Kebiasaan demokratis para suster medior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KEBIASAAN DEMOKRATIS PARA SUSTER MEDIOR
(STUDI DESKRIPTIF PADA PARA SUSTER MEDIOR PRR REGIO TAHUN 2015-2016
DAN USULAN TOPIK-TOPIK PENINGKATAN KEBIASAAN DEMOKRATIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :
Agatha Keys
121114058

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Dalam kesesakan aku berlari kepadaMu Tuhan”
(Mgr.Gabriel Manek,SVD, Pendiri Kongregasi PRR)

“Manusia yang belum pernah mengalami penderitaan tidak akan
pernah mengalami kebahagiaan.”
(Kahlil Gibran)

Dengan penuh syukur dan pujian kepada Tuhan skripsi ini kupersembahakn

kepada para suster Kongregasi Puteri Reinha Rosaari

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
KEBIASAAN DEMOKRATIS PARA SUSTER MEDIOR
(STUDI DESKRIPTIF PADA PARA SUSTER MEDIOR PRR REGIO JAWA-BALI TAHUN
2015-2016 DAN USULAN TOPIK-TOPIK PENINGKATANNYA)

Agatha Keys
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kebiasaan
demokratis di kalangan para suster medior PRR Regio Jawa-Bali tahun 2015-2016

dan membuat usulan topik-topik untuk meningkatkan kebiasaan demokratis di
kalangan para suster.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode
survei. Subjek penelitian adalah para suster medior PRR Regio Jawa-Bali tahun
2015-2016 yang berjumlah 50 orang berusia berkisar antara 21-40 tahun. Penelitian
ini termasuk penelitian populasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner kebiasaan demokratis yang disusun penulis. Kuesioner terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang mencakup kelima aspek kebiasaan demokratis yakni: 1)
memberdayakan orang lain, 2) mencintai orang lain, 3) memotivasi orang lain, 4)
mendengarkan orang lain penuh empati, 5) bekerja sama dengan orang lain. Seluruh
item berjumlah 58 butir. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan
frekuensi dengan pendistribusian berdasarkan rumus penilaian acuan patokan tipe I.
Kebiasaan demokratis digolongkan menjadi 5 tingkat yaitu: 1) sangat tinggi, 2)
tinggi, 3) cukup tinggi, 4) kurang tinggi, 5) sangat tidak tinggi. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan reliabilitas sebesar 0,899; hasil ini termasuk tinggi, sehingga kuesioner
ini reliabel atau dapat dipercaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada 13 (26%) suster yang sangat
tinggi kebiasaan demokratisnya, (2) ada 29 (58%) suster yang kebiasaan
demokratisnya tinggi, (3) ada 6 (12%) suster yang kebiasaan demokratisnya cukup
tinggi, (4) ada 2 (4%) suster yang kebiasaan demokratisnya kurang tinggi (5) tidak

ada 0 (0%) suster yang kebiasaan demokratisnya sangat tidak tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan suster medior PRR Regio Jawa-Bali tahun 20152016 memiliki kebiasaan demokratis yang tinggi. Berdasarkan item-item yang
menunjukkan kurang tingginyanya kebiasaan demokratis, seperti cenderung
membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat suster lain, kurang spontan
menyediakan kebutuhan suster yang sakit, kurang membesarkan suster yang
mengalami kesulitan, kurang setia mengingatkan sesama suster untuk aksi seribu
dan DHT, kurang mendengarkan dengan sungguh, sulit merumuskan pendapat suster
lain, kurang serius menyelesaikan tugas, kurang berkontribusi dalam komunitas,
kurang mengembangkan sikap sama-sama menang. Peneliti membuat usulan topiktopik untuk meningkatkan kebiasaan demokratis ini.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
DEMOCRATIC HABITS OF THE PRR MEDIOCRE SISTERS
(DESCRIPTIVE STUDY ON THE PRR MEDIOCRE SISTERS OF JAWA-BALI REGION IN
THE YEAR OF 2015-2016 AND TOPICS PROPOSAL ON THE ENHANCEMENT)

Agatha Keys

Sanata Dharma University of Yogyakarta
2017
This study aims to gain an overview of democratic habits among the PRR
mediocre sisters of Jawa-Bali Region in the year of 2015-2016 and to propose the
topics to enhance the democratic habits among the PRR mediocre sisters
This type of research is descriptive research by using the survey methods.
The research subjects were the PRR mediocre sisters of Jawa-Bali Region in the
year of 2015-2016 with the numbers of whom were 50 sisters and their ages were in
the range of 21-40 years. This research includes the population study. The research
instrument used was a democratic habits questionnaire prepared by the researcher.
The questionnaire consists of questions covering the five aspects of democratic
habits namely: 1) empowering others, 2) love others, 3) motivating others, 4) listen
emphatically to others, 5) cooperate with others. Amount of the whole items were 58
points. The data analysis technique used was the calculation of the frequency with
the distribution based on an evaluation formula of the type I standard reference. The
democratic habits were classified into five levels, namely: 1) extremely high, 2) high,
3) high enough, 4) not high enough, 5) not quite high, Reliability test results showed
that the reliability was 0.899; This result included high, so that this questionnaire is
reliable or trustworthy.
. The results showed that: (1) there were 13 (26%) sisters whose democratic

habits were extremely high, (2) there were 29 (58%) sisters whose democratic habits
were high, (3) there were 6 (12%) sisters whose democratic habits were high enough,
(4) there were 2 (4%) sisters whose democratic habits were not high enough , (5)
there was 0 (0%) no sisters whose democratic habits was not quite high. It could be
be concluded that most of the PRR mediocre sisters of Jawa-Bali Region in the year
of 2015-2016 had a highly democratic habits. Based on the items that show the low
democratic habits, such as tends to make their own decisions without asking the
another sister opinion , less spontaneously provide the needs for the sick sisters , lack
of motivating the sisters who were having trouble, lack of friendship in reminding
the another sister for thousand action and DHT, lack of intently listening, it is
difficult to formulate opinions of other sisters, lack of seriousness in completing their
task, lack of contribution in their community, lack of developing a win-win attitude.
The researcher proposed the topics to enhance these democratic habits.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan

rahmat-Nya yang telah dilimpahkan, kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak yang telah berkenan membimbing, mengkritik, memberi saran, dan
memotivasi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. R.H.Dj, Sinurat, M.A selaku

dosen pembimbing I yang dengan penuh

perhatian dan ketulusan hati memberikan bimbingan serta pengarahan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
banyak tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

5. St. Priyatmoko yang selalu memberikan bantuan dalam administrasi.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENGESAHAN


iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

vi

ABTSRAK

vii

ABSTRACT


viii

KATA PENGANTAR

ix

DAFTAR ISI

xi

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GRAFIK

xv

DAFTAR LAMPIRAN


xvi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1

B. Indentifikasi Masalah

9

C. Pembatasan Masalah

9

D. Rumusan Masalah

10

E. Tujuan Penelitian

10

F. Manfaat Penelitian

10

G. Definisi Operasional

11

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Para Suster Medior PRR yang sedang Menjalani Masa
Dewasa Awal

13

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Suster
Medior yang Menjalani Masa Dewasa Awal

13

2. Ciri-ciri Suster Medior yang Menjalani Masa Dewasa
Awal

15

B. Pengertian Kebiasaan Kepemimpinan, Macam-macam
Kebiasaan Kepemimpinan, Karakteristik atau Ciri-ciri
Suster Medior yang Memiliki Kebiasaan Demokratis.

18

1. Pengertian Kebiasaan Kepemimpinan

18

2. Macam-macam Kebiasaan Kepemimpinan

19

3. Ciri-ciri Suster Medior Puteri Reinha Rosari yang
Memiliki Kebiasaan Demokratis

24

BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

31

B. Waktu dan Tempat Penelitian

31

C. Subjek Penelitian

31

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

32

1. TeknikPengumpulan Data

32

2. Instrumen Pengumpulan Data

32

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

35

1. Validitas Kuesioner

35

2. Reliabilitas Kuesioner

36

F. Prosedur Pengumpulan Data

38

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Tahap Persiapan

38

2. Tahap Pengumpulan Data

38

G. Teknik Analisis Data

40

BAB IV. HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN
TOPIK-TOPIK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN
DEMOKRATIS PARA SUSTER MEDIOR PRR REGIO
JAWA-BALI
A. Kebiasaan Demokratis Para Suster Puteri Reinha Rosari
Medior Jawa-Bali Tahun 2015-2016
B. Pembahasan Hasil Penelitian

42
44

1. Para Suster Medior PRR Regio Jawa-Bali tahun 20152016 yang Memiliki Kebiasaan Demokratis Tinggi

45

2. Para Suster Medior PRR Regio Jawa-Bali yang Memiliki
Kebiasaan Demokratis yang Kurang Tinggi

47

C. Topik-topik Peningkatan Kebiasaan Demokratis Para
Suster Medior PRR Regio Jawa-Bali Tahun 2015-2016

51

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan

53

B. Saran untuk Pihak-pihak yang Berkepentingan

54

C. Keterbatasan Penelitian

55

DAFTAR PUSTAKA

57

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1

:Kisi-kisi Kebiasaan yang Demokratis Para Suster
Medior PRR Jawa-Bali tahun 2015-2016

34

Tabel 2

: Daftar Indeks Kualifikasi Reliabilitas

37

Tabel 3

: Reliability Statistics

37

Tabel 4

: Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

39

Tabel 5

: Kategorisasi Skor Subjek Penelitian

40

Tabel 6

:Kategorisasi Kebiasaan Demokratis Para Suster
Medior PRR Regio Jawa-Bali Tahun 2015-2016

Tabel 7

43

: Perolehan Skor dan Item Kuesioner Berdasarkan
Kategori Kebiasaan Demokratis Para Suster Medior
PRR Regio Jawa-Bali

52

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 : Grafik Kebiasaan Demokratis Para Suster Medior
PRR Regio Jawa-Bali Tahun 2015-2016

43

Grafik 2 : Grafik Kebiasaan Demokratis para Suster Medior
PRR Regio Jawa-Bali

52

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Kebiasaan Demokratis

59

Lampiran 2 : Validitas Alat Penelitian

63

Lampiran 3 : Reliabilitas Penelitian

70

Lampiran 4 : Tabulasi Data Kategori Kebiasaan Demokratis

71

Lampiran 5 : Tabulasi Data Perolehan Skor Item Kuesioner

72

Lampiran 6 : Usulan Topik-topik Untuk Meningkatkan Kebiasaan
Demokratis Para Suster Medior PRR Regio Jawa-Bali

73

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian

76

Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian

77

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pengaruh seorang pemimpin dalam kehidupan bersama sungguh besar.
Apabila pemimpin mampu menjalankan kepemimpinannya dengan efektif,
anggota yang dipimpinnya akan berkembang dengan baik. Tetapi apabila
pemimpin tidak dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik,
anggota yang dipimpinnya pun akan mengalami banyak hambatan dan
kehidupan bersamanya akan menjadi kacau. Demikian juga di dalam sebuah
komunitas Biara. Agar kehidupan di Biara dapat berjalan lancar, diperlukan
seorang pemimpin, yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan
sekaligus mempunyai wewenang manajerial dalam komunitas. Seorang
pemimpin dalam memimpin anggotanya memiliki gaya dalam memimpin; setiap
gaya kepemimpinan mempunyai ciri dan perilaku khas yang membedakan gaya
kepemimpinan yang satu dengan yang lainnya (Rivai, 2014).
Kemajuan komunitas ditentukan oleh pemimpinnya. Siagian (1992)
mengatakan bahwa pemimpin berperan sebagai motor penggerak dalam
kehidupan komunitas. Seberapa pun tingginya tingkat keterampilan dan kinerja
yang dimiliki oleh pemimpin, para bawahan/anggota tetap memerlukan
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

pengarahan dan bimbingan. Untuk mencapai tujuan komunitas, pemimpin
menggunakan

kemampuan

dan

kecerdasannya

dengan

memanfaatkan

lingkungan dan potensi yang ada dalam komunitas, untuk berusaha melibatkan
anggota komunitas guna mencapai tujuan komunitas. Kemampuan untuk
mengarahkan, menggerakkan, dan mempengaruhi anggota komunitas sungguh
dibutuhkan oleh seorang pemimpin.
Pemimpin harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang
dihadapi. Kegiatan menyesuaikan diri berkaitan erat dengan keadaan emosi
seorang pimpinan. Keban (2004) berpendapat bahwa seorang pemimpin
mengikuti gaya kepemimpinan tertentu, demi efektivitas kepemimpinanya.
Gaya kepemimpinan yang tepat dapat menunjang pencapaian tujuan komunitas.
Kalau gaya kepemimpinan tidak tepat para anggotanya dapat terganggu,
misalnya merasakan frustrasi, kebencian, kegelisahan dan ketidakpuasan hidup
bersama. Tetapi dengan gaya kepemimpinan yang tepat komunitas biara dapat
menjadi harmonis, sehingga para anggota kemungkinan besar merasakan
kepuasan, kelegaan, kegembiraan, dan krasan dalam dalam hidup bersama serta
mampu melaksanakan setiap kegiatan/pekerjaan dengan baik. Mansoer (1999)
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang tidak tepat dapat menimbulkan
suasana yang kurang harmonis dan secara langsung dapat menimbulkan
ketidakpuasan di kalangan anggota.
Keberhasilan seorang pemimpin akan dipengaruhi oleh persepsi dari
setiap anggota yang dipimpinnya. Agar berhasil, pemimpin harus bersikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

disiplin dalam hidup, berbicara dengan sopan dan ramah, tahu menghargai
pribadi setiap anggota, rendah hati dan mau meminta maaf bila bersalah.
Pemimpin yang rendah hati mampu memberikan inspirasi dan gairah hidup bagi
anggota, untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan pemimpin dipengaruhi
situasi yang dihadapi anggota baik dalam pergumulan hidup dan dalam situasi
konflik atau krisis. Kunci keberhasilan pemimpin adalah relasi yang baik antara
pemimpin dengan anggota yang dipimpinnya, baik secara sturktural maupun
secara personal. Tujuan hidup bersama dapat dicapai apabila pemimpin mampu
membangun solidaritas dan membangun kesadaran serta memotivasi anggota
untuk bertindak secara tepat.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan yang
mendorong anggota untuk turut menentukan kebijakan, memberikan pandangan
tentang langkah dan hasil yang diperoleh, memberikan

kebebasan untuk

menjalankan tugas, mengembangkan inisiatif, memelihara komunikasi dan
interaksi yang luas, menerapkan hubungan yang suportif (Mansoer, 1999).
Dengan berperan sebagai pengembang inisiatif dan pemelihara komunikasi,
pemimpin dapat mengembangkan sikap kritis, mengadakan discernment dalam
mengambil keputusan, mengembangkan sikap terbuka antara anggota, bersedia
memberi koreksi dan menerima koreksi, memiliki semangat lepas bebas,
memiliki sikap dan keberanian untuk menguatkan/meneguhkan anggota dalam
hidup dan karya bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Gaya kepemimpinan demokratis perlu dikembangkan dalam diri setiap
anggota komunitas Biara, agar mampu mengembangkan dan menggunakan
talenta-talentanya guna mewujudkan kesejahteraan hidup bersama, baik dalam
hidupkarya maupun dalam kebersamaan. Baik bagi orang-orang yang dilayani
dalam karyanya masing-masing. Pemimpin hendaknya memiliki kemampuan
dan wawasan yang luas dalam berbagai bidang pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu mengkoordinir anggota menghayati hidupnya dengan gembira.
Kemampuan mengorganisir anggota harus didukung oleh karakter yang baik
dan terbuka.
Mengenai kepemimpinan

yang demokratis ini, Dimyati (2014)

menyatakan bahwa pemimpin yang demokratis memiliki sifat bertanggung
jawab, berorientasi pada sasaran, tegas, cakap, mampu memberikan teladan,
membangkitkan semangat, jujur dalam perkataan dan perbuatan, setia, murah
hati, ramah, rela berkorban, mampu memerhatikan, mampu berkomunikasi,
mampu mempersatukan, sabar, pemaaf, bebas dari kebencian dan permusuhan.
Sagala (2014) menyatakan bahwa kemampuan dan kreativitas yang dimiliki
seseorang atau kelompok tampak dalam kemampuannya menjalankan tugastugasnya. Artinya seorang pemimpin harus kreatif dan berinisiatif dalam
memimpin anggotanya, mengikuti gaya hidup yang luwes namun tegas, dengan
mengendorkan ketegangan dan menampakkan kegembiraan hidup.
Pandangan tentang kemampuan pemimpin dan kreativitas pribadi atau
kelompok

tertuang dalam Konstitusi Kongregasi Puteri Reinha Rosari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

(Kongregasi PRR), yang menyatakan bahwa pemimpin komunitas hendaknya:
mampu membimbing para suster agar dapat menghayati hidupnya dengan
gembira; menyediakan waktu untuk mengadakan dialog atau wawancara
dengan anggota; menyediakan kesempatan untuk pengembangan hidup rohani;
mendampingi, meneguhkan, menyemangati, menguatkan anggota dalam
perjalanan hidup kaul dan hidup karya (Konstitusi PRR, 476.a-d).
Peneliti mendapat kesan bahwa ada pemimpin komunitas yang
memperlakukan anggota atas dasar rasa suka dan tidak suka, dan tidak banyak
melibatkan anggota dalam urusan-urusan penting di komunitas bersikap
otoriter. Pendelegasian tugas seringkali dilakukan secara mendadak dan
adakalanya terjadi pemaksaan. Karya-karya yang ditangani sulit dilepas dan
dipercayakan kepada suster lain. Di anatara suster-suster yang terlibat dalam
satu karya tertentu tampaknya kurang ada kerja sama yang baik. Dalam hidup
bersama masih terasa adanya sikap saling mencurigai satu sama lain dan sikap
kurang percaya antara yang satu dengan yang lain
Dalam

memperlakukan

anggota

ada

komunitas

yang

kurang

mendengarkan anggota dengan baik sehingga anggota kurang mendengarkan
dan kurang menghargai pemimpin komunitas. Ada pemimpin komunitas yang
tergesa-gesa dan cepat memotong pembicaraan atau memberikan komentar
sebelum mendengarkan anggota secara tuntas. Adalah ideal kalau pemimpin
meniru gaya kepemimpinan Yesus. Yesus adalah pemimpin yang mengenal
secara pribadi murid-murid dan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

komunitas pun hendaknya berusaha mengenal anggota secara pribadi.
Pemimpin yang mengenal pribadi setiap anggota, membantu anggota
mengatasi kecenderungan menceritakan kelemahan pribadi anggota lain.
Pemimpin yang mengenal pribadi anggota, menolong anggota berusaha
terbuka agar berani mengevaluasi sesama yang bersalah secara terbuka agar
yang bersangkutan memperbaiki kesalahan yang dilakukannya.
Dalam menghadapi jaman yang semakin sekular pemimpin komunitas
mengalami kesulitan menghadapi anggota baik junior maupun medior.
Pemimpin menghadapi berbagai kesulitan atau tantangan seperti: ada anggota
junior dan medior yang masih menunjukkan sikap masa bodoh dan sulit diatur.
Ada pula anggota yang cenderung malas dan mau hidup santai. Anggota muda
yang tidak mampu menjalankan tugas-tugas berat di medan kerasulan yang
sulit, melemahnya rasa religiusitas, terpengaruh secara negatif oleh kemajuan
tekhnologi dan informatika.
Anggota muda yang bermasalah dalam komunitas membutuhkan
pendampingan secara intensif. Para anggota muda membutuhkan waktu dan
kesempatan agar dapat didengarkan, didampingi, dan diperlakukan secara baik
sebagai saudara bukan sebagai objek. Para anggota muda memerlukan waktu
pendampingan secara intesif baik pribadi maupun kelompok. Para pemimpin
komunitas perlu belajar memberikan pendampingan kepada para junior dengan
semangat keteladanan, untuk melakukan pengolahan diri dan untuk menjaga
keseimbangan hidup antara doa dan karya. Menjadi pemimpin komunitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

berarti menjadi seorang ibu bagi anggota. Menjadi ibu bukan berarti
menurunkan dan melahirkan secara biologis, tetapi melahirkan terus menerus,
memberi hidup secara afektif dan intelektual, membina dan mengasuh
anggotanya.
Sepanjang pengalaman hidup berkomunitas, peneliti mendapatkan kesan
bahwa ada pemimpin komunitas yang dipandang sebagai pemimpin yang tidak
ideal dan ada pemimpin yang ideal. Mengenai pemimpin komunitas yang tidak
ideal, Prasetya (1992:233) berpendapat bahwa pemimpin yang tidak ideal
menunjukkan sifat-sifat sebagai berikut: 1) mencintai anggota secara narcisistik
berarti kasih kepada anggota dilandasi sikap egois, 2) mencintai anggota tidak
stabil berarti merasa tidak nyaman dan kadang menaruh curiga apabila bertemu
dengan orang lain dan merasa terancam, 3) mencintai anggota yang posesif
berarti menjalin hubungan dengan anggota tertentu karena ketergantungan,
pilih kasih, dan memanjakan anggota tertentu, 4) mencintai anggota tetapi
mengambil jarak berarti memahami, mengerti anggota dan memberikan
kebebasan bagi anggota tetapi kurang membina relasi secara mendalam serta
akrab dengan anggota.
Menurut Rivai (Arifin, 2015: 115) pemimpin yang otokratik memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kurang mempercayai anggota; 2) bersikap otoriter;
3) mampu memotivasi anggota karena ada imbalan materi; 4) kurang toleransi
terhadap kesalahan yang dilakukan anggota; 5) sangat peka apabila ada
perbedaan kekuasaan; 6) kurang perhatian kepada anggota; 7) memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

kesan seolah-olah demokratis; 8) mendengarkan anggota hanya untuk
menyenangkan; 9) kadang kala membuat keputusan sendiri. Pemimpin yang
dipersepsi seperti ini dinilai menuntut ketaatan penuh daari anggota; dalam
menegakkan disiplin dan menunjukkan kekakuan; bernada keras dalam
pemberian perintah atau instruksi; menggunakan pendekatan punitif dalam
mengatasi masalah yang dilakukan anggota. Pemimpin komunitas yang ideal
adalah pemimpin komunitas yang memiliki hati yang tulus untuk mencintai
dan mengatasi segala keterbatasan diri.
Menurut Prasetya (1992: 235) seorang pemimpin hendaknya memiliki
berbagai kemampuan seperti: 1) mencintai keheningan dan ketersembunyian
dengan mengikuti atau meniru jalan hidup Bunda Maria di Nasareth, yang
hidup sederhana tanpa banyak kata selalu waspada menjaga anggota, 2)
mendengar, menyimpan dalam hati, siap melaksanakan permintaan dan
kebutuhan anggota, 3) memiliki kemampuan memberikan diri tanpa pamrih,
yang keluar dari kemurahan hati, 4) mampu merasa iba dengan anggota dan
berbelaskasih seperti ditunjukkan Bunda maria di jalan salib Yesus.
Pemimpin yang ideal diharapkan memiliki kebiasaan kepemimpinan
demokratis/partisipatif. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang
yang mampu menjalin komunikasi, dan menjadi teman dalam bekerja sama.
Seorang pemimpin yang demokratis mampu memberdayakan orang lain
dengan semangat cinta kasih dan penghargaan yang tulus, mampu melakukan
berbagai kegiatan bersama anggota secara obyektif, berani mengkritik dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

memotivasi orang lain serta siap untuk mendengarkan anggota yang
membutuhkan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan demokratis di
kalangan para suster medior PRR Regio Jawa-Bali 2015-2016, kalau ternyata
skor

kategorisasinya

rendah

akan

dibuat

usulan

topik-topik

untuk

meningkatkannya.

B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai seperti:
1. Ada indikasi bahwa kebiasaan demokratis di kalangan para suster medior
PRR balita dalam hidup bersama di komunitas tahun 2016 masih kurang.
2. Adanya sikap menunggu keputusan dan perintah dari pemimpin.
3. Adanya kecenderungan untuk memerintah dan tidak ingin diperintah oleh
medior orang lain.
4. Belum ada program untuk meningkatkan kebiasaan demokratis di kalangan
para suster PRR medior balita.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada kebiasaan yang demokratis di kalangan para
suster medior balita PRR tahun 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

D. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang mau dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa tinggi kebiasaan demokratis para suster medior PRR Jawa-Bali
tahun 2015-2016?
2. Usulan topik-topik manakah yang sesuai untuk meningkatkan kebiasaan
demokratis para suster medior PRR balita Regio Jawa-Bali?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Memperoleh gambaran kebiasaan yang demokratis di kalangan para suster
medior PRR balita dalam kongregasi Puteri Reinha Rosari tahun 2015-2016.
2. Membuat usulan topik-topik untuk meningkatkan kebiasaan demokratis di
kalangan para suster PRR medior balita Regio Jawa-Bali.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teori dan bahan informasi
mengenai kebiasaan yang demokratis para suster medior PRR tahun ajaran
2015-2016.
2. Manfaat Praktis Kebiasaan Demokratis bagi Kongregasi PRR.
a. Memperluas wawasan atau pemahaman para suster Puteri Reinha Rosari
mengenai kebiasaan demokratis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

b. Suster-suster Puteri Reinha Rosari memperoleh masukkan yang berguna
untuk membantu para generasi muda dalam memahami kebiasaan yang
demokratis dalam hidup bersama di komunitas-komunitas dalam
mengembangkan Kerajaan Allah.
3. Manfaat Praktis Kebiasaan Demokratis bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengungkapkan kebiasaan yang demokratis
dalam hidup bersama dengan sesama yang datang dari berbagai daerah di
seluruh Nusantara.

G. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Kebiasaan demokratis adalah kebiasaan orang untuk memberdayakan,
mencintai, memotivasi, mendengarkan penuh empati dan bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, seperti yang
dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan.
2. Suster-suster medior PRR balita adalah kelompok religius kristiani yang
berumur 21-40 tahun yang tinggal dan berkarya di komunitas-komunitas
yang ada di wilayah Regio Jawa-Bali.
3. Topik-topik peningkatan kebiasaan demokratis adalah isi atau topik yang
diusulkan, dijadikan bahan pendampingan bagi para suster medior PRR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini disajikan bahasan mengenai para suster yang sedang
menjalani masa perkembangan dewasa awal, pengertian pertumbuhan dan
perkembangan para suster medior, karakteristik atau ciri-ciri suster medior
yang menjalani masa dewasa awal, Pengertian kebiasaan

kepemimpinan,

macam-macam kebiasaan kepemimpinan, karakteristik atau ciri-ciri Suster
medior Puteri Reinha Rosari memiliki kebiasaan demokratis.
A. Para Suster Medior PRR yang sedang Menjalani Tahap Perkembangan
Dewasa Awal
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Suster Medior yang

Menjalani Tahap Perkembangan Dewasa Awal
Marliani (2015: 09) menyatakan bahwa pertumbuhan (growth)
adalah perubahan kuantitatif (berupa pembesaran atau pertambahan dari
tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar dan seterusnya), pada
materiil karena adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan Perkembangan
(development) adalah proses perubahan ke arah kedewasaan atau

pematangan yang bersifat kualitatif dan hasil belajar yang dapat diamati.
Akhir dari pertumbuhan dan perkembangan remaja adalah
memasuki masa dewasa awal. Masa dewasa awal dimulai sejak usia 2140 tahun. Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif. Masa ini dipenuhi dengan masalah dan ketegangan
13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

emosional, periode isolasi, periode komitmen, dan tahap ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru. Pada fase ini mulai membuka pergaulan, mencari teman akrab,
dan meniti karier. Menurut Satrock (Marliani,2015: 183) dewasa awal
termasuk masa transisi, baik secara fisik (Physically trantition), secara
intelektual (cognitive trantition) maupun peran sosial (social role
trantition). Minat dewasa awal meliputi perhatian pada penampilan,

pakaian dan tata rias, lambang kedewasaan, status, uang, dan agama.
Dalam fase perkembangan masa dewasa awal, mulai mengalami
perubahan drastis, ketika memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan
emosional, moral, spiritual dan agama secara mendalam mulai
berkembang. Setiap fase memiliki perubahan masing-masing yang
meliputi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi, perasaan,
minat, motivasi, sikap, kepribadian, bakat dan kreativitas. Menurut
Marliani (2015: 184), tugas-tugas perkembangan manusia dimasa dewasa
awal

yakni

meningkatkan

kesadaran

dan

peran

sosial

dengan

meningkatkan semangat ketakwaan keapada Tuhan, memilih teman hidup,
belajar hidup bersama teman hidup, mulai membina keluarga, mengasuh
anak, mengelola rumah tangga, mulai bekerja, memikul tanggungjawab
sebagai warga masyarakat dan mencari kelompok sosial yang sesuai bagi
dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Perkembangan dan tugas-tugas perkembangan dewasa awal di
lewatinya secara bertahap, sehat serta normal. Dalam memasuki
kehidupan religius seorang calon suster PRR akan mengalami masa
dewasa awal dalam kehidupan sebagai suster Puteri Reinha Rosari.
Sebagai suster Puteri Reinha Rosari mengalami fase-fase perkembangan
sebagai manusia dewasa awal yaitu mengalami perubahan dengan lebih
memperhatikan penampilan, kurang

mendengarkan teguran, bekerja

mengikuti kemauan sendiri, kasar dalam bertutur kata dan kurang
menghargai orang lain.
2. Ciri- ciri Suster Medior yang Menjalani Tahap Perkembangan
Dewasa Awal
a. Perkembangan Psikologis Tahap Dewasa Awal
Menurut Marliani (2015: 190), ada tujuh ciri kematangan
psikologis dimasa dewasa awal yaitu:
1) Berorientasi pada tugas-tugas dan tidak mengikuti perasaan diri
sendiri.
2) Memiliki

tujuan

yang

jelas,

cara

kerja

yang

efisien,

memprioritaskan tujuan yang ingin dicapai, membedakan yang
baik dan tidaknya sesuatu serta bekerja secara terarah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

3) Mampu mengendalikan perasaan pribadi, mampu menjalin kerja
sama dengan orang lain, tidak mementingkan diri dan tahu
menghargai orang lain.
4) Memiliki sikap obyektif yakni berusaha untuk mencapai keputusan
dalam keadaan apapun sesuai dengan kenyataan.
5) Memiliki kemauan yang realistis, sadar dan terbuka terhadap kritik
dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.
6) Memiliki tanggungjawab terhadap usaha-usahanya dan memberi
kesempatan kepada orang lain membantu usahanya dalam
mencapai tujuan yang dicapai.
7) Bersikap fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan
yang dihadapinya.
b. Perkembangan Fisik Tahap Dewasa awal
Menurut Marliani (2015: 191), ada tujuh ciri kematangan
fisik masa dewasa awal sebagai berikut:
1) Usia produktif (reproductive down age) masa ini ditandai dengan
mulai membentuk rumah tangga tetapi adakalanya masa ini dapat
ditunda karena beberapa alasan yaitu studi dan bekerja.
2) Usia memantapkan letak kedudukan (setting down age) artinya
bahwa masa seseorang mampu mengatur pola hidupnya dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

bertanggungjawab atas pekerjaannya yang menjadi ciri khasnya di
akhir hayatnya.
3) Usia banyak masalah (problem age) artinya masa seseorang
mempersiapkan diri untuk menghadapi banyak permasalahan dan
berusaha mengatasinya.
4) Usia tegang dalam emosi (emotional tension) artinya bahwa
banyak orang dewasa awal mengalami persoalan, baik menyangkut
persoalan jabatan, pekerjaan, keluarga, keuangan dan relasi dengan
orang lain.
5) Masa keterasingan sosial adalah masa seseorang memulai
kehidupannya dengan terjun dalam pola kehidupan karier,
perkawinan

dalam

teman-teman

memikirkan rumah tangga, relasi dengan

kelompok sebaya yang semakin renggang dan

aktivitas dalam kelompok di luar semakin berkurang. Akibatnya
mengalami krisis keterasingan atau kesepian dalam hidup.
6) Bertanggungjawab terhadap usaha-usaha pribadi, yaitu memberi
kesempatan kepada orang lain membantu usaha-usahanya untuk
mencapai tujuan.
7) Masa

ketergantungan

ketergantungan

pada

adalah
orangtua,

masa
lembaga

ketika

mengalami

pendidikan

atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

pemerintah

yang memberikan beasiswa atau pinjaman untuk

membiayayain pendidikan.
8) Masa perubahan nilai adalah masa seseorang mengalami perubahan
nilai pada kelompok-kelompok sosial dan orang dewasa.
9) Masa kreatif adalah kesempatan untuk mewujudkan keingian dan
kegiatannya yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya melalui
pekerjaan yang memungkinkan untuk mengekspresikan pekerjaan.

B. Pengertian

Kebiasaan

Kepemimpinan,

Macam-macam

Kebiasaan

Kepemimpinan, Karakteristik atau Ciri-ciri Suster Medior yang
Memiliki Kebiasaan Demokratis.
1. PengertianKebiasaan Kepemimpinan
Kebiasaan kepemimpinan adalah cara yang digunakan pemimpin
dalam mempengaruhi para anggotanya. Kebiasaan kepemimpinan dapat
dipahami dengan mempelajari, menganalisis, dan menarik kesimpulan
dari suatu kegiatan tertentu. Ada banyak tokoh yang berpendapat
mengenai gaya kepemimpinan antara lain: Ngalim (2002: 48) mengatakan
bahwa “Gaya kepemimpinan adalah cara atau teknik seseorang dalam
menjalankan suatu kepemimpinan”. Dimyati (2014: 70) mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
menyelenggarakan

berbagai

fungsi

manajerial.

Menurut

Prasetya

(2006:28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

dalam proses kepemimpinnnya yang diimplementasikan dalam perilaku
kepemimpinan untuk memengaruhi orang lain agar bertindak sesuai
dengan keinginannya. Menurut Flippo (Dimyati, 2014: 71) gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang bersama orang
lain untuk mengintegrasikan tujuan organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli menurut penulis,Kebiasaaan
kepemimpinan adalah cara/teknik/metode yang digunakan seseorang
dalam menjalankan tugas kepemimpinan dengan mengkomunikasikan,
memengaruhi, mendorong, mengkoordinir, bertindak atau merespon
anggota dengan petunjuk/perintah, untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
2. Macam-macam Kebiasaan Kepemimpinan
Menurut Dimyati (2014: 71), ada empatkebiasaan kepemimpinan yaitu :
a. Kebiasaan kepemimpinan autokratis
Menurut
autokratis

Rivai ( Dimyati, 2014: 73) kepemimpinan

adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode

pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam
organisasi. Robbins (Dimyati, 2014) menyatakan bahwa pemimpin
yang memiliki gaya kepemimpinan yang autokratis cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte cara
mengerjakan

tugas yang harus diselesaikan, membuat keputusan

secara sepihak, dan meminimalisasikan partisipasi anggota.
Menurut Sukanto (Dimyati, 2014: 75), ciri-ciri

kebiasaan

kepemimpinan autokratis adalah: a) semua kebijakan ditentukan oleh
pemimpin; b) teknik dan langkah-langkah didikte oleh atasan setiap
waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti
untuk tingkatan yang luas; c) pemimpin biasanya membagi tugas kerja
pribadi dan kerja sama kepada setiap anggota.
Handoko

dan

Reksohadiprodjo

(Dimyati,

2014:

74),

berpendapat bahwa ciri-ciri kebiasaan kepemimpinan autokratis:
1) Pemimpin

kurang

memperhatikan

kebutuhan

anggota;

komunikasi hanya satu arah, yaitu kebawah saja;
2) Pemimpin

cenderung

menjadi

pribadi

dalam

pujian

dan

kecamannya terhadap kerja setiap anggota;
3) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif,
kecuali jika menunjukkan keahliannya.
Menurut peneliti ciri kebiasaan

kepemimpinan autokratis

adalah gaya kepemimpinan yang lebih memusatkan perhatian anggota
kepada dirinya sendiri. Pemimpin cenderung mendikte, memberikan
kebijakan, menuntut dan membuat kebijakan sepihak tanpa berunding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

dengan anggota. Gaya kepemimpinan otokratis dapat mengambil
keputusan secara cepat dan efisien; mudah melakukan pengawasan
dalam situasi kritis. Kelemahan dari gaya kepemimpinan otokratis
adalah: pemimpin tidak menghendaki rapat atau musyawarah; Setiap
perbedaan

dari

anggota

diartikan

sebagai

sikap

licik

dan

pembangkangan atau pelanggaran; Inisiatif anggota sangat dibatasi.
Anggota melaksanakan perintah dengan mencari kesalahan dan
meneliti orang lain.
b. Kebiasaan kepemimpinan demokratis/partisipatif
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang
memiliki struktur teratur dan sistem pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan
demokratis, anggota cenderung memiliki moral yang tinggi, dan dapat
bekerja sama mengutamakan mutu kerja yang tinggi dan

mampu

mengendalikan diri sendiri (Rivai 2006 : 61).
Menurut Robbins dan Coulter (Dimyati, 2014: 73), pemimpin
yang memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung
mengikutsertakan

anggota

dalam

pengambilan

keputusan,

mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi anggota dalam
menentukan cara kerja dan tujuan yang ingin dicapai. Jerris (Dimyati,
2014) mengatakan

bahwa gaya kepemimpinan yang demokratis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

menghargai kemampuan anggota dan mendistribusikan kemampuan
dan kreativitas untuk meningkatkan pelayanan, mengembangkan
usaha, dan untuk mencapai tujuan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis menurut
Sukanto (Dimyati, 2014: 75) adalah sebagai berikut:
1) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2) Kegiatan-kegiatan di diskusikan, langhkah-langkah umum untuk
tujuan kelompok dibuat, pemimpin meyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih
dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Dari pandangan para ahli (Rivai, Robbins dan Coulter, Jerris,
Sukanto & Thomas Gordon) dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
kepemimpinan demokratis adalah perilaku orang dalam memengaruhi
orang lain dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan,
menghargai dan memotivasi orang lain untuk berpartisipasi sesuai
dengan apa yang dimaksud dalam butir-butir kuesioner, dalam
menentukan metode dan tujuan yang ingin dicapai.
Adapun ciri-ciri keibiasaan kepemimpinan demokratis adalah
perilaku orang dalam memengaruhi orang lain dalam pengambilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

keputusan mampu mendelegasikan kekuasaan, menghargai dan
memotivasi orang lain untuk berpartisipasi sehingga tercapai tujuan
besama,

sesuai dengan apa yang dimaksud dalam butir-butir

kuesioner, dalam menentukan metode dan tujuan yang ingin dicapai
sebagai berikut:
1) Memberdayakan orang lain
2) Mencintai orang lain
3) Memotivasi orang lain
4) Mendengarkan orang lain penuh empati
5) Bekerja sama dengan orang lain
c. Kebiasaan kepemimpinan laissez-faire (kendali bebas)
Kebiasaan

kepemimpinan

kendali

bebas

memaparkan

pemimpin yang secara keseluruhan memberikan kebebasan pada
anggota

atau

kelompok

dalam

pembuatan

keputusan

dan

menyelesaikan pekerjaan menurut anggotanya paling sesuai menurut
Sukanto (Dimyati, 2014: 75 ), ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali
bebas adalah:
1) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

2) Bahan-bahan yang bermacam-macam di sediakan oleh pemimpin
yang membuat

setiap anggota selalu siap apabila dia akan

memberikan informasi pada saat ditanya.
3) Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan
tugas.
4) Kadang-kadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan
anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau
mengatur suatu kejadian.
3. Ciri-ciri Suster Medior Puteri Reinha Rosari yang Memiliki
Kebiasaan Demokratis
Ciri-ciri suster medior PRR yang memiliki kebiasaan demokratis
di bahas dengan mengutip pendapat Robbins & Coulter (Dimyati, 2014:
74). Bahwa ciri-ciri kepemimpinan yang demokratis seperti mampu
bekerjasama, mampu memberdayakan orang lain dalam kerjasama dengan
orang lain, melibatkan orang lain dalam setiap keputusan, berani
memberikan

delegasi

kepada

orang

lain,

mampu

memberikn

dorongan/motivasi bagi orang lain, tahu menghargai hasil karya sesama,
dan memiliki kreativitas yang tinggi. Mengutip pandangan Robbins &
Coulter dirasa sangat perlu apabila seorang suster medior PRR yang
adalah calon seorang pemimpin pun perlu memiliki ciri-ciri sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

suster medior Puteri Reinha Rosari yang memiliki kebiasaan demokratis
sebagai berikut:
a. Memberdayakan orang lain berarti:
1) Mendorong teman untuk mengikuti pelatihan yang perlu untuk
semakin mengembangkan diri, seperti: a) bersemangat mengikuti
latihan dasar kepemimpinan dan menyemangati teman lain untuk
mengikutinya, b) mengajak suster lain untuk mengadakan kegiatan
rekoleksi bagi

orangtua murid kelas tertentu agar kemampuan

suster yang bersangkutan meningkat.
2) Melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan, seperti: a)
melibatkan suster lain dalam pengambilan keputusan dalam
pembagian dalam tugas di komunitas secara adil, b) cenderung
langsung mengambil keputusan untuk suatu kegiatan tanpa
menanyakan pendapat suster lain dalam komunitas.
3) Mengakui kemampuan orang lain, seperti: a) mempercayakan
tugas tertentu kepada suster lain karena yakin akan kemampuan
sendiri, b) mudah meragukan kemampuan suster yang telah
melakukan suatu kesalahan.
4) Membantu orang lain memahami potensi/segi positifnya, seperti:
a) membudayakan kesediaan/kerelaan meminta maaf pada saat
melakukan kesalahan dalam hidup bersama di komunitas, b)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

membesarkan hati hati suster yang memiliki keterbatasan, c)
mudah jengkel melihat suster yang gugup berbicara hati di depan
kelompok, d) menuntut suster lain yang baru pulang dari kerja
untuk mengikuti doa rosario jam 15.00 yang merupakan tradisi
kongregasi.
5) Memberikan

kesempatan

kepada

orang

lain

untuk

mengembangkan diri, seperti: a) mendukung suster lain untuk
mengembangkan bakat, seperti belajar bermain gitar atau belajar
orgen, b) mendukung suster yang mengikuti bahasa inggris dengan
berusaha ikut berbahasa inggris dengannya dalam kehidupan
sehari-hari.
6) Membantu orang lain, seperti: a) berusaha membantu suster lain
yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup berkomunitas, b)
berusaha mengajari suster lain menguasai suatu keterampilan
seperti membuat rosario, c) membantu suster menyiapkan ruang
makan dan kamar makan untuk tamu yang akan datang.
b. Mencintai orang lain seperti:
1) Memperhatikan kebutuhan orang lain, seperti: a) spontan
menyiapkan makanan bagi suster yang baru pulang kerja, b)
spontan membantu memenuhi kebutuhan suster yang sakit, c)
senang menyediakn makan bagi suster yang sakit sesuai saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27

dokter, d) rela menggantikan tugas PRT suster lain yang sedang
berhalangan karena ada urusan penting diluar komunitas.
2) Menghargai pribadi orang lain, seperti: a) pamit kepada suster
yang ada di Komunitas apabila ada urusan di luar Komunitas, b)
apabila berkunjung ke kamar suster lain selalu mengetuk pintu
terlebih dahulu, c) dalam situasi yang sesuai saya spontan
membantu suster senior untuk membawakan barang bawaannya.
c. Memotivasi orang lain
Mampu menginspirasi orang lain, seperti: a) berusaha menjelaskan
cara kerja yang baik dan tepat kepada suster junior, b) memberikan
penjelasan kepada suster junior yang baru memasuki dunia kerasulan,
agar suster junior mampu melaksanakannya, c) spontan memberikan
pujian kepada suster yang suskes dalam menjalankan tugas
kerasulan/perutusan, d) mengingatkan suster lain agar setia dengan
aksi “seribu” dan “DHT” demi kepentingan masa depan.
d. Mendengarkan orang lain penuh empati
1) Bersedia mendengarkan orang lain yang sedang berbicara dengan
penuh empati, seperti: a) mampu mendengarkan usulan atau
pendapat suster yang berbeda pendapat dengan suster lain dalam
pertemuan komunitas, b) senang dan bersedia menanggapi sharing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28

pengalaman suster lain, c) mendengarkan dan memperhatikan
orang lain yang sedang berbicara dengan sungguh-sungguh.
2) Memperhatikan apa yang sedang disampaikan orang lain, seperti:
a) berusaha mendengar dan memperhatikan pendapat suster lain
meskipun

berbeda pendapat

dengannya,

b)

mendengarkan

susngguh-sungguh curahan hati suster yang sedang mengalami
kesulitan dalam hidup berkomunitas.
3) Memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan
isi hati, seperti: a) bersedia mendengarkan dengan sepenuh hati
suster yang telah mengecewakan hati, b) menyediakan waktu
untuk mendengarkan keluh kesah suster lain yang merasa tertekan
di lingkungan kerjanya, c) senang mengikuti evaluasi hidup karya
dan hidup bersama karena kegiatan ini merupakan berkesempatan
mengungkapkan pikiran dan isi hati, d) senang mendengarkan dan
menerima umpan balik yang diberikan oleh teman lain,
menyadari pentingnya

e)

pertemuan komunitas yang merupakan

kesempatan untuk semakin saling memahami dan saling
memberikan inspirasi demi kemajuan pribadi dan komunitas.
4) Dapat mengidentifikasi/ membedakan pendapat dan perasaan yang
diungkapkan orang lain, seperti: a) membedakan mana pendapat
atau pikiran dan mana perasaan yang diungkapkan oleh teman lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29

b) dapat menangkap perasaan yang ada di balik pertanyaan atau
pernyataan teman lain, c) dapat menangkap perasaan orang lain
yang diungkapkan secara tidak langsung.
5) Dapat mengungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri apa yang
disampaikan orang lain, seperti: a) dapat mengungkapkan atau
membahasakan kembali perasaan yang diungkapkan oleh teman
lain secara langsung, b)dapat mengungkapkan atau membahasakan
kembali perasaan yang diungkapkan oleh teman lain secara tidak
langsung, c) mengalami kesukaran dalam merumuskan atau
membahasakan kembali apa yang dikatakan oleh teman lain.
6) Memahami perasaan dan masalah yang dialami orang lain, seperti:
a) mampu memahami suasana hati suster yang sedang tertekan
karena banyak tugasnya, b) memahami masalah yang sedang
dialami oleh teman lain, c) sadar bahwa kalau saya memahami
dengan tepat apa yang dirasakan teman lain, teman yang
bersangkutan akan merasa di perhatikan atau di pedulikan.
e. Bekerjasama dengan orang lain.
1) Mampu mengkoordinir kegiatan kelompok, seperti:

a) yakin

bahwa masing-masing anggota kelompok (komunitas) harus
memahami tujuan kelompok (tujuan bersama), b) yakin bahwa
masing-masing anggota harus memahami dan mentaati aturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30

hidup bersama , c) memberikan perhatian kepada masing-masing
suster yang hidup

dan bekerja bersama dalam kelompok,

d)

bersikap terbuka terhadap orang yang hidup atau bekerja sama
dengan saya,

e)

yakin bahwa masing-masing anggota harus

menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan baik dan terus
berusaha supaya tetap ada kekompakan antara anggota kelompok.
2) Membagi peran kepada setiap orang secara adil, seperti: a) saya
yakin masing-masing anggota kelompok bisa berkontribusi untuk
kemajuan kelompok sesuai dengan talenta masing-masing,

b)

mudah melihat kontribusi atau sumbangan teman lain dalam
pencapaian tujuan kelompok, c) agar kerja kelompok bisa berjalan
dengan baik masing-masing anggota perlu spontan melaksankan
apa yang dapat dilakukannya, d) yakin bahwa dalam kehidupan
bersama perlu dikembangkan sikap sama-sama menang, e) yakin
bahwa masing-masing anggota kelompok atau komunitas perlu
terus belajar mengatasi konflik yang timbul di komunitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif

dengan menggunakan

metode survei. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi
tentang peristiwa atau gejala pada saat penelitian dilakukan. Metode survei
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang variabel, bukan untuk
menghubungkan variabel yang satu sama lain (Arikunto, 2006:110). Penelitian
ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kebiasaan yang
demokratis di kalangan para suster medior pada Kongregasi Puteri Reinha
Rosari tahun 2015-2016.

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kalangan para Suster PRR yang berada di
wilayah Regio Jawa-Bali. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 s/d 28
Agustus 2016, setelah mendapatkan izin dari pemimpin-pemimpin komunitas
yang berada di wilayah Jawa-Bali.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah suster-suster medior pada Kongregasi Puteri
Reinha Rosari

yang berjumlah 50 orang, berusia 21-40 tahun.
31

Mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32

tinggal dan berkarya pada komunitas-komunitas di wilayah Jawa-Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena semua Suster dapat
terlibat langsung dalam pengisian kuesioner. Ada beb