Evaluasi kerasionalan swamedikasi kandidiasis vaginal [``Keputihan``] oleh wanita penggunjung Apotek di Yogyakarta periode Agustus 2006 - USD Repository

  

EVALUASI KERASIONALAN SWAMEDIKASI KANDIDIASIS VAGINAL

(“KEPUTIHAN”) OLEH WANITA PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2006

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Maria Goretti Listyananingtyas NIM : 038114067

  

FALKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2006

  

EVALUASI KERASIONALAN SWAMEDIKASI KANDIDIASIS VAGINAL

(“KEPUTIHAN”) OLEH WANITA PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2006

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Maria Goretti Listyananingtyas NIM : 038114067

  

FALKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2006 Pengesahan Skripsi Berjudul

  EVALUASI KERASIONALAN SWAMEDIKASI KANDIDIASIS VAGINAL (“KEPUTIHAN”) OLEH WANITA PENGUNJUNG APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA PERIODE AGUSTUS 2006

  Oleh : Maria Goretti Listyananingtyas

  NIM : 038114067 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal 27 Januari 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat

  Mengetahui : Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma Dekan,

  Rita Suhadi, M.Si., apt Pembimbing I : Aris Widayati, M.Si., Apt .................

  Panitia Penguji : 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt .................

  2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes ...................

  3. Aris Widayati, M.Si., Apt .................

HALAMAN MOTTO

  

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya

(Pengkotbah 3 : 11)

Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari

besok

  

(Matius 6 :34)

Semua yang terjadi di dalam hidupku, ajarku menyadari Kau slalu sertaku.

  Brihatiku slalu bersyukur padaMu karna rencanamMu indah bagiku (lagu Bapa Surgawi)

  Karya tulis ini kupersembahkan untuk : Yesus yang Maniez atas berkat dan penyelengeraannya yang indah, Mama, papa, dan adik2q tercinta atas doa dan dukungan selama ini, Dodi, untuk kasih, perhatian, dan bantuan selama ini

  Mas Antok, mas Benny dan mas Hima untuk doa dan semangat selama ini Almamaterku tercinta

  

INTISARI

  Swamedikasi adalah penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri untuk mengobati penyakit yang dapat dikenal sendiri. Perilaku swamedikasi ini meningkat dari tahun ke tahun. Swamedikasi lebih cenderung dilakukan oleh wanita jika dibandingkan dengan pria baik untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga maupun kesehatan diri sendiri. Wanita lebih sering melakukan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep (OTC) untuk mengatasi penyakit ringan yang dialami baik oleh dirinya sendiri maupun anggota keluarga yang lain.Kandidiasis vaginalis paling sering disebabkan oleh Candida albicans, penyebab yang lain yaitu Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Saccharomyces cerevisiae.

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kerasionalan swamedikasi dengan menggunakan obat antijamur vaginal (“keputihan”) oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta periode Agustus 2006. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif evaluatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner. Data yang diperoleh diolah secara analisis deskriptif dan dievaluasi kerasionalan penggunaan obatnya berdasarkan 4 parameter, yaitu kesesuaian (appropriateness), efektifitas (effectiveness), keamanan (safety), kenyamanan (convenience).

  Berdasarkan hasil kuisioner terhadap 120 subyek penelitian, hasil evaluasi yang diperoleh yaitu swamedikasi yang dilakukan oleh responden belum memenuhi parameter appropriateness yaitu sebanyak 64,17% responden belum pernah periksa ke dokter sebelumnya, 75,83% responden belum pernah didiagnosis kandidiasis vaginal oleh dokter, sebanyak 70,83% responden bukan pertama kali mengalami keputihan, dan sebanyak 37,70% responden mengenali gejala keputihan dari banyak dan kentalnya lendir yang putih atau kekuningan yang keluar. Sedangkan hasil terapi yang dilakukan responden telah memenuhi parameter effectiveness yaitu berdasar data bahwa 66,39% membaik dan sebanyak 28,69% gejalanya menghilang; menurut parameter safety, yaitu sebanyak 90,83% responden tidak mengalami efek samping obat yang mereka gunakan. Terapi yang dilakukan telah memenuhi parameter

  

convenience yaitu berdasar data sebanyak 88,33% responden merasa harga obat

  cukup terjangkau, sebanyak 75,00% merasa puas melakukan swamedikasi dan sebanyak 89,17% merasa nyaman dengan obat antijamur vaginal yang mereka gunakan.

  Kata kunci : antijamur vaginal tanpa resep, kandidiasis vaginal, evaluasi kerasionalan.

  

ABSTRACT

  Self-medication is an act of drug use without any prescription from doctor by people based on their own initiative to cure illness that could be recognized by the people themselves. This self-medication attitude is increasing over years. Self- medication tends to be done by women than men to solve family or their own health problems. Women are often do self-medication using over the counter drug (OTC) to cure minor illness experienced by themselves or other family members. Vaginal candidiasis is often caused by Candida albicans, other causes are Candida glabrata, Candida tropicalis, and Saccharomyces cerevisiae.

  This research is performed in order to evaluate self-medication rationality using vaginal antifungal (“keputihan”) by women drug store customers in Yogyakarta during August 2006. This research is an observational research with descriptive- evaluative scheme. The device used for this research is questioner, and the data collected in this research is processed with descriptive analysis and the drug use rationality would be evaluated based on four parameters that are appropriateness,

  effectiveness, safety, convenience .

  Based on the result of the questioner to 120 subject, the evaluation result achieved is that the self-medication done by the respondents has not fulfilled the parameter of appropriateness, 64.17% respondents have not been examined by doctor before, 75.83% respondents have not been diagnosed for vaginal candidiasis by doctor, 70.83% respondents not experience their first time vaginal candidiasis, and 30.70% respondents recognize the symptoms of vaginal candidiasis from the amount and thickness of the white or yellowish secret. Meanwhile, the therapy result done by the respondents has fulfilled the parameter of effectiveness that is 66.39% are getting better and 28.69% lost the symptoms. Based on safety parameter, 90.83% respondents have not experienced any side effects caused by the drugs. Based on convenience parameter, 88.33% respondents assume that drugs’ price is achievable, 75.00% respondents are satisfied doing self-medication, and 89.17% respondents feel comfortable with the vaginal antifungal drug.

  Keyword: vaginal antifungal, vaginal candidiasis, rationality evaluation

KATA PENGANTAR

  Dengan penuh rasa syukur penulis pada Tuhan Yang Maha Kasih, karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kerasionalan Swamedikasi Kandidiasis Vaginal

  

(“Keputihan”) Oleh Wanita Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta Periode

Agustus 2006”.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Falkutas Farmasi dan dosen penguji yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini serta memberikan saran dan masukan yang berharga,

  2. Ibu Aris Widayati M.Si., Apt selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga selama proses penyusunan skripsi,

  3. Ibu Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga,

  4. BAPEDA Propinsi DIY dan BAPEDA Kotamadya Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis,

  5. Apoteker Pengelola Apotek, asisten apoteker dan karyawan apotek di Kota Yogyakarta yang telah membantu selama proses pengumpulan data,

  6. Papa, Mama dan Adik-adikku (Lisa dan Arnon) untuk cinta, semangat, dukungan dan doa yang tak pernah terhenti,

  7. Dodi Rosyid atas perhatian, cinta, dukungan, semangat, pengorbanan dan segala bantuan yang telah diberikan selama ini, 8. mas Antok, mas Benny, mas Hima untuk kasih sayang, dukungan dan perhatiannya, 9. mbak Depot, mas Oky Jelly, mas Oppie & mas Arie Mamen atas bantuan dan dukungannya selama berjuang bersama hingga akhir,

  10. Vian, Nia, Silih, Devi, Anien, Komank, Titin, Rosa, sahabat-sahabat terbaikku untuk canda, tawa dan kebersamaan selama ini.

  11. Ratna, sahabat dan rekan kerjaku untuk kerjasama, dukungan, semangat dan bantuan selama kuliah sampai akhir skripsi kita. Maaf kalau selama ini banyak terjadi kesalahan dan kekhilafan.

  12. Anak-anak kelompok praktikum C terutama C

  3 : Vera, Tata, Ratih, Bod-bod,

  Rosa, Vian untuk kekompakan, canda dan bantuan selama praktikum, membuat laporan, pre-test, post-test selama ini.

  13. Star Otopia Crew : mas Dewo, mba Iin, mba Ulil, mas Danang, , mas Ronald, mbak Ucuz, mas Vincent, mbak Novi, mbak Siska atas dukungan dan semangat yang diberikan.

  14. mbak Dani, Ine, mbak Lili, mbak Lina dan mbak Prima untuk berbagi hidup bersama dan saling menjaga.

  Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat ntuk menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Februari 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..... i HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………........ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………........ iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………........ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………….……………………........ v

  INTISARI ……………………………………………………………….......... vi ABSTRACT ………………………………………………………………...... vii KATA PENGANTAR………...…………………………………………......... viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………..... xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………….......... xv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….......... xvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………......... xviii

  BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang Penelitian ………………………………......... 1

  1. Permasalahan …………...……………………………....... 5

  2. Keaslian Penelitian ……………………………………..... 6

  3. Manfaat Penelitian …………………………………........... 7

  B. Tujuan Penelitian …………………………………………....... 8

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……………………………………… 10 A. Swamedikasi ………………………………………………….. 10

  1. Swamedikasi (Self-medication) ……………………………… 10

  2. Swamedikasi pada Wanita ……………………………............ 13

  3. Golongan Obat untuk Swamedikasi (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Wajib Apotek/OWA) …………………..... 14

  B. Infeksi Jamur Pada Vagina (Vaginal candididasis) …….......... 15

  1. Anatomi dan Fisiologi Vagina ………………………......... 15

  2. Definisi dan Etiologi …………………………………........ 17

  3. Epidemologi …………………………………………......... 18

  4. Patofisiologi ……………………………………………...... 19

  5. Faktor Resiko pada Wanita ……………………………....... 20

  6. Gejala, Tanda Klinis dan Penegakan Diagnosis ………....... 21

  7. Penatalaksanaan ………………………………………........ 22

  C. Obat Antijamur untuk Vaginal candidiasis …………………... 24

  1. Golongan Azol …………………………………………..... 25

  2. Ampoterisin B …………………………………………...... 25

  3. Flusitosin ………………………………………………...... 25

  4. Nistatin …………………………………………………...... 26

  5. Antijamur Topikal untuk Vaginal candidiasis ……...…...... 26

  D. Teori tentang Perilaku Manusia …………………………......... 27

  1. Teori Perilaku …………………………………………...... 27

  2. Motivasi ………………………………………………...... 27

  3. Pengetahuan ………………………………………………. 28

  4. Teori Aksi …………………………………………………. 28

  E. Pharmaceutical Care ………………………………………….. 29

  1. Definisi dan Konsep ………………………………………. 29

  2. Drug Therapy Problems ………………………………….. 30

  F. Keterangan Empiris ………………………………………....... 33

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………...... 34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………….......... 34 B. Definisi Operasional ………………………………………...... 34 C. Subyek Penelitian …………………………………………....... 36 D. Instrumen Penelitian …………………………………….......... 36 E. Lokasi Penelitian …………………………………………....... 39 F. Jalannya Penelitian ………………………………………........ 40 G. Kesulitan Penelitian ………………………………………....... 42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………....... 44 A. Karakteristik Responden …………………………………........ 44

  1. Umur Responden ………………………………………..... 44

  2. Pendidikan Terakhir Responden ………………………...... 45

  3. Jenis Pekerjaan Responden ……………………………….. 46

  4. Status Perkawinan Responden ……………………………. 47

  B. Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Antijamur Vaginal yang Dilakukan Responden ………………………………………… 48

  1. Pengetahuan Responden tentang Keputihan dan Produk Obat Antijamur Vaginal ……………………………................... 48

  2. Motivasi Responden dalam Pemilihan dan Penggunaan Obat Antijamur Vaginal ……………………………................... 56

  3. Tindakan Pemilihan dan Penggunaan Obat Antijamur Vaginal yang Dilakukan Responden …………………………......... 59 C. Evaluasi Kerasionalan Swamedikasi Menggunakan Obat Antijamur

  Vaginal yang Dilakukan Responden …………………………. 70

  1. Kesesuaian (appropriateness) ……………………………. 70

  2. Efektifitas (effectiveness) …………………………….…… 76

  3. Keamanan (safety) …………………………....................... 78

  4. Kenyamanan (convenience) ……………………………..... 80

  D. Rangkuman Pembahasan ……………………………………… 84

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………....... 89 A. Kesimpulan ………………………………………………......... 89 B. Saran ………………………………………………………...... 90 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………........ 91 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………....... 117

  

DAFTAR TABEL

  Tabel

  I. Keuntungan dan kerugian peningkatan perilaku swamedikasi ................................................................................................. 12

  Tabel II. Rincian pertanyaan dalam kuisioner ...................................... 37 Tabel III. Panduan pertanyaan wawancara ............................................. 39 Tabel IV. Tingkat pendidikan terakhir responden .................................. 46 Tabel V. Jenis pekerjaan responden ….................................................. 47 Tabel VI. Pengetahuan responden tentang kandidiasis vaginal .............. 48 Tabel VII. Pengetahuan responden tentang produk obat antijamur vaginal yang digunakan ................................................................................ 52 Tabel

  VIII. Motivasi responden dalam menggunakan obat antijamur vaginal ................................................................................................. 58

  Tabel IX. Tindakan pemilihan obat antijamur vaginal yang dilakukan responden ................................................................................................. 60

  Tabel X. Merek obat modern untuk kandidiasis vaginal yang biasa digunakan oleh responden ....................................................................... 64 Tabel XI. Merek obat tradisional untuk kandidiasis vaginal yang biasa digunakan oleh respoden ......................................................................... 64

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Teori aksi menurut Weber …………………………………...... 29 Gambar 2, Distribusi umur responden …………………………………....... 44 Gambar 3. Status perkawinan responden ………………………………....... 47 Gambar 4. Sumber informasi responden tentang kandidiasis vaginal …........ 51 Gambar 5. Sumber informasi responden tentang produk obat antijamur vaginal yang digunakan ……………………………................................. 54 Gambar

  6. Sumber informasi responden tentang komposisi, indikasi, kontraindikasi, aturan/ cara pakai, efek samping obat antijamur vaginal ………………………………………………………................... 55

  Gambar 7. Jenis obat antijamur vaginal yang digunakan oleh responden ….. 63 Gambar 8. Merek obat antijamur vaginal yang biasa digunakan oleh responden

  ……………………………………………….…………………... 63 Gambar 9. Frekuensi responden membeli obat antijamur vaginal …….……. 69 Gambar 10. Tempat responden membeli obat antijamur vaginal ……......…… 70 Gambar 11. Responden yang pernah periksa ke dokter …………………..…... 71 Gambar 12. Responden yang pernah didiagnosis kandidiasis vaginal oleh dokter

  ………………………………………………………………........ 72 Gambar 13. Responden yang pertama kali mengalami kandidiasis vaginal ..... 72 Gambar

  14. Gejala-gejala yang dirasakan responden selama 2 minggu terakhir…......................................................................................... 75

  Gambar 15. Efektifitas obat antijamur vaginal yang digunakan oleh responden …………………………………………………............................ 77

  Gambar 16. Munculnya efek camping atau keluhan lain yang menggangu setelah penggunakan obat antijamur vaginal ........................................... 79 Gambar

  17. Keterjangkauan harga obat antijamur vaginal menurut responden ………………………………….................................................... 80

  Gambar 18. Kisaran harga obat antijamur vaginal yang dibeli oleh responden ………………..............................................…............................. 81

  Gambar 19. Kepuasan responden dalam melakukan swamedikasi ………….. 82 Gambar 20. Kenyamanan responden dalam menggunakan produk obat antijamur vaginal ………………………………………………………....... 83

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Rekap hasil wawancara dengan dokter …………………….......... 96 Lampiran 2. Rekap hasil wawancara dengan apoteker …………....................... 100 Lampiran 3. Kuisioner penelitian ………………………………………........... 110 Lampiran 4. Hasil uji reliabilitas ………………................................................ 114

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kandidiasis vaginal atau lebih popular dengan istilah “keputihan” adalah

  penyakit ringan yang umum terjadi pada wanita. Menurut Shivo, Ahonen, Mikander, Hemminki (2000a) kandidiasis vaginal menyerang pada hampir 75% wanita selama hidupnya dan sekitar 40-50% adalah kasus kekambuhan.

  Gejala-gejala yang muncul di vagina adalah hal yang paling diperhatikan oleh wanita yang berada diusia reproduksi dan yang semakin tua dibandingkan masalah kesehatan yang lain. Gejala-gejala yang muncul pada vagina terjadi pada wanita sepanjang masa hidupnya baik sudah menikah atau belum, aktif secara seksual ataupun tidak, homoseksual ataupun herteroseksual, dan premenopouse ataupun postmenopouse. Diperkirakan sebanyak 90% wanita yang memiliki masalah vaginal seharusnya mengalami salah satu dari 3 infeksi vagina yang paling umum terjadi, yaitu bacterial vaginosis (BV), vaginal candidiasis, dan

  

trichomoniasis . Infeksi yang terjadi dapat juga merupakan campuran infeksi dari

berbagai agen penyebab di atas (Shimp, 2002).

  Infeksi vaginal umumnya termasuk masalah kesehatan yang ringan. Sebagian besar wanita melakukan diagnosis, dan swamedikasi dengan mencoba produk antijamur vaginal yang digunakan tanpa resep saat mereka mengalami infeksi vaginal. Wanita juga melakukan perawatan sendiri untuk penyakit bukan menggunakan douches (sediaan bilas vagina) untuk menjaga kebersihan vagina, tapi mereka belum tentu mengetahui tentang kondisi normal vagina dan konsekuensi penggunaan douches yang tidak perlu. Oleh karena itu, pasien dan tenaga kesehatan perlu mengerti tentang penyakit pada vagina untuk menginformasikan dan membuat keputusan yang tepat saat melakukan swamedikasi (Shimp, 2002).

  Sebanyak 80-92% kasus kandidiasis vaginal disebabkan oleh Candida

  

albicans, penyebab kandidiasis vaginal yang lain yaitu Candida glabrata,

Candida tropicalis, dan Saccharomyces cerevisae. Dalam dua dekade terakhir

  terjadi peningkatan kasus kandidiasis vaginal yang disebabkan oleh nonCandida

  

albicans . Peningkatan ini terlihat dari banyaknya penggunaan antijamur tanpa

resep dan terapi dengan obat golongan azol (Shimp,2002).

  Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi. Penggunaan obat tanpa resep menuntut kepastian bahwa obat tersebut aman, berkualitas, dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt and Hall, 1990). Perilaku swamedikasi meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Consumer

  

Healthcare Products Association di Amerika pada tahun 2002 menunjukkan

  peningkatan penjualan obat bebas tanpa resep dari tahun 1970-2000 (Anonim,2002).

  Dalam pelaksanaan swamedikasi untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang ringan dimasyarakat luas, wanita lebih cenderung melakukan tindakan swamedikasi baik untuk dirinya sendiri maupun bagi anggota keluarganya dibandingkan dengan pria. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Consumer Healthcare Products Association di Amerika Serikat. Dari penelitian ini terlihat bahwa dalam melakukan swamedikasi populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria dan persentase tersebut semakin bertambah pada wanita dengan semakin bertambah usia. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan Obat Tanpa Resep (OTR) untuk mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami (Anonim, 2002). Penelitian lain yang dilakukan di kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi menggunakan obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti & Widayati, 2005).

  Shivo et al. (2000a) menyatakan bahwa penggunaaan obat antijamur vaginal (“keputihan”) di Finlandia masih overuse terkait dengan ketepatan pengenalan penyakit dan pemilihan obatnya. Tindakan swamedikasi dengan obat antijamur vaginal dikategorikan tidak sesuai apabila sebelumnya tidak pernah didiagnosis kandidiasis vaginal oleh dokter, digunakan untuk wanita dibawah usia 16 tahun, dan wanita hamil tanpa rekomendasi atau pengawasan dokter. Suatu studi menyatakan bahwa 50% wanita yang mengdiagnosis sendiri kasus ini, ternyata tidak ditemukan adanya yeast sebagai penyebab (pengenalan penyakit atau diagnosis tidak tepat) (Brown and Chin, 2002).

  Di Indonesia data tentang kandidiasis vaginal masih merupakan data yang terpisah-pisah antara pola penyakit dan pola penatalaksanaannya. Penelitian ini dilakukan dengan subyek wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta yang membeli obat antijamur vaginal tanpa resep selama bulan Agustus 2006. Subyek penelitian ini dipilih berdasarkan data di atas yang menggambarkan perilaku swamedikasi paling banyak dilakukan oleh wanita, dan sebagian besar wanita melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit yang dikenal sebagai keputihan.

  Dalam praktek pelayanan kefarmasian, tanggung jawab dari farmasis adalah memastikan bahwa semua terapi obat yang dilakukan oleh pasien sesuai, efektif dan aman. Tanggung jawab farmasis ini akan tercapai dengan melakukan identifikasi, memberikan pemecahan masalah dan mencegah munculnya masalah yang timbul berkaitan dengan pemakaian obat (drug therapy problems). Salah satu manfaat evaluasi tersebut adalah dapat mencegah terapi obat yang tidak perlu atau tidak tepat, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien (Cipolle, 1998).

  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 992/MENKES/PER/X/1993 pasal 15 ayat 4 menyebutkan bahwa dalam upaya penggunaan obat yang benar oleh masyarakat, apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat (DepKes RI, 1996a).

  Dalam survei yang dilakukan di Amerika oleh Consumer Healthcare menggunakan jasa farmasis sebagai sumber informasi dalam mengatasi masalah kesehatan yang ringan (Anonim, 2002) Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik dan memandang perlu untuk mengevaluasi kerasionalan swamedikasi kandidiasis vaginal oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta sehingga memperoleh gambaran perilaku swamedikasi dan mengevaluasi kerasionalan penggunaan obat antijamur vaginal dengan 4 parameter kerasionalan, yaitu kesesuaian (appropriateness), efektifitas (effectiveness), keamanan (safety), kenyamanan (convenience).

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah : a. seperti apa karakteristik (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan) wanita pengunjung apotek di Kota Yogyakarta yang membeli obat antijamur vaginal tanpa resep?

  b. seperti apa pola perilaku swamedikasi kandidiasis vaginal oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta, yang meliputi pengetahuan tentang kandidiasis vaginal (definisi, sifat penyakit, penanganan, gejala-gejala penyakit), pengetahuan tentang obat (indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, cara pakai dan efek samping), motivasi (latar belakang dan tujuan) pemilihan dan penggunaan obat, dan tindakan pemilihan obat antijamur vaginal tanpa resep untuk mengatasi kandidiasis vaginal, c. seperti apa kerasionalan swamedikasi kandidiasis vaginal yang dilakukan oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta, yang meliputi appropriateness,

  effectiveness , safety, convenience penggunaan obat antijamur vaginal yang dipilih.

2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2004) dengan judul “ Pola Pemilihan dan Penggunaan Obat Pengurang Nyeri Haid Oleh Siswi di 5 SMU Kabupaten Bantul Tahun 2004”. Penelitian tersebut mengkaji pola perilaku siswi 5 SMU di Bantul dalam memilih dan menggunakan obat pengurang nyeri haid. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji pola perilaku swamedikasi yang dilakukan oleh wanita, sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya yaitu pada waktu, lokasi dan objek penelitian.

  Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Shivo et al. (2000a) di Finlandia, dengan judul “Self-medication with Vaginal Antifungal Drugs :

  

Physicians’s Experiences and Women’s Utilization Patterns”. Pada penelitian

  tersebut Shivo mengambarkan perilaku swamedikasi untuk mengatasi kandidiasis vaginalis dan juga melakukan evaluasi kerasionalan swamedikasi menggunakan obat antijamur vaginal berdasar parameter appropriateness sebagai salah satu contoh perilaku swamedikasi yang masih belum sesuai yang terjadi di Finlandia.

  Dalam penelitian tersebut, Shivo juga melakukan penelitian untuk melihat untuk kandidiasis vaginal di Finlandia. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada objek, waktu dan tempat penelitian.

  Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan oleh Widayati (2006) dengan judul “Kajian Perilaku Swamedikasi Menggunakan Antijamur Vaginal (“keputihan”) oleh Wanita Pengunjung Apotek di Kota Yogyakarta Bulan Agustus 2006”. Penelitian tersebut juga meliputi penelitian dilakukan oleh Ratnaningtyas (2006) dengan judul “Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan dengan Perilaku Swamedikasi untuk Penyakit Keputihan Oleh Wanita Penggunjung Apotek di Kota Yogyakarta Periode Agustus 2006”.

  Penelitian yang dilakukan Ratnaningtyas (2006) meneliti tentang hubungan antara motivasi dan pengetahuan dengan tindakan swamedikasi menggunakan antijamur vaginal oleh wanita penggunjung apotek di Kota Yogyakarta selama bulan Agustus 2006. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada permasalahan yang dikaji dalam penelitian.

3. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah manfaat praktis, antara lain : a. memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai acuan bagi apoteker di apotek untuk meningkatkan rasionalitas perilaku swamedikasi menggunakan obat antijamur vaginal oleh wanita.

  b. sebagai pendukung Pelayanan Informasi Obat (PIO) bagi apoteker di apotek sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan swamedikasi menggunakan c. sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam penatalaksanaan kandidiasis vaginal yang rasional bagi wanita yang akan melakukan swamedikasi menggunakan obat antijamur vaginal.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji kerasionalan perilaku swamedikasi kandidiasis vaginal oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta dengan 4 parameter yaitu appropriateness, effectiveness, safety, convenience .

  2. Tujuan Khusus

  Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi beberapa masalah yang terkait dengan perilaku swamedikasi kandidiasis vaginal oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta, yaitu:

  a. mengetahui karakteristik (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, status perkawinan) wanita pengunjung apotek di Kota Yogyakarta yang membeli obat antijamur vaginal tanpa resep,

  b. mengetahui pola perilaku swamedikasi kandidiasis vaginal oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta, yang meliputi pengetahuan kandidiasis vaginal (definisi, sifat penyakit, penanganan, gejala-gejala penyakit), pengetahuan tentang obat (indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, cara pakai dan efek samping) obat antijamur vaginal, motivasi (latar belakang dan tujuan) pemilihan dan penggunaan obat, dan tindakan pemilihan obat c. mengkaji kerasionalan swamedikasi kandidiasis vaginal yang dilakukan oleh wanita pengunjung apotek di kota Yogyakarta, yang meliputi :

  

appropriateness , effectiveness, safety, convenience penggunaan obat antijamur

vaginal yang dipilih.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Swamedikasi

1. Swamedikasi (Self-medication)

  Swamedikasi atau self-medication adalah bagian dari self-care. Menurut

  

World Health Organization (WHO) tahun 1998, self-care didefinisikan sebagai

  “what people do for themselves to establish and maintain health present and deal

  

with illnesses” , sedangkan swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan

  penggunaan obat-obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu unutk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Sesuai dengan pernyataan bersama antara World Self-Medication Industry (WSMI) dan

  

Federation International Pharmaceutical (FIP), self-medication atau swamedikasi

  didefinisikan sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri (FIP & WSMI,1999) Penelitian perilaku terhadap timbulnya penyakit dari Survei Kesehatan

  Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1993 menunjukkan beberapa tindakan yaitu sebanyak 5% “membiarkan”, 5% “diobati dengan cara sendiri”, 9% “diobati dengan obat tradisional atau jamu”, 63% “memakai obat yang dibeli bebas tanpa resep dokter”, dan 18% “pergi ke Puskesmas” (DepKes RI, 1993). Hasil ini tidak terlalu berbeda dengan survei di Amerika Serikat yang menjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, sebanyak 75% penduduk mengalami gejala atau merasa menderita sakit. bebas”, 25% “pergi ke dokter”, dan 10% “tidak berbuat apa-apa” (Sartono, 1993). Data di atas menunjukkan bahwa persentase penderita yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi relatif tinggi.

  Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi (Holt and Hall, 1990). Perilaku swamedikasi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Consumer Healthcare Product Association di Amerika Serikat tahun 2002 menunjukan peningkatan penjualan obat tanpa resep dari tahun 1970-2000 (Anonim, 2002). Survei yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat dengan beberapa parameter, yaitu :

  a. tingkat kepuasan konsumen tehadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, b. kecenderungan melakukan swamedikasi dengan obat tanpa resep untuk mengatasi symptom yang dirasakan dan penyakit umum yang diderita, c. keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk, keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep,

  d. kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat

  Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan yang dirasakan oleh penderita memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahann melakukan tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997). Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku swamedikasi terhadap penderita, dokter/ sarana pelayanan kesehatan, farmasis, pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini (Shivo, 2000b).

  Tabel I. Keuntungan Dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi (Shivo, 2000b) Obyek Keuntungan Kerugian Kenyamanan dan kemudahan akses Diagnosis tidak sesuai/ tertunda Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR

  Empowerment Adverse Drug Reaction (ADR) Ada indikasi yang tak terobati Pasien Kenaikan biaya berobat Penurunan beban kerja Kehilangan kesempatan untuk konseling dengan pasien Lebih banyak waktu unutk menangani kasus penyakit berat

  Berkurang peran Dokter / sarana pelayanan kesehatan Berkurangnya pendapatan Farmasis Perannya lebih dibutuhkan di Apotek

  Adanya konflik antara kepentingan dan bisnis Pengambil kebijakan Menghemat biaya kesehatan masyarakat

  Peningkataan konsumsi obat dan pengkomersilan swamedikasi. Industri farmasi Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas

  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 992/MENKES/PER/X/1993 pasal 15 ayat 4 menyebutkan bahwa dalam upaya penggunaan obat yang benar oleh masyarakat, apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional