Optimasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) rheumakur - USD Repository

  

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN

DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR

(OHT) RHEUMAKUR

  ®

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Katarina Kusmiyanti NIM: 078114063

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

Persetujuan Pembimbing

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN

DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR

  ®

(OHT) RHEUMAKUR

  Skripsi yang diajukan oleh: Katarina Kusmiyanti

  NIM: 078114063 telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Christine Patramurti, M. Si, Apt. tanggal 24 Maret 2011

  

Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

(KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN

DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR

  ®

(OHT) RHEUMAKUR

  Oleh: Katarina Kusmiyanti

  NIM: 078114063 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 1 April 2011

  Mengetahui Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma Dekan Ipang Djurarko, M.Sc., Apt.

  Panitia Penguji: Tanda tangan 1. Christine Patramurti, M.Si., Apt. ...................................

  2. Jeffry Julianus, M.Si. ...................................

  3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. ...................................

  

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas kita bukanlah untuk berhasil.

  

Tugas kita adalah untuk MENCOBA, karena di

dalam mencoba itulah kita membangun kesempatan

untuk BERHASIL.

  (Mario Teguh)

  Kupersembahkan karyaku ini untuk Papa tercinta M. Sukarta, Ibu tersayang Yustina

  Sriyatun Mba Sela, ‘dek Titus

  Sahabatku Almamaterku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 24 Maret 2011 Penulis

  Katarina Kusmiyanti

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Katarina Kusmiyanti Nomor Mahasiswa : 078114063

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  “OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

  

(KCKT) FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN

DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR

®

  

(OHT) RHEUMAKUR

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 1 April 2011 Yang menyatakan (Katarina Kusmiyanti)

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sediaan Kapsul Lunak Obat Herbal

  ®

  Terstandar (OHT) Rheumakur ” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendorong, memotivasi dan memberikan saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

  1. Bapak Ipang Djunarko M.Sc, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan masukan, kritik, solusi, dan memberikan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.

  4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.

  5. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. atas pemberian baku kurkumin yang berguna bagi penelitian.

  6. Ibu Rini Dwi Astuti, M.Sc, Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga sehingga berguna dalam proses penyusunan skripsi.

  8. Seluruh staff laboratorium, staff keamanan, dan kebersihan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terutama Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Ottok, dan Mas Kunto, serta Pak Timbul.

  9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas koleksi buku-buku serta akses internetnya sehingga penulis memperoleh bahan-bahan yang cukup lengkap dalam penulisan skripsi ini

  10. Kedua orang tuaku, Bapak Markus Sukarta dan Ibu Yustina Sriyatun atas doa dan dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.

  11. Mbak Gisela Kusria,dan Adek Titus Marcel Kusraynaldi yang selalu menjadi obat serta semangat saat penulis mengalami kejenuhan dalam menulis skripsi.

  12. Dian Prahara Florentino Wara yang selalu mendukung penulis belajar menjadi lebih baik, memberikan saran dan kritik, dan memberikan dorongan semangat dalam menyusun skripsi ini.

  13. Benny Nugroho selaku teman seperjuangan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  14. Dika, Lala, Nana Upil, Pakde Toro yang telah meluangkan waktu untuk memberikan diskusi terkait penelitian dan semangat yang diberikan kepada penulis.

  15. Teman-teman skripsi kurkumin KLT-Desnsito: Tere Beng-beng, Seno, Yuyun, Eliz, Veny, dan Lilis atas kerjasama dan dukungannya selama penyusunan skripsi.

  16. Teman-teman “12 Dewa”: Tante dama, Dika, Pakde, Upil, Ocie, Cosa, Ucup, Bimo, Ping-ping, Sano, Tika atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.

  17. Teman-teman kos putri gita dan hiddent kos yang menjadi teman seperjuangan di Yogyakarta.

  18. Mbak Lini, Iphent, Kak Ety, Mbak Dhin atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan.

  19. Teman-teman FST “Jumawa” 2007 atas pengalaman, keceriaan, dan kebersamaan yang tak kan terlupakan.

  20. Semua teman-teman Farmasi angkatan 2007, terima kasih atas kebersamaanya.

  21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membantu penulis dalam perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Hal HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vi PRAKATA .................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

  INTISARI .................................................................................................... xx

  

ABSTRACT .................................................................................................. xxi

BAB I. PENGANTAR ................................................................................

  1 A. Latar Belakang .................................................................................

  1 1. Permasalahan .............................................................................

  3 2. Keaslian Penelitian ....................................................................

  3 3. Manfaat Penelitian .....................................................................

  4 B. Tujuan Penelitian .............................................................................

  4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .........................................................

  6 A. Obat Herbal Terstandar (OHT) ........................................................

  6

  B. Kapsul ..............................................................................................

  7 C. Kurkumin .........................................................................................

  7 D. Spektrofotometri Visibel .................................................................

  11 E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ...................................................

  12 1. Definisi dan instrumentasi KCKT ............................................

  12 2. Kromatografi Partisi .................................................................

  15 3. Pemisahan puncak dalam kromatografi ....................................

  18 4. Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif ................................

  24 F. Landasan Teori ................................................................................

  24 G. Hipotesis ..........................................................................................

  25 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................

  26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................

  26 B. Variabel Penelitian ...........................................................................

  26 1. Variabel bebas ............................................................................

  26 2. Variabel tergantung ....................................................................

  26 3. Variabel pengacau terkendali .....................................................

  26 C. Defisnisi Operasional .......................................................................

  27 D. Bahan Penelitian ..............................................................................

  27 E. Alat Penelitian ..................................................................................

  27 F. Tata Cara Penelitian .........................................................................

  28 1. Pembuatan asam asetat glasial 2% ...........................................

  28 2. Pembuatan pelarut ....................................................................

  28 3. Pembuatan fase gerak ...............................................................

  28

  4. Pembuatan larutan baku kurkumin ...........................................

  29 5. Preparasi sampel .......................................................................

  29 6. Penentuan panajng gelombang maksimum kurkumin ..............

  30 7. Optimasi metode KCKT fase terbalik ......................................

  30 G. Analisis hasil ....................................................................................

  31 1. Bentuk peak pemisahan kurkumin .............................................

  31 2. Waktu retensi .............................................................................

  32 3. Nilai resolusi ..............................................................................

  32 4. Nilai HETP ................................................................................

  32 5. Reprodusibilitas resolusi ............................................................

  33 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

  34 A. Pembuatan Pelarut ...........................................................................

  34 B. Pembuatan Fase Gerak ....................................................................

  34 C. Pembuatan Seri Larutan Baku Kurkumin .......................................

  36 D. Preparasi Sampel .............................................................................

  37 E. Optimasi Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin dengan Spektrofotometri Visibel .....................................................

  38 F. Optimasi Fase Gerak ........................................................................

  41

  1. Fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% dengan perbandingan 70 : 30 ..................................................................

  44

  2. Fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% dengan perbandingan 80 : 20 ..................................................................

  48

  3. Fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% dengan

  perbandingan 90:10 ....................................................................

  51

  4. Fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% dengan perbandingan 95:5 .....................................................................

  55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN . ...................................................

  63 A. Kesimpulan ......................................................................................

  63 B. Saran ................................................................................................

  63 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

  64 LAMPIRAN ................................................................................................

  67 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................

  99

  DAFTAR TABEL Tabel I. Perbedaan kapsul keras dengan kapsul lunak .......................

  Tabel II. Karakteristik beberapa pelarut pada KCKT ........................ Tabel III. Pemisahan yang diinginkan dalam metode KCKT ............... Tabel IV. Komposisi fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% . Tabel V. Nilai indeks polaritas dari masing-masing komposisi fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% ...........................

  Tabel VI. Tekanan kolom ..................................................................... Table VII. Hasil pemisahan kurkumin .................................................... Tabel VIII. Hasil optimasi pemisahan kurkumin pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (95:5) ............................

  Tabel IX. Data hasil perhitungan CV resolusi pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% ....................................................

  7

  14

  24

  29

  35

  42

  43

  57

  61

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Logo Obat Herbal Terstandar ..................................................

  6 Gambar 2. Struktur dari kurkuminoid ........................................................

  8 Gambar 3. Reaksi degradasi kurkumin pada pH basa ...............................

  9 Gambar 4. Produk fotodegradasi kurkumin ...............................................

  10 Gambar 5. Peralatan KCKT .......................................................................

  13 Gambar 6. Reaksi silanisasi .......................................................................

  16 Gambar 7. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan...................................

  17 Gambar 8. Difusi Eddy ...............................................................................

  20 Gambar 9. Difusi molekular .......................................................................

  20 Gambar 10. Transfer massa fase diam dan fase gerak ...............................

  21 Gambar 11. Pemisahan dua senyawa .........................................................

  22 Gambar 12. Penentuan peak asymmetry dan peak tailing factor ...............

  23 Gambar 13. Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam ...................

  23 Gambar 14. Reaksi hidrolisis kolom oktadesilsilan ...................................

  36 Gambar 15. Spektra serapan kurkumin dengan pelarut campuran metanol p.a dan asam asetat glasial 2% pada pH 4 ..........................

  39 Gambar 16. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin ............................

  40

  ®

  Gambar 17. A = baku kurkumin 3,5 ppm; B = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 70:30 kecepatan alir 0,5 ml/menit .......................................

  44

  ®

  Gambar 18. C = baku kurkumin 3,5 ppm; D = sampel OHT Rheumakur

  pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 70:30 kecepatan alir 1,0 ml/menit .......................................

  45

  ®

  Gambar 19. E = baku kurkumin 3,5 ppm; F = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 70:30 kecepatan alir 1,5 ml/menit .......................................

  46

  ®

  Gambar 20. A = baku kurkumin 3,5 ppm; B = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 80:20 kecepatan alir 0,5 ml/menit .......................................

  48

  ®

  Gambar 21. C = baku kurkumin 3,5 ppm; D = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 80:20 kecepatan alir 1,0 ml/menit .......................................

  49

  ®

  Gambar 22. E = baku kurkumin 3,5 ppm; F = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 80:20 kecepatan alir 1,5 ml/menit .......................................

  49

  ®

  Gambar 23. A = baku kurkumin 3,5 ppm; B = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 90:10 kecepatan alir 0,5 ml/menit .......................................

  51

  ®

  Gambar 24. C = baku kurkumin 3,5 ppm; D = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 90:10 kecepatan alir 1,0 ml/menit .......................................

  52

  ®

  Gambar 25. E = baku kurkumin 3,5 ppm; F = sampel OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 90:10 kecepatan alir 1,5 ml/menit .......................................

  53

  Gambar 26. A = baku kurkumin 3,5 ppm; B = sampel OHT Rheumakur

  Gambar 29. Gugus polar dan nonpolar dari kurkumin ............................... Gambar 30. Interaksi kurkumin dengan fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% membentuk interaksi hidrogen ................

  60

  59

  56

  55

  55

  Gambar 31. Interaksi kurkumin dengan fase diam oktadesilsilan ..............

  pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 95:5 kecepatan alir 1,5 ml/menit .................................................

  ®

  ®

  Gambar 28. E = baku kurkumin 3,5 ppm; F = sampel OHT Rheumakur

  pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 95:5 kecepatan alir 1,0 ml/menit .................................................

  ®

  Gambar 27. C = baku kurkumin 3,5 ppm; D = sampel OHT Rheumakur

  pada fase gerak metanol p.a : asam asetat glasial 2% 95:5 kecepatan alir 0,5 ml/menit .................................................

  61

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis kurkumin ....................................................

  Lampiran 2. Hasil Uji Stabilitas Kurkumin pada pH 3-5 dengan Spektrofotometer Visibel pada rentang 200-500 nm ..........

  Lampiran 3. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak ........................................ Lampiran 4. Kromatogram hasil optimasi kecepatan alir pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2%(70:30) ..........................

  Lampiran 5. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kurkumin pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (70:30) dan contoh perhitungannya ......................................................... Lampiran 6. Kromatogram hasil optimasi kecepatan alir pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2%(80:20) ..........................

  Lampiran 7. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kurkumin pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (80:20) dan contoh perhitungannya ......................................................... Lampiran 8. Kromatogram hasil optimasi kecepatan alir pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2%(90:10) ..........................

  Lampiran 9. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kurkumin pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (90:10) dan contoh perhitungannya ......................................................... Lampiran 10. Kromatogram hasil optimasi kecepatan alir pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2%(95:5) ............................

  68

  69

  70

  71

  75

  76

  80

  81

  85

  86

  Lampiran 11. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kurkumin pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (95:5) dan contoh perhitungannya .........................................................

  90 Lampiran 12. Nilai resolusi dan HETP pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2 % (95:5) .......................................................

  91 Lampiran 13. Reprodusibilitas: Kromatogram pemisahan kurkumin dalam sampel kapsul lunak OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2 95:5) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Replikasi 1 ..............................

  92 Lampiran 14. Reprodusibilitas: Kromatogram pemisahan kurkumin dalam sampel kapsul lunak OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2 95:5) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Replikasi 2 ..............................

  93 Lampiran 15. Reprodusibilitas: Kromatogram pemisahan kurkumin dalam sampel kapsul lunak OHT Rheumakur pada fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2 95:5) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Replikasi 3 ..............................

  94 Lampiran 16. Data hasil uji reprodusibilitas sistem dan perhitungan CV ...

  95 Lampiran 17. Skema pembuatan seri larutan baku kurkumin ....................

  96 Lampiran 18. Kromatogram baku kurkumin pada fase gerak metanol

  p.a:asam asetat glasial 2% (95:5), kecepatan alir 1,0 ml/menit ...............................................................................

  97

  

INTISARI

  Kurkumin merupakan senyawa alam yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan dan banyak digunakan dalam berbagai sediaan obat tradisional. Salah satu obat tradisional yang mengandung kurkumin yaitu obat herbal terstandar

  ® (OHT) Rheumakur yang memiliki efek farmakologis sebagai anti inflamasi.

  Dalam produk OHT perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kebenaran

  ®

  kandungan kurkumin dalam kapsul lunak OHT Rheumakur ini. Metode yang digunakan yaitu dengan Kromatografi cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif. Sistem KCKT yang digunakan fase terbalik dengan kolom reversed phase C

  18 dengan

  fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% dan menggunakan detektor visibel . pada λ 432 nm Optimasi yang dilakukan dengan mengubah-ubah komposisi fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% (70:30), (80:20), (90:10), dan (95:5) dan mengubah-ubah kecepatan alir yaitu 0,5; 1,0; dan 1,5 ml/menit.

  Kondisi optimum sistem KCKT yang digunakan adalah fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial 2% 95:5 pada kecepatan alir 1,0 ml/menit. Kondisi ini memenuhi parameter pemisahan yang baik yaitu bentuk peak simetri, waktu retensi efisien sebesar 2,699 menit, nilai resolusi 3,905, dan nilai HETP sebesar 0,053. Kata kunci : kurkumin, OHT, optimasi metode, KCKT fase terbalik

  

ABSTRACT

  Curcumin is a natural compound that has many health giving properties and is widely used in various traditional medicinal preparations. One of the traditional medicine that contains curcumin which is a Scientific Based Herbal

  ®

  Medicine (SBHM) Rheumakur which has a pharmacological effect as an anti- inflammatory. In SBHM product, analysis is needed to know the truth content of

  ®

  curcumin in SBHM Rheumakur soft capsules. The method used is by Reversed Phase-High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC).

  This research is a descriptive experimental research. HPLC system used in reverse phase with column C

  18 with mobile phase methanol p.a: glacial acetic

  acid 2% and using visible detector at λ 432 nm. Optimization is performed by varying the composition of mobile phase of methanol p.a: glacial acetic acid 2% (70:30), (80:20), (90:10), and (95:5) and varying the flow rate of 0.5; 1.0; and 1.5 ml/min.

  The optimum conditions of HPLC systems used were mobile phase of methanol p.a: glacial acetic acid 2% 95:5 at flow rate 1.0 ml/min. These conditions meet the parameters of good separation of the form of peak symmetry, retention time efficient of 2.699 minutes, 3.905 resolution value, and the HETP value of 0.053. Keywords: curcumin, SBHM, optimization methods, reversed-phase HPLC

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Obat tradisional di masyarakat luas telah banyak digunakan untuk

  mengobati berbagai macam penyakit. Obat tradisional banyak digunakan berdasarkan pengalamanan maupun dari perbincangan dari mulut ke mulut mengenai khasiat yang dimiliki serta cara penggunaan suatu obat tradisional. Obat tradisional yang sering digunakan di masyarakat adalah kunyit yang kandungan zat aktifnya kurkumin. Kurkumin banyak digunakan karena memiliki banyak khasiat, seperti analgesik, antiinflamsi, antikanker, antimikrobial, antioksidan (Aggarwal et al., 2006). Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang

  ®

  kurkumin dalam sediaan kapsul lunak obat herbal terstandar (OHT) Rheumakur yang memiliki khasiat antiinflamasi.

  Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan pengembangan dari obat tradisional yang bahan bakunya telah mengalami standarisasi dan melalui tahap uji praklinis. Proses produksi OHT dilakukan berdasarkan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB). Salah satu produk OHT yang mengandung

  ® kurkumin adalah Rheumakur .

  ®

  Dalam sediaan kapsul lunak OHT Rheumakur terkandung lebih dari

  ®

  satu macam ekstrak. Komposisi OHT Rheumakur terdiri dari kurkuminoid 10 mg dan minyak atsiri dari ekstrak kunyit dan temulawak sebanyak 100mg.

  Penggunaan kurkumin sebagai obat tradisional harus diberikan dengan dosis yang tepat untuk memperoleh efek farmakologis yang diharapkan. Dosis yang tepat dapat dilihat berdasarkan kebenaran kadar yang tertera dalam label. Apabila kadar yang tertera dalam kapsul kurang dari yang tertera dalam label maka efek terapi yang dihasilkan kurang optimum.

  Berdasarkan alasan tersebut di atas maka diperlukan suatu penelitian mengenai penjaminan kualitas tentang kebenaran kandungan senyawa dan dosis dalam OHT tersebut. Penjaminan mutu bertujuan untuk menjamin terciptanya produk yang aman dan berkualitas pada obat tradisional khususnya OHT yang mengandung kurkumin. Penjaminan mutu ini dapat dibuktikan dengan membandingkan kebenaran kandungan yang terdapat dalam label dengan hasil penelitian yang dilakukan.

  Metode yang dipilih dalam menetapkan kadar kurkumin dalam sediaan

  ®

  kapsul lunak Rheumakur yaitu menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik. Metode KCKT ini bersifat selektif dalam memisahkan senyawa dalam multikomponen, memiliki sensitifitas yang tinggi dan dapat diperoleh pemisahan yang baik.

  Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian penetapan kurkumin dalam sampel yang terdiri dari optimasi metode, validasi metode, dan penetapan kadar. Dalam penelitian ini peneliti mengambil bagian dalam optimasi metode. Tujuan dari optimasi untuk mendapatkan kondisi optimum metode KCKT yang dapat memisahkan kurkumin dari senyawa-senyawa lain yang

  ®

  terdapat dalam sediaan kapsul lunak OHT Rheumakur . Kondisi optimum ditunjukkan dengan bentuk peak yang simetri, waktu retensi kurang dari 10 menit, nilai HETP (Height Equivalent to a Theoretical Plate) yang semakin kecil, dan nilai resolusi ≥ 1,5 (Snyder, Kirkland, and Glajh, 1997).

  Optimasi perlu dilakukan karena dalam penelitian ini digunakan metode KCKT dengan sistem baru yaitu penggunaan komposisi fase gerak yang belum pernah digunakan sebelumnya untuk menetapkan kadar kurkumin dalam kapsul

  

® ®

  lunak OHT Rheumakur . Selain itu OHT Rheumakur belum pernah diteliti sebelumnya sehingga diperlukan sistem yang baru untuk memperoleh pemisahan yang baik. Optimasi dilakukan dengan mengubah-ubah komposisi fase gerak dan variasi kecepatan alir. Pada perbandingan fase gerak dan kecepatan alir yang optimal akan dihasilkan pemisahan yang optimum.

  1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul adalah bagaimana komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang optimal yang mampu menghasilkan pemisahan yang baik untuk penetapan kadar kurkumin dalam

  ®

  sediaan kapsul lunak OHT Rheumakur menggunakan metode KCKT fase terbalik, dilihat dari bentuk peak, waktu retensi, nilai resolusi dan nilai HETP yang dihasilkan?

  2. Keaslian Penelitian

  Berbagai penelitian terhadap kurkumin telah dilakukan dari ekstraksi, sintesis, aktivitas farmakologisnya hingga penetapan kadarnya dalam suatu sediaan obat. Pemisahan kurkumin dengan RP-HPLC pernah dilakukan dengan komposisi fase gerak asetonitril:asam asetat 7,6% (55:45) (Yang, Pan, and Xu,

  2006). Penelitian dengan judul “Curcumin Quantification in Dosage Forms using

  

High Performance Liquid Chromatography” juga pernah dilakukan menggunakan

  fase diam C

  18 dengan komposisi fase gerak asetonitril:asam asetat 2% (45:55)

  (Musfiroh, Indriyati, Susilawati, dan Percekawati, 2007). Namun optimasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) pada penetapan kadar kurkumin dalam

  ®

  kapsul lunak OHT Rheumakur menggunakan fase gerak campuran metanol p.a dan asam asetat glasial 2% belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat Metodologis. Penelitian ini dapat menghasilkan sumbangan ilmiah mengenai metode penelitian dalam melakukan optimasi metode untuk menetapkan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul OHT menggunakan metode KCKT fase terbalik.

  b. Manfaat Praktis. Penelitian ini dapat digunakan sebagai metode optimasi untuk analisis kurkumin dalam sediaan kapsul OHT dan dapat memberikan informasi bagi konsumen mengenai mutu, keamanan, dan manfaat

  ® kurkumin dalam kapsul lunak OHT Rheumakur .

B. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui komposisi fase gerak dan kecepatan alir yang optimal yang mampu menghasilkan pemisahan yang baik

  ®

  untuk penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak OHT Rheumakur menggunakan metode KCKT fase terbalik, dilihat dari bentuk peak, waktu retensi, nilai resolusi dan nilai HETP yang dihasilkan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Herbal Terstandar (OHT) Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

  (BPOM) Republik Indonesia nomor : HK.00.05.4.2411, penggolongan obat bahan alam Indonesia berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

  Obat Herbal Terstandar (OHT) harus memenuhi kriteria yaitu aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim kasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik, telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi, memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (BPOM RI, 2004).

  

Gambar 1. Logo Obat Herbal Terstandar (OHT)

®

  Rheumakur merupakan salah satu produk OHT yang diproduksi oleh PT. Phytochemindo Reksa dalam bentuk sediaan kapsul lunak. Tiap kapsul mengandung 10 mg kurkuminoid dan 100 mg minyak atsiri kunyit dan

  ®

  temulawak. Rheumakur memiliki khasiat untuk membantu mengurangi gejala rematik dan menjaga kesehatan persendian (Anonim, 2009).

B. Kapsul

  Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi 2, yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard

  

capsule) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft capsule) yang perbedaannya

dapat dilihat di tabel I.

  

Tabel I. Perbedaan kapsul keras dengan kapsul lunak

Kapsul Keras Kapsul Lunak  Satu kesatuan

   Terdiri atas tubuh dan tutup  Cara pakai per oral

   Tersedia dalam bentuk kosong  Selalu sudah terisi

   Isi biasanya padat, dapat juga  Isi biasanya cair, dapat juga padat cair  Bisa oral, vaginal, rectal, topikal

  Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin, sedikit lebih tebal dari dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau pewarna, bahan opak seperti titanium dioksida, pengawet,pengharum dan pemanis atau sukrosa 5%. Cangkang gellatin lunak umumnya mengandung air 6-13%. Cangkang kapsul lunak tidak dipakai di apotek, tetapi diproduksi secara besar-besaran di dalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul lunak yg bekerja long action, umumnya berisi granaula dan disebut Spansule.

C. Kurkumin Kurkumin terkandung dalam tanaman Curcuma sp. Curcuma longa L.

  (kunyit) mengandung 2,5 – 6 % kurkumin, sementara dalam Curcuma xanthorizza

  (temulawak) berkisar antara 1 – 2 %. Kurkumin merupakan senyawa aktif yang penting dan bertanggung jawab terhadap aktivitas biologis pada Curcuma sp.

  (Aggarwal et al., 2006).

  Kunyit mengandung kurkumin bersama dengan konstituen lain yang dikenal dengan nama “kurkuminoid”. Kurkuminoid ini meliputi kurkumin (kurkumin I), demetoksikurkumin (kurkumin II), bis-demetoksikurkumin (kurkumin III), dan komponen lainnya. Dalam kurkumin komersial itu mengandung kurkumin I (77%), kurkumin II (17%), kurkumin II (3%), dan komponen lainnya.

  O O HO OH kurkumin

OCH OCH

  3 3 O O HO OH demetoksikurkumin

  OCH 3 O O HO OH

bis-demetoksikurkumin

  

Gambar 2. Struktur dari kurkuminoid (Aggarwal et al., 2006)

  Kurkumin berbentuk serbuk kristal berwarna kuning orange, yang tidak larut dalam air, larut dalam alkohol dan aseton. Kurkumin (C

  21 H

  20 O 6 ) memiliki

  

melting point 183°C, berat molekul 368,37 g/mol. Secara spektrofotometri,

  kurkumin memiliki absorbansi maksimum pada panjang gelombang 430 nm dalam pelarut metanol (Aggarwal et al., 2006).

  Stabilitas kurkumin dipengaruhi oleh pH lingkungan dan cahaya. Kurkumin akan mengalami reaksi hidrolisis di dalam air, tergantung pada pH lingkungan. Kecepatan degradasi pada pH < 7 lebih lambat dibanding pH >7.

  Ketidakstabilan kurkumin pada pH alkali disebabkan oleh gugus metilen aktif (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Produk degradasi kurkumin dalam lingkungan alkali (pH 7-10) akan mengalami disosiasi dan menghasilkan asam ferulat dan feruloil metan, yang selanjutnya feruloil metan dapat terdegradasi menjadi vanilin, dengan reaksi seperti pada gambar 3. O O HO OH

  • -

  OH

OCH OCH

3 O OH O 3 HO HO OH feruloil metan OCH 3 asam ferulat OCH 3 - CHO OH HO OCH 3 O aseton vanilin

  Selain pH alkali, kestabilan kurkumin dipengaruhi oleh adanya cahaya. Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia kurkumin. Produk fotodegradasi kurkumin dapat dilihat pada gambar 4.

  O O HO OH OCH 3 OCH 3 O O OH H HO HO HO OCH 3 OCH OCH 3 3 O O H CO 3 H H HO HO HO OH OCH OCH 3 3 O OCH 3 OH

  

Gambar 4. Produk fotodegradasi kurkumin (Sudaryono, Nourmamode, Gardrat,

Grelier, Bravic, Chasseau, Castellan, 2003)

  Kurkumin termasuk zat yang tidak toksik, daya serap tubuh terhadap kurkumin rendah sampai sedang. Penyerapan kurkumin dalam tubuh dapat dibantu oleh piperin. Di dalam tubuh kurkumin diserap oleh darah, dengan cepat dimetabolisasi di dalam liver dan dibuang melalui kotoran. Penggunaan jangka pendek dan menengah cukup aman. Percobaan pada tikus, pemakaian dosis tinggi secara terus menerus dalam jangka panjang sampai 24 bulan bisa menimbulkan efek samping (adenoma, lymphoma) (Bermawie, Rahardjo, Wahyuno dan Ma’mun, 2006).

D. Spektrofotometri Visibel

  Spektrofotometri visibel merupakan teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometri visibel termasuk dalam spektrofotometri serapan yang melakukan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik (REM) dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).

  Molekul suatu senyawa dapat memberikan serapan radiasi elektromagnetik jika memiliki kromofor yaitu gugus penyerap dalam molekul.

  Pada senyawa organik dikenal pula gugus auksokrom yaitu gugus jenuh yang bila terikat pada kromofor dapat mengubah panjang gelombang serapan dan intensitas serapan maksimum, cirinya adalah heteroatom yang terikat langsung pada kromofor (Sastrohamidjojo, 2002).

  Besarnya radiasi elektromagnetik yang dapat diserap oleh kromofor dapat digambarkan oleh dua hukum yaitu hukum Lambert dan Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Hukum Beer menyatakan bahwa intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap linier (Bassett, Denney, Jeffery, dan Medham, 1994). Hubungan antara transmitan atau absorban terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :

  (1) (2)

  Dimana T = persen transmitan

  o

  I = intensitas radiasi yang datang I t = intensitas radiasi yang diteruskan

  • 1 -1

  ε = daya serap molar (L mol cm )

  • 1

  c = konsentrasi (mol L ) b = tebal larutan (cm) A = serapan / absorbansi (Mulya dan Suharman, 1995).

E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi dan instrumentasi KCKT

  Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang dialirkan oleh fase yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, melalui fase diam yang berupa zat cair atau zat padat (Skoog, West, dan Holier, 1994).

  Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan teknik pemisahan campuran senyawa berdasarkan interaksi dengan fase diam di bawah aliran fase gerak, dimana fase gerak dialirkan dengan bantuan tekanan menuju kolom secra cepat dan dideteksi dengan detektor yang sesuai (Hendayana, 2006). KCKT memiliki sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi tinggi (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Peralatan KCKT dapat dilihat pada gambar 5.

  KCKT merupakan metode kromatografi cair yang paling banyak digunakan dalam analisis pemisahan, identifikasi dan penetapan kadar berbagai macam komponen pada suatu campuran (Skoog et al., 1994).

  Gambar 5. Peralatan KCKT

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis menggunakan KCKT adalah fase gerak, fase diam, dan detektor.

Dokumen yang terkait

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok ``Merek X``.

0 3 131

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam rokok `merek X` menggunakan standar internal asetanilida.

0 2 135

Pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar bisfenol A dalam air yang berasal dari botol polikarbonat dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan metode pengayaan.

0 0 141

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam rokok `merek X` menggunakan standar internal asetanilida

0 17 133

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok Merek X

0 3 129

Validasi metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri pada penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) Kiranti - USD Repository

0 0 90

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) rheumakur yang beredar di pasaran menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik - USD Repository

0 0 99

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair Obat Herbal Terstandar (OHT) merk Kiranti dengan metode kromatografi lapis tipis-densitometri - USD Repository

0 0 132

Optimasi metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik daun tembakau - USD Repository

0 2 116