode tersebut maka siswa kurang terlihat aktif dalam proses belajar.

1. Metode ceramah Metode ceramah yaitu: Metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

18 Ibid 19 Oemar Hamalik, op.cit. h.60

Penyampaian materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan penyampaian secara tertulis, karena dalam cara ini siswa sangat tergantung pada cara guru mengajar. Kecepatan biasanya serta volume bicara atau suara yang diucapkan guru. Oleh karena itu menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah harus dengan prosedur.

Menurut Jusuf Djajadisastra prosedur penggunaan ceramah antara lain: 20

a. Merumuskan tujuan khusus pengajaran yang akan dipelajari siswa. Dengan tujuan tersebut dapat ditetapkan apakah metode ceramah benar-benar merupakan metode yang tepat.

b. Menyusun bahan ceramah secara sistematis

c. Mengidentifikasi istilah-istilah yang sukar dan perlu diberi penjelasan dalam ceramah.

d. Melaksanakan ceramah dengan memperhatikan:

1) Sajikan kerangka materi dan pokok-pokok yang akan diuraikan dalam ceramah

2) Uraikan pokok-pokok tersebut dengan jelas dan usahakan istilah yang sukar dijelaskan secara khusus.

20 Jusuf Djajadisastra Strategi belajar mengajar, (Bandung: Angkasa 1990), h. 29.

3) Diupayakan bahan pengait atau advance organizer agar pengajaran lebih bermakna.

4) Dapat dilakukan dengan pendikator deduktif atau induktif.

5) Gunakan multi metode dan multi media.

e. Menyampaikan pokok-pokok isi materi yang diceramahkan dikaitkan dengan tujuan pengajaran.

Kelebihan Metode Ceramah

a. Guru mudah menguasai kelas

b. Mudah mengorganisasikantempat duduk/kelas

c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

d. Mudah mempersiapkan dan melaksanaknnya

e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan Metode Ceramah

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (Mendengar) lebih besar menerimanya.

c. Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

d. Guru menyimpulkan bahawa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.

e. Menyebabkan siswa menjadi pasif. 21

21 Syaiful Bahri Djamarah&Aswan Zain, op.cit., h. 110

2. Metode Penugasan Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. 22 Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas,

yaitu:

a. Fase pemberian tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

1) Tujuan yang akan dicapai

2) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut

3) Sesuai dengan kemampuan siswa

4) Ada petunjuk / sunber yang dapat membantu pekerjaan siswa

5) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

b. Langkah Pelaksanaan Tugas

1) Diberikan bimbingan /pengawasan oleh guru

2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

22 Ibid., h. 96 22 Ibid., h. 96

1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

2) Ada tanya jawab/diskusi kelas

3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara lain.

Metode penugasan ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan, antara lain: Kekurangan Metode Penugasan

a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain

b. Khusus untuk tugas kelompok, tidk jarang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu sajka, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa

d. Sering memberikan tugas yang monoton (tak bervariasi) Dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Kelebihan Metode Penugasan

a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok

b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru

d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

3. Metode Latihan Metode Latihan adalah Suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu 23 . Kelebihan Metode Latihan

a. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat- alat dan terampil menggunakan peralatan olah raga.

b. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol)

c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.

d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan

e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan –gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

23 Ibid., h.108

Kelemahan Metode Latihan

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaia dan diarahkan jauh dari pengertian.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.

e. Dapat menimbulkan verbalisme. 24 Tahap kerangka menurut Sujarwo adalah sebagai berikut:

Kerangka Pembelajaran Konvensional Tahap 1 : Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa

dari materi pelajaran yang disampaikan Tahap 2 : Guru memberi latihan soal yang dikerjaka secra individu oleh siswa Tahap 3 : Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara

beberapa siswa disuruh mengerjakan di papan tulis. Tahap 4 : Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah. Menurut Oemar Hamalik kelebihan dari metode konvensional yaitu murah, tidak perlu banyak waktu, dan guru dapat menyajikan materi dengan cara diulang-ulang. Sedangkan kekurangan dari metode konvensioanal yaitu

24 Ibid., h.108-109 24 Ibid., h.108-109

C. Metode Kooperatif

1. Tinjauan Pembelajaran kooperatif Suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Pengajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif- kontruktivisme. Salah satu teori Vigotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Penerapan ini berimplikasi dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya. Di dalam pembelajaran koopertif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya. Di dalam pembelajaran koopertif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan- ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya. Keterampilan kooperatif dibedakan 3 tingkatan, yaitu:

a. Keterampilan kooperatif tingkat awal

1) Menggunakan kesepakatan

2) Melengkapi kontribusi

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas

4) Berada dalam kelompok

5) Mendorong partisipasi

6) Mengundang orang lain untuk berbicara

7) Menyelesaikan tugas untuk berbicara

8) Menyelesaikan tugas pada waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

1) Menunjukkan penghargaan dan simpati

2) Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima

3) Mendengarkan dengan aktif

4) Bertanya

5) Membuat ringkasan

6) Menafsirkan

7) Mengatur dan mengorganisisr

8) Menerima tanggung jawab

9) Mengurangi ketegangan

c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

1) Mengelaborasi

2) Memeriksa dengan cermat

3) Menanyakan kebenaran

4) Menetapkan tujuan

5) Berkompromi Ada

kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan, adalah sebagai berikut: 25

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri

25 Muslim Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA University Press, 2001), h. 16

3) Siswa haruslah melihat mereka bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Kooperatif Metode-metode yang ada dalam metode kooperatif diantaranya:

a. Metode TGT (Teams Games Tournament) yaitu metode pembelajaran dalam bentuk perbandingan (tournament) antara kelompok yang satu dengan yang lain.

b. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok-kelompok untuk belajar bersama.

c. Metode TAI (Team Assisted Individualization) merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.

d. Metode pembelajaran Jigsaw yang menjadi kajian dan penelitian ini akan dibahas lebih jauh. 26

Bentuk metode pembelajaran kooperatif menurut Rusman yaitu: 27

a. Metode TGT (Teams Games Tournament) yaitu metode pembelajaran dalam bentuk perbandingan (tournament) antara kelompok yang satu dengan yang lain.

b. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok-kelompok untuk belajar bersama.

c. Metode Investigasi kelompok (Grup Investigation).

d. Metode pembelajaran Jigsaw. Penjelasan tentang metode ini akan menjadi kajian dan penelitian ini akan dibahas lebih jauh.

26 Setyowati, Endang., Studi Komparasi metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Pada Siswa Kelas 2 SMA Teuku Umar. Semarang: FIS UNNES, 2005 27 Ibid.

D. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode Jigsaw telah dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin. Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun

potongan gambar. 28 Pembelajaran model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar

dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Paul bahwa Jigsaw memiliki dua ciri utama yaitu Jigsaw dirancang untuk mengajarkan bangunan pengetahuan sistematis (organized bodies of knowledge) dan Jigsaw mencakup satu elemen bernama

spesialisasi tugas (task specialization). 29 Bangunan pengetahuan sistematis bermaksud bahwa guru ingin agar

siswa mereka memahami konsep sehingga siswa dapat memecahkan masalah mereka. Spesialisasi tugas ini menuntut siswa berbeda memainkan peran khusus untuk mencapai tujuan suatu kegiatan belajar.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung

28 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 217 29 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan

konten dan ketrampilan berfikir, terj: Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 137.

jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. 30 Dengan demikian

terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Para siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam a) belajar menjadi ahli dalam sub topik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa kembali ke kelompoknya masing-masing sebagai 'ahli’ dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan guru. Dengan demikian setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

30 Muslim Ibrahim, dkk. op. cit. h. 21

Kelompok Asal @£$%&

@@@@ Kelompok Ahli @

(tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal) Gambar 1. Ilustrasi kelompok JIGSAW

Keterangan: Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula (asal) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Kerangka Metode Jigsaw Tahap Pendahuluan

a. Review, apersepsi, motivasi

b. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.

c. Pembentukan kelompok

d. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang heterogen

e. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok Tahap Penguasaan

a. Siswa dengan materi /soal sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha manguasai materi sesuai dengan soal yang diterima

b. Guru memberikan bantuan sepenuhnya Tahap Penularan

a. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya

b. Tiap siswa dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari siswa lain

c. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal

d. Dari diskusi, siswa memperoleh jawaban soal Penutup

a. Guru bersama siswa membahas soal a. Guru bersama siswa membahas soal

membantu. 31 Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan

tes atau kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan satu jenis tes obyektif paper and pencil, sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes diberikan.

Cara menentukan skor individual menurut Slavin. 32 Tabel 2.1

Cara Menentukan Skor Individual Menurut Slavin

Langkah 1 Setiap siswa diberikan skor bedasarkan skor Menetapkan skor dasar kuis yang lalu

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang Menghitung skor kuis berkaitan terkini

Langkah 2

Langkah 3 Siswa mendapatkan poin perkembangan Menghitung skor

yang besarnya ditentukan apakah skor kuis perkembangan

terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini.

31 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2002), h.138

32 Muslim Ibrahim, op.cit. h. 56

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar…………………..0 poin 10-1 poin di bawah skor dasar ……………………………10 poin Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar……………20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor dasar ……………………30 poin Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatika skor dasar).30 poin

3. Penghargaan Skor kuis dari masing masing kelompok asal saling diperbandingkan untuk menentukan kelompok asal mana yang paling berhasil selanjutnya diberikan penghargaan atas keberhasilan. Johnson and Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran

kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak

diantaranya adalah: 33

a) Meningkatkan hasil belajar

b) Meningkatkan daya ingat

c) Dapat digunakan untuk mencpai tarap penalaran tingkat tinggi

d) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)

e) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen

f) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah

g) Meningkatkan sikap positif terhadap guru

33 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 219 33 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 219

i) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif j) Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong Kelebihan lain metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

b. Menerapkan bimbingan sesama teman

c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

d. Memperbaiki kehadiran

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

f. Sikap apatis berkurang

g. Pemahaman materi lebih mendalam

h. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatif Jigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas- tugas dan pasif dalam diskusi

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

E. Motivasi

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi itu sesungguhnya merupakan seluruh proses gerakan yang mencakup berbagai rangsangan. dorongan, atau daya pembangkit bagi terjadinya suatu perilaku. Dorongan dalam proses gerakan itu pada dasarnya adalah rangsangan pembangkit bagi terjadinya perilaku, dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Motivasi-motivasi yang timbul pada diri individu mempunyai peranan dan fungsi ganda yaitu sebagai pembangkit aktivitas individu dan sebagai penyeleksi setiap aktivitas yang dilakukan. Fungsi dan peranan motivasi memiliki kecenderungan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian individu secara optimal.

Motivasi terdiri dari beberapa pengertian antara lain dalam bahasa Inggris yakni motive yang artinya penggerak. 34 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

34 Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2, h. 593 34 Jhon M. Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2, h. 593

kepuasan dengan perbuatannya. 35 Crider mengartikan motivasi sebagai hasrat, keinginan dan minat

yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek. Menurut S. Nasution bahwa motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat

dilakukannya. 36 Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang meyebabkan kesiapannya untuk memenuhi serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah laku untuk berbuat sesuatu dalam

mencapai tujuan tertentu. 37 Motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia op.cit., h. 593

36 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 170. 37 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), Cet. Ke-11, h. 28.

melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sertain dalan bukunya Psychology Understanding of Human Behaviour, motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan

tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. 38 Menurut Sardiman, motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak

dari dalam di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif menurutnya adalah suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Sehingga kata motivasi berawal dari kata motif berarti sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. 39 WS. Winkel membedakan motif dan motivasi sebagai berikut:

“Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan

dan motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif. 40

Selanjutnya, dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai motif dan motivasi dapat diambil kesimpulan bahwa Motif adalah “Suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah

38 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), Cet. Ke-11, h. 60.

39 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73.

40 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), h. 27.

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar dan dari dalam diri. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.

Motivasi dapat dipandang sebagai perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. 41

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah kekuatan- kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada

kegiatan belajar siswa. 42 Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi sangat dipengaruhi oleh

seberapa besarnya motivasi yang ditimbulkan pada diri individu berarti pula perubahan energi yang dimanfaatkan pun akan semakin besar, serta didahului adanya reaksi-reaksi yang ingin dicapai. Jadi motivasi belajar sebagai sistem bimbingan internal yang berusaha untuk menetapkan fokus anak dalam hal belajar, namun harus berdiri pada dirinya sendiri dan berkompetisi melawan semua hal menarik lain pada eksistensi

41 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. Ke 2, h. 73

42 Amier Daien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 162.

keseharian. 43 Sardiman mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. 44 Prayitno mengatakan bahwa: “Motivasi belajar tidak saja

merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan

belajar. 45 Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi atau tujuan. Motivasi sering muncul dari dalam diri manusia

tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Motivasi Belajar adalah “Dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

43 Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, Motivasi Belajar (Jakarta: Cerdas Pustaka, 2004), Cet. Ke-2, h. 12.

44 A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), cet. V, h. 75.

45 Elida Prayitno, Motivasi dalam Belajar (Jakarta: PPLPTK DepDikBud, 1989), h. 8.

2. Fungsi Motivasi

Motivasi dikatakan Ramayulis adalah sebagai suatu proses mengantarkan siswa kepada pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan siswa agar tetap bersemangat dan siaga

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas yang berhubungan dengan pencapaian belajar. 46

Menurut Sardiman setidaknya ada tiga fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai

c. Menyeleksi perbuatan yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. 47 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa serangkaian kegiatan

yang dilakukan seseorang itu sebenarnya dilatarbelakangi oleh

46 Ramayulis, op.cit., h. 171. 47 Sardiman, op.cit., H.85 46 Ramayulis, op.cit., h. 171. 47 Sardiman, op.cit., H.85

3. Bentuk motivasi di sekolah Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yakni:

a. Memberi angka. Angka dalam hal ini symbol dari nilai kegiatannya. Banyak siswa yang belajar yang utamanya justru mencapai nilai/angka yang baik.

b. Hadiah.

c. Saingan/kompetisi.

d. Ego involment

e. Memberi ulangan

f. Mengetahui hasil

g. Pujian

h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar j. Minat k. Tujuan yang diakui

4. Bentuk dan kegiatan siswa terkait dengan motivasi belajar Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu: 48

a. Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam:

1) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.

2) Dorongan umum ( morgani’s general drive) dan motif darurat ( wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.

b. Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:

1) Takut yang dipelajari (learned fear),

48 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2001), h.75

2) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),

3) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat),

4) Maksud (purpose) dan aspirasi,

5) Motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gagne bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai

berikut: 49

a. Visual

activities

didalamnya

termasuk membaca,

memperhatikan (gambar atau pekerjaan orang lain)

b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi

c. Listening activities meliputi kegiatan mendengarkan: uraian, percakapan, musik, diskusi, pidato

d. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket

e. Drawing activities misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram

f. Motor activities misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain atau berkebun

49 http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2012/10/motivasi-belajar.html diakses pada tanggal 15 September 2016 49 http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2012/10/motivasi-belajar.html diakses pada tanggal 15 September 2016

h. Emosional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenang, gugup termasuk kepuasan.

5. Indikator motivasi Belajar Indikator Minat Belajar Menurut Djamarah indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh,

berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. 50 Menurut Slameto beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan

senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator 12 minat belajar tersebut di atas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: a) Perasaan senang apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran. b) Keterlibatan siswa ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

50 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., h.132