APLIKASI HERMENEUTIKA DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN TERHADAP PEMAHAMAN AHLI KITAB DALAM AL-QUR’AN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  

APLIKASI HERMENEUTIKA DOUBLE MOVEMENT

FAZLUR RAHMAN TERHADAP PEMAHAMAN AHLI

KITAB DALAM AL- QUR’AN

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

  

Oleh :

Siti Robikah

NIM 21514015

JURUSAN ILMU AL-

  QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

ۡ َ

  ۡ ُ

ّٖ ا ّٖ عيِ َجَ ّٖ ّٖ َللّٱ أَيّٖ او نو كَتّٖاَمّٖ َنۡي أ ّٖ لۡٱ ّٖ َّٖفّٖۖاَه ِ ّٖ ُ كِلَو

ّٖ ِتََٰرۡيَ

  ّٖ م كِبّٖ ِت ّٖ او قِبَتۡسٱ لَّو مَّٖو هٌّٖةَهۡجِو ّٖل ١٤٨ ُ كََّٰٖ َعَل ّٖ َّٖ َللّٱ

  ّٖ َنِإ ّٖٞريِدَقّٖلء ۡ َشَِّٖ

148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti

Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha

Kuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah[2]: 148).

  

“ Rethinking the Past, Reshaping the Future”

  Mun’im Sirry

  

PERSEMBAHAN

Untuk Ayahanda,

Untuk Sang Motivator,

  

Untuk Keluargaku tercinta,

Untuk para Sahabat, Teman dan Seluruh Pembaca

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman padaSurat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab

  tidak Alif tidak dilambangkan

  ا dilambangkan

  B be ba’

  ب

  T te ta’

  ت

  es (dengan titik di atas) ṡa ṡ

  ث

  Jim J je

  ج

  ha (dengan titik di ḥa’ ḥ

  ح

  bawah (

  Kh ka dan ha kha’

  خ

  Dal D de

  د

  zet (dengan titik di atas) Żal Ż

  ذ ra’ R er

  ز

  ع

  ل

  Kaf K ka

  ك

  Qaf Q qi

  ق

  fa’ F ef

  ف

  Gain G ge

  غ

  ‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

  ẓa’ ẓ zet (dengan titik di bawah)

  Zal Z zet

  ظ

  ṭa’ ṭ te (dengan titik di bawah)

  ط

  ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

  ض

  ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

  ص

  Syin Sy es dan ye

  ش

  Sin S es

  س

  Lam L el

  Mim M em

  Muta’addidah ةدع

  (ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya) b.

  Jizyah

  Ditulis

  ةيزج

  Ditulis Ḥikmah

  ةمكح

  Bila dimatikan ditulis h

   Ta’ Marbuah di akhir kata ditulis h a.

  ‘iddah C.

  Ditulis

  Ditulis

  ن

   Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah Ditulis Rangkap ةددعتم

  ya’ Y ye B.

  ي

  Hamzah ` apostrof

  ء

  ha’ H ha

  ه

  Wawu W we

  و

  Nun N en

  Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h.

  Ditulis Karâmah al-

  auliyā` ءايلولاا ةمرك c.

  Bila Ta’ Marbuah hidup dengan harakat, fatah, kasrah, atau ḍammah ditulis t.

  Ditulis Zakat al-firah

  ةرطفلا ةاكز D.

   Vokal Pendek __ Ditulis A

  Fat ḥah

  _ َ __

  Kasrah Ditulis

  I _ َ __

  Ditulis U Ḍammah

  _ َ E.

   Vokal Panjang Fat

  ḥah bertemu Alif

  Ā

  Ditulis

  Jahiliyyah ةيلهاج

  Fat

  ḥah bertemu Alif Layyinah

  Ā

  Ditulis

  Tansa ىسنت

  Kasrah bertemu ya’ mati Ī

  Ditulis

  Karīm يمرك

  Ḍammah bertemu wawu mati

  Ū

  Ditulis

  Furū ضورف

F. Vokal Rangkap

  Fat

  ḥah bertemu Ya’ Mati

  Ai

  Ditulis

  Bainakum مكنيب

  Fat

  ḥah bertemu Wawu Mati

  Au

  Ditulis

  Qaul لوق G.

   Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

  Ditulis A`antum

  متنأأ

  Ditulis

  U’iddat تدعأ

  Ditulis

  La’in syakartum تمركش نئل H.

   Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsyiyyah ditulis dengan menggunkan “al

  Ditulis Al-

  Qur`ān نارقلا

  Ditulis Al-

  Qiyās سايقلا

  Ditulis Al-

  Samā` ءامسلا

  Ditulis Al-Syams

  سمشلا

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

  Ditulis

  Żawi al-furū ضورفلا ىوذ

  Ditulis Ahl al-sunnah

  ةنسلا لها

  

ABSTRAK

  Robikah, Siti. 2018. Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al- Qur’an. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

  Kata Kunci: double movement, ahli kitab, Fazlur Rahman Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori hermeneutika double movement Fazlur Rahman dalam memahami term ahli kitab dalam al-

  Qur’an. Ahli kitab pada masa sekarang ini sering menjadi perdebatan dari berbagai pemikir Muslim. Hal ini dikarenakan adanya Surah yang menyatakan kebolehan menikahi ahli kitab (QS Al Maidah:5). Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif berbasis pada kajian pustaka berupa kajian tematik dengan menggunakan teori tokoh tafsir era kontemporer, Fazlur Rahman. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1), bagaimana hermeneutika double movement Fazlur Rahman?, (2) bagaimana aplikasi hermeneutika double movement Fazlur Rahman dalam pemahaman ahli kitab dalam al- Qur’an? dan (3) bagaimana relevansi aplikasi hermeneutika double movement Fazlur Rahman terhadap pemahaman term ahli kitab dalam konteks Indonesia? Untuk menjawab hal tersebut maka penulis menggunakan teori hermeneutika Gadamer yang berakhir pada teori aplikasinya. Hermeneutika Fazlur Rahman menurut beberapa peneliti mempunyai kemiripan dengan Gadamer.

  Dalam pengaplikasikan teori Rahman harus melihat tiga komponen utama yaitu situasi sekarang kembali ke situasi masa pewahyuan dan dikembalikan ke masa sekarang sebagai sebuah jawaban. Berdasarkan penelitian ini, menghasilkan tiga komponen penting yang harus ada dalam hermeneutika double movement Fazlur Rahman. Pertama, ahli kitab masa sekarang (sebagai sebuah problem), kedua ahli kitab pra Islam dan ahli kitab masa pewahyuan. Dari ketiga komponen tersebut akan dikembalikan pada masa sekarang sebagai sebuah jawaban. Problem yang ada mengenai ahli kitab masa sekarang adalah pertanyaan mengenai masih adakah ahli kitab pada masa ini? setelah ditarik ke masa pewahyuan dimana terbagi dalam tiga komponen yang telah disebutkan.

  Maka hasil akhir dari ahli kitab masa sekarang masih ada karena secara realitasnya Yahudi dan Nasrani tidak mengalami perubahan dalam hal teologis (keimanan). Nasrani masih tetap menuhankan Yesus dan Yahudi tetap pada kepercayaannya bahwa Uzair adalah anak Tuhan (at-Taubah:30). Menurut teori Rahman legal spesifik dari ahli kitab adalah masih adanya ahli kitab pada masa sekarang dan ideal moral (nilai yang dapat diambil) dari keragaman agama adalah adanya fastabiqul khoirat dan menemukan kalimatun sawa dalam semua agama. Yang pada akhirnya dapat membentuk masyarakat damai dan harmonisasi umat beragama tercapai. Setelah ditemukan adanya ideal moral tersebut maka relevansi aplikasi hermeneutika double movement dalam memahami term ahli kitab yaitu memperbolehkannya pernikahan beda agama dengan catatan dapat menerapkan kedua prinsip dengan komprehensif. Berlomba- lomba dalam kebaikan dan menemukan persatuan dalam kehidupan berumah tangga.

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikna skripsi ini yang berjudul

  “Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman terhadap Pemahaman Ahli Kitab Dalam Al- Qur’an”

  Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi dunia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama islam.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora (FUADAH) beserta jajarannya yang selalu memberikan dukungannya.

  3. Ibunda Tri Wahyu Hidayati, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

  IAIN Salatiga yang tidak lelahnya mengingatkan untuk selalu bersemangat dalam belajar dan selalu memberikan dukungan agar segera menyelesaikan tugas akhir ini.

  4. Ayahanda Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku Dosen Pembimbing dan motivator terbaik yang telah membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukan- masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Seluruh dosen dan petugas admin Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di IAIN

  Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung terkhusus untuk Bapak Farid Hasan, S.Thi, M.hum, yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan proposal dan selalu mengingatkan agar segera menyelesaikan tugas akhir dengan maksimal. Bu Ika, Pak Mujib dan Pak Tafin yang selalu memberikan pelayanan terbaiknya.

  6. Bapak Munawari dan Ibu Asiyah yang telah mencurahkan pengorbanan, kasih sayang dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. Begitu juga Abah Wafir Rahman dan Umi Lathifah yang selalu memberikan wejangannya agar dapat memaksimalkan diri untuk mengaji dan kuliah.

  7. Mbak Ula dan Mas Surur yang selalu memberikan dukungan agar segera melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya dan selalu direpotkan untuk translete ke bahasaannya. Ummul dan Ulil yang menyimpankan berjuta do’a untuk kesuksesan penulis.

  8. Motivator terbaik mas mk Ridwan yang tak pernah lelah memberikan pelajaran berharga untuk tetap selalu belajar, membaca dan menulis dari mulai titik nol hingga sekarang apa yang telah dicapai oleh penulis. Terima kasih pula untuk mbak Khairunnisa, Tio famor, Sifa Arif, Putri SKA, Puput dan Eka SKA yang selalu memberikan api penyemangat untuk tetap berkarya.

9. Keluarga besar IAT spesial untuk IAT 2014, Samsil, Day, Latep, Abrir, Fisa, Say,

  Mpok, Mbak Nopita, Dek Wahyu, Nisa, Nenok, Yusta, Ucu, Layla, Aditya yang melaju terus pantang mundur demi kesuksesan kita semua. Keluarga Mahasantri Denok, Rima, Mba Cho, Mba Am dan Mba Ana yang selalu memberikan tambahan asupan gizi setiap hari. Sahabat posko 101 pak ketua Ucil, Imam, Igun, Mamah, Karin, Yulia, Uyun inces, Bu Es, Santi yang telah memberikan banyak hadiah cerita dan tawanya. Teruntuk my twins Inay Hasanah yang selalu memberikan cerita beda tiap harinya.

  10. Teman-teman pesantrenku PPHQ Al Manshur yang selalu memberikan kesan indah kebersamaan teruntuk Ri_ul, Yaya, Ustadzah Midah, Foajri, Bu Kunul, Nyai Mas dan seluruh jajarannya. Terima kasih telah mau direpotkan, selalu menjadi pendengar setia saat bercerita bersama di pesantren. Dan untuk kalian anak-anak PPRT yang selalu mengajarkan kedewasaan dan kesabaran.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamualaikum Wr. Wb

  Salatiga, 15 Maret 2018 Penulis

  DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii

NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN .............................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv

DAFTAR ISI ................................................................................................... xvii

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................... 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7 E. Kajian Pustaka ...................................................................... 8 F. Dasar Pemikiran ................................................................... 14 G. Metodologi Penelitian ......................................................... 18 H. Sistematika Penulisan .......................................................... 20 BAB II : HERMENEUTIKA AL QUR’AN FAZLUR RAHMAN A. Hermeneutika Barat ............................................................. 19

  1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hermeneutika .............. 19 2.

  Model- model Hermeneutika ......................................... 23 B. Hermeneutika Barat dan Tafsir al-Qur’an ........................... 31 1.

  Teori kesadaran sejarah dan teori pra pemahaman ........ 32 2. Teori Fusion of Horizons dan Dirasat ma hawla

  al-Nashsh ........................................................................ 33 3.

  Teori Aplikasi dan Interpretasi Ma’na cum Maghza ..... 33 C. Teori Double Movement Fazlur Rahman ............................. 43 1.

  Setting Historis Rahman dan Teorinya ......................... 43 2. Contoh aplikasi Double Movement ............................... 56

  BAB III : PEMAHAMAN AHLI KITAB DARI BERBAGAI PERSPEKTIF A. Terminologi Ahli Kitab ........................................................ 60 B. Pergeseran Makna Ahli Kitab ............................................. 62 C. Apresiasi al-Qur’an Terhadap Ahli Kitab ........................... 72 BAB IV : APLIKASI HERMENEUTIKA DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN TERHADAP PEMAKNAAN AHLI KITAB A. Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Pemaknaan Ahli Kitab ......................................................... 86 1. Ahli Kitab Masa Sekarang ............................................ 86 2. Ahli Kitab Masa Pra-Islam ............................................ 92 3. Ahli Kitab Masa Pewahyuan ......................................... 97 a. Masa Pewahyuan di Mekah .................................... 97

  b.

  Masa Pewahyuan di Madinah ................................. 101 4. Ahli Kitab Masa Sekarang Sebagai Jawaban ................ 111 B. Skema Double Movement dalam Memahami ahli kitab ..... 113 C. Relevansi Aplikasi Double Movement Terhadap Pemaknaan

  Ahli Kitab Dalam Konteks Indonesia ................................. 113

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 114 B. Saran .................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 119

CURICULUM VITAE ................................................................................... 124

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  “Shahih li Kulli zaman wa makan” adalah salah satu tujuan terpenting atas al- Qur’an sebagai petunjuk umat Islam. Al-Qur’an tidak akan mampu memberi petunjuk kepada umat Islam jika umat Islam sendiri tidak tergerak untuk mengungkap rahasia ayat-ayat al-

  Qur’an. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengungkapkan rahasia ayat al- Qur’an adalah dengan melakukan penafsiran. Tafsir telah ada sejak Nabi Muhammad yang kemudian dilanjutkan pada masa Sahabat sampai pada masa kontemporer saat ini. Pendekatan yang digunakan para Mufasir dari masa klasik hingga kontemporer semakin beragam.

  Belakangan ini, ada sejumlah pemikir muslim kontemporer yang ingin memperkenalkan hermeneutika sebagai pendekatan atau bahkan pengganti Ilmu

  1

  al- Qur’an dan tafsir.

  Hermeneutika dimunculkan sebagai salah satu metode penafsiran dikarenakan anggapan bahwa metode terdahulu tidak mempunyai variabel kontekstualisasi. Metodologi tafsir yang dikembangkan ulama masa lalu, diasumsikan terlalu memandang sebelah mata terhadap kemampuan akal publik, terlalu memberhalakan teks dan mengabaikan realitas. Paradigma tafsir klasik dianggap memaksakan prinsip-prinsip universal al-

  Qur’an dalam konteks apapun ke dalam teks al- Qur’an. Akibatnya pemahaman yang muncul cenderung

1 Lihat Abdul Muqtasim-Sahiron Syamsuddin (ed), Studi Al-

  Qur’an Kontemporer: Wacana tekstualis-literalis. Dengan demikian menurut pandangan ini, dekontruksi sekaligus rekonstruksi metodologi penafsiran al- Qur’an adalah suatu

  2 keniscayaan.

  Kemunculan hermeneutika sebagai metode penafsiran al- Qur’an tidak berjalan secara mulus. Kontroversi hermeneutika semakin marak ketika banyak dari mufasir kontemporer memunculkan metode hermeneutika sebagai metode baru untuk menafsirkan al- Qur’an. Sebagai contoh Hassan Hanafi menjelaskan bahwa hermeneutika bukan sekedar teori penafsiran dan pemahaman, namun ia adalah ilmu yang menerangkan proses penerimaan wahyu sejak perkataan sampai pada tingkat kenyataan, serta meggambarkan pemikiran Tuhan kepada manusia. Untuk dapat memahami teks sangat diperlukan kritik kesejarahan, guna menjamin keaslian sebuah teks atau kitab suci. Hassan Hanafi menilai bahwa belum tentu semua teks bebas dari ketidakaslian dan tidak mengalami distorsi kepentingan ideologis maupun politis. Mengetahui keaslian teks akan

  3 mempermudah proses penafsiran dan menghasilkan pemahaman yang tepat.

  Berbeda dengan pernyataan Hassan Hanafi di atas, sebagian kalangan yang menolak adanya hermenutika sebagai metode tafsir mengatakan bahwa hermeneutika berasal dari Barat dan digunakan pada awalnya untuk mengkritisi kitab suci Bibel. Adian Husaini sebagai salah satu dari golongan tersebut, mengatakan terdapat tiga persoalan besar apabila hermeneutika diterapkan

  2 Sudarto Muwafiq, “Hermeneutika Al Quran: Kritik Atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid”, Akademika, (Vol.9, No.1, Juni 2015), hlm. 3 Reflita, “Kontroversi Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir(menimbang Penggunaan

Hermeneutika dalam Penafsiran Al Quran), Jurnal Ushuluddin, (Vol.24, No.2, Juli-Desember dalam tafsir al- Qur’an. Pertama, hermeneutika menghendaki sikap yang kritis dan bahkan cenderung curiga. Sebuah teks bagi seorang hermeneut tidak bisa lepas dari kepentingan-kepentingan tertentu, baik dari si pembuat teks maupun budaya masyarakat pada saat teks itu dilahirkan. Kedua, hermeneutika cenderung memandang teks sebagai produk budaya (manusia) dan mengabaikan hal-hal yang sifatnya transenden (illahiyyah). Ketiga, aliran hermeneutika sangat plural, karenanya kebenaran tafsir ini menjadi sangat relatif, yang pada

  4

  gilirannnya menjadi repot untuk diterapkan. Hal tersebut tidak menjadi hal yang perlu diperdebatkan karena jika dilihat pada masing-masing golongan mempunyai landasan atas apa yang diungkapkannya.

  Pada masa kontemporer ini, bisa dilihat bahwa problematika yang dihadapi oleh umat Islam semakin beragam dan memang harus ada pembaharuan metode penafsiran yang memperhatikan konteks kehidupan di masa sekarang. Maka dari itu, meskipun terdapat pro dan kontra atas hermeneutika tidaklah menjadi kekeliruan ketika umat Islam menggunakan metode tersebut untuk menafsirkan al-

  Qur’an. Salah satu tokoh yang telah menerapkan hermeneutika sebagai metode tafsir al- Qur’an yaitu Fazlur Rahman. Salah satu tokoh pembaharu dalam Islam kelahiran Pakistan, menawarkan satu metode tafsir dalam memahami teks al-

  Qur’an yang dinamai dengan double movement theory, dimana gerakan pertama merupakan penjabaran dari tiga pendekatan penafsiran al-

  Qur’an yaitu pendekatan historis, kontekstual dan sosiologis. Sedang gerakan 4 Reflita, “Kontroversi Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir(menimbang Penggunaan

  Hermeneutika dalam Penafsiran Al Quran) ”, hlm. 142 kedua merupakan upaya merumuskan prinsip, nilai, dan tujuan al- Qur’an yang telah disistematisasikan melalui gerakan pertama terhadap situasi atau kasus

  5

  aktual saat ini. Dalam hal ini penulis mencoba mengaplikasikan hermeneutika Fazlur Rahman (selanjutnya akan ditulis Rahman) untuk memahami term ahli kitab dalam al-

  Qur’an yang berimplikasi pada problem pernikahan beda agama. Pernikahan beda agama menjadi sebuah problem yang masih diperbincangkan sampai saat ini. Dapat dilihat dalam Fatwa Majelis Ulama

  Indonesia Nomor: 4/MUNAS VII/ MUI/8/2005 memutuskan bahwa pernikahan beda agama antara laki-laki muslim dengan ahli kitab menurut

  qaul mu’tamad

  6

  adalah tidak sah (haram). Hal ini juga dijelaskan dalam al- Qur’an Q.S. Al

  Baqarah:221,

  

           

           

            

        

  221. dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang 5 Labib Muttaqin, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Doktrin

  

Kewarisan Islam Klasik”, Al Manahij:Jurnal Kajian Hukum Islam, (Vol.VII, No.2, Juli 2013),

hlm.196 6 Majelis Ulama Indonesia dalam Musywarah Nasional MUI VII pada tanggal 19-22 Jumadil

  musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

  Ayat tersebut menjelaskan secara tekstual jika tidak diperbolehkannya orang Islam (laki-laki) menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Berbeda dengan ayat diatas, jika melihat dalam QS Al Maidah:5 menjelaskan bahwa adanya kebolehan menikahi ahli kitab bagi orang Islam.

  

          

         

        

          

        5. pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal

  (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.

  Dari kedua ayat tersebut menjadi penyebab adanya perbedaan pendapat dari kalangan para Ulama. Yang menjadi sorotan utama pada kedua ayat tersebut adalah membedakan antara wanita musyrik (yang dilarang untuk dinikahi) dan Ahli kitab (yang boleh dinikahi). Maka dari itu menjadi kegelisahan penulis untuk mencari masih adakah ahli kitab yang dimaksudkan dalam ayat tersebut dengan mencoba mengaplikasikan hermeneutika Fazlur Rahman dalam memecahkan problematika nikah beda agama di kalangan umat Islam.

  Ada beberapa alasan akademik penulis memilih riset dengan tema hermeneutika oleh tokoh Fazlur Rahman dan diaplikasikan untuk memahami term Ahli kitab bukan yang lain. Pertama, Rahman adalah salah satu garda depan pencetus hermeneutika yang digunakan untuk menafsirkan al-

  Qur’an.

  Kedua, Hermeneutika Rahman menarik untuk diteliti dikarenakan konsep yang

  dicetuskan sistematis dan mudah dipahami. Ketiga, pemahaman atas term Ahli kitab masih penting untuk diperjelas karena menimbulkan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan umat. Maka dari itu penulis ingin menerapkan hermeneutika Rahman untuk memahami term Ahli kitab yang implikasinya pada problem pernikahan beda agama.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana konsep hermeneutika Fazlur Rahman? 2. Bagaimana Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur Rahman terhadap pemahaman term Ahli kitab dalam al-

  Qur’an? 3. Bagaimana Relevansi Aplikasi Hermeneutika Double Movement Fazlur

  Rahman terhadap pemahaman term Ahli kitab dalam Konteks Indonesia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui konsep hermeneutika Fazlur Rahman.

  2. Untuk mengetahui Aplikasi Hermeneutika Fazlur Rahman terhadap pemahaman term ahli kitab dalam al- Qur’an.

3. Untuk Mengetahui Relevansi Aplikasi Hermeneutika Double Movement

  Fazlur Rahman terhadap pemahaman term Ahli kitab dalam Konteks Indonesia.

D. Manfaat dan Kontribusi

  Sebuah karya akademik harus memiliki manfaat dan kontribusi dalam pengembangan keilmuan Islam, dalam konteks ini adalah studi al- Qur’an.

  Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk mencari pengertian yang jelas tentang term ahli kitab dalam al- Qur’an dengan metode hermeneutika Fazlur Rahman. Secara terperinci manfaat dan kontribusi penelitian ini, sebagai berikut: 1.

  Memperluas kajian seputar metodologi penafsiran al-Qur’an sebagai salah satu sarana untuk menjawab problematika di era kontemporer ini salah satunya dengan metode hermeneutika.

  2. Penelitian ini diharapkan dapat memperbarui mindset umat Muslim mengenai term-term al- Qur’an yang masih menimbulkan kontroversi di antara pendapat para Ulama’.

  3. Memberikan wawasan tentang double movement theory yang diaplikasikan pada term ahli kitab dalam al- Qur’an dan menemukan pesan al- Qur’an secara kontekstual.

E. Kajian Pustaka

  Disertasi yang telah dibukukan karya Ahmad Syukri pada tahun 2007 dengan judul

  “Metodologi Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Dalam Pemikiran Fazlur Rahman” menjelaskan bahwa: pertama, metode tafsir Rahman muncul

  disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam menafsirkan al- Qur’an, metode klasik dan modern tidak lagi kondusif bagi kehidupan umat Islam dewasa ini. Para pakar modern belum mampu menawarkan metode tafsir yang sistematis dan setia pada ajaran al-

  Qur’an dalam menghadapi persoalan kontemporer. Maka dari itu, menurut Rahman perlunya rancangan sebuah metode tafsir yang dapat berlaku adil terhadap tuntunan intelektual dan integritas moral yang mengacu pada kritik sejarah dalam pengertian yang lebih luas. Metode yang diusulkannya berbeda dengan para mufasir sebelumnya, dimana ia mengusulkan pendekatan sejarah dan hermeneutika yang diserap dari sumber klasik dan modern Islam serta Barat kontemporer.

  Kedua, proses perumusan metode ini berlangsung tidak kurang dari 12

  tahun. Gagasan pertama dengan nama metode penafsiran sisitematis, kemudian disempurnakan dengan dua gerakan pemikiran hukum, yaitu pemikiran dengan berangka dari yang khusus kepada yang umum, kemudian dari umum ke khusus. Akhirnya, metode ini hadir dalam bentuknya yang final dengan nama gerakan ganda. Ketiga, gerakan ganda didefinisikan sebagai sebuah metode yang bertolak dari situasi sekarang menuju masa al-

  Qur’an diturunkan lalu kembali pada masa sekarang. Keberadaan metode Rahman merupakan kontribusi yang sangat berarti dalam sejarah perkembangan al-

  Qur’an metode tafsir kontemporer. Metode Rahman menjadikan asbab al-nuzul dan konteks historis- sosiologis masyarakat di mana al- Qur’an diturunkan sebagai pertimbangan dalam menggali prinsip-prinsip umum dan mengajukan model penafsiran yang memperlihatkan keterkaitan aspek teologi, etika, dan hukum yang merupakan

  7 manifestasi syariat Islam.

  “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur Rahman Terhadap Doktrin

  Kewarisan Islam Klasik ” artikel yang ditulis oleh Labib Muttaqin dalam jurnal

  Al Manahij Vol. VII, No.2, Juli 2013 berisi tentang tawaran Rahman terhadap suatu metode penggalian hukum agar prinsip-prinsip umum dan semangat teks al-

  Qur’an tetap tertanam dalam suatu hukum. Metode yang dikembangkan oleh Rahman mengupayakan agar al-

  Qur’an tidak hanya dipahami sebagai doktrin normatif semata, tetapi juga harus dikembangkan menjadi konsepsi operatif, sehingga tetap adanya kesinambungan dan relevansi dari suatu teks al-

  Qur’an dengan realitas sosial yang terus berlangsung. Berkembangnya suatu peradaban dan tatanan sosial adalah sebuah keniscayaan. Hal ini juga berlaku pada eksistensi dan peran perempuan pada saat ini baik dalam ranah publik maupun domestik. Realitas inilah yang kemudian dijadikan indikator bagi Rahman dalam menafsirkan kembali teks-teks kewarisan yang ada dalam al-

  Qur’an. Dalam re- interpretasinya, Rahman menggunakan teori double movement dengan pendekatan historis-kontekstual yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa

7 Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al Quran Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur

  ketentuan pembagian waris antara laki-laki dan perempuan yang tadinya dipahami 2:1 menjadi 1:1.

  Dr. Sa’dullah Assa’idi dalam bukunya “Pemahaman Tematik Al-Qur’an

  menurut Fazlur Rahman” yang diterbitkan oleh Pustaka pelajar pada November

  2013 memusatkan pembahasannya pada telaah metodologis atas Major Themes

  of the Qur’an karya Fazlur Rahman. Metodologi yang dimaksud merupakan

  suatu analisis dan pengaturan yang sistemik mengenai prinsip dan proses rasional serta eksperimental, dan mengarah pada penyelidikan ilmiah.

  Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada filsafat rasionalisme. Langkah yang ditempuh selalu dimulai dengan berfikir menggunakan rasio, karena yang menjadi objek penelitian itu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun di atas kemampuan argumentasi secara logis.

  Studi tentang pemikiran tafsir atas

  Major Themes of the Qur’an karya

  Fazlur Rahman mempunyai muatan kontributif terhadap bidang keilmuan sumber ajaran Islam, yaitu ilmu-ilmu al- Qur’an (Ulum al-Qur’an) terutama ilmu tafsir al- Qur’an. Paradigma Rahman tentang pandangan al-Qur’an yang kohesif mengenai alam semesta dan kehidupan memberikan perluasan misi “tafsir”, bukan sekedar berarti menjelaskan ayat al-

  Qur’an, akan tetapi justru menafsirkannya dalam arti memberikan petunjuk. Studi tafsir al- Qur’an menggunakan paradigma Rahman dapat memberikan kontribusi dalam

8 Labib Muttaqin, “Aplikasi Teori Double Movement Fazlur rahman Terhadap Doktrin

  pengembangan ilmu-ilmu Islam. Jadi, buku ini merupakan book review karya Fazlur Rahman Major Themes of the Qur’an.

  Tulisan Mawardi

  “Hermeneutika al-Qur’an Fazlur Rahman (Teori Double Movement” dalam buku Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis yang

  diterbitkan oleh eLSAQ Press pada tahun 2010 berisi tentang teori double

  movement terdiri dari dua gerakan. Pertama, dari arti khusus (partikular) ke

  umum (general). Artinya sebelum seorang mufasir mengambil kesimpulan hukum, ia harus mengetahui terlebih dahulu arti yang dikehendaki secara tekstual dalam suatu ayat dengan meniliti alasan hukumnya, baik yang disebut eksplisit maupun implisit. Gambaran setting sosial masyarakat Arab baik yang berkenaan dengan adat kebiasaan, pranata sosial, maupun kehidupan keagamaan saat al-Quran diturunkan, juga harus diperhatikan secara serius oleh seorang mufasir. Setelah itu, dilakukan generalisasi terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh al-

  Qur’an. Adapun mengenai ayat-ayat teologis-metafisis, Rahman menawarkan sebuah pendekatan sintesis logis, yaitu pendekatan dengan mengevaluasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema yang akan dibahas dan

  9 yang berhubungan tidak selalu berbicara tentang tema yang sama.

  Artikel jurnal Al-Dzikra dengan judul

  “Konsep Ahlul al-kitab dalam Al- Qur’an Menurut Penafsiran Muhammed Arkoun dan nurcholish Madjid” yang

  ditulis oleh Andi Eka Putra Dosen Fakultas ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung diterbitkan pada Vol.X,No.1, Januari-Juni tahun 2016 ini menjelaskan

9 Kurdi,dkk, Hermeneutka Al-

  Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2010),hlm. 59- tentang konsep ahli kitab dalam perspektif Arkoun dan Nurcholish Madjid. Keduanya melihat komunitas Ahli kitab tidak hanya pada agama Yahudi dan Nasrani saja akan tetapi bagi mereka yang menganut kitab suci berdasarkan keyakinan mereka masing-masing. Dalam hal ini Cak Nur dan Arkoun menawarkan model penafsiran baru dengan memasukkan pertimbangan relasi antar umat beragama yang semakin inklusif dan dialogis. Perbedaannya jika Cak Nur tetap menggunakan kata ahli kitab akan tetapi Arkoun mengubahnya menjadi masyarakat kitab. Implikasi dari tafsiran Cak Nur dan Arkoun mengenai ahli kitab dalam al-

  Qur’an memberikan wawasan baru seputar hubungan antar umat beragama. Keduanya menawarkan konsep yang bermuara pada rethinking

  Islam , memikirkan kembali Islam dalam menerima keberadaan agama lain.

  Konsep Ahli kitab dalam al- Qur’an pada prinsipnya mengajak umat beragama untuk saling menyapa, berdialog dan hidup dalam kedamaian dan ketentraman

  10 bersama.

  Waryono Abdul Ghafur menuliskan dalam bukunya yang berjudul

  “Persaudaraan Agama-Agama, Millah Ibrahim dalam Tafsir Al Mizan”

  diterbitkan oleh mizan pada November 2016 juga menjelaskan perihal ahli kitab dalam tafsir Al Mizan. Dia membagi Ahli kitab menjadi dua bagian yaitu ahli kitab yang mukmin dan Ahli kitab yang kafir. Dalam buku ini pembahasan ahli kitab hanya secara singkat dengan mencari ayat yang berhubungan dengan ahli

10 Andi Eka Putra,”Konsep Ahlil al-Kitab dalam Al Quran Menurut Penafsiran Muhammed

  kitab kemudian menafsirkannya dengan menggunakan tafsir Al Mizan karya Thabathaba’i.

  Artikel Ali Masrur dengan judul “Ahli kitab Dalam Al-Qur’an (Model

  Penafsiran Fazlur Rahman)”. Dalam tulisannya, Masrur menjelaskan

  keselamatan ahli kitab dalam perspektif Fazlur Rahman, yang pada akhir tulisannya tersebut, Masrur memberikan kritikan terhadap pemikiran Fazlur Rahman. Menurutnya, dalam menafsirkan ayat mengenai keselamatan ahli kitab Rahman lebih menekankan pada esensi dan substansi ajaran Islam. Masrur juga menyimpulkan dari pemikiran Rahman mengenai ahli kitab bahwa ahli kitab tidak hanya terbatas pada Yahudi dan Nasrani akan tetapi semua agama yang mempunyai seorang utusan pembawa berita.

  Dengan adanya pencarian penelitian ataupun artikel sebelumnya, maka didapati bahwa penelitian ini mempunyai kesamaan pada pembahasan teori

  double movement Fazlur Rahman dengan mengkonsentrasikan pembahasan

  yang berbeda-beda. Ahmad Syukri dan Mawardi mengkonsentrasikan pembahasan secara mendalam pada metodologi teori double movement Fazlur Rahman. Dalam tulisannya, Labib Muttaqin menjelaskan aplikasi double movement pada problem kewarisan Islam. Kemudian,

  Dr. Sa’dullah yang membahas tentang metode yang digunakan Fazlur Rahman dalam bukunya

  Major Themes of the Quran . Artikel yang membahas tentang ahli kitab seperti

  Andi Eka dan Waryono akan tetapi memiliki perbedaan pada penggunaan 11 Waryono Abdul Ghofur, Persaudaraan Agama-Agama;Millah Ibrahim dalam Tafsir Al metodenya. Penelitian Ali Masrur yang berfokus pada ahli kitab dengan metode penafsiran Fazlur Rahman sebenarnya mempunyai kesamaan yang signifikan, akan tetapi tulisan ini mengfokuskan pada aplikasi gerakan ganda Fazlur Rahman yang akan menghasilkan sebuah pembahasan mengenai ahli kitab masa sekarang, ahli kitab pra-Islam dan ahli kitab masa pewahyuan. Ketiga aspek ini merupakan tahapan-tahapan dalam teori double movement Fazlur Rahman, yang mana hal tersebut tidak tersentuh dalam artikel Ali Masrur. Meskipun telah banyak yang membahas mengenai double movement dan ahli kitab akan tetapi tidak ada kesamaan dengan tulisan ini.

F. Dasar Pemikiran

  Dalam penelitian ilmiah, kerangka teori sangat diperlukan untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi masalah yang hendak diteliti sebagai acuan dalam melakukan analisis pada konteks masalah yang hendak dicarikan jawabannya. Sehingga dalam penelitian aplikasi double movement

  theory Fazlur Rahman ini menggunakan teori application Hans Goerge Gadamer sebagai teori inti.

1. Teori “Penerapan/Aplikasi” Gadamer (Anwendung, application)

  Awalnya tradisi hermeneutik dibedakan menjadi problem atau seluk beluk pemahaman (understanding, substilitas intelegendi), dan problem penafsiran (interpretation, substilitas explicandi.) Baru kemudian dalam tradisi pietisme ditambah elemen ketiga yaitu problem penerapan

  12

  (application, substilitas applicandi). Dengan menekankan elemen ketiga itu, yang belum masuk dalam konsep hermeneutik Schleiermacher maupun Dilthey, Gadamer ingin menekankan bahwa penafsiran bukan suatu elemen tambahan yang bisa kadang-kadang saja dilakukan setelah

  13 pemahaman dilakukan.

  Penggabungan batin pemahaman dan penafsiran