APLIKASI TEORI PENAFSIRAN ‘DOUBLE MOVEMENT’ FAZLUR RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT QITAL DALAM ALQURAN - Test Repository

  

JIHAD DALAM ALQURAN;

APLIKASI TEORI PENAFSIRAN „DOUBLE MOVEMENT

FAZLUR RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI

AYAT-AYAT QITAL DALAM ALQURAN

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

  

Oleh :

Mukhamad Saifunnuha

NIM 21514014

JURUSAN ILMU AL-

QUR‟AN DAN TAFSIR

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mukhamad Saifunnuha NIM : 215-14-014 Fakultas : Ushuluddin Adab dan Humaniora Program Studi : Ilmu Al-

  Qur‟an dan Tafsir Menyatakan bahwa naskah skripsi saya yang berju dul ”Jihad Dalam Alquran; Aplikasi Teori Penafsiran „Double Movement‟ Fazlur Rahman Sebagai Upaya Kontekstualisasi Ayat-Ayat

  Qitāl Dalam Alquran” adalah

  benar-benar hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiarisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  Salatiga, Mei 2018 Yang menyatakan, Mukhamad Saifunnuha

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Setelah dikoresi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama : Mukhamad Saifunnuha NIM : 21514014 Fakultas : Ushuluddin Adab Dan Humaniora Program Studi : Ilmu Al-

  Qur‟an Dan Tafsir Judul : Jihad Dalam Alquran; Aplikasi Teori Penafsiran

  ment‟ Fazlur Rahman Sebagai Upaya

  „Double Move Kontekstualisasi Ayat-Aya

  t Qitāl Dalam Alquran Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

  Salatiga, Mei 2018 Pembimbing, Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

EMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

  K

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA Jalan Nakula Sadewa VA/No. 09 Salatiga 50721. Telp (0298) 323706 Fax.

  323433

  

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudara Mukhamad Saifunnuha dengan Nomor Induk Mahasiswa

  

215-14-014 yang berjudul “Jihad Dalam Alquran: Aplikasi Teori

Penafsiran Double Movement Fazlur Rahman sebagai Upaya

Kontekstualisasi Ayat-ayat

  Qitāl dalam Alquran” telah dimunaqosyahkan

  dalam Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Senin, 10 September 2018 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir.

  Salatiga, September 2018

  Panitia Ujian Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Mubasirun, M. Ag. Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag.

NIP. 19590202 199003 1001 NIP.19541002 198403 1001 Penguji I Penguji II

Dr. Adang Kuswaya, M. Ag. Tri Wahyu Hidayati, M. Ag.

  

NIP. 19720531 199803 1002 NIP. 19741123 200003 2002

Pembimbing Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag. NIP. 19541002 198403 1001

  

MOTTO

  Waktu adalah sesuatu yang kita punya dari-Nya, berpacu dengan waktu adalah tugas kita, mengabaikan waktu adalah celaka bagi kita.

  َٝ َيِضَشَُِٔ َيِزَّحِص ِْٖٓ ْزُخ َٝ َءبَسَُْٔا ِشِظَزَْ٘ر لاك َذْحَجْصَأ ارإ َٝ َحبَجَّصُا شِظَزَْ٘ر لاك َذٍَْسَْٓأ ارِإ ... ِْٖٓ

  َيِرَُِْٞٔ َيِربٍََح “... Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari datang. Apabila kamu berada di pagi hari janganlah menunggu hingga sore datang. Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.”

  (HR. Bukhari)

  

PERSEMBAHAN

  Teruntuk Bapak dan Ibu Tercinta Teruntuk juga Kakak dan Adik Terkasih

  Teruntuk pula Mbah Kakung dan Mbah Putri Tersayang Keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu terpanjat dalam do’a,

  Juga seseorang yang mengingatkan penulis akan singkatnya waktu, yang sebenarnya penulis ingin sebutkan namanya dalam persembahan ini, namun tidak perlu kiranya,

  Dengan segala kekurangan, dan dengan segala upaya dan usaha yang ada, penulis persembahkan tulisan ini untuk semuanya.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

  “JIHAD DALAM ALQURAN;

APLIKASI TEORI PENAFSIRAN „DOUBLE MOVEMENT’ FAZLUR

RAHMAN SEBAGAI UPAYA KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT

QITAL

  DALAM ALQURAN”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

  persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata I (S1) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Shalawat serta salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang selalu setia pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain “Jazakumullah Khairan Katsiran” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas Allah SWT dengan berlipat ganda. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan penulis untuk kuliah di

  IAIN Salatiga dan mengadakan penelitian ini.

  2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora (FUADAH).

  3. Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, Ibu Tri Wahyu Hidayati, M. Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan serta motivasi kepada penulis.

  4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag, selaku dosen pembimbing

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis dalam memahami ilmu selama duduk di bangku kuliah.

  6. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan sumbangan baik secara moril maupun materil. Mudah-mudahan cucuran keringat yang telah tertumpah dijadikan saksi oleh Allah SWT sebagai bukti dari bagian perjuangan untuk mendapatkan amal jariyah di hadapan-Nya. 7. ri, juga Kakak dan Adik tercinta,

  Mbah kakung, Mbah put terimakasih atas segenap do‟anya. Semoga penulis benar-benar bisa menjadi qudwah untuk keluarga besar.

  8. Segenap keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

  Jazakumullah bi ahsanil jaza‟ atas semuanya. Semoga Allah SWT

  meridhai dan memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala jasa- jasanya.

  Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi semua pembaca pada umumnya.

  Salatiga, September 2018 Penulis, Mukhamad Saifunnuha

  

ABSTRAK

  Penelitian ini adalah Penelitian Pustaka (Library Research), yang mengkaji ayat-ayat

  qitāl dengan menggunakan metode Double Movement

  Fazlur Rahman. Tulisan ini berawal dengan adanya pemahaman yang keliru dari beberapa golongan (seperti Islam Fundamentalis) mengenai perintah perang (

  qitāl) yang ada dalam Alquran. Begitu juga untuk meluruskan

  anggapan Barat yang menyatakan bahwa Islam adalah Agama pedang dan kekerasan. Sehingga tujuan penelitian ini adalah; pertama, untuk mengetahui makna kata

  qitāl yang terdapat dalam Alquran. Kedua, untuk

  mengetahui konteks peristiwa ayat-ayat

  qitāl. Ketiga, untuk

  mengkontekstualisasikan ayat-ayat

  qitāl dengan menggunakan metode Double Movement . Sehingga ayat-ayat qitāl tersebut dapat kita ambil nilai

  moral dan tujuan umumnya untuk dapat diterapkan dalam problematika sekarang ini.

  Terlebih dahulu penelitian ini memfokuskan pada pemaknaan kata

  

qitāl dalam Alquran. Setelah didapatkan makna dari qitāl beserta semua

  derivasinya dalam Alquran; yaitu berarti perang atau memerangi, kemudian penulis paparkan ayat-ayat

  qitāl. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui

asbāb an-nuzūl serta munāsabah (ketersambungan) diantara ayat-ayat yang

  ada. Selanjutnya adalah menerapkan metode Double Movement untuk memahami ayat-ayat

  qitāl dengan berbekal pemahaman historis yang ada.

  Sehingga, dengan langkah-langkah pemahaman yang penulis terapkan, penulis dapat membuktikan bahwasanya kehujjahan Alquran itu tidak terbatas waktu dan tempat, dan akan selamanya menjadi pedoman hidup umat manusia.

  Kata kunci: Jihad, Qital, Teori Double Movement

PEDOMAN TRANSLITERASI

  Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan Tunggal

  Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam pedoman ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

  

Huruf Nama Huruf Latin Keterangan

Arab

  Alif - tidak dilambangkan ا b

  • t

  ة bā‟

  • s dengan satu titik di

  د tā‟

  س ṡā‟ ṡ atas j

  • h dengan satu titik di

  ط Jīm

  ح ḥā‟ ḥ bawa kh

  • d

  خ khā‟

  • z dengan satu titik di

  د Dāl

  ر Żāl ż atas r

  • z

  س rā‟

  • s

  ص Zāi

  • sy

  ط Sīn

  • s dengan satu titik di

  ش Syīn

  ص ṣād ṣ d dengan satu titik di ض

  ḍād ḍ bawah t dengan satu titik di

  ط ṭā‟ ṭ bawah z dengan satu titik di

  ظ ẓā‟ ẓ bawah koma terbalik

  ع ʿain ʿ Gain g

  • f

  ؽ

  • q

  ف fā‟

  • k

  م Qāf

  • l

  ى Kāf

  • m

  ٍ Lām

  • n

  ّ Mīm

  • w

  ٕ Nūn

  • h h

  ٝ Wāwu

  • apostrof, tetapi lambang

  ٙ ā‟

  ء tidak ini tidak dipergunakan

  Hamzah dilambangkan untuk hamzah di awal atau ‟ kata y

  • 2.

  ي yā‟

  Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap, Contoh: ditulis

  rabbanā

  بََّ٘ثَس ditulis qarraba َةَّشَه ditulis al-

  ḥaddu

  ذَحُا 3. Tā‟ marbūṭah di akhir kata

  Transliterasinya menggunakan : a.

  Tā‟ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya. Contoh:

  خَحَِْط ditulis ṭalhah خَثَّٞزَُا ditulis at-taubah خَِٔطبَك ditulis Fātimah b. Pada kata yang terakhir dengan tā‟ marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā‟ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h. Contoh :

  ٍبَلْطَلاْا ُخَضَْٝس ditulis rauah al-afāl c. Bila dihidupkan ditulis t.

  Contoh: ٍبَلْطَلاْا ُخَضَْٝس ditulis rauatul afāl

  Huruf ta marbuthah di akhir kata dapat dialihaksarakan sebagai t atau dialihbunyikan sebagai h (pada pembacaan waqaf/berhenti).

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul ............................................................................................ i Pernyataan Keaslian Tulisan ....................................................................... ii Persetujuan Pembimbing ............................................................................. iii Pengesahan Kelulusan ................................................................................. iv Motto .......................................................................................................... v Persembahan ............................................................................................... vi Kata Pengantar ........................................................................................... vii Abstrak ....................................................................................................... ix Pedoman Transliterasi ................................................................................. x Daftar isi ...................................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 12 C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ..................................... 12 D. Kajian Pustaka ................................................................. 13 E. Metodologi Penelitian ..................................................... 16 F. Sistematika Pembahasan ................................................. 18 BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Perang (qitāl) ...................................................... 19 B. Pengertian Jihad dan Perang (qitāl) ................................ 26 C. Fazlur Rahman dan Teori „Double Movement‟ ............... 31 BAB III KAJIAN AYAT-AYAT QITAL A. Ayat-ayat Perang (qitāl) dalam Alquran dan Asbāb an-Nuzūlnya ......................................................... 47 B. Penggunaan dan Pemaknaan kata qitāl dalam Alquran ............................................................................ 57

  BAB IV APLIKASI TEORI DOUBLE MOVEMENT TERHADAP AYAT-AYAT PERANG ( QITAL) A. Aplikasi Teori Double Movement terhadap Ayat-ayat qitāl ................................................................................. 62 B.

  Kontekstualisasi Ayat-ayat qitāl terhadap Problematika Masa Kini ........................................................................ 68

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 76 B. Saran ................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 79

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab suci Alquran sebagai pedoman hidup umat manusia yang

  haqiqi senantiasa memberikan kontribusi monumental dalam setiap lini kehidupan, selain itu juga Alquran tidak menjadikan dirinya sebagai pengganti usaha manusia, akan tetapi sebagai pendorong dan pemandu demi berperannya manusia secara positif dalam berbagai bidang kehidupan. Alquran akan mengarahkan manusia menuju jalan kebenaran (lurus), agar manusia tidak keliru dalam menjalankan aktifitas kehidupannya. Alquran adalah kitab yang memberikan penjelasan secara komprehensif baik masalah besar dan kecil termasuk juga bagaimana sebuah sistem dalam bertatanegara hingga bagaimana berperang yang benar yang sesuai dengan petunjuk Alquran dan rasul-Nya. Oleh sebab itu, segala upaya pemahaman dan pengaplikasian Alquran seyogyanya harus dipertimbangkan melalui berbagai faktor yang sulit dalam sejarah kehidupan manusia. Alquran harus diracik dan ditafsirkan melalui penelusuran-penelusuran dengan melihat kondisinya baik dari segi sosiologis, kultural, psikologis, etika, politik, dan

  1

  berbagai keilmuan lainnya. Ajaran Alquran meliputi segala bidang aspek kehidupan manusia dan saling menjaga antara bangsa dan agama.

  Kehadiran Islam dengan segala idealitasnya diatas ternyata belum dapat memberikan pemahaman yang komprehensif bagi sebagian kelompok. Salah satunya adalah kelompok fundamentalis khususnya fundamentalis

  2 agama. Fundamentalis ini yang kemudian diidentikkan dengan terorisme. 1 2 Emha Ainun Nadjib, Surat Kepada Kanjeng Nabi (Bandung: Mizan, 1997), 335.

  Beberapa sarjana menggunakan istilah “Islamisme” sebagai padanan kata Islam

radikal/fundamental. Fazlur Rahman menggunakan is tilah “revivalisme” sementara Hasan

Hanafi menggunakan istilah “Ushuliyyah”. Sementara banyak yang menilai bahwa

fenomena akan fundamentalisme Islam sebenarnya adalah gerakan politik, sehingga mereka

menyebutnyya sebagai “Islam Politik”. Lihat; Prabowo Adi Hidayat, Argumentasi Makna

Jihad dalam Alquran ditinjau dari Perspektif Masyarakat Kosmopolitan,

  STAIN Jurai Siwo Artinya agama Islam diposisikan sebagai terdakwa yang ajaran-ajarannya membenarkan dan menghalalkan kekerasan sebagai tajuk perjuangan. Dengan beberapa kasus terorisme yang muncul ke permukaan, Islam semakin disudutkan sebagai spirit utama lahirnya kekuatan-kekuatan fundamentalis dan ekstrimis, termasuk pelaku kekerasan atas nama agama atau jihad atas nama Tuhan.

  Banyaknya kasus kekerasan dan terorisme berdampak pada citra agama, dimana seringkali kasus tersebut dikaitkan dengan Islam. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai sejauh mana pemahaman keislaman itu sendiri pada tiap penganutnya? Islam sebagai agama yang memiliki penganut mayoritas mempunyai andil besar dalam pembentukan lingkungan damai dengan pemeluk agama lain. Ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas umat dunia mempunyai implikasi yang kuat terhadap cara berfikir dan bertindak masyarakat. Karena pada dasarnya Islam memegang teguh ajaran yang terkandung dalam Alquran sebagai pedoman hidup.

  Hasyim Muzadi berpendapat bahwa jika mengikuti asumsi atau tuduhan diatas, tentu saja jika benar bahwa pelaku terorisme adalah gerakan fundamentaslisme, hal ini disebabkan karena adanya pemahaman keagamaan yang eksklusif, skriptualis, dan miskinnya pemahaman realitas historis dalam menafsirkan pesan esoteris teks-teks kitab suci, sehingga mewariskan sikap-sikap yang fanatik, dogmatik, dan intoleran dalam menyikapi realitas perbedaan dan kondisi pluralitas sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Bahkan termasuk dalam menyikapi wilayah juang dalam

  3

  mengimplementasikan prinsip amar ma‟rūf nahī mungkar.

  Pemahaman Alquran secara penuh merupakan konsekuensi logis dalam menjalankan ritus keagamaan baik dengan sang pencipta-Nya maupun dengan makhluk lainnya. Alquran adalah teks, sebagai petunjuk

  Hasyim Muzadi dalam kata pengantar, Drs. Abdul Wahid dkk, Kejahatan tentu saja lahir dengan sendirinya membutuhkan berbagai penafsiran. Mengenai hal itu, objek kajian terhadap teks ini tidak mengacu pada realitas yang berada diluar teks, melainkan kepada realitas yang digambarkan oleh teks itu sendiri.

  Mengacu pada teks yang multi-tafsir itu, Alquran bukan hanya sebagai pedoman hidup, namun disatu sisi juga menimbulkan polemik kebahasaan dan berdampak lebih lanjut pada kekeliruan pemahaman, contohnya adalah pada kasus ayat-ayat Jihad (dan ayat-ayat

  qitāl

  khususunya), yang menjadi sarana doktrinasi dalam melakukan aksi-aksi

  4 kekerasan maupun terorisme.

  Kata perang (

  qitāl) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat diseluruh

  penjuru dunia. Kata

  qitāl seringkali diidentikkan dengan kata jihad. Dalam

  konteks perkembangan zaman istilah jihad mengalami fluktuasi pemahaman dikalangan masyarakat, bahkan telah menjadi trend ideologi bagi sebagian umat Islam tersendiri, dengan artian kadangkala istilah ini menjadi makna

  

peyorasi yakni penyempitan makna yang berakibat pada hal yang negatif

  dan juga makna ameliorasi yakni perluasan makna yang berdampak pada kenaikan nilai-nilai positif dalam kandungan makna tersebut, sehingga perlu adanya kontribusi keilmuan lainya untuk memahamkan makna tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan manusia dalam berbagai jenjang.

  Disini yang terjadi bukan sekedar permasalahan sosial keagamaan melainkan munculnya distorsi pemahaman ajaran Islam mengenai jihad yang termaktub dalam Alquran dan as-sunah. Selain itu juga, bahwa fenomena jihad yang menyeruak kepermukaan seperti yang disaksikan dewasa ini, tidak hanya muncul dari pencitraan barat atau eropa melainkan umat Islam tertentu (radikal) juga mempunyai kontribusi dalam hal ini. Artinya Islam radikal (fundamentalis) dengan manifestasi gerakan yang 4 Ibnuafan, “Penerjemahan Ayat-ayat Jihad dalam Alquran; Terjemahan Kementerian

  

Agama RI (Analisis Wacana)”, Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif diciptakan sebagaimana yang sering dijumpai pada banyak kasus, meniscayakan sebuah citra Islam yang serat dengan ideologi fundamentalis. Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan kelompok fundamentalis di Mesir dengan berbagai variasi gerakannya, mulai dari yang sangat ekstrim hingga

  5 yang lebih moderat.

  Jihad bukanlah sesuatu yang baru bagi kalangan umat Islam, sebab pada masa Nabi Muhammad saw fenomena ini sudah menjadi bagian dari ajaran Islam yang sangat penting. Seruan jihad pun bukan sekedar perintah Nabi melainkan sebuah perintah yang haq termaktub dalam Alquran. Tentu saja fenomena jihad pada masa lalu berbeda dengan konsep jihad yang selazimnya diimplementasikan pada zaman sekarang ini. Pada masa lalu jihad bukanlah untuk mengalahkan dan menghancurkan musuh melainkan untuk membela diri (self-defence) dan tidak satupun dimaksudkan untuk menyerang secara agresif dan memenangkan pertempuran dengan mengorbankan nyawa seminimal mungkin. Terma jihad yang diusung oleh Alquran telah mengalami beberapa kamuflase pemahaman oleh sebagian kalangan umat Islam. Adakalanya pemahaman ini menjadi paham atau ideologi yang berbaju perang dalam mewujudkan keinginan sebuah kemenangan dari suatu kelompok tertentu, hal ini disebabkan adanya pendangkalan pemahaman dari kalangan internal sebagian umat Islam. Sedangkan, konsep jihad yang sesungguhnya dalam era modern ini merupakan sebagai upaya kesungguhan untuk perubahan, perbaikan, dan peningkatan mutu dalam berbagai lini kehidupan seperti agama, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, pendidikan, dan tata kelola pemerintahan yang baik

  6 dan benar.

  Sejarah kekerasan dan radikalisme seringkali membawa nama agama. Hal ini dapat dipahami karena agama memiliki kekuatan yang sangat 5 Muhammad Fakhruddin, “Konsep Jihad Menurut Muhammad Syahrur”, Skripsi (Yogyakarta: UPT Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2004), 3.

  dahsyat, yang melebihi kekuatan politik, sosial, dan budaya. Agama bahkan bisa diangkat sampai pada tingkat supranatural. Atas nama agama, kemudian radikalisme diabsahkan dalam berbagai tindakan. Mulai dari mengkafirkan orang-orang yang tak sepaham (

  takfīr) sampai melakukan pembunuhan terhadap musuh yang tidak seideologi dengannya.

  Banyak faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya gerakan radikal yang mengatasnamakan agama. Salah satunya menurut Yusuf Qardhawi, faktor utama munculnya radikalisme dalam beragama adalah kurangnya pemahaman yang benar dan mendalam atas esensi ajaran

  7 agama Islam itu sendiri dan pemahaman literalistik atas teks-teks agama.

  Karena pada kenyatannya, sebagian Muslim melakukan tindakan kekerasan seringkali merujuk pada ayat Alquran dan hadis Nabi saw. Yang dijadikan legitimasi dan dasar tindakannya. Padahal, Islam adalah agama universal dan moderat (

  wasaṭiyah) yang mengajarkan nilai-nilai tolereansi (tasāmuh)

  yang menjadi salah satu ajaran inti Islam yang sejajar dengan ajaran lain, seperti keadilan (

  „adl), kasih sayang (rahmat), dan kebijaksanaan (hikmah).

  Sebagai rahmat bagi semesta alam, Alquran mengakui kemajemukan keyakinan dan keberagamaan. Tetapi sayang aksi dan tindakan kekerasan masih juga seringkali terjadi. Dan sekali lagi, itu diabsahkan dengan dalil ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi saw.

  Beragam makna jihad dikemukakan oleh tokoh-tokoh Islam. Imam Syafi‟i mendefinisikan makna jihad dengan memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam. Pengertian jihad inilah yang secara luas dibicarakan dalam kitab-kitab fikih yang senantiasa dikaitkan dengan pertempuran,

  8 peperangan, dan ekspedisi militer.

7 Yusuf Qardhawi, As-

  Ṣahwah al-Islāmiyyah bayna al-Juhūd wa at-Taṭarruf (Kairo: Dār asy-Syurūq, 2001), 51-57.

  Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van

  Sedangkan Ibn Taimiyah berkata di dalam kitab

  Mathālib Uli al-

nuha, yaitu jihad yang diperintahkan ada yang digunakan dengan hati

  (seperti istiqamah untuk berjihad dan mengajak kepada syariat Islam), argumentasi (memberi argumentasi kepada yang batil), penjelasan (penjelasan kebenaran, menghilangkan ketidakjelasan, dan memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk umat Islam), tubuh (seperti berperang).

  9 Jihad wajib dilakukan jika seluruh hal tersebut bisa dilakukan.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, sedikit wajar apabila sebagian orang memaknai jihad berupa perang fisik, terlebih apabila mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh Imam Syafi‟i bahwa jihad adalah memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam. Maka kiranya perlu untuk mendefinisikan kembali makna jihad dalam konteks sekarang dengan tetap menjadikan Alquran sebagai acuan dan batasan pengertiannya.

  Para ulama terdahulu telah memiliki suatu metodologi sebagai upaya mendialogkan Alquran dan hadis dalam konteks mereka. Akan tetapi ketika suatu metode itu dibawa kepada konteks yang berbeda, metode itu bisa jadi tidak mampu lagi mendialogkan keduanya sebagaimana kebutuhan konteks yang baru. Bahkan langkah mundur jika problem-problem kontemporer dewasa ini dipecahkan dengan metode orang-orang dulu yang jelas berbeda dengan problem saat ini. Hal tersebut sudah tentu, menuntut adanya metode penafsiran baru yang sesuai dengan perkembangan situasi sosial, budaya,

  10

  ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Dan ini menurut Amin Abdullah merupakan solusi untuk menjembatani kebuntuan dan krisis ilmu

9 Hasan Asy-Syathi,

  Mathālib Uli al-Nuhā, Jil. 2 (Damaskus: Al-Maktab Al-Islāmi, 1961), 501.

  Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Alquran dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press, Alquran dan tafsir yang kurang relevan dengan konteks dan semangat zaman

  11 sekarang ini.

  Salah satu metode penafsiran baru yang penulis ingin sampaikan dalam tulisan ini adalah sebuah metode yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman, seorang pemikir Islam asal Pakistan yang lahir pada tahun 1919 M. Awal karirnya dalam mengusung pemikiran-pemikiran yang progresif adalah ketika Rahman diminta kembali ke Pakistan oleh Ayyub Khan (Presiden Pakistan, 1958

  • – 1969) untuk membangun Negeri asalnya sekaligus untuk merumuskan ideology Islam bagi Negara Pakistan. Pada tahun 1962, Fazlur Rahman diminta untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islam Research Institute) dan menjadi anggota Dewan Penasihat Ideologi Islam (The Advisory Council of Islamic Ideology) pemerintah Pakistan tahun

  12

  1964. Lembaga riset Islam yang dikelola Rahman bertugas menafsirkan Islam dalam terma-terma rasional dan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan suatu masyarakat modern yang progresif, sementara dewan Penasihat Ideologi Islam yang dibentuk tahun 1962 betugas untuk meninjau seluruh hukum, baik yang telah ada ataupun yang akan dibuat dengan tujuan menyelaraskan dengan Alquran dan sunnah, serta mengajukan rekomendasi- rekomendasi kepada pemerintah pusat dan propinsi tentang cara menjadi

  13 seorang Muslim yang baik.

  Rahman terlibat secara intens dalam usaha-usaha untuk menafsirkan

  14

  kembali Islam guna menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini. Fazlur Rahman berpendapat, bahwa kesenjangan antara Islam yang terdapat dalam Alquran dan Islam dalam realitas sejarah telah melebur terlalu jauh sehingga 11 Amin Abdullah dalam kata pengantar buku Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir:

  

Peta Metodologi Penafsiran Alquran Periode Klasik Hingga Kontemporer (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003), xii. 12 Fazlur Rahman, Islam, terj. M. Irsyad Rafsadie (Bandung: Penerbit Mizan, 2017), X. 13 Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam (Bandung: Mizan, 1987), 14. perlu digabung kembali dan dijalin dengan erat melalui suatu usaha yang sistematis dan menyeluruh. Dengan orientasi dan visi itu, Rahman mencoba mengaktualisasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Alquran kedalam kehidupan konkrit. Pesan-pesan moral Alquran yang tidak mentolerir adanya pembedaan yang didasarkan pada etnis, warna kulit, dan semacamnya oleh Fazlur Rahman dikontekstualisasikan kedalam persoalan-persoalan yang

  15 sedang dihadapi Pakistan saat itu.

  Kehadiran Rahman dalam daftar nama

  • –nama pemikir Islam membawa sesuatu yang baru terhadap pemikiran Islam, meskipun sebenarnya pembaharuan dalam Islam telah dilakukan oleh beberapa

  16 pemikir sebelum Islam.

  Menurut Rahman, Alquran adalah moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial. Hukum moral tidak dapat diubah, Alquran merupakan perintah Tuhan dan manusia tidak dapat membuat hukum moral. Manusia diharuskan tunduk pada Alquran, ketundukan itulah yang disebut “Islam”, perwujudan dalam kehidupan adalah ibadah atau pengabdian kepada Allah. Hal ini disebabkan karena titik

  17 utama Alquran terletak pada moral.

  Pasca Nabi wafat, para sahabat enggan menafsirkan Alquran, menurut Rahman hal ini membuka peluang lebar bagi umat Muslim untuk mengembangkan catatan terhadap pengertian teks yang terang dan memiliki watak bebas dengan pendapat bebas (tafsir bi al-

  ra‟yi). Perkembangan

  beberapa perangkat ilmu pengetahuan untuk kemajuan ilmu tafsir Alquran merupakan kebutuhan yang urgensinya harus dilaksanakan. Syarat pertama yang harus dipenuhi untuk kemajuan ilmu tafsir Alquran adalah 15 Abd. A‟la, Dari Neomodernisme ke Islam Liberal (Jakarta: Penerbit Dian Rakyat, 2009), 14. 16 Mawardi, Hermeneutika Alquran Fazlur Rahman, Dalam Hermeneutika Alquran

  dan Hadis, ed. Sahiron Syamsudin (Yogyakarta: Elsaq press, 2010), 65. pengetahuan yang menyangkut bukan saja bahasa Arab, melainkan juga kebiasaan-kebiasaan bangsa Arab pada masa Nabi, yang diperukan untuk memahami Alquran secara layak. Latar belakang turunnya wahyu Alquran dianggap Rahman sebagai suatu penunjang yang penting untuk mengerti firman Tuhan secara benar merupakan syarat kedua yang harus dipenuhi. Syarat yang ketiga adalah hadis kesejarahan yang memuat laporan-laporan mengenai cara orang-orang memahami perintah-perintah dan pernyataan Alquran ketika pertama kali diturunkan, ketika persyaratan-persyaratan itu terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah memainkan peranan bebas

  18 berdasarkan pemikiran manusia.

  Dengan semangat menggencarkan kembali terbukanya pintu ijtihad, Rahman kemudian mengajukan rumusan metodologi untuk memahami Alquran dan hadis pada cakupan luasnya. Yang kemudian dinamai dengan teori Double Movement (teori gerakan ganda).

  Langkah pertama dari gerakan tersebut adalah seorang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan tertentu dengan mempelajari situasi atau problem historis yang selanjutnya akan mengkaji secara umum mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat istiadat, pranata-pranata, bahkan tentang kehidupan secara

  19

  menyeluruh di Arabia. Dengan kata lain langkah pertama dari gerakan ganda adalah upaya sungguh-sungguh memahami konteks mikro dan makro saat Alquran diturunkan, setelah itu mufassir berusaha menangkap makna asli dari ayat Alquran dalam konteks sosio-historis kenabian, dari hal itulah maka ditemukan ajaran universal Alquran yang melandasi berbagai perintah

  20 normatif Alquran.

  18 19 Fazlur Rahman, Islam ..., 48-49.

  Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intelectual Tradition (Chicago & London: The University of Cicago Press, 1982), 7.

  Langkah kedua dari gerakan ini adalah melakukan generalisasi jawaban-jawaban spesifik dan menyatakannya sebagai pernyataan- pernyataan yang memiliki tujuan-tujuan moral sosial yang disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis dan rationes

  21

legis yang sering dinyatakan. Gerakan kedua ini berusaha menemukan

  ideal moral setelah adanya kajian sosio-historis kemudian ideal moral tersebut menemukan eksistensinya dan menjadi sebuah teks yang hidup dalam pranata umat Islam. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Alquran sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tentu dipahami serta setiap hukum dan tujuan yang dirumuskan harus koheren dengan lainnya.

  Begitu pula ayat-ayat yang berkaitan dengan jihad. Dalam hal ini adalah ayat yang secara khusus membahas mengenai

  qitāl. Apabila ayat

qitāl hanya dipahami secara tekstual, maka hasil akhir pemahaman tersebut

  adalah tidak lain berimbas pada munculnya kekerasan dan terorisme. Salah satu contoh ayat

  qitāl adalah terdapat dalam surah At-Taubah ayat 123

  berikut ini, َأَٰٓ ٌَ

  ٍَِٖوَّزُُٔۡٱ َغَٓ َ َّلَّٱ َّٕ َأ ْآََُِٰٞٔ ۡػٱَٝ ٗۚ خَظِِۡؿ ٌٍُِْۡك ْاُٝذِجٍََُۡٝ ِسبَّلٌُُۡٱ َِّٖٓ ٌٌََُُِْٗٞ ٌَِٖزَُّٱ ْاُِِٞز َه ْاَُٞ٘ٓاَء ٌَِٖزَُّٱ بَٜ ٌ

  “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir

yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan

daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang

bertakwa.”

  Ayat diatas ketika dipahami secara sekilas, mengandung perintah bahwa seorang Muslim diharuskan memerangi orang kafir ketika bertemu dengan mereka. Hal tersebut tentu tidak sesuai dengan citra dan hakikat Islam yang

  rahmatan lil ālamīn. Maka seharusnya ayat tersebut dipahami

  secara utuh dengan melihat konteks pada saat ayat tersebut turun. Karena pada hakikatnya ayat tersebut turun berkenaan dengan peristiwa perang

  Tabuk pada bulan Rajab tahun kesembilan. Maka penting mengetahui sebab turunnya ayat, atau yang kita sebut

  asbāb an-nuzūl. Selain itu juga, satu ayat

  Alquran kebanyakan tidak berdiri sendiri. Artinya terdapat beberapa atau banyak ayat lain yang masih terkait dengan satu ayat tersebut. Yang kemudian kita kenal dengan

  munāsabah Alquran. Apabila hanya dengan

  melihat satu ayat kemudian menghasilkan satu kesimpulan, maka sungguh itu termasuk pandangan yang sempit dan keliru.

  Dengan metode penafsiran yang ditawarkan Fazlur Rahman yaitu metode „Double Movement‟, penulis berkeyakinan bahwa ayat-ayat qitāl dapat dipahami lebih elastis dan fleksibel. Karena dalam teorinya tersebut, Rahman menjadikan Alquran sebagai landasan moral-teologis bagi umat manusia dalam mengemban amanah Tuhan, dan juga ingin senantiasa mendialogkan teks Alquran dan hadis yang terbatas degan konteks perkembagan zaman yang selalu dinamis dan tidak terbatas.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pemaparan diatas, maka permasalahan pokok penting yang sangat mendasar dan yang menjadi fokus kajian utama penelitian ini adalah bagaimanakah jihad dalam perspektif Alquran, yang akan dipahami melalui kajian ayat-ayat

  qitāl?. Untuk mengetahui jawaban yang

  komprehensif dan detail maka pokok permasalahan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Apa sajakah makna qitāl dan derivasinya dalam Alquran? 2.

  Bagaimanakah konteks peristiwa pada ayat-ayat qitāl dalam Alquran? 3. Bagaimanakah penafsiran kontekstual tentang qitāl berdasarkan teori penafsiran Double Movement Fazlur Rahman?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian a.

  Untuk mengetahui makna qitāl dan derivasinya di dalam Alquran.

  b.

  Untuk mengetahui konteks peristiwa pada ayat-ayat qitāl dalam Alquran.

  c. mengetahui hasil penafsiran kontekstual Untuk menggunakan teori Double Movement Fazlur Rahman dalam memahami ayat-ayat qitāl dalam Alquran.

2. Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Secara Teoritis 1)

  Untuk menambah khazanah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya tentang Perang dalam perspektif Alquran. 2)

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir IAIN Salatiga. 3)

  Penelitian ini diharapakan bisa menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya. 4)

  Sebagai bahan komparatif bagi para peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang lebih komperehensif, dan mendetail pada waktu berikutnya.

  b.

  Secara Praktis 1)

  Bagi kaum Muslimin menjadi bahan rujukan dan dalil untuk menjawab permasalahan yang ada. 2)

  Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi seluruh Muslimin untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam menghadapi permasalahan yang ada ditengah tengah masyarakat masa kini.

D. Kajian Pustaka

  Ayat-ayat tentang jihad dan perang telah menjadi topik bahasan buku-buku dan tulisan-tulisan yang khusus membahas mengenai tema tersebut. Diantara beberapa buku dan tulisan yang senada dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

  Sebuah Tesis karya Saddam Husein Harahap yang berjudul “Perang

  dalam Perspektif Alquran (Kajian terhadap Ayat-ayat Qitāl)”. Tesis tersebut

  membahas mengenai makna jihad dan qitāl yang terdapat dalam Alquran. Dengan mencari derivasi makna dari kedua kata kunci tersebut, yaitu

  jihād

  dan qitāl pada akhirnya ditemukan perbedaan signifikan antara keduanya. Jihad bukan berarti sepenuhnya

  qitāl. Bahkan kata qitāl pun dalam Alquran

  tidak selamanya menunjukkan peperangan dan kekerasan. Maka setelah diketahui makna dari masing-masing kata tersebut tampaklah bahwa jihad tidak selalu berkaitan dengan fisik dan kekerasan. Jihad mempunyai cakupan makna dan interpretasi yang luas. Adapun jihad dalam bentuk fisik dan perang hanya merupakan sebuah langkah terakhir saja.

  Tulisan lain yang membahas mengenai jihad terdapat dalam sebuah jurnal. Yaitu tulisan karya Ali Trigiyatno yang berju dul “Penyelesaian Aya-

  

ayat „Damai‟ dan ayat „Pedang‟ dalam Alquran menurut Syeikh Yusuf Al-

Qardawi dan Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

  ”. Pembahasan dalam tulisan ini adalah seputar hubungan ayat-ayat damai dan ayat pedang (

  saīf).

  Dengan berasumsi bahwa ayat-ayat pedang sebenarnya telah di naskh oleh ayat-ayat damai menunjukkan minat penulis untuk membuktkan bahwa ayat- ayat pedang tidaklah berdiri sendiri, melainkan terdapat ayat lain yang menyertainya, yaitu tidak lain adalah ayat-aat damai. Tulisan tersebut menggunakan komparasi tokoh dalam membahas arti jihad. Dengan mengungkapkan pendapat masing-masing tokoh mengenai makna jihad dan cakupan pembahasanya kemudian ditemukan persamaan maupun perbedaan antara kedua tokoh tersebut dalam memaknai kata jihad dalam Alquran.

  Sebuah buku yang membahas mengenai jihad salah satunya adalah karya Azyumardi Azra, CBE, dkk. Yang berjudul Reformasi Ajaran Islam

  

Jihad, Khilafah, dan Terorisme. Pemahaman sempit tentang jihad yang

  kemudian memunculkan tindak kekerasan dan terorisme dalam Islam oleh menghadirkan interpretasi baru terhadap berbagai doktrin kunci yang sering disalahpahami tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang lebih menekankan pada dinamika sejarah dan konteks sosial-budaya, buku ini berupaya menjawab persoalan ekstremisme-terorisme baik dalam konteks global maupun dalam konteks nasional ke-Indonesiaan. Buku tersebut menghadirkan pembacaan yang lebih segar dan kritis atas berbagai konsep ajaran Islam yang selama ini seringkali disalahpahami dan disalahgunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan semangat Islam sebagai agama kemanusiaan dan Islam sebagai ajaran kasih sayang bagi semesta alam.

  Selanjutnya adalah buku yang berjudul Al-

  Qur‟an wa Al-Qitāl, karya

  Mahmud Syaltut. Dengan terlebih dahulu memaparkan metode dan langkah- langkah penafsiran, Syaltut dalam bukunya tersebut secara khusus membahas mengenai ayat-ayat

  qitāl dalam Alquran. Dimulai dari ayat qitāl

  yang pertama kali turun, sampai pada akhirnya menyimpulkan bahwa ayat- ayat

  qitāl tidaklah berdiri sendiri. Melainkan terdapat ayat-ayat lain yang

  menyertai ayat-ayat

  qitāl. Yaitu tidak lain adalah ayat-ayat „afwu atau ayat-

  ayat damai. Bahwasanya ayat

  qitāl telah dinasakh oleh ayat-ayat damai

  tersebut. Sehingga tidalah benar apabila dikatakan bahwa Islam adalah agama perang hanya karena terdapat beberapa ayat dalam Alquran yang membahas mengenai hal tersebut, tanpa melihat konteks dan ketersambungan ayat satu dengan ayat lainnya.