Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 - 2011

(1)

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2008 - 2011

TESIS

OLEH :

SANTY MAYDA BATUBARA 107019041

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2008 - 2011

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

SANTY MAYDA BATUBARA 107019041/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA Anggota : 1. Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

2. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak 3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA 4. Dr. Joni Manurung, MS


(5)

(6)

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2008 - 2011

ABSTRAK

Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori definisinya yang paling netral mengenaiintangibles) dalam ekonomi dan asumsi penelitian ini membuktikan bahwa jika ditinjau dari uji serempak memperlihatkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Intelectual Capital, yang terdiri dari VACA, VAHU dan STVA terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP. Berdasarkan hasil koefisien determinasi munujukkan kaitan antar variabel Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan adalah tidak erat. Sementara berdasarkan uji pengaruh parsial menujukkan bahwa variabel Intelectual Capital yang memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP, hanya Physical Capital (VACA) saja. Variabel human capital (VAHU), dan struktural capital (STVA) terhadap Kinerja Keuangan yang terdiri dari ROA, ROE dan NP tidak berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi untuk periode tahun 2008 sampai dengn 2011.


(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL ON THE FINANCIAL PERFORMANCE OF THE CONSUMPTION

SECTOR MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE BEI FROM 2008 – 2011

ABSTRACT

Intellectual capital is a term which has various definition in different economic theories; therefore, it is the only definition which is the most neutral about ”abstract assets” (intangibles) in economy and modal assumption which creates intellectual property. The result of the research showed that if it was viewed from simultaneous test, it indicated that there was a positive and significant influence of Intellectual capital which comprised VACA, VAHU, and STVA on financial performance which comprised ROA, ROE and NP. Partial influence test showed that the variabel of performance which comprised ROA, ROE and NP was only Physical Capital (STVA) which influenced financial performance which comprised ROA, ROE, and NP did not have any positive and significant influence on the consumption sector of Manufacture Company for the period of 2008 – 2011.

Keywords: Intelectual Capital, Ratio on Asset, Return on Equity and Market Value.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dn syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penlisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepaada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, m.Sc, (CTM), Sp. A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr. Yenni Absah, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak., Ibu Dr Arlina Nurbaity Lubis, MBA., dan Bapak Dr. Joni Manurung MS selaku Komsi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Ibu Nismah Rangkuti, ibunda tercinta yang selalu menemani dalam suka maupun duka.

8. Kak Juli, Bang Galih, dan seluruh staf Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.

9. Teman dan rekan-rekan Politeknik LP3I Medan yang banyak memberikan motivasi dalam penyelsaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banayk memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Amin.

Medan, 16 Januari 2013 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT HIDUP

Santy Mayda Batubara, lahir di Medan pada tanggal 05 Mei 1981, anak pertama dari pasangan Ayahanda Syahrul Anwar Batubara, SH (almarhum) dan Ibunda Nismah Rangkuti.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 060849, tamat dan lulus tahun 1993. Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Medan, tamat dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 11 Medan dan lulus pada tahun 1999. Kemudian pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan Diploma III, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan Strata I (S1) di Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Strata-2 (S2) di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2013 Peneliti,

Santy Mayda Batubara


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Peneliti Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Definisi Intelectual Capital ... 16

2.2.2. Definisi Kinerja Keuangan Perusahaan ... 19

2.2.3. Pengaruh antar Inteletual Capital dengan Kinerja Keuangan ... 24

2.3. Kerangka Konseptual ... 25

2.4. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 30

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Tekhnik Pengumpulan Data ... 33

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.6. Identifikasi dan Operasional Variabel ... 34

3.7. Metode Analisis Data ... 39

3.8. Pengujian Asumsi Klasik ... 41

3.9. Pengujian Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

4.1.2. Deskriptif Objek Penelitian ... 91

4.1.3. Analisis Variabel Penelitian...104

4.1.3.1. Uji Asumsi Klasik ...106


(11)

4.1.3.3. Uji Hipotesis...117

4.2. Pembahasan ...134

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...144

5.1. Kesimpulan ...144

5.2. Saran ...145

DAFTAR PUSTAKA ...146 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan

2011………..………. 5 1.2 Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk

Sektor Kosumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan

2011 ...……….………. 7 1.3 Nilai Pasar pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur untuk

Sektor Kosumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan

2011 ...……….………. 7 1.4 Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan-perusahaan

Manufaktur untuk Sektor Barang Kosumsi di BEI, Periode

Tahun 2008 sampai dengan 2011 ………..………….………. 8 1.5 Nilai Profitabilitas (ROE) pada Perusahaan-perusahaan

Manufaktur untuk Sektor Barang Kosumsi di BEI, Periode

Tahun 2008 sampai dengan 2011 ………. 8 2.1. Penelitian-penelitian Empiris tentang Pengaruh Kemampuan

Intelektual pada Kinerja Perusahaan ……….…….……… 15 3.1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Diteliti ……....……… 32 3.2. Definisi Operasional Variabel …….………....………... 38 4.1. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada

Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2008 – 2012 ………92 4.2.

4.3. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Makanan dan

Minuman …….………93 4.4. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada

Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Peralatan Rumah


(13)

4.5. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Kosmetik dan Barang

Keperluan ………96

4.6. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Farmasi ………97

4.7. Rata-rata Nilai Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Rokok ..………99

4.8. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Makanan dan Minuman ………...100

4.9. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Peralatan Rumah Tangga………...101

4.10. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Kosmetik dan Barang Keperluan………...102

4.11. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Farmasi .………..………...103

4.12. Nilai VAIC™ pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi: Rokok ……...…………..………...104

4.13. Nilai Statistik pada Intelectual Capital dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur, Sektor Konsumsi, Periode Tahun 2008 -2011 ...…………..………...105

4.14. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LROA ………....…………...107

4.15. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LROE ………....…………...108

4.16. Hasil Analisis Uji Normalitas pada LNP ………...…………...110

4.17. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LROA ...…………...111

4.18. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LROE ...…………...111

4.19. Hasil Analisis Instrumen Multikolinearitas pada LNP …..…………...111

4.20. Hasil Analisis Uji Glejser pada LROA ………..…………...113


(14)

4.21. Hasil Analisis Uji Glejser pada LROE ………..…………...114

4.22. Hasil Analisis Uji Glejser pada LNP ………...……..…………...115

4.23. Hasil Autokorelasi pada LROA .………..…..…………...116

4.24. Hasil Autokorelasi pada LROE .………..…..…………...116

4.25. Hasil Autokorelasi pada LNP ………..…..…………...117

4.26. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LROA..…………...118

4.27. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LROE..…….……...118

4.28. Hasil Instrumen Analisis Regresi Berganda pada LNP…..…………...119

4.29. Hasil Instrumen Uji F pada LROA ………....…………...122

4.30. Hasil Instrumen Uji F pada LROE .………....…………...122

4.31. Hasil Instrumen Uji F pada LNP ….………....………..123

4.32. Tabel Hubungan Antar Variabel ………....…………...124

4.33. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LROA …....…………...124

4.34. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LROE …....….………...125

4.35. Hasil Instrumen Koefisien Determinasi pada LNP ……....…………...126

4.36. Hasil Instrumen Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial) pada LROA ...128

4.37. Hasil Instrumen Koefisien Uji t (Uji Pengaruh Parsial) pada LROE ...130


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun

2011 sampai dengan 2012 ………. 6

1.2. Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012 ………. 8

2.1. Model Kerangka Konseptual Pemikiran Penelitian ………..…. 24

4.1. Struktur Pasar Modal ……..………..…. 47

4.2. Grafik Distribusi Normal pada LROA ……...………..….106

4.3. Grafik Distribusi Normal pada LROE ……...………..….108

4.4. Grafik Distribusi Normal pada LNP ………...………..….109

4.5. Scatterplot Dependent Variable pada LROA ....………..….112

4.6. Scatterplot Dependent Variable pada LROE ....………...….113

4.7. Scatterplot Dependent Variable pada LNP ...……….……..….114


(16)

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2008 - 2011

ABSTRAK

Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori definisinya yang paling netral mengenaiintangibles) dalam ekonomi dan asumsi penelitian ini membuktikan bahwa jika ditinjau dari uji serempak memperlihatkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Intelectual Capital, yang terdiri dari VACA, VAHU dan STVA terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP. Berdasarkan hasil koefisien determinasi munujukkan kaitan antar variabel Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan adalah tidak erat. Sementara berdasarkan uji pengaruh parsial menujukkan bahwa variabel Intelectual Capital yang memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap Kinerja Keuangan, yang terdiri dari ROA, ROE dan NP, hanya Physical Capital (VACA) saja. Variabel human capital (VAHU), dan struktural capital (STVA) terhadap Kinerja Keuangan yang terdiri dari ROA, ROE dan NP tidak berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi untuk periode tahun 2008 sampai dengn 2011.


(17)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL ON THE FINANCIAL PERFORMANCE OF THE CONSUMPTION

SECTOR MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE BEI FROM 2008 – 2011

ABSTRACT

Intellectual capital is a term which has various definition in different economic theories; therefore, it is the only definition which is the most neutral about ”abstract assets” (intangibles) in economy and modal assumption which creates intellectual property. The result of the research showed that if it was viewed from simultaneous test, it indicated that there was a positive and significant influence of Intellectual capital which comprised VACA, VAHU, and STVA on financial performance which comprised ROA, ROE and NP. Partial influence test showed that the variabel of performance which comprised ROA, ROE and NP was only Physical Capital (STVA) which influenced financial performance which comprised ROA, ROE, and NP did not have any positive and significant influence on the consumption sector of Manufacture Company for the period of 2008 – 2011.

Keywords: Intelectual Capital, Ratio on Asset, Return on Equity and Market Value.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa dasawarsa terakhir teknologi informasi telah menumbuhkan suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi sumber utama produktivitas. Dalam sistem ekonomi klasik produktivitas dihasilkan melalui proses manajemen dan teknologi, yang merupakan kombinasi dari sumber daya alam, uang dan sumber daya manusia. Namun pada sistem ekonomi baru produktivitas tumbuh dari kemampuan mendidik tenaga kerja dalam memperoleh kecakapan baru berdasarkan pengetahuan. Hal ini merupakan suatu konsep baru yang penting dalam teori manajemen, yang merupakan suatu intellectual capital (kemampuan intelektual) bagi suatu perusahaan.

Sementara situasi perekonomian dunia sekarang ditandai oleh meningkatnya perdagangan antar-negara yang berbasis ilmu pengetahuan; bukan hanya menyangkut barang dan jasa, melainkan telah pula merambah pada produk-produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual. Kenyataan ini mendorong terciptanya karya-karya intelektual manusia yang semakin memiliki nilai ekonomi tinggi. Perkembangan dunia menunjukkan, kemampuan intelektual atau yang berbasis pengetahuan menyumbangkan kekayaan yang jauh lebih besar daripada kekayaan yang berbasis fisik seperti barang tambang, hutan, laut, dan sebagainya. Kemampuan Intelektual telah menjadi faktor penting dalam membantu suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Bontis


(19)

dikembangkan dalam persaingan global merupakan suatu kekuatan yang kuat yang memiliki dampak terhadap perusahaan.

Margaretha dan Rahman (2006) menyimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat perusahaan menjadi lebih kokoh dimata pasar bukan hanya dari asset fisik yang dimiliki tetapi juga asset tak berwujud, seperti stockholder’s equity yang positif, kekuatan pada financial performance, kemampuan intelektual perusahaan, efisiensi biaya yang ditemukan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kekuatan dalam persaingan, hingga inovasi yang terus menerus. Persaingan bukan hanya sebatas berasal dari produk unggulan yang telah diciptakan oleh perusahaan, tetapi juga pada bidang keuangan perusahaan harus berusaha meningkatkan market value atau nilai pasar untuk meningkatkan shareholders equity

Untuk menarik dan mengundang perhatian investor terhadap perusahaan dimata pasar, perlu adanya faktor-faktor yang mendukung agar perusahaan tersebut lebih kokoh, yang ditinjau bukan hanya dari aset berwujud tetapi juga termasuk asset tidak berwujud. Salah satunya asset tak berwujud adalah kemampuan intelektual perusahaan.

Chen et al (2005) sependapat dengan pernyataan Bontis (2002) dan Pulic (2000) bahwa metode pengukuran pendapatan perusahaan pada saat ini tidak hanya berdasarkan prinsip akuntansi, tetapi sudah meliputi kemampuan intelektual dari suatu perusahaan. Metode pengukuran ini pun berkembang, bahwa pengukuran pendapatan suatu perusahaan juga dapat dilihat berdasarkan kemampuan intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja keuangan (financial performance) dari suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki


(20)

kemampuan intelektual yang baik, diharapkan memiliki kinerja keuangan yang meningkat dari tahun ketahun.

Ukuran yang digunakan untuk menilai efisiensi dari kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital yang berbasis moneter, yang dikenal dengan Pulic’s VAICTM

Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori

Model atau Metode Value Added Intellectual Coefficient. (VAIC™) dikembangkan oleh Pulic yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan.

satunya definisinya yang paling netral mengenai (intangibles) dalam ekonomi dan asumsi menyangkut istilah intellectual capital digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya non-tangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi. Intellectual capital dapat juga diasumsikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan bagi suatu organisasi untuk dapat mentransformasi sebuah bentuk material, keuangan dan sumberdaya manusia


(21)

Oleh karena itu pengukuran model VAICTM dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi), dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). Value Added (VA) merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Ada tiga komponen yang menentukan Intellectual Capital (VAICTM)

Kemapuan Intelektual serta manajemen pengetahuan sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi yang telah mendorong era globalisasi atau perdagangan bebas. Teknologi informasi tersebut bisa dipandang sebagai alat atau media untuk memperoleh pengetahuan dan informasi serta sebagai alat dalam menjalankan proses bisnis itu sendiri. Dua perspektif tersebut menjadi dasar bahwa penguasaan dan penerapan teknologi informasi, baik secara individual oleh karyawan maupun diterapkan dalam proses bisnis di perusahaan, akan menjadi modal utama lainnya bagi perusahaan untuk mendorong laju inovasi, dari berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa ada beberapa kemiripan mendasar dari konsep inovasi, yaitu sesuatu yang baru, baik berupa ide, barang, proses, atau jasa.

, yaitu Capital Employee Efficiency (VACA), Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA).

Dalam hal ini cara pengukuran inovasi tersebut dapat dilakukan melalui kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital, pengukuran model VAICTM, yang dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA), yang dibagi dalam dua kelompok ukuran yang berhubungan dengan output dan input. Ukuran nilai output


(22)

misalnya produk atau proses baru atau yang dikembangkan, persentase penjualan dari produk atau proses baru tersebut. Sementara ukuran nilai input diperoleh dari beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). Nilai intellectual capital perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011

No. Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi Nilai Value Added (Jutaan Rupiah)

Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011

1 Makanan & Minuman 11.888.285,000 12.999.182,000 17.760.995,000 13.207.965,000

2 Rokok 16.258.392,000 19.744.995,000 23.465.878,000 20.208.562,000

3 Farmasi 7.229.901,000 8.337.381,000 10.021.290,000 8.116.872,000

4 Kosmetik & Barang keperluan

rumah tangga

8.489.507,000 10.013.493,000 11.257.197,000 9.595.092,000

5 Peralatan rumah tangga 19.561,000 188.822,000 213.294,000 354.666,000

Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)

Nilai Value Added perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ketahun, khususnya selama empat tahun terakhir. Kinerja keuangan yang tidak stabil dan nilai pasar mengalami kenaikan dan penurunan pada perusahaan manufaktur khususnya sektor barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia ini salah satu faktor penyebabnya adalah nilai Intellectual Capital, yang terdiri dari physical, human dan structural capital.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan kebutuhan dari pergerakan nilai pasar, semakin banyak pula investor yang melakukan investasi di pasar modal. Tahun 2008 rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka diatas Rp 4,4 triliun perhari, dan dalam kurun waktu 15 tahun rata-rata nilai transaksi harian telah meningkat sebesar lebih kurang 4000%, (HIS Bursa Efek Indonesia, 2010).


(23)

aneka industri, dan industri dasar kimia, yang masing-masing sekor memiliki mengalami gejolak pasar yang berbeda-beda atas indeks pasar. Intelectual Capital pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pergejolakan atas nilai pasar dan kinerja keuangan suatu perusahaan, dan turun naiknya nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 : Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012

Sumber : PT. Dana Reksa, Tbk (2012)

Nilai pasar dari beberapa perusahaan manufaktur mengalami kenaikan dan penurunan di pasaran selama empat periode, dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Bulan Maret, tahun 2009 nilai indeks pasar dimulai dari angka 240 bergerak naik menjadi 520, pada bulan November 2009, dan bergerak naik menjadi angka 820 pada bulan September 2010. Indeks harga pasar mengalami penurunan menjadi 720 pada bulan Januari tahun 2011, namun pada bulan Juni tahun 2011 mengalami kenaikan kembali menjadi 860, dan tidak stabil sampai tahun 2011, namun mengalami kenaikan menjadi 1040 pada bulan Januari tahun 2012. Nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat juga dilihat dari saham pembukaan,


(24)

tertinggi, terendah, dan penutupan, diakhiri dengan jumlah transaksi atas pembelian saham pada perusahaan manufaktur, dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011

No. Tahun

Saham (dalam jutaan rupiah)

Pembukaan Tertingi Terendah Penutupan Jlh. Transaksi

1 2009 408,313 412,903 405,095 409,651 517.794.779,263

2 2010 697,700 703,750 692,120 698,662 689.759.454,878

3 2011 878,659 886,272 870,926 879,590 636.398.863,102

4 2012

(kwartal

pertama) 1.009,449 1.015,952 1.001,490 1.009,072 526.208.918,020

Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)

Banyak faktor yang mempengaruhi nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk ketiga sektor industry, misalnya Corporate Social Responsibility, Leverage, Investment Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio, Intelectual Capital, dan lainnya. Penelitian ini lebih ditekankan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia, yang dapat dilihat datanya selama empat tahun terakhir pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Nilai Pasar pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011

No.

Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang

Konsumsi

Jumlah Perusahaan

Nilai Pasar (dalam jutaan rupiah)

Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011

1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 63.220,000 141.244,794 190.477,492 476.688,966

2 Rokok 3 Perusahaan 9.111,000 22.623.271,000 56.292,416 78.280,030

3 Farmasi 9 Perusahaan 140.201,000 185.764,075 270.534,172 275.607,180

4 Kosmetik & Barang

keperluan rumah tangga

3 Perusahaan 15.600,000 15.475,426 23.079,278 15.844.642,742


(25)

Nilai pasar pada perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan untuk semua sektor, kecuali pada sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga mengalami penurunan. Hal ini dilihat juga pada kinerja keuangan beberapa perusahaan tersebut yang ditinjau dari rasio profitabilitasnya, yang merupakan rasio yang mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan ini dapa dilihat pada Tabel 1.4

Tabel 1.4. Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011

No. Dalam Sektor Barang Beberapa Perusahaan Konsumsi

Jumlah Per1sahaan

Nilai ROA (frequency) Thn.

2008 Thn. 2009 Thn. 2010

Thn. 2011

1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 1,33 1,17 1,12 1,10

2 Rokok 3 Perusahaan 0,37 0,42 0,48 0,69

3 Farmasi 9 Perusahaan 0,78 0,94 0,99 1,18

4 Kosmetik & Barang

keperluan rumah tangga

3 Perusahaan 0,57 0,68 0,69 0,63

5 Peralatan rumah tangga 3 Perusahaan 0,05 0,03 0,07 0,09

Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)

Tabel 1.5. Nilai Profitabiliats (ROE) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011

Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012) No. Dalam Sektor Barang Beberapa Perusahaan

Konsumsi

Jumlah Perusahaan

Nilai ROE (frequency) Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011

1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 2,72 4,87 2,50 2,43

2 Rokok 3 Perusahaan 0,58 0,60 0,93 1,13

3 Farmasi 9 Perusahaan 1,95 2,10 0,81 0,54

4 Kosmetik & Barang

keperluan rumah tangga

3 Perusahaan 0,98 1,03 0,29 1,35


(26)

Nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik. Kemampuan nilai pasar dan profitabilitas suatu perusahaan ini salah satunya dipengaruhi oleh Intelectual Capital suatu perusahaan, dimana yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Dalam hal ini perusahaan perlu membuat mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang.

Perusahaan-perusahan go public menjadikan pasar modal sebagai lembaga alternatif untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk pengembangan perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh laba atau sering disebut dengan return yang terbaik, return diperoleh investor dari dua sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan kenaikan harga saham di pasar modal. Naik dan turunnya harga saham pada dasarnya menjadi perhatian utama investor melakukan investasi daripada mengharapkan pembagian dividen yang dilakukan secara berkala dan tidak ada jaminan pembayaran dividen meskipun perusahaan memperoleh laba, dan jika diperhatikan maka tingkat return dari pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang diperoleh dari kenaikan harga saham. Hal inilah yang membuat investor cenderung melakukan analisis nilai pasar untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang baik dan menguntungkan.


(27)

1.2 Perumusan Masalah

Selama empat tahun terakhir, yaitu 2008 sampai dengan 2011, nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi mengalami kenaikan dan penurunan. Dalam hal ini kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik, salah satunya faktor yang mempengaruhinya oleh Intelectual Capital suatu perusahaan. Intelectual Capital dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, penyebaran pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011?

2. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011?

3. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA)


(28)

pada Kinerja Keuangan yang terdiri Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011;

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011

3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2011


(29)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan memberikan manfaat yang berarti kepada para pihak, yaitu:

1. Bagi Bursa Efek Indonesia

Sebagai sumber informasi agar perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih memperhatikan dan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya, karena merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan; dapat melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai pasar dalam menyusun kebijakan dan tujuan perusahaan

2. Bagi Sekolah Pascasarjana

Sebagai upaya memperkaya khasanah dan penelitian pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian khususnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 sampai dengan 2011 4. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis investasi dan keputusan investasi di pasar modal khususnya perusahsahaan manufaktur sektor barang konsumsi.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pengaruh Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital (IC) dengan Kinerja Keuangan atau Performance perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Bontis (1998) mengawali penelitian tentang IC dengan melakukan eksplorasi hubungan diantara komponen - komponen IC (Human Capital, Customer Capital, dan Structural Capital). Penelitian tersebut menggunakan instrumen kuesioner dan mengelompokkan industri dalam kategori jasa dan non-jasa. Kebanyakan penelitian tentang IC menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan (tahunan). Beberapa peneliti menggunakan VAIC™, baik untuk mengukur kinerja IC itu sendiri maupun untuk melihat hubungan antara Intelectual Capital dengan Kinerja Keuangan perusahaan.

Firer dan Williams (2003) menguji hubungan VAIC™ dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasil dari penelitian tersebut adalah mengindikasikan bahwa hubungan atau pengaruh antara efisiensi dari Value Added IC dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan (yaitu profitability, productivity, dan market valuation) secara umum adalah terbatas dan mixed. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.


(31)

Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™) untuk menguji hubungan atau pengaruh antara IC dengan nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Hasilnya menunjukkan bahwa IC berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar

dan kinerja keuangan perusahaan.

Bahkan, Chen et al. (2005) juga membuktikan bahwa IC dapat menjadi salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa investor mungkin memberikan penilaian yang berbeda terhadap tiga komponen VAIC™ (yaitu physical capital, human capital , dan structural capital).

Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan sebagai sampel penelitian. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa VAIC™ dapat dijadikan sebagai instrument untuk melakukan pemeringkatan terhadap sektor perbankan di Jepang dan India berdasarkan kinerja Intelectual Capital perusahaan. Pengklasifikasian sektor perbankan tersebut didasari pada empat kategori, yaitu: top performers, good performers, common performers, dan bad performers.

Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapore sebagai sampel penelitian. Hasilnya konsisten dengan penelitian Chen et al. (2005) bahwa Intelectual Capital dari perusahaan tersebut berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan; IC juga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rata- rata pertumbuhan IC suatu perusahaan berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini


(32)

mengindikasikan bahwa kontribusi Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya.

Penelitian – penelitian empiris tentang hubungan antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Empiris tentang Pengaruh Kemampuan Intelektual pada Kinerja Perusahaan

Peneliti Tahun Variabel Hasil

Bontis et

al. 2000 EVA

HC berhubungan dengan SC dan CC; CC berhubungan dengan SC, SC

berhubungan dengan kinerja industry

Firrer dan 2003 ROA VAIC berhubungan dengan kinerja perusahaan (ROA, ATO, MB)

Williams ATO

MB

Chen et al. 2005 ROA IC berpengaruh terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan, R dan D berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

ROE MB GR MB EP

Tan et al. 2007 ROE IC berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, baik masa kini maupun masa mendatang, rata-rata pertumbuhan IC berhubungan positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang, kontribusi IC terhadap kinerja

perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya

EPS ASR

Ulum 2008 ROA IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang, namun ROGIG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.

ATO GR


(33)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Definisi Intellectual Capital

Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital berasal dari ketika Tom Steward menulis sebuah artikel yang berudul berjudul Brain Power How Intellectual Capital Is Becoming America’s Most Valuabel Asset, yaitu:

“ the sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth”.

Roos et.al (1997) dalam Ulum (2009) yang menjelaskan mengenai Intellectual Capital yaitu,

IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance –sheet and all the intangible assests (trademarks, patent and brands) which modern accounting methods consider…”.

Sementara menurut William (2001) dalam Ulum (2009), mendefinisikan bahwa:

the enhanced value of a firm attributable to assets, generally of an intangible nature, resulting from the company’s organizational function,processes and information technology networks, the competency and efficiency of its employees and its relationship with its costumers. Intellectual capital assets are developed from (a) the creation of new knowledge and innovation; (b) application of present knowledge to present issues and concerns that enhance employees and customers; (c) packaging, processing and transmission of knowledge; and (d) the acquisition of present knowledge created through research and learning. Bontis et al. (2000) menyimpulkan secara umum dari para peneliti lain bahwa Intellectual Capital terdiri atas tiga konstruk utama, yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital (CC). HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya,yang merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. SC


(34)

meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000).

Metode VAIC™, dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic, 1998). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999).

Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Oleh karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai identitas penciptaan nilai (value


(35)

Intellectual Capital terbagi atas 3 tahapan yaitu: a. Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk Value Aded (VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. yaitu: VACA (Value Added Capital Employed), yang merupakan rasio dari VA terhadap CE (Capital Employment), dimana merupakan atas dana yang tersedia atas ekuitas atau laba bersih.

VACA = VA/CE

b. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU merupakan banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC (Human Capital) atau beban karyawan terhadap Value Added .

VAHU = VA/HC

c. HC = Structural Capital Value Added (STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) atau hasil dari VA (Value Added) dikurangi HC (Human Capital) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™ merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.


(36)

VAIC™ = VACA + VAHU + STVA

Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007).

2.2.2. DefinisiKinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja Keuangan atau Financial Performance peusahaan merupakan kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan.

Pengertian kinerja (performance) lainnya menurut Drucker (2002, p.134) adalah “tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang


(37)

sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007, p.363).

Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik, karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.

Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Perusahaan

adalah pengukuran prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari

proses pengambilan keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Penyajian informasi laba merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Para investor dan manajer akan melihat kinerja perusahaan berdasarkan kinerja keuangan dan kinerja operasional dari perusahaan.

Penggunaan laporan keuangan sebagai aspek penilaian kinerja didasarkan atas informasi akuntansi, yang mencerminkan nilai sumber daya yang diperoleh perusahaan dari bisnisnya dan juga yang dikorbankan oleh para manajer untuk menjalankan aktivitas bisnis perusahaan. Kinerja perusahaan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena


(38)

setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya, maka kinerja perusahaan akan tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pentingnya laporan keuangan sebagai informasi dalam menilai kinerja perusahaan, mensyaratkan laporan keuangan haruslah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu. Sehingga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan akan menjadi tepat, dengan demikian pemegang saham dapat menjadikan laporan keuangan sebagai informasi yang berguna dalam pengambilan keputusannya sebagai pemegang saham perusahaan.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Manipulasi kinerja merupakan upaya manajemen untuk mengubah laporan keuangan yang bertujuan untuk menyesatkan pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healey dan Wahlen, 1999). Sikap oportunistik ini dinilai sebagai sikap curang (fraud) manajemen yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi intertemporal choice (Beneish, 2001 dalam Hastuti, 2005). Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings management ini dilakukan melalui penurunan laba (income decreasing), perataan laba (income smoothing) dan penaikan laba (income increasing). Manipulasi ini dilakukan dengan pertama menggeser


(39)

(current earnings) atau sebaliknya. Kedua, menggeser biaya sekarang (current cost) menjadi biaya masa depan (future cost) atau sebaliknya. Sehingga laba pada periode bersangkutan akan dilaporkan lebih tinggi atau lebih rendah (Espenlaub, 1999 dalam Hastuti, 2005). Kinerja pengukuran suatu perusahaan dengan elemen keuangan dapat dilihat sebagai berikut :

1. Return on Asset (ROA)

Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total asset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaanya. ROA dikalkulasi dengan formula:

ROA= Laba Bersih Sesudah Pajak / Aktiva Total

2. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu (Sartono, 2001). Besarnya ROE sangat dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan nilai ROE. Sedangkan ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari perseroan.


(40)

3. Nilai Pasar

Nilai pasar merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Nilai pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau juga jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006). Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa efek pada pasar sekunder, yang diterbitkan setiap harinya dari waktu ke waktu, yang menjadi hal yang harus diperhatikan oleh investor yang terlibat kegiatan dipasar modal atau manajemen perusahaan terbuka yang sahamnya tercatat di pasar modal. Jika dalam laporan keuangan suatu perusahaan menuliskan adanya laba bersih yang tinggi, kemudian hasil rapat umum pemegang saham tersebut menetapkan sebagian keuntungan tersebut akan dibagikan dalam bentuk deviden, maka sudah pasti secara otomatis harga saham tersebut akan melonjak tajam. Alasan karena semua investor ingin kebagian deviden dengan memiliki saham tersebut, dalam hal ini hukum permintaan dan penawaran terjadi (Arifin, 2004).

Menurut Basir (2005), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Dalam perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga


(41)

a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

b. Open atau opening price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09. 30 pagi.

c. High atau highest price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. d. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu

saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu

saham.

f. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari sebelumnya dengan harga terakhir yang terjadi atau selisih antara previous dengan last. Jika nilai pada change positif, misalnya +100 artinya harga saham terebut lebih tinggi 100 jika dibandingkan hari sebelumnya. Jika nilai pada change negatif misal -50, artinya harga saham tersebut turun 50 jika dibandingkan hari sebelumnya.

g. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu saham. Closing price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.2.3 Pengaruh antara Intellectual Capital dengan Kinerja Perusahaan Pengaruh antara Intelectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan telah dibuktikan secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara. Jika perusahaan yang memiliki Kemampuan Intelektual atau Intelectual Capital (VAIC™) lebih tinggi akan cenderung memiliki kinerja masa


(42)

datang yang lebih baik, maka logikanya, rata- rata pertumbuhan dari IC (rate of growth of intellectual capital – ROGIC) juga akan memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan masa depan. Penelitian Tan et al. (2007) telah membuktikan bahwa ROGIC memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang. Temuan ini memperkuat penganjur IC sebagai sarana kompetisi dan bahwa perusahaan harus mengelola dan meningkatkan IC-nya untuk mempertahankan posisi kompetitifIC-nya (Bontis, 1998b; Brennan dan Connell, 2000).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual teoritis yang menggambarkan rumusan hipotesis penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu:

Gambar : 2.1.Model Kerangka Pemikiran Penelitian Sumber : Data Diolah (2012)

Intellectual Capital (VAIC TM)

VACA (X1)

VAHU (X2)

STVA (X3)

ROA (Y1)

ROE (Y2)

NP (Y3)


(43)

2.4 Hipotesis

Kemapuan Intelektual atau Intelectual Capital merupakan sumber daya yang terukur untuk meningkatkan competitive advantages, maka intelectual capital akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Ulum 2008). Intelectual Capital meningkat, maka kinerja keuangan akan semakin meningkat, begitu juga sebaliknya.

1. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (ROA).

Pengukuran kinerja perusahaan yang diproporsikan dengan ROA menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dapat memperkecil biaya sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Hal ini disesuaikan dengan peandangan stakeholder theory dan knowledge-nased theory yaitu apabila perusahaan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sebagai sarana untuk meningkatkan laba, hal ini akan menguntungkan para stakeholder.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) dan Ulum (2009) menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan dapat mengelola dan mengembangkan intellectual capital yang dimiliki dengan baik, maka akan terjadi peningkatan terhadap ROA yang mengindikasikan kinerja keuangan yang semakin baik, sehingga menghasilkan keuntungan


(44)

kompetitif bagi perusahaan. Dengan menggunakan metode VAIC™ sebagai ukuran Intellectual Capital perusahaan diajukan hipotesis.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA.

2. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (ROE).

Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas

pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001).

ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya utang) dan biaya saham preferen, seperti

diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga utang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE


(45)

Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal

dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Sartono, 2001)

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE.

3. Pengaruh Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan (NP)

Hasil penelitian Chen et.al (2005) menunjukan bahwa investor cenderung akan membayar lebih lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan terhadap perusahaan dengan sumber daya intelektual yang rendah. Harga yang dibayar oleh investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan (Abidin dalam Ulum 2009).

Menurut pandangan knowledge-based theory yaitu apabila perusahaan dapat memanfaatkan Kemapuan Intelektual atau Intellectual Capital untuk


(46)

meningkatkan kinerja perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya. Hal ini sesuai dengan pandangan stakeholder theory yaitu apabila kinerja perusahaan semakin meningkat labanya juga akan meningkat sehingga menghasilkan keuntungan yang nantinya dapat dinikmati oleh para pemegang saham. Oleh karena itu, perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku yang signifikan mengindikasikan adanya set tersembunyi yaitu kemapuan intelektual. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan intellectual capapital akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga menghasilkan keuntungan metode VAIC™ sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar (NP).


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kausal komparatif yang bertujuan untuk meganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif terdiri dari pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro, 2003). Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan uraian atau gambaran tentang sifat-sifat dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis kuantitatif serta pengujian statistik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa sampai dari tahun 2008 sampai dengan 2011,

melalui situs

penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Maret 2011, dimulai dari pemilihan topik penelitian, riset pendahuluan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto (2006:130) merupakan keseluruhan subjek penelitian, sedangkan menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas atau


(48)

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pelaporan BEI pada tahun 2008 sampai dengan 2011. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan ini memiliki ruang lingkup yang luas. Pemilihan sektor pada perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian mengacu pada penelitian Margareth dan Rahman (2006) yang menyebut sektor merupakan Intelectual Capital Intencive Industry Sector, dengan kriterianya adalah emiten yang memiliki laporan keuangan dan sudah go internasional.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pengambilan sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2011, sebanyak 29 perusahaan, dengan periode pengamatan sebanyak 4 (empat periode) laporan keuangan, atau sebanyak 116 pengamatan. Adapun kriteria sampel yang dipergunakan adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2011, ada sebanyak 29 perusahaan.

2. Perusahaan yang memiliki laba bersih positif 3. Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas positif


(49)

4. Perusahaan yang mempubliksikan laporan keuangan auditan selama 4 tahun, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2011, artinya memiliki laporan keuangan yang telah diaudit dan telah dilaporkan ke BEI.

Perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Daftar Perusahaan Perusahaan Manufaktur yang Diteliti No. Emiten Nama Emiten Tanggal

Berdiri

Tanggal Listing

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 06 Maret 1985 13 Juni 1994

2 AISA 31 Mei 1991 11 Juni 1997

3 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 03 Februari 1986 09 Juli 1996

4 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994 5 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 03 Juni 1929 15 Desember 1981

6 MYOR PT. Mayora Indah Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990

7 PSDN PT. Prashida Aneka Niaga Tbk 16 April 1974 18 Oktober 1994

8 HMSP PT.HM Sampoerna Tbk 19 Oktober 1963 15 Agustus 1990

9 STTP PT. Siantar Top Tbk 12 Mei 1987 16 Desember 1996

10 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 19 Juli 1979 8 September 1993 11 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading

Company Tbk 2 November 1970 2 Juli 1990

12 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 30 Juni 1971 27 Agustus 1990

13 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 08 Juli 1970 29 Maret 1983 14 RMBA PT. Bentoel International Investama Tbk 19 Januari 1979 16 Desember 1996 15 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 05 Februari 1976 11 November 1984 16 TSCP PT. Tempo Scan Pasific Tbk 20 Mei 1970 19 Juni 199

17 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk 14 Maret 1978 27 Juli 1995

18 UNVR

05 Desember

1933 11 Januari 1982 19 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk 9 Januari 1973 29 Juli 1996 20 KICI PT. Kedaung Indag Can Tbk 11 Januari 1974 28 Oktober 1993 21 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk

30 November

1972 17 Oktober 1994

22 INAF PT. Indofarma Tbk 16 Agustus 1971 04 Juli 2001

23 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk

10 September

1966 30 Juli 1991

24 KAEF

10 September

1966 30 Juli 1991

25 MERK PT. Merck Tbk 14 Oktober 1970 23 Juli 1981

26 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk

27 November

1976 16 Oktober 2001 27 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk 1 November 1970 8 Juni 1990


(50)

28 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 5 November 1969 30 September 1993

29 DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk 1932 27 Februari 1984

Sumber: Bursa Efek Indonesia (2011), (Data Diolah)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas: 1. Penelitian lapangan (field research)

adalah mengumpulkan data-data tentang objek penelitian, dengan cara dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengkategorian atau pengklasifikasian dari bahan-bahan yang tertulis, yang terdiri dari laporan tahunan perusahaan, laporan keuangan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian Kepustakaan (library research):

adalah mengumpulkan data-data melalui berbagai referensi yang relevan dengan judul penelitian.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data diperoleh dari hasil dokumentasi perusahaan manufaktur pada sektor indusri barang konsumsi yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari Laporan Neraca dan Laporan Rugi Laba yang telah diaudit yang diakses melalui media internet. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan periode Desember 2008,


(51)

3.6 Identifikasi dan Operasional Variabel

Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas terdiri dari Intelectual Capital, dan variabel terikat terdiri dari Kinerja Keuangan atau Financial Performance.

1. Kemampuan Intelektual atau Intellectual Capital (X)

Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur berdasarkan Value Added yang diciptakan oleh Physical Capital (VACA) sebagai variabel X1, Human Capital (VAHU) sebagai variabel X2, dan Structural Capital (STVA) sebagai variabel X3. Kombinasi dari ketiga Value Added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000). Konsep ini telah diuji dan diadopsi oleh Firer dan Williams (2003); Mavridis (2004); Chen et al., (2005); Kamath (2007); dan Tan et al. (2007). Pulic (1999) formulasi dan tahapan perhitungan VAIC™ adalah dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.

VA=OUT - IN

yaitu: OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.

IN = Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan).

Value Added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut:

VA = OP + EC + D + A

yaitu : OP = operating profit (laba operasi) EC = employee costs (beban karyawan)


(52)

D = depreciation (depresiasi) A = amortisation (amortisasi)

Intellectual Capital terbagi atas 3 indikator yaitu: d. Value Added Capital Employed (VACA) (X1)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap Value Added.

VACA = VA/CE

yaitu: VACA = Value Added Capital Employed: rasio dari VA terhadap CE.

VA = Value Added

CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) e. Value Added Human Capital (VAHU) (X2)

VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap Value Added .

VAHU = VA/HC

yaitu: VAHU = Value Added Human Capital: rasio dari VA terhadap HC.

VA = Value Added


(53)

f. Structural Capital Value Added (STVA) (X3)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

yaitu: STVA = Structural Capital Value Added: rasio dari SC terhadap VA.

SC = Structural Capital : VA – HC VA = Value Added

VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™ merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.

VAIC™ = VACA + VAHU + STVA

Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lain (Tan et al., 2007).


(54)

2. Kinerja Keuangan atau Financial Performance (Y)

Pengertian kinerja (performance) lainnya menurut Drucker (2002, p.134) adalah “Tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil positif”. Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007, p.363).

Kinerja Keuangan pada perusahaan ini dibatasi pada rasio profitabilitas, yaitu Return On Assets (ROA) (Y1), Return On Equity (ROE) (Y2) dan Nilai Pasar (Y3). Return on total assets (ROA) merupakan refleksi dari keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total assets (Chen et al., 2005). ROE merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu (Sartono, 2001). Nilai Pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau juga jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006).

a. Ratio on Asset (ROA) (Y1),

ROA juga dipakai untuk mengukur kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan mempertimbangkan biaya terhadap aktiva tetap tersebut. ROA


(55)

ROA=

Aktiva Total

Laba Bersih Sesudah Pajak

b. Return on Equity (ROE) (Y2)

Return on Equity menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, dapat diukur dengan:

ROE = Modal

Laba Bersih Sesudah Pajak

c. Nilai Pasar (Y3)

Nilai Pasar pada penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price). Rata-rata harga saham bulanan dapat dihitung dengan formula : Rata-rata Harga Saham Tahunan =

Σ Volume Trasaksi

Σ (Harga Saham Penutupan x Vol. Transaksi) Pengaruh antar variabel bebas, yaitu: Kemampuan Intelektual, dengan variabel terikat, yaitu: Kinerja keuangan, dapat ditunjukkan juga pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel

Variabel

Definisi

Operasional Indikator Pengukuran

Kinerja Keuangan atau Financial Performance (Y): ROA (Y1) ROE (Y2) Membandingkan satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya

ROA = Laba Bersih Sesudah Pajak / Aktiva Total

Skala Rasio

ROE = Laba Bersih Sesudah Pajak / Modal


(56)

3.7 Metode Analisis Data

Intelektual Capital dengan istilah VAICTM

1. Analisis Deskriptif

yang diformulasikan oleh Pulic (1998; 1999) digunakan untuk menentukan efisiensi dari tiga model Intellectual Capital (IC), yaitu Physical Capital, Human Capital, dan Structural Capital. Dalam konteks ini, komponen yang digunakan adalah VACA, VAHU, dan STVA sebagai satuan yang terpisah dan tidak menggunakan hasil penjumlahan dari ketiga komponen tersebut. Data pada penelitian ini terlebih dahulu dilog (10) untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Analisis data dilakukan adalah:

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana

data-NP (Y3) Nilai Pasar =

Σ (Harga Saham Tahunan x Vol.

Transaksi)/ Σ Vol. Transaksi

Intelectual Capital (VAIC) (X): VACA (X1) VAHU (X2) STVA (X3) Nilai dari perusahaan atas aktiva, yang sifatnya intangible, yang dihasilkan dari proses organisasi perusahaan fungsi, dan jaringan teknologi informasi, kompetensi dan efisiensi karyawan dan hubungannya dengan pelanggan.

VACA = VA/CE Skala Rasio

VAHU = VA/HC

STVA = SC/VA


(57)

diinterprestasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

2. Analisis Statistik

Analisis statistik yang digunakan adalaha analisis regresi linear berganda, yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu, Intelectual Capital, terdiri dari: VACA (X1), VAHU (X2), STVA (X3) terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Keuangan, yang terdiri dari: Ratio on Asset (ROA) (Y1), Return on Equity (ROE) (Y2) dan Nilai Pasar (Y3). Penelitian menggunakan bantuan program software SPSS versi 18.00 (Statistic Product and Service Solution) dengan rumus :

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana:

Y1 = Ratio on Asset (ROA) Y2 = Ratio on Equity (ROE) Y3 = Nilai Pasar

a = Konstanta b1, 2, 3 = Koefisien regresi

X1 = Value Added Capital Employed atau Physical Capital (VACA) X2 = Value Added Human Capital


(58)

X3 = Structural Capital Value Added atau Structural Capital (STVA) e = standar error

3.8 Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik sebelum data tersebut dianalisis, adapun syarat asumsi klasik tersebut (Ghozali 2005:91) meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji data dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov Smirnov.

2. Uji Multikonealiritas

Uji Multikonealiritas digunakan untuk menguji data dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas (Ghozali, 2005:91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikonealiritas di dalam model regresi dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS versi 15.00. Dengan ketentuan:

Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas.


(59)

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji data dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika suatu pengamatan ke pengamatan lain sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan pendekatan grafik dan pendekatan statistika melalui uji glejser. Pendekatan grafik dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Sementara pendekatan uji glejser dengan melihat pada variabel dependen absolut UT (absUT) dengan nilai probabilitas signifikansi diatas 5%. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Uji asumsi klasik kedua dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji mengenai dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu (t) dengan kesalahan mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Salah satunya adalah dengan uji Durbin-Watson (Durbin-Watson test). Pengambilan keputusan dapat di dasarkan pada (Ghozali 2001:60-61): a. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upperbound (du) dan

(4-du), maka koefisien korelasi autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak autokorelasi.


(1)

manufaktur karena cenderung lebih memperioritaskan pada return asset-aset sumberdaya fisik yang ada.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat meningkat salah satunya adalah dengan memiliki investasi pada Intelectual Capital yang efisien, karena hal ini merupakan investasi untuk tahun-tahun berikutnya agar dapat memiliki daya saing yang kuat dan dapat terus berkembang. Hal ini pun sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Margareth (2006) bahwa penggunaan investasi Intelectual Capital belum sesuai digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, khususnya perusahaan-perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia cenderung melaporkan keuangannya kepada publik tanpa memilah jenis atau bidang operasionalnya, sementara Intelektual Capital merupakan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai yang ditinjau dari sisi output maupun input, yang mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasaran yang merupakan selisih atas seluruh beban yang digunakan dan tidak termasuk beban karyawan. Hal ini diasumsikan bahwa tenaga kerja merupakan identitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007), yang tidak dapat dihitung sebagai biaya (cost). Sementara kinerja keuangan yang termasuk kedalam ROA dan ROE mencerminkan laba bersih suatu perusahaan yang termasuk kedalamnya adalah perhitungan seluruh beban operasional perusahaan yang ada. Begitu juga dengan pendapatan dari nilai pasar (NP), merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu, yang mencerminkan laba suatu perusahaan juga.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai pengaruh Intelectual Capital terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2008 sampai dengan 2011, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa:

1. Pada Uji F (uji serempak) besarnya Intelectual Capital yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi Kinerja Keuangan perusahaan secara positif dan signifikan. Ketiga variabel pada Intelectual Capital, yaitu Physical Capital, Human Capital, dan Struktural Capital secara serempak mampu untuk mempengaruhi Kinerja Keuangan yang terdiri dari Ratio on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Nilai Pasar (NP)

2. Pada nilai R Square atau koefisien determinasi besarnya Intelectual Capital perusahaan yang terdiri dari Physical Capital, Human Capital, dan Struktural Capital memiliki kaitan yang tidak erat terhadap Kinerja Keuangan untuk variabel Ratio on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Nilai Pasar (NP).

3. Sementara pada Uji t (uji pengaruh parsial) besarnya Intelectual Capital yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur sektor konsumsi tidak secara keseluruhan mampu untuk mempengaruhi Kinerja Keuangan secara positif dan signifikan. Variabel Intelectual Capital yang mampu mempengaruhi Kinerja Keuangan, yang terdiri Ratio on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) hanya Physical Capital saja.


(3)

5.2. Saran

1. Investasi Intelectual Capital sebaiknya sangat penting untuk dilakukan bagi perusahaan untuk dapat meningkatnya kinerja keuangan agar dapat terus berkembang dan mampu bersaing dipasaran, karena dalam hal ini yang diperhatikan bukanlah hanya asset fisik semata sebagai premis kunci untuk penciptaan nilai dalam jangka panjang.

2. Sebaiknya perusahaan tidaklah hanya memfokuskan pada pencapaian nilai Physical Capital saja, karena Intelectual Capital juga merupakan item dari Human dan Structural Capital karena akan mengakibatkan kinerja keuangan tidak stabil dan nilai pasar menjadi turun naik dipasar saham.

3. Peningkatan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang dapat dicapai melalui investasi pada sumberdaya intelektual, mengurangi Human Capital perusahaan yaitu dengan cara memilih calon para tenaga kerja yang masuk ke suatu perusahaan yang memiliki kualifikasi yang sesuai standar perusahaan, sehingga penggunaan beban tenaga kerja dapat berkurang.

4. Peningkatan Struktural Capital suatu perusahaan dapat dilakukan dengan proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang memfokuskan pada upaya penciptaan nilai untuk memperoleh efektivitas pengendalian biaya, sehingga pada akhirnya nanti pencapaian nilai secara maksimum dapat dicapai (baik untuk pemegang saham maupun karyawan).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. 2006. Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance. Proceeding SNA VII. Solo. pp. 694-707

Basir, Saleh, Hendy M. Fakhrudin. 2005. Aksi Korporasi : Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta : Salemba Empat.

Bontis, N. 1998a. Intellectual capital questionnaire. Available online at:

(accessed November 2006).

_________. 1998b. Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and models. Management Decision. 36 No. 2. p. 63.

_________. 2001. Assessing knowledge assets: a review of the models used to measure intellectual capital. International Journal of Technology Management. 3 No. 1. pp. 41-60.

_________, and J. Fitz-enz. 2002. Intellectual capital ROI: a causal map of human capital antecedents and consequents. Journal of Intellectual Capital. 3 No. 3. pp. 223-47.

_________, W.C.C. Keow, S. Richardson. 2000. Intellectual capital and business performance in Malaysian industries Journal of Intellectual Capital. 1: 85-100.

Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firms’ market value and financial performance. Journal of Intellectual Capital. 6 : 159-176

Firer, S., and S.M. Williams. 2003. Intellectual capital and traditional measures of corporate performance. Journal of Intellectual Capital. 4 : 348-360.

Farah dan Arif. 2006. Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Market Value dan Financial Performance Perusahaan dengan Metode Value Added Intelectual Coefficient. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 8 : 199 – 217.

Ghozali, I. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan PLS. Badan Penerbit Undip. Semarang.


(5)

Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Artikel Simposium

Nasional Akuntansi (SNA) VIII, Solo.

Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decitions. Journal of Accounting and Economics. 7: 85-107.

_________, and Wahlen, J.M. 1999. A Review of The Earning Management Literature and its Implication for Standard Setting, Journal of Accounting Horizon (December), 365-383.

Helfert, Eric, 1996. Analisa Laporan Keuangan, Terjemahan., Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kamath, G.B. 2007. The Intelectual capital performance of the Indian banking sector. Journal of Intellectual Capital. 8 : 96 – 123

Mavridis, D.G. 2004. The intellectual capital performance of the Japanese banking sector. Journal of Intelectual Capital. 5: 92 – 115.

Mulyadi, 2007. Sistem Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat.

Pulic, A. 1998. Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.

_______. 1999. Basic information on VAIC™. available online at: (accessed November 2006).

_______. 2000. VAICTM – an accounting tool for IC management. available

online at:

2006).

_______, and Kolakovic, M. 2003. Value creation efficiency in the new economy.

available online a

Roos, J., Roos, G., N.C. Dragonetti, dan L. Edvinsson. 1997. Intellectual Capital: Navigating the New Business Landscape, Macmillan Press, London.

Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas. Penerbit: Alfabeta. Bandung.

Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. 2007. Intelectual capital and financial returns of companies. Journal of Intellectual Capital. 8: 76 – 95.


(6)

Ulum, Ihyaul 2009. Intelectual Capital; Konsep dan Kajian Empiris, Edisi Pertama, Yogyakarta.

Wiliam, S.M. 2001. Is intellectual capital performance and disclosure practice related. Journal of Intellectual Capital. 2:192 – 203.


Dokumen yang terkait

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTED DI BEI

0 6 21

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 - 2012.

0 4 14

INTELLECTUAL CAPITAL DAN KINERJA PERUSAHAAN PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010 - 2012.

0 30 29

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 2 15

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 5 16

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PADA TAHUN 2009 - 2011.

3 12 59

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

0 0 23

Pengaruh board diversity terhadap intellectual capital performance (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

0 1 85

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 4 80

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2008 - 2011

0 0 15