Persepsi para suster yunior kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 tentang relasinya dengan lawan jenis - USD Repository

  

PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI PUTERI

BUNDA HATI KUDUS DI PROVINSI

  INDONESIA

TAHUN 2007-2008 TENTANG RELASINYA

DENGAN LAWAN JENIS

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh: Kristiana Sukarsih

NIM : 031114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU PENDIDIKAN

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum ”.

  “ … Tinggallah Di Dalam KasihKu” (Yohanes 15: 9).

  “Pengalaman hidup seberat apapun tidak akan pernah membinasakan aku, tetapi hal itu membentuk aku supaya aku menjadi bijaksana sebab Tuhan Sang sumber cinta selalu menemani perjuanganku”.

  Skripsi ini dipersembahkan kepada: Para suster Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia

  

ABSTRAK

PERSEPSI PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI PUTERI

BUNDA HATI KUDUS DI PROVINSI

  INDONESIA

TAHUN 2007-2008 TENTANG RELASINYA

DENGAN LAWAN JENIS

  

Kristiana Sukarsih

Universitas Sanata Dharma 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi para suster yunior kongregasi Puteri

Bunda Hati Kudus (PBHK) di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 tentang relasinya dengan

lawan jenis dan menggali makna yang mereka temukan dalam berelasi itu. Subjek dalam

penelitian ini berjumlah empat (4) orang suster yunior PBHK yang bertugas di Jawa.

  Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini

adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara

mendalam dan observasi tingkah laku non verbal. Instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan pedoman wawancara. Informasi yang dikumpulkan berasal dari hasil wawancara

mendalam dari setiap subjek penelitian yang direkam menggunakan tape-recorder, kemudian

disusun dalam bentuk transkrip verbatim.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat (4) subjek penelitian mempunyai persepsi

yang positif tentang relasi dengan lawan jenis bahwa relasi itu merupakan hal yang baik,

perlu dan wajar demi panggilan dan perutusan. Persepsi positif itu disebabkan oleh:

pengalaman dicintai orang tua, dicintai saudara-saudara laki-lakinya, dipercaya boleh berelasi

dengan teman-teman lawan jenis sebelum masuk biara, dikuatkan hidup panggilannya dalam

berelasi dengan lawan jenis setelah hidup di biara dan nilai pesaudaraan yang

diperjuangkannya. Persepsi mereka yang positif itu sesuai dengan harapan kongregasi PBHK.

Relasi itu dijiwai oleh spiritualitas kongregasi yaitu kasih Hati Kudus Yesus yang ditikam

dengan tombak menjadi sumber kehidupan baru dan dijiwai kharisma kongregasi yaitu

membantu orang lain agar mereka meyakini betapa besar cinta kasih Allah kepada mereka

yang diungkapkan dengan amal kasih, kebaikan hati, keramahan kepada siapa saja yang

dilayani. Relasi itu demi merealisasikan visi kongregasi yaitu dalam Hati Kudus Yesus

ditemukan pewahyuan cinta kasih Allah yang berbelaskasih, rendah hati, lemah lembut,

menyelamatkan seluruh umat manusia dan demi merealisasikan misi kongregasi yaitu

mewartakan kasih Hati Kudus Yesus supaya Dia dikasihi di mana-mana dan semakin banyak

orang mengalami dicintai Tuhan. Relasi mereka sehat karena mereka memperhatikan

pedoman yang benar dalam berelasi, yaitu: memiliki kedewasaan afektif dan seksual yang

cukup, disiplin dalam hidup doa, waspada akan resiko-resikonya, membangun persekutuan

dalam hidup berkomunitas, membangun relasi yang terbuka bagi siapa saja dan demi

kesejahteraan orang-orang yang dilayani.

  Makna yang ditemukan dalam berelasi dengan lawan jenis adalah relasi itu semakin

memperkuat penyerahan diri mereka secara total kepada Hati Kudus Yesus, mempersatukan

dengan saudara-saudara sekomunitas dan demi perutusan kongregasi. Persepsi positif itu

tetap bisa berubah, maka sangat penting bagi mereka untuk terus-menerus mengolah

pengalamannya dalam berelasi dengan lawan jenis dan sungguh-sungguh menghayati nilai-

nilai hidup panggilan.

  ABSTRACT

THE PERCEPTION OF JUNIOR SISTERS OF THE DAUGHTERS OF OUR

LADY OF THE SACRED HEART CONGREGATION OF INDONESIAN

  

PROVINCE IN THE YEAR OF 2007-2008 CONCERNING WITH

THEIR RELATIONSHIP WITH THE OPPOSITE-SEX

Kristiana Sukarsih

Sanata Dharma University 2008

  The aim of this research was to find out the perception of junior sisters of the

Daughters of Our Lady of the Sacred Heart Congregation of Indonesian Province in the year

of 2007-2008 concerning with their relationship with the opposite-sex and to discover the

significance which they uncover in such relationship. The number of the subject in this

research was four junior sisters of the Daughters of Our Lady of the Sacred Heart, who are

now assigned in Java.

  The type of the research used in this study was a qualitative research. Method applied

to collecting data was a deep interview and non verbal behavior observation. The research

instrument was in the form of guidance interview questionnaires. The information collected

was the outcome of deep interview with each sample of the research recorded using tape-

recorder, and then put them together in the form of verbatim transcription.

  The result of the research indicated that four samples of the research had a positive

perception concern with the relationship with the opposite-sex because they thought that the

relationship was a good thing, necessary and natural, and it was very useful for the future of

vocation and mission journey. The positive perceptions were intrinsically influenced by these

following main factors such as the experience of being loved by their own parents and

brothers in the family. They were truly trusted and permitted to have relationship with

opposite-sex prior to entering into the monastery. Based on their personal experiences, they

then felt that having a relationship with the opposite-sex did not only lead them into negative

aspects, but also encouraged and reminded them on every single of sisterhood values, which

should be struggled. All their positive perceptions were in accordance with the sisters’

expectation of PBHK congregation. This experience became more powerful because such

relationship was truly inspired by the congregation spirituality, the Sacred Heart of Jesus,

which had been stabbed by the spear and then became a new source of life. It was also

inspired by its charism to succor other people so that they would be able to manifest how

great the love of God was for them. All these have been expressing through good deed,

kindness and friendliness to whomever they serve for the past few years. The relationship

was intended to manifest the vision of congregation of the Sacred Heart of Jesus might be

found in divine revelation of God’s love: mercy, modesty, kind-hearted, rescue of mankind,

and for the sake of realizing the mission of congregation to proclaim the love of the Sacred

Heart of Jesus. By doing so, the Christ might be loved everywhere and more people

experienced how to be loved by God. Their relationship was healty since it was rooted on the

right policy of the relationship, for instance, having an affective mature and adequate sexual

controlled, discipline of prayer life, be aware of its risks, building a unity within the

community life and growing a closed relationship with those they served.

  Thus the significant sense found in the relationship with the opposite-sex that was such

relationship reinforced their totally surrender to the Sacred Heart of Jesus. They were all

united with the sisters in the community to carry out the mission of congregation. That

positive perception in a time still can change, so it is important for them continuosly elaborate

deeply experiences related with the opposite-sex and pay more attention to the vocation

values.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih yang telah menyertai dan membimbing penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kasih Tuhan yang melimpah sungguh-sungguh penulis rasakan dan alami selama menulis skripsi ini. Kasih itu secara nyata penulis alami melalui kasih Hati Kudus Yesus dan Bunda Hati Kudus yang selalu setia menemani dan memberi kekuatan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bisa selesai berkat bantuan dari berbagai pihak: berupa materi, masukan, dukungan, perhatian, saran, kritik dan doa. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini.

  2. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., selaku pembimbing pertama yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kasih, kesabaran, perhatian dan memberikan ide-idenya yang bagus.

  4. Drs. T. A. Prapancha Hary, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kasih, kesabaran, perhatian dan memberi semangat.

  5. Sr. M. Madeleine Y. PBHK, selaku Provinsial PBHK Provinsi Indonesia dan para dewannya yang telah merestui, mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Sr. HJK, Sr. FMN, Sr. WGP dan Sr. BLQ (nama samaran) yang telah berkenan membagikan dan mempercayakan sebagian pengalaman hidupnya kepada penulis demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

  7. Sr. M. Christien S. PBHK, selaku Superior PBHK daerah Jawa dan para dewannya yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Sr. M. Gaudentia E. PBHK dan para suster PBHK komunitas Deresan Yogyakarta yang telah mendukung, memperhatikan, memberi semangat dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Sr. M. Caecilia W. PBHK dan para suster PBHK komunitas Tegal serta para suster PBHK Provinsi Indonesia lainnya yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  10. Teman-teman seperjuangan dalam panggilan yang telah mendukung, memberi semangat dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Sr. Yosse Marry, Sr. M. Avilla, Sr. M. Eugenia, Sr. M. Kanisia dan Sr. M. Goretti.

  11. Sahabat yang telah memotivasi, mencintai, mendukung, memperhatikan dan mendoakan dengan tulus sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  12. P. A. Handoko MSC yang telah meminjami beberapa buku, P. A. Lamere MSC yang telah membantu menterjemahkan beberapa buku, Fr. Jay MSC dan Br. Pius SVD yang telah membantu menterjemahkan bagian abstrak skripsi ini.

  13. P. Paul Suparno SJ yang berkenan memotivasi, membimbing, memberi semangat dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan kebapaan pada saat penulis mengalami kesulitan dalam menyusun skripsi ini.

  14. Para pastor, bruder dan frater MSC komunitas Palagan Yogyakarta, komunitas wisma Hati Kudus dan komunitas biara Purworejo yang telah mendukung, memperhatikan dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  15. Bapak, mamak, mas dan adik-adik yang telah mencintai, memperhatikan, mendukung, memberi semangat dan mendoakan penulis dengan tulus dalam menyelesaikan skripsi ini.

  16. Teman-teman sekelompok saat KKN yang telah memberi semangat dan memperhatikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Sonya, Henny, Sr. Gaudent SFD, Ferdi, Mandus dan Gugun.

  17. Teman-teman angkatan 2003 yang telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut terlibat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan keterbatasannya, namun penulis mengharapkan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peningkatan pembinaan para suster muda berkaitan tentang relasi dengan lawan jenis. Dengan demikian, mereka semakin mampu meningkatkan persepsinya yang positif dan mampu memaknakannya demi perkembangan kepribadian, panggilan dan perutusannya.

  Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………. iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ……………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………….. v ABSTRAK …………………………………………………………... vi

  

ABSTRACT …………………………………………………………... vii

  KATA PENGANTAR ………………………………………………. viii DAFTAR ISI ……………………………………………………….... xi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xiv

  BAB I: PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ……………………………………..

  B.

  6 Rumusan Masalah …………………………………………… C.

  6 Tujuan Penelitian …………………………………………….

  D.

  6 Manfaat Penelitian …………………………………………...

  E.

  7 Definisi Operasional …………………………………………

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.

  9 Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus (PBHK) ……………...

  1.

  9 Sejarah Singkat Kongregasi PBHK ……………………...

  2.

  12 Visi dan Misi Kongregasi PBHK ………………………..

  3.

  13 Ciri Khas Cara Hidup Kongregasi PBHK ……………….

  B.

  Relasi yang Sehat dengan Lawan Jenis yang Diharapkan Kongregasi PBHK …………………………………………...

  14 C.

  16 Bidang-bidang Karya Kerasulan Kongregasi PBHK ………..

  1.

  17 Bidang Pendidikan ……………………………………….

  2.

  18 Bidang Kesehatan ………………………………………..

  3.

  19 Bidang Sosial …………………………………………….

  4.

  19 Bidang Pastoral …………………………………………..

  D.

  20 Relasi yang Sehat dan Tidak Sehat dengan Lawan Jenis …… 1.

  21 Relasi yang Sehat ………………………………………..

  a.

  25 Pribadi ……………………………………………….

  b.

  27 Hidup Komunitas …………………………………… c.

  28 Hidup Karya Kerasulan ……………………………..

  2.

  30 Relasi yang Tidak Sehat ………………………………....

  E.

  34 Masa Yuniorat Kongregasi PBHK …………………………..

  1.

  34 Para Suster Yunior dan Masa Yuniorat PBHK ………….

  2.

  37 Pembinaan Masa Yuniorat PBHK ……………………….

  F.

  39 Persepsi tentang Relasi dengan Lawan Jenis ………………...

  1.

  39 Pengertian Persepsi ……………………………………… 2.

  40 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi …………… 3.

  42 Proses Pembentukan Persepsi …………………………...

4. Macam-macam Persepsi tentang Relasi dengan

  Lawan Jenis ………………………………………………

  45 a.

  45 Persepsi Positif ……………………………………….

  b.

  47 Persepsi Negatif ……………………………………...

  BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A.

  50 Jenis Penelitian ……………………………………………….

  B.

  52 Subjek Penelitian ……………………………………………..

  C.

  53 Metode Pengumpulan Data …………………………………..

  D.

  54 Tahap-tahap Penelitian ……………………………………….

  E.

  55 Koding dan Analisis Data …………………………………… F.

  56 Pemeriksaan Keabsahan Data ………………………………..

  BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

  59 Hasil Penelitian ……………………………………………….

  1.

  59 Subjek 1 …………………………………………………..

  2.

  61 Subjek 2 …………………………………………………..

  3.

  62 Subjek 3 …………………………………………………..

  4.

  64 Subjek 4 …………………………………………………..

  B.

  65 Pembahasan …………………………………………………..

  1.

  65 Persepsi tentang Relasi dengan Lawan Jenis …………….

  2.

  67 Makna dalam Berelasi dengan Lawan Jenis ..……………

BAB V: PENUTUP A.

  69 Kesimpulan …………………………………………………...

  B.

  70 Saran …………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...

  71 LAMPIRAN …………………………………………………………..

  74

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Orang selalu

  terdorong untuk menjalin relasi dengan orang lain (Gerungan, 1988: 24). Orang hanya dapat hidup apabila mereka berelasi dan bekerjasama dengan orang lain (Hardjana, 2003: 9). Orang mempunyai kebebasan untuk menjalin relasi dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang suku, agama, status sosial, pendidikan, jenis kelamin dan warna kulit. Relasi itu dapat menjadi kesempatan bagi orang untuk mengembangkan dirinya (Supratiknya, 1995: 9-10).

  Perkembangan kepribadian orang akan terhambat apabila mereka tidak mampu berinteraksi dengan orang lain (Baron, 2003: 277 dan Kwakman, 2007: 2).

  Oleh karena itu, relasi dengan orang lain merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam kehidupan setiap orang, begitu halnya bagi para suster kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus.

  Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus yang disingkat PBHK adalah serikat para suster yang didirikan oleh Pater Jules Chevalier MSC pada tanggal 30 Agustus tahun 1874 di Issoudun Perancis. Ibu rohani dan superior jenderal pertamanya adalah Sr. Marie Louise Hartzer PBHK. Kongregasi PBHK tersebar di berbagai negara, salah satunya adalah di Indonesia. Kongregasi PBHK di Provinsi Indonesia terdiri dari para suster senior, medior dan yunior.

  Spiritualitas kongregasi PBHK termuat di konstitusi Bab I nomor 2: “… Hati- dianugerahkan Allah kepada manusia” (1983: 7). Kharisma kongregasi PBHK adalah membantu orang lain agar mereka meyakini bahwa Allah mencintai mereka, yang diungkapkan dengan amal kasih, kebaikan hati dan keramahan kepada orang-orang yang dilayaninya (Konstitusi Bab I nomor 1 dan Cuskelly, 1975: 80-81). Melalui pengalaman imannya, Pater Jules Chevalier MSC menemukan bahwa dalam Hati Kudus Yesus ditemukan pewahyuan kelembutan cinta kasih Allah yang berbelaskasih, rendah hati, lemah lembut dan menyelamatkan seluruh umat manusia, sehingga itu menjadi visi hidupnya.

  Dia sangat meyakini bahwa Allah mencintainya tanpa batas. Pengalaman itu menjiwai dan mengobarkan hati Pater Jules Chevalier MSC dalam mengemban misinya yang terungkap dalam semboyan “Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi Di Mana-mana” (Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum). Para suster PBHK dipanggil dalam Gereja untuk mengambil bagian dalam visi dan misinya tersebut.

  Pada awal sejarah kongregasi, Pater Jules Chevalier MSC bersama dengan Sr. Marie Louise Hartzer PBHK saling bekerjasama dalam merintis kongregasi demi terwujudnya misi utama kongregasi PBHK yaitu mewartakan cinta Hati Kudus Yesus kepada semua orang, supaya mereka percaya bahwa Allah mengasihi mereka (Venard, 1983: 165-166). Mereka menyadari bahwa visi dan misi kongregasi PBHK tidak dapat terwujud tanpa saling bekerjasama dan saling melengkapi. Relasi yang mereka bangun dilandasi oleh visi dan misi yang sama (Venard, 1983: 176). Hidup mereka dipersembahkan hanya demi kemuliaan Allah. Mereka membangun relasi yang sehat demi perutusan itu sehingga kongregasi PBHK dari tahun ke tahun terus berkembang sampai saat ini.

  Para suster PBHK sebagai generasi penerusnya mewarisi semangat itu dalam mengemban tugas di bidang-bidang karya kerasulan kongregasi baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial maupun pastoral (Konstitusi Bab VII nomor 84). Para suster PBHK membangun semangat persaudaraan dan kekeluargaan sejati, seperti termuat dalam konstitusi Bab VI nomor 60: “Kehidupan kita dalam komunitas haruslah dijiwai oleh semangat kekeluargaan yang sejati”. Dalam melaksanakan karya kerasulan, para suster PBHK bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti yang termuat di konstitusi Bab VII nomor 87 bagian perutusan: “Kita bekerjasama dengan para imam, kaum religius lain dan kaum awam untuk membangun komunitas umat dan memajukan tugas perutusan Gereja setempat” (1983: 33). Itu sebabnya, para suster PBHK diharapkan memiliki kemampuan untuk menjalin relasi yang sehat dengan orang lain sebab dalam mengemban karya kerasulan kongregasi mereka terbuka untuk berelasi dengan siapapun juga.

  Tulisan ini lebih menyoroti para suster yunior PBHK Provinsi Indonesia yang berjumlah dua puluh enam (26) orang. Para suster yunior adalah para suster yang berkaul sementara dalam kongregasi PBHK. Mereka sedang dalam tahap pembinaan dasar untuk persiapan mengikrarkan kaul kekal dalam kongregasi (Hardawiryana, 1995: 1). Mereka belajar bertanggungjawab melalui melaksanakan tugas di bidang karya kerasulan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing. Oleh karena itu, mereka terbuka untuk menjalin relasi

  Relasi para suster yunior dengan lawan jenis dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang relasinya itu. Rakhmat menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang peristiwa tertentu yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (1985: 64). Persepsi suster yunior PBHK tentang relasinya dengan lawan jenis merupakan pendapat/keyakinan mereka tentang pengalaman mereka dalam berelasi dengan lawan jenis. Persepsi itu bisa positif dan negatif (Sobur, 2003: 464). Apabila persepsi mereka positif maka relasinya dengan lawan jenis menjadi sehat. Relasi itu dapat mendewasakan kepribadian mereka dan bisa saling melengkapi dalam mewartakan cinta kasih Hati Kudus Yesus. Sebaliknya, apabila persepsi mereka negatif maka relasinya dengan lawan jenis menjadi tidak sehat. Relasi itu dapat menghambat perkembangan kepribadian dan hidup panggilan mereka.

  Para suster yunior PBHK diharapkan memiliki persepsi yang positif tentang relasinya dengan orang lain sebab sejak awal sejarah kongregasi PBHK relasi dengan orang lain merupakan hal yang positif, termasuk relasi dengan lawan jenis. Pater Jules Chevalier MSC dan Sr. Marie Louise Hartzer PBHK telah memberikan teladan tentang hal itu. Relasi yang mereka bangun sungguh- sungguh dijiwai oleh kharisma dan spiritualitas yang sama. Mereka membangun relasi demi satu tujuan dan satu cita-cita. Mereka mempunyai persepsi yang benar tentang relasi dengan lawan jenis sehingga relasi mereka menjadi sehat. Relasi dengan lawan jenis bukan merupakan hal yang tabu dan perlu dihindari (Suparno, 2007: 83-85). Relasi itu merupakan salah satu bagian hidup yang dapat mendewasakan kepribadian dan hidup panggilan para suster menemukan makna terdalam tentang relasinya itu (Podimattam, 1985: 70-74). Dengan demikian, para suster yunior PBHK dapat semakin mantap dan setia dalam menjalani hidup panggilan mereka.

  Sementara menurut pengamatan penulis, ada sebagian para suster yunior PBHK tampak takut, malu dan ragu-ragu dalam berelasi dengan lawan jenis sedangkan dalam setiap bidang karya kerasulan kongregasi mereka dituntut bisa bekerjasama dengan lawan jenis, baik awam maupun biarawan. Perasaan- perasaan itu bisa menghambat perkembangan kepribadian dan panggilan mereka apabila hal itu tidak diolah. Penulis merasa prihatin dengan kenyataan itu. Makna apa yang kiranya bisa ditemukan dalam berelasi dengan lawan jenis?

  Berdasarkan kenyataan yang sudah diuraikan itu, maka penulis tertarik meneliti “Persepsi para suster yunior PBHK tentang relasinya dengan lawan jenis”. Penulis ingin mengetahui persepsi mereka dan menggali makna yang bisa ditemukan dalam berelasi dengan lawan jenis. Semoga setelah penulis mengetahui persepsi mereka dan makna itu, penulis semakin berempati dan dapat membantu mereka untuk semakin meningkatkan persepsinya yang positif sehingga dapat menjalin relasi yang sehat dengan lawan jenis. Dengan demikian, para suster yunior kongregasi PBHK Provinsi Indonesia semakin mantap dan setia dalam menjalani hidup panggilan mereka masing-masing sebagai seorang religius PBHK.

A. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

  1. Bagaimanakah persepsi para suster yunior kongregasi PBHK di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 tentang relasinya dengan lawan jenis? 2. Makna apa yang ditemukan para suster yunior kongregasi PBHK di

  Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 dalam berelasi dengan lawan jenis? B.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah: 1.

  Untuk mengetahui persepsi para suster yunior kongregasi PBHK di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 tentang relasinya dengan lawan jenis.

  2. Untuk menggali makna yang ditemukan para suster yunior kongregasi PBHK di Provinsi Indonesia tahun 2007-2008 dalam berelasi dengan lawan jenis.

C. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: 1.

  Bagi kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus Provinsi Indonesia Penelitian ini sebagai sumbangan untuk mengembangkan program pembinaan demi peningkatan persepsi yang positif tentang relasi suster yunior dengan lawan jenis.

2. Bagi suster pendamping para suster yunior PBHK

  Penelitian ini sebagai sumbangan untuk mendampingi para suster yunior supaya para suster yunior PBHK semakin mampu mengembangkan persepsi yang positif tentang relasinya dengan lawan jenis.

  3. Bagi para suster yunior PBHK Penelitian ini dapat semakin menyadarkan mereka betapa pentingnya persepsi yang positif tentang relasinya dengan lawan jenis. Mereka diharapkan semakin mampu menjalin relasi yang wajar dengan lawan jenis dan semakin mantap dalam menjalani hidup panggilan mereka.

  4. Bagi peneliti Penelitian ini sebagai masukan untuk mengembangkan empatisitas peneliti terhadap para suster yunior PBHK sehingga dalam kehidupan sehari-hari sebagai sesama anggota sekongregasi peneliti bisa menjadi teman bagi mereka.

  5. Bagi peneliti lain Penelitian ini sebagai salah satu sumber inspirasi apabila mereka ingin mengembangkan penelitian di sekitar topik yang sama.

E. Definisi Operasional

  Untuk mempermudah pemahaman tentang penelitian ini, berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang digunakan:

  1. Persepsi adalah proses diterimanya rangsang yang berupa objek, kualitas, hubungan antar gejala dan peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi merupakan pendapat/keyakinan orang tentang suatu

  2. Kongregasi PBHK adalah persekutuan suster-suster Puteri Bunda Hati Kudus yang didirikan oleh Pater Jules Chevalier MSC pada tanggal 30 Agustus tahun 1874 di Issoudun Perancis. Misi utama Kongregasi PBHK adalah untuk mewartakan cinta Hati Kudus Yesus bagi semua orang supaya mereka percaya bahwa Allah mengasihi mereka. Misi itu terungkap dalam semboyan “Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi Di Mana-mana (Ametur

  ”.

  Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum) 3.

  Para suster yunior PBHK Provinsi Indonesia adalah para suster yang telah mengikrarkan kaul sementara dalam kongregasi PBHK dan tinggal di komunitas yang berada di Indonesia.

  4. Relasi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

  5. Relasi dengan lawan jenis adalah relasi para suster yunior PBHK dengan lawan jenis, baik laki-laki awam maupun biarawan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kongregasi Puteri Bunda Hati Kudus (PBHK) 1. Sejarah Singkat Kongregasi PBHK Kongregasi PBHK didirikan oleh Pater Jules Chevalier MSC. Dia

  lahir pada tanggal 15 Maret 1824 di Richelieu Perancis dari pasangan Jean Charles dan Louise Oury. Mereka hidup pada jaman setelah revolusi Perancis, pecahnya pada bulan September 1793 sampai dengan Juli 1794.

  Pada saat itu, terjadi berbagai penganiayaan dan pembunuhan, termasuk ratusan imam dibunuh dalam pembantaian massal. Pada umumnya, masyarakat Perancis dilanda penyakit jaman, seperti: bersikap bermusuhan, acuh tak acuh (indifference) dan egois (Tostain, 1997: 10-30). Peristiwa jaman itu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian Jules Chevalier. Dia berkembang menjadi pribadi yang dewasa, bertanggungjawab dan mempunyai cita-cita hidup membiara (Keulers, 1980: 6). Situasi Perancis itu mendorong Jules Chevalier untuk mempersembahkan diri dan hidupnya demi kemuliaan Allah sehingga setelah berusia 17 tahun, dia mulai masuk seminari menengah dan seminari tinggi di Perancis (Tostain, 1997: 42 dan Venard, 1983: 69). Berbagai pengalaman hidup yang dia alami semakin mengembangkan pribadinya: ramah kepada siapa saja, semangat doa dan optimis dalam menghadapi kesulitan hidupnya (Keulers, 1980: 8 dan Venard, 1983: 72-78). Semangat

  Bunda Hati Kudus sehingga dia mengalami bahwa Allah mencintainya tanpa batas (Cuscelly, 1975: 46). Itu sebabnya, dia tergerak hati mendirikan serekat misionaris yang memberi perhatian khusus pada pewartaan Hati Kudus Yesus di seluruh dunia (Keulers, 1980: 8).

  Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam deosesan, Pater Jules Chevalier mulai mewujudkan cita-citanya mendirikan serekat misionaris.

  Dia novena mohon bantuan kepada Bunda Maria supaya cita-citanya dapat terwujud (Venard, 1983: 76). Pada tanggal 8 Desember 1854, Pater Jules Chevalier meresmikan kongregasi yang diberi nama kongregasi Missionarii

  

Sacratissimi Cordis Jesu (MSC)/ Misionaris Hati Kudus Yesus di Issoudun

  Perancis (Keulers, 1980: 14). Setelah itu, Pater Jules Chevalier MSC membentuk kelompok misionaris para suster PBHK (Puteri Bunda Hati Kudus) dan diresmikan pada tanggal 30 Agustus 1874 di Issoudun Perancis (Cuskelly, 1975: 102). Tujuan didirikan kongregasi PBHK adalah mewartakan kasih Hati Kudus Yesus di seluruh dunia (Venard, 1983: 89).

  Mulai tanggal 8 Desember 1882, Pater Jules Chevalier MSC mempercayakan kepemimpinan kongregasi PBHK kepada Sr. Marie Louise Hartzer PBHK yang kemudian menjadi ibu rohani dan superior jenderal pertama (Wijingaarden,1997: 4). Sejak saat itu, Pater Jules Chevalier MSC dan Sr. Marie Louise Hartzer PBHK saling bekerjasama merintis dan mengembangkan kongregasi PBHK (Venard, 1983: 166). Kerjasama itu dijiwai oleh spiritualitas dan kharisma yang sama, yaitu kasih Hati Kudus Yesus yang ditikam dengan tombak menjadi sumber kehidupan baru dan Allah kepada mereka (Konstitusi Bab I nomor 1 dan 2). Pater Jules Chevalier MSC terlibat secara langsung membimbing para suster PBHK melalui konferensi-konferensi, bimbingan rohani dan pengakuan dosa.

  Ketika kongregasi mengalami saat-saat sulit, mereka tetap setia bersama- sama mengatasi berbagai kesulitan itu (Venard, 1983: 168). Mereka menerima keberadaan diri mereka apa adanya, bersikap saling terbuka dan saling percaya (Venard, 1983: 165). Mereka saling menghormati sebagai pribadi yang sama-sama dipanggil dan diutus untuk menjadi rasul cinta kasih Hati Kudus Yesus (Cuskelly, 1975: 106-108).

  Relasi yang dibangun Pater Jules Chevalier MSC dan Sr. Marie Louise Hartzer PBHK semakin menguatkan mereka dalam mewartakan cinta kasih Hati Kudus di seluruh dunia (Venard, 1983: 109). Relasi itu hanya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan hidup sesama yang dilayaninya. Relasi mereka terbuka bagi siapa saja sehingga mereka mampu mempererat persatuan dan kesatuan dalam komunitas kongregasi PBHK (Venard, 1983: 176). Mereka berdua berjuang bersama membangun komunitas yang saling meneguhkan, menguatkan dan menghidupkan sehingga setiap suster semakin mengalami kasih Allah (Venard, 1983: 178- 179).

  Hal ini menunjukkan bahwa relasi mereka sehat. Mereka mempunyai pandangan yang benar tentang relasi dengan orang lain, begitu halnya relasi dengan lawan jenis. Mereka menjalin relasi demi mewujudkan visi dan misi kongregasi PBHK sehingga sampai saat ini kongregasi PBHK semakin dan Wijingaarden, 1997: 22, 40). Semangat itu diwariskan kepada para suster PBHK sebagai generasi penerusnya supaya bekerjasama dengan siapa saja dalam merealisasikan karya kerasulan kongregasi, antara lain: dengan para imam, para religius lain dan para awam (Konstitusi Bab VII nomor 87). Dengan demikian, kongregasi PBHK di Indonesia terus berkembang subur sampai sekarang ini baik jumlah anggota maupun bidang karya kerasulan.

2. Visi dan Misi Kongregasi PBHK

  Visi kongregasi PBHK termuat di konstitusi Bab I nomor 1, 2 dan 3, dikatakan bahwa dalam Hati Kudus Yesus ditemukan pewahyuan kelembutan cinta kasih Allah yang berbelaskasih, rendah hati, lemah lembut dan menyelamatkan seluruh umat manusia (1983: 7-9). Kasih Allah yang tanpa batas itulah yang menjadi arah hidup kongregasi PBHK. Kongregasi PBHK sungguh-sunggguh percaya bahwa Allah mencintai setiap anggota melalui pengalaman hidup, baik pengalaman suka maupun duka. Kapitel I Provinsi PBHK Indonesia merumuskan visi kongregasi PBHK sebagai berikut:

  

“Komunitas hidup bakti PBHK yang anggota-anggotanya mengagumi dan

mengalami kasih Allah yang nyata dalam Hati Kudus Yesus, bersama Maria Bunda Hati Kudus, menyerahkan diri secara total, ambil bagian dalam gerak

keprihatinan Hati Kudus Yesus, sebagaimana diwariskan Pater Chevalier,

membagikan kasih-Nya, terutama kepada mereka yang tak berdaya, lemah dan tersingkir” (1998: 2).

  Misi kongregasi PBHK termuat di konstitusi Bab I nomor 3: “Semboyan kita: Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi Di Mana-mana

  

(Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum) ” (1983: 8). Kongregasi

  PBHK mewartakan kasih Hati Kudus Yesus di seluruh dunia. Para suster PBHK dipanggil dalam Gereja untuk mengambil bagian dalam mewujudkan visi dan misi tersebut. Mereka diutus untuk menjadi rasul- rasul cinta-Nya dan membaktikan seluruh hidupnya demi terwujudnya misi itu. Kapitel I Provinsi PBHK Indonesia merumuskan misinya bahwa kongregasi PBHK bertekad mewujudkan intimitas Hati Kudus Yesus dan Maria, menghayati keutamaan-keutamaan Hati Kudus Yesus dan Maria, mewartakan cinta Allah yang berbelas kasih melalui kesaksian hidup dalam perutusan (1998: 2). Dalam mewujudkan visi dan misi kongregasi tersebut para suster PBHK terbuka untuk berelasi dengan siapa saja, termasuk dengan lawan jenis.

3. Ciri Khas Cara Hidup Kongregasi PBHK

  Ciri khas cara hidup kongregasi PBHK termuat di konstitusi Bab I nomor 5 (1983: 8). Dalam Program Pembinaan Yuniorat Puteri Bunda Hati Kudus (1996: 3-4), hal itu diuraikan sebagai berikut: a.

  Personal Para suster PBHK menyerahkan diri secara personal dan total kepada Hati Kudus Yesus dan Bunda Hati Kudus, dengan hati tidak terbagi, melalui hidup berkaul, hidup doa, adorasi dan pemulihan.

  b.

  Komuniter Para suster PBHK hidup dalam komunitas mewujudkan kualitas- sejati, persaudaraan, saling menerima adanya berbagai perbedaan, mencintai dengan tulus, hidup sederhana, saling percaya, perhatian, mendengarkan, membantu, meneguhkan, berbelarasa, mengampuni, terbuka, setia, menghormati, gembira, bersikap ramah dan hangat.

  c.

  Rasuli Para suster PBHK bersama dengan Bunda Hati Kudus, dipanggil dan diutus untuk mengambil bagian dalam karya penebusan Allah menjadi rasul cinta Hati Kudus Yesus, khususnya bagi orang-orang yang miskin, menderita dan tertindas. Oleh karena itu, betapa pentingnya berelasi yang sehat dengan orang lain dalam melaksanakan setiap karya kerasulan kongregasi agar Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana.

  B.

  

Relasi yang Sehat dengan Lawan Jenis yang Diharapkan Kongregasi

PBHK

  Bagi kongregasi PBHK, relasi dengan orang lain merupakan hal yang positif demi terwujudnya visi dan misi kongregasi. Kongregasi PBHK tidak bisa berjalan sendiri tetapi membutuhkan kerjasama dengan orang lain dalam mewartakan kasih Hati Kudus Yesus. Harapan itu secara jelas diuraikan dalam anggaran dasar kongregasi sebagai pedoman hidup para suster PBHK yang termuat di konstitusi, direktorium dan statuta kongregasi PBHK.

  Orang lain yang bekerjasama dengan kongregasi PBHK dipandang sebagai mitra dalam mengemban misi kongregasi, yaitu “Semoga Hati Kudus Yesus Dikasihi Di Mana-mana” (Konstitusi Bab I nomor 3 dan Statuta Bab VII kaum religius lain dan kaum awam dalam melaksanakan karya kerasulan kongregasi (Konstitusi Bab I nomor 11 dan Bab VII nomor 87). Mereka terbuka untuk berelasi dengan siapa saja. Relasi itu dijiwai oleh spiritualitas dan kharisma kongregasi. Kasih Hati Kudus Yesus yang lemah lembut, berbelaskasih, menyelamatkan dan rendah hati yang menyemangati mereka. Relasi itu dibangun dalam rangka mewartakan cinta kasih Hati Kudus Yesus dan membantu orang lain supaya mereka meyakini bahwa Allah mengasihi mereka masing-masing (Konstitusi Bab I nomor 1, 2, 3 dan 5).

  Para suster PBHK menjalin relasi dengan orang lain berdasarkan cinta universal dan tidak mementingkan diri sendiri sehingga mereka menjadi bebas untuk mencintai orang lain seperti Allah mencintai mereka dan untuk hadir dalam situasi kehidupan mereka dengan pengertian dan keprihatinan. Melalui kaul kemurnian, mereka mengikatkan diri dengan bebas untuk menjalani selibat dan hidup murni supaya mereka dapat mengabdi Kristus sepenuhnya demi kerajaan Allah. Relasi itu sebagai salah satu sarana yang dapat memperkuat penyerahan diri mereka secara total hanya kepada Tuhan (Konstitusi Bab III nomor 24, 27 dan 28). Mereka diharapkan mengembangkan pandangan yang positif dan dinamis terhadap cinta, mengenal diri yang sesungguhnya, menerima seksualitasnya dan seksualitas orang lain apa adanya serta mampu memaknai kesepian. Mereka membangun semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang sejati baik dalam hidup bersama di komunitasnya maupun dalam berelasi dengan orang lain di luar komunitasnya, seperti: ramah, tulus, hormat, bijaksana, sopan, gembira, saling menerima adanya keragaman, meneguhkan dalam panggilan, mendengarkan, menghargai, menghormati, melengkapi, mendukung dan memperhatikan. Hal itu akan memampukan mereka untuk mengembangkan relasi pribadi yang sehat baik dengan sesama suster di komunitasnya maupun dengan orang lain di luar komunitasnya (Konstitusi Bab V nomor 48, Bab VI nomor 60, 66, 68, Bab VII nomor 82; Direktorium Bab III nomor 3.3, Bab IV nomor 4.7, Bab V nomor 5.2, Bab VI nomor 6.1, 6.2, 6.3; Statuta Bab III, Bab V nomor 2, Bab VII bagian perutusan nomor 5).

  Dari uraian di atas semakin jelas bahwa dalam kongregasi PBHK relasi dengan orang lain merupakan hal yang positif. Dalam merealisasikan visi dan misi kongregasi, para suster PBHK terbuka untuk berelasi dengan orang lain. Relasi itu dapat mendukung perkembangan karya kerasulan kongregasi. Oleh karena itu, betapa pentingnya para suster PBHK berelasi yang sehat dengan orang lain dalam merealisasikan misi kongregasi sebab dalam setiap bidang karya kerasulan kongregasi mereka terbuka untuk berelasi dengan siapa saja, termasuk dengan lawan jenis.