Uji analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali [Tinaspora crispa [L.] Miers.] pada mencit putih jantan swiss dengan metode rangsang kimia - USD Repository

  UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% BATANG BROTOWALI ( Tinospora crispa (L.) Miers.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  R.R. Fransiska Dewi Kusumo Wardhani NIM: 048114090

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

  UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% BATANG BROTOWALI ( Tinospora crispa (L.) Miers.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  R.R. Fransiska Dewi Kusumo Wardhani NIM: 048114090

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

   HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan karyaku kepada......

  

Allah Bapa di surga , putra-Nya Yesus Kristus Juru Selamatku, dan Bunda Maria

Papa dan Mama tercinta atas semua cinta dan doanya Kakak dan seluruh keluargaku tercinta Semua sahabat-sahabatku yang selalu setia memberikan dukungan dan doa Almamaterku tercinta

  

“Dia slalu pegang janji-Nya bagi orang percaya, mukjizat

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Uji Analgetik Ekstrak Etanol 70% Batang Brotowali (Tinospora Crispa (L.) Miers.) pada Mencit Putih Jantan Swiss dengan Metode Rangsang Kimia”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Rita Suhadi , M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen Pembimbing Akademis.

  2. Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama atas bimbingan, pengarahan, dan dukungannya selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan , kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  6. Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang telah membantu dalam penyediaan serbuk simplisia batang brotowali dan determinasi tumbuhan.

  7. Kedua orang tuaku Agustinus Wibowo S. dan Laela Suwaela yang selalu mendoakan dan memberi motivasi dan materi dalam mendukung penelitian ini serta kakakku yang memberi semangat tersendiri.

  8. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku, terutama sepupuku Dita dan Winda.

  9. Teman-teman “seperjuangan” di Laboratorium, Meidina, Anggi, Indra dan Filisia yang banyak membantu saat penelitian.

  10. Teman-teman angkatan 2004 terutama kelompok praktikum D, Ivonne, Indah, Suster Amandine, Ratna, Rizky, Widya, Avi, Feri DS, dan teman-teman FKK angkatan 2004, terima kasih atas kerjasamanya dan dukungannya selama ini.

  11. Teman-teman kos Zusi Arib, Meli, Tuti, Mamith, Ntrie, Archy, Evi, Ma’dum, Lina, Thea, Mukti, Ina, Kristin, Angel, Hilaria, dan Vivi, terima kasih atas canda tawa, dukungan, dan rasa persaudaraan yang telah diberikan selama ini.

  12. Sahabat-sahabatku Livia, Rani, Honey, Didit, Elly, Cindy, Vita, terima kasih atas dukungannya yang membuat penulis tetap bersemangat.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dalam hal isi, maupun bahasa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 31 Juli 2008 Penulis

  

INTISARI

  Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.) merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Brotowali sering digunakan dalam pengobatan demam, sakit perut, rematik, sakit kuning, gatal-gatal, sakit kepala, dan kencing manis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek analgetik dan besarnya daya analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali pada mencit jantan.

  Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah. Subyek uji yang digunakan yaitu mencit putih jantan Swiss sebanyak 42 ekor, yang terbagi dalam 6 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif menggunakan natrium karboksimetilselulose 0,5%. Kelompok II sebagai kontrol positif menggunakan suspensi parasetamol dalam natrium karboksimetilselulose 0,5% dengan dosis 91 mg/kgBB. Kelompok III-VI sebagai kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% batang brotowali dengan dosis 66; 132; 264; dan 528 mg/kgBB. Bahan uji dan kontrol diberikan secara peroral. Setelah 15 menit, rangsang asam asetat dosis 100 mg/kgBB diberikan secara intraperitoneal kemudian geliat mencit diamati dan dicatat dalam kurun waktu 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk persentase penghambatan geliat. Data yang diperoleh dianalisis mengunakan uji Kolmogorov-Smirnov, One- Way ANOVA , dan dilanjutkan dengan uji LSD.

  Pada penelitian ini diperoleh persentase penghambatan geliat pada parasetamol dosis 91 mg/kgBB sebesar 55,71% dan ekstrak etanol 70% batang brotowali dosis 66; 132; 264; dan 528 mg/kgBB sebesar 49,27%, 67,57%, 79,83%, dan 86,69%.

  Kata kunci : analgetik, ekstrak etanol 70% batang brotowali

  

ABSTRACT

  Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.) is one of plants that can be used as a traditional medicine. Brotowali is often used by people as therapy for antipyretic, stomachache, rheumatic, jaundice, itc, headache and antidiabetes. The research had been done to prove the analgetic effect and analgetic potency of 70% ethanolic extract of brotowali’s stems.

  The research was a pure experimental research with one way random complete design. The test subjects were 42 white male Swiss mice and separated on 6 groups. Group I as a negative control used natrium carboxymethylcellulose 0,5%. Group II as a positive control used paracetamol suspension in natrium carboxymethylcellulose 0.5% which dosage was 91 mg/kg of body weight. Groups

  III-VI as groups test used 70% ethanolic extract of brotowali’s stems which dosage were 66; 132; 264; and 528 mg/kg of body weight. Extract and control were given by oral injection. Fifteen minutes later, acetic acid was given in mice by intraperitoneal administration, dosage 100 mg/kg of body weight. The writhing responds are watched closely and booked every 5 minutes in 60 minutes. The accumulation numbers of the writhing responds are transferred into the form of resistance percentage of writhing protection. The data which is got from the calculation, later, is analyzed statistically by Kolmogorov-Smirnov, One Way ANOVA, and LSD Test.

  By this experiments, percentage of writhing protection in paracetamol at 91 mg/kgBB were 55.71% and 70% ethanolic extract of brotowali’s stems at 66; 132; 264; and 528 mg/kg of body weight were 49.27%, 67.57%, 79.83%, and 86.69%. Keyword : analgetic, ethanolic extract of brotowali’s stems

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………… ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. iii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iv HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. v PRAKATA……………………………………....………………………… vi PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………. ix

  INTISARI………………………………………………………………… x

  

ABSTRACT ………………………………………………………………... xi

  DAFTAR ISI………………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xvi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xviii DAFTAR LAMPIRAN…….……………………………………………... xx BAB I. PENGANTAR…………………………………………………….

  1 A. Latar Belakang………………………………………………………….

  1

  1. Permasalahan……………………………………………………………

  3

  2. Keaslian Penelitian……………………………………………………... 3 3. Manfaat Penelitian……………………………………………………...

  5 B. Tujuan Penelitian………………………………………………………..

  5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..........................................................

  6 A. Tumbuhan brotowali ................................................................................

  6 1. Keterangan botani...........................................................................

  6

  2. Morfologi ..........................................................................................

  6 3. Nama Daerah ......................................................................................

  6 4. Kandungan Kimia ..............................................................................

  6

  5. Kegunaan............................................................................................ 8 B. Metode Penyarian .....................................................................................

  9 C. Radikal Bebas dan Antioksidan ................................................................

  10 1. Radikal Bebas ....................................................................................

  10 2. Antioksidan .......................................................................................

  11 D. Nyeri .........................................................................................................

  12 1. Definisi Nyeri.....................................................................................

  12 2. Jenis Nyeri..........................................................................................

  13 3. Mekanisme Nyeri................................................................................

  14 E. Analgetika .................................................................................................

  19 F. Parasetamol...............................................................................................

  20 G. Metode Pengujian Efek Analgesik ...........................................................

  22 H. Landasan Teori .........................................................................................

  26 I. Hipotesis ..................................................................................................

  28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................

  29 A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................

  29 B. Metode Penelitian ......................................................................................

  29 C. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................

  30 1. Variabel .............................................................................................

  30 2. Definisi Operasional ..........................................................................

  31

  D. Bahan Penelitian .......................................................................................

  31 E. Alat Atau Instrumen Penelitian ..................................................................

  33 1. Alat Ekstraksi ......................................................................................

  33

  2. Alat Uji Geliat........................................................................................ 33 F. Tata Cara Penelitian ...................................................................................

  33 1. Pembuatan Sediaan Uji .......................................................................

  33 2. Uji pendahuluan ..................................................................................

  38 3. Uji Utama ..........................................................................................

  42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................

  46 A. Pengumpulan Bahan dan Pembuatan Serbuk .......................................... 46 B. Pembuatan Ekstrak Batang Brotowali .....................................................

  47 C. Uji Pendahuluan .......................................................................................

  48 1. Penetapan kriteria geliat ...................................................................

  49 2. Penetapan dosis asam asetat .............................................................

  49 3. Penetapan kontrol negatif .................................................................

  51

  4. Penetapan dosis parasetamol dan ekstrak batang brotowali ...........................................................................................

  53

  5. Penetapan selang waktu pemberian antara parasetamol dengan rangsang asam asetat ........................................................................

  57

  6. Penetapan selang waktu pemberian antara ekstrak batang brotowali dengan rangsang asam asetat ............................................ 59 D. Pengujian Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Batang Brotowali............

  61

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

  74 A. Kesimpulan ..............................................................................................

  74 B. Saran .........................................................................................................

  74 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

  75 LAMPIRAN ..................................................................................................

  79 BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 129

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis efektif asam asetat......................................................................... 50 Tabel II. Jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan kontrol negatif ........................................................................................... 52 Tabel III. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan geliat pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanol 70% batang brotowali............................................................................ 54 Tabel IV. Hasil analisis LSD % penghambatan geliat pada penetapan dosis parasetamol dan ekstrak batang brotowali.......................... 56 Tabel V. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan geliat pada penetapan selang waktu pemberian antara parasetamol dengan rangsang asam asetat................................................................... 58 Tabel VI. Hasil analisis uji LSD % penghambatan geliat pada penetapan selang waktu pemberian antara parasetamol 91 mg/kgBB dengan rangsang asam asetat.................................................................... 59 Tabel VII. Jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan geliat pada penetapan selang waktu pemberian antara ekstrak brotowali 264 mg/kgBB dengan rangsang asam asetat....................................... 60

  Tabel VIII. Hasil analisis uji LSD % penghambatan geliat pada penetapan selang waktu pemberian antara parasetamol dengan rangsang

  asam asetat................................................................................... 61 Tabel IX. Jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan geliat pada kelompok perlakuan uji utama........................................... 64 Tabel X. Hasil analisis uji LSD % penghambatan geliat pada kelompok perlakuan..................................................................................... 66 Tabel XI. Persentase penghambatan geliat pada kelompok perlakuan mencit jantan dan betina............................................................. 70

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Kerangka flavonoid (1a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (1b) ..........................................................................

  7 Gambar 2. Mekanisme proses nyeri ......................................................... 16 Gambar 3. Perombakan asam arakhidonat................................................ 17 Gambar 4. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari sumsum tulang belakang......................................................................... 18 Gambar 5. Struktur molekul parasetamol .................................................. 21 Gambar 6. Skema kerja penelitian ............................................................ 45 Gambar 7. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis efektif asam asetat.......................................................... 50 Gambar 8. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan kontrol negatif............................................................................. 52 Gambar 9. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat (a) dan

  % penghambatan geliat (b) pada penetapan dosis parasetamol................................................................................ 55 Gambar 10. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat (a) dan % penghambatan geliat (b) pada penetapan dosis ekstrak etanol 70 % batang brotowali.................................................... 55 Gambar 11. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat (a) dan

  pada penetapan selang waktu pemberian

  % penghambatan geliat (b)

  antara parasetamol 91 mg/kgBB dengan rangsang asam asetat............

  58 Gambar 12. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat (a) dan % penghambatan geliat (b) pada penetapan selang waktu pemberian antara ekstrak batang brotowali dengan rangsang asam asetat... 60 Gambar 13. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat (a) dan % penghambatan geliat (b) pada pengujian efek analgetik........ 65 Gambar 14. Perbandingan rata-rata % penghambatan geliat ekstrak batang brotowali pada mencit jantan dan mencit betina.....................................

  71 Gambar 15. Rata-rata % penghambatan geliat dari infusa batang brotowali pada mencit betina (a) dan ekstrak etanol batang brotowali pada mencit jantan (b).......................................................................... 72 Gambar 16. Tumbuhan brotowali ................................................................ 81 Gambar 17. Batang brotowali ....................................................................... 81 Gambar 18. Serbuk batang brotowali ........................................................... 82 Gambar 19. Ekstrak etanol 70% batang brotowali, (a) ekstrak cair, (b) ekstrak kental......................................................................................... 82 Gambar 20. Geliat mencit............................................................................. 83

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat keterangan determinasi simplisia batang brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers................................................ 78 Lampiran 2. Foto tumbuhan, batang, serbuk batang brotowali, ekstrak etanol 70% batang brotowali dan geliat mencit...................

  81 Lampiran 3. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis statisitk pada penetapan dosis efektif asam asetat.....................

  84 Lampiran 4. Data jumlah geliat hewan uji kontrol negatif (CMC-Na) dan hasil analsis statisitik pada penetapan kontrol negatif.......... 86 Lampiran 5. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif parasetamol dan penetapan dosis efektif ekstrak etanol 70% batang brotowali................ 88 Lampiran 6. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif parasetamol dan penetapan dosis efektif ekstrak etanol 70% batang brotowali.................

  91 Lampiran 7. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian efektif antara parasetamol dengan asam asetat.............................................. 93

  Lampiran 8. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian efektif antara parasetamol dengan asam asetat.............................................. 95

  Lampiran 9. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian efektif antara ekstrak brotowali (264 mg/kgBB) dengan asam asetat........... 97 Lampiran 10. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis variansi satu arah pada penetapan selang waktu pemberian efektif antara ekstrak brotowali (264 mg/kgBB) dengan asam asetat........... 99 Lampiran 11. Data jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat dan hasil analisis statistik pada semua kelompok perlakuan......... 101 Lampiran 12. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis statistik pada semua kelompok perlakuan..................................................... 116 Lampiran 13. % Potensi relatif ekstrak terhadap parasetamol....................... 121 Lampiran 14. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis statistik semua kelompok perlakuan pada mencit jantan dan betina............ 122 Lampiran 15. Data % penghambatan geliat dan hasil analisis statistik kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% dan infusa batang brotowali pada dosis yang setara........................................................................ 127 Lampiran 16. Cara perhitungan % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif dan % potensi relatif ekstrak terhadap kontrol positif.... 128

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, berbagai macam jenis tumbuhan telah digunakan

  secara luas dalam metode pengobatan tradisional dan masyarakat saat ini cenderung untuk kembali memanfaatkan bahan-bahan alami dalam proses pengobatan suatu penyakit. Hal ini terjadi karena pengobatan tradisional dirasa memiliki risiko efek samping yang lebih ringan daripada pengobatan dengan bahan kimia.

  Tumbuhan brotowali telah banyak digunakan secara tradisional dalam pengobatan demam, sakit perut, rematik, sakit kuning, gatal-gatal, sakit kepala, dan kencing manis. Pada penelitian terdahulu telah terbukti bahwa infus batang brotowali memiliki efek antiinflamasi pada tikus putih jantan dan efek analgetik pada mencit jantan dan betina (Rivai, 1987 cit., Soedibyo, 1998; Teruna, 1987 cit., Soedibyo, 1998; Handara, 2006). Hal ini terkait dengan berbagai macam kandungan zat aktif dalam tumbuhan brotowali. Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia terhadap ekstrak etanol batang tumbuhan brotowali secara kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis Tipis menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid (Rahayu, 2004). Flavonoid memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai penangkap radikal bebas (antioksidan). Radikal bebas dalam jumlah berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri. Adanya senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas dapat mengurangi terjadinya kerusakan jaringan dan mengurangi rasa nyeri yang

  Menurut Harborne (1984) flavonoid umumnya larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70%. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilihat khasiat tumbuhan brotowali sebagai analgetika jika dilarutkan dalam pelarut polar selain air, yaitu etanol 70%. Menurut Anonim (1986) etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena sifatnya yang lebih selektif, tidak beracun, dan absorpsinya lebih baik. Kapang dan jamur akan sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas sehingga sediaan ekstrak etanol relatif lebih tahan lama dan banyak digunakan dalam skala industri. Bentuk sediaan ekstrak etanol juga dipilih karena jumlah zat aktif yang terlarut lebih banyak sehingga diharapkan efek farmakologis yang muncul akan lebih optimal.

  Seberapa besar daya analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali sampai sekarang belum diketahui. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji daya analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali pada mencit jantan, serta akan dibandingkan pengaruh jenis kelamin terhadap besarnya daya analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali. Metode pengujian analgetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rangsang kimia karena metode ini dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui adanya efek analgetik pada suatu senyawa. Metode ini juga cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgetika yang mempunyai efek analgetik lemah, sederhana dan mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang kimia adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965).

  1. Permasalahan

  a. Apakah ekstrak etanol 70% batang brotowali memiliki efek analgetik terhadap mencit putih jantan ? b. Seberapa besar persentase daya analgetik yang dimiliki ekstrak etanol 70% batang brotowali pada mencit putih jantan ?

  2. Keaslian Penelitian

  Sepanjang penulusuran pustaka penulis di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Gadjah Mada penelitian mengenai uji analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali terhadap mencit jantan belum pernah dilakukan.

  Adapun penelitian-penelitian tentang tanaman brotowali yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

  1. Pengaruh Infus Batang Brotowali(Tinospora tuberculata Beumee.) terhadap Berat Badan Tikus Putih (Suhartinah,1985).

  2. Efek Analgetik Infus Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) pada Mencit Putih Jantan (Teruna, 1987 cit. Soedibyo, 1998).

  3. Efek Anti Inflamasi Infus Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) pada Tikus Putih Jantan (Rivai, 1987 cit. Soedibyo, 1998).

  4. Uji Fraksi Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare secara Invitro (Iskandar, 1990 cit. Soedibyo, 1998).

  5. Daya Anti Mikroba Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers)

  6. Uji Repelan Rebusan Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers. Ex Hook f.

  & Thems.) terhadap Aedes aegepty (Hayati, 1997).

  7. Daya Penolak Serangga Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.

  Ex Hook f. & Thems.) yang Diberikan secara Peroral Pada Marmut terhadap Nyamuk Aedes aegepty (Sulistyowati, 1999).

  8. Efek Repelan Ekstrak Batang Brotowali Tinospora crispa (L) Miers. Ex Hook f.

  & Thems.) terhadap Aedes aegepty secara Topikal (Mubayinah, 1999).

  9. Aktivitas Ekstrak Petroleum Eter dan Fraksi Metanol Batang Brotowali

  Tinospora crispa (L) Miers. Ex Hook f. & Thems.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans In Vitro (Silawati, 2001).

  10. Efek Infus Batang Brotowali Tinospora crispa (L) Miers. Ex Hook f. & Thems.) terhadap Nyamuk Aedes aegepty serta Analisis Kualitatif Kandungan Kimianya secara KLT (Pooe, 2001).

  11. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Kloroform Batang Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.) terhadap Sel Myeloma dan Profil KLT-nya (Elfrieda, 2004).

  12. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanolik Batang Brotowali Tinospora crispa (L) Miers.) terhadap Sel Hela serta Profil KLT-nya (Rahayu, 2004).

  13. Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.) peroral terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Plasmodium bergehi pada mencit in vivo (Astuti, 2005).

  14. Perbandingan Pengaruh Infusa Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.)

  15. Efek Analgetik Infusa Batang Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.) pada Mencit Putih Betina (Handara, 2006).

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang penggunaan tanaman obat sebagai analgetika.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan ekstrak etanol 70% batang brotowali sebagai analgetika.

B. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui ada tidaknya efek analgetik ekstrak etanol 70% batang brotowali terhadap mencit putih jantan.

  2. Untuk mengetahui seberapa besar daya analgetik yang dimiliki ekstrak etanol 70% batang brotowali pada mencit putih jantan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tumbuhan Brotowali

  1. Keterangan Botani

  Menurut Backer dan Bakhuizen, (1965) tumbuhan brotowali diklasifikasikan ke dalam famili: Menispermaceae; genus: Tinospora dan spesies: Tinospora crispa (L.) Miers. ex Hook. f & Thems. Tumbuhan brotowali juga mempunyai nama lain, yaitu

Tinospora rumphii Boerl. dan Tinospora tuberculata (Lamk) Beaumae ex Heyne.

  (Anonim, 1978)

  2. Morfologi

  Perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 cm, berkutil-kutil yang rapat, pepagannya mudah terkelupas. Daun bertangkai, panjang sampai 16 cm, bentuknya seperti jantung atau agak membundar telur tetapi berujung runcing, lebar 6 cm sampai 13 cm. Perbungaan berbentuk tandan semu dengan 1 sampai 3 bunga bersama-sama, menggantung panjang 7 cm sampai 25 cm. Bunga (jantan) bergagang pendek 3 mm sampai 4 mm, kelopak 6, hijau, panjang lebih kurang 3,5 mm, daun mahkota 3, panjang lebih kurang 8 mm (Anonim, 1978).

  3. Nama Daerah Jawa: Danawali (Sunda), antawali, daun gadel, bratawali, putrawali (Jawa).

  Nusatenggara: Antawali (Bali). Indonesia : Brotowali (Anonim, 1986)

  4. Kandungan Kimia

  Daun tumbuhan brotowali mengandung alkaloid, saponin, tanin, batang dan batangnya mengandung glikosida pikroretosid, flavonoid, alkaloid berberin dan palmatin, harsa dan zat pahit pikroretin, sedangkan akarnya mengandung alkaloid berberina dan kolumbina. (Anonim, 1978; Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Soedibyo, 1998).

  Hasil pemeriksaan kandungan senyawa kimia terhadap ekstrak etanol batang tumbuhan brotowali secara kualitatif dengan metode Kromatografi Lapis Tipis menunjukkan adanya senyawa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid (Rahayu, 2004). Flavonoid

  Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua tumbuhan dari bangsa Algae hingga Gimnospermae. Di dalam tumbuhan, flavonoida biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida (Mursyidi, 1990). Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah buni, dan biji (Markham, 1982).

  Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C -C -C

  6

  3

  6

  artinya, kerangka karbonnya terdiri dari dua gugus C ( cincin benzena tersubsitusi)

  6 yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. 8 1 2' 3' 7 O 2 1' 4' B A C C C 6 5 4 3 6' 5'

  (

  a) (b) Gambar 1 . Kerangka flavonoid (a) dan sistem penomoran turunan flavonoid (b)

  (Robinson, 1995) Flavonoid sangat dimungkinkan dalam sejumlah pengobatan tradisional yang substansinya belum diketahui akan tetapi menunjukkan isi zat aktifnya vasoprotektif sebagai penghambat promotor tumor dan untuk proteksi pada mukosa saluran cerna atau gastrik. Efek-efek tersebut berhubungan dengan pengaruh flavonoid pada metabolisme asam arakhidonat (Evans, 2002). Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipooksigenase. Penghambatan lipooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi lipooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan (Robinson, 1995). Flavonoid merupakan suatu kelompok antioksidan polifenol yang memiliki kemampuan sebagai scavenger superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid (Sitompul, 2003).

  Flavonoid umumnya larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70%. Pada penyarian lebih lanjut digunakan petroleum eter (PE), etanol 80%, dan pelarut organik lain, flavonoid tetap berada dalam lapisan air (Harborne, 1984).

5. Kegunaan

  Tumbuhan brotowali berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik), penghilang nyeri (analgetik), dan penambah nafsu makan (stomakik). Tumbuhan brotowali juga dapat digunakan untuk mengatasi demam, kencing manis, rematik, sakit kepala, sakit perut, sakit kuning, tonik, dan gatal-gatal pada kulit (Soedibyo, 1998). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Limyati dan Esar (2006) juga menunjukkan bahwa batang brotowali yang diekstraksi dengan metanol memiliki daya antioksidan dengan nilai EC sebesar 0,1485 mg/ml.

  50

B. Metode Penyarian

  Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim,1995).

  Cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi menurut Farmakope Indonesia adalah air, eter, atau campuran etanol dan air. Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang/kuman sulit tumbuh dalam etanol di atas 20%, tidak beracun, bersifat netral, absorpsinya baik, dapat bercampur dengan air, panas yang digunakan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).

  Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilaluinya sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986). Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction), yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

  Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut perkolat atau sari, sedangkan sisa setelah penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim,1986).

  Menurut Anonim (1986), cara perkolasi lebih baik daripada dengan cara maserasi karena:

  1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

  2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

C. Radikal Bebas dan Antioksidan

1. Radikal Bebas

  Radikal bebas adalah suatu molekul yang reaktif karena kehilangan satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik yang seharusnya mengorbit berpasangan.

  Dalam tubuh, radikal bebas dapat merusak sel-sel untuk memperoleh elektron guna menstabilkan dirinya (Setiati, 2003). Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas yaitu DNA, lemak, dan protein (Setiati, 2003).

  Radikal bebas diproduksi secara eksogen dan secara endogen. Secara endogen, radikal bebas diproduksi oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan intisel. Sedangkan secara eksogen, radikal bebas berasal dari asap rokok, polutan radiasi, obat-obatan, dan pestisida (Setiati, 2003). Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase maupun lipooksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ, jumlah radikal bebas meningkat seiring dengan peningkatan produksi peroksida, padahal tubuh memproduksi antioksidan endogen yang terbatas contohnya yaitu superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase (GSH Px) yang bekerja menstabilkan radikal bebas. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan endogen tak mampu lagi melumpuhkannya secara efektif sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar (eksogen) yang berasal dari bahan makanan (Sibuea, 2004).

2. Antioksidan

  Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah kerusakan karena oksidasi pada suatu molekul target. Antioksidan mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Setiati, 2003)

  Antioksidan dapat dibedakan menjadi antioksidan eksogen dan antioksidan endogen. Antioksidan endogen atau sering disebut antioksidan primer terdiri atas enzim-enzim dan berbagai senyawa yang disintesis dalam tubuh yang bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas baru, contoh antioksidan endogen adalah superoksid dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx), peroksidase/katalase, dan glutation (GSH). Antioksidan eksogen atau yang dikenal juga sebagai antioksidan sekunder karena menangkap radikal dan mencegah reaksi berantai, contohnya adalah vitamin E (tokoferol), vitamin C (askorbat), karoten, asam urat bilirubin, flavonoid, dan albumin. Selain itu terdapat juga antioksidan tersier yang memperbaiki kerusakan biomolekuler yang disebabkan oleh radikal bebas (Setiati, 2003).

  Banyak antioksidan yang ditemukan di alam, seperti pada sayuran, buah segar dan pada tumbuhan obat (herbal antioksidan). Antioksidan dari tumbuhan obat seperti jamu-jamuan telah lama digunakan oleh praktisi kedokteran natural di seluruh dunia. Riset modern terhadap antioksidan herbal ini menyatakan bahwa sifat medis dari tumbuhan tersebut disebabkan oleh senyawa yang dikandungnya, terutama flavonoid (Setiati, 2003). Flavonoid merupakan scavenger superoksida, oksigen singlet dan radikal peroksi lipid. Di dalam keluarga polifenol, flavonoid ternyata mempunyai sifat antioksidan yang amat kuat yang mencapai 20 kali sifat antioksidan vitamin E (Sitompul, 2003).

D. Nyeri

1. Definisi Nyeri

  Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh, yang timbul bila ada jaringan yang rusak. Hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton dan Hall, 1996). Menurut Greene dan Harris (2000), nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Nyeri merupakan suatu fungsi biologis sebagai penanda adanya bahaya eksternal (misal: panas atau trauma fisik) dan proses patologi internal (misal: inflamasi atau penyumbatan saluran kemih oleh batu ginjal).

  Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan rasa sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri dikatakan pula sebagai suatu perasaan pribadi dimana ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang.

  Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Jadi, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan gejala, yang berfungsi melindungi tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002).

2. Jenis Nyeri

  Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri akut dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran antara 6- 30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat ditegaskan dan sering kali berfungsi sebagai perlindungan yang bertindak sebagai peringatan dari ancaman luar atau kegagalan dalam tubuh. Nyeri kronik dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak menandakan bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin tidak mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius ( Greene dan Harris , 2000).

  Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral. Nyeri somatik yang muncul dari kulit, disebut nyeri superficial (permukaan) sedangkan nyeri yang berasal dari otot, sendi, atau jaringan ikat disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001).

  Nyeri berdasarkan intensitasnya dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri kanker. Nyeri ringan sampai nyeri sedang misalnya nyeri sakit kepala, gigi, otot, sendi (rematik), perut, haid, nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma) efektif diobati dengan menggunakan analgetika perifer. Nyeri berat misalnya nyeri setelah pembedahan atau fraktur (patah tulang) yang lebih efektif bila diobati menggunakan analgetika narkotik atau opioid (Tjay dan Rahardja, 2002).

3. Mekanisme Nyeri

  Tahap awal dari timbulnya sensasi nyeri adalah adanya rangsangan atau stimulasi pada reseptor yang dikenal dengan nosiseptor. Reseptor ini terdapat pada struktur somatik dan viseral, serta diaktivasi oleh rangsang kimia, suhu dan mekanis.

  • Stimulasi noksius dapat memicu pelepasan mediator seperti bradikinin, K , prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, substansi P yang nantinya akan mengaktivasi nosiseptor (Baumann, 2003).

  Tahapan selanjutnya adalah tahap transmisi yang terjadi pada serabut saraf

  A- δ dan C. Rangsang bahaya atau noksius diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi serabut C memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP), sedangkan pada jaringan inflamasi akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan lain-lain (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).

  Seseorang akan merasakan nyeri secara sadar ketika proses transmisi nyeri menuju otak berjalan dengan baik. Sensasi nyeri yang dirasakan oleh tiap individu akan berbeda walaupun mendapatkan rangsangan yang sama, dan hal ini disebut dengan persepsi nyeri. Tubuh secara alamiah juga dapat menangani rangangan nosiseptif melalui tahapan modulasi. Tahapan ini melibatkan sistem opiat endogen yang terdiri dari neurotransmiter ( contoh : enkefalin, dinorfin, dan

Dokumen yang terkait

Uji antiinflamasi ekstrak metanol akar eurycoma longifolia jack pada mencit jantan galur swiss terinduksi karagenin.

0 0 72

Uji efek antidiare ekstrak air batang brotowali (Tinospora crispa L.) dengan parameter kontraksi ileum usus marmut terisolasi - Ubaya Repository

0 1 1

Uji toksisitas akut ekstrak etanol herba putri malu (mimosa pudica l.) pada mencit swiss webster jantan - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

1 1 15

Uji toksisitas akut ekstrak etanol herba putri malu (mimosa pudica l.) pada mencit swiss webster jantan - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 7

Pengaruh ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) terhadap penurunan kadar asam urat serum darah tikus putih jantan galur wistar hiperurisemia - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16

Uji efek antipiretik fraksi n-butanol ekstrak etanol batang brotowali (Tinospora crispa (L.) Mier) pada tikus putih - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

Uji efek analgesik ekstrak etanol daun senggani [Melastoma polyanthum Bl.] pada mencit putih betina - USD Repository

0 0 141

Uji efek anti inflamasi ekstrak etanol akar krokot belanda [Talinum triangulare [Jacq.] Wild.] pada mencit putih betina - USD Repository

0 0 124

Efek antistres ekstrak etanol daun krokot [Portulaca oleracea Linn.] pada mencit jantan - USD Repository

0 1 70

Uji analgetik ekstrak etanol 70% daun kepel [Stelechocarpus burahol [BI] Hook.f.& Th.] pada mencit putih jantan swiss dengan metode rangsang kimia - USD Repository

0 2 133