BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Geografi - KAJIAN FAKTOR GEOGRAFI YANG MENDUKUNG INDUSTRI KECAP DI KABUPATEN KEBUMEN - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Geografi Pengertian geografi yang semula hanya sekedar tulisan tentang bumi, telah

  berkembang menjadi pengertian sebagai bidang ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Sumaatmadja, 1981).

  Secara garis besar, geografi dapat diklasifikasikan menjadi 2 cabang yaitu geografi fisik dan geografi manusia.

  1. Geografi Fisik Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya.

  Geografi fisik ini dianggap sebagai pelengkap geografi manusia (Sumaatmadja, 1981).

  2. Geografi Manusia Geografi manusia adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Gejala manusia sebagai obyek studi pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Geografi manusia terbagi-bagi lagi ke dalam cabang-cabang: Geografi Penduduk, Geografi Ekonomi, Geografi Politik, Geografi Permukiman dan Geografi Sosial (Sumaatmadja, 1981).

  Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas. Aspek keruangan ekonomi manusia yang termasuk kedalam bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, ekonomi dan lain- lain sebagainya. Dalam analisa geografi ekonomi, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung (sumber daya) dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Berdasarkan struktur ekonomi yang menjadi obyek studi, geografi ekonomi dapat diuraikan menjadi: geografi pertanian, geografi industri,

  4 geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi (Sumaatmadja, 1981).

  Berdasarkan kajian geografi manusia dengan segala aktivitasnya di permukaan bumi. Penelitian tentang kajian faktor geografi yang mendukung industri kecap di Kabupaten Kebumen, maka penelitian ini termasuk dalam bidang kajian geografi ekonomi.

  Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini termasuk kajian geografi ekonomi yang menekankan pada aktivitas ekonomi khususnya geografi industri yang berhubungan dengan aktivitas manusia.

  B. Geografi Industri

  Geografi industri merupakan bagian dari geografi ekonomi. Dari kacamata geografi, industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala proses alamiahnya. Sedangkan subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi & komunikasi, konsumen & pasar, dan lain-lain sebagainya. Perpaduan semua komponen itu yang mendukung mundur atau majunya suatu industri (Sumaatmadja, 1981).

  C. Industri

  Menurut UU No. 3 tahun 2014 tentang perindustrian, industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

  Badan Pusat Stastik (BPS) Kebumen, mengklasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

  1. Industri besar memiliki tenaga kerja 100 orang.

  2. Industri sedang memiliki tenaga kerja 20-99 orang.

  3. Industri kecil memiliki tenaga kerja 5-19 orang.

  4. Industri rumah tangga memiliki tenaga kerja 1-4 orang Menurut Robinson dalam Daldjoeni (1997) bahwa keberadaan industri perlu didukung oleh faktor geografis yaitu: bahan mentah, sumberdaya tenaga, suplai air, suplai tenaga kerja, pasaran dan fasilitas transportasi.

D. Faktor Yang Mendukung keberadaan industri

  Modal merupakan syarat terpenting dalam memulai suatu industri. Modal digunakan untuk mendirikan, proses produksi dan sampai dengan memasarkan hasil produksi. Modal juga sebagai penentu lancar dan tidaknya dalam menjalankan usaha industrinya. Menurut Bambang (1990) bahwa pengertian modal dalam arti luas, dimana modal itu meliputi modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya: mesin, barang-barang dagangan.

  Selain itu, menurut Robinson dalam Daldjoeni (1997) keberadaan industri didukung oleh faktor-faktor yang meliputi:

  1. Bahan mentah Suatu barang tidak dapat diproduksi apabila tidak ada bahan mentah atau bahan dasarnya karena bahan mentah bagian terpenting dalam proses pembuatan suatu barang. Bahan mentah adalah bahan dasar yang diolah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Ketiadaan bahan baku akan menyebabkan terhentinya kegiatan industri sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar.

  2. Sumberdaya Tenaga (power resourse) Sumberdaya tenaga ini menyangkut tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakan mesin pabrik. Dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin dapat berputar dengan menggunakan itu. Artinya, menyangkut tentang bahan bakar yang digunakan oleh suatu pabrik untuk mendukung proses produksi.

  3. Suplai Tenaga Kerja Berkaitan dengan persediaan tenaga kerja yang dilihat dari segi kuantitatif yang berarti banyaknya tenaga kerja dan kualitatif yakni ketrampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut. Adanya kualitas (tenaga kerja dengan keahlian khusus) dan kuantitas (tenaga kerja yang murah dengan jumlah besar) tenaga kerja sangat mempengaruhi proses produksi dan distribusi.

  Menurut UU RI No. 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan, menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan laba atau barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

  4. Suplai Air Persediaan air yang digunakan oleh masing-masing pabrik mempunyai kriteria air yang berbeda-beda tergantung kebutuhan pabrik itu sendiri.

  5. Pemasaran Tujuan utama bagi perindustrian yakni mampu memproduksi barang-barang untuk dijual disamping itu pasaran juga bagian terpenting. Pasaran menyangkut dua hal diantaranya luasnya pasaran dan kuatnya pasaran. Dimana taraf hidup penduduk suatu negara tinggi maka itu akan berdampak positif karena secara tidak langung daya beli mereka tinggi dan sebaliknya pula.

  Berdasarkan referensi tersebut, pemasaran adalah mendistribusikan barang atau jasa sampai ke konsumen guna memenuhi kebutuhannya sehingga produsen dapat memperoleh keuntungan maksimal. Industri dapat mendistribusikan produknya dengan baik dan lancar karena adanya sarana dan prasarana pengankutan atau transportasi.

  6. Fasilitas Transportasi Sarana transportasi dapat digunakan untuk mendukung perindustrian dalam hal pendatangan bahan baku maupun pendristribusian produk ke pasaran. Artinya, bahwa transportasi merupakan bagian penting dari kegiatan proses produksi dalam industri. Transportasi meliputi transportasi darat, laut, dan udara yang semuanya sangat diperlukan untuk berlangsungnya industri. Transportasi digunakan untuk mendatangkan bahan baku dan memasarkan hasil produksi.

E. Teori Lokasi Industri dari Weber (least cost location)

  Isi pokok teori Weber yaitu lokasi industri mempertimbangkan biaya paling minimal, dengan enam asumsi pra-kondisi sebagai berikut (Daldjoeni, 1997):

  1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan penduduknya.

  2. Sumberdaya atau bahan mentah.

  3. Upah tenaga kerja yang didasarkan pada Upah Minimum Regional (UMR).

  4. Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut, serta jarak antara terdapatnya sumberdaya (bahan mentah) dan lokasi pabrik.

  5. Terdapatnya kompetensi (persaingan)antar industri.

  6. Manusia itu masih berfikir rasional.

  Untuk membuktikan enam pra-kondisi diatas, Weber menyusun model berupa segitiga lokasional (locational triangle).

Gambar 2.1. Segitiga Lokasional Dari Weber

  Keterangan: M = Market (pasar) P = Lokasi biaya terendah R1, R2 = Raw materials (bahan mentah)

  Gambar: a. Apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.

  b. Apabila biaya angkut bahun baku lebih mahal daripada hasil industri.

  c. Apabila biaya angkut bahan baku lebih murah daripada hasil industri.

  Menurut Weber, lokasi optimal bagi pabrik adalah di sentra, karena biaya transportasi dari manapun sama-sama kecilnya. Biaya tersebut menyangkut dua hal sumber bahan mentah dan pasaran. Untuk menentukan manakah industri yang berkiblat bahan mentah dan manakah yang berkiblat pasaran, Weber menggunakan alat untuk indeks material dengan perumusan: Keterangan: Jika indeks material >1 industri berorientasi pada pasaran, sedangkan jika indeks material <1 industri berorientasi pada bahan mentah.

  Misalnya, diperlukan 4 ton bahan mentah untuk memproses dalam pabrik 2 ton barang jadi, maka indeks materialnya = 4 : 2 = 2. Sebaliknya jika untuk menghasilkan 2 ton barang jadi dibutuhkan 1 ton bahan mentah maka indeks materialnya =

  ⁄

  Selain itu juga ada industri yang berorientasi pada tenaga kerja (labour yaitu pemilihan lokasi industri di dekat kediaman tenaga kerja, yang

  oriented)

  orang-orangnya tertarik pada perkerjaan industri tersebut dan memiliki ketrampilan atau keahlian yang khusus untuk mengerjakan barang industri yang bersangkutan.

F. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

  Persyaratan tumbuh bagi tanaman kedelai meliputi iklim dan tanah (Pitojo, 2003).

  1. Iklim Tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang beriklim tropis, meliputi: a. Elevasi

  Tanaman kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut (m.dpl).

  b. Suhu Pertumbuhan terbaik diperoleh pada kisaran suhu antara 20°C - 35°C dan suhu optimal berkisar antara 25°C - 27°C. Kelembaban udara untuk tanaman kedelai dengan rata-rata 50%.

  c. Penyinaran Matahari Tatanaman kedelai membutuhkan Penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10 jam/hari.

  d. Curah Hujan Tanaman kedelai membutuhkan curah hujan lebih dari 1.500 mm/tahun dan paling optimum antara 100-200 mm/bulan.

  2. Tanah Tanaman kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi, drainase, dan kemampuan menahan air yang cukup baik. Pada tanah kering berpasir serta tanah dangkal kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah jenis tanah Aluvial, Regosol, Andosol, Latosol dan Grumusol. Jenis tanah tersebut tersebar pada tanah persawahan, tegalan, maupun tanah kering di perkebunan dan kehutanan. Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai kisar antara 5,5-6,5.

  3. Jenis Tanah Jenis tanah yang cocok untuk tanaman kedelai menurut Rukmana (1996) sebagai berikut: a. Tanah Aluvial

  Tanah aluvial disebut sebagai tanah endapan (recent deposit). Ciri-ciri tanah aluvial adalah berwarna kelabu dan kecoklat-coklatan, tekstur tanah liat atau liat berpasir (kandungan pasir ± 50%), solum tanahnya 50 cm, pH tanah <6,5, strukturnya pejal atau tidak terstruktur dan tingkat produktivitasnya tanahnya antara rendah dan tinggi. Tanah aluvial pada umumnya terdapat pada dataran rendah, pelembahan, daerah cekungan, dan sepanjang daerah aliran sungai-sungai besar.

  b. Tanah Regosol Tanah regosol terdapat di wilayah yang bergelombang hingga dataran tinggi. Ciri-ciri tanah regosol adalah ketebalan solum tanahnya ± 25cm, pH tanah

  6,0-7,0, tanah berwarna kelabu, coklat sampai coklat kekuning-kuningan atau keputih-putihan dengan struktur tanah lepas dan teksturnya pasir sampai lempung berdebu. Produktifitas tanah ini termasuk sedang sampai tinggi.

  c. Tanah Grumusol Tanah grumosol memliki sifat, fisik, dan kimia yang agak jelek. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat pada dataran rendah hingga ketinggian 200 m.dpl dengan bentuk wilayah melandai, berombak sampai bergelombang. Ciri-ciri tanah grumusol antara lain solum tanahnya agak dalam antara 100

  • – 200 cm berwarna kelabu sampai hitam teksturnya lempung berliat sampai liat dan produktifitas tanhanya rendah sampai sedang.

  d. Tanah Latosol Tanah latosol tersebar luas di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 1000 m.dpl. Tanah ini memiliki solum tanah tebal sampai sangat tebal (130

  • – 500 cm), warna tanah merah coklat sampai kekuning-kuningan reaksi tanah pH antara 4,5 - 6,5 (asam sampai agak asam), tekstur tanahnya liat dan produktivitasnya rendah sampai sedang .
  • – 225 cm berwarna hitam , kelabu sampai coklat tua, teksturnya debu, lempung berdebu sampai lempung dan struktur tanah termasuk remah. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah ini cukup baik dengan reaksi tanah (pH 5,0 - 7,0) dan produktifitasnya sedang sampai tinggi.

  → SiL) Debu (Silt → S)

  → C)

  Latosol Liat berdebu (Silty Loam → SiC) Liat (Clay

  5. Halus Liat berpasir (Sandy Clay → SC) Aluvial, Grumusol,

  Lempung berliat (Clay Sandy → CL)

  Grumusol, Lempung liat berdebu (Sandy Silt Laom → SiCL)

  4. Agak Halus

Lempung liat berpasir (Sandy Clay Laom

→ SCL)

  3. Sedang Lempung (Loam → L) Regosol, Andosol Lempung berdebu (Silty Loam

  e. Tanah Andosol Tanah andosol pada umumnya tersebar di dataran tinggi (pegunungan).

  2. Agak Kasar Lempung berpasir (Sandy Loam → LS) Regosol,

  Pasir berlempung (Loam Sandy → LS)

  1. Kasar Pasir (Sandy → S) Regosol,

  

Kelas Tekstur Seri

Jenis Tanah (Rukmana, 1996)

Tabel 2.1 Kelas Tekstur Tanah No. Kelas Tekstur Rupa

  4. Kelas Tekstur Tanah Menurut Hardjowigeno (1989) bahwa kelas tekstur dapat dibedakan menjadi dua kelas tekstur rupa dan kelas tekstur seri. Berikut tabel kelas tekstur.

  Tanah ini memliki solum tanah antara 100

  Sumber: Hardjowigeno, 1989 dan Rukmana, 1996

  5. Karateristik Lahan Tanaman Kedelai Lahan yang cocok untuk tanaman kedelai yaitu S1 (Sangat Sesuai), S2 (Sesuai), S3 (Sesuai Bersyarat) dan N (Kurang Sesuai).

Tabel 2.2 Karakteristik KesesuaianLahan Tanaman Kedelai Kelas Kesesuaian Lahan Sesuai

  

No. Karakteristik Lahan Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai

Bersyarat (S1) (S2) (S3) (N)

  1. Suhu Rata-Rata (ºC) 23 - 25 25 – 28 28 - 32 >32 <1000

  2. Curah Hujan Tahunan (mm/thn) 1000 – 1500 1500 – 2500 2500 - 3500 >3500

  3. Kelembaban (%)

  24 80 >85

  • – 80 – 85
    • Agak Halus Agak Kasar- -Kasar

  4. Tekstur Tanah Sedang Halus Halus -Sangat Kasar 5. pH Tanah 6,0 - 6,5 5,0 - 6,0 4,5 - 5,0 <4,5

  6. Elevasi (m.dpl) 1- 700 700 1000- 1300 >1300

  • – 1000

  7. Lereng (%) 0 - 8 8-15 15-25 >25 Regosol Aluvial

  8. Jenis Tanah (Rukmana, 1996) Grumusol N Andosol Latosol

  Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011 G.

   Tanaman Kedelai

  Menurut Rukmana (1996) Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian 30

  • – 100 cm. Batang ini beruas-ruas dan memiliki percabangan antara 3
  • – 6 cabang. Tipe pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas 3 macam, yaitu tipe determinate, tipe semi-determinate, dan tipe indeter- minate.

  Tipe determinate memiliki ciri-ciri antara lain ujung batang tanaman hampir sama besarnya dengan batang bagian tengah, pembungaanya berlaangsung secara serempak (bersamaan), pertumbuhan vegetatif akan berhenti setelah berbunga, tinggi tanaman termasuk katagori pendek sampai sedang, dan daun yang paling atas ukuranya sama besar dengan daun pada bagian batang tengah.

  Tipe indeterminate memiliki ciri-ciri antara lain ujung tanaman lebih kecil dibandingkan dengan batang tengah, ruas-ruas batangnya panjang dan agak melilit, pembungaanya berangsur-angsur dari bagian pangkal ke bagian batang atas, pertumbuhan vegetatif terus-menerus setelah bunga, tinggi batang termasuk katagori sedang sampai tinggi, dan ukuran daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun batang tengah.

  Tipe semi-determinate memliki ciri-ciri diantara tipe determinate dan tipe indetereminate. meskipun demikian pada umumnya varietas-varietas kedelai yang lebih banyak ditanam para petani termasuk tipe determinate dan indeterminate.

  Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliolatus). Daun ini berfungsi sebagai alat untuk proses asimilasi, respirasi, dan transpirasi.

  Tanaman kedelai mempunyai bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jatan (benangsari). Mekarnya bunga berlangsung pada jam 08.00

  • – 09.00 waktu penyerbukaan bersifat penyerbuk sendiri (self pollinated). Persilangan alami masih sering terjadi, namun persentasenya sangat kecil sekali. Kuntum bunga tersusun dalam rangkaian bunga, namun tidak semua bunga menjadi polong (buah). Sekitar 60% bunga akan rontok sebelum membentuk polong.

  Umur keluarnya bunga tergantung pada varietas kedelai, pengaruh suhu, dan penyinaran matahari. Tanaman kedelai menghendaki penyinaran pendek ± 12 jam per hari. Tanaman kedelai di Indonesia mulai berbunga pada umur 30

  • – 50 hari setelah tanam. Bila penyinaran ± 15 jam per hari, maka tanaman kedelai tidak akan berbunga.

  Buah kedelai disebut polong, yang tersusun dalam rangkaian buah. Tiap polong kedelai berisi 1

  • – 4 biji. Jumlah polong per tanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah, dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada tanah subur pada umumnya dapat menghasilkan antara 100
  • – 200 polong per pohon.

  Biji kedelai umumya berbentuk bulat atau bulat-pipih sampai bulat lonjong. Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat atau hitam. Ukuran biji berkisar antara 6

  • – 30gr/100 biji. Di Indonesia ukuran biji kedelai diklasifikasikan dalam 3 kelas, yaitu biji kecil (6
  • – 10gr/100 biji), sedang (11 – 12gr/100 biji) dan besar (13gr atau lebih/100biji).

H. Varietas Kedelai Untuk Kecap

  Menurut Damardjati kecap pada umumnya merupakan hasil fermentasi kedelai yang digunakan untuk bahan penyedap dan pemberi warna pada makanan. Untuk pembuatan kecap yang paling disukai yaitu dengan menggunakan kedelai hitam karena dapat memberikan warna hitam yang alami. Namun, dengan terbatasnya pasokan kedelai hitam kini petani beralih untuk menanam kedelai kuning yang lebih tinggi produksinya dan ukuran bijinya lebih besar dibandingkan dengan kedelai hitam (Ginting, 2009).

  Menurut Ginting dkk (2009) Jumlah varietas kedelai hitam sangat terbatas. Cikuray dan Merapi salah satu varietas unggul kedelai hitam yang memiliki kadar protein cukup tinggi dan sesuai untuk bahan baku kecap, tetapi untuk varietas ini memiliki ukuran biji yang kecil. Malika juga salah satu varietas kedelai hitam yang sudah dilepas tahun 2007, berbiji kecil dengan kadar protein lebih rendah yakni 37%. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Ginting dan Suprapto (2004) menunjukkan bahwa varietas Merapi, sedikit lebih baik kualitasnya bila diolah menjadi kecap manis dibandingkan dengan varietas Argomulyo.

  Adanya persilangan kedelai biji hitam dengan kedelai biji kuning, telah dikembangkan antaranya Detam-1 dan Detam-2 dengan kadar protein relatif tinggi. Khusus varietas kedelai baru Detam-1 dan Detam-2 mememiliki potensi hasil lebih unggul dibandingkan varietas-varietas sebelumnya, seperti Merapi, Cikuray, dan Malika, serta beberapa varietas unggul berbiji kuning (Ginting dkk, 2009).

I. Produksi kedelai di Kabupaten Kebumen

  Selain sebagai produsen padi, Kabupaten Kebumen juga merupakan produsen berbagai tanaman palawija (jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau). Pada tahun 2015 komoditas palawija yang mengalami kenaikan produksi adalah, jagung, ketela pohon, dan kacang hijau masing-masing sebesar 81,42%, 34,38%, dan 43,83% dibandingkan tahun2014. Berdasarkan Tabel 2.3 Kecamatan Adimulyo, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Karangsambung tidak menjadi produsen kedelai. Produsen kedelai paling banyak di Kecamatan Kuwarasan dengan produksi kedelai 2,115.77 ton pada tahun 2015.

Tabel 2.3 Luas dan Produksi Tanaman Kedelai

  No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi Kedelai (Ton)

  1 Ayah 251.00 264.48

  2 Buayan 180.00 178.33

  3 Puring 849.00 1,041.27

  4 Petanahan 162.00 189.04

  5 Klirong 196.00 186.14

  6 Buluspesantren 404.00 441.45

  7 Ambal 96.00 101.54

  8 Mirit 207.00 201.36

  9 Bonorowo 198.00 198.73

  10 Prembun 231.00 228.16

  11 Padureso 137.00 131.34

  12 Kutowinangun 274.00 281.05

  13 Alian 98.00 117.57

  14 Poncowarno 300.00 356.16

  15 Kebumen 119.00 114.99

  16 Pejagoan 147.00 170.22

  17 Sruweng

  

49.00

  50.85

  18 Adimulyo

  19 Kuwarasan 1,503.00 2,115.77

  20 Rowokele 440.00 503.00

  21 Sempor 101.00 109.04

  22 Gombong 311.00 362.45

  23 Karanganyar

  24 Karanggayam

  

49.00

  66.64

  25 Sadang 103.00 119.48

  26 Karangsambung

  

Jumlah 6,405.00 7,529.07

Sumber: BPS Kebumen, 2015 J.

   Jenis Kecap

  Menurut Purwandari (2007) kecap dikelompokan menjadi beberapa macam berdasarkan bahan baku, cita rasa dan proses pembuatannya.

  1. Berdasarkan cita rasa Berdasarkan cita rasanya kecap dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu kecap manis dan kecap asin. Kecap manis bertekstur kental. Kekentalan ini didapat dari bahan pengental dan bahan pemanis. Kecap asin biasanya lebih encer. Masing-masing jenis memiliki manfaat tersendiri, baik sebagai bahan tambahan penyedap masakan atau pelezat makanan.

  2. Berdasarkan bahan baku Pada dasarnya selain kecap kedelai, masih ada beberapa jenis kecap dengan bahan baku lainnya yang biasa kita sebut dengan saus.

Tabel 2.4 Jenis Jenis Kecap No. Jenis kecap Bahan baku

  1 Kecap kedelai, taoco Kedelai

  2 Kecap air kelapa Air kelapa

  3 Kecap ikan, petis Ikan, daging, udang

  4 Saus tiram Kerang

  5 Saus tomat Tomat

  6 Saus cabai Cabai

  7 Saus paprika (paprika sauce) Paprika Sumber: Purwandari, 2007 3. Berdasarkan proses pembuatannya.

  Berdasarkan proses pembuatannya, kecap dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: a. Kecap hasil proses fermentasi

  Proses fermentasi disebut juga proses peragian. Fermentasi menggunakan mikroba akan merubah suatu bahan makanan menjadi bentuk yang berbeda. Contohnya pembuatan tape singkog dan pembuatan kecap. proses fermentasi akan menghasilkaan kecap tradisional dan taoco yang memiliki citra rasa khas. b. Kecap hasil proses hidrolisis Proses hidrolis akan menghasilkan kecap yang dikenal sebagai kecap modern. Kecap modern ini dapat dibuat dalam waktu cepat, namun tidak memiliki citra rasa yang khas.

  c. Kecap hasil fisis/pencampuran Dengan proses pencampuran, dalam waktu singkat akan menghasilkan kecap dengan kondisi yang dapat diatur. Kecap yang selama ini kita sering konsumsi adalah kecap produksi pabrik-pabrik besar yang merupakan hasil proses hidrolisis maupun fisis. Kecap yang berkualitas baik memenuhi beberapa kriteria, yaitu dalam hal kadar protein, cita rasa, kekentalan, warna, daya tahan dan endapan.

Gambar 2.2. Alur Pembuatan Kecap

  Kedelai Dicuci dan direndam ( 1 malam) Ditiriskan Jamur tempe

  DiragikanI (3

  • – 5 malam) Larutan garam Diragikan II (3
  • – 4 malam) Air Dimasak I hingga mendidih Bungkil Disaring Hasil saringan Dimasak II hingga mendidih Ampas Disaring Untuk makanan Kecap

  ternak

  Sumber: Gina Rosginasari, 2012

  K. Penelitian Yang Relevan

  Wahyuniarso Tri D S melakukan penelitian tentang Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik Di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang, mengetahui kondisi SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang, mengetahui strategi pengembangan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang.

  Populasi penelitian ini berjumlah 21 pengusaha keripik. Variabel penelitian ini adalah SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran. Metode pengumpulan datanya meliputi angket, dokumentasi dan wawancara. Metode analisis menggunakan deskriptif presentase dan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian bahwa profil industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang ada 21 pengusaha keripik. Usaha tersebut berdiri mulai tahun 1990-2007. Kondisi SDM pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam kondisi sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis matrik SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman-ancaman.

  Susana Budiarti melakukan penelitian tentang Karakteristik Industri Tahu Di Desa TrimurtiKecamatan Srandakan Kabupaten Bantul Tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hambatan yang dihadapi pengrajin dalam menjalankan industri tahu. (2) Usaha untuk mengatasi hambatan pada industri tahu. (3) Peta persebaran lokasi industri tahu. (4) Daerah pemasaran produksi industri tahu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah tangga pengrajin tahu sebanyak 62 rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam industri tahu antara lain, hambatan bahan baku (24,19%), keterbatasan modal (25,81%), tenaga kerja (16,12%), pembuangan limbah (29,03%) dan pemasaran (16,12%). (2) Usaha yang dilakukan pengrajin untuk mengatasi hambatan pada industri tahu adalah : (a) Pengrajin membeli bahan baku dalam jumlah yang sedikit atau lebih memilih membeli per harian. (b) Berusaha mendapatkan pinjaman modal dari lembaga perbankan ataupun dari koperasi. (c) Memperpanjang waktu produksi dan mengurangi jumlah produksi sesuai dengan kemampuan fisiknya. (d) Memperbaiki atau mengganti paralon yang rusak dan membuat galian tanah untuk pembuangan limbah cair. (e) Mengurangi jumlah produksi apabila pasaran sedang turun dan memasok ke pedagang kecil. (3) Persebaran lokasi industri tahu di dusun Gerso (12,91%), Proketen (14,52%), Jetis (3,22%), Pedak (8,06), Puron (8,06%), Gunung Saren Kidul (41,94%) dan Gunung Saren Lor (11,29%). (4) Daerah pemasaran tahu yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

  Suratminingsih melakukan penelitian tentang Kajian Faktor Geografi Yang Mendukung Industri Kecap Di Kabupaten Kebumen Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor geografi yang mendukung industri kecap di Kabupaten Kebumen. Metode yang digunakan yaitu metode Survei. Sampel yang diguanakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data angket semi tertutup dan dokumentasi. Pengolahan data menggunakan deskriptif kuanlitatif dan ArcView 3.3. Analisis data menggunakan persentase dan pendekatan keruangan.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa 1). industri kecap di Kabupaten Kebumen didukung oleh aspek modal, tenaga kerja, sumber energi, pemasaran, transportasi, bahan baku dan suplai air, 2). Dilihat dari teori lokasi Weber industri kecap di Kabupaten Kebumen berorientasi pada pasar, 3). Kesesuaian lahan tanaman kedelai di Kabupaten Kebumen dibagi menjadi 2 yaitu lahan S3 (Sesuai bersyarat) dan N (Kurang sesuai).

  Peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Wahyuniarso Tri D S, 2013

  Mengetahui profil industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang, mengetahui kondisi SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang, mengetahui strategi pengembangan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang. Populasi penelitian ini berjumlah 21 pengusaha keripik.

  Metode survei.

  

Variabel

penelitian ini adalah SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran. Metode pengumpulan datanya meliputi angket, dokumentasi dan wawancara. Metode analisis menggunakan deskriptif presentase dan analisis SWOT.

  Bahwa profil industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang ada 21 pengusaha keripik. Usaha tersebut berdiri mulai tahun 1990-2007. Kondisi SDM pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang dalam kondisi buruk. Kondisi teknologi dalam kondisi sangat buruk. Kondisi permodalan dalam kondisi buruk. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik. Berdasarkan analisis matrik SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman- ancaman.

  Susana Budiarti, 2015 Mengetahui hambatan yang dihadapipengrajin dalam menjalankan industri tahu, mengetahui usaha untuk mengatasi hambatan pada industri tahu, peta persebaran lokasi industri tahu dan daerah pemasaran produksi industri tahu.

  Metode survei, menggunakan deskriptif kuantitatif. Populasi dalampenelitian ini yaitu rumah tangga pengrajin tahu sebanyak 62 rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi.

  Bahwa (1) Hambatan-hambatan yang dihadapidalam industri tahu antara lain, hambatan bahan baku (24,19%), keterbatasan modal (25,81%), tenaga kerja (16,12%), pembuangan limbah (29,03%) dan pemasaran (16,12%). (2) Usaha yang dilakukan pengrajin untuk mengatasi hambatan pada industri tahu adalah : (a) Pengrajin membeli bahan baku dalam jumlah yang sedikit atau lebih memilih membeli per harian. (b) Berusaha mendapatkan pinjaman modal dari lembaga perbankan ataupun dari koperasi. (c) Memperpanjang waktu produksi dan mengurangi jumlah produksi sesuai dengan kemampuan fisiknya. (d) Memperbaiki atau mengganti paralon yang rusak dan membuat galian tanah untuk pembuangan limbah cair. (e) Mengurangi jumlah produksi apabila pasaran sedang turun dan memasok ke pedagang kecil. (3) Persebaran lokasi industri tahu di dusun Gerso (12,91%), Proketen (14,52%), Jetis (3,22%), Pedak (8,06), Puron (8,06%), Gunung Saren Kidul (41,94%) dan Gunung Saren Lor (11,29%). (4) Daerah pemasaran tahu yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman..

  Suratminingsih , 2017 Mengetahui faktor geografi yang mendukung industri kecap di Kabupaten Kebumen.

  Metode Survei. Sampel yang diguanakan puposive sampling . Teknik pengumpulan data angket semi tertutup dan dokumentasi. Pengolahan data menggunakan deskriptif kuantitatif dan ArcView 3.3. Analisis data menggunakan persentase dan pendekatan keruangan.

  Bahwa 1). industri kecap di Kabupaten Kebumen didukung aspek modal, tenaga kerja, sumber energi, pemasaran, transportasi, bahan baku dan suplai air, 2). Dilihat dari teori lokasi Weber industri kecap di Kabupaten Kebumen berorientasi pada pasar, 3). Kesesuaian lahan tanaman kedelai di Kabupaten Kebumen dibagi menjadi 2 yaitu lahan S3 (Sesuai bersyarat) dan N (Kurang sesuai).

Tabel 2.5 Penelitian yang relevan

  L. Kerangka Pikir

  Keberadaan industri disuatu wilayah didukung oleh faktor-faktor geografis yaitu bahan baku, sumberdaya tenaga, suplai air, suplai tenaga kerja, pemasaran dan fasilitas transportasi. Sedangkan, menurut Weber dalam pemilihan lokasi industri faktor yang paling penting menetukan berdirinya industri yaitu berorientasi pada bahan mentah, pasaran atau tenaga kerja.

  Kesesuaian lahan juga mendukung untuk mengembangkan produksi bahan baku kecap, agar bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kecap tidak mendatangkan (impor) dari luar Kabupaten Kebumen. Hal ini dapat dikembangkan dengan mengetahui kesesuaian lahan tanaman kedelai di Kabupaten Kebumen, dimana saja wilayah yang cocok untuk tanaman kedelai.

  Modal Bahan Mentah

  Sumberdaya Energi

  Teori Industri

  Lokasi Tenaga Kerja

  Weber Suplai air

  Faktor Pasaran

  Transportasi Faktor

  Geografi

  Suhu & Kelembaban

  yang Geografis mendukung

  Curah Hujan industri kecap di

  Jenis Tanah Kabupaten

  Kebumen Lereng Elevasi