BAB V - DOCRPIJM 1483068369BAB V PENDANAAN

BAB V KERANGKA STRATEGI PENDANAAN INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Bab ini menguraikan penjelasan mengenai

  kebutuhan investasi, potensi pendanaan dan alternatif pendanaan

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

  Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

  Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010) Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011) Struktur APBD terdiri dari: a.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b.

  Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

  Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut: a.

  Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

   Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

  Tingkat kerawanan air minum.

   b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis: kerawanan sanitasi;

    cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

  Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri. Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PUan yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidang Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

  Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

  Pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sektor yang menjadi fokus investasi antara lain; pengembangan air minum, PLP, Permukiman dan Penataan Bangunan Ligkungan yang memiliki alokasi pada setiap sektorya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Alokasi APBD Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Tahun2017 Tahun2018 Tahun2019 Tahun2020 Tahun2021 SEKTOR (x Rp.000) (x Rp.000) (x Rp.000) (x Rp.000) (x Rp.000)

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

3.296.250 1.150.000 750.000 - 750.000 Pengembangan Air Minum

  • 14.420.000 17.445.000 9.010.000 550.000 Pengembangan PPLP 10.073.054 10.073.054 10.073.054 9.973.054 9.611.250 Pengembangan Permukiman 20.100.000 33.975.000 33.500.000 20.700.000 25.350.000 Penataan Bangunan Dan Lingkungan

   Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit

  oriented). Dan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan satu-satunya perusahaan daerah.

  Berdasarkan laporan Evaluasi Kinerja Perusahaan Air Minum (PDAM ) Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun 2015, kondisi keuangan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah terlihat pada Neraca yang telah disusun untuk periode operasional yang berakhir 31 Desember 2014 sampai dengan tahun 2015 yang telah diaudit oleh BPKP, realisasi pengeluaran modal pada tahun 2015 sebesar Rp. 47.892.459.354,00 yang berasal dari dana PDAM maupun Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran pemeliharaan aset yang sebesar Rp. 1.303.244.246.00. adapun neraca PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Neraca PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah per 31 Desember 2014-2015 2014 2015 URAIAN (Rp) (Rp) Aset Aset Lancar

  9.694.781.086 26.438.464.905 Kas dan Bank

  • 31.043.000.000 Investasi Jangka Pendek -
  • 1.565.844.225 2.653.542.295 Piutang Usaha (NET) (370.435.523) 630.928.736 Penyisihan Piutang Usaha -

    Piutang Non Usaha (NET) 63.799.985 36.620.185

  • Persediaan

  331.563.544 492.100.215

  Jumlah Aset Lancar 42.328.553.317 28.989.798.864 Aset Tetap

  • Nilai Perolehan 58.173.109.025 106.065.568.379 34.537.353.870 43.177.693.086
  • Akumulasi Penyusutan 23.635.755.155 62.887.875.293 Nila Buku Aset Tetap Jumlah Aset Lain-lain (Aset Dalam Penyelesaian) 33.258.544.835 667.500.000 Jumlah Aset Tidak Lancar 56.894.299.990 63.555.375.293 99.222.853.307 92.545.174.157

  Jumlah Aset

  2014 2015 URAIAN (Rp) (Rp)

  • Kewajiban Jangka Pendek

  167.010.152

  • Biaya Yang Masih Harus Dibayar 147.588.239 9.881.007 5.342.903
  • Utang pajak

  73,304.366 10.558.706

  • Kewajiban Jangka Pendek Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 230.773.612 182.911.761
  • Kewajiban Jangka Panjang 52.496.160 24.299.904
  • Hutang Sewa Pembiayaan 54.496.160 24.299.904

  Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 283.269.772 207.211.665

  Jumlah Kewajiban Ekuitas

  • Penyertaan Pemerintah 109.046.813.040 109.046.813.040
  • Penyertaan Pemerintah yang Belum ditetapkan 12.375.502.485 12.375.502.485 Statusnya - Saldo Laba (Rugi) 29.084.353.033 22.482.731.990

  Jumlah Ekuitas 92.337.962.492 98.939.583.535 92.545.174.157 99.222.853.307

  Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Sumber data : PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Tabel 5.3 Pembiayaan Sektor SPAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD

  2009 Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 267.267.600 29.696.400 Distribusi Desa Hawang Kecamatan Limpasu Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 148.950.000 16.550.000 Distribusi Desa Datar Ajab Kp. Rantau Perupuk Kecamatan Hantakan Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 268.290.000 29.810.000 Distribusi Desa Batu Panggung Kecamatan Haruyan Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 441.346.500 49.038.500 Distribusi Desa Tanjung Kecamatan Hantakan

  Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan 547.371.900 60.819.100 Pipa Distribusi Desa Rantau Bujur Kecamatan Labuan Amas Utara 2010 Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 322.360.830 35.817.870 Distribusi Desa Alat Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 296.653.500 32.961.500 Distribusi Desa Layuh 2011 Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi 2.295.786.000 - Bulau Dalam – IKK Kambat Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi - 2.537.156.000 Simpang 10 – Pandawan – Simpang Pajukungan Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi 4.584.433.000 - Gambah – Shulaha – Aluan – Simpang

  Kahakan Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan 559.074.600 62.119.400 Pipa Distribusi Desa Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara

  2012 Pembangunan Sumur Dalam dan Jaringan 520.806.364 52.080.636 Pipa Distribusi Desa Panggang Marak Kec.

  Labuan Amas Selatan Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 117.494.545 11.749.455 Distribusi Desa Kindingan Kec. Hantakan 2013 Pembangunan SR (Sambungan Rumah) 390.080.700 43.342.300 Desa Wawai Pembangunan PMA dan jaringan Pipa 610.524.000 67.836.000 Distribusi Desa Wake Kec.Hantakan

  Tahun Pembangunan SPAM APBN APBD 2014 Optimalisasi SPAM IKK untuk MBR Desa 849.190.000 591.681.000 Andang, Haruyan Seberang, Mangunang

  Kecamatan Haruyan dan Desa Sei. Jaranih Kecamatan Labuan Amas Selatan Pembangunan Jaringan SR (Sambungan 227.277.273 22.727.727 Rumah) Kp. Wawai Pematang Desa Wawai Gardu Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa 150.670.000 - Distribusi Kp. Sungai Sulung Desa Batu Panggung Kecamatan Haruyan Pembangunan PMA dan Jaringan Pipa - 119.676.000 Distribusi Kp.Pantai Uang Desa Hinas Kanan Kec.Hantakan 68.232.000 - Pembangunan/Rehabilitasi Jembatan Pipa Desa Alat Kecamatan Hantakan 2015 Optimalisasi SPAM di Desa Anduhum dan 926.911.545 92.691.155 Desa Labuhan Kec. Batang Alai Selatan Optimalisasi SPAM di Desa Sei. Jaranih - 261.452.727 26.145.273 Desa Mangunang Kec. Labuan Amas Selatan Pembangunan Jaringan Air Bersih 528.733.000 - Penangkap Mata Air (PMA) dan Jaringannya di Desa Pambakulan Kec. Batang Alai Timur

TABEL 5.4 Proyeksi Perkembangan APBD Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  

Tahun 2016-2020

Realisasi (Rp. 000)

  Proyeksi (Rp. 000) Persentase Komponen APBD Pertumbuh 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 an

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11

  12 39.015.243 48.921.288 84.411.165 83.037.443 Pendapatan Asli 32.646.846

  28,95% 107.474.475 131.513.815 162.627.676 200.700.925 247.781.637

Dana Perimbangan 468.241.265 560.159.404 623.522.725 651.991.303 797.349.116 2,15% 811.366.929 828.509.935 845.954.324 863.767.288 881.955.306

DAU 322.360.842 393.267.166 453.312.619 485.521.139 486.103.207 11,12% 540.093.158 594.147.834 654.206.193 720.275.433 793.023.161

109.901.623 135.424.708 121.999.286 118.434.274 149.488.335 9,15% 160.325.071 174.003.254 188.672.998 204.594.295 221.857.875 DBH

DAK 35.978.800 31.467.530 48.210.820 48.035.890 161.757.574 69,30% 195.046.446 307.144.445 442.311.631 655.162.732 961.684.692

  • - DAK Air Minum 688.000 724.600 956.740 1.094.040 1.758.300 28,11% 2.065.835 2.560.093 3.140.799 3.860.441 4.743.320

    559.900 955.650 971.770 1.465.400 2.326.510 45,48% 2.992.974 4.051.071 5.412.275 7.254.702 9.716.205
  • DAK SAnitasi Lain Lain Pendapatan 115.334.106 13.956.3613 140.379.765 150.191.917 224.631.805 19,54% 253.979.306 297.872.360 347.499.917 405.704.176 473.605.659 yang Sah 1.085.711.382 1.300.577.914 1.438.275.013 1.541.145.128 1.906.452.290 15,31% 2.142.401.609 2.434.279.455 2.762.281.141 3.134.969.326 3.557.874.568

  Total APBD

LAPORAN AKHIR V| 10

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN BIDANG CIPTA KARYA

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat tren alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut. Beberapa sektor yang menjadi fokus investasi antara lain; pengembangan air minum, PLP, Permukiman dan Penataan Bangunan Ligkungan.

Tabel 5.5 Alokasi APBN Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (dalam Ribu Rupiah) Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Sektor Tahun2017 Tahun2018 Tahun2019 Tahun2020 Tahun2021

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pengembangan SPAM

  100.000 21.250.000 24.500.000 10.000.000 10.000.000 Pengembangan PLP 400.000 19.350.000 31.800.000 21.000.000 25.000.000 Pengembangan Kawasan 19.444.000 17.795.500 50.087.000 15.000.000 10.000.000 Permukiman Penataan Bangunan

  • 15.675.000 32.200.000 - &Lingkungan

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.6 Alokasi DAK Bidang Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (dalam Juta Rupiah) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jenis DAK 2016 2017 2018 2019 2020

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) 18.966.875 9.750.000 24.750.000 - - DAK Air Minum

  • 3.813.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 DAK Sanitasi

  5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

  Alternatif sumber pendanaan berisikan alternatif pembiayaan pembangunan infrstruktur Bidang Cipta Karya, diluar APBN dan APBD. Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost- recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non- cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

  Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

  Data investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang bersumber dari swasta tidak tersedia. Oleh karena itu, pada anak sub bab ini tidak diuraikan perkembangan investasi pembangunan bidang cipta karya bersumber dari swasta.

  5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

  Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Adapun strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang hasrus dirumuskan, antara lain :

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi, meliputi : a. Peningkatan koordinasi dan negosiasi alokasi dana pusat terhadap anggaran daerah.

  b. Penyesuaian tarif berkala.

  h. Pembenahan laporan keuangan dan teknik.

  g. Pengelolaan pinjaman perbankan.

  f. Strukturisasi hutang pinjaman.

  e. Penetapan investasi dari pertimbangan biaya, pendapatan dan sumber dana.

  Pengendalian biaya/efisiensi biaya.

  d.

  Meningkatkan efisiensi penagihan.

  c.

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, meliputi : a. Penambahan sambungan pelanggan.

  b. Peningkatan anggaran untuk program-program prioritas pada kawasan strategis kota.

  pemerintah daerah Kota Banjarmasin. Dalam hal ini, pemerintah daerah Kota Banjarmasin harus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dalam penerapan pola PPP ini. PPP diperlukan untuk menarik dan mengundang investor dalam berinvestasi melalui pola kemitraan. Untuk itu, kepastian hukum menjadi kata kunci menjalankan mekanisme PPP ini agar investor merasa yakin dan tertarik untuk terlibat.

  b. Menggunakan pola public private partnership (PPP) dengan inisiatif yang dilakukan oleh

  daerah. Intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan melalui pajak dan retribusi serta mengurangi kebocoran yang ada sehingga mendorong peningkatan penerimaan daerah.

  a. Terus mengoptimalkan kapasitas fiskal yang dimiliki dengan memperkuat penerimaan

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran, meliputi :

  pengembangan penyediaan air minum, pengembangan permukiman, perbaikan bangunan dan lingkungan, serta peningkatan lingkungan permukiman.

  d. Penganggaran yang berimbang pada sektor-sektor infrastruktur kota, yaitu

  c. Penyelerasan program pembangunan pusat dengan pragram di daerah.

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan a.

  Menyebarluaskan informasi kebijakan pemerintah melalui media cetak dan elektronik.

  b. Menyelenggarakan pertemuan secara berkala dengan insan pers.

  c. Membuka forum komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat.

  d. Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

  e. Memberikan sarana dan prasarana penunjang lapangan usaha baru.

  f. Meningkatkan kualitas SDM agar mampu membuka lapangan usaha untuk masyarakat lainnya.

  g.

  Mengelola tempat-tempat strategis perekonomian daerah.

  h.

  Mengusahakan sistem kemitraan antara pengusaha kecil, menengah, dan besar.

  i.

  Memberikan kemudahan regulasi untuk pengusaha kecil-menengah mendapatkan permodalan.

  j. Memfasilitasi akses permodalan ke lembaga keuangan atau pemberi bantuan atau pinjaman. k. Mengembangkan lembaga ekonomi masyarakat di tingkat kelurahan.

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada, meliputi: a. Mempertahankan atau bahkan meningkatkan penganggaran daerah untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman.

  b.

  Melibatkan pihak swasta dengan program-program kemitraan dalam pengadaan, operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman.

  c.

  Menyusun regulasi yang mempermudah investasi, baik dari pemerintah pusat maupun swasta.

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

  a.

  Peningkatan infrastruktur transportasi modern, yaitu infrastruktur transportasi yang berbasis moda transportasi masal. Dimana, transportasi tersebut memiliki daya angkut besar, nyaman dalam penggunaan, dan terpadu secara sistem lalu lintas dengan moda transportasi lainnya.

  b. Peningkatan infrastruktur pengendali banjir dengan melakukan normalisasi sungaisungai

  yang melintasi Kota Banjarmasin. Rehabilitasi terhadap sistem drainase kota juga mutlak c.

  Peningkatan infrastruktur permukiman dengan program-program peningkatan kualitas lingkungan. Hal ini dikarenakan Kota Banjarmasin masih memiliki banyak daerah kumuh yang tidak layak huni dengan sanitasi buruk yang membuatnya kurang memberikan kenyamanan.

d. Peningkatan infrastruktur teknologi informatika dengan menerapkan e-government dalam

  pengelolaan pemerintah dan pelayanan publik. Penerapan e-government akan mendorong peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat maupun kalangan bisnis.