Intellectual Capital Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan - Eprints UNPAM

  i ii

  

Intellectual Capital Mempengaruhi Nilai Perusahaan Melalui

Kinerja Keuangan

Endang Ruhiyat

Universitas Pamulang

  

Abstract

The purpose of this study was to explain the effect of Intellectual Capital of

the Company's value through corporate performance. The population in this study

are all companies whose shares are listed on the Indonesia Stock Exchange on

sectors Jakarta Islamic Index (JII) during the study period in 2011 up to 2013.

There are 30 companies as population in this study . The companies population is

in the sector of Jakarta Islamic Index (JII). Selection of the sample in this study

using purposive sampling technique, the sample collection techniques with

particular consideration.

  The study states that the Intellectual Capital significant negative effect on

the financial performance (ROE). Financial performance (ROE) significant

positive effect on firm value (PBV). Intellectual capital is directlyhas positive

effect not significant on firm value. Financial performance (ROE) as an

intervening variable is able to mediate the relationship between Intellectual

Capital and the value of the company. Financial performance (ASR) as an

intervening variable is able to mediate the relationship between Intellectual

Capital and the value of the company. Financial performance (EPS) as an

intervening variable is able to mediate the relationship between Intellectual

Capital and the value of the company and significant positive effect Keywords: Intelectual Capital, Company's Value,Corporate Performance

1. PENDAHULUAN

  Kemampuan bersaing perusahaan tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva tidak berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu perusahaan semakin menitikberatkan akan pentingnya knowledge assets (aset pengetahuan). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

  418

  

knowledge assets (aset pengetahuan) adalah intellectual capital (IC) yang telah

  menjadi fokus perhatian diberbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000).Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan.Misalnya, Pulic (1998; 1999; 2000) tidak mengukur secara langsung Intellectual Capital perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (value added intellectual coefficient-

TM TM

  VAIC ). Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human

  

capital (VAHU-value added human capital), dan structural capital (STVA-

structural capital value added ). Menurut Pulic (1998) tujuan utama dari ekonomi

  yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang dan intellectual potential. Lebih lanjut Pulic (1998) menyatakan

  physical capital TM

  bahwa intellectual ability yang kemudian disebut dengan VAIC menunjukkan sejauh mana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual

  potential ) telah dimanfaatkan secara efisien oleh perusahaan.

  Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun kurang lebih IC telah mendapat perhatian. Tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan.Nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya, semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value.Penghargaan lebih atas saham perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh Intellectual Capital yang dimiliki perusahaan. Appuhami (2007) menyatakan bahwa semakin besar nilai Intellectual

  TM

  Capital (VAIC ) semakin efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan. Physical capital sebagai bagian dari Intellectual Capital menjadi sumber daya yang menentukan kinerja perusahaan. Selain itu, jika Intellectual Capital merupakan sumber daya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka Intellectual Capitalakan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Abdolmohammadi, 2005). Intellectual Capital diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Perusahaan yang mampu memanfaatkan Intellectual Capitalnya secara efisien, maka nilai pasarnya akan meningkat.

  TM

  Hubungan antara Intellectual Capital (VAIC CTM) dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer dan Williams (2003), Belkaoui (2003),Chen et al.(2005), dan Tan et al. (2007). Dalam penelitian Tan et al., (2007) rasio yang digunakan adalah Return onEquity (ROE), Earning per share (EPS), dan Annual Stock Return (ASR). Penelitian yangdilakukan Tan et al., (2007) menggunakan sampel 150 perusahaan yang terdaftar di BursaEfek Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen

  et al .,(2005) bahwa IC

  (VAIC™) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan;

  IC(VAIC™) juga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang.Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa rata rata pertumbuhan IC (VAIC™) suatuperusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang.Selain itu,penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kontribusi IC

  (VAIC™) terhadap kinerjaperusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan Intellectual Capital sebagai salah satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone 1997).Penelitian Chen et al. (2005) membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif Intellectual Capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.Di Indonesia penelitian tentang Intellectual Capital diantaranya telah dilakukan oleh Astuti dan Sabeni (2005), Ulum dkk.(2008), Sianipar (2009) dan Solikhah dkk.(2010) yang menemukan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif pada kinerja keuangan, sedangkan penelitian Kuryanto dan Muchamad (2008) serta Yuniasih dkk.(2010) tidak berhasil membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif pada nilai pasar perusahaan.Ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum dkk.(2008), Sianipar (2009), Solikhah dkk.(2010) dengan Kuryanto dan Muchamad (2008) serta Yuniasih dkk.(2010) mengenai pengaruh Intellectual Capital pada kinerja dan nilai pasar perusahaan memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian kembali pengaruh Intellectual Capital pada kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Peneliti menduga hasil penelitian yang tidak konsisten tersebut disebabkan adanya variabel lain yang memediasi hubungan Intellectual Capital dengan nilai perusahaan yaitu kinerja keuangan. Perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektual yang dimilikinya dengan efektif dan efisien, maka kinerja keuangannya akan meningkat. Kinerja keuangan yang meningkat akan direspon positif pasar sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Berbeda dengan penelitian Firer dan Williams (2003), Belkaoui (2003), Chen et

  

al .(2005), dan Tan et al. (2007) yang menjadikan kinerja keuangan sebagai

  variabel independen. Pada penelitian ini kinerja keuangan dijadikan sebagai variabel mediasi di antara Intellectual Capital dengan nilai perusahaan.Juga berbeda dengan penelitian Astuti dan Sabeni (2005), Ulum dkk.(2008), Sianipar (2009) dan Solikhah dkk.(2010), Kuryanto dan Muchamad (2008) serta Yuniasih dkk.(2010), dimana rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan ROE, ASR, dan EPS.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris: (1) pengaruhIntellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan, (2) pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan, (3) pengaruh Intellectual

  

Capital secara langsung dan tidak langsung terhadap nilai perusahaan, dan (4)

  perbedaan besarnya pengaruhIntellectual Capital baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap nilai perusahaan Penulisan hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Secara rinci dan berurutan sistematika sebagai berikut: bagian A mengulas tentang latar belakang penelitian, ruang lingkup dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan signifikansi penelitian. Pada Bagian B membahas tunjauan pustaka, kerangka berpikir, model konseptual, dan perumusan hipotesis.Bagian C membahas metodologi peneltian.Selanjutnya pada BagianD diulas hasil dan pembahasan hasil penelitian.Terakhir yaitu BagianEsimpulan dan keterbatasan penelitian.

2. TELAAH LITERATUR

2.1. Intellectual Capital (IC)

  Definisi modal intelektual (Intellectual Capital) seringkali dimaknai secara berbeda bahkan sampai dengan saat ini.Sebagai sebuah konsep IC merujuk pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.

  IC merupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada

  perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan.ICadalah suatu pengetahuan yang didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan pihak luar (Stewart, 1997). Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari Intellectual Capital, yaitu: human

  

capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Human capital

  merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang dicerminkan oleh para karyawannya (Bontis,et al 2001). Bontis et al. (2000), menyatakan bahwa HC secara sederhana merepresentasikan

  

individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh

  karyawannya. HC merupakan perpaduan dari education; genetic

  

inheritance;experience; and attitude tentang kehidupan dan bisnis.Pendapat

Bontis et al. (2000) tersebut diperkuat oleh Hudson (1993).

  Selanjutnya Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh

  

non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.Termasuk dalam hal ini

  adalah database, organizational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai materialnya.Customer Capital (CC) merupakan pengetahuan yang melekat dalam

  

marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi

mengembangkan hal tersebut melalui proses berbisnis.

  Modal intelektual adalah harta tak berwujud.Untuk mengetahui seberapa jauh IC di perusahaan ada Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) yang dikembangkan oleh Pulic (1998).Didesain untuk menyajikan informasi tentang

  

value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak

  berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VAadalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998).

  VAdihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Model Pulic ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC) dan structural capital

  added

(SC). Value Added yang lain berhubungan dengan capital employed (CE) yang

  dilabeli dengan VACE.

  Keunggulan metode Pulic adalah kemudahan dalam perolehan data yang digunakan dalam penelitian.Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan standar yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.Pengukuran alternatif intellectual capital selain model Pulic terbatas pada pengukuran indikator keuangan dan non keuangan yang bersifat unik yang ada pada perusahaan secara individu.Kemampuan penerapan pengukuran alternatif intellectual capital tersebut memiliki keterbatasan untuk jumlah sampel yang besar dan terdiversifikasi secara luas (Firer and Williams,2003). Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses

  

value creation , intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour

expenses ) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen

  IN (Pulic, 1999). Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating

  entity ) (Tan et al., 2007).

2.2. Kinerja Keuangan

  Penelitian ini juga menggunakan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabelpenelitian.Kinerja keuangan perusahaan diukur melalui rasio profitabilitas yaitu ROE, ASR danEPS.

  Return On Equity mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

  menghasilkan laba berdasarkan ekuitas yang dimilikinya. ROE mengungkapkan berapa banyak keuntungan perusahaan yang diterima dibandingkan dengan jumlah total ekuitas pemegang saham. ROE mengukur efisiensi suatu perusahaan dari keuntungan yang dihasilkan dari setiap unit ekuitas pemegang saham. ROE menunjukkan seberapa baik suatu perusahaan menggunakan dana investasi untuk menghasilkan pertumbuhan pendapatan. ROE berguna untuk membandingkan profitabilitas antar perusahaan dengan membandingkan perusahaan dalam industri yangsama. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitablitas tersebut. Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan dengan keuntungan investasi. ROE mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat menghasilkan setiap rupiah dari modal pemegang saham.Rasio ini mengindikasi kekuatan laba dari investasi nilai buku pemegang saham dan digunakan ketika membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri secara kontinyu (Van Horne,1989, p. 129).

  Annual stock return (ASR) mengukur perubahan harga saham termasuk

  dividen. Total return dari saham yang dimiliki berasal dari dua sumber yaitu dividen dan distribusi kas lain dan capital gains (Siegel, 2002 dalam Hong, 2007).

  EPS memberikan ukuran profitabilitas yang memasukkan keputusan operasi, investasi dan pembiayaan (Stikney dan Weil, 1997 dalam Hong, 2007). Menurut PSAK 56 revisi 2010 menyatakan bahwa entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba ataurugi dari operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut. Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai hak setiap saham biasa entitas induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan.

  Pengukuran kinerja membantu manajer untuk melacak implementasi strategi bisnis dengan membandingkan hasil aktual dengan tujuan strategis yang ditetapkan.Pengukuran kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.Pengukuran kinerja jangka pendek berkenaan dengan jangka waktu kurang lebih satu tahun, sedangkan pengukuran jangka panjang mencakup kemampuan untuk inovasi dan pengadaptasian perubahan selama periode diatas satu tahun. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

  Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar.Ukuran kinerja perusahan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham.Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan ROE (Return on Equity).ROE mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat dihasilkan untuk setiap rupiah dari modal pemegang saham.ROE yang lebih tinggi melebihi biaya modal yang digunakan, itu berarti perusahaan telah efisien dalam menggunakan modal sendiri, sehingga laba yang dihasilkan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya (Angkoso, 2006).

  2.3. Nilai Perusahaan

  Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik.Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaan juga baik Gapensi (1996) dalam Rachmawati (2007).Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Price to Book Value (PBV).PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut.

  2.4. Harga Saham, ROA, dan NPM

  Di Indonesia, penelitian tentang Intellectual capital juga sudah mulai dilakukan. PenelitianUlum (2007) tentang hubungan antara efisiensi dari value

  

added komponen-komponen utama yang berbasis pada sumber daya perusahaan

  (yaitu physical capital, human capital, dan structural capital) dan tiga dimensi tradisional kinerja keuangan perusahaan: profitabilitas ROA, produktivitas ATO, dan GR. Data yang digunakan dalam penelitian Ulum (2007) adalah 130 perusahaan perbankan di Indonesia selama tiga periode yaitu 2004-2006.

  TM

  Penelitian Ulum (2007) menguji tiga elemen dari VAIC dan ukuran ukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan partial least squares (PLS) untuk analisis data. Hasil dari penelitian Ulum (2007) adalah terdapat pengaruh

  TM TM

  positif IC (VAIC ) terhadap kinerja keuangan perusahaan. IC (VAIC ) juga berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan dan rata- rata pertumbuhan IC (the rate of growth of a

  company’s IC - ROGIC) tidak

  berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Secara keseluruhan, temuan empiris penelitian Ulum (2007) menyatakan bahwa human

  

capital (VAHU) dan ROA merupakan indikator yang paling signifikan untuk

TM

  VAIC dan kinerja keuangan perusahaan selama 3 tahun. Sementara physical

  

capital (VACA) hanya signifikan untuk tahun 2006. Keterbatasan penelitian ini

  adalah penggunaan seluruh perusahaan sektor perbankan, baik yang go public maupun tidak, telah membatasi untuk memilih ukuran kinerja keuangan yang berbasis pada market value.

  TM

  Penelitian Kristanto (2012) tentang pengaruh VAIC terhadap harga saham melalui ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010.Penelitian yang dilakukan oleh Kristanto (2012) menghubungkan antara IC dengan harga saham.Hal ini merupakan sebuah penelitian baru sebagai pengembangan dari pengaruh IC terhadap kinerja keuangan yang kemudian dihubungkan dengan harga saham. Di dalam penelitian

  TM

  Kristanto (2012), variabel independennya adalah VAIC , variabel dependennya adalah harga saham, dan ROA sebagai variabel intervening. Hasil dari penelitian Kristanto (2012) adalah STVA mempunyai pengaruh negatif terhadap harga saham baik secara langsung maupun tidak langsung melalui ROA.VACA mempunyai pengaruh positif secara tidak langsung terhadap harga saham melalui ROA.Sedangkan VAHU tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham secara langsung maupun tidak langsung.

  Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, namun untukmelakukan penilaian harga saham dengan baik diperlukan data operasional perusahaanseperti laporan keuangan yang telah diaudit, performance perusahaan di masa yang akan datang dan kondisi ekonomi. Secara umum ada dua pendekatan dalam menilai saham yaitu: the fundamental approach dan the

  

technical approach . Pendekatan fundamental approach menitikberatkan pada

  nilai intrinsiknya yaitu kemampuan masa yang akan datang perusahaan Penelitian Sasongko (2006) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor- faktor yang digunakan di dalam penelitian Sasongko (2006) adalah return on

  

asset, return on equity, return on sale, earning per share, basic earning power,

  dan economic value added. Setelah dilakukan pengujian dihasilkan kesimpulan bahwa hanya earning per share (EPS) yang berpengaruh terhadap harga saham.Sedangkan faktor lainnya yaitu return on asset, return on equity, return on

  

sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap

  harga saham. Artinya ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Dari hasil tersebut hanya ada satu rasio yang berpengaruh terhadap harga saham.

  Tetapi menurut penelitian Purwasih (2010) diketahui bahwa secara parsial, RORA dan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk CAR, NPM dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh antara CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2.5. Kerangka Pemikiran dan Model Penelitian

  Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dan mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian, dibuat kerangka pemikiran penelitian seperti dalam gambar 1 dan model penelitian pada gambar 2

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran

  

Gambar 2.

Model Penelitian

2.6. Perumusan Hipotesis Pengaruh Intellectual Capital TerhadapKinerja Keuangan Perusahaan

  Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari aset maupun kemampuan berwujud dan tak berwujud (Firer and Williams, 2003).Teori ini menganjurkan bahwa kinerja dari sebuah perusahaan sebaiknya didefinisikan sebagai fungsi penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. Hal ini sejalan dengan teori Stakeholder yang menyatakan bahwa Value Added merupakan sebuah ukuran yang lebih akurat dalam mengukur kinerja sebuah perusahaan dibandingkan dengan laba akuntansi yang hanya merupakan ukuran return bagi pemegang saham. Intellectual Capital diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaaan maupun kinerja keuangan.Firer dan Williams (2003), Chen et al. (2005), Tan et al. (2007) dan Ulum dkk.(2008) telah membuktikan bahwa Intellectual Capital mempunyai pengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan.

  Penelitian yang dilakukan Bontis et al. (2000) pada pengujian intellectual

  

capital yang terdiri dari human, structural dan customer capital terhadap kinerja

  perusahaan menunjukkan bahwa human dan customer capital menjadi faktor yang signifikan dalam melaksanakan usaha perusahaan dan structural capital memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Reed (2000) melakukan pengujian empiris pengaruh intellectual capital dan kinerja di industri perbankan.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital menjadi faktor yang sangat kuat untuk memprediksi kinerja perbankan.Belkaoui (2003) melakukan penelitian untuk menguji intellectual capital pada kinerja perusahaan multinasional di United States dan diperoleh hasil bahwa intellectual capital memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian- penelitian tersebut memberi indikasi adanya manfaat intellectual capital dan perlunya suatu penelitian empiris tentang intellectual capital pada perusahaan- perusahaan go public di Indonesia. Berdasarkan teori dan diperkuat dengan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  

H1: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROE,

ASR, EPS).

  Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai

perusahaan. Dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan

dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai

saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai utang perusahaan dalam bentuk

obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari

saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat

efektivitas perusahaan.Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan

dinyatakan dalam bentuk maksimilisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau

memaksimalisasikan harga saham.Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti

bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan

mengorbankan para pemegang obligasi (Erlina, 2002).

  Kinerja keuangan menjadi salah satu aspek penilaian yang fundamental

mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan (Nainggolan, 2004 dalam Christiani,

2010). Masyarakat atau calon investor dalam berinvestasi mempertimbangkan

beberapa hal yang berhubungan dengan informasi yang dapat mereka pergunakan

sebagai dasar keputusan investasi, di antaranya adalah mengenai kinerja keuangan

perusahaan. Baik-buruknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan dapat

dilihat dari laporan keuangannya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan

merupakan salah satu indikator yang dipergunakan oleh investor untuk menilai suatu

perusahaan yang terekspresikan adalah harga pasar saham di bursa efek. Semakin

baik kinerja keuangan perusahaan maka semakin tinggi pula return yang akan

didapatkan oleh investor. Investor akan berusaha mencari perusahaan yang memiliki

kinerja yang terbaik dan menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dengan

jalan membeli saham-sahamnya. Dapat dikatakan perolehan modal perusahaan akan

meningkat apabila perusahaan memiliki reputasi baik yang tercermin dalam laporan

keuangannya (Christiani, 2010).

  Pada umumnya tujuan investor melakukan investasi saham adalah untuk

mendapatkan keuntungan yaitu capital gain ataupun dividen.Dividen merupakan

sebagian dari laba bersih perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham.

Dalam hal ini pemegang saham berharap untuk mendapatkan dividen dalam jumlah

yang besar atau minimal relative sama setiap tahun. Perusahaan juga menginginkan

laba ditahan dalam jumlah relative besar agar leluasa melakukan

reinvestasi.Perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana

untuk memenuhi dua kepentingan yang berbeda.Pembuatan keputusan yang tepat

dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimalkan nilai perusahaan dan

nilai para pemegang saham.Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan

nilai hutang (Hasugian, 2008).

  Kebijakan dividen sebagai variabel pemediasi pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan, hal ini di karenakan kebijakan dividen menjadi pusat

  

perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal

lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan (Kartika,

2005 dalam Erlangga, 2009). Dividen memiliki atau mengandung informasi sebagai

syarat prospek perusahaan (Rozeff, 1982 dalam Erlangga, 2009). Semakin besar

dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka kinerja perusahaan akan

dianggap semakin baik, dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang

tercermin melalui harga saham akan semakin baik pula.

  Rasio keuangan yang diduga mempengaruhi dividend payout ratio dan Nilai

perusahaan dalam penelitian ini adalah: Likuiditas yang diproksikan dengan cash

ratio, rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar hutang yang harus segera dipenuhi (hutang lancar) dari kas yang tersedia

dalam perusahaan dan dari surat berharga yang dapar segera diuangkan. Rasio ini

mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya lebih tepat

waktu di bandingkan current ratio maupun quick ratio.Hal ini di sebabkan karena

current ratio mengandung akun piutang dagang dan persediaan.Sedangkan quick

ratio mengandung akun piutang dagang dimana kedua akun tersebut relatif lama

untuk berubah menjadi kas.

  Kedua adalah Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio, aturan

struktur financial konservatif memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan

oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing dan modal

sendiri.Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus di

bangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko maka aturan financial

tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun

tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal

yang berasal dari pinjaman maka akan menimbulkan beban tetap berupa bunga

pinjaman. Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan

(modal sendiri), maka perusahaan wajib memberikan balas jasa dalam bentuk

dividen.Semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para

pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan.

Rasio terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang

diproksikan dengan ROE.Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba berdasarkan modal sendiri yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat

laba yang diperoleh, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen juga

akan semakin tinggi dan harga saham yang akan dihasilkan perusahaan akan semakin

tinggi.

  Berdasarkan pembahasan di atas maka kerangka konsep dari penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H2: Kinerja Keuangan (ROE, ASR, EPS) berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

  

Pengaruh langsung atau tidak langsung Intellectual Capital Terhadap nilai

perusahaan

  Firer dan Williams (2003), Chen et al. (2005), Tan et al. (2007) dan Ulum dkk.(2008) telah membuktikan bahwa Intellectual Capital mempunyai pengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan.

  Teori stakeholder menjelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai/value creation, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meninggkatkan nilai tambah.Salah satu keunggulan IC adalah sebagai alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997).

  Penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui (2003), Chen et al. (2005), dan Tan et al. (2007) membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja dan nilai pasar perusahaan. Bertentangan dengan penelitian tersebut dimana penelitian Solikhah dkk.(2010) serta Yuniasih dkk.(2010) tidak berhasil membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh pada nilai pasar perusahaan.Penelitian ini menambahkan variabel intervening (kinerja keuangan) untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung Intellectual Capital pada nilai perusahaan.

  Berdasarkan teori dan diperkuat dengan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

  

H3: Intellectual Capital berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap

nilai perusahaan.

3. METODE PENELITIAN

  3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

  Populasi merupakan keseluruhan objek/subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada sektor Jakarta Islamic Index (JII) selama periode penelitian pada tahun 2011 sampai dengan 2013. Terdapat 30 perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini.Adapun populasi perusahaan pada sektor Jakarta Islamic Index (JII) terlihat pada tabel terlampir.

  Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive

  

sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu). Atau

  dengan kata lain adalah metode pemilihan sampel dengan beberapa kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan criteria yang telah ditentukan. Pertimbangan yang digunakan untuk memilih sampel disini adalah : (1) telah terdaftar sebagai anggota Bursa Efek

  Indonesia pada Periode 2011-2013., (2) memberikan Laporan Keuangan secara periodik kepada BEI selama periode pengamatan yaitu tahun 2011-2013, (3) penutupan harga saham sampai dengan kuartil ke 4, (4) memasyarakatkan sahamnya melalui Bursa Efek Indonesia, (5) bergerak dalam Industri yang sejenis.

  Berdasarkan kriteria di atas, dari 30 perusahaan pada sektor Jakarta

  

Islamic Index (JII) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipilih 20 (dua

puluh) perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.

  Daftar perusahaan pada sektor Jakarta Islamic Index (JII) yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat di lampiran.

  3.2. Definisi Operasional Variabel

  Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Itellectual Capital (IC).

  Pengukuran IC itu sendiri menggunakan tiga proksi, yaitu (1) Value Added

  

Capital Coefficient (VACA), (2) the Human Capital Coefficient (VAHU), dan (3)

Structural Capital Coefficient (STVA).

  VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan modal fisik yang bekerja (CA). Rasio ini adalah sebuah indikator untuk VA yang dibuat oleh satu unit modal fisik dengan formula sebagai berikut:

  VACA = VA/CA

  Untuk menghitung VA adalah:

Output (OUT) adalah pendapatan dan terdiri dari semua produk dan jasa yang

  dijual di pasar, Input (IN) mencakup semua biaya untuk operasi perusahaan, dikurangi jumlah biaya karyawan yang tidak dianggap sebagai biaya.

  Pulic (2004) mengasumsikan bahwa jika sebuah unit CA menghasilkan

  

return yang lebih besar di sebuah perusahaan daripada perusahaan yang lain,

  maka perusahaan pertama lebih baik pemanfaatan CAnya. Jadi pemanfaatan lebih CA adalah bagian dari IC perusahaan. Ketika membandingkan lebih dari sebuah kelompok perusahaan, VACA menjadi sebuah indikator kemampuan intelektual perusahaan untuk memanfaatkan modal fisik lebih baik. untuk menilai hubungan antara VA dan fisik dan keuangan modal yang digunakan (CA). Untuk Pulic (2004), IC tidak dapat membuat nilai sendiri. Oleh karena itu, perlu untuk mengambil modal finansial dan fisik ke dalam rekening dalam rangka untuk memiliki penuh wawasan tentang totalitas VA diciptakan oleh sumber daya perusahaan.Value Added Capital Employed (VACA) mengungkapkan berapa banyak nilai baru telah diciptakan oleh satu unit moneter diinvestasikan dalam modal usaha. Dengan demikian, hubungan antara VA dan CA menunjukkan kemampuan modal yang digunakan untuk menciptakan nilai dalam suatu perusahaan

  VAHU adalah seberapa besar VA dibentuk oleh pengeluaran rupiah pekerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC membuat nilai pada sebuah perusahaan. Jadi hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan HC membentuk nilai dalam sebuah perusahaan dengan formula sebagai berikut:

  VAHU = VA/HC Untuk Pulic (2004), biaya karyawan dianggap sebagai indikator HC. Beban tersebut tidak lagi menjadi bagian dari input. Ini berarti bahwa biaya yang berhubungan dengan karyawan tidak diperlakukan sebagai biaya tetapi sebagai investasi. Dengan demikian, hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai dalam perusahaan

  Ketika VAHU dibandingkan lebih dari sebuah kelompok perusahaan, VAHU menjadi sebuah indikator kualitas sumber daya manusia perusahaan.

  VAHU juga sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan VA setiap rupiah dikeluarkan pada HC.

  STVA menunjukkan kontribusi modal struktural (SC) dalam pembentukan nilai. Dalam model Pulic, SC merupakan VA dikurangi HC. Kontribusi HC pada pembentukan nilai lebih besar kontribusi SC dengan formula sebagai berikut:

  STVA = SC/VA Rasio-rasio tersebut merupakan kalkulasi kemampuan intelektual sebuah perusahaan. Formulasi ini merupakan jumlah koefisien yang disebutkan sebelumnya. Hasilnya sebuah indikator baru dan unik yaitu the VAIC

  ™, yaitu sebagai berikut:

  TM

  VAIC = VACA + VAHU + STVA

  Variabel Intervening Variabel Intervening dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan.

  Pengukuran kinerja perusahaan itu sendiri menggunakan tiga proksi, yaitu:

  1. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang berhubungan

  dengan keuntungan investasi. ROE mengukur seberapa banyak keuntungan sebuah perusahaan dapat menghasilkan setiap rupiah dari modal pemegang saham. Rasio ini mengindikasi kekuatan laba dari investasi nilai buku pemegang saham dan digunakan ketika membandingkan dua atau lebih dua perusahaan dalam sebuah industri secara kontinu (Van Horne, 1989, p. 129). Jadi formula untuk memperoleh ROE, yaitu:

  ROE = Laba Pemegang Saham Jumlah Dana Pemegang Saham

  2. Annual stock return (ASR) Annual stock return (ASR) mengukur perubahan harga saham termasuk

  dividen. Total return dari saham yang dimiliki berasal dari dua sumber yaitu dividen dan distribusi kas lain dan capital gains (Siegel, 2002 dalam Hong, 2007). Jadi formula untuk memperoleh ASR, yaitu:

  ASR = (Harga Saham (tahun x+1)

  • – Harga saham tahun x)+ Dividen Harga saham tahun x

  3. Earnings per share (EPS)

  EPS memberikan ukuran profitabilitas yang memasukkan keputusan operasi, investasi dan pembiayaan (Stikney dan Weil, 1997 dalam Hong, 2007). Jadi formula untuk memperoleh EPS adalah:

  EPS = Pendapatan Bersih Jumlah Rata-rata Saham Beredar

  Variabel Dependen

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan.Nilai perusahaan tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya di pasar.Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price to book value (PBV).

  PBV = Harga Saham Penutupan Nilai Buku Per Lembar Saham

  Variabel Kontrol Penelitian ini menggunakan variabel kontrol harga saham Return on Total Assets (ROA) dan NPM .

3.3. Metode Analisis

  Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan return on equity (ROE),

  Earning Per Share (EPS), dan Annual Stock Return (ASR)

  Nilai perusahaan tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya di pasar.Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price to book value (PBV).

  Harga Saham Penutupan PBV = ---------------------------------------