HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN SUASANA BELAJAR DALAM KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progr
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN SUASANA
BELAJAR DALAM KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
ADINA BR DEPARI
NIM : 081414041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN SUASANA
BELAJAR DALAM KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
ADINA BR DEPARI
NIM : 081414041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :
- + Tuhan Yesus Kristus
- + pelindung dan penolongku
Bunda Maria, Santo Fransiskus Asisi dan Semua Orang Kudus di Surga.
Kedua Orangtuaku yang tercinta, Kakak dan abang serta semua keponakanku yang
membuatku selalu bersemangat.
Sr.Fidelia, Sr.Leonarda, Sr.Roberta, Sr.Bernadette, Sr.Kornelia, serta semua suster Fransiskanes Santa Elisabeth di Komunitas Arumdalu Yogyakarta.
Semua teman-temanku Ika, Nenek, Mami, Mita, Laras, Puput, Lala, Tiwi, Yoha, Novi, Siska, Fili, dan Desi.
Paramita Jati, Mulai dari PPL sampai skripsi paling banyak membantu penulis...
Almamaterku, Universitas Sanata Dharma, tempatku menuntut ilmu……..
Pax Et Bonum
MOTTO
“Ketika engkau sangat menginginkan sesuatu dan berusaha untuk
mendapatkannya, maka seluruh jagad raya akan bersatu padu
membantumu”
Setiap hari Tuhan memberi kita matahari. Jika kita perhatikan, kita
selalu mengalami saat-saat magis. Bisa saja saat kita bersembunyi dalam
keheningan sesudah makan siang, saat memotong kayu, saat menggayung air,
saat memandang bunga atau burung di udara, atau dalam seribu satu hal yang
nampaknya biasa saja. Tapi, saat itu memungkinkan kita menciptakan
mukjizat.Betapa malangnya orang yang takut mengambil resiko. Mungkin ia
takkan pernah kecewa atau menderita seperti orang yang mengejar impiannya.
Tapi pada suatu titik ketika ia menoleh kebelakang —ia akan menyesali bahwatelah menyia-nyiakan semua karunia Tuhan dalam hidup dan saat-saat magis
telah berlalu.Benar, kita akan mengalami masa-masa sulit dan kekecewaan, namun
semua itu hanya sementara, tidak meninggalkan bekas yang kekal. Dan suatu
hari kelak, kita akan menoleh dan memandang perjalanan yang telah kita
tempuh, penuh kebanggan.Saduran dari buku “By the River Piedra I Sat Down And Wept” Karangan Paulo Coelho
“Amor Mutat Gratia si Impertimus Hominibus” La Vita Est Bella
ABSTRAK
Adina Br Depari (2012). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Suasana
Belajar dalam Keluarga terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII
SMP Bopkri 2 Yogakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif
dan signifikan antara: (1) kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika
siswa, (2) suasana belajar dalam keluarga dengan hasil belajar matematika siswa,
(3) kecerdasan emosi dan suasana belajar dalam keluarga dengan hasil belajar
matematika siswa. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat
kecerdasan emosi siswa, suasana belajar dalam keluarga siswa dan hasil belajar
matematika siswa.Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2012. Sampel penelitian
berjumlah 15 orang siswa. Data kecerdasan emosi dan data suasana belajar dalam
keluarga dikumpulkan dengan metode non tes yang berbentuk kuesioner. Data
hasil belajar matematika dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Teknik
analisis data penelitian menggunakan teknik korelasi Product Moment dariKarl Pearson dan teknik korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kecerdasan em baikosi siswa dengan hasil belajar matematika
siswa ( sebesar 0,551 dan =2,378 > =2,131), (2) ada hubunganpositif dan signifikan antara suasana belajar dalam keluarga dengan hasil belajar
matematika siswa ( = 0,541 dan =2,319 >=2,131), (3) ada
hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan suasana belajar
dalam keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa
( = 0,628 dan =3,913 >=3,68). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa para siswa yang kecerdasan
emosinya berada dalam kategori sangat baik sebesar 0%, dalam kategori baik
sebesar 0%, dalam kategori cukup baik sebesar 40%, dalam kategori tidak baik
sebesar 46,67% dan dalam kategori sangat tidak baik sebesar 13,34%. Para siswa
yang suasana belajar dalam keluarganya berada dalam kategori sangat baik
sebesar 0%, dalam kategori baik sebesar 13,33%, dalam kategori cukup baik
sebesar 60%, dalam kategori tidak baik sebesar 13,33% dan dalam kategori sangat
tidak baik sebesar 13,33%. Para siswa yang hasil belajar matematikanya berada
dalam kategori sangat baik sebesar 13,33%, dalam kategori baik sebesar 20%,
dalam kategori cukup baik sebesar 40%, dalam kategori tidak baik sebesar
13,33% dan dalam kategori sangat tidak baik sebesar 13,33%.
ABSTRACT
Adina Br Depari (2012). The Relationship between Emotional Intelligenceand Learning Conditional in the Family Against the Results of Learning Math
Grade VII Bopkri 2 Junior High School Yogyakarta Year 2011/2012. Education of
Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University, Yogyakarta.This research aims to find out if there is a positive and significant
relationship between: (1) emotional intelligence with the results of learning math
students, (2) learning conditional in the family with the results of learning math
students, (3) emotional intelligence and learning conditional in the family with the
results of learning math students. This research aims also to find out emotional
intelligence level, learning conditional in the family level and the results of
learning math students level.The research was conducted from May to June 2012. The samples were 15
students. Emotional intelligence data and learning conditional in the family data
gathered with testing methods in the form of a questionnaire. Results of the data
collected with learn math using the method test. Research data analysis techniques
using the technique of correlation of Product Moment of Karl Pearson and
multiple correlation techniques.The result of the study indicates that: (1) there is a positive and significant
relationship between emotional intelligence with the results of learning math
students ( = 0,551 and =2,378 > =2,131), (2) there is a positive
and significant relationship between learning conditional in the family with the
results of learning math students ( = 0,541 and = > = 2,319
2,131), (3) there is a positive and significant relationship between emotional
intelligence and learning conditional in the family together against the results of
learning math students ( = and = 0,628 3,913 > = 3,68).Research results also showed that students who were emotionally
intelligence within the category of very good 0%, in the category of either 0%, in
the category quite well by 40%, in the category of no good of 46,67% and in the
category is not very good for 13,34%. Students who study conditional in her
family are in a category of very good 0%, in the category of good 13,33%, in the
category of pretty good by 60%, in the category of no good of 13,33% and in the
category is not very good for 13,33%. Students who learned his mathematical
results are excellent in the category of 13,33%, in the category of good by 20%, in
a category is good enough for 40%, in the category of no good of 13,33% and in
the category is not very good for 13,33%.KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatNya yang besar, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Semua usaha yang penulis lakukan ini tidak akan berhasil tanpa doa, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, dukungan dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. dan Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T selaku dosen penguji skripsi
6. Seluruh staf dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas kebaikan, bimbingan dan ilmu yang telah diberikan.
7. Ibu Dra.Yetti Yuliati Soebari, selaku Kepala Sekolah SMP Bopkri 2 Yogyakarta sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Bopkri 2 Yogyakarta.
8. Bapak Drs.Yulius selaku guru mata pelajaran Matematika Kelas VII SMP Bopkri 2 Yogyakarta, yang sudah memberikan kesempatan dan arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini hingga selesai dengan baik.
9. Siswa-siswi Kelas VII A dan VII B SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang telah
bersedia bekerja sama dengan penulis untuk melakukan tes penelitian.
10. Seluruh staf Sekretariat JPMIPA, staf Perpustakaan dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran proses belajar penulis selama ini.
11. Kedua orangtuaku, kakak dan abang. Terimakasih atas semua kebaikan yang kuterima.
12. Teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2008 yang menjadi teman ‘seperjuangan’.
13. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik langsung atau tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya.
Penulis Adina Br Depari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 6 E. Batasan Istilah ................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 9
A. Kecerdasan Emosi ............................................................................................. 9 B. Suasana Belajar Dalam Keluarga ..................................................................... 21 C. Hasil Belajar Matematika ............................................................................... 32 D. Kerangka Berpikir ........................................................................................... 36 E. Hipotesis ......................................................................................................... 41BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 42
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 42 B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 42 C. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................ 42 D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 43 E. Variabel Penelitian ......................................................................................... 44 F. Bentuk Data .................................................................................................... 45 G. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..................................... 46 H. Keabsahan Data .............................................................................................. 54 I. Metode Analisis Data ...................................................................................... 58 BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ......................... 66 A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 66B. Tabulasi Data dan Deskripsi Data Penelitian ................................................... 71
C. Analisis Data .................................................................................................. 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 84
E. Kelemahan Penelitian ...................................................................................... 90
BAB V. PENUTUP.................................................................................................... 91
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 91 B. Saran ............................................................................................................... 94Daftar Pustaka ............................................................................................................ 95
Lampiran .................................................................................................................... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika ................................................ 47Tabel 3.2 : Skor Pernyataan Kuesioner .................................................................. 51Tabel 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosi ................................................ 52Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Suasana Belajar Dalam Keluarga .......................... 53Tabel 3.5 : Interpretasi Koefisien Nilai r ................................................................ 63Tabel 4.1 : Waktu Pengambilan Data .................................................................... 67Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Variabel Kecedasan Emosi..................................... 67Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Suasana Belajar Dalam Keluarga ........................... 68Tabel 4.4 : Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar Matematika ................................ 69Tabel 4.5 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ............................................. 70Tabel 4.6 : Interpretasi Reliabilitas ........................................................................ 70 Tabel 4.7: Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ................................................ 71Tabel 4.8 : Kriteria Data Variabel Kecerdasan Emosi ............................................ 72Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosi ................................. 73Tabel 4.10 : Kriteria Data Variabel Suasana Belajar Dalam Keluarga .................... 74Tabel 4.11 : Distribusi Frekuensi Suasana Belajar Dalam Keluarga ....................... 74Tabel 4.12 : Kriteria Data Variabel Skor Hasil Belajar Matematika ....................... 75Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika .................................. 76Tabel 4.14 : Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi ..................................... .77Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas ....................................................................... ...78Tabel 4.16 : Hasil Analisis Korelasi Product Moment .......................................... .79Tabel 4.17 : Rangkuman Kontribusi Variabel ....................................................... .82Tabel 4.18 : Hasil Analisis Regresi ....................................................................... .83DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Kuesioner ............................................................................... 97 LAMPIRAN II Soal Tes Hasil Belajar Matematika ....................................... 105 LAMPIRAN III Kunci Jawaban Hasil Belajar Matematika ............................. 111 LAMPIRAN IV Skor Variabel , ,
........................................................ 125 LAMPIRAN V Hasil Uji Validitas ................................................................ 132 LAMPIRAN VI Hasil Uji Realibilitas ............................................................ 150 LAMPIRAN VII Hasil Uji Normalitas ............................................................ 159 LAMPIRAN VIII Hasil Uji Korelasi ................................................................ 160 LAMPIRAN IX Kontribusi Antar Variabel .................................................... 163 LAMPIRAN X Mean, Median, Modus .......................................................... 167 LAMPIRAN XI Contoh Hasil Jawaban Siswa ................................................. 170 LAMPIRAN XII Foto Penelitian ...................................................................... 198 LAMPIRAN XIII Surat Administrasi Penelitian ................................................ 201
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah pertama (SMP) dalam rentang usia 13-16 tahun
adalah masa remaja awal. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini seorang anak akan mengalami perubahan besar baik dalam hal fisik maupun psikologis. Pada masa remaja, seorang anak juga semakin dituntut oleh keluarga, sekolah, teman-teman sebaya dan masyarakat untuk memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal kepribadian, kemampuan sosial, hasil belajar yang baik, dan prestasi di bidang akademis maupun non akademis. Dalam hal ini, kualitas anak dilihat dari hasil belajar di sekolah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor eksternal dan internal (Roestiyah, 1982:159). Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak, meliputi: faktor lingkungan keluarga; sekolah; masyarakat; cuaca; kebersihan rumah dan sebagainya. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, meliputi: kemampuan atau kecerdasan; rasa aman; motivasi belajar; bakat; dan sebagainya.
Pendampingan yang serius dari keluarga pada anak di akhir masa kanak- kanak sangat penting, terutama untuk mendampingi anak dalam perkembangan emosinya dan dengan memberikan suasana belajar yang kondusif dalam keluarga (Hurlock,1978:213). Dalam hal ini seringkali orangtua hanya mengharapkan hasil tanpa memperhatikan prosesnya. Proses yang dimaksud disini adalah, bagaimana seorang anak diperlakukan, dididik dan diberi fasilitas yang mendukung ketika belajar. Banyak orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pihak sekolah, karena menganggap bahwa sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak, baik pendidikan intelegensia maupun kepribadian. Masih banyak orang tua kurang sadar, bahwa faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak,
Dari faktor internal kita melihat bahwa faktor kecerdasan menjadi hal yang penting untuk menentukan hasil belajar seseorang. Faktor kecerdasan intelektual sangat penting dalam pencapaian hasil belajar yang baik bagi seorang anak. Banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang juga tinggi. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan yang dapat mempermudah seorang siswa mengikuti pelajaran dan tentu saja akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Umumnya orang yang memiliki kecerdasan intelektual rendah memang akan sulit mengikuti pelajaran di kelas. Siswa pintar dengan prestasi bagus dan nilai raport tinggi, selalu diidentikkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi.
Berdasarkan pengalaman penulis sewaktu mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah, penulis melihat bahwa pendapat tentang nilai yang tinggi identik dengan kecerdasan intelektual tinggi tidak selalu benar. Pada waktu mengajar matematika penulis mengalami hambatan
dari beberapa siswa yang selalu mengganggu efektifitas proses belajar
mengajar di kelas. Hal tersebut terjadi karena diantara siswa ada yang suka
membuat gaduh suasana kelas ketika belajar dan ada juga yang menyita waktu
belajar karena harus diberikan ujian ulang karena nilai ujiannya rendah. Guru
matematika di kelas tersebut menyatakan, bahwa siswa tersebut sebenarnya
bukanlah murid yang berintelegensia rendah meskipun selama ini nilaimatematikanya buruk. Bahkan bisa dikatakan siswa tersebut cerdas bila diukur
dari hasil tes intelegensia, dimana hasil tes intelegensia siswa tersebut bahkan
lebih tinggi dari beberapa teman-teman sekelasnya yang memiliki nilai
matematika yang lebih tinggi dari dia. Menurut guru matematika tersebut,
siswa itu memiliki masalah pribadi dan keluarga yang berimbas pada
ketidakstabilan emosinya.Orang yang memiliki intelegensi tinggi tetapi tidak diimbangi dengan
emosi yang stabil cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan,
terlalu kritis, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung
dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti
ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang
memiliki kecerdasan intelektual tinggi namun taraf kecerdasan emosinya
rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit
bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress
(Goleman, 1997:44).Kondisi sebaliknya dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf kecerdasan intelektual rata-rata namun memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Kecerdasan intelektual hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) (Goleman 2000:44).
Berdasarkan pemahaman dan pengalaman tersebut penulis tertarik meneliti hubungan antara kecerdasan emosional dan hasil belajar matematika siswa, serta hubungan antara suasana belajar dalam keluarga dengan hasil belajar matematika siswa.
Pada penelitian ini penulis mengunakan populasi siswa SMP Bopkri 2 Yogyakarta. Alasannya adalah karena jumlah siswa di kelas maksimal 20 orang perkelas, jumlah yang efektif untuk sampel yang dibutuhkan agar pengamatan atau observasi terhadap karakter siswa lebih akurat. Penulis juga mengamati bahwa karakteristik siswa pada waktu pelajaran matematika di kelas sangat beragam karena para siswa juga berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda. Keberagaman karakter siswa dan latar belakang siswa yang berbeda sangat penting bagi peneliti untuk mengumpulkan data.
Untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan suasana belajar dalam keluarga terhadap hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar matematika, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti
: “Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Suasana Belajar dalam Keluarga terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Bopkri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012
”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah berikut:
1. Bagaimana keadaan tingkat kecerdasan emosi siswa, suasana belajar dalam keluarga siswa dan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Bopkri 2 Yogyakarta?
2. Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar
matematika pada siswa kelas VII di SMP Bopkri 2 Yogyakarta?
3. Apakah ada hubungan antara suasana belajar dalam keluarga dengan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII di SMP Bopkri 2 Yogyakarta?
4. Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan suasana belajar dalam keluarga secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII di SMP Bopkri 2 Yogyakarta? C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan suasana belajar dalam keluarga terhadap hasil belajar matematika siswa, khususnya hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain :
1. Bagi Siswa : Penelitian ini diharapkan : a. Dapat membangun karakter siswa yang lebih paham untuk mengelola dan mengontrol emosinya sendiri menjadi lebih positif, serta siswa dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan hasil belajarnya, khususnya hasil belajar matematika.
b. Dapat memotivasi siswa untuk membentuk dan menemukan suasana belajar yang ideal dalam keluarga.
c. Dapat menjadi masukan bagi siswa untuk mengembangkan diri dan kehidupan yang lebih baik
2. Manfaat Bagi Sekolah dan Dunia Pendidikan: Penelitian ini diharapkan : a. Dapat memberi wawasan yang lebih luas bagi guru untuk selalu memperhatikan dan meningkatkan aspek-aspek lain pada siswa selain aspek kecerdasan intelektual, ketika melakukan proses belajar mengajar di kelas.
b. Dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosi yang dimilikinya guna lebih meningkatkan hasil belajar, khususnya hasil belajar matematika.
c. Dapat membantu guru atau sekolah untuk memberikan informasi kepada keluarga, agar membantu anak menciptakan suasana belajar kondusif, guna membantu anak dalam melakukan aktifitas belajar di rumah.
3. Manfaat Bagi Peneliti : Penelitian ini diharapkan : a. Dapat membantu peneliti mengoreksi diri sendiri untuk lebih melihat potensi kecerdasan emosi dan lingkup keluarga serta pengaruhnya dalam diri peneliti pribadi.
b. Dapat mempersiapkan peneliti menjadi guru yang lebih memahami dan mengembangkan kemampuan siswa bukan hanya dari segi intelektual tapi juga dari lingkup keluarga dan faktor emosionalnya.
c. Memberikan sumbangan pikiran dalam rangka penanaman ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan studi matematika.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, penyimpangan, penafsiran yang tidak tepat dan agar dapat mencapai tujuan penelitian, maka masalah penelitian dibatasi pada hal-hal berikut.
1. Kecerdasan Emosi Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosi adalah kemampuan siswa untuk mengenali perasaan-perasaan sendiri, mengendalikan perasaan, memotivasi diri, mengelola perasaan sendiri, mengenali dan merasakan perasaan orang lain.
2. Keluarga Dalam penelitian ini keluarga adalah tempat dimana seorang anak menjalani hidupnya sehari-hari bersama orang tua dan saudara-saudarinya di rumah.
3. Hasil belajar Dalam penelitian ini hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar matematika setelah mengikuti pelajaran di sekolah menengah pertama yang diukur dengan test atau evaluasi matematika yang disusun oleh peneliti.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosi 1. Pengertian Emosi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), emosi berarti
luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat, yang berhubungan dengan keadaan serta reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan dan keberanian yang bersifat subjektif.
Kata emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari akar kata emovere, yang berarti menggerakkan dan bergerak menjauh. Pengertian ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi. Disini emosi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak atau rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi (Goleman, 1997:7).
Paul Ekman dari University Of California (dalam Goleman, 1997:412), menggolongkan beberapa emosi sebagai emosi besar atau emosi primer, yaitu emosi yang paling biasa muncul pada seorang manusia. Emosi ini disebut emosi primer karena emosi ini bersifat universal artinya bisa dikenal oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia meski hanya dari ekspresi wajah seseorang, termasuk bangsa-bangsa buta huruf yang dianggap tidak mengenal film dan televisi. Emosi-emosi ini sering terjadi pada diri seorang berkaitan dengan amarah, sedih, takut, terkejut, malu dan cinta seperti yang diuraikan berikut ini.
a. Amarah Suatu sikap yang muncul karena sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Golongan emosi yang ditimbulkan adalah beringas,
benci, kesal hati, tersinggung, jengkel, muak, dan bermusuhan.
b. Kesedihan Sikap yang timbul karena rasa susah atau pilu hati, biasanya muncul karena rasa kehilangan atau peristiwa duka. Golongan emosi yang ditimbulkan adalah pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihani diri sendiri, kesepian, ditolak, putus asa, atau depresi berat.
c. Rasa Takut Reaksi awal yang muncul dari ingatan-ingatan yang kurang menyenangkan. Golongan emosi yang ditimbulkan adalah cemas, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut, fobia dan panik.
d. Kenikmatan Sikap yang timbul karena rasa puas dan nyaman. Golongan emosi yang ditimbulkan adalah bahagia, gembira, ringan, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, dan terpesona.
e. Cinta Sikap positif yang muncul karena rasa dikasihi dan mengasihi terhadap manusia, hewan atau benda lain. Golongan emosi yang ditimbulkan adalah penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih.
f. Terkejut Reaksi yang muncul akibat sesuatu yang terjadi di luar batas perkiraan.
Golongan emosi yang muncul adalah takjub, terpana, terperanjat dan kaget.
g. Malu Reaksi yang muncul karena merasa tidak enak hati, segan atau karena suatu perbuatan kurang baik diketahui orang lain. Golongan emosi yang muncul adalah rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib dan hati hancur lebur.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu reaksi yang muncul dalam diri individu yang dipicu oleh suatu keadaan, dimana reaksi tersebut melibatkan aspek biologis dan psikologis pada diri individu.
2. Pengertian Kecerdasan Emosi
Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain kecerdasan intelektual adalah Howard Gardner. Dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind yang diterbitkan tahun 1983, Gardner secara tegas menolak cara berpikir yang telah meresap kuat dalam masyarakat yang menyatakan bahwa seseorang itu cerdas atau tidak, memang terlahir demikian, tak ada banyak hal yang bisa dibuat untuk mengubahnya dan bahwa kecerdasan intelektual adalah faktor penentu kesuksesan seseorang. Gardner menyebut cara berpikir tersebut adalah "cara berpikir IQ", karena menempatkan kecerdasan intelektual sebagai yang utama dalam hidup seseorang (dalam Goleman, 1997:48).
Selanjutnya Gardner menyatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang menjadi penentu kesuksesan seseorang, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika atau logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Spektrum Kecerdasan dengan tujuh varietas utama ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel
Goleman disebut sebagai kecerdasan emosi (Goleman, 1997:50).
Pencipta istilah kecerdasan emosi, Peter Salovey dan Jack Mayer (dalam Stein dan Book, 2004:30) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam.
Menurut Reuven Bar (dalam Stein dan Book, 2004:30), kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan dari lingkungan tempat dia hidup.
Selanjutnya, menurut Goleman kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengatur dan menyelaraskan emosi dengan inteligensi; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, empati dan keterampilan sosial. Goleman menambahkan kecerdasan emosi merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial (Goleman, 1997:45).
Kecerdasan emosi lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia. Kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia, dari pengalaman masa kecil hingga dewasa. Kecerdasan emosi ternyata juga dapat dipelajari, sifatnya tidak tetap, dan selalu ada kemungkinan untuk berubah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah keterampilan untuk mengenali dan mengelola semua perasaan yang timbul dari diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dengan tepat dengan cara dan waktu yang tepat untuk kemudian menghasilkan hal-hal positif bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Jenis-jenis Kecerdasan Emosi Setiap individu memiliki kecerdasan emosi yang berbeda-beda.
Goleman (1997:315) mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan emosi tinggi atau rendah. Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi berbeda dengan orang yang memiliki kecerdasan emosi rendah. Goleman memberikan spesifikasi dari dua jenis kecerdasan tersebut dengan indikator sebagai berikut : a. Kecerdasan emosi tinggi adalah orang yang mampu mengendalikan perasaan marah, tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum bertindak, berusaha mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya, menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain serta berempati pada orang lain. Orang dengan kecerdasan emosi tinggi juga dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan semua orang, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat menyelesaikan konflik sosial secara damai.
b. Kecerdasan emosi rendah adalah orang yang bertindak mengikuti perasaan tanpa memikirkan akibatnya. Pemarah, bertindak agresif dan tidak sabar, memiliki tujuan hidup dan cita-cita yang tidak jelas, mudah putus asa, kurang peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, tidak dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif. Memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik dengan kekerasan.
Biasanya anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan nampak bahagia pada raut wajahnya dan jadi anak yang disenangi diantara teman-temannya karena sikapnya yang percaya diri dan pandai bergaul. Sementara anak dengan kecerdasan emosi rendah justru sebaliknya, selalu mempunyai masalah dengan dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini kelihatan dari sikapnya yang kaku dan nampak tertekan, karena memiliki banyak penilaian-penilaian negatif pada dirinya sendiri dan pada orang lain dan lingkungan sekitarnya.
4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi
Salovey (dalam Goleman 1997:57) membagi kecerdasan emosi ke dalam lima ciri-ciri utama, yaitu : a. Pengenalan Diri Pengenalan diri atau mengenali emosi diri sendiri adalah suatu kemampuan untuk mencermati dan menguasai perasaan sendiri. Orang yang mempunyai kemampuan mengenali diri serta mengenal emosi diri sendiri adalah orang yang mempunyai keyakinan tinggi akan perasaannya dan handal dalam mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya.
Goleman (1997) menyatakan bahwa pengenalan diri merupakan karakter dari orang yang tahu dan sadar diri sewaktu suatu perasaan terjadi. Diperlukan pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar pengenalan terhadap diri semakin matang. Pengenalan diri merupakan ketrampilan dasar utama yang akan menumbuhkan tiga kecakapan emosi berikut :
1) Menilai diri secara akurat, yaitu mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2) Kesadaran emosi, yaitu tahu dan sadar pengaruh emosi pada diri dan orang lain, dan menggunakannya untuk membuat keputusan.
3) Percaya diri, yaitu memiliki harga diri dan kemampuan sendiri.
b. Pengendalian Diri Pengendalian diri adalah kemampuan mengatur diri dan mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri (Goleman, 1997).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa pengendalian diri adalah kemampuan mengelola emosi dan menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga dapat bangkit dengan cepat jika mengalami masalah berat dalam hidupnya.
Pengendalian diri merupakan ketrampilan emosi yang tercakup dalam kecakapan emosi berikut : 1) Sabar, yaitu mengelola emosi dengan efektif. 2) Inovasi, yaitu : bersikap terbuka terhadap gagasan dan informasi terkini.
3) Kehati-hatian, yaitu : dapat diandalkan dan bertanggungjawab dalam setiap tindakannya.