PANDANGAN TOKOH UTAMA WANITA TERHADAP HUBUNGAN SEKS DALAM MASYARAKAT MODERN PADA KUMPULAN CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU) KARYA DJENAR MAESA AYU SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

PANDANGAN TOKOH UTAMA WANITA

  

TERHADAP HUBUNGAN SEKS DALAM MASYARAKAT MODERN

PADA KUMPULAN CERPEN

JANGAN MAIN-MAIN

(DENGAN KELAMINMU)

  

KARYA DJENAR MAESA AYU

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Doan Mitasari

  

NIM : 034114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SEPTEMBER 2007

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program strata satu (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dengan adanya beberapa kekurangan, hal ini karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan, saran-saran, serta dorongan yang bermanfaat dan mendukung selesainya skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum selaku pembimbing I yang dalam kesehariannya lebih dari sekadar pembimbing dan dosen.

  2. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum selaku pembimbing II yang secara tidak langsung telah memberikan motivasi kepada penulis untuk mencintai sastra Indonesia.

  3. Bapak Drs. Herry Antono, M.Hum selaku pembimbing akademik angkatan 2003, terima kasih untuk bimbingan yang telah diberikan.

  4. Seluruh dosen di fakultas Sastra, terutama dosen di Prodi Sastra Indonesia untuk segala ilmu yang telah diberikan.

  5. Segenap keluarga besar Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma untuk persahabatannya.

  6. Segenap karyawan perpustakaan dan staf sekretariat sastra untuk pelayanannya yang ramah.

  7. Bapak, Ibu, dan Adik ku. Terima kasih atas doa, semangat dan dukungan, cinta dan omelannya.

  8. Om Hadi, tante Ning, dan Farrel. Terima kasih atas semangatnya.

  9. Segenap keluarga besar Gondo Suharjo dan keluarga besar Martosudarmo.

  Terima kasih atas segala cinta.

  10. Teman-teman seperjuangan di Sastra Indonesia 2003, terima kasih atas pertemanannya.

  11. Emak, Eci, Aning, Az3, Diar, Nex, Icha, Simpli, Gondez, Kepleh, Lampung, Jati, Adista, Pak RT. Terima kasih untuk persahabatan, curhat- curhat, tawa, dan air mata. Terima kasih karena telah turut andil menyemarakkan hidupku selama di Sastra Indonesia. Angkat gelas...kita bersulang!!!.

  12. Teman-teman POTBELLY; Jecky, Odun, Yudi, Nanang, Ronny, Notie, Ardi dan Bayu. Keep rock...Yeah!!!.

  13. Teman-teman Scala Richter; Denny, Benny, Nuke, Anton. Terima kasih boleh belajar bareng. Kapan ku punya pacar? Hehehe...

  14. NOFX, Saosin, Andra&The back bones, Melly G, Finch, Yellow card, Box car Racer, Rocket Rockers, The Beatles, SID, Rancid, MCR, dan Saint Loco. Terima kasih untuk inspirasi dan semangat yang tak pernah padam.

  15. Penulis-penulis yang karyanya telah memberikan inspirasi dan motivasi.

  16. Bramantyo, Tommy, Budi, Mas Wahyu. Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku.

  17. Putri Rinjani, Putra Mahameru, dan Dadang. Terima kasih telah mengiringi perjalananku dan memberikan cinta.

  18. Sahabat sekaligus kekasihku...suatu saat kita pasti bertemu.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Seluruh kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, ................

  Penulis Doan Mitasari PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

  Yogyakarta, .........................

  Penulis Doan Mitasari

  DAFTAR TABEL TABEL PANDANGAN TOKOH UTAMA WANITA TERHADAP

  83 HUBUNGAN SEKS

  

ABSTRAK

  Mitasari, Doan. 2007. Pandangan Tokoh Utama Wanita Dalam Masyarakat

  Modern Terhadap Hubungan Seks pada Kumpulan Cerpen Jangan

  Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini berisi analisis tokoh, penokohan dan latar, serta analisis pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks dalam lima cerpen pada kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.

  Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan teori sosiologi sastra. Teori struktural ini bertujuan membongkar, dan memaparkan secermat, seteliti dan sedalam mungkin cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen

  

Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) .Selain itu, digunakan teori sosiologi

  sastra dipakai untuk mengungkapkan pandangan tokoh utama wanita dalam masyarakat modern terhadap hubungan seks.

  Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dengan metode tersebut penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Pertama menganalisis dari segi strukturalnya. Kedua menggunakan hasil analisis pada tahap pertama untuk memahami lebih dalam mengenai pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks.

  Dalam kajian struktural diteliti lima cerpen dalam kumpulan cerpen

Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) berupa tokoh, penokohan, dan latar.

Tokoh utama wanita protagonis dalam cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” adalah istri. Tokoh utama wanita antagonis yaitu pacar gelap suami. Latar tempat dalam cerpen ini yaitu rumah. Latar waktu yaitu pagi hari. Latar sosial yaitu masyarakat modern. Tokoh utama wanita protagonis dalam cerpen “Mandi Sabun Mandi” ialah Sophie. Latar tempat dalam cerpen ini meliputi lingkungan di luar dan di dalam motel, jalan raya, dan rumah. Latar waktu yaitu siang hari. Latar sosial yaitu masyarakat metropolitan. Tokoh utama protagonis dalam cerpen “Menyusu Ayah” yaitu Nayla. Latar tempat meliputi kamar bersalin dan rumah Nayla. Latar waktu meliputi kejadian-kejadian yang dialami Nayla. Latar sosial dalam cerpen ini adalah kehidupan masyarakat kelas menengah. Dalam cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”, tokoh Saya adalah tokoh utama wanita protagonis. Latar tempat meliputi rumah, kantor, pertokoan, dan restoran. Latar waktu meliputi satu waktu yaitu pagi, siang, sore dan malam. Latar sosial meliputi masyarakat sosial yang ditunjukkan dengan gaya hidup yang modern. Dalam cerpen “Payudara Nai-Nai”, tokoh Nai digolongkan dalam tokoh utama wanita protagoni. Latar tempat antara lain sekolah, rumah Nai, Pacenongan, dan kantin. Latar waktu meliputi peristiwa-peristiwa yang dialami Nai. Sedangkan latar sosial dalam cerpen ini adalah kehidupan remaja dalam masyarakat modern.

  Dalam kajian sosiologis diteliti lima cerpen dalam kumpulan cerpen

  

Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) berupa pandangan tokoh utama wanita kajian sosiologis diperlukan kajian struktural sebagai dasar. Pandangan- pandangan tersebut adalah hubungan seks tidak diperlukan pernikahan, hubungan seks sebagai suatu pekerjaan yang menghasilkan materi, hubungan seks membutuhkan bentuk tubuh yang indah, dan hubungan seks harus dilakukan dengan fair, hubungan seks harus didasari cinta, hubungan seks tidak memerlukan bentuk tubuh yang indah, hubungan seks diperlukan suatu perkawinan, dan dalam berhubungan seks tidak boleh egois, dalam hubungan seks cinta tidak diperlukan dalam berhubungan seks. Dalam cerpen “Menyusu Ayah”, Nayla mempunyai kelakuan seks yang meyimpang. Nayla berpendapat bahwa hubungan seks adalah sarana pemuas laki-laki, dalam berhubungan seks tidak memerlukan bentuk tubuh yang indah, dan hubungan seks dapat terjadi dengan persetujuan kedua belah pihak. Tokoh Saya dalam cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang” berpendapat bahwa hubungan seks harus dilakukan dengan kesepakatan bersama, hubungan seks merupakan proses awal untuk menuju ke arah hubungan yang lebih, dan dalam berhubungan seks kedua belah pihak harus jujur kepada pasangannya. Dalam cerpen “Payudara Nai-Nai” yaitu Nai berpendapat berhubungan seks memerlukan tubuh yang indah, dan hubungan seks dapat meningkatkan rasa percaya diri.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa saat ini para wanita yang khususnya hidup di perkotaan mempunyai berbagai pandangan tentang hubungan seks. Adanya berbagai pandangan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial masyarakat modern tempat tokoh tersebut tinggal.

  

ABSTRACT

  Mitasari, Doan. 2007. The Woman’s Perception of Main Character toward the

  Sexual Intercourse in Short Stories Collection “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” by Djenar Maesa Ayu: Sociological Review.

  Minithesis of S1. Yogyakarta: Indonesia Letter, Sanata Dharma University. This research comprises of structural analysis which are the characters, characterization, and background, and also the analysis of women main character’s perception toward the sexual intercourse in five short stories Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) by Djenar Maesa Ayu.

  The theories used in this research were structural and literary sociological theory. Structural theory aimed to reveal and explain as precisely, perfectly and deeply as possible which is related to the literary work. Meanwhile the literary sociological theory is opposed from the assumption that the letter is the reflection of societal life.

  The method used was descriptive method. Descriptive method is a method which is studied by the state of human groups, an object, a condition, thinking, or in a class of incident in current period. By these methods, this research was divides into two steps. Firstly to analyse the structural side, and second to use the result of analysis in the first step to know deeper on the woman main character’s perception toward the sexual intercourse.

  The structural review in study these five short stories in the collection of short stories Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) in the form of character, characterization, and background. The main protagonist woman character in the short story “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” is a wife. The main antagonist woman character is the secret girlfriend of her husband. The site background in this short story is house. The time background is in the morning. Social background is the modern society. The protagonist main women character in the short story of “Mandi Sabun Mandi” is Sophie. The site background in this short story comprises of environtment outer and inner the motel, roadway, and house. The time background is in the afternoon. The social background is metropolitan society. The protagonist main character in the short story of “Menyusu Ayah” is Nayla. The site background included the bearing clinic and the Nayla’s house. The time background consists of the Nayla’s life. The social background is the life of middle class people. In the short story of ”Saya di Mata Sebagian Orang”, the main protagonist character is Saya. The site background in the short story of “ Saya di Mata Sebagian Orang” are house, office, shops, and restaurant. The times background, such as in the morning, afternoon, evening and night. The social background included the social society which is presented by the modern life style. In the short story of “Payudara Nai Nai”, the character of Nai is categorized in the protagonist woman main character. The site banckground are in the school, Nai’s house, Pacenongan, and canteen. The time background consist the incidents which were had by Nai. Meanwhile the social background in this short story is the youth’s life modern city.

  The sociological review in studying these five short stories in the collection of short stories Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) is the main woman character’s perception toward sexual intercourse. This perception is the sexual intercourse which is needed in marriage, sexual intercourse as a employment which provide materials, sexual intercourse needs a beautiful body shape, sexual intercourse should be conducted fairy, sexual intercourse is a relation which should be based by love, sexual intercourse do not need the beautiful body shape, sexual intercourse needs a marriage, in sexual intercourse there is not permitted to be egoist, in sexual intercourse do not need any love, sexual intercourse is the medium to fulfilled the men’s passion, sexual intercourse could happened by mutual agreement of both parties, sexual intercourse is the initial process to go to the better relation, and sexual intercourse could increase the sense of self confident.

  Based on the result of this research, it could be concluded that nowadays women specifically who live in the municipal has various perception on sexual intercourse. There are various perception which are affected by the environtment where the character lives.

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………. i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………… ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………… iii KATA PENGANTAR……………………………………………… iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………….......... vii DAFTAR TABEL…………………………………………………… viii ABSTRAK………………………………………………………….. ix

  ABSTRACT ........................................................................................... xi

  DAFTAR ISI………………………………………………………… xiii

  BAB I PENDAHULUAN…………………………………………

  1 1.1 Latar Belakang……………………………………….........

  1

  1.2 Rumusan Masalah…………………………………………

  5

  1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………

  5 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………..

  6

  1.5 Landasan Teori……………………………………............ 6

  1.6 Metode Penelitian…………………………………………

  15

  1.7 Sumber Data………………………………………………

  18

  1.8 Sistematika Penyajian……………………………………

  19 BAB II ANALISIS STRUKTURAL TOKOH, PENOKOHAN,

  20 DAN LATAR………………………………………………………

  2.1 Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”………

  21

  2.2 Cerpen “ Mandi Sabun Mandi” …………………………

  31

  2.3 Cerpen “Menyusu Ayah”………………………………

  38

  2.4 Cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”…………………

  45

  2.5 Cerpen “Payudara Nai Nai………………………………

  51 BAB III ANALISIS PANDANGAN TOKOH UTAMA WANITA

  59 TERHADAP HUBUNGAN SEKS ……………………………

  3.1 Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)……….

  60

  3.2 Cerpen “Mandi Sabun Mandi”……………………………

  68

  3.3 Cerpen “Menyusu Ayah”…………………………………

  71 3.4 Cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”………………….

  74

  3.5 Cerpen “Payudara Nai Nai”………………………………

  79 BAB IV PENUTUP ………………………………………………

  84

  4.1 Kesimpulan………………………………………………

  84

  4.2 Saran………………………………………………………

  90 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

  91 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………

  93

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula, sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia (Wellek dan Warren, 1989:109).

  Sastra pada dasarnya adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan ini mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang ( Damono,1979:1 ).

  Dalam lingkungan masyarakat yang menganut pola pikir tradisional, pembicaraan tentang seks dan segala hal yang berhubungan dengannya merupakan hal yang tabu. Tidak hanya itu, sebagai ilustrasi, saat ini masih terjadi pro dan kontra mengenai pendidikan seks atau sex education di sekolah. Di satu sisi pendidikan seks tersebut sangat diperlukan mengingat masih rendahnya pengetahuan seks bagi remaja. Namun di sisi lain, para pendidik juga harus waspada. Bukan tidak mungkin pengetahuan seks yang telah didapat dari sekolah

  Seiring perkembangan pola pikir dalam masyarakat, maka muncullah pola-pola pikir baru di bidang seks dan dunia yang melingkupinya. Dengan munculnya pola-pola pikir baru itulah menyebabkan wanita juga lebih bebas berbicara tentang seks dan dunia seks yang mereka inginkan.

  Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu, seks merupakan daya tarik yang melatarbelakangi tiap-tiap cerpen. Hal tersebut juga merupakan salah satu daya tarik mengapa peneliti mengambil kumpulan cerpen ini sebagai bahan penelitian. Menurut peneliti, seks zaman sekarang merupakan suatu kebutuhan dan mempunyai tempat khusus bagi setiap individu dalam mengenali diri, menentukan hasrat-hasratnya, bahkan sebagai penentu status sosial. Perlu dicatat bahwa dalam kumpulan cerpen Jangan

  

Main-Main (dengan Kelaminmu) ini, tampaknya tidak dipersoalkan ada tidaknya

  cinta. Bagi para tokohnya, seks mempunyai otonomi sendiri tanpa harus bersanding dengan cinta. Sebagai benang merah, dalam kumpulan cerpen Jangan

  

Main-Main (dengan Kelaminmu) adalah satu dunia yang dipadati oleh manusia-

  manusia terluka, marginal, dan terkhianati. Tidak ada pijakan kokoh. Komitmen dalam tiap tokoh dapat berubah setiap saat, ikatan tidak mengikat, dan logika tidak punya vandalitas (Ayu, 2004: xiii).

  Yang disebut seks adalah alat kelamin dan hal-hal yang langsung menyangkut alat kelamin itu. Sebagai fenomena sosial, seks menjadi masalah yang penting untuk diteliti sekaligus rapuh. Apabila kita tidak berhati-hati dalam membahasnya, kita akan terjebak dalam suatu ruang yang luas. Kita akan tahu betapa pandangan dan sikap terhadap seks telah menjamah banyak bidang. Seks muncul dalam keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, pun dalam media massa. Hal itu rupanya disadari oleh Djenar Maesa Ayu. Wanita kelahiran Jakarta,

  14 Januari 1973 yang secara terbuka menyatakan bahwa cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) merupakan curahan hati yang selama ini dirasakannya, bahwa sekarang telah banyak terjadi pelecehan-pelecehan seksual yang dialami para wanita. Djenar Maesa Ayu juga percaya suatu karya adalah cermin zaman. Hal di atas merupakan alasan mengapa peneliti tertarik untuk meneliti kumpulan cerpen ini lebih lanjut.

  Dalam kumpulan cerpen tersebut terdapat sebelas cerpen sebagai populasi. Dalam penelitian ini akan digunakan lima cerpen sebagai sample penelitian yaitu: cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi “Sabun Mandi, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai”. Pada kelima cerpen tersebut tampak bagaimana pandangan tokoh utama wanita tentang hubungan seks. Pandangan itu pada kenyataannya tentu berbeda satu sama lain. Hal itu disebabkan karena setiap individu pastilah mempunyai perilaku dan pandangan tersendiri untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dangan dunia sekitar terutama mengenai hubungan seks.

  Dalam cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai”, berbagai jenis perilaku itu tercermin dari adanya berbagai macam pandangan tentang hubungan seks dari tokoh utama wanitanya. Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” dituturkan dengan pola pengulangan kalimat yang sama. Jika tidak berhati-hati dalam membacanya makna tiap kalimat itu akan tampak sangat mirip. Namun, semua karakter tokohnya akan terlihat pada akhir cerita. Daya tarik cerpen ini terletak pada perbedaan tiap karakter tokoh dalam memandang hubungan seks. Dalam cerpen “Mandi Sabun Mandi” digambarkan tokoh utama wanita yang begitu rapuh memandang suatu komitmen. Selain itu cerpen ini menggambarkan suatu perselingkuhan antara suami dengan pacar gelapnya. Cerpen “Menyusu Ayah” menggambarkan hubungan inses antara seorang anak dengan ayahnya. Hubungan inses tersebut terjadi sebagai pengganti cinta seorang anak kepada ibunya. Si anak menganggap ayahnya dapat menggantikan sosok ibunya, sedangkan ayahnya memanfaatkan si anak untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Dalam cerpen “Saya di Mata Sebagian Orang”, tokoh utama wanita marah kepada masyarakat di sekitarnya yang selalu mendakwa kehidupan yang dipilihnya. Padahal, menurut tokoh wanita, yang berhak menentukan kehidupannya adalah dirinya sendiri, bukan masyarakat. Dalam cerpen yang berjudul “Payudara Nai Nai”, akan terlihat sikap seorang remaja perempuan yang tidak percaya diri karena memiliki payudara yang kecil.

  Dalam cerpen ini diceritakan pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks dan seks itu sendiri ditinjau dari sudut pandang remaja.

  Tinjauan sosiologi sastra adalah suatu tinjauan yang bertolak bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa tinjauan ini mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Damono,1979:2). Bentuk-bentuk pandangan tokoh utama wanita dalam cerpen yang berjudul “Jangan Main- main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai” ditinjau sebagai suatu kenyataan yang ada dan hidup di dalam masyarakat yang merupakan hasil aktivitas interaksi sosial dan merupakan bagian tingkah laku yang dilakukan oleh masyarakat.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berkaitan dengan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

  1.2.1 Bagaimana tokoh dan penokohan, dan latar dalam cerpen yang berjudul “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai- Nai” dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

  1.2.2 Bagaimana pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks dalam cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai- Nai” dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah:

  1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan, dan latar dalam cerpen yang berjudul “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai” dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan

  Kelaminmu)

  1.3.2 Mendeskripsikan pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks dalam cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai” dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendukung proses perkembangan sastra Indonesia, terutama yang menyangkut tentang ilmu sosiologi sastra. Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menambah wawasan tentang penulis-penulis wanita era 2000-an serta kebaharuan tema yang ada di dalam karyanya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perkembangan penulis-penulis wanita beserta karyanya sebagai cermin masyarakat.

  Penulis berharap manfaat tersebut dapat dirasakan tidak hanya oleh kalangan sastrawan, tetapi juga oleh masyarakat pada umumnya yang sama sekali tidak mempelajari sastra secara mendalam.

  1.5 Landasan Teori

1.5.1 Teori Struktural

  Dalam meneliti karya sastra, khususnya fiksi, terdapat beberapa model pendekatan. Abrams via Nurgiyantoro (1995: 37) misalnya, membagi pendekatan tersebut menjadi empat kelompok, yaitu: pendekatan ekspresif, pragmatik, mimetik, dan objektif. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang menonjolkan peran pengarang sebagai objek kajiannya, sedangkan pendekatan yang menitik beratkan pada peran pembaca sebagai penyambut disebut pendekatan pragmatik. Pendekatan yang berorientasi pada aspek referensial dalam kaitannya di dunia nyata adalah pendekatan mimetik. Adapun pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra disebut pendekatan objektif. Pendekatan objektif itulah yang kemudian juga dikenal dengan pendekatan struktural, yaitu pendekatan yang melihat karya sastra sebagai struktur yang otonom.

  Peneliti menggunakan analisis struktural karena analisis struktural mempunyai prinsip-prinsip yang jelas. Analisis struktural bertujuan memaparkan secara cermat dan seteliti mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua aspek dalam karya sastra sehingga akan menghasilkan makna yang menyeluruh.

  Karya sastra merupakan struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antara unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menguntungkan, saling mempengaruhi yang secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,1995:36).

  Unsur intrinsik itu sendiri terdiri dari tokoh, penokohan, latar, tema, alur, dan gaya. Dalam penelitian ini, lebih ditekankan unsur intrinsik tokoh, penokohan, dan latar mengingat ketiga unsur tersebut sangat dominan dalam kelima cerpen yang akan diteliti. Di samping itu dengan meneliti tokoh, penokohan, dan latar akan membantu penulis dalam mencari pandangan tokoh utama wanita terhadap hubungan seks dalam lima cerpen pada kumpulam cerpen

  Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)

1.5.1.1 Tokoh

  Tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?, atau “Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?” (Nurgiyantoro, 1995:165).

  Menurut definisinya, tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita ( Sudjiman,1988:16). Individu itu sendiri memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekpresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu keutuhan artistik – yaitu karya sastra- yang harus selalu menunjang keutuhan artistiknya itu (Kenny dalam Sudjiman,1988:17). Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah merupakan seorang tokoh yang hidup secara wajar, sewajar kehidupan manusia, yang mempunyai pikiran dan perasaan (Nurgiyantoro, 1995: 167).

  Tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasar dari sudut pandang dan tinjauannya, antara lain:

1. Tokoh utama dan tokoh tambahan.

  Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan pemunculan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak terlalu penting, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama,

2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

  Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, dan harapan-harapan kita (Nurgiyantoro, 1995: 178). Protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antar tokoh. Protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan dengan tokoh yang lain (Sudjiman, 1988: 18). Tokoh antagonis merupakan penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995:176). Menurut Sudjiman ( 1988:19) tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis.

  Analisis struktural terhadap tokoh dan penokohan ini dimaksudkan untuk menemukan unsur-unsur yang mendasari pandangan para tokoh terhadap hubungan seks.

  1.5.1.2 Penokohan

  Menurut Sudjiman (1988:23), penokohan merupakan penyajian watak dan penciptaan tokoh. Penokohan merupakan gambaran ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batin. Sikap batin di sini dapat diartikan juga sebagai watak. Yang dimaksud dengan watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain. Penokohan dapat mengungkap makna niatan si pengarang sebagai pencipta tokoh ( Sudjiman,1988:28). Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro,1995:165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam suatu cerita.

  Dalam penelitian ini akan dianalisis unsur penokohan karena dengan menganalisis unsur penokohan tersebut dapat ditemukan keterkaitan antara tokoh utama wanita dengan pandangannya terhadap hubungan seks.

  1.5.1.3 Latar

  Latar atau setting yang juga disebut sebagai sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu unsur latar tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur ini sangat berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya.

  Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,1995: 227). Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional. Ia akan mempengaruhi penokohan dan karenanya menjadi sangat berhubungan dengan cerita secara keseluruhan.

  Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang biasanya dihubungkan dengan waktu faktual (dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah) (Nurgiyantoro, 1995:230).

  Latar sosial menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam fiksi, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap (Nurgiyantoro,1995: 233).

  Dengan menganalisis latar diharapkan penelitian dapat memberikan pijakan secara konkret dan jelas, serta memberikan kesan realistis sehingga sebuah karya sastra dapat dipahami.

  1.5.2 Sosiologi Sastra

  Sosiologi berakar dari bahasa Yunani sosio atau society yang berarti masyarakat dan logos yang berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat. George Lucas adalah tokoh sosiologi sastra yang mempergunakan istilah cermin dalam keseluruhan karya (Endraswara, 2003:89). Sastrawan menuturkan suatu realitas dalam masyarakat, kemudian realitas tersebut dituangkannya dalam bentuk karya sastra.

  Meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda, namun dapat saling melengkapi. Hal ini dipahami karena objek sosiologi adalah manusia dan sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak tepas dari akar masyarakatnya. Pada intinya sastra merupakan cermin dari masyarakat (Endraswara,2003:78).

  Dalam hal ini, kelima cerpen yang menjadi sampel penelitian dapat dikatakan sebagai bentuk karya sastra sosiologis karena cerita yang dipaparkan merupakan cerminan kehidupan masyarakat.

  1.5.3 Seks

  Seks adalah jenis kelamin (KBBI, hlm 898). Selain diartikan jenis kelamin, istilah seks biasanya juga diartikan sebagai alat kelamin dan fungsinya berkaitan dengan hubungan kelamin, yang secara biologis dimaksudkan untuk mendapatkan keturunan (Gilarso,2004:1). Tentu hal ini berbeda dengan seksualitas. Seksualitas lebih menunjuk pada keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia sebagai pria dan wanita meliputi jasmani, kejiwaan, sifat- sifat, cara berpikir, bentuk tubuh, perasaan, suara, gaya, dan lain-lain. Jadi, seks hanya merupakan sebagian dari keseluruhan manusia. Karena hanya sebagian (jadi tidak lengkap) maka apa saja yang berkaitan dengan seks sering kali menimbulkan pandangan yang salah, berat sebelah, porno, dan lain-lain (Gilarso, 2004:1).

  Meskipun terdapat perbedaan pengertian antara seks dan seksualitas, namun seks dan seksualitas diciptakan dengan kemampuan dan keterarahan kodrati yang jelas. Seks dan seksualitas berguna untuk kebahagiaan pribadi maupun kepentingan sesama, bahkan seluruh umat manusia (Hadiwardoyo,1990:44).

  Seks tidak sama dengan senggama. Seks adalah bersantai bersama dalam keakraban dan permainan. Oleh karena itu perlu disertai percakapan dan sekadar humor (Gilarso, 2004:57).

  Teori seks dalam landasan teori ini berfungsi sebagai landasan dalam memaparkan hubungan seks kumpulan cerpen yang berjudul Jangan Main-Main

  (dengan Kelaminmu).

1.5.4 Hubungan Seks

  Hubungan seks adalah bahasa komunikasi yang paling intim dan paling menyeluruh dalam relasi suami-istri, sebagai perwujudan nyata dari bersatunya jiwa dan raga. Tetapi bisa juga menjadi sumber kekecewaan, frustasi dan percekcokan. Hubungan seks bukan semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, melainkan suatu bahasa komunikasi yang dimaksudkan untuk mempersatukan suami-istri (Gilarso,2004:55).

  Hubungan seks umumnya disertai rasa nikmat dan kepuasan. Hal itu adalah baik dan dipandang sebagai pemberian Tuhan kepada suami istri yang telah mengikat diri dan rela menanggung akibat hubungan mereka, yaitu melahirkan keturunan (Gilarso, 2004:63).

  Namun, hal itu tidak sesuai jika hubungan seks yang dilakukan itu tidak disertai rasa nikmat, dan tanpa didasari ketulusan. Hubungan seks yang seperti itu dipandang sebagai suatu penyimpangan seksual, karena pada kenyataannya banyak orang mencari kenikmatan seksual tanpa mau mengikat diri dalam perkawinan yang sah, dan tanpa mau menanggung tanggung jawab yang melekat padanya (Gilarso,2004:63). Hubungan seks yang seperti itu biasanya tidak alamiah dan ada sesuatu yang dilanggar, tidak total, penuh pretensi dan karenanya tidak spontan dan dilakukan hanya demi kebebasan.

  Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) banyak pendapat mengenai hubungan seks di atas yang dijadikan sebagai dasar penelitian terhadap pandangan tokoh utama wanita tentang hubungan seks yang dilihat baik dari pikiran, perkataan, maupun lewat tindakan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori hubungan seks sebagai landasan teori.

1.5.5 Pandangan Hubungan Seks

  

Dalam penelitian ini yang dimaksud pandangan adalah satu bentuk

  pendapat atau pertimbangan yang disarikan dari sebuah pemikiran sehingga membentuk sebuah sikap yang digunakan untuk melandasi aktivitas hidupnya. Bentuk-bentuk pandangan itu dapat dilihat lewat pemikiran, tindakan, maupun tutur kata dari tokoh utama wanita tersebut yang juga berdasarkan pada kondisi lingkungan sosial masing-masing.

  Suatu pemahaman sosio-psikologis terhadap perilaku serta pemikiran seks menawarkan suatu pandangan yang melatar belakangi perilaku individu tersebut.

  Perilaku seks manusia dipandang sebagai perwujudan dari: (1) kemampuan biologis manusia untuk menciptakan gairah seksual; (2) tujuan atau maksud individual; serta (3) tuntutan secara sosial-budaya terhadap suatu perilaku. Oleh karena itu, perilaku seksual seseorang mampu mengekspresikan berbagai macam bentuk emosi atau segala macam nafsu akan kekerasan. Selain itu, perilaku seksual juga merupakan suatu penghubung pengalaman duniawi yang subjektif dan berbeda-beda (Melliana, 2006:130). Hubungan seks dipandang dalam arti yang sempit sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk memiliki anak, mencari kesenangan , dan ungkapan penyatuan rasa cinta antara laki-laki dengan wanita (Gunawan, 2000: 18). Mayoritas laki-laki memandang bahwa bagian tubuh yang seksi dari perempuan dianggap merangsang dan dapat memberikan kenikmatan seksual.

  Adanya pendapat yang demikian melahirkan pendapat yang lain tentang hubungan seks yaitu bahwa laki-laki hanya dapat terangsang oleh perempuan yang bertubuh indah (Melliana, 2006:138). Selain itu laki-laki juga menekankan kebutuhan fisik atau hubungan badan (Melliana, 2006:138) sedangkan perempuan cenderung menekankan cinta dan komitmen terhadap pasangannya dengan berbagai perasaan emosional, keintiman, dan kebersamaan dalam hubungan heteroseksual (Melliana, 2006: 133).

  Keberadaan masyarakat dan norma-norma sosial pun ternyata juga mempengaruhi pandangan seseorang dalam menentukan hubungan seks yang dipilihnya. Perempuan cenderung diawasi dan diperingatkan oleh masyarakat untuk menjaga dirinya dari aktivitas seks, sementara laki-laki diizinkan untuk lebih terbuka pada hal-hal erotis dan aktivitas seks (Melliana, 2006:134). Perempuan dikenai sanksi yang lebih parah jika melakukan aktivitas seks di luar pernikahan karena aktivitas seks sebelum pernikahan dipandang salah bagi perempuan (Melliana, 2006: 135). Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) berbagai pandangan tentang hubungan seks tersebut ditunjukkan oleh para tokoh melalui perbuatan, perkataan dan pemikirannya.

1.5.6 Masyarakat Modern

  Masyarakat modern adalah suatu kelompok individu yang menetap dan hidup bersama, yang mengalami perkembangan dalam bidang industri, iptek, ekonomi, dan pendidikan. Masyarakat modern memanfaatkan media (informasi) semaksimal mungkin sehingga hidup sehari-hari nyaris lumpuh bila pada suatu ketika media tersebut hilang. Berbagai informasi dalam berbagai macam bahasa dan bidang ilmu memasuki berjuta-juta kepala dan menanamkan serta membentuk opini-opini serta berbagai keyakinan yang sebelumnya dianggap dosa atau tabu ( Kayam, 1997: 80).

  Dalam masyarakat modern, seks tidak lagi sebagai pokok bahasan terlarang untuk diperbincangan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan seks dapat diperbincangkan oleh siapa saja, baik remaja dan orang tua (Walker, 1962: 180). Selain itu, dalam masyarakat modern perempuan bisa mandiri, pernikahan bukanlah satu-satunya pintu atau jalan yang membuatnya lebih kaya dan mendapatkan pengalaman, termasuk pengalaman berhubungan seks. Perempuan modern telah menuntut kesetaraan posisi dalam bidang ekonomi, politik maupun dalam hubungan seks. Pendapat yang menyatakan bahwa perempuan itu adalah lawan pasif dalam berhubungan seks sudah tidak relevan lagi (Walker, 1962:181).

  Dalam kumpulan cerpen ini, ciri-ciri masyarakat modern ditunjukkan dengan kata-kata asing yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, rutinitas pekerjaan yang menyita waktu, pergi ke tempat-tempat hiburan, penggunaan sarana komunikasi, pembicaraan seks yang dilakukan oleh berbagai kalangan, dan kemandirian tokoh wanita dalam bersikap. Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan kelaminmu) kehidupan masyarakat modern ditemui dalam latar sosial penceritaan setiap cerpen. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya opini tokoh-tokoh yang mempengaruhi pandangan setiap tokoh terhadap hubungan seks.

1.6 Metode Penelitian

  1.6.1 Pendekatan

  Pendekatan berasal dari kata appropio (Latin), approach (Inggris) yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran. Pendekatan juga berarti jalan, yaitu cara itu sendiri, tetapi perlu dijelaskan bahwa pendekatan memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari metode maupun teori (Ratna,2004:41).

  Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Damono,1979:2). Pendekatan sosiologis ini dipilih oleh peneliti karena adanya hubungan yang hakiki antara karya sastra dengan masyarakat.

  Fungsi dari pendekatan sosiologis tersebut adalah agar terjadi pemahaman dengan harapan akan terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat.

  (Ratna,2004:59). Dengan menggunaan pendekatan sosiologi sastra untuk menganalisis sebuah karya sastra dapat diketahui sikap pngarang berdasarkan permasalahan yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu. Melalui sosiologi sastra juga akan terlihat reaksi-reaksi pengarang terhadap kondisi sosial kemasyarakatan.

  1.6.2 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

  Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa-masa sekarang. Metode ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki ( Nazir,1988:63).

  Metode ini mencatat data yang berkaitan dengan penokohan, menganalisis dan memaparkan hubungan seks dalam cerpen yang berjudul “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, “Mandi Sabun Mandi”, “Menyusu Ayah”, “Saya di Mata Sebagian Orang”, dan “Payudara Nai Nai” dalam bentuk laporan penelitian.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka ini merupakan teknik yang dilakukan dengan meneliti teks -baik lama maupun modern- dengan memanfaatkan kartu data. Teknik pustaka dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Dalam studi tersebut dicari sumber-sumber tertulis yang digunakan dan dipilih sesuai dengan masalah dalam tujuan penelitian (Ratna,2004:39).

  Selain itu juga digunakan teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat merupakan teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyimak secara cermat, terarah dan teliti terhadap data-data yang telah diperoleh. Data-data yang diperoleh dari hasil penyimakkan kemudian dicatat pada kartu data (Sudaryanto,1988:1-5). Hal tersebut dimaksudkan agar peneliti memperoleh data yang konkret. Pelaksanaannya dengan menelaah pustaka yang ada kaitannya dengan objek penelitian.