BAB V - DOCRPIJM 15091794635 BAB V DOK

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

BAB V
KETERPADUAN STRATEGI
PENGEMBANGAN
KABUPATEN ACEH TENGGARA

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ACEH
TENGGARA TAHUN 2013-2033
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara telah ditetapkan secara
hukum dalam bentuk peraturan daerah atau qanun dengan nomor Qanun
Kabupaten Aceh Tenggara No. 1 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu
diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a.

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Tenggara (KSK) yang

didasari sudut kepentingan:
1. Pertahanan Keamanan
2. Ekonomi
3. Lingkungan Hidup
4. Sosial Budaya
5. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

1

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

i.

Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.

ii.

Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan
seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c.

Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta
Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan
zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan,
dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur
ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Tenggara (KSK) diperlukan sebagai dasar
pembangunan


infrastruktur

Bidang

Cipta

Karya.

Pada

pembangunan

infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat
terwujud. Tabel 5.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW Kabupaten Aceh
Tenggara untuk Bidang Cipta Karya, Tabel 5.2 memaparkan Identifikasi
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Tenggara (KSK), serta Tabel 5.3
memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk Bidang Cipta Karya.


2

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 5.1
Arahan RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten, terdiri
atas:
a. Rencana Kawasan Lindung;
b. Rencana Kawasan Budidaya.
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan Lindung Kabupaten Aceh
terdiri dari :
a. Kawasan Hutan Lindung;
b. Kawasan Perlindungan Setempat;

c. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian
Cagar Budaya;
d. Kawasan Rawan Bencana.
Kawasan Lindung Kabupaten Aceh
seluas 84.888,30 Ha
(85,83 %
Kabupaten Aceh Tenggara).

Tenggara

Alam dan

Tenggara
dari luas

Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya Kabupaten Aceh Tenggara
terdiri atas:
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi;
b. Kawasan Peruntukan Pertanian;

c. Kawasan Peruntukan Perkebunan;
d. Kawasan Peruntukan Peternakan;
e. Kawasan Peruntukan Perikanan;
f. Kawasan Peruntukan Pertambangan;
g. Kawasan Peruntukan Industri;
h. Kawasan Peruntukan Pariwisata;
i. Kawasan Peruntukan Permukiman;
j. Kawasan Peruntukan Lainnya meliputi:
- Kawasan Peruntukan Perikanan
- Kawasan Perkebunan Campuran
- Kawasan Instalasi Pertambangan Panas
Bumi

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, terdiri atas:
A. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten; dan
B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten.
A. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten
Penetapan Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Aceh Tenggara meliputi:
a. PKL (Pusat Kegiatan Lokal);
b. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan);

c. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan.
PKL (Pusat Kegiatan Lokal)
PKL (Pusat Kegiatan Lokal) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria :
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Menurut RTRW Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, PKL di Kabupaten Aceh Tenggara
adalah Kutacane, yang meliputi kawasan perkotaan ibukota Kabupaten Aceh Tenggara.
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan)
PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, maka PPK di wilayah Kabupaten Aceh
Tenggara adalah sebagai berikut :
1. PPK Kuta Tengah di Kecamatan Lawe Sigala-gala;
2. PPK Simpang Semadam di Kecamatan Semadam;
3. PPK Kuta Lang-Lang di Kecamatan Bambel;
4. PPK Purwodadi di Kecamatan Badar; dan

5. PPK Lawe Beringin di Kecamatan Ketambe.
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa.

3

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang
-

Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan Khusu Pelabuhan Bebas Sabang
Kawasan
Potensi
Peruntukan
Pertambangan

Arahan Struktur Ruang

Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, maka PPL di wilayah Kabupaten Aceh
Tenggara adalah sebagai berikut :
1. PPL Ngkeran di Kecamatan Lawe Alas;
2. PPL Lawe Sumur di Kecamatan Babul Rahmah;
3. PPL Tenembak Alas di Kecamatan Tanoh Alas;
4. PPL Sejahtera di Kecamatan Babul Makmur;
5. PPL Kane Mende di Kecamatan Leuser;
6. PPL Lawe Dua di Kecamatan Bukit Tusam;
7. PPL Lawe Sumur di Kecamatan Lawe Sumur;
8. PPL Lawe Sagu di Kecamatan Lawe Bulan;
9. PPL Mamas di Kecamatan Darul Hasanah; dan
10. PPL Beriring Naru di Kecamatan Deleng Pokhkisen.
B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten meliputi :
a). Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
b). Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan
c). Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
d). Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
e). Rencana Pengembangan Infrastruktur Perkotaan
f). Rencana Pengembangan Sarana Lainnya
a) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Yaitu

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Udara
b) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi Listrik
Perkembangan ekonomi, sosial, politik dan keamanan suatu Negara atau suatu wilayah
memerlukan dukungan pasokan energi yang handal termasuk tenaga listrik. Tenaga listrik
sebagai salah satu bentuk energi final memegang peranan yang sangat penting untuk
mendorong berbagai aktivitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Disisi lain, pembangunan sarana dan prasarana tenaga listrik memerlukan investasi yang
sangat tinggi, mengingat investasi pada bidang ini bersifat padat modal, teknologi dengan
resiko investasi tinggi serta memerlukan persiapan dan konstruksi yang lama.
Rencana pengembangan yang dilakukan adalah :
Menjamin penyediaan daya, mutu dan keandalan tenaga listrik;
Menjaga keselamatan di sepanjang jalur transmisi listrik tegangan tinggi;
Pengembangan jaringan infrastruktur di pusat kecamatan dan desa;
Memperluas pengadaan transmisi tegangan tinggi baik melalui saluran udara, gardu
induk dan gardu distribusi;

4

RPI2-JM Bidang Cipta Karya

Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
Pengembangan jaringan distribusi listrik diarahkan mengikuti pola jaringan jalan melalui
saluran udara;
Pada pusat kecamatan dan desa, pengembangan infrastruktur listrik diarahkan sesuai
dengan skala potensi ekonomi yang dimiliki dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut;
Pengembangan jaringan infrastruktur diarahkan ke kecamatan yang mempunyai fungsi
pelayanan lokal di kawasan-kawasan tertentu yang memiliki potensi ekonomi yang
memerlukan dukungan penyediaan listrik yang terhubungkan dengan sistem jaringan
Kota Kutacane;
Menciptakan pengelolaan ruang yang terpadu bagi pemanfaatan air dan udara untuk
pembangkit dengan pelestarian lingkungan, kegiatan sosial masyarakat, pertanian,
industri, perdagangan dan pariwisata.
Salah satu rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik adalah penambahan
kapasitas pembangkit listrik. Mengupayakan pemanfaatan potensi gas, dan panas bumi
serta energi baru untuk pembangkit tenaga listrik baru guna pemenuhan kebutuhan daya
listrik masa mendatang merupakan salah satu perencanaan peningkatan kapasitas listrik di
Kabupaten Aceh Tenggara. Upaya pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan
menggunakan teknologi industri kelistrikan membutuhkan kajian atau studi khusus terhadap
lokasi dan potensi yang ada. Untuk direncanakan lokasi pembangkit tenaga listrik yang akan
melayani kebutuhan listrik di Kabupaten Aceh Tenggara.
Rencana pengembangan jaringan transmisi dan ditribusi tenaga listrik diprioritaskan kepada
pemulihan pemenuhan kebutuhan tenaga listrik untuk menjamin ketersediaan pasokan
tenaga listrik serta keandalannya terutama di daerah krisis listrik serta daerah terpencil.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara sampai tahun 2029
mencapai 212.355 jiwa, maka besar daya listrik Kabupaten Aceh Tenggara sampai tahun
2029 menurut standar kebutuhan listrik 90 VA/jiwa adalah mencapai 47.780KVA.
Adapun rencana pengembangan sistem jaringan energi di Kabupaten Aceh Tenggara
meliputi :
a. Pembangkit tenaga listrik, yang terbagi atas :
1. Pembangkit energi listrik terbarukan, terdiri atas :
a) Energi air, yang dilakukan melalui :
1) Pengembangan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pada sepanjang
wilayah sungai dalam Kabupaten Aceh Tenggara meliputi :
(a) Lawe Alas di Kute Lawe Aunan Kecamatan Ketambe dengan potensi
268,10 MW; dan
(b) Lawe Mamas di Kute Tanjung Baru Kecamatan Darul Hasanah dengan
potensi 65,80 MW.

5

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
2) Pengembangan dan pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH), meliputi :
(a) PLTMH Lawe Sikap di Kute Mbarung Datuk Seudane Kecamatan Lawe Alas
dengan kapasitas 10 MW;
(b) PLTMH Lawe Mamas di Kute Tanjung Baru Kecamatan Darul Hasanah
dengan kapasitas 30 MW; dan
(c) PLTMH Lawe Kisam Kute Peselu Selimbe Kecamatan Deleng Pokhkisen.
b) panas bumi, yang dilakukan melalui pengembangan potensi Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLPB) di Kute Lawe Sumur di Kecamatan Babul Rahmah;
dan
c) tenaga surya, yang dilakukan melalui pemanfaatan potensi energi panas matahari
meliputi seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tenggara.
2. Pembangkit energi listrik tak terbarukan, berupa peningkatan Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) Kuning di Kute Cinta Damai Kecamatan Bambel dengan
kapasitas 14 MW.
b. Jaringan listrik, yang meliputi :
1. Pengembangan jaringan listrik saluran udara tegangan tinggi (SUTT) – 150 (seratus
lima puluh) KV yang menghubungkan Brastagi – Kuta Cane – Blangkejeren melalui
Kecamatan Babul Makmur – Kecamatan Lawe Sigala-gala – Kecamatan Semadam –
Kecamatan Bukit Tusam – Kecamatan Bambel – Kecamatan Lawe Sumur –
Kecamatan Deleng Pokhkisen – Kecamatan Badar;
2. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik saluran udara tegangan rendah
(SUTR) – 20 (dua puluh) KV yang melalui seluruh kecamatan pada wilayah
Kabupaten Aceh Tenggara;
3. Pengembangan Gardu Induk (GI) Kutacane berada di Kute Purwodadi Kecamatan
Badar dengan kapasitas 1 x 30 MVA; dan
4. Pengembangan jaringan prasarana energi untuk melayani kebutuhan rumah tangga
meliputi seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tenggara.
Rencana jaringan transmisi Kabupaten Aceh Tenggara lebih diarahkan kepada Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR) dimana transmisi SUTR digunakan pada jaringan tingkat
empat, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang
(Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan
(Pelanggan/Konsumen) 220/380 Volt yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan
rendah konsumen.
c) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi pada era modern saat ini lebih mengarah
kepada jaringan telekomunikasi nirkabel/satelit. Namun rencana pengem-bangan sistem

6

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
jaringan terestrial/serat/kabel optik tetap dibutuhkan khususnya pada kawasan-kawasan
tertentu seperti kawasan perdagangan, kawasan industri dan kawasan perkantoran.
Pengembangan jaringan terrestrial/kabel/serat optik akan dilakukan melalui :
a. Pengembangan jaringan kabel yang tersebar pada kawasan permukiman meliputi
Kecamatan Lawe Sigala-gala, Babul Makmur, Bambel, Babussalam, Lawe Bulan, Badar;
dan
b. Pengembangan jaringan serat optik yang meliputi Kecamatan Babussalam.
Berdasarkan perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2029 (212.355
jiwa dan asumsi 5 jiwa/RT) maka kebutuhan akan jaringan telepon Kabupaten Aceh
Tenggara adalah sebagai berikut:
Rumah Tangga =
4.247 sambungan,
Komersial
=
1.416 sambungan,
Fasilitas Sosial =
849 sambungan,
Telepon umum =
212 sambungan
Adapun pengembangan jaringan nirkabel akan dilakukan melalui pengembangan sistem
jaringan seluler atau tanpa kabel dengan didukung pengembangan menara BTS (base
transciever station). Pertumbuhan dan penyebaran tower/BTS telekomunikasi yang tidak
teratur mengakibatkan timbulnya efek radiasi terhadap permukiman penduduk atau daerah
di sekitar lokasi BTS tersebut. Pertumbuhan jaringan satelit/jaringan telekomunikasi sistem
nirkabel yang sangat cepat membutuhkan penanganan yang tepat sasaran. Untuk itu
rencana pengembangan jaringan telekomunikasi sistem ini diarahkan kepada penggunaan
BTS-BTS secara bersama (beberapa operator). Penggunaan bersama BTS telekomunikasi
oleh beberapa operator telekomunikasi dirasa mampu mengurangi permasalahan diatas.
Arahan perencanaan terhadap penggunaan bersama tower pemancar telekomunikasi ini
harus mengikuti syarat atau ketentuan yang berlaku untuk lokasi pembangunan sebuah
tower pemancar telekomunikasi.
Beberapa rencana lokasi pembangunan BTS baru adalah sebagai berikut :
Pusat Kegiatan Lokal dan Pusat Pelayanan Kawasan;
Permukiman Padat dan sedang;
Kawasan-kawasan khusus (kawasan pelabuhan, kawasan industri);
Daerah yang berdasarkan kajian memiliki kondisi lemah sinyal.
Penyebaran BTS yang direncanakan tersebut terdapat di :
a. Kecamatan Lawe Alas, berada di Kute Kuta Batu, Kute Cingkam Mranggun dan Kute
Pasir Bangun sebanyak 3 Tower;
b. Kecamatan Babul Rahmah, berada di Kute Lawe Sumur sebanyak 1 Tower;
c. Kecamatan Tanoh Alas, berada di Kute Jambur Damar sebanyak 1 Tower;
d. Kecamatan Lawe Sigala-Gala, berada di Kute Enmiya Batu Duaratus, Kute Suka Damai

7

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
dan Kute Lawe Sigala-Gala sebanyak 3 Tower;
e. Kecamatan Babul Makmur, berada di Kute Lawe Desky, Kute Tanoh Alas dan Kute Pintu
Alas sebanyak 1 Tower;
f. Kecamatan Semadam, berada di Kute Semadam Awal sebanyak 1 Tower;
g. Kecamatan Bambel, berada di Kute Lawe Kihing, Kute Antara sebanyak 1 Tower dan
Kute Kuning I sebanyak 3 Tower;
h. Kecamatan Bukit Tusam, berada di Kute Rikit Bur, Kute Rikit Bur II dan Kute Amaliah
sebanyak 3 Tower;
i. Kecamatan Lawe Sumur, berada di Kute Buah Pala sebanyak 1 Tower;
j. Kecamatan Babussalam, berada di Kute Ujung Barat, Kute Pulonas, Kute Kutacane dan
Kute Prapat Hulu sebanyak 5 Tower;
k. Kecamatan Badar, berada di Kute Kumbang Jaya, Kute Peranginan dan Kute Kampung
Baru sebanyak 3 Tower;
l. Kecamatan Darul Hasanah, berada di Kute Gulo dan Kute Simpang Empat Tanjung
sebanyak 2 Tower;
m. Kecamatan Deleng Pokhkisen, berada di Kute Lawe Pangkat sebanyak 1 Tower; dan
n. Kecamatan Ketambe, berada di Kute Natam Baru, Kute Jongar, Kute Lawe Gekh-Gekh,
Kute Lawe Beringin, Kute Penungkunan dan Kute Ketambe sebanyak 6 Tower.
d) Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi aspek konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
secara terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan Pola dan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Alas – Singkil.
Rencana sistem prasarana pengairan mencakup :
1. Sistem penyediaan air bersih, baik utuk permukiman maupun untuk keperluan industri
dan kegiatan lainnya, meliputi :
Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan melayani
kawasan perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun pusat pemerintahan,
Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM,
direncanakan melayani daerah diluar kawasan kota,
Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat. Sistem ini
direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.
2. Sistem penyediaan irigasi pertanian, meliputi :
Penambahan jaringan prasarana irigasi di kecamatan yang memiliki potensial
produksi pertanian tinggi,
Pengendalian terhadap pemanfaatan air baku yang dilayani oleh prasarana irigasi
baik kegiatan pertanian,

8

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang

3.

A.
B.
C.

D.

Bagi kegiatan pertanian yang belum terlayani oleh prasarana irigasi akan tetapi
potensial produksi tinggi, maka kebutuhan air bakunya dapat dilayani oleh pembuatan
sungai-sungai kecil yang dapat mengaliri lahannya,
Pembangunan sungai-sungai kecil.
Sistem pengendali banjir dan pengaman sempadan sungai, melalui :
Normalisasi sungai yang berada dekat dengan kawasan permukiman atau pusat
kegiatan dengan cara membuat sodetan pada meander, melakukan pengerukan pada
pendangkalan sungai, pelebaran pada penyempitan sungai serta pengamanan
wilayah sepanjang sempadan sungai,
Membuat dan meninggikan elevasi tanggul-tanggul sungai di kawasan perkotaan atau
dekat dengan permukiman penduduk atau berpotensi untuk menghambat kelancaran
arus transportasi darat jika terjadi luapan air,
Membangun check dam di wilayah perbukitan rawan erosi dan longsor,
Menghijaukan kembali ―green belt area‖ yaitu wilayah sekitar sempadan sungai.
Jaringan Sumber Daya Air Lintas Provinsi
Jaringan sumberdaya air lintas provinsi meliputi Lawe Alas.
Jaringan Sumber Daya Air Lintas Kabupaten
Jaringan sumberdaya air lintas kabupaten meliputi Lawe Alas dan Lawe Pakam.
Wilayah Sungai
Wilayah Sungai adalah Kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau
lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
2
sama dengan 2.000 km , Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air
meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air secara terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan
Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Alas – Singkil.
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS),meliputi:
a. Das Bangkongan meliputi wilayah ; Kecamatan Babul Rahma, dan Kecamatan Lawe
Alas;
b. Das Kluet meliputi wilayah; Kecamatan Lawe alas dan Kecamatan Darul Hasanah.
c. Das Mayak Payed meliputi wilayah ; Kecamatan Ketambe;
d. Das Singkil meliputi wilayah ; Kecamatan Tambe, Darul hasanah, Tanah Alas, Lawe
Sagala, Baboh Makmur, Baboh Rahma dan Lauser; dan
e. Das Trumon meliputi Kecamatan Babul Rahma.
Cekungan Air Tanah
Cekungan Air Tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis,
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung. Kabupaten Aceh Tenggara termasuk ke dalam CAT

9

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
Kutacane dengan areal mencapai seluas 24.926 Ha, meliputi :
a. Kecamatan Lawe Alas seluas 3.158 Ha;
b. Kecamatan Babul Rahmah seluas 2.602 Ha;
c. Kecamatan Tanoh Alas seluas 926,9 Ha;
d. Kecamatan Lawe Sigala-Gala seluas 3.848 Ha;
e. Kecamatan Babul Makmur seluas 2.789 Ha;
f. Kecamatan Semadam seluas 1.991 Ha;
g. Kecamatan Bambel seluas 1.661 Ha;
h. Kecamatan Bukit Tusam seluas 1.706 Ha;
i. Kecamatan Lawe Sumur seluas 1.018 Ha;
j. Kecamatan Babussalam seluas 942,32 Ha;
k. Kecamatan Lawe Bulan seluas 1.130 Ha;
l. Kecamatan Badar seluas 1.160 Ha;
m. Kecamatan Darul Hasanah seluas 946,6 Ha; dan
n. Kecamatan Deleng Pokhkisen seluas 1.047 Ha.
E. Aset Sumber Daya Air
Aset Sumber Daya Air merupakan berbagai media penampungan air baik yang terbentuk
secara alami maupun buatan manusia yang ditujukan untuk kepentingan pengairan
irigasi namun dapat dimanfaatkan pula bagi kebutuhan mengatasi kekurangan air bersih,
meliputi :
a. Embung Lawe Beringin di Kute Lawe Beringin Gayo Kecamatan Semadam seluas 1
Ha;
b. Embung Tanjung Lama di Kute Tanjung Lama Kecamatan Darul Hasanah seluas 0,5
Ha; dan
c. Embung Lawe Mengkudu di Kute Lawe Beringin Kecamatan Ketambe seluas 1 Ha.
F. Sistem Jaringan Irigasi
Rencana sistem pengembangan jaringan irigasi meliputi :
a. Daerah Irigasi (DI) Kewenangan Nasional yaitu DI Kutacane Lama seluas 5.425 Ha di
Kute Biak Muli Pante Raja Kecamatan Bambel meliputi Kecamatan Bambel, Bukit
Tusam dan Semadam;
b. Daerah Irigasi (DI) Kewenangan Provinsi seluas 2.194 Ha, terdiri atas :
1. DI Lawe Bulan seluas 1.050 Ha di Kute Lawe Harum Kecamatan Deleng
Pokhkisen meliputi Kecamatan Deleng Pokhkisen, Lawe Bulan dan Badar;
2. DI Kutacane Atas seluas 1.144 Ha di Kute Kuta Tinggi Kecamatan Badar meliputi
Kecamatan Badar dan Babussalam;
c. Daerah Irigasi (DI) Kewenangan Kabupaten seluas 18.593 Ha, terdiri atas :
1. DI Lawe Mengkudu seluas 80 Ha di Kute Lawe Beringin Kecamatan Ketambe;

10

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
2. DI Tanjung seluas 400 Ha di Kute Tanjung Aman Kecamatan Darul Hasanah;
3. DI Batu Mendokan seluas 200 Ha di Kute Rambung Teldak Kecamatan Darul
Hasanah;
4. DI Ujung Baru seluas 80 Ha di Kute Kotan Jaya Kecamatan Darul Hasanah;
5. DI Lawe Kelang seluas 100 Ha di Kute Mamas Indah Kecamatan Darul Hasanah;
6. DI Kute Rambe seluas 150 Ha di Kute Ujung Kecamatan Darul Hasanah;
7. DI Mamas seluas 400 Ha di Kute Mamas Kecamatan Darul Hasanah;
8. DI Kite Meranggun seluas 200 Ha di Kute Pulo Piku Kecamatan Darul Hasanah;
9. DI Terutung Kute seluas 200 Ha di Kute Terutung Kute Kecamatan Darul
Hasanah;
10. DI Pulo Piku seluas 200 Ha di Kute Pulo Piku Kecamatan Darul Hasanah;
11. DI Kuta Ujung seluas 150 Ha di Kute Ujung Kecamatan Harul Hasanah;
12. DI Tanjung Muda seluas 150 Ha di Kute Tanjung Muda Kecamatan Darul
Hasanah;
13. DI Ujung Pulo seluas 130 Ha di Kute Kaya Pangur Kecamatan Deleng Pokhkisen;
14. DI Jongar seluas 100 Ha di Kute Lawe Gekh-Gekh Kecamatan Ketambe;
15. DI Tenembak Alas seluas 200 Ha di Kute Salang Sigotom Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
16. DI Salang Alas seluas 100 Ha di Kute Lawe Bekung Tampahan Kecamatan Badar;
17. DI Pulonas seluas 300 Ha di Kute Penampaan Kecamatan Deleng Pokhkisen;
18. DI Salang Sigate seluas 150 Ha di Kute Salang Sigotom Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
19. DI Bunga Melur seluas 100 Ha di Kute Terutung Mbelang Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
20. DI Kutacane Lama Atas seluas 500 Ha di Kute Kutacane Lama Kecamatan
Babussalam;
21. DI Kuta Pengkih seluas 200 Ha di Pulo Sanggar Kecamatan Babussalam;
22. DI Terutung Pedi seluas 150 Ha di Kute Terutung Pedi Kecamatan Babussalam;
23. DI Kampung Melayu seluas 200 Ha di Kute Kampung Melayu Gabungan
Kecamatan Babussalam;
24. DI Lawe Sagu seluas 500 Ha di Kute Lawe Sagu Kecamatan Lawe Bulan;
25. DI Lawe Kinga seluas 585 Ha di Kute Lawe Kinga Kecamatan Lawe Bulan;
26. DI Kandang Mbelang seluas 375 Ha di Kute Bunga Melur Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
27. DI Pasir Gala seluas 150 Ha di Kute Buluh Botong Kecamatan Lawe Bulan;
28. DI Terutung Pelarikan seluas 80 Ha di Kute Pasir Penjengakan Kecamatan
Lawe Bulan;

11

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
29. DI Kuta Galuh seluas 150 Ha di Kute Galuh Kecamatan Lawe Bulan;
30. DI Kutambaru seluas 50 Ha di Kute Kutambaru Bencawan Kecamatan Lawe
Bulan;
31. DI Bambel Baru seluas 375 Ha di Kute Terutung Seperai Kecamatan Bambel;
32. DI Kuta Seri seluas 100 Ha di Kute Seri Kecamatan Bambel;
33. DI Lawe Kihing seluas 200 Ha di Kute Gumpang Jaya Kecamatan Babussalam;
34. DI Pulo Perengge seluas 100 Ha di Kute Lembah Haji Kecamatan Bambel;
35. DI Lawe Sekeben seluas 150 Ha di Terutung Megara Baru Kecamatan Lawe
Sumur;
36. DI Lawe Kisam seluas 533 Ha di Kute Lembah Alas Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
37. DI Lawe Polak seluas 200 Ha di Kute Terutung Seperai Kecamatan Bambel;
38. DI Penosan seluas 150 Ha di Kute Penosan Kecamatan Lawe Sumur;
39. DI Lawe Ijo seluas 150 Ha di Kute Lesung Kecamatan Lawe Sumur;
40. DI Lawe Sumur seluas 200 Ha di Kute Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur;
41. DI Nasi seluas 325 Ha di Kute Kisam Kute Pasir Kecamatan Lawe Sumur;
42. DI Lawe Sumur Baru seluas 100 Ha di Kute Lawe Sumur Baru Kecamatan Lawe
Sumur;
43. DI Lawe Dua seluas 150 Ha di Kute Kerukunan Kecamatan Bukit Tusam;
44. DI Lawe Kinga/Maha Singkil seluas 1.595 Ha di Kute Maha Singkil Kecamatan
Bukit Tusam;
45. DI Lawe Beringin seluas 150 Ha di Kute Lawe Beringin Gayo Kecamatan
Semadam;
46. DI Lawe Loning Sepakat seluas 200 Ha di Kute Lawe Loning Sepakat Kecamatan
Lawe Sigala-Gala;
47. DI Kedataran seluas 200 Ha di Kute Kertimbang Kecamatan Lawe Sigala-Gala;
48. DI Lawe Desky seluas 150 Ha di Kute Lawe Desky I Kecamatan Babul Makmur;
49. DI Lawe Sigara-Gara seluas 50 Ha di Kute Bakti Kecamatan Babul Makmur;
50. DI Perdomuan seluas 325 Ha di Kute Perdomuan I Kecamatan Lawe Sigala-Gala;
51. DI Lawe Perbunga seluas 75 Ha di Kute Lawe Perbunga Kecamatan Babul
Makmur;
52. DI Liang Pangi seluas 200 Ha di Kute Pulo Dadap Kecamatan Lawe Alas;
53. DI Kuta Cingkam seluas 150 Ha di Kute Lawe Sempilang Kecamatan Lawe Alas;
54. DI Kuta Cingkam II seluas 150 Ha di Kute Cingkam II Kecamatan Lawe Alas;
55. DI Lawe Mulia seluas 400 Ha di Kute Perapat Batu Nunggul Kecamatan Lawe
Alas;
56. DI Darul Amin seluas 150 Ha di Kute Darul Amin Kecamatan Lawe Alas;

12

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
57. DI Ngkeran Paye Munje seluas 600 Ha di Kute Paye Munje Kecamatan Lawe
Alas;
58. DI Muara Baru seluas 600 Ha di Kute Muara Baru Kecamatan Lawe Alas;
59. DI Ngkeran Rumah Pasir seluas 150 Ha di Kute Ngkeran Kecamatan Lawe Alas;
60. DI Ngkeran Rumah Kampung seluas 150 Ha di Kute Ngkeran Kecamatan Lawe
Alas;
61. DI Lawe Sarap seluas 200 Ha di Kute Pulo Gadung Kecamatan Lawe Alas;
62. DI Lawe Pangkat seluas 100 Ha di Kute Lawe Pangkat Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
63. DI Pulo Sepang seluas 200 Ha di Kute Pulo Sepang Kecamatan Lawe Alas;
64. DI Alur Langsat seluas 150 Ha di Kute Rambah Sayang Kecamatan Tanoh Alas;
65. DI Rembalang seluas 165 Ha di Kute Tualang Lama Kecamatan Deleng
Pokhkisen;
66. DI Siluk-Luk seluas 1.700 Ha di Kute Lang-Lang Kecamatan Babul Rahmah;
67. DI Uning Sigugur seluas 50 Ha di Kute Uning Sigur-Gur Kecamatan Lbabul
Rahmah;
68. DI Kisam seluas 100 Ha di Kute Kisam Gabungan Kecamatan Lawe Sumur;
69. DI Namo Buluh seluas 100 Ha di Kute Rambe Kecamatan Darul Hasanah;
70. DI Lawe Setul seluas 50 Ha di Kute Lawe Setul Kecamatan Darul Hasanah;
71. DI Pesayang seluas 80 Ha di Kute Tanjung Lama Kecamatan Darul Hasanah;
72. DI Pangur seluas 80 Ha di Kute Kaya Pangur Kecamatan Deleng Pokhkisen;
73. DI Gusung seluas 50 Ha di Kute Gusung Batu Kecamatan Deleng Pokhkisen;
74. DI Pulonas Baru seluas 80 Ha di Kute Pulonas Baru Kecamatan Lawe Bulan;
75. DI Kuta Bantil seluas 200 Ha di Kute Bantil Kecamatan Lawe Bulan;
76. DI Mendabe seluas 50 Ha di Kute Kumbang Indah Kecamatan Badar;
77. DI Likat seluas 80 Ha di Kute Likat Kecamatan Bambel;
78. DI Lawe Sempilang seluas 200 Ha di Kute Pintu Rimbe Kecamatan Lawe Alas;
79. DI Kuta Batu seluas 100 Ha di Kute Prapat Batu Nunggul Kecamatan Lawe Alas;
80. DI Kubu seluas 100 Ha di Kute Kubu Kecamatan Lawe Alas;
81. DI Titi Mas seluas 300 Ha di Kute Titimas Kecamatan Tanoh Alas; dan
82. DI Mutiara Damai seluas 100 Ha di Kute Mutiara Damai Kecamatan Tanoh Alas.
G. Sistem Jaringan Air Baku untuk Air Bersih
Rencana pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih di Kabupaten Aceh
Tenggara sebagai salah satu upaya meningkatkan kapasitas produksi air bersih sampai
tahun 2029 adalah dengan melaksanakan pembangunan/peningkatan kapasitas produksi air
mencapai 500 ltr/dtk dan unit distribusi dengan rincian perencanaan sebagai berikut :
Pembangunan/penambahan kolam intake dengan kapasitas 500 ltr/dtk;

13

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
Penambahan pipa transmisi diameter 600 mm;
Pembangunan 1 unit instalasi pengolahan kapasitas 500 ltr/dtk;
Pembangunan 1 unit reservoir 4.000 m³;
Pembangunan/pengadaan bangunan atau alat penunjang produksi;
Pengadaan pipa induk distribusi diameter 800 mm.
Adapun pengembangan sumber air baku untuk air bersih dapat ditempuh antara lain pada :
a. Lawe Alas dengan potensi 200 lt/dt;
b. Lawe Mamas dengan potensi 60 lt/dt;
c. Lawe Sikap dengan potensi 120 lt/dt;
d. Lawe Harum dengan potensi 30 lt/dt;
e. Lawe Bulan dengan potensi 60 lt/dt;
f. Lawe Beringin dengan potensi 30 lt/dt;
g. Lawe Sigala dengan potensi 30 lt/dt;
h. Lawe Desky dengan potensi 100 lt/dt;
i. Lawe Pakam dengan potensi 30 lt/dt;
j. Lawe Sarap dengan potensi 10 l/dt;
k. Lawe Sumur dengan potensi 10 lt/dt;
l. Lawe Rutung Karang Tulis dengan potensi 10 lt/dt; dan
m. Lawe Lubang dengan potensi 60 lt/dt.
H. Sistem Pengendalian Banjir
Pengendalian banjir dilakukan dengan pembuatan saluran-saluran pembuang baru yang
berpotensi rawan genangan/banjir dan normalisasi kanal pembuangan dan rehabilitasi
sungai melalui pengerukan alur sungai. Disamping rencana pengendalian diatas, rencana
alternatif pengendalian banjir dapat dilakukan dengan pemasangan sistem pintu klep pada
muara saluran pembuang untuk mencegah/mengurangi arus pasang air laut yang masuk ke
saluran pembuang.
Adapun lokasi pelaksanaan sistem pengendalian banjir—berupa normalisasi dan rehabilitasi
sungai—dilakukan pada :
a. Lawe Alas sepanjang 0,66 Km, meliputi Kute Mamas Indah dan Kute Kota Jaya di
Kecamatan Darul Hasanah;
b. Lawe Alas sepanjang 0,31 Km, meliputi Kute Rumah Kampung di Kecamatan Lawe Alas;
c. Lawe Alas sepanjang 0,83 Km, meliputi Kute Terutung Payung Hulu dan Kute Tembilakh
Bakhu di Kecamatan Bambel; dan
d. Lawe Alas sepanjang 0,60 Km, meliputi Kute Salim Pinim II di Kecamatan Tanoh Alas.
I. Sistem Pengamanan Sungai
Pengendalian dilakukan dengan peningkatan dan perkuatan tanggul-tanggul sungai dan
perbaikan/rehabilitasi konstruksi tanggul dan saluran, yang dilaksanakan pada :

14

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
a. Lawe Alas sepanjang 220 meter yang melalui Kute Rumah Bundar Kecamatan Ketambe;
b. Lawe Alas sepanjang 339 meter yang melalui Kute Simpur Jaya Kecamatan Ketambe;
c. Lawe Alas sepanjang 1.162 meter yang melalui Kute Aunan Sepakat Kecamatan
Ketambe;
d. Lawe Alas sepanjang 1.899 meter yang melalui Kute Jongar, Penyeberangan Cingkam,
Simpang Tiga Jongar, Lawe Sembekan dan Kayu Mentangur Kecamatan Ketambe;
e. Lawe Alas sepanjang 318 meter yang melalui Kute Kuning Abadi Kecamatan Darul
Hasanah;
f. Lawe Alas sepanjang 1.247 meter yang melalui Kute Makmur Jaya, Lawe Pinis dan Seri
Muda Kecamatan Darul Hasanah;
g. Lawe Alas sepanjang 1.128 meter yang melalui Kute Mendabe Kecamatan Babussalam;
h. Lawe Alas sepanjang 405 meter yang melalui Kute Gumpang Jaya Kecamatan
Babussalam;
i. Lawe Alas sepanjang 880 meter yang melalui Kute Bambel Baru Kecamatan Bukit
Tusam;
j. Lawe Mamas sepanjang 227 meter yang melalui Kute Mamas Baru Kecamatan Darul
Hasanah; dan
k. Lawe Mamas sepanjang 195 meter yang melalui Kute Mamas Indah Kecamatan Darul
Hasanah.
e) Rencana Pengembangan Infrastruktur Perkotaan
A. Sistem Penyediaan Air Minum
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih, PDAM membangun jaringan air bersih
yang diarahkan terutama memenuhi kebutuhan ditengah kota. Pertimbangan yang dilakukan
yakni banyaknya jumlah permukiman yang perlu dilayani di tengah kota. Pada masa
mendatang rencana pengembangan jaringan air bersih dikaitkan dengan rencana
pengembangan permukiman dan rencana pengembangan kota dimana lebih
mengutamakan peningkatan pelayanan dengan sistem perpipaan.
Rencana debit kebutuhan air bersih di kawasan perencanaan berdasarkan kriteria umum
pelayanan sistem perpipaan air bersih seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Secara
garis besar ada beberapa kriteria yang digunakan dalam merencanakan sistem jaringan
perpipaan untuk air bersih, diantaranya adalah :
 Biaya instalasi yang terjangkau;
 Menggunakan teknologi yang tepat;
 Biaya perawatan yang rendah;
 Sederhana, efektif dan efisien;
 Komponen yang dibutuhkan ada dan mudah didapatkan.
Atas dasar proyeksi penduduk tahun 2029, kebutuhan air di kawasan perencanaan adalah

15

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
3

59.884 m /hari. Dari perkiraan kebutuhan air minum diatas dan adanya perencanaan
beberapa kawasan di Kabupaten Aceh Tenggara, maka rencana pengembangan jaringan
air minum dengan sistem perpipaan diprioritaskan kepada :
Perumahan/permukiman yang belum terlayani oleh PDAM;
Kawasan perencanaan, seperti kawasan wisata;
Perbaikan/penggantian pipa distribusi yang bocor;
Pembuatan titik-titik sumur bor PDAM baru pada lokasi yang dianggap perlu.
Tingkat kebocoran jaringan perpipaan yang disebabkan oleh kebocoran teknis (misalnya
rusaknya water meter dan pipa bocor) dan non teknis (illegal connection dan administrasi)
yang masih berkisar pada kisaran antara antara 32-33%, yang berarti masih jauh di atas
ambang batas normal (20%). Angka kebocoran ini akan terus meningkat apabila tindakan
perbaikan tidak segera dilakukan.
Adapun rencana pengembangan pengolahan air baku menjadi air minum dan peningkatan
sistem jaringan perpipaannya meliputi :
a. instalasi pengolahan air di Kute Mbarung Datuk Sedane bersumber dari Lawe Sikap di
Kecamatan Lawe Alas, dengan potensi sumber 120 lt/dt, kapasitas intake 60 lt/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Babussalam;
b. Instalasi pengolahan air di Kute Kampung Bakti bersumber dari Alur Kampung Pak-Pak
di Kecamatan Babul Makmur, dengan potensi sumber 20 l/dt, kapasitas intake 5 lt/dt,
dengan cakupan layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Babul Makmur;
c. instalasi pengolahan air di Kute Simpang Semadam bersumber dari Lawe Beringin di
Kecamatan Semadam, dengan potensi sumber 30 lt/dt, kapasitas intake 10 lt/dt, dengan
cakupan layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Semadam dan sebagian
Bukit Tusam;
d. instalasi pengolahan air di Kute Lawe Harum bersumber dari Lawe Bulan di Kecamatan
Deleng Pokhkisen, dengan potensi sumber 60 lt/dt, kapasitas intake 30 lt/dt, dengan
cakupan layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Badar, sebagian
Babussalam;
e. instalasi pengolahan air di Kute Lawe Harum bersumber dari Lawe Bulan di Kecamatan
Deleng Pokhkisen, dengan potensi sumber 60 lt/dt, kapasitas intake 10 lt/dt, dengan
cakupan layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Deleng Pokhkisen;
f. intake di Kute Lawe Sigala Barat bersumber dari Lawe Sigala di Kecamatan Lawe
Sigala-Gala, dengan potensi sumber 30 lt/dt, kapasitas intake 10 lt/dt, dengan cakupan
layanan meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Lawe Sigala-Gala;
g. intake di Kute Lawe Desky bersumber dari Lawe Desky di Kecamatan Babul Makmur,
dengan potensi sumber 100 l/dt, kapasitas intake 5 lt/dt, dengan cakupan layanan
meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Babul Makmur;

16

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
h. Intake di Kute Lawe Pakam bersumber dari Lawe Pakam di Kecamatan Babul Makmur,
dengan potensi sumber 30 l/dt, kapasitas intake 5 lt/dt, dengan cakupan layanan meliputi
wilayah permukiman di Kecamatan Babul Makmur;
i. intake di Kute Lawe Dua bersumber dari Air Terjun Lawe Dua di Kecamatan Bukit
Tusam, dengan potensi sumber 20 lt/dt, kapasitas intake 5 lt/dt, dengan cakupan layanan
meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Bukit Tusam dan sebagian Bambel;
j. intake di Kute Buah Pala bersumber dari Mata Air Berandang di Kecamatan Lawe
Sumur, dengan potensi sumber 5 lt/dt, kapasitas intake 5 lt/dt, dengan cakupan layanan
meliputi wilayah permukiman di Kecamatan Lawe Sumur; dan
k. intake di Kute Peranginan bersumber dari Lawe Harum di Kecamatan Badar, dengan
potensi sumber 30 lt/dt, kapasitas intake 10 lt/dt, dengan cakupan layanan meliputi
wilayah permukiman di Kecamatan Badar.
Selain itu ditempuh pula upaya :
a. pemanfaatan air tanah dangkal dan artesis secara terkendali;
b. pengembangan sistem perpipaan perdesaan menggunakan sumber air dari air tanah
atau mata air;
c. penyediaan sistem air bersih perdesaan memanfaatkan potensi air hujan; dan
d. pemanfaatan sumber air baku untuk air bersih secara proporsional dan terpadu untuk
pemenuhan kebutuhan pertanian dan kebutuhan lainnya
B.
a.

b.

Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Sistem Pembuangan Air Limbah (sewage)
Pengelolaan limbah industri pada prinsipnya akan ditangani oleh masing-masing
industri yang semestinya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri
dengan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara. Penanganan khusus
ini mengingat karakteristik limbah yang khas pada industri yang bersangkutan. Selain
IPAL untuk penetralisir air limbah industri, diharapkan hal serupa juga diterapkan pada
pihak Rumah Sakit yang mengelola air limbahnya sendiri.
Sistem Pembuangan Air Buangan Rumah Tangga (sewerage)
Untuk pengelolaan air limbah rumah tangga atau limbah faikal direncanakan dengan
sistem septic tank invidual. Sistem tanki septic atau komunal berpeluang diterapkan di
permukiman perkotaan yang terencana, guna mengantisipasi perlunya penyedotan dan
pengolahan limbah rumah tangga tersebut dan perlu dikaji pula serta direncanakan
pengembangan sebuah instalasi pengolahan limbah terpadu (IPLT) dan sistem
pengangkutan dengan mobil tangki khusus dengan penyedotan sebanyak 16 (enam)
unit atau 1 (satu) unit per kecamatan. Rencana pengembangan IPLT berada pada
lokasi yang sama dengan lokasi TPA yaitu di Kute Lawe Serke Kecamatan Lawe

17

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
Sigala-Gala.
C. Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Konsep dasar pengembangan sistem persampahan diarahkan kepada :
a. Mengupayakan agar sampah yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan di perkotaan dapat
ditampung dan dikelola secara efisien dalam rangka menciptakan kebersihan
lingkungan;
b. Penanganan sampah diupayakan untuk mencegah pencemaran lingkungan;
c. Penanganan sampah diarahkan dengan sistem perorangan dan komunal yang
selanjutnya diolah pada TPS dan TPA;
d. Merubah citra tempat sampah sehingga tidak menurunkan kualitas visual kawasan;
e. Pemisahan jenis sampah dengan menyediakan tempat sampah yang berbeda.
Rencana pengembangan sistem persampahan Kabupaten Aceh Tenggara adalah sebagai
berikut :
a. Pola pelayanan persampahan terdiri dari :
Individu/komunal langsung (door to door) dengan truk; dilaksanakan di daerah
komersial/perkantoran (jalan poros utama Kabupaten Aceh Tenggara) dan
permukiman dengan volume sampah lebih besar dari 1 m³,
Individu/komunal tidak langsung dengan truk atau gerobak namun dikumpulkan
melalui bin-bin sampah selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan sementara dan
kemudian ke tempat pembuangan akhir.
b. Penyapuan jalan dilaksanakan dengan jadwal tetap pada seluruh ruas jalan koridor.
Penyediaan tempat sampah yang dapat langsung menampung sampah dari
sumbernya, terutama pada jalur pedestrian dengan intensitas pejalan kaki yang tinggi
dan di tempat-tempat konsentrasi pejalan kaki seperti kawasan perdagangan
kawasan kaki lima dan taman kota,
Tempat sampah diletakkan di lokasi yang mudah terlihat mudah terjangkau dengan
interval jarak 50-100 meter. Tempat sampah dan TPS didesain sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu dari segi visual dan estetika,
Tempat sampah yang disediakan terdiri dari tempat untuk sampah organik dan
tempat untuk sampah non organik dengan warna yang berbeda.
Diproyeksikan jumlah sampah yang dihasilkan di Kabupaten Aceh Tenggara hingga tahun
3
2029 sebanyak 584 m /hari. Pola penanganan sampah yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan mulai dari TPS hingga TPA, melalui incinerator, sanitary landfill maupun metode
komposting. Sistem pengolahan sampah di lokasi TPA ini akan dioperasikan dengan sistem
sanitary landfill, dilengkapi dengan IPLT dan saluran licik (saluran untuk air sampah).
Namun permasalahan yang banyak terjadi adalah ketidakteraturan pembuangan sampah

18

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
mulai dari rumah tangga sampai ke TPS yang menimbulkan pencemaran estetika dan
pencemaran udara/bau. Solusi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut
adalah dengan cara :
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang citra sampah sebagai beban
lingkungan menjadi sampah sebagai sumber daya ekonomi dengan cara melakukan
teknik daur ulang sistem pengomposan terhadap sampah hayati,
b. Pada daerah-daerah yang padat dan tidak teratur permukimannya, sehingga tidak
terjangkau oleh kendaraan pengangkut sampah, dilakukan penambahan TPS di
permukiman tersebut di lokasi yang terjangkau oleh kendaraan pengangkut sampah dan
memberikan bantuan gerobak sampah kepada RT untuk mengumpulkan sampah dari
tempat-tempat permukiman ke TPS terdekat.
Adapun Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang diarahkan untuk melayani seluruh
wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, direncanakan meliputi :
a. TPA Batu Mberong di Kute Batu Mberong Kecamatan Badar seluas 2 Ha; dan
b. TPA Lawe Serke di Kute Lawe Serke Kecamatan Lawe Sigala-Gala seluas 10 Ha.
Selain itu akan dikembangkan pula Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS), yang
tersebar di pusat-pusat permukiman perkotaan, pasar regional dan fasilitas sosial skala
regional.
D. Sistem Drainase Kota
Penanganan saluran drainase dimaksudkan untuk menanggulangi banjir. Rencana
penanganan banjir dilakukan dengan cara membentuk badan sungai dan memperbaiki
tanggul di pinggir sungai.
Pada daerah-daerah permukiman baru yang diusahakan oleh pengembang, kiranya pihak
pengembang perlu diwajibkan membangun saluran drainase sekunder yang terintegrasi
dengan saluran drainase primer.
Untuk memberikan kepastian pelaksanaan ketentuan ini, kiranya perlu dipikirkan adanya
suatu peraturan daerah yang mengatur masalah ini.
Rencana pengembangan sistem drainase perkotaan diarahkan kepada rehabilitasi/
perbaikan dan normalisasi/pengerukan saluran eksisting. Sedangkan rencana
pengembangan saluran drainase baru sampai tahun 2029 disesuaikan terhadap rencana
pengembangan jaringan jalan.
Rencana pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase, meliputi :
a. Pembagian blok drainase meliputi :
1. Blok drainase permukiman perkotaan Kutacane meliputi kawasan permukiman
perkotaan Kutacane di Kecamatan Babussalam;
2. Blok drainase permukiman perkotaan Kuta Tengah meliputi kawasan permukiman
perkotaan Kuta Tengah di Kecamatan Lawe Sigala-Gala;

19

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
3. Blok drainase permukiman perkotaan Simpang Semadam meliputi kawasan
permukiman perkotaan Simpang Semadam di Kecamatan Semadam;
4. Blok drainase permukiman perkotaan Kuta Lang-Lang meliputi kawasan permukiman
perkotaan Kuta Lang-Lang di Kecamatan Badar; dan
5. Blok drainase permukiman perkotaan Lawe Beringin meliputi kawasan permukiman
perkotaan Lawe Beringin di Kecamatan Ketambe.
b. Sistem saluran, meliputi penetapan saluran primer (Conveyor Drain), saluran pengumpul
sekunder dan tersier (Colector Drain);
c. Saluran drainase sekunder tersendiri pada kawasan fungsional perdagangan,
perkantoran, pariwisata, dan kawasan terbangun lainnya;
d. Saluran drainase tersier pada kawasan permukiman pada sepanjang sisi jalan raya;
e. Penertiban dan perlindungan terhadap jaringan drainase untuk menghindari terjadinya
penyempitan dan pendangkalan; dan
f. Koordinasi pengelolaan saluran drainase di kawasan perkotaan.
E. Sistem Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Sistem penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana meliputi:
a. penyediaan jalur evakuasi meliputi:
1. jalur evakuasi bencana gerakan massa tanah dan gempa bumi meliputi:
a) jalan Kabupaten di setiap Kecamatan; dan
b) jalan Desa di setiap Kecamatan.
2. jalur evakuasi bencana banjir meliputi:
a) jalan Kabupaten di setiap Kecamatan; dan
b) jalan Desa di setiap Kecamatan.
b. penyediaan ruang evakuasi bencana meliputi:
1. lapangan olahraga atau lapangan terbuka;
2. jalan Kabupaten; dan
3. fasilitas umum dan sosial meliputi:
a) gedung sekolah;
b) rumah sakit atau gedung kesehatan lainnya; dan
c) kantor pemerintah.
4. Penyediaan rambu penyelamatan rawan bencana pada setiap lokasi yang berpotensi
terjadi bencana.
f) Rencana Pengembangan Sarana Lainnya
A. Rencana Prasarana Pendidikan
Berdasarkan standar yang dipakai dengan menggunakan perkiraan proyeksi penduduk
maka rencana kebutuhan tingkat pelayanan fasilitas pendidikan di Kabupaten Aceh
Tenggara sampai tahun 2029 sebanyak 487 unit yang terdiri dari 169 unit TK, 132 unit

20

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Arahan Pola Ruang

Arahan Struktur Ruang
SD/MI, 44 unit SLTP/MTs, 44 unit SLTA/MA, 84 unit taman bacaan, 7 unit perpustakaan dan
7 unit Akademi.
Berdasarkan data tahun 2007 fasilitas pendidikan berupa SD/MI sebanyak 179 unit, jadi
sampai tahun 2029 jumlah kebutuhan SD/MI sudah mencukupi. Untuk SLTP/ MTs, jadi
sampai tahun 2029 jumlah kebutuhan SLTP/MTs sudah cukup. SMU/MA pada tahun 2007
sebanyak 37, sehingga sampai tahun 2029 membutuhkan penambahan 7 unit.
B. Rencana Fasilitas Ekonomi
Rencana kebutuhan fasilitas perdagangan sampai tahun 2029 adalah sebanyak 982 unit.
Yang terdiri dari: warung sebanyak 849unit, pertokoan sebanyak 35 unit, pasar kecamatan
sebanyak 7 unit dan pusat perbelanjaan dan niaga sebanyak 1 unit. Untuk luas lahan
perencanaan dibutuhkan sebesar 29,59 Ha.
C. Rencana Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang harus ada karena mempunyai fungsi untuk
mengendalikan perkembangan/pertumbuhan penduduk, selain sebagai fasilitas untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang dibutuhkan meliputi Balai
Pengobatan, Apotik, Puskesmas Pembantu, BKIA/Rumah Bersalin, Posyandu, Puskesmas,
Rumah Sakit dan Praktek Dokter. Jumlah fasilitas yang terdapat di Kabupaten Aceh
Tenggara dapat dikatakan jauh dari memadai sehingga dibutuhkan penambahan di tahuntahun mendatang.
Perkiraan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Aceh Tenggara sampai tahun 2029
adalah sebanyak 672 unit terdiri dari 780 unit Posyandu, 390 unit Balai Pengobatan Warga,
33 unit BKIA/Klinik Bersalin, 33 unit Puskesmas Pembantu, 8 unit Puskesmas, 4 unit Rumah
Sakit, 33 unit Apotek dan kurang lebih 195 unit praktek dokter.

21

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

No.
A.

Tabel 5.2
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Tenggara (KSK) berdasarkan RTRW
Kawasan Strategis
Sudut Kepentingan
Lokasi/Batas Kawasan
Kabupaten Aceh Tenggara
Kawasan Strategis Nasional

1.

Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser

B.

Kawasan Strategis Provinsi
Koridor Ekonomi Aceh III

C.
1.

2.

Kawasan Strategis Kabupaten
a. KSK Perkotaan Kutacane
b. KSK Agropolitan di Desa Tanjung Lama
Kecamatan Darul Hasanah
c. KSK Minapolitan perikanan darat di Desa
Lawe Pangkat Kecamatan Deleng Pokhkisen
d. KSK Minapolitan perikanan darat di Desa
Kutambaru Kecamatan Lawe Bulan
KSK wisata alam Ketambe di Kecamatan
Ketambe

Lingkungan Hidup

Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser sangat menentukan
dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan dan Wilayah Sungai (WS)
lintas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera
Utara

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh
Tenggara dengan pusat pelayanan di Kota Takengon

Pertumbuhan Ekonomi

Kutacane
Desa Tanjung Lama Kecamatan Darul Hasanah
Desa Lawe Pangkat Kecamatan Deleng Pokhkisen
Desa Kutambaru Kecamatan Lawe Bulan

Sosial dan Budaya

Ketambe di Kecamatan Ketambe

Sumber: PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Naskah RTRW Kabupaten Aceh Tenggara, Hasil Analisis, 2014

22

RPI2-JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 5.3
Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Tenggara Terkait
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
USULAN
PROGRAM UTAMA

NO

1.
1.1

Perwujudan Struktur Ruang
Perwujudan Pusat Kegiatan
a. Pengembangan PKL
b. Pengembangan PPK
c.

1.2

Pengembangan PPL

Perwujudan Sistem Prasarana
* Perbaikan jalan menuju lokasi pertanian
* Membangun jalan ke sentra-sentra produksi
* Peningkatan kualitas jaringan jalan ke pusat-pusat
kegiatan
* Pelebaran/peningkatan kualitas jalan menuju
Bandara
* Pengaspalan Jalan Lokal
* Pembangunan jalan lingkungan
* Peningkatan sarana dan prasarana jalan
* Pengadaan rambu-rambu lalu lintas
* Pengadaan marka jalan/zebra cross
* Pengadaan rambu penunjuk arah
* Pengadaan pengujian kendaraan bermotor
* Pembuatan traffic light
* Pembanguan gedung inspeksi/ pengujian kedaraan
bermotor
* Pembangunan Terminal barang
* Pembanguan Terminal Sungai muara situlen
* Pembangunan ter