Analisis Pengaruh Intellectual Capital dan Fundamental Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH INTELECTUAL CAPITAL DAN FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK

PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

OLEH

TITIN ARRIDHA SYAM RANGKUTI 080502158

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK

PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

intellectual capital dan fundamental perusahaan terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intellectual capital yang diukur dengan VAICTM. Variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan dan debt ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan assets turn over (ATO)

Populasi pada penelitian ini adalah 26 (dua puluh enam) Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Berdasarkan metode purposive sampling,

sampel yang digunakan adalah 18 (delapan belas) Bank Pembangunan Daerah. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik deskriptif dan metode analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, debt ratio berpengaruh signifikan terhadap rasio

return on assets (ROA), sedangkan secara parsial debt ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 2) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE), sedangkan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 3) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap assets turn over (ATO), sedangkan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ATO.

Kata Kunci: Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Debt Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Assets Turn Over


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL AND CORPORATE FUNDAMENTAL ON FINANCIAL PERFORMANCE OF

REGIONAL DEVELOPMENT BANKS IN INDONESIA

This study aims to know and analyze the influence of intellectual capital and corporate fundamental on financial performance of regional development banks. Independent variables used in this study is intellectual capital as measured by VAICTM. Control variable used are size’s firm and debt ratio. The dependent variable used in this research are financial company’s performance as measured by return on assets (ROA), return on equity (ROE), and assets turn over (ATO).

Population in this study was 26 (twenty six) Regional Development Banks in Indonesia. Based on purposive sampling method, the samples used was 18 (eighteen) Regional Development Banks. Method is a method of analysis used descriptive statistics and analysis statistics that use multiple regression

The results showed that: 1) Simultaneous intellectual capital, firm size, debt ratio significant influence the ratio of return on assets (ROA), while the partial debt ratio has a negative and significant influence on ROA. 2) Simultaneous intellectual capital, firm size, and the debt ratio a significant effect on return on equity (ROE), while the partial size’s firm have a negative and significant effect on ROE. 3) Simultaneous intellectual capital, firm size, and the debt ratio has significant effect on asset turnover (ATO), while the partial size’s firm have a negative and significant effect on the ATO

Keyword: Intellectual Capital, Size’s Firm, Debt Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Assets Turn Over


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Intellectual Capital dan Fundamental Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia”

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua tercinta H. Syabuddin Rangkuti dan Hj. Masliana atas kasih sayang, perhatian, dukungan, kesabaran serta setiap doa yang tercurah untuk peneliti. Serta kepada saudara peneliti, Ahmad Afrizal Syam Rangkuti, S.ST., Faisal Habibi Syam Rangkuti, S.Pt., Ertina Sinulingga, S.Pt., dan Nia Rani Rangkuti, Amd.,yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bimbingan, bantuan, arahan serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini berlangsung. Pada kesempatan ini peneliti akan menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen dan juga selaku dosen pembimbing. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(5)

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen yang selalu mendorong dan memajukan mahasiswa/i.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Pembaca Penilai. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan saran serta nasehat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen yang memberikan pelajaran yang berharga selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai Departemen Manajemen, yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di Departemen Manajemen.

8. Kepada Emma Tri Marlini dan Suheri, SE., yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

9. Kepada sahabat – sahabat yang selalu memberikan dukungan, yaitu Rahmadaeni Giawa, Lady Eviona, Erfika Nasution, Rizky Arfani, Rani Kurniawati.

10. Seluruh teman – teman Manajemen 2008, peneliti ucapkan terima kasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini.


(6)

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu peneliti menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2012 Peneliti,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 13

2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan ... 13

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan... 13

2.1.1.2 Tujuan Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan... 13

2.1.2 Analisis Rasio Keuangan ... 14

2.1.2.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 14

2.1.2.4 Jenis-Jenis Rasio ... 15

2.1.3 Ukuran Perusahaan ... 17

2.1.4 Intellectual Capital ... 18

2.1.4.1 Definisi Intellectual capital ... 18

2.1.4.2 Kompenen Intellectual Capital ... 19

2.1.4.3 Pengukuran Intellectual Capital ... 23

2.1.5 Value Added Intellectual Capital Coefficient .. 25

2.2 Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Definisi Operasional ... 35

3.4.1 Variabel Bebas ... 35


(8)

3.4.1.2 Value Added Capital Employed ... 36

3.4.1.3 Value Added Human Capital ... 36

3.4.1.4 Structural Capital Value Added ... 37

3.4.1.5 Value Added Intellectual Coefficient... 37

3.4.2 Variabel Kontrol ... 38

3.4.2.1 Ukuran Perusahaan ... 38

3.4.2.2 Debt Ratio ... 38

3.4.3 Variabel Terikat ... 39

3.4.3.1 Return On Assets (ROA) ... 39

3.4.3.2 Return On Equity (ROE) ... 39

3.4.3.3 Assets Turn Over (ATO) ... 39

3.5 Populasi dan Sampel ... 40

3.5.1 Populasi ... 40

3.5.2 Sampel ... 40

3.6 Jenis Data ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 42

3.8.1 AnalisisDeskriptif ... 42

3.8.2 Regresi Linear Berganda ... 42

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 43

3.9 Pengujian Hipotesis... 46

3.9.1 Koefisien Determinasi ... 46

3.9.2 Signifikansi Simultan ... 47

3.9.3 Uji signifikansi Parsial... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 49

4.1.1 Profil Bank Pembanguan Daerah ... 49

4.1.2 Gambaran Umum Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia ... 51

4.2 Hasil Penelitian... 64

4.2.1. Analisis Deskriptif ... 64

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 71

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 75

4.3 Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Komponen Intellectual Capital (Employee Competence)... 8

2.1 Klasifikasi Intelletual Capital ... 19

3.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria ... 40

3.2 Nama-Nama Bank Pembanguan Daerah ... 41

3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 43

4.1 Analisis Deskriptif VAICTM Periode 2008-2010 ... 65

4.2 Analisis Deskriptif Ukuran Perusahaan Periode 2008-2010... 66

4.3 Analisis Deskriptif Debt Ratio Periode 2008-2010 ... 67

4.4 Analisis Deskriptif ROA Perusahaan Periode 2008-2010 ... 68

4.5 Analisis Deskriptif ROE Perusahaan Periode 2008-2010 ... 69

4.6 Analisis Deskriptif ATO Perusahaan Periode 2008-2010 ... 70

4.7 Hasil Uji Normalitas (One Sampel Kolmogorov-Smirnov) ... 72

4.8 Hasil Uji Multikolineritas (Collinearity Statistic) ... 72

4.9 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) ... 73

4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glesjer) ... 74

4.11 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesis Pertama ... 76

4.12 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesis Kedua ... 77

4.13 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Hipotesis Ketiga... 77

4.14 Uji Signifikansi Uji Parsial (Uji t) Hipotesis Pertama... 79

4.15 Uji Signifikansi Uji Parsial (Uji t) Hipotesis Kedua ... 80

4.16 Uji Signifikansi Uji Parsial (Uji t) Hipotesis Ketiga ... 81

4.17 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 82

4.18 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ... 83


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Perkembangan ROE Bank Pembangunan

Daerah... 4 1.2 Grafik Perkembangan ROA Industri Perbankan ... 5 2.1 Kerangka Konseptual ... 32


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 VAICTM Bank Pembangunan Daerah Periode 2008 ... 93 2 VAICTM Bank Pembangunan Daerah Periode 2009 ... 94 3 VAICTM Bank Pembangunan Daerah Periode 2010 ... 95 4 Ukuran Perusahaan Bank Pembangunan Daerah

Periode 2008 ... 96 5 Ukuran Perusahaan Bank Pembangunan Daerah

Periode 2009 ... 96 6 Ukuran Perusahaan Bank Pembangunan Daerah

Periode 2010 ... 97 7 Debt Ratio Bank Pembangunan Daerah Periode 2008 . 97 8 Debt Ratio Bank Pembangunan Daerah Periode 2009 . 98 9 Debt Ratio Bank Pembangunan Daerah Periode 2010 . 98 10 Return On Assets (ROA) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2008-2010 (dalam %) ... 99 11 Assets Turn Over (ATO) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2008 ... 99 12 Assets Turn Over (ATO) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2009 ... 100 13 Assets Turn Over (ATO) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2010 ... 100 14 Return On Equity (ROE) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2008-2010 (dalam %) ... 101 15 Uji Asumsi Klasik ... 101


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK

PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

intellectual capital dan fundamental perusahaan terhadap kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intellectual capital yang diukur dengan VAICTM. Variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan dan debt ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan assets turn over (ATO)

Populasi pada penelitian ini adalah 26 (dua puluh enam) Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Berdasarkan metode purposive sampling,

sampel yang digunakan adalah 18 (delapan belas) Bank Pembangunan Daerah. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik deskriptif dan metode analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, debt ratio berpengaruh signifikan terhadap rasio

return on assets (ROA), sedangkan secara parsial debt ratio memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 2) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity (ROE), sedangkan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 3) secara simultan intellectual capital, ukuran perusahaan, dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap assets turn over (ATO), sedangkan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ATO.

Kata Kunci: Intellectual Capital, Ukuran Perusahaan, Debt Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Assets Turn Over


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INTELLECTUAL CAPITAL AND CORPORATE FUNDAMENTAL ON FINANCIAL PERFORMANCE OF

REGIONAL DEVELOPMENT BANKS IN INDONESIA

This study aims to know and analyze the influence of intellectual capital and corporate fundamental on financial performance of regional development banks. Independent variables used in this study is intellectual capital as measured by VAICTM. Control variable used are size’s firm and debt ratio. The dependent variable used in this research are financial company’s performance as measured by return on assets (ROA), return on equity (ROE), and assets turn over (ATO).

Population in this study was 26 (twenty six) Regional Development Banks in Indonesia. Based on purposive sampling method, the samples used was 18 (eighteen) Regional Development Banks. Method is a method of analysis used descriptive statistics and analysis statistics that use multiple regression

The results showed that: 1) Simultaneous intellectual capital, firm size, debt ratio significant influence the ratio of return on assets (ROA), while the partial debt ratio has a negative and significant influence on ROA. 2) Simultaneous intellectual capital, firm size, and the debt ratio a significant effect on return on equity (ROE), while the partial size’s firm have a negative and significant effect on ROE. 3) Simultaneous intellectual capital, firm size, and the debt ratio has significant effect on asset turnover (ATO), while the partial size’s firm have a negative and significant effect on the ATO

Keyword: Intellectual Capital, Size’s Firm, Debt Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Assets Turn Over


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user). Dunia usaha dan perbankan merupakan dua unsur kekuatan ekonomi yang saling tergantung dalam pengembangan usaha maupun pengembangan potensi perekonomian.

Kinerja perbankan Indonesia secara umum sebelum terjadinya krisis ekonomi cukup baik dan menunjukkan kemajuan, hal ini dapat dilihat dari mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp 414 triliun dana pihak ketiga, giro tabungan dengan deposito serta kredit mengalami kenaikan menjadi Rp 304 triliun dari Rp. 266 triliun. Efisiensi pada tahun 1996 juga masih baik. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 92%, ROE 16.96%, CAR menunjukkan peningkatan (rata-rata) 12.10%. Namun sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 perbankan swasta maupun persero banyak yang mengalami kesulitan keuangan, sehingga pada 1 November 1997 terdapat 16 bank dilikuidasi, 7 bank dibekukan operasinya pada April 1998 dan pada 13 Maret 1999 terdapat 38 bank yang dilikuidasi (Surifah, 2002 dalam Almilia, 2008).

Bank harus mempertahankan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dalam manajemen bank, dan berusaha untuk lebih baik dengan menemukan


(15)

sesuatu yang baru dalam persaingan dunia usaha perbankan. Unsur kepercayaan merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dalam bidang perbankan. Untuk dapat memperoleh kinerja keuangan yang baik, yaitu dengan memperbaiki pada sistem informasinya serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia handal yang memiliki kemampuan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan bank. Peningkatan kegiatan usaha dan mulai pulihnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan akan mendorong peningkatan penghimpunan dana khususnya tabungan dan deposito. Sebagai bank yang berfungsi menjadi lembaga perantara keuangan, maka kepercayaan dari masyarakat adalah merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan mengelola bisnis perbankan sehingga masyarakat pemilik dana tetap mau menyimpan dananya di bank.

Salah satu kelompok bank yang turut berperan dalam menggerakkan perekonomian adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai pemegang keuangan daerah, yang telah diatur di dalam Undang-undang No. l3 tahun 1962 tentang asas-asas Ketentuan Bank Pembangunan Daerah, berkerja sebagai pengembangan perekonomian daerah dan menggerakkan pembangunan ekonomi daerah untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta menyediakan pembiayaan keuangan pembangunan di daerah, menghimpun dana serta melaksanakan dan menyimpan kas daerah (pemegang/penyimpanan kas daerah) selain menjalankan kegiatan bisnis perbankan.

Saat ini, jumlah BPD seluruh Indonesia mencapai 26 bank dan telah memberikan kontribusi secara maksimal bagi perekonomian daerah. Dengan


(16)

adanya modal dari pihak ketiga khususnya modal pemerintah, yang ditempatkan pada BPD menjadi beban sekaligus pendapatan. Menjadi beban karena bank diwajibkan membayar atas bunga yang ditempatkan dalam bentuk giro Pemerintah Daerah (PEMDA). Dana pihak ketiga menjadi pendapatan bagi BPD, apabila ditempatkan dalam bentuk antar bank aktiva maupun kredit kepada debitur. Jika selisih antara beban dan pendapatan yang dihasilkan lebih besar daripada penghasilan, maka keuntungan yang akan diperoleh, dan begitu sebaliknya. Bank Pembangunan Daerah (BPD) selain memiliki peranan dalam menggerakkan perekonomian daerah, BPD juga berperan sebagai penyimpan uang daerah dan kontributor utama pendapatan asli daerah (PAD), sehingga semakin baik kondisi BPD maka semakin baik peranan BPD dalam menunjang keberhasilan pembangunan di daerah tersebut (Hutapea, 2006).

Perbankan mempunyai pangsa pasar besar sekitar 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah return on equity (ROE) dan return on asset (ROA). Return on asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

earning dalam opersasinya, sedangkan return on equity (ROE) mengukur return

yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002 dalam Sudiyatno dan Jati, 2010)


(17)

Perkembangan rasio return on equity pada Bank Pembangunan Daerah dari tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut:

Sumber: Data sekunder (diolah)

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan ROE Bank Pembangunan Daerah

Dari Gambar 1.1 dapat dilihat grafik perkembangan return on equity

menunjukan perkembangan yang positif hal ini berarti laba bersih yang dimiliki oleh Bank Pembangunan Daerah terus meningkat daripada kenaikan rata-rata modal bank. Dari grafik tersebut dapat dilihat tahun 2008 ROE tertinggi ialah Bank Kaltim, tahun 2009 ROE yang tertinggi ialah Bank Kalbar dan Bank Sumut, tahun 2010 ROE yang tinggi ialah Bank Jambi.

Selain rasio return on equity, mengukur rasio profitabilitas dapat dilihat dari perkembangan return on assets (ROA). Menurut ketentuan Bank Indonesia, standar yang paling baik untuk return on assets dalam ukuran Bank Indonesia yaitu 1.5%

0 10 20 30 40 50 60

2008 2009 2010


(18)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia

Gambar 1.2

Grafik Perkembangan ROA Industri Perbankan

Dari Gambar 1.2 indikator return on assets Bank pembangunan Daerah menunjukkan perkembangan yang positif sesuai dengan standar return on assets

ukuran Bank Indonesia yaitu diatas 1.5%. Tahun 2008 ROA Bank Pembangunan Daerah sebesar 3.70 meningkat 0.62 point dari tahun 2007. Di tahun 2009 kinerja profitabilitas Bank Pembangunan Daerah mengalami penurunan 0.05 point dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 menunjukan peningkatan 0.17 point dari 3.65 menjadi 3.82

Dalam perkembangan globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan bisnis yang ketat memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara dalam menjalankan bisnisnya. Agar perusahaan terus bertahan, perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang berkarakteristik ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management), kemakmuran suatu

0 1 2 3 4 5

2006 2007 2008 2009 2010

Bank Umum Bank Persero BUSN Devisa BUSN Non Devisa BPD

Bank Campuran Bank Asing


(19)

perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri (Kuryanto dan Syafruddin, 2008).

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

knowledge asset (aset pengetahuan) adalah Intellectual Capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Modal intelektual telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.

Fenomena intellectual capital di Indonesia berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2009) mengenai aktiva tidak berwujud. Walapun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai intellectual capital, tetapi kurang lebih

intellectual capital telah mendapatakan perhatian. Menurut PSAK No.19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002 dalam Purnomosidhi, 2006).


(20)

Walapun dalam PSAK 19 (revisi 2009) secara implisit menyinggung mengenai intellectual capital, tetapi penelitian mengenai kinerja intellectual capital di Indonesia masih terhitung baru dan dalam dunia bisnis praktik

intellectual capital masih belum diperkenalkan secara luas di Indonesia. Sebab sampai dengan saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin teknologi. Selain itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital structural capital, dan customer capital. Semestinya hal tersebut harus diperhatikan oleh perusahaan karena semua itu merupakan elemen pembangun intellectual capital

bagi perusahaan.

Sveiby (1997 dalam Suhendah, 2005) mengklasifikasikan intangibles ke dalam tiga kategori, yaitu internal structure, external structure, dan employee competence. Internal Structure meliputi the organisational structure, legal parameters, sistem-sistem manual, penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External Structure mencakup merk dagang dan hubungan antara pelanggan dan pemasok. Employee Competence meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan (revenues).


(21)

Tabel 1.1.

Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan Tertinggi BPD

(dalam Rupiah)

NO Nama Bank Biaya Pendidikan dan Pelatihan 2010 2009 1 PT BPD JAWA BARAT DAN BANTEN 18. 219.000.000 14. 852.000.000 2 PT BPD BALI 5.149.920.460 8.501.758.740 3 PT BPD JAWA TENGAH 9.315.504.961 9.623.924.286 4 PT BPD KALIMANTAN BARAT 5.462.037.000 6.041.255.409 5 PT BPD KALIMANTAN TIMUR 6.403.320.940 7.225.708.106 6 PT BPD NUSA TENGGARA TIMUR 7.439.101.983 5.315.415.000 7 PT BPD NAGARI (SUMATERA

BARAT)

16.453.092.448 12.506.375.000

8 PT BDP RIAU KEPRI 14.964.288.728 14.178.187.988 9 PT BDP SULAWESI SELATAN 7.099.799.918 5.395.203.910 10 PT BDP SUMATERA UTARA 17.106.066.393 14.823.923.339 Sumber: Data diolah, 2012

Tabel 1.1 pendidikan dan pelatihan merupakan Employee Competence

salah satu komponen dari intellectual capital. Bank Pembangunan Daerah mengeluarkan biaya pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan yang paling tinggi adalah PT BPD BJB. Berdasarkan laporan tahunan 2010 Bank BJB memberikan pendidikan dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal.

Pelatihan internal meliputi keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan

karyawan, dan pelatihan eksternal yang meliputi seminar, workshop, dan pelatihan

sejenis lainnya yang bersifat menambah wawasan serta kompetensi.

Pengakuan terhadap modal intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et al. 2005). Karena sulitnya mengukur intellectual capital


(22)

secara langsung tersebut, Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap intellectual capital (IC) dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient–VAIC™).

Chen et al. (2005) menggunakan model Pulic (VAIC™) untuk menguji pengaruh antara intellectual capital (IC) dengan nilai pasar dan kinerja keuangan, dimana hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh secara positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Sementara penelitian yang dilakukan Tan et al. (2007) di Bursa Efek Singapore menunjukkan bahwa

intellectual capital (VAIC™) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kontribusi intellectual capital (VAIC™) terhadap kinerja perusahaan berbeda berdasarkan jenis industrinya. Temuan Tan et al. (2005) tersebut selaras dengan penelitian Bontis (2001) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa intellectual capital (VAIC™) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Di Indonesia, penelitian tentang intellectual capital diantaranya telah dilakukan oleh Ulum (2008) yang berhasil membuktikan bahwa: (1) intellectual capital (VAIC™) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, (2)

intellectual capital (VAIC™) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan, (3) Rate of growth of intellectual capital (ROGIC) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian-penelitian Firer dan Williams (2003) menunjukan bahwa


(23)

kinerja perusahaan. sedangkan Kuryanto dan Syafruddin (2008) menunjukkan tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel independen ialah intellectual capital yang diukur dengan menggunakan metode VAICTM. Variabel dependen yang digunakan ialah kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan assets turn over

(ATO) yang merujuk pada penelitian Solikhah et al. (2010) dan penelitian Ulum

et al. (2008). Selain variabel dependen dan independen pada penelitian ini menambahkan variabel kontrol yang merujuk pada penelitian Firer and Williams (2003), variabel kontrol yang digunakan ialah ukuran perusahaan, debt ratio. Dari uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Intellectual Capital dan Fundamental Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusaan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio mempengaruhi kinerja keuangan yaitu rasio


(24)

2. Apakah intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio mempengaruhi kinerja keuangan yaitu rasio

return on equity (ROE) Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia? 3. Apakah intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari

ukuran perusahaan dan debt ratio mempengaruhi kinerja keuangan yaitu rasio

assets turn over (ATO) Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio terhadap kinerja keuangan yaitu rasio return on assets (ROA) Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio terhadap kinerja keuangan yaitu rasio return on equity (ROE) Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia.

3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio terhadap kinerja keuangan yaitu rasio assets turn over (ATO) Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori

intellectual capital, dan mengenai kinerja keuangan Bank Pembangunan Daerah (BDP) di Indonesia

b. Bagi Perusahaan

Sebagai pertimbangan dan masukan bagi Bank Pembangunan Daerah untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dengan menggunakan intellectual capital.

c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Diharapkan dapat memberikan kejelasan dari teori-teori mengenai kinerja

intellectual capital dan seberapa besar pengaruhnya dalam meningkatkan nilai perusahaan.

d. Bagi Pihak Lain


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Kinerja Keuangan Perusahaan

2.1.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengertian kinerja keuangan perusahaan adalah penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sudiyatno dan Jati, 2010). Bagi investor, informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah perusahaan dapat mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik.

2.1.1.2 Tujuan Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan

Munawir (2007:31) menyatakan bahwa tujuan dari analisa kinerja keuangan perusahaan adalah:

a. Mengetahui tingkat likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. b. Mengetahui tingkat solvabilitas


(27)

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Mengetahui tingkat stabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan 2.1.2.1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya (Kasmir, 2008:104). Hasil rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target yang sudah ditetapkan. Kemudian dapat dinalai sebagai kemampuan manajemen dalam memperdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.


(28)

2.1.2.2. Jenis-Jenis Rasio

Jenis-jenis rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2008:172). Rasio-rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya. Ada beberapa macam rasio aktivitas, antara lain: asset turn over, account receivable turn over, fixed asset turn over,

inventory turn over, average collection period.

2. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen (Syahyunan, 2004:83). Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Ada beberapa macam rasio profabilitas, antara lain: gross profit margin, operating


(29)

profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity, dan basic earning power.

3. Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2008:151) rasio solvabilitas atau leverage ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari kreditur, semakin tinggi resiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh kewajiban dan bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio solvabilitas, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Ada beberapa macam rasio leverage antara lain: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt toequity, dan time intersted earned.

Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yaitu Return On Assets dan Return On Equity, rasio aktivitas yaitu Asset Turn Over rasio leverage yaitu Debt Ratio.

a. Return On Asset (ROA )

Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. b. Return On Equity (ROE)


(30)

Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini, maka posisi pemilik perusahaan semakin kuat c. Rasio Perputaran Aktiva (Asset Turn Over)

Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dalam jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

d. Rasio total hutang terhadap total aktiva (Debt Ratio)

Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan terhadap total aktiva.

2.1.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun. Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana lebih banyak untuk diinvestasikan dalam

intellectual capital. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar akan membuat pengelolaan dan pemeliharaan intellectual capital menjadi semakin optimal dan akan menghasilkan kinerja intellectual capital yang lebih tinggi. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan (Putri, 2011).


(31)

2.1.4. Intellectual Capital

2.1.4.1 Definisi Intellectual Capital

Istilah intellectual capital pertama kali dikemukakan oleh John Kenneth Galbraith yang menulis surat yang ditujukan kepada teman sejawatnya, Michal Kalecki pada tahun 1969. Dalam tulisannya, Galbraith mengemukakan berikut ini:

“I wonder if you realize how much those of us the world around have owed to the

intellectual capital you have provided over these last decades” (Hudson, 1993 dalam Purnomosidhi, 2006). Kemudian modal intelektual dijelaskan secara rinci oleh Peter Drucker dalam tahun 1993 dalam bukunya “Post Capitalist Society”. Sampai dengan akhir tahun 1990, referensi terhadap modal intelektual dalam publikasi bisnis kontemporer menjadi hal yang lazim. Bahkan, Stewart telah diakui sebagai pencetus kelahiran dunia baru intelektual kapitalis (Bontis, 2000 dalam Purnomosidhi, 2006).

Stewart (dalam Ulum, 2009:19) mendefinisikan intellectual capital

sebagai berikut: “The sum of everything everybody in your company knows that gives you acompetitive edge in the market place. It is intellectual material

knowledge, information, intellectual property, experience that can be put to use to

create wealth”. Edvinsson dan Malone (dalam Ulum, 2009:21)

mengidentifikasikan intellectual capital sebagai nilai yang “tersembunyi” (hidden value) dari bisnis, ”tersembunyi” digunakan untuk menghubungkan dua hal, pertama tidak terlihat secara umum layaknya aset tradisional, kedua tidak terlihat ada laporan keuangan.


(32)

Secara umum intellectual capital didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau dari

financial capitalnya. Hal ini berdasarkan observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasarkan pengetahuan keuangan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan (Roslender dan Fincham, 2004 dalam Ulum, 2009:21).

2.1.4.2 Komponen Intellectual Capital

IFAC (1998 dalam Ulum, 2009:29) mengklasifikasikan intellectual capital

dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3) Human Capital. Tabel berikut menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponen-komponennya.

Tabel 2.1

Klasifikasi Intellectual Capital

Organizational Capital Relational Capital Human Capital Intellectual Property:

Patents Copyrights Design rights Trade secret Trademarks Service marks

Infrastructures Assets: Management philosophy Corporate culture Management processes Information system Networking system Financial relation Brands Customers Customer loyalty Backlog orders Company names Distribution channels Business collaborations Licencing agreements Favourable contracts Franchising agreements Know-how Education Vocational qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit, innovativeness, proactive and reactive abilities, changeability Psychometric Valuation


(33)

Skema modal intelektual menurut Sveby (1997), Stewart (1997), dan Edvinson dan Sullivan (1996 dalam Suhendah, 2005) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal intelektual yang melekat pada organisasi (structural capital), dan modal intelektual yang melekat pada hubungan dengan pihak eksternal (customer capital). Berikut elemen-elemen tersebut:

2.1.4.2.1 Human Capital

Human capital didefinisikan sebagai pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pegawai bawa ketika pegawai meninggalkan perusahaan (Starovic & Marr, dalam Astuti dan Arifin, 2005). Beberapa dari pengetahuan tersebut bersifat unik untuk setiap individu dan berberapa lainnya bersifat umum, misalnya kapasitas inovasi, kreativitas, pengalaman, kapasitas pembelajaran, loyalti, pendidikan formal, dan pendidikan informal (Starovic & Marr, 2004 dalam Astuti dan Arifin, 2005).

Human capital meliputi pengetahuan individu dari suatu organisasi yang terdapat pada pegawainya dihasilkan melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual). Kompetensi tersebut dapat meliputi pendidikan dan ketrampilan. Sikap dapat meliputi komponen perilaku dari pegawai. Kecerdasan intelektual dapat menjadikan pegawai lebih sistematis dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan solusi-solusi untuk kemajuan perusahaan. Meskipun pegawai dianggap sebagai aset oleh perusahaan, tetapi mereka bukanlah barang yang bisa dimiliki perusahaan.


(34)

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual karena hal ini merupakan sumber inovasi dan pembaharuan strategik (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, ketrampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital ditujukan pada segala sumberdaya yang secara utuh dikontribusikan kepada organisasi dengan tujuan untuk kelangsungan organisasi.

Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasikan solusi terbaik berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh orang- orang yang ada dalam perusahaan tersebut (Suwardjono dan Kadir, 2003).

Human capital merupakan kombinasi warisan genetik, pendidikan, pengalaman, dan sikap tentang hidup dan bisnis. Esensi dari human capital adalah kecerdasan suatu organisasi yang didapat dari kemampuan yang dimiliki oleh orang- orang yang ada didalam organisasi tersebut. Suatu organisasi akan meningkat kinerjanya jika organisasi tersebut dapat memanfaatkan human capital

yang dimilikinya.

2.1.4.2.2. Structural Capital

Structural capital merupakan pengetahuan dalam organisasi yang independen dari orang-orang atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut. Structural capital terdiri atas perjanjian, database, informasi, sistem, budaya, prosedur, sistem administrasi, kebiasaan, best


(35)

practise, sistem operasional perusahaan, filosofi manajemen dan semua bentuk intelektual properti yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Selain itu, termasuk dalam structural capital adalah semua hal selain manusia yang berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi termasuk struktur organisasi, strategi, rutinitas, software dan hardware dan semua hal yang nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materinya (Astuti dan Arifin, 2005).

2.1.4.2.3. Customer Capital

Customer capital merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sumber eksternal dari organisasi seperti pelanggan, pemasok, kreditur, jaringan, gabungan strategi, saluran distribusi. Customer capital tercipta dari hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari pemasok yang andal dan berkualitas, para pelanggan yang merasa loyal dan puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Customer capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Sumber eksternal ini menciptakan persepsi masa depan yang positif dari sebuah organisasi yang meliputi image, reputasi, loyalitas pelanggan, kekuatan komersial, kemampuan negosiasi dengan entitas keuangan dan aktivitas lingkungan.


(36)

2.1.4.3. Pengukuran Intellectual Capital (IC)

Penelitian tentang intellectual capital telah menjamur sehingga mengubah baik bentuk maupun cakupannya (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48). Penelitian juga telah mengarah kepada sejumlah rerangka untuk mengklasifikasikan dan mengukur konsep intellectual capital. Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model. Model ini mengklasifikasikan intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia Value Scheme, yang mengklasifikasikan

intellectual capital ke dalam structural capital dan human capital. Haanes dan Lowendahl (1997) mengelompokkan intellectual capital suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources. Model yang dikembangkan Lowendahl (1997) memperbaiki model di atas dan membagi kategori kompetensi dan rasional menjadi dua sub-group (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48):

1. individual; dan 2. collective .

Stewart (1997 dalam Ulum, 2009:48) mengklasifikasikan intellectual capital

ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1. human capital

2. structural capital

3. customer capital

The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengelompokkan


(37)

mengembangkan the 4-Leaf model , yang mengelompokkan intellectual capital ke dalam human, customer, structural capital dan strategic alliance capital (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48).

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49), yaitu:

1. kategori yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2. kategori yang menggunakan ukuran moneter.

Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis moneter (Tan et al.

2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) b. Brooking’s Technology Broker method (1996)

c. The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone (1997) d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997)

e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997) f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000)

g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000) h. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000).

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The EVA and MVA model (Bontis et al. 1999) b. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis) c. Tobin’s q method (Luthy, 1998)


(38)

e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000)

f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001).

2.1.5. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™)

Metode VAICTM atau Value Added Intellectual Coefficient dikembangkan oleh Pulic (1998). Metode VAICTM didesain untuk menyajikan informasi tentang

value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added

adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic 1999 dalam Ulum, 2009:86)

Tan et al. (2007 dalam Ulum, 2007) menyatakan bahwa outputs (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar. Inputs (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh

revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intelektual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity). Hasilnya adalah bahwa VA mengekpresikan the new created wealth of a period.


(39)

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employee (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari Capital Employee

(CE) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan Capital Employee. Dengan demikian, pemanfaatan Capital Employee yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:87).

Hubungan selanjutnya adalah value added (VA) dan human capital (HC).

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak value added

dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara value added dan human capital mengindikasikan kemampuan dari human capital untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:87). Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic (1998) berargumen bahwa total salary and wage costs adalah indikator dari

human capital perusahaan.

Hubungan ketiga adalah structural capital coefficient (STVA), yang menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. Structural capital value added (STVA) mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai. Structural capital


(40)

bukanlah ukuran yang independen sebagaimana human capital, artinya, menurut Pulic (1999), semakin besar kontribusi human capital dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi structural capital dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic (1999) menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000 daam Ulum, 2009:88)

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:88).

Keunggulan metode Pulic adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran intellectual capital lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lainnya. Konsekuensinya, kemampuan untuk menerapkan pengukuran intellectual capital alternatif tersebut secara konsisten terhadap sampel yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer and Williams, 2003 dalam Ulum 2007).


(41)

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulum, Ghozali dan Chariri (2008)

Meneliti tentang intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan; suatu analisis dengan pendekatan partial least squares. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif intellectual capital (VAICTM) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa sekarang dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Serta apakah ada pengaruh positif rata-rata pertumbuhan intellectual capital (ROGIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

2. Penelitian Firer and Williams (2003)

Melakukan penelitian Intellectual capital and traditional measures of corporate performance pada 75 perusahaan publik di Afrika Selatan. Variabel yang digunakan menggunakan kinerja perusahaan yaitu rasio profitabilitas (ROA), rasio produktifitas (ATO), dan nilai pasar yang diproksikan oleh market to book value ratio (MB), dan menambahkan variabel kontrol yaitu size of firm,leverage, ROE dan industry type. Hasilnya menunjukkan bahwa physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan di Afrika Selatan.

3. Penelitian Chen et al. (2005)

Penelitian yang mengukur pengaruh kinerja intellectual capital (VAIC™) terhadap nilai pasar (market to book value) dan kinerja keuangan yang meliputi ROE, ROA, GR (Growth in Revenues), dan EP (Employee Productivity) dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Hasilnya intellectual capital


(42)

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menambahkan variabel research and development (R&D) dan advertising expenditure sebagai instrumen untuk memperkuat daya prediksi VAICTM.

4. Badingatus Solikhah, Abdul Rohman, dan Wahyu Meiranto (2010)

Melakukuan penelitian tentang Implikasi Intellctual Capital terhadap

Financial Performance, Growth and Market Value; studi empiris dengan pendekatan simplistic. Modal Intelektual terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Modal Intelektual terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. Modal Intelektual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. 5. Kuryanto dan Syafruddin (2008)

Meneliti tentang pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan pada 73 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya menunjukan tidak ada pengaruh positif antara modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerjanya, semakin tinggi nilai modal intelektual sebuah perusahaan, kinerja masa depan perusahaan tidak semakin tinggi, tidak ada pengaruh positif antara tingkat pertumbuhan modal intelektual sebuah perusahaan dengan kinerja masa depan perusahaan, kontribusi modal intelektual untuk sebuah kinerja masa depan perusahaan akan berbeda sesuai dengan jenis industrinya.


(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk menciptakan dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank, tidak hanya menjadi tanggung jawab industri perbankan, akan tetapi menjadi tanggung jawab pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait. Dengan demikian kepercayaan masyarakat terhadap bank merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjaga kontinuitas usaha bank, menciptakan dan menjaga kestabilan moneter disatu pihak dan stabilitas ekonomi di lain pihak.

Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD), maka perusahaan harus mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (IC). Intellectual capital

seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis.

Menurut Pulic (1998 dalam Ulum, 2009:87), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang


(44)

(direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemapuan yang melekat pada mereka) yang secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.

Variabel independen intellectual capital (IC) diukur secara agregat dengan menggunakan VAICTM. Adapun komponen VAICTM meliputi value added capital employee (VACA), yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan,

value added human capital (VAHU), yaitu kalkulasi dari kemampuan SDM perusahaan, dan structural capital value added (STVA), yaitu kalkulasi untuk kemampuan organisasi dalam perusahaan. Dalam penelitian ini, menggunakan variabel kontrol yang digunakan sama dengan penelitian Firer and Williams (2003), yaitu menggunakan variabel umur perusahaan dan leverage yang menggunakan debt ratio.

Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode/kurun waktu tertentu. Sebagian besar dari hasil–hasil penelitian, seperti penelitian Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menunjukkan bahwa Modal Intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektualnya diyakini mampu menciptakan value added serta mampu menciptakan competitive advantage dengan melakukan inovasi, penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan penelitian Kuryanto dan Syafruddin (2008) menunjukkan hasil tidak ada pengaruh positif antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan.


(45)

Variabel kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Ulum et al. (2008) dan Solikhah et al. (2010) yaitu menggunakan rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan assets turn over (ATO). Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 2.1

Sumber: Firer and Williams (2003), Ulum et al. 2009 (data diolah) Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Kinerja Intellectual

Capital VAICTM

Financial Performance VACA

VAHU

STVA

Control Variabel SIZE DEBT RATIO

ROA

ROE


(46)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu rasio return on assets (ROA) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia.

2. Intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu rasio return on equity (ROE) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia.

3. Intellectual capital dan fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yaitu rasio asset turn over (ATO) Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian sebab akibat (causal research), yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Erlina, 2007:21).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank Indonesia dan juga melalui website masing-masing Bank Pembangunan Daerah (BPD). Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan

April 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

a. Variabel bebas (independent variabel), yang mencakup: Kinerja

Intellectual Capital (VAICTM) yang terdiri dari capital employed

(VACA), human capital (VAHU) dan structur capital (STVA)

b. Variabel kontrol (control variabel) yang mencakup ukuran perusahaan (size firm), dan debt ratio


(48)

c. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu kinerja keuangan perusahaaan yang terdiri dari rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan assets turn over (ATO).

2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD)

3. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan Bank Pembangunan Daerah periode 2008-2010.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Kinerja intellectual capital diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC™ yang dikembangkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000 dalam Ulum, 2007)

Adapun rumus untuk mencari komponen pembentuk VAICTM adalah sebagai berikut:

3.4.1.1. Menghitung Value Added (VA).

Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value


(49)

creation). Value added (VA) dihitung sebagai selisih antara output dan input

(Public, 1999 dalam Ulum, 2009:86)

VA = OUT – IN Dimana:

OUT = Total penjualan dan pendapatan lainnya

IN = Beban penjualan dan biaya lainnya (selain beban karyawan) 3.4.1.2. Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk value added (VA) yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

����= ��

��

Dimana:

VACA = Value added capital employed

VA = Value added

CE = Capital employed, dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) 3.4.1.3. Menghitung Value Added Human capital (VAHU)

VAHU menunjukan beberapa banyak value added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital (HC) terhadap value added organisasi.

���� = ��


(50)

Dimana:

VAHU = Value added human capital VA = Value added

HC = Human capital

3.4.1.4. Menghitung Structural Capital Value Added (STVA)

Structural capital value added (STVA) mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital dalam penciptaan nilai. Pulic juga menyatakan bahwa structural capital adalah value added

dikurangi human capital, hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional. (Pulic 2000 dalam Ulum 2009)

���� = ��

��

SC = VA - HC Dimana:

STVA = Structural capital value added

SC = Structural capital VA = Value added

HC = Human capital

3.4.1.5. Menghitung Value Added Intellctual Coefficient (VAICTM)

VAICTM mengidentifikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya


(51)

Dimana

VAICTM = Value Added Intellctual Coefficient

VACA = Value added capital employed

VAHU = Value added human capital STVA = Structural capital value added

3.4.2. Variabel Kontrol (Control Variabel)

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini:

3.4.2.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun. Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Ukuran perusahaan pada penelitian ini mengacu pada Haniffa dan Cooke (2005) dan Freedman dan Jaggi (2005) yang menggunakan natural logaritma total asset sebagai proksi ukuran (size) perusahaan (Suhardjanto dan Mari, 2010)

Ukuran Perusahaan = ln Total Aset 3.4.2.2. Debt Ratio

Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan


(52)

terhadap total aktiva. Pada penelitian Firer and Williams (2003) menggunakan rumus debt ratio sebagai berikut:

��������� =���������������������������������

���������������������������������

3.4.3. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan (Kuncoro, 2009:50). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

3.4.3.1. Return on Assets (ROA)

Return on assets (ROA) memperlihatkan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Menurut Ulum et al. (2008) rumus yang digunakan untuk menghitung rasio return on asset (ROA), adalah sebagai berikut:

��� =����������

���������

3.4.3.2. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal.Menurut Kuryanto dan Syafruddin (2008) menghitung ROE adalah sebagai berikut:

��� = �����������������

�����������������������

3.4.3.3. Assets Turn Over (ATO)

Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dalam jumlah penjualan yang diperoleh dari


(53)

tiap rupiah aktiva. Menurut Ulum et al. (2008) menghitung ATO adalah sebagai berikut:

���= ���������������

���������

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri ats objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang berjumlah 26 bank. 3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No Karakteristik Perusahaan Jumlah

1 Jumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) 26 2 Bank Pembangunan Daerah yang tidak

mempublikasikan laporan keuangan pertahun secara lengkap selama tahun 2008-2010

(8)

Jumlah Sampel 18

Sumber : Website Bank Pembangunan Daerah (BDP) (data diolah 13/5/2012) Dengan demikian diperoleh 54 sampel data dari 18 objek penelitian. 18


(54)

Tabel 3.2

Nama-Nama Bank Pembangunan Daerah No Daftar Bank

1 PT BPD BALI

2 PT BPD BANK JAWA BARAT DAN BANTEN 3 PT BPD BENGKULU

4 PT BPD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 5 PT BPD DKI

6 PT BPD JAMBI

7 PT BPD JAWA TENGAH 8 PT BPD JAWA TIMUR

9 PT BPD KALIMANTAN BARAT 10 PT BPD KALIMANTAN SELATAN 11 PT BPD KALIMANTAN TIMUR 12 PT BPD KALIMANTAN TENGAH 13 PT BPD NUSA TENGGARA BARAT 14 PT BPD NUSA TENGGARA TIMUR 15 PT BDP RIAU KEPRI

16 PT BPD NAGARI (SUMATERA BARAT) 17 PT BPD SULAWESI SELATAN

18 PT BPD SUMATERA UTARA Sumber: website Bank Pembanguan Daerah 3.6 Jenis dan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari hasil publikasi Bank Indonesia, website Bank, buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan, buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder


(55)

yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan website masing-masing Bank.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif dan teknik analisis statistik sebagai berikut:

3.8.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi.

3.8.2 Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara kinerja intellectual capital, ukuran perusahaan, debt ratio dengan rasio return on assets, return on equity, assets turn over. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Yi = α + b1VAICTM + b2Size + b3DR + e Keterangan:

Y1 = Return on aseets (ROA) Y2 = Return on equity (ROE) Y3 = Assets turn over (ATO)


(56)

VAICTM = Value Added Intellectual Capital Coefficient

Size = Ukuran Perusahaan DR = Debt Ratio

b1-b3 = Koefisien Regresi untuk masing-masing variabel bebas

e = Error of term

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik

Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

3.8.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal dari gambar normal P-Plot. Uji ini juga dilakukan melalui analisis Kolmogorov-Smirnov, Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal Ha = data rasidual tidak berdistribusi normal


(57)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asymp.Sig

(2 tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

3.8.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF (variance Inflation Factor) dengan ketentuan:

Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas.

3.8.3.3 Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin-Watson, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:


(58)

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Jika Keputusan

Tidak ada autokorelasi positif 0 < DW < dL Ditolak Tidak ada autokorelasi positif DL < DW < dU No decision Tidak ada autokorelasi negatif 4-dL< DW < 4 Ditolak Tidak ada autokorelasi negatif 4-dU < DW < 4-dL No decision Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

dU < DW < 4-dU Tidak ditolak Sumber: (Situmorang et al. 2008:86)

Keterangan:

dL = Batas bawah dU = Batas Atas

3.8.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pemgamatan sama, maka disebut homokesdastisitas. Sedangkan jika tidak sama disebut heteroskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.


(59)

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikans I > dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.

3.9 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

3.9.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.


(60)

3.9.2 Uji Signifikansi simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas dan variabel kontrol secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

H0: bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari VAICTM, ukuran perusahaan, debt ratio terhadap rasio ROA, ROE dan ATO

Ha: bi≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari dari VAICTM, ukuran perusahaan, debt ratio terhadap rasio ROA, ROE dan ATO

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. F > 0.05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas dan variabel kontrol terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0.05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas dan variabel kontrol terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak Ha diterima pada α = 5% Jika Fhitung≤ Ftabel maka H0 diterima Haditolak pada α = 5%


(61)

3.9.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas dan variabel kontrol secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat:

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho: bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara VAICTM, ukuran perusahaan, debt ratio terhadap rasio ROA, ROE dan ATO.

Ha: bi = 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara VAICTM, ukuran perusahaan, debt ratio terhadap rasio ROA, ROE dan ATO

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0.05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas dan variabel kontrol terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t < 0.05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel kontrol terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

H0 diterima jika- ttabel < thitung < ttabel pada α = 5%


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Profil Bank Pembangunan Daerah

Keberhasilan pembangunan di daerah merupakan kunci penting dalam keberhasilan pembagunan nasional secara menyeluruh. Untuk mempercepat terlaksananya usaha pembanguan nasional di daerah-daerah maka didirikan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang Agent of Regional Development memiliki cirri kegiatan khusus yang membedakannya dari lembaga-lembaga perbankan pada umunya, yaitu dari segi modal, dana yang dihimpun dan kredit yang disalurkan sangat terkait dengan pemerintah daerah setempat.

Fungsi BPD diatur melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.dalam UU tersebut bahwa BPD memberikan pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan, dan pembaruan proyek-proyek pembangunan didaerah, baik oleh pemerintahan daerah maupun swasta. Disinilah fungsi intermediasi bank BPD. Selanjutnya dalam UU NO 8/1998 tentang perbankan BPD termasuk dalam bank umum yang berkewajiban menyalurkan kredit.

Lapangan usaha bank pembangunan daerah pada umumnya sama dengan lapangan usahaa bank pembanguan milik Negara. Lapangan usaha utamanya adalah menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembanguan didaerah dalam rangka pembanguan nasional, dengan cara:


(1)

LAMPIRAN 14

Return On Equity (ROE) Bank Pembangunan Daerah

Periode 2008-2010 (dalam %)

No

Nama Bank

2008

2009

2010

1

BALI

25.13

26.74

28.09

2

BJB

24.98

28.09

24.95

3

BENGKULU 35.03

26.13

34.43

4

DIY

26.10

21.00

19.46

5

DKI

15.04

17.00

32.92

6

JAMBI

32.55

29.46

48.39

7

JATENG

37.30

34.23

26.02

8

JATIM

31.48

28.59

40.57

9

KALBAR

30,72

38.74

39.77

10

KALSEL

27.71

30.67

32.56

11

KALTIM

46.85

25.52

29.11

12

KALTENG

29.31

18.29

30.78

13

NTB

26.98

26.10

40.06

14

NTT

23.91

24.37

22.23

15

RIAU

28.82

23.75

28.96

16

NAGARI

19.94

21.08

32.05

17

SULSEL

19.89

28.71

31.85

18

SUMUT

20.57

38.09

39.03

LAMPIRAN 15

Uji Asumsi Klasik

Histogram Dependent variabel Return On Assets (ROA)

Normal P-Plot ROA


(2)

Histogram Dependent variabel Assets Turn Over (ATO)


(3)

Normal P-Plot ATO

Histogram Dependent variabel Return On Equity (ROE)


(4)

Normal P-Plot ROE


(5)

Scatter plot ATO

Scatter plot ROE


(6)

Uji Glesjer ROA

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .024 .023 1.044 .302

VAIC .000 .001 -.045 -.308 .759

Lnsize .000 .001 .074 .466 .643

DR -.027 .028 -.150 -.948 .348

a. Dependent Variable: absut

Uji Glesjer ATO

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.011 .081 -.132 .895

VAIC -.001 .004 -.036 -.242 .810

Lnsize .000 .003 .018 .115 .909

DR .027 .099 .043 .272 .787

a. Dependent Variable: absut1

Uji Glesjer ROE

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.154 .189 -.815 .419

VAIC .007 .008 .117 .801 .427

Lnsize -.003 .007 -.074 -.467 .642

DR .269 .231 .183 1.164 .250