BAB II - PERKEMBANGAN SANGGAR SENI CALUNG GEBYAR BINANGKIT DESA JIPANG KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES TAHUN 1985-2015 - repository perpustakaan

BAB II KONDISI UMUM DESA JIPANG KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES A. Kondisi Administratif Pemerintahan Desa Jipang Menurut Soetardjo (dalam Wasistiono 2006 : 7) Desa di Indonesia pertama

  kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner Muntinghe, berasal dari Belanda anggota Rad Van Indie pada masa penjajahan Inggris, yang merupakan pembantu Gubernur Jendral Inggris yang berkuasa pada tahun 1817 di Indonesia. Negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Indonesia terdiri atas beberapa daerah/wilayah dan setiap daerah/wilayah terdiri atas beberapa daerah kabupaten/kota. Selanjutnya di setiap kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut kelurahan dan desa. Dengan demikian kelurahan dan desa adalah satuan pemerintahan terendah di bawah pemerintahan kabupaten/kota (eJurnal Ilmu Pengetahuan, 2015 : 2).

  Dalam eJurnal Ilmu Pemerintahan (2015 : 2) dijelaskan Kelurahan dan desa adalah dua satuan pemerintahan terendah dengan status yang berbeda. Kelurahan adalah satuan pemerintahan administrasi yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintahan kabupaten/kota, jadi kelurahan bukan badan hukum melainkan hanya sebagai tempat beroperasinya pelayanan pemerintahan dari pemerintah di kabupaten/kota di wilayah kelurahan setempat. Menurut Peraturan Pemerintahan No 72 tahun 2005 pasal 3 ayat 1, Kelurahan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang berkedudukan di wilayah kecamatan. Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir batin yang sangat kuat, baik karena keturunan maupun kesamaan kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan, memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri Sunardjo (dalam Wasistiono, 2006 : 9). (Menurut UU RI no 6 tahun 2014 tentang desa, pasal 1, ayat 1) Desa adalah desa kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan, kepetingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak tradisional yeng diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Desa Jipang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes bagian selatan, Provinsi Jawa Tengah. Berikut adalah daftar Kepala Desa Jipang Dari tahun 1985 sampai 2015 :

  1. Periode 1980 sampai dengan 1998 Pemerintahan Desa Jipang berpedoman pada Undang-undang No 5 tahun 1979 tentang Pemerintah Desa, akan tetapi undang-undang ini cenderung menempatkan desa dan masyarakat desa berada di bawah Kecamatan yang selalu di kontrol oleh Kecamatan sehingga hak otonom dan hak demokrasi cenderung tidak terlaksana (wawancara Darmadi, 23 Desember 2016). Ada beberapa poin yang dapat di catat mengenai desa di zaman orde baru menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 (dalam Jurnal Asis Harianto, halaman 4) disebutkan bahwa : a. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.

  b. Susunan pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Musyawarah Desa.

  c. Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh penduduk desa tersebut.

  d. LMD adalah Lembaga Permusyawaratan/permufakatan Desa yang anggotanya terdiri atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga masyarakat dan pemuka masyarakat desa yang bersangkutan. Pada periode ini Pemerintahan Desa Jipang dipimpin oleh Kepala

  Desa hasil Pemilihan : (wawancara Darmadi, 23 Desember 2016) Tahun 1980 - 1988 oleh H. Moh. Zaeni Tahun 1989 - 1991 oleh J. Sutarjo, BA (Cartiker/ Pj. Kepala Desa) Tahun 1992 - 2000 oleh J. Sutarjo, BA

  2. Periode 1999 - 2015 Selama masa reformasi (1998) politik desa mengalami penguatan kembali sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dengan diberalakukannya Undang- undang nomor 22 tahun 1999. Dalam Undang-undang itu juga mengatur adanya mekanisme politik di desa yang dikenal de ngan “parlemen desa” sebagai wakil rakyat dalam mengatur tata kehidupan masyarakat desa dan pemerintahan desa.

  Secara umum bagaimanapun desa tetap mengalami proses demokrasi, walaupun dihadapkan dengan banyak faktor yang menghambat. Hal ini tidak mengurangi dimana desa tetap menjadi institusi yang berpeluang untuk membangun demokrasi politik di Indonesia. Pada (wawancara Darmadi, 23 Desember 2016) periode ini Pemerintahan Desa Jipang dipimpin oleh Kepala Desa hasil Pemilihan Tahun 1999 - 2007 oleh Sertu Hashari Tahun 2008 - 2014 oleh Ahmad Riyadi, S.Ag.

  Tahun 2015 oleh Ewon Sosiawan, S.Sos (Pj. Kepala Desa)

  Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati. Jadi yang dimaksud penyelenggaraan urusan pemerintahan adalah untuk mengatur, mengurus urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat setempat, (UU No 6 Tahun 2014). Kemudian Berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Desa adalah Kepala Desa yang dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa dan pemeritahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (UU No 6 Tahun 2014).

  Desa Jipang memiliki hak untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa, Perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Pemerintahan Desa Jipang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Jipang. Terbagi dalam 12 perangkat Desa. Dengan susunan perangkat sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perangkat Desa Jipang Tahun 2015

  NO NAMA JABATAN KETERANGA N

  1. Ewon Sosiawan, S.Sos Pj. Kepala Desa Jipang Ada dan Aktif

  2. Ewon Sosiawan, S.Sos Sekretaris Desa Jiang Ada dan Aktif

  3. Sugiarto Kepala Dusun I (Jipang) Ada dan Aktif

  4. Tegus Purwanto Kepala Dusun II (Cikokol) Ada dan Aktif

  5. Supono Kepala Dusun III (Kosambi) Ada dan Aktif 6. - Kepala Dusun IV (Cilinduk) Tidak Ada 7. - Kaur Pemerintahan Tidak Ada

  8. Muniran Kaur Ekbang Ada dan Aktif 9. - Kaur Kesra Tidak Ada

  10. Jamhari Kaur Umum Ada dan Aktif

  11. Neni Martini Kaur Keuangan Ada dan Aktif

  12. Tarmid Pemd. Kaur Kersa Ada dan Aktif Sumber : (Data Monografi Desa Jipang, 2015)

  Terjadinya pergantian dari Orde baru kepada Orde reformasi sejak 1998 telah menyebabkan kemunculan kembali kekuatan-kekuatan politik desa.

  Masyarakat desa mengalami proses partisipasi politik yang termobilisasi oleh faktor birokrasi pemerintah desa. Kelahiran Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai turunan dari konstitusi otonomi itu harus dilihat sebagai peluang strategis membangun desa kembali. Sebagai parlemen desa, BPD memang belum memiliki kerangka teknis dari pemerintah daerah. Tetapi justru disitulah kelihatan betapa pentingnya peran masyarakat dalam merumuskan kebijakan politik desa termasuk melibatkan diri dalam suksesi kepala desa secara demokratis (wawancara Darmadi, 23 Desember 2016). Lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan secara demokratis yaitu BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

  BPD mempunyai fungsi membahas dan menyalurkan Rencana Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa Pasal 55). Jumlah anggota Badan Permusyarawatan Desa ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan keuangan Desa (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa Pasal 58). Pimpinan Badan Permusyarawatan Desa terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris. (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 pasal 59 angka 1) (UU No 6 Tahun 2014).

Tabel 2.2 Susunan Pengurus BPD Desa Jipang Tahun 2015

  No Nama Jabatan 1.

  H. Bahrun, SH Penanggung Jawab

  2. Muhammad. Hadi Santoso, S.Pd Ketua

  3. Casjo Purwono Sekretaris

  4. Endis Tagora, M.Pd Bendahara

  5. Carto Anggota

  6. Kabul Angota Sumber : (Data Monografi Desa Jipang, 2015)

  Ditinjau dari lokasi geografisnya Desa Jipang terletak disebuah pertanahan datar yang diapit oleh tanah perbukitan, yang terletak 1,5 km dari Ibu Kota Kecamatan Bantarkawung dengan batas-batas wilayah hukum sebagai berikut : Sebelah Timur : Desa Bangbayang Sebelah Selatan : Desa Ciomas Sebelah Barat : Desa Terlaya Sebelah Utara : Desa Sindangwangi Dengan luas wilayah 684,740, yang terdiri dari : Luas tanah sawah : 182,240 Ha Luas tanah darat (tegalan dan pemukiman) : 279,345 Ha Luas tanah hutan Negara : 205,150 Ha Luas tanah lapangan : 0,420 Ha Luas tanah kantor dan balai desa : 0,028 Ha Luas tanah lain-lain (kuburan, tanah SD, dll : 17,557 Ha Sumber : (Data Monografi Desa Jipang, 2015)

  Secara demografis Desa Jipang memiliki luas wilayah 684,740 Ha, dengan jumlah penduduk pada tahun 1985 yaitu 6.181 Jiwa Setiap tahunnya jumlah penduduk Desa Jipang bertambah sesuai dengan angka kelahiran dan banyaknya Ruralisasi. Ruralisasi merupakan perpindahan penduduk dari kota ke desa. Pada tahun 2015 jumlah penduduk Desa Jipang yaitu 7.539 Jiwa dari 2.379 KK terdiri dari laki-laki 3.728 jiwa dan peremuan 3.811 jiwa. Jumlah penduduk Desa Jipang dapat dikelompokkan menurut usia adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Desa Jipang Tahun 2015

  0-1 375 367 742 1-2 217 333 550 2-5 261 260 521

  5-10 341 442 783 10-15 290 283 573 15-20 287 294 581 20-25 298 283 581 25-30 306 315 623 30-35 273 193 466 35-40 262 176 438 40-45 153 179 332 45-50 143 160 303 50-55 182 175 357 55-60 175 164 339 60 th ke atas 169 187 356

  Jumlah 3728 3811 7539 Sumber : (Data monografi Desa Jipang, 2015)

  Desa Jipang memiliki 34 Rukun Tetangga (RT) dan 8 Rukun Warga (RW) yang terdiri dari 4 Dusun, antara lain : Dusun (I) bernama Dusun Jipang, Dusun (II) bernama Dusun Cikokol, Dusun (III) bernama Dusun Kosambi, Dusun (IV) bernama Dusun Cilinduk. Menurut kalkulasi perhitungan jumlah penduduk yang paling padat berada di Dusun Jipang, Dusun Cikokol, Dusun Kosmabi dan Dusun Cilinduk (wawancara Supono, 14 November 2016).

  Berdasarkan letak geografisnya, Dusun Jipang dan Dusun Cikokol merupakan jalur utama lalu lintas antar desa dan jalur alternatif bagi pemudik dari kota-kota besar di Jawa Barat. Semua akses jalan antara Dusun yang satu dengan Dusun yang lainnya sudah beraspal ”hotmix”, karena pemerintah provinsi menjadikan jalur tersebut menjadi jalur alternatif antar provinsi, termasuk jalan (gang) di setiap Dusun sudah di Paving Blok demi kenyamanan warga tiap Dusun dalam program pemerintah yang dikenal sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Desa Jipang yang telah berhasil mensukseskan Program P2KP dan P2KP Paket. Untuk mempermudah bertransportasi diadakannya Angkutan Pedesaan sebagai alat transportasi antar desa, Travel sebagai alat transportasi antar kota, Truk Umum sebagai alat transportasi untuk membawa barang berat (batu kali, batu bata, pasir dan kayu tebangan), Ojeg sebagai alat transportasi dalam desa (wawancara Supono, 14 November 2016).

  Masyarakat di Desa Jipang hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh petani dan petani. Pertanian padi menjadi garapan utama meraka, dimana panen padi dilakukan dua kali dalam setahun. Selain itu mereka juga memanfaatkan ladang mereka untuk menanam cabai, singkong, bawah merah, cengkeh, jagung, kacang tanah, kacang panjang, ubi kayu, ubi jalar, jahe, kunyit, lengkuas, kelapa, mete, dan sayur-sayuran untuk dikonsumsi pribadi atau dijual ke pasar. Sungai yang berada di Desa Jipang dimanfaatkan untuk mengairi sawah mereka, karena wilayah persawahan mereka berdekatan dengan aliran sungai besar (Cidadap, Cibogo, Cimuncang, Ciindang, dan Cibarengkok), yang bermata air dari mata air Cihirup, Cihampelas dan Kubang. Banyaknya aliran sungai di Desa Jipang mendorong pemerintah setempat untuk membangun irigasi sebanyak tiga yaitu irigasi Petahunan Kanan, irigasi Calanggeunteung dan irigasi Balundeng, sehingga irigasi yang mereka buat berjalan dengan lancar. Selain dari bidang pertanian sebagai mata pencaharian, terdapat bidang-bidang lainnya untuk dimanfaatkan sebagai mata pencaharian, diantaranya :

  1. Kehutanan dan Perkebunan Pemerintah Kabupaten Brebes lewat Dinas Kehutanan dan Perkebunan sangat membantu ketahanan dan produktifitas tanah tegalan dengan bantuan yang diterima dengan berbagai jenis tanaman diantaranya benih pohon Jati, Mahoni, Albasiah/Sengon, Mangga dan Petai.

  2. Peternakan Untuk peternakan belum mendapat bantuan yang berbentuk fisik dari pemerintah, tetapi bantuan non fisik berupa penyuluhan tentang kesehatan ternak dari PPL Peternakan secara rutin. Sehingga masyarakat Desa Jipang membeli bibit ternak sendiri untuk dikembang biyakan. Adapun jumlah populasi ternak di Desa Jipang sebagai berikut :

  a. Sapi : 93 Ekor

  b. Kerbau : 3 Ekor

  c. Kambing : 1340 Ekor

  d. Ayam : 7250 Ekor

  e. Entog : 1923 Ekor

  f. Bebek : 67 Ekor

  3. Perikanan Untuk bidang perikanan belum dapat dilaksanakan dengan baik, karena lahan untuk memelihara ikan hampir tidak ada dengan alasan pemanfaatan tanah untuk pertanian masih dianggap lebih utama dan persediaan air di musim kemarau khususnya sangat terbatas. Air pada musim kemarau digunakan untuk hal-hal yang penting, misalnya : mengairi sawah, mandi, minum, mencuci pakaian dan perabotan dapur.

  4. Perindustrian Desa Jipang disamping sebagai desa yang agraris dengan penduduk yang mayoritas petani, tetapi banyak juga yang bermata pencaharian sebagai pengrajin.

  Hasil kerajinan yang dihasilkan merupakan ciri khas barang/pernak-pernik Desa Jipang. Kerajinan yang dihasilkan sebagai berikut : Tenong dari Bangban, sehingga setiap pameran pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kabupaten, Tenong khas Desa Jipang selalu ikut dipajangkan. Selain Tenong terdapat makanan khas Desa Jipang yaitu Teng-teng dan Wajit yang hampir sama ketenarannya dengan Tenong. Sehingga Pemerintah Kabupaten lewat Dinas Perindustrian dan Perdagangan banyak membantu pengrajin dalam memotivasi maupun dalam memasarkan hasil karya masyarakat Desa Jipang (Data Monografi Desa Jipang 2015).

  Desa Jipang memiliki industri Paving Blok yang merupakan program P2KP BKM Mandiri yang dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Brebes dengan karyawan masyarakat Desa Jipang sendiri, yang awalnya merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi pengangguran, setelah mengalami kemajuan industri Paving Blok tersebut berdiri sendiri dengan memakai sistem penanaman modal “saham” untuk biaya produksi. Penjualan Paving Blok Desa Jipang sangat diminati oleh konsumen karena kualitas dan ketahanan Paving sangat bagus, bahkan mendapatkan piagam penghargaan saat menghadiri pameran di Yogyakarta sekaligus sebagai Desa percontohan bagi Desa lain yang mendapatkan program P2KP dalam memproduksi Paving Blok.

  Pengolahan sampah organik cair juga diprogramkan dengan tujuan dapat menambah penghasilan tiap Kepala Keluarga (KK) dengan cara setiap rumah mengumpulkan sampah organik kemudian menjualnya kepada pengepul sampah organik yang sudah disediakan oleh pengurus P2KP selanjutnya dilakukan pengolahan untuk dijadikan pupuk organik cair. Pupuk Organik tersebut digunakan untuk memupuk tanaman di sawah atau di kebun sebagai pengganti pupuk kimia yang dapat merusak ekosistem dan kandungan unsur hara ada terdapat dalam tanah.

  Dalam segi perekononomian Desa Jipang, kurun waktu 2 (dua) tahun sejak Bapak Ewon Sosiawan, S.Sos selaku Carik Desa Jipang menjabat sebagai Pejabat (PJ) Kepala Desa Jipang mengalami peningkatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Desa / PDRB di Desa Jipang yang sangat pesat, sehingga secara otomatis sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Jipang khususnya.

  Setelah adanya pengurangan alokasi Raskin (beras untuk warga miskin) untuk Desa Jipang pada tahun 2009 sebanyak 91 kantong = 1,365 Ton, masyarakat Desa Jipang pada tahun 2014 tidak merasa kehilangan jatah beli Raskin akibat dari pengurangan tersebut, ini menandakan adanya kestabilan dalam usaha pencukupan kebetuhan masyarakat miskin dan peningkatan taraf kehidupan ke arah yang lebih baik. Bantuan Raskin betul-betul membantu dan meringankan beban ekonomi (kebutuhan pangan) masyarakat miskin.

  Jumlah baku PBB tahun 2014 sebesar Rp. 67.340.420,- lebih besar dibandingkan dengan baku PBB tahun-tahun sebelumnya, tidak menjadikan masyarakat Desa Jipang enggan membayar pajak PBB, dengan berprinsip adil. Kenaikan PBB tidak membuat Desa Jipang telat melunasi pembayaran PBB Desa Jipang.

  Daya beli masyarakat Desa Jipang masih mampu mengimbangi harga pasar yang selalu naik akibat krisis moneter yang belum juga berakhir, yang tentunya berdampak pada krisis ekonomi. Nilai kurs rupiah terhadap dolar US belum pernah stabil yang terus meningkat. (Data Monografi Desa Jipang, 2015)

  Mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama (yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari). Indonesia adalah negara agraris jadi sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat Desa Jipang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Perubahan orientasi mata pencaharian sebagai perubahan masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakan di kemudian hari, dari pekerjaan-pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris bergeser atau berubah ke sketor non- agraris. Berikut adalah data pekerjaan masyarakat Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes :

Tabel 2.4 Jumlah Pekerjaan Masyarakat Desa Jipang Tahun 2015

  Pekerjaan/Mata Pencaharian Jumlah Orang

  1. Buruh Petani 870 Orang

  2. Petani 812 Orang

  3. Pedagang/Wiraswasta 231 Orang

  4. Pengrajin

  48 Orang

  5. Karyawan

  a. Pegawai Negeri Sipil 249 Orang

  b. TNI/POLRI

  15 Orang

  c. Guru Swasta/GTT

  26 Orang

  d. Swasta

  42 Orang

  6. Penjahit

  25 Orang

  7. Montir

  17 Orang

  8. Sopir

  84 Orang

  9. Pramu Wisma

  35 Orang

  10. Kontraktor

  4 Orang

  11. Tukang Kayu

  36 Orang

  12. Tukang Batu

  55 Orang

  13. Buruh Industri/Pabrik 157 Orang

  14. Pensiunan PNS/TNI/POLRI

  85 Orang Sumber : (Data Monografi Desa Jipang, 2015)

  Selain pertanian yang dijadikan oleh masyarakat Desa Jipang sebagai mata pencaharian utama, anak-anak muda di Desa Jipang juga memiliki semangat yang tinggi untuk menempuh pendidikan. Karena di Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes memiliki sekolahan :

  1. Pendidikan Usia Dini (PAUD) Pendidikan Usia Dini berada di Dukuh Cikokol Desa Jipang terdiri dari 2 guru 25 siswa.

  2. Taman Kanak-Kanan (TK) TK di Desa Jipang ada 3 (tiga), yaitu :

  a. Taman Kanan-Kanak (TK)

  TK ini dibawah naungan UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Bantarkawung, berdiri sejak tahun 2008, terdiri dari 4 guru 45 siswa, berlokasi diseputar SD Negeri Jipang 02 dan di SD Negeri Jipang 01 dengan jumlah murid 30 siswa berdiri sejak tahun 2013.

  b. Taman Kanak-Kanak Berdiri sejak tahun 1987 di bawah naungan Yayasan Nahdatul Ulama Ranting Jipang, terdiri dari 3 guru 11 siswa.

  3. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Iftidaiyah (MI) Sekolah Dasar di Desa Jipang ada 4 (empat) yaitu :

  a. SD Negeri Jipang 01 terdiri dari 9 Guru Negeri, 3 guru GTT, 299 siswa, dan 1 penjaga sekolah b. SD Negeri Jipang 02 terdiri dari 10 Guru Negeri, 3 GTT, 220 Siswa dan 1 penjaga sekolah.

  c. SD Negeri Jipang 03 terdiri dari 8 Guru Negeri, 3 GTT, 115 Siswa, dan 1 penjaga sekolah.

  d. SD Negeri Jipang 04 tidak ada karena setiap penerimaan siswa baru tidak mendapatkan murid dengan jumlah yang disyaratkan oleh pemerintah, sehingga gedung SD Jipang 04 dipakai oleh SD Negeri Jipang 02.

  e. SD Negeri Jipang 05 terdiri dari 8 Guru Negeri, 2 GTT, 118 Siswa, dan 1 penjaga sekolah. f. MI AL-Ihsyaniyah berada di Dukuh Cilinduk yang berdiri sejak tahun 1979 dengan 2 Guru Negeri, 6 Guru GTT, 125 Siswa dan 1 penjaga Madrasah. Pendidikan penting bagi siapa saja, bukan hanya untuk anak-anak namun semua orang juga membutuhkan pendidikan. Pendidikan bisa didapatkan di bangku sekolah maupun di organisasi pendidikan nonformal. Pendidikan yang ditempuh pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yang tidak tahu menjadi tahu. Dahulunya masyarakat Desa Jipang mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SD karena melihat kemampuan ekonomi untuk membiayai sekolah, terkecuali untuk kalangan yang mampu dapat melanjutkan sekolah ketingkat SLTP kemudian SLTA bahkan sampai ke perguruan tinggi. Setelah masa reformasi, masyarakat Desa Jipang mengalami peningkatan ekonomi sehingga mampu membiayai sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berikut adalah data mengenai peningkatan masyarakat dalam melanjutkan sekolah :

Tabel 2.5 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2015

  Buta Huruf

  60 Orang SD / Sederajat 465 Orang SLTP / Sederajat 2750 Orang SLA / Sederajat 2344 Orang D1

  1069 Orang D2

  21 Orang D3

  68 Orang S1

  91 Orang S2

  8 Orang S3

  2 Orang JUMLAH Sumber : (Data Monografi Desa Jipang, Tahun 2015) Disamping banyaknya pendidikan formal di Desa Jipang, ada 2 (dua) pendidikan nonformal yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Brebes yang sangat memperhatikan akan kebutuhan Desa Jipang. Berbagai program yang direncanakan pada tahun 2014 sudah dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Jipang, antar lain :

  1. Program Kursus Menjahit Pemerintah Kabupaten Brebes telah memberikan program ini ke Desa Jipang lewat program P2KP yang dikelola oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mandiri Desa Jipang.

  2. Lembaga Kursus

Di Desa Jipang terdapat tempat kursus komputer yang bertempat di PKBM “Bina Karya Mandiri”

  Di Desa Jipang memiliki lapangan olahraga diantaranya yaitu Meja Pingong, lapangan Sepak Bola, lapangan Bulu Tangkis, dan dua buah lapangan Bola Voli. Lapangan olahraga tersebut biasanya digunakan sebagai turnamen olahraga dan sebagai tempat pelatihan bagi kalangan muda, (sumber : Data Monografi Desa Jipang Tahun, 2015 : 6 dan 7.

  Hampir 97% masyarakat di Desa Jipang beragama Islam, karena Desa Jipang memiliki 6 mesjid dan 17 Mushola. Bagi masyarakat Desa Jipang yang non-Islam, mereka beribadah di luar Desa Jipang karena di Desa Jipang tidak memiliki Greja, Pura, Wihara, maupun Klenteng. Adanya perbedaan keyakinan Agama masyarakat Desa Jipang hidup dengan damai saling menghargai perbedaan tersebut. Dalam bidang kesehatan, di Desa Jipang memiliki Polindes, Posyandu, Toko Obat, BKIA dan Ambulan, dilengkapi dengan Mantri Suntik yang berjumlah 7 orang dan Bidan Desa yang berjumlah 7 orang, (Data Monografi Desa Jipang, 2015).

B. Kondisi Sosial Budaya Desa Jipang

  Masyarakat modern sekarang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dan kurang bersosialisasi dengan yang lainnya, berbeda dengan masyarakat di Desa Jipang yang rasa sosialisnya masih tinggi dan saling bergotong royong. Rasa sosialis masyarakat Desa Jipang masih sangat tinggi namun tidak dengan budayanya, karena semakin majunya zaman kebudayaan yang diwariskan dari sesepuh perlahan-lahan mulai hilang. Perubahan sosial budaya tersebut terus terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Hal tersebut yang membuat masyarakat Desa Jipang perlahan- lahan mulai meninggalkan unsur budaya yang tidak disadari oleh masyarakat. Kegiatan sosial masyarakat Desa Jipang masih berjalan dengan baik dari dulu sampai sekarang, misalnya Liliuran, Kajak dan kerja bakti ditepi jalan raya.

  Kegiatan tersebut masih kompak dilakukan oleh masyarakat Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes (wawancara Supono, 14 November 2016).

  Kesenian yang ada di Desa Jipang antara lain Tari Jaipong, Calung, Wayang Golek, Sisingaan, Rudat, Kliningan, (wawancara Sugiarto, 13 November 2016).

  Kesenian yang sering dipertunjukan di Desa Jipang disetiap acara adalah kesenian Wayang Golek, dan Calung. Tari Jaipong atau Jaipongan merupakan sebuah kesenian yang berupa seni tari dengan diiringi musik Degung. Yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya kaleran, alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan kesederhanaan. Gerakan-gerakan pada Tari Jaipong sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat, seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk gerakan tari, yang indah dan enak untuk ditonton.

  Calung adalah seperangkat alat musik yang terbuat dari bambu. Calung merupakan salah satu benda yang selalu digunakan dalam upacara pertanian, sehingga alat musik calung yang sakral dan dalam memainkannya ada irama serta tembang tertentu dalam pementasannya. Wayang Golek merupakan suatu pertunjukan kesenian wayang, dimana tokoh pewayangan yang ada dalam suatu cerita menggunakan boneka yang terbuat dari kayu yang dimainkan oleh Dalang.

  Wayang Golek termasuk salah satu dari jenis wayang, sehingga mempunyai banyak kemiripan dengan Wayang Kulit, seperti cerita Mahabarata dan Ramayana yang memiliki tokoh yang sama. Wayang Golek juga digunakan sebagai salah satu sarana hiburan untuk rakyat. Pentas Wayang Golek ditampilkan di kampung- kampung atau desa untuk menghibur rakyat. Selain itu, Wayang Golek juga sering ditemukan pada acara selametan sera acara-acara lainnya. Sisingaan (Singabarong) adalah salah satu jenis kesenian rakyat yang merupakan tarian arak-arakan singa yang ditandu. Gerakan penggotong singanya yang lincah dan serempak, berpola gerakan silat dasar yang sesekali dipadukan dengan gerakan Jaipong. Kesenian rakyat ini biasanya dipergelarkan di lapangan terbuka dan pertunjukan terbuka untuk umum serta dimainkan untuk memeriahkan acara-acara khusus, seperti khitanan, peresmian proyek, panen raya. Seni Rudat merupakan salah satu jenis kesenian yang di dalamnya terdapat tarian-tarian yang di iringi terbangan. Jenis tarian dalam seni Rudat mengandung gerakan-gerakan bela diri dan seni suara. Seni Rudat tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren, oleh karena itu, kesenian ini sangat terpengaruh oleh budaya pesantren, diantaranya kebiasaan mengalunkan puji-pujian yang ditunjukan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dalam seni Rudat kebiasaan santri tersebut dipadukan dengan kesenian yang didukung oleh budaya masyarakat sekitar yaitu kesenian Sunda.

  Dengan demikian, Seni Rudat merupakan jenis kesenian yang mengandung berbagai unsur, yaitu dakwah agama Islam dan hiburan berupa kesenian tradisional setempat (pencak silat). Kliningan merupakan seni pagelaran atau pertunjukan yang menggunakan seperangkat gamelan yang berlaras salendro diiringi oleh Juru Sekar. Juru Sekar seni kliningan pada umumnya terdiri dari Sinden (wanita) dan Wira Swara (Pria). Juru Sekar dalam seni Kliningan memiliki peran yang sama pentingnya dengan Juru Gending/Nayaga/Juru Pangrawit. Juru Sekar yang selalu melantunkan tembang-tembang dengan mengikuti aturan-aturan geding yang baku. Sedangkan alat musik tradisional yang mengiringi seni pagelaran kliningan dimainkan oleh Juru Pangrawit yang umumnya laki-laki semua. Juru Pangrawit dipimpin oleh seorang Lurah Sekar yang juga merangkap sebagai Nagaya/Pangrawit (wawancara Sugiarto, 13 November 2016).

  Tradisi yang masih lestari sampai sekarang adalah tradisi Babarit dan Pingit Penganten. Tradisi Babarit merupakan tradisi selamatan yang dilakukan oleh keluarga petani padi di Desa Jipang. Biasanya tradisi ini dilakukan untuk meminta turun hujan (sebelum musim tanam padi). Tradisi Babarit mirip dengan selamatan seperti biasanya, hanya saja dilakukan di tengah jalan pertigaan desa dan dilakukan secara terbuka. Masyarakat sekitar akan membawa hasil bumi yang sudah dimasak (nasi liwet, nasi kuning, ayam bekakak, terlur asin dan lain-lain) kemudian dikumulkan di atas tikar secara bersama-sama. Tokoh adat kemudian memimpin doa dengan cara islam atau tradisional, setelah doa selesai dibacakan masyarakat yang hadir dipersilahkan untuk memakan hidangan yang ada.

  Kemudian upacara permohonan dilakukan dengan menyiramkan air kembang yang dibawa ke tiga arah mata angin sambil berharap hujan segera turun dan kemakmuran tetap melimpah di Desa Jipang. Tradisi ini sangat meriah karena dihadiri oleh anak-anak sampai orang dewasa. Tradisi Ngasrep merupakan sebuah tradisi khususnya masyarakat Jawa, yang mana calon pengantin perempuan tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selama waktu yang sudah ditentukan hingga hari pernikahan tiba (wawancara Sugiarto, 13 Novemner 2016).

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI SANGGAR SENI REOG SINGO BUDOYO DI DESA PONTANG, KECAMATAN AMBULU, KABUPATEN JEMBER TAHUN 1970-2012

5 18 89

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi - KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRO DUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BREBES - repository perpustakaan

0 0 22

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PRO DUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BREBES - repository perpustakaan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jeruk - ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN JERUK DI DESA KARANGCENGIS, KECAMATAN B UKATEJA, KABUPATEN P URBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Penyebaran Jagung - ANALISIS PEMASARAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL - repository perpustakaan

0 0 9

KAJIAN LOGAM BERAT Pb DALAM TANAH DAN BAWANG MERAH (Allium ascalonium L.) DI KECAMATAN WANASARI DAN KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES - repository perpustakaan

0 7 10

KAJIAN LOGAM BERAT Pb DALAM TANAH DAN BAWANG MERAH (Allium ascalonium L.) DI KECAMATAN WANASARI DAN KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES - repository perpustakaan

1 4 5

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI DESA GANDRUNG MANIS KECAMATAN GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 0 15

PENGELOLAAN PROGRAM TB PARU DI PUSKESMAS BANTARKAWUNG KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES

1 1 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEGAGALAN TERAPI PADA PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS BUARAN KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBES TAHUN 2010-2011

0 0 14