ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT BANK SYARIAH Studi Kasus pada Nasabah Pembiayaan di Bank Rakyat Indonesia Syariah, Yogyakarta Skripsi

  

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEBIJAKAN

PEMBERIAN KREDIT BANK SYARIAH

Studi Kasus pada Nasabah Pembiayaan di Bank Rakyat Indonesia Syariah,

Yogyakarta

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  

Program Studi Manajemen

Oleh :

PUTRI SARIDA DEWI

  

NIM : 022214144

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

ABSTRAK

ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN

KREDIT BANK SYARIAH

Studi Kasus Pada Bank Indonesia Syariah, Yogyakarta

Putri Sarida Dewi

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui karakteristik respondens Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta, (2) untuk mengetahui sikap konsumen terhadap atribut pembiayaan Bank Rakyat Indonesia Syariah.

  Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah Multiattribute Attitude

  Model.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) karakteristik responden : berjenis

  kelamin laki-laki, usia antara 31-40 tahun, pendidikan terakhir SLTA, pegawai swasta, pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000 perbulan lama mengambil kredit adalah 2 tahun (2) sikap responden terhadap kebijakan kredit BRI Syariah sangat baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

  menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Dalam perjalanan selanjutnya bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit.

  Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat adalah meyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang disebut dengan alokasi dana atau kredit pada bank konvensional dan disebut dengan pembiayaan pada bank syariah.

  Di Indonesia ada 2 macam sistem perbankan yang berlaku yaitu : (1) Bank dengan sistem konvensional dan (2) Bank dengan sistem syariah atau disebut dengan Bank Syariah. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah tidak dikenal istilah bunga dalam memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Di bank ini, jasa yang diberikan disesuaikan dengan prinsip syariah sesuai dengan hukum Islam. Yang dimaksud dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang beroperasi mengikuti suruhan dan menjauhi larangan yang tercantum dalam Al-Quran dan Hadist yaitu menjauhi praktik- praktik yang mengandung unsur riba dan mengikuti praktik-praktik usaha yang dilakukan oleh jaman Rosulullah yaitu bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya sebagaimana yang diperingatkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 s.d. 281 dan Surat Al-Imran ayat 130 s.d. 131.

  Dalam surat Al-Baqarah ayat 275 berbunyi :

  “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lentaran (tekanan) penyakit gila“.

  Dan pada surat Al-Imran ayat 130 yang berbunyi :

   “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.

  Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah. Keunggulan bank syariah terletak pada bagi hasil yang melandasi sistem operasionalnya.

  Keberadaan perbankan syariah telah mendapat tempat tersendiri di dunia perbankan di Indonesia. Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang disempurnakan dalam revisi Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, mengakui keberadaan bank syariah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil.

  Adopsi perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional bukanlah semata-mata mengakomodasi kepentingan penduduk Indonesia yang kebetulan sebagian besar adalah muslim. Namun lebih kepada adanya faktor keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani perekonomian.

  Dalam Bank konvensional maupun Bank Syariah ada istilah kebijakan kredit. Kebijakan kredit ini merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat volume piutang. Kebijakan kredit selain menetapkan standar-standar peminjam kredit yang memenuhi syarat, juga menetapkan syarat pembayaran dan pemberian kredit . Dengan semakin besar proporsi kredit yang dikeluarkan maka memperbesar pula jumlah investasi dalam piutang, makin besar jumlah piutang, berarti juga memperbesar “profitabilitas” jika piutang tersebut dapat dibayarkan. Jadi jelaslah bahwa bank harus tepat dalam menentukan kebijakan kredit sehingga peminjam kredit dapat menerima dan memanfaatkan kemudahan kredit setidaknya kecil resikonya bagi bank.

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan pemberian kredit yang diberikan oleh bank Syariah. Dengan diketahui sikap konsumen, maka bank semakin mempunyai arah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat dalam perkreditan. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mencapai tujuan bank. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT BANK SYARIAH ”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan:

  1. Bagaimanakah karakteristik responden pembiayaan Bank Syariah ?

  2. Bagaimanakah sikap konsumen terhadap kebijakan kredit Bank Syariah?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penulisan ini penulis membatasi masalah sebagai berikut:

  a. Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah konsumen (orang yang sedang mengambil kredit pada Bank Rakyat Indonesia pada bulan Februari 2003 sampai dengan bulan Januari 2007.

  b. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian sebanyak 100 responden.

  D. Tujuan Penelitian

  Dalam penelitian ini penulis mempunyai maksud dan tujuan , yaitu:

  1. Untuk mengetahui karakteristik nasabah pembiayaan Bank Syariah

  2. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan pemberian kredit Bank Syariah.

  E. Manfaat Penelitian

  Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penulisan ini yaitu :

  1. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap wacana atau referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

  2. Bagi pihak perusahaan / Bank Syariah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam perkreditan bank syariah.

  3. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang kebijakan pemberian kredit pada bank Syariah.

F. Sistematika Penulisan

  BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaaat penelitian dan sistematika penelitian.

  BAB II Landasan Teori Bab ini menguraikan pengertian pemasaran, konsep pemasaran, perilaku konsumen, sikap konsumen, pengertian bank, kebijakan kredit, pengertian bank syariah, sistem bagi hasil, dan macam- macam pembiayaan.

  BAB III Metodologi Penelitian Bab ini berisi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dikumpulkan, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

  BAB IV Gambaran Umum Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta dalam pemberian kredit.. BAB V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang analisis data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden. BAB VI Kesimpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan penulis sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan menguraikan teori-teori yang akan digunakan

  sebagai landasan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Teori- teori yang dijadikan landasan penelitian ini adalah pengertian pemasaran, konsep pemasaran, perilaku konsumen, sikap konsumen, pengertian bank, kebijakan pemberian kredit, pengertian bank syariah, sistem bagi hasil dan pembiayaan- pembiayaan di bank syariah. Penulis juga akan menjelaskan tentang pengertian bank, bank syariah, pembiayaan, tujuan, peranan, sistem bagi hasil dan fungsi pembiayaan serta macam-macam pembiayaan. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan konsep-konsep diatas sebagai berikut.

A. Pemasaran

  Pemasaran merupakan salah satu bentuk kegiatan yang paling penting bagi dunia usaha dalam mencapai tujuannya, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan, menang dalam bersaing dan untuk mendapatkan laba setinggi-tingginya. Dengan adanya pemasaran bagi konsumen sendiri juga dapat dengan bebas menentukan apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Untuk memahami arti pemasaran secara lebih jelas, dibawah ini penulis sajikan definisi-definisi mengenai pemasaran.

  1. Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler (2004:7 ) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak-pihak lain.

  2. Pengertian pemasaran menurut Basu Swastha ( 2002:10) Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

B. Konsep Pemasaran

  1. Menurut Basu Swastha (2002:17) Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuas kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

  2. Menurut Philip Kotler (2004:21) Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing.

  Jadi dapat disimpulkan konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang mengatakan bahwa pemuas kebutuhan konsumen dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang telah terpilih secara lebih efektif dari para pesaing merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

  Faktor pemuas kebutuhan konsumen sangat penting untuk tercapainya salah satu tujuan perusahaan. Dalam konsep pemasaran terdapat 3 unsur penting yang dipakai sebagai dasar dalam konsep pemasaran ( Basu Swastha 2002:18), yaitu:

  1. Orientasi konsumen Untuk memenuhi kepuasan yang harus diperhatikan dalam orientasi pada konsumen adalah : a) Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

  b) Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

  c) Menentukan produk dan program pemasarannya.

  d) Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

  e) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau model yang menarik.

  2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan Setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

  3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen Laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen.

  Untuk memberikan kepuasan tersebut, peusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang paling baik dengan harga yang layak.

C. Perilaku Konsumen

  Perilaku konsumen mempunyai peran dalam membentuk perilaku seseorang, sehingga sering digunakan untuk menilai efektifitas kegiatan pemasaran. Oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu definisi dari perilaku konsumen tersebut. Adapaun definisi dari perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

  1. Menurut Basu Swasta dan T Hani Handoko (1997 :10) “ Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut.”

  2. Menurut Amirullah (2002:3): “ Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan nyata individu

  (konsumen) yang dipengarui oleh faktor kejiwaan dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan menggunakan barang-barang yang diinginkannya.

D. Sikap

  Sikap mempunyai peranan yang paling penting dalam pemasaran sehingga menjadi titik pusat perhatian dalam pemasaran. Seseorang memiliki sikap dalam memberikan penilaian terhadap objek atau produk yang dihadapinya. Menurut Syaifuddin (1988:9) sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berupa respon positif maupun respon negatif, sedangkan menurut Engel (1994:5) sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.

  Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan orang berespon secara konsisten terhadap suatu objek, gagasan ataupun alternatif.

  Sikap konsumen didasarkan pada pandangan terhadap produk dan proses belajar, baik dari pengalaman atau dari yang lainnya. Dalam pemasaran, perlu dipelajari keadaan jiwa dan cara berpikir dari sikap seseorang yang kemudian diharapkan dapat digunakan dalam menentukan

  1. Karakteristik Sikap Sikap mempunyai karakteristik penting, (Syaifuddin, 1988: 9) yaitu :

  1) Sikap mempunyai arah Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau tidak menyetujui, mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek.

  Seseorang mempunyai sikap mendukung terhadap suatu objek. Seseorang berarti mempunyai sikap yang terarah positif terhadap sikap mendukung. Begitu juga sebaliknya jika seseorang yang tidak mendukung sikap berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan.

  2) Sikap mempunyai intensitas Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama.

  Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap terhadap sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam arti yang satu bersikap positif sedangkan yang lain bersikap negatif. 3) Sikap mempunyai keluasan

  Keluasan sikap menunjukkan pada luas tidaknya cakupan aspek obyek sikap yang disetujui atau tidak oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap positif terhadap semua aspek yang ada pada obyek sikap.

  4) Sikap mempunyai konsistensi Konsistensi sikap ditujukan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap sikap. Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.

  5) Sikap mempunyai spontanitas Sikap dikatakan mempunyai spontanitas bila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subyek menyatakan sikapnya. Hal ini tampak dengan pernyataan saja atau dengan peralatan terhadap indikator sikap dimana subjek mempunyai kesempatan untuk menyatakan sikap.

  2. Komponen Sikap Sikap mempunyai tiga komponen, yaitu : komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku (Thomas C. Kinner dan James R. Taylor, 1998:304 ) adalah :

  1) Komponen kognitif Komponen kognitif adalah komponen yang mencakup keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap produk seperti daya tarik produk atau jasa, kecepatan dan lain sebagainya. 2) Komponen Afektif

  Komponen Afektif merupakan perasaan atau tanggapan seseorang terhadap suatu produk atau jasa misalnya produk itu bagus atau produk itu jelek. 3) Komponen Perilaku

  Komponen perilaku adalah komponen yang merupakan respon atau

  E. Pengertian Bank

  Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998, pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  F. Kebijakan Kredit

  Sebelum membahas tentang kebijakan kredit, perlu diketahui bahwa penyaluran dana dalam Bank Konvensional disebut dengan kredit, sedangkan dalam Bank Syariah sendiri istilah kredit dikenal dengan pembiayaan. Dalam kredit ada istilah bunga sedangkan dalam pembiayaan sendiri disebut dengan bagi hasil.

  Istilah kredit berasal dari Yunani (credere) yang berarti kepercayan (truth/faith). Untuk menunjang kegiatan perkreditan agar berjalan lancar, maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan perkreditan itu berlangsung. Rangkaian peraturan ini disebut dengan kebijakan kredit ( Muljono, 1987:17 ).

  Menurut Muljono ( 1987:18) dalam menetapkan kebijakan kredit, ada 3 asas yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Asas likuiditas

  Asas likuiditas adalah asas yang mengharuskan bank untuk tetap

  2) Asas Solvabilitas Dalam mengatur kebijakan kredit, bank harus pandai-pandai mengatur penanaman dana, karena usaha pokok perbankan adalah menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

  3) Asas rentabilitas Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan pengembangan.

  Tujuan penetapan kebijakan kredit menurut Muljono (1987:19) adalah : (1) Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengamanan terhadap aset bank dan dana yang disimpan oleh nasabah, maksudnya agar dana yang telah disimpan ke bank tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat memperoleh laba yang optimal.

  (2) Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan, maksudnya sebagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan perekonomian disekelilingnya. (3) Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya, maksudnya agar dalam mengelola

  G. Pengertian Bank Syariah

  Tim Pengembangan Perbankan Syariah (2003:5) mendefinisikan Syariah menurut bahasa Arab yang berarti “ jalan menuju air “. Dalam konteks agama, syariah berarti jalan yang membawa seseorang menuju kehidupan yang lebih baik.

  Dalam bukunya, Muhamad mengemukakan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Quran dan hadist Nabi (Muhamad 2004:1). Bank Syariah sebagaimana halnya dengan bank konvensional, perlu memperhatikan aspek-aspek manajemen dalam hal penggunaan dana, yaitu dalam mengumpulkan dana ataupun dalam menyalurkan dana. (Muhamad 2002:249)

  H. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah

  1) Pengertian sistem bagi hasil Menurut Muhamad (2004:3) pengertian sistem bagi hasil yaitu pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.

  2) Prinsip Bagi Hasil Bank Syariah Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. Prinsip bagi a) Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

  b) Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan c) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil d) Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan.

  Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

I. Proses Administrasi Pembiayaan

  Pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabahnya akan berjalan baik, jika proses administrasi dilakukan dengan tertib. Untuk itu, ada beberapa tahap administrasi yang harus dilalui dalam proses pembiayaan di bank di bank syariah ( Muhammad 2005:48) yaitu : (1) Penerimaan keputusan

  Penerimaan keputusan ini dapat diperoleh dari kantor pusat, kantor wilayah atau kantor cabang yang bersangkutan.

  (2) Penerusan kepada nasabah pemohon (a) Macam keputusan

  Ditolak atau Disetujui (b) Penyampaian kepada nasabah

  Atas permohonan yang ditolak, keputusan ini diberitahukan permohonannya disetujui, maka tahap selanjutnya dibuatkan surat persetujuan yang memuat berbagai persyaratan.

  (3) Penandatanganan akad Apabila atas surat persetujuan tersebut nasabah pemohon menyanggupinya, maka pemohon melakukan penandatanganan akad dihadapan pejabat atau petugas bank.

  J. Jaminan atau Agunan

  1). Pengertian Jaminan atau Agunan Menurut Undang-undang perbankan tahun 1998 pasal 1 tentang perbankan, agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah atau debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

  2) Kegunaan dari jaminan ( Suyatno, 2003:88) (1) Memberikan hak dan kekuasaan pada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan tersebut bila debitur melakukan cedera janji, yaitu tidak membayar kembali hutangnya yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

  (2) Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya

  (3) Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank

  K. Pelayanan Pelanggan

  Dalam pelaksanaannya, bank meyadari besarnya persaingan yang terjadi dalam dunia perbankan semakin meningkat dewasa ini. Pelayanan atau service telah menjadi kunci bagi keberhasilan dalam memenangkan persaingan bagi masing-masing bank. Oleh sebab itu harus diterapkan kualitas pelayanan yang menjadi modal utama sebuah bank untuk diterima dalam masyarakat.

  Pada prinsipnya pemberian pelayanan yang unggul dapat dilihat dari tiga kunci (Tjiptono,1997:128). Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan). Ketiga, pemanfaatan informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka strategik.

  Tentunya pemberian pelayanan harus dapat dikelola dengan baik agar dapat menumbuhkan loyalitas terhadap pelanggan yang dalam hal ini adalah nasabah.

  L. Pembiayaan-pembiayaan Dalam Bank Syariah

  Penyaluran dana dalam Bank Konvensional dikenal dengan istilah pinjaman atau kredit, sedangkan pada Bank Syariah dikenal dengan istilah pembiayaan, namun pada prinsipnya adalah sama yaitu penyaluran dana dari bank kepada masyarakat.

  a) Pengertian Pembiayaan Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

  Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah walqtina). b) Macam-macam pembiayaan Menurut Perwataatmaja dan Antonio (1992:21) ada tujuh macam pembiayaan, yaitu : 1) Pembiayaan Mudharabah praktik-praktik investasi atas dasar bagi hasil Al Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antar pemilik modal dengan pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha bersama ini ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah.

  (a) Landasan dasar syariah dari investasi bagi hasil Al Mudharabah sama dengan landasan dasar tabungan dan deposito Mudharabah.

  Dalam Surat Al Muzammil ayat 20 yang artinya : “ Dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah.”

  (b) Tatacara bagi hasil usaha nasabah penerima pembiayaan investasi

  Al Mudharabah dengan Bank Syariah : (1) Bank menyediakan 100 % pembiayaan suatu proyek usaha.

  (2) Pengusaha mengelola proyek usaha tanpa campur tangan bank namun bank mempunyai hak untuk tindak lanjut dan pengawasan. (3) Bank dan pengusaha sepakat melalui negoisasi tentang porsi

  (4) Apabila terjadi kerugian bank akan menanggung kerugian sebesar pembiayaan yang disediakan sedang pengusaha menanggung kerugian tenaga, waktu, managerial skill serta kehilangan nisbah keuntungan bagi hail yang akan diperolehnya. 2) Pembiayaan Musyarakah

  (a) Praktik-praktik investasi atas dasar bagi hasil Al Musyarakah yaitu suatu perjanjian usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing- masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakala terjadi kerugian, kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-masing. (b) Landasan syariah dari investasi bagi hasil Al Musyarakah terdapat dalam Al Quran dan Hadist.

  (1) Al Quran “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian mereka berbuat kezaliman kepada sebagian yang lain kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. (QS. As Shad :24).

  (3) Hadist Dalam Hadist Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh bahwa Risulullah telah bersabda : “ Allah telah berkata :’ Saya menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut’.” (HR.Abu Daud, menurut Hakim Hadist ini Shahih)

  (4) Tatacara bagi hasil usaha nasabah penerima pembiayaan investasi Al Musyarakah dengan Bank Syariah : i. Bank dapat memberikan fasilitas pembiayaan suatu proyek yang dianggap feasible berdasarkan prinsip Al Musyarakah. ii. Dalam skema pembiayaan ini bank dengan nasabah atau nasabah-nasabahnya menyetujui untuk memberikan kontribusi pembiayaan sesuai dengan proporsi yang telah disepakati bersama. iii. Semua pihak termasuk bank mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam manajemen perusahaan. Demikian juga semua pihak berhak untuk menggugurkan hak tersebut. iv. Semua pihak melalui suatu negosiasi menyetujui nisbah pembiayaan keuntungan usaha. Besarnya nisbah pembiayaan ini tidak semestinya harus sesuai dengan besarnya penyertaan modal masing-masing. v. Seandainya terjadi kerugian dalam usaha maka masing- masing tidak bertanggung jawab kecuali sebatas besar penyertaan modalnya. 3) Pembiayaan Murabahah

  (a) Praktik-praktik pembiayaan perdagangan atas dasar Al

  Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran

  ditangguhkan. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. (b) Landasan syariah pembiayaan Al Murabahah terdapat dalam Al Quran dan Hadist.

  (1) Al Quran “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba“.(QS : Al Baqarah :275)

  (2) Hadist Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rosululloh bersabda , “Tiga hal didalamnya terdapat keberkatan : jual beli sacara tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan unutk dijual.”(H.R. Ibnu Majah)

  (1) Syarat-syarat Murabahah

  (a) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah

  (b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

  (c) Kontrak harus bebas dari riba. (d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

  (e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. 4) Pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil

  (a) Praktik-praktik pembiayaan perdagangan atas dasar Al Bai

  Bitsaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran

  cicilan. Pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal. (b) Landasan syariah pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil terdapat dalam Al Quran dan Hadist.

  (1) Al Quran “ Hai orang-orang beriman janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” (QS.An Nisa: 29).

  (2) Hadist Dari Suhaib r.a. bahwa Rosululloh saw bersabda tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan: jual beli sacara tangguh,

  mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk

  keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(H.R. Ibnu Majah) (3) Bentuk dan sifat pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil yang dilakukan oleh Bank Syariah :

  (a)Bank mengangkat nasabah sebagai agen bank (b)Nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian barang modal atas nama bank (c)Bank menjual barang modal tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bank. (d)Nasabah membeli barang modal tersebut dan pembayarannya dilakukan secara mencicil untuk jangka waktu yang telah disetui bersama. 5) Pembiayaan Ijarah

  (a) Praktik-praktik pembiayaan pengadaan barang atas dasar Al

  Ijarah adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk

  mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama.

  (b) Landasan syariah dari pembiayaan ijarah terdapat dalam Al

  (1) Al Quran “ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ; Wahai Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja dengan kita karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja adalah yang kuat dan dapat dipercaya ”.

  ( Al Qashash )

  (2) Sunnah Dari Ibnu umar r.a. bahwa Rosullah SAW telah bersabda : Berikanlah upah (sewa) buruh itu sebelum kering keringatnya. (HR.Ibn Majah)

  6) Pembiayaan Bai Takjiri i) Praktik-praktik pembiayaan pengadaan barang atas dasar bai

  takjiri atau sewa beli adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri

  dengan penjualan. Pembayaran sewa dalam kontrak ini telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian daripadanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur. ii) Landasan syariah dari pembiayaan pengadaan barang atas dasar bai takjiri pada dasarnya sama dengan Al Ijarah.

  7) Pembiayaan Al Qardhul Hasan i) Praktik-praktik pemberian pinjaman tunai atas dasar Al Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata dimana peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman. ii) Landasan syariah pemberian pinjaman tunai Al Qardhul Hasan :

  (1) Al Quran “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. “(QS. Al Baqarah:24)

  (2) Dari Ibnu Mas’ud r.a Rosulullah saw bersabda : “ Tidakkah seorang muslim meminjamkan dua kali kecuali sama baginya dengan memberi sekali”. (Hadist terdapat dalam sahih Ibnu Hibban). iii) Bentuk dan sifat pemberian tunai Al Qardhul Hasan yang dilakukan oleh Bank Syariah.

  Pada dasarnya pinjaman Al Qardhul Hasan diberikan kepada : (1) Mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan-tujuan yang sangat urgent.

  (2) Para pengusaha (kecil) yang kekurangan dana tapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu suatu penelitian terhadap

  suatu objek yang populasinya tidak terbatas yaitu pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang sikap konsumen terhadap kebijkan pemberian kredit Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta. Kesimpulan yang diambil hanya berlaku pada bank syariah tersebut yang diteliti, jadi tidak bisa berlaku untuk bank lain atau objek lain.

  B. Tempat dan Waktu Penelitian

  Tempat : Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta Jl. KH Ahmad Dahlan No 89 Yogyakarta.

  Waktu : Bulan Februari 2007 s/d Maret 2007

  C. Subjek dan Objek Penelitian

  1. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian adalah responden yang mengambil kredit pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta pada Februari 2003 sampai Januari 2007.

  2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap kebijakan pemberian kredit yang ditawarkan Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta, yaitu meliputi sistem yang digunakan dan kemudahan yang diberikan.

  D. Data Yang dikumpulkan

  1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner mengenai sikap responden terhadap pemberian kredit yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia SyariahYogyakarta.

  2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian.

  E. Metode Pengumpulan Data

  1. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Kuesioner dalam penelitian ini bersifat tertutup dalam arti bahwa pihak peneliti telah menyediakan alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang disediakan.

  2. Interview, yaitu metode pengumpulan data melalui wawancara yang langsung ditujukan pada pihak bank syariah sehubungan dengan kegiatan pemberian kredit.

F. Definisi Operasional

  1. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang baik buruk yang dirasakan oleh peminjam mengenai kebijakan kredit pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta.

  2. Konsumen Yang dimaksud konsumen dalam penelitian ini adalah orang yang mengambil kredit Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta pada bulan Februari 2003 sampai bulan Januari 2007.

  3. Kebijakan Kredit Kebijakan kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prosedur atau syarat dalam pengajuan kredit yang ditentukan oleh Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta.

  4. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.

G. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

  1. Populasi , yaitu peminjam yang sedang mengambil kredit pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta pada Februari 2003 sampai Januari 2007.

  2. Sampel yaitu sebagian atau wakil dari keseluruhan peminjam yang sedang atau telah mengambil kredit sebanyak 100 orang sampel dengan rumus Budiyuwono (1996:155). 2

  ) 1 (

     

  − = E Z x p p n

  Keterangan :

  n = jumlah sampel p = kemungkinan terbesar sukses Z = standar error E = kesalahan yang dapat diterima

  Agar lebih jelas perhitungan dijabarkan sebagai berikut : Sebagai contoh atribut yang diharapkan kemungkinan terbesar sukses

  50% = 0,5 , standar kesalahan 10%, dengan tingkat kepercayaan 95% = 1,96, sehingga diperoleh : 2 1 ,

  96 ,

  1 ) 5 ,

  1 ( 5 ,

     

  − = x n

  n = 0,25 x 384,16 = 96,04 Hasil dari perhitungan tersebut 96,04 dan dibulatkan menjadi 100 untuk memudakan peneliti dalam pembagian kuesioner.

  3. Metode Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik convenience sampling, yaitu pemilihan unit sampel dilaksanakan dengan mempertimbangkan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya (Simamora, 2004:207). Dalam penelitian ini ditetapkan syarat bahwa konsumen adalah orang yang sedang mengambil kredit pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta sebanyak 100 orang yang perhitungnnya telah dijabarkan di halaman sebelumnya. Responden tersebut diharapkan dapat mewakili karakteristik dari populasi. Peneliti menetapkan sebanyak 100 orang responden yang dapat dikatakan representatif untuk dilakukan dalam penelitian.

H. Teknik Pengukuran Data

  Untuk mengukur tanggapan peminjam terhadap jasa kredit yang ditawarkan, penulis menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu peminjam yang sedang atau telah mengambil kredit pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Yogyakarta. Kuesioner yang diberikan bersifat tertutup dan alternatif jawaban yang disediakan adalah :

  1. Sangat Setuju

  2. Setuju

  3. Ragu-ragu

  5. Sangat Tidak Setuju Karena data tersebut masih dalam bentuk data kualitatif maka pengukuran harus dikuantitatifkan dengan langkah skoring, dengan menggunakan Skala Likert, maka skor terhadap alternatif jawaban responden setiap item pertanyaan sebagai berikut :

  Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor

  Sangat Setuju

  5 Setuju

  4 Ragu-ragu

  3 Tidak Setuju

  2 Sangat Tidak Setuju

  1 I. Teknik Pengujian Instrumen

  1. Uji Validitas Uji validitas yaitu tingkat ketepatan pengunaan alat pengukur terhadap suatu gejala untuk menguji tingkat validitas masing-masing item pada kuesioner dengan menggunakan teknik korelasi “Product Moment” yang rumusnya sebagai berikut (Husein Umar, 2005:133)

  N

  

XY (

X )( Y )

  ∑ ∑ ∑

  rXY = 2 2 2 2 N

  X ( X ) N Y ( Y ) − −

  ][ ] [

  ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan : rXY : koefisien korelasi product moment X : Nilai atau skor dari variabel Y : Nilai atau skor dari total variabel

  XY : Jumlah hasil kali antara x dan y N : Banyaknya sampel yang diuji coba Untuk menentukan apakah instrumen itu valid atau tidak valid maka ketentuannya adalah sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan valid.

  Jika r hitung ≤ r tabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

  2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu pengukuran memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran pada subjek yang sama, atau suatu instrument cukup reliable atau dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

  Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut (Husein Umar 2003:96) : 2

   bk σ

    ∑

   

  1

  −

  Rii =   2

    k

  1 t

  − σ     Keterangan : Rii : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan 2 σ t : varian total

  ∑ 2 σ b

  : jumlah varian butir Sedangkan untuk mencari varian total ( 2 t

  σ

  ), jumlah varian dicari terlebih dahulu dengan cara mencari nilai varian tiap butir, kemudian dijumlahkan. Rumus Varian yang digunakan :

  n n

  ) ( 2 2 2

  Σ Χ Σ Χ = σ

  dimana : n : jumlah responden X : nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

  Untuk menentukan apakah instrument itu reliable atau tidak digunakan ketentuan sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel, maka instrument dikatakan reliabel. Jika r hitung ≤ tabel, maka instrument dikatakan tidak reliabel.

  J. Metode Analisis Data

  1. Analisis Persentase Analisis ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai karakteristik responden. Hal-hal yang akan dianalisis yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, lama mengambil kredit, dan faktor utama mengambil kredit. Persentase ini akan dihitung dengan rumus:

  

nx

p =

N

  Keterangan : P : Jumlah persentase Nx : Jumlah yang diambil N : Jumlah total

  2. Analisis dengan Multiattribut Attitude Model Dalam menyelesaikan masalah kedua yaitu bagaimana sikap konsumen terhadap pemberian kredit Bank Rakyat Indonesia Syariah

  Yogyakarta digunakan analisis Multiattribute Attitude Model. (Engel, 1994 : 353). Rumus yang digunakan adalah: n

  Wi Ii Xi

  Ab =

  ∑ i 1 =

  Keterangan : Ab : Sikap responden secara keseluruhan terhadap suatu objek Wi : Bobot rata-rata yang diberikan responden terhadap atribut i Xi : Nilai belief rata-rata konsumen pada atribut i Ii : Nilai ideal rata-rata konsumen pada atribut i n : Jumlah atribut yang dipertimbangkan Langkah-langkah yang dilakukan guna mengukur sikap konsumen terhadap pemberian kredit Bank Tabungan Syariah adalah : a. Menentukan urutan atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan keputusan pengambilan kredit.

Dokumen yang terkait

Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah Studi Kasus Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Al-Wasliyah Medan

0 33 157

Peranan Pelayanan Bank Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT (Persero) Bank Rakyat Indonesia Medan Iskandar Muda

0 22 85

ANALISIS PENGARUH DANA SYIRKAH TEMPORER DAN KEWAJIBAN TERHADAP PROFITABILITAS MELALUI RISIKO PEMBIAYAAN PADA BPR SYARIAH (Studi Empiris pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2013-2

7 43 72

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus pada PT Bank Papua Cabang Serui)

2 41 20

Pengaruh Pembiayaan Modal Kerja terhadap Pendapatan Usaha Nasabah : Studi Kasus pada Bank DKI Syariah Cabang Wahid Hasyim

1 4 68

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA BANK KONVENSIONAL DAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH

0 0 10

EFEKTIVITAS PENGAWASAN OLEH DEWAN PENGAWAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Sejahtera) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

ANALISIS PENGARUH BOPO, FDR DAN CAR TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016 (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2016)

0 0 100