1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pasar Modal

  Menurut Samsul (2006:43) secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari satu tahun. Sedangkan hukum mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

  Menurut Samsul (2006:43-44) pasar modal memiliki tujuan dan manfaat yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:

  1. Sudut pandang negara, pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakan perekonomian suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.

  2. Sudut pandang emiten, pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal.

  3. Sudut pandang masyarakat, pasar modal merupakan sarana baru bagi masyarakat untuk menginvestasikan uangnya.

  Menurut Samsul (2006:46-50) pasar modal dapat dikategorikan menjadi empat pasar, antara lain :

  1

  10

  1. Pasar pertama (perdana), merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan menawarkan saham atau obligasi untuk yang pertama kali ke masyarakat umum.

  2. Pasar kedua (sekunder), merupakan tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek.

  3. Pasar ketiga, merupakan sarana transaksi jual-beli efek antara market

maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.

  4. Pasar keempat, merupakan sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek.

2.1.2 Investasi

  Menurut Halim (2003:2) investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Secara umum investasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

  1. Investasi pada financial assets, yaitu investasi yang dilakukan di pasar uang yang berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang atau dapat juga dilakukan di pasar modal yang berupa saham, obligasi, waran, dan opsi lainnya.

  Commercial paper

  (surat berharga komersial) adalah surat hutang tanpa jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek dengan jangka waktu jatuh tempo paling lama sampai 270 hari. Sedangkan waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan/membeli saham dari perusahaan tersebut pada harga dan waktu tertentu.

  2. Investasi pada real assets, yaitu investasi dalam bentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.

  Menurut Hartono (2009:5) investasimerupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu.

  Tipe-tipe investasi keuangan menurut Hartono (2009:6-7) dibagi menjadi dua yaitu;

  1. Investasi langsung, dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain.

  2. Investasi tidak langsung, dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

  Selain dapat menghasilkan keuntungan, investasi juga memiliki resiko antara lain :

  1. Risiko bisnis (business risk), risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.

  2. Risiko likuiditas (likuidity risk), risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

  3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.

  4. Risiko pasar (market risk), risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.

  5. Risiko daya beli (purchasing risk), risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.

  6. Risiko mata uang (currency risk), risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan negara lain.

2.1.3 Saham

  Saham merupakan surat berharga bukti kepemilikan perusahaan dan merupakan salah satu instrument yang dapat di perjualbelikan di pasar modal. Menurut Hartono (2011:111-119) saham dibagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Saham preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa.Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.Saham preferen juga memberikan hak deviden kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima deviden tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima devidennya.Selain itu saham preferen juga mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak pemegang saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

  Saham preferen ada tiga macam, yaitu:

  a. Convertible Preferred Stock adalah saham preferen yang dapat dikonversi menjadi saham biasa dengan rasio penukaran yang telah ditentukan.

  b. Callable Preferred Stock adalah saham preferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkannya untuk membeli kembali saham tersebut dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu.

  c. Floating atau Adjustable

  • –Rate Preferred Stock (ARP) adalah

  saham preferen yang devidennya tidak dibayarkan secara tetap, tetapi tingkat deviden yang dibayar tergantung dari tingkat

  return sekuritas t-bill (treasury bill).

  2. Saham biasa (common stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki karakteristik antara lain pemegang saham mempunyai hak kontrol untuk memilih pimpinan perusahaan, hak menerima pembagian keuntungan, dan hak preemptive (preemptive right). Hak preemptive adalah hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham dengan tujuan melindungi hak kontrol pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.

  3. Saham treasuri (treasury stock) Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.

  Dengan membeli saham, investor mempunyai hak untuk menentukkan jalannya perusahaan.Semakin besar saham yang dimiliki, maka semakin besar juga hak atas perusahaan tersebut. Menurut Anoraga (2006:60) dalam Tampubolon (2009:36-37) kepemilikan saham memberikan manfaat ekonomis dan non ekonomis, antara lain:

  1. Manfaat Ekonomis

  a. Deviden (Dividen), yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden dapat berupa deviden tunai (cash dividen), yaitu deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai dan deviden saham (stock dividen), yaitu deviden yang dibagikan dalam bentuk saham. b. Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari jual-beli saham, yaitu berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah.

  2. Manfaat Non-Ekonomis Manfaat non-ekonomis yang diperoleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan.Semakin besar saham yang dimiliki, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS.

  Selain memberikan manfaat, kepemilikan saham juga memberikan resiko bagi para pemegang saham. Menurut Darmadji (2006:13-15) dalam Tampubolon (2009:37-39) resiko kepemilikan saham antara lain :

  1. Tidak mendapat deviden Perusahaan akan membagikan deviden ketika mendapatkan keuntungan. Jika perusahaan mengalami kerugian, para pemegang saham tidak menerima deviden.

  2. Capital Loss

  

Capital Loss merupakan selisih antara harga jual yang lebih rendah

dibandingkan dengan harga beli yang lebih tinggi.

  3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Ketika perusahaan mengalami kebangkrutan atau dilikuidasi maka hasil penjualan aset akan dibagikan kepada kreditor atau pemegang obligasi terlebih dahulu dan jika ada sisa baru dibagikan kepada para pemegang saham.

  4. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting) Saham perusahaan dapat dikeluarkan dari bursa karena kinerja yang buruk, mengalami kerugian terus menerus, tidak membagikan deviden secara berturut-turut dalam beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.

  5. Saham dihentikan sementara (suspensi) Saham yang dihentikan sementara perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya sampai suspensi tersebut dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa melakukan suspensi perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan kejelasan informasi sehingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi.

2.1.4 Return Saham

  Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut

  Hartono (2009:199) return dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi.

  2. Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

  Return saham merupakan return yang diperoleh dari investasi

  saham. Return saham terdiri dari capital gain atau capital loss dan deviden. Menurut Hartono (2009:200) capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dengan demikian return saham dapat dinyatakan sebagai berikut ini.

  Keterangan : Pt = harga saham sekarang Pt-1 = harga saham periode lalu Dt = deviden yang dibagikan

2.1.5 Definisi dan Jenis Rasio

  Menurut Fahmi (2011:107) secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Sedangkan rasio keuangan menurut Fahmi (2011:108) adalah rasio yang berguna untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.

  Menurut Sartono (2010:114) rasio keuangan dibagi menjadi empat macam, yaitu :

  1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek.

  2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.

  3. Financial leverage ratio, yaitu rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.

  4. Rasio profitabilitas, rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba bagi modal sendiri.

  Sedangkan menurut Fahmi (2011:120-139), rasio keuangan dibagi menjadi enam, yaitu :

  1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.Rasio likuiditas meliputi current ratio (CR), quick ratio, net working capital ratio, cash flow liquidity ratio .

  2. Rasio Leverage Rasio leverage yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio leverage meliputidebt

  

ratio, debt to equity ratio (DER), times interest earned, cash flow

  

coverage, long-term debt to total capitalization, fixed charge

coverage , dan cash flow adequency.

  3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yaitu rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.Rasio aktivitas meliputi inventory

  

turnover, day sales outstanding, fixed assets turnover, total assets

turnover (TATO), dan long term assets turnover.

  4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Rasio profitabilitas meliputi gross profit margin,

  

net profit margin , Return on Invesment (ROI) atau disebut juga

Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE).

  5. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini yang umum dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi penjualan, EAT, EPS, deviden per lembar saham, dan harga pasar per lembar saham.

  6. Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini meliputi Earning Per Share (EPS), Price

  

Earning Ratio (PER), Book Value per Share (BVS), Price Book

Value (PBV), dividen yield, dan dividen payout ratio.

  Masalah likuiditas dalam suatu perusahaan memungkinkan perusahaan tersebut memasuki masa kesulitan keuangan (financial

  

distress). Jika kondisi tersebut tidak segera diatasi maka dapat

  menyebabkan kebangkrutan (bankruptcy). Menurut Fahmi (2011:159- 160), secara umum financial distress dibagi empat kategori yaitu :

  1. Kategori A atau sangat tinggi dan benar-benar membahayakan Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah dalam posisi bankruptcy dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar perusahaan.

  2. Kategori B atau tinggi dan dianggap berbahaya Untuk mengatasi financial distress kategori B perusahaan harus menyelamatkan aset-aset yang dimiliki perusahaan, melakukan merger atau akuisisi, dan melakukanpengurangan karyawan melalui PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan pensiun dini bagi karyawan yang dianggap tidak layak untuk dipertahankan.

  3. Kategori C atau sedang Untuk mengatasi financial distress kategori C perusahaan dapat mencari tambahan dana yang bersumber dari internal perusahaan seperti menjual obligasi dan menerbitkan saham maupun yang bersumber dari eksternal perusahaan seperti meminjam ke perbankan.

  4. Kategori D atau rendah.

  Untuk mengatasi financial distress kategori D perusahaan dapat mengeluarkan financial reserve (cadangan keuangan) yang dimiliki atau mengambil dari sumber dana yang memang dialokasikan untuk mengatasi persoalan seperti itu.

2.1.6 Analisis Rasio

  Analisis rasio memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Seorang analis akan melakukan analisis rasio keuangan untuk menilai apakah kinerja manajer keuangan telah sesuai dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau belum.

  Sedangkan calon investor melakukan analisis rasio keuangan untuk mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang.

  Menurut Harahap (2011:298), analisa rasio keuangan mempunyai keunggulan sebagai berikut :

  1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

  2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

  3. Mengetahui posisi perusahan di tengah industri lain.

  4. Menstrandarisasi size perusahaan.

  5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau

  time series .

  6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi masa yang akan datang.

  Sedangkan keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2011:298-299) antara lain :

  1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

  2. Keterbatasan laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

  b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost), bukan harga pasar.

  c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada rasio keuangan.

  d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

  3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

  4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

  5. Dua perusahaan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena itu jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

  Menurut Farah Margaretha dalam Fahmi (2011:113), cara menganalisis rasio keuangan ada beberapa cara antara lain :

  1. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.

  2. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama.

3. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk

  memperlihatkan hubungan antara ROI, asset turnover, dan profit margin .

2.2 Kerangka Pemikiran

  Kinerja keuangan perusahaan menggambarkan hasil (return) yang dicapai perusahaan dari kegiatan operasionalnya. Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Rasio keuangan yang digunakan dalam peneltian ini adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio nilai pasar.

  Menurut Fahmi (2011:121) rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.Current Ratio (CR) atau rasio lancar merupakan bagian dari rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan hutang ketika jatuh tempo.Semakin besar CR maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.Menurut Fahmi (2011:157-158) jika perusahaan mengalami masalah likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial distress), dan jika kondisi tersebut tidak diatasi maka bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy). Selain itu, financial distress menyebabkan perusahaan tidak likuid dan return saham yang diperoleh investor terus menurun.

  Rasio hutang atas modal atau Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang- hutang kepada pihak luar.DER merupakan bagian dari rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.

  Menurut Fahmi (2011:127) penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori

  

extreme leverage (hutang ekstrim), yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat

  hutang yang tinggi dan sulit melepaskan beban utang tersebut. Hal tersebut dapat berakibat terhadap penerimaan return saham bagi para pemegang saham. Semakin kecil rasio DER maka kinerja perusahaan semakin baik dan return yang dihasilkan semakin tinggi.

  Return on Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana investasi yang

  ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Semakin besar rasio ini, maka semakin besar pula return saham yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham. Dapat dikatakan ROA berpengaruh positif terhadap return saham.

  Total Assets Turnover (TATO) menunjukkan sejauh mana keseluruhan

  asset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif. Semakin tinggi rasio ini semakin baik pula return yang dihasilkan.

  Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar kemampuan

  per lembar saham menghasilkan laba. Semakin besar EPS maka kinerja perusahaan meningkat dan return saham yang diperoleh para pemegang saham semakin besar. PER menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga penawaran perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.Price Book Value (PBV) menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca.Ketiga rasio tersebut merupakan bagian dari rasio pasar, yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Kondisi pasar mempengaruhi pembentukan harga sahamdan return saham yang diterima para pemegang saham.

  Trisye dan Nicodemus (2011) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham BUMN Sektor Pertambangan Periode 2007-2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CR, ROA, dan TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER berpengaruhsignifikan terhadap return saham. Secara simultan CR, ROA, TATO dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap

  return saham.

  Farkhan dan Ika (2010)melakukan penelitian mengenai Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia ( Studi kasus pada Peusahaan Manufaktur Sektor Food and

  

Beverage ). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial ROA dan

  PER mempunyai pengaruh signifikan tehadap return saham sedangkan CR, DER, dan TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

  Ulupui (2006)melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktifitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ). Hasil penelitiannya menujukkan bahwa secara parsial CR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. TATO dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara simultan CR, DER, dan TATO berpengaruh signifikan terhadap return saham.

  Suharli (2005) melakukan penelitian mengenai Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food And

  Di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

  Beverages

  DER dan Beta Saham tidak berpengaruh terhadap return saham secara signifikan.

  Berdasarkan kajian teori maupun kajian-kajian penelitian yang relevan, pengaruh rasio keuangan secara parsial dan simultan terhadap return saham dapat digambarkan pada kerangka konseptual di bawah ini:

  Rasio Likuiditas H

  

1

H

  

2

Rasio Leverage

  H

  

3

Rasio Profitabilitas Return Saham

  Rasio Aktivitas H

  

4

Rasio Nilai Pasar H

  

5

H

  6

2.3 Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka konseptual di atas maka penulis mengajukan hipotesis untuk dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel yang ada. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  : Rasio likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMN yang listing di BEI.

  : Rasio leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMN yanglisting di BEI.

  : Rasio profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMN yanglisting di BEI.

  : Rasio aktifitas berpengaruh positif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMNyanglisting di BEI.

  : Rasio nilai pasar berpengaruh positif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMN yanglisting di BEI.

  : Rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan rasio nilai pasar secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap return sahamperusahaan BUMNyang listing di BEI.