NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM “JOKOWI” Karya AZHAR KINOI LUBIS

  NILAI- NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM “JOKOWI” Karya AZHAR KINOI LUBIS

SKRIPSI

OLEH

ANGGA JAELANI SUKHRON

  NIM: 210314151

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2018

  

ABSTRAK

Sukhron, Angga Jaelani. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Film

Jokowi Karya Azhar Kinoi Lubis. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

  Pembimbing: Kharisul Wathoni, M.Pd.I.

  Ponorogo (IAIN) Ponorogo.

  Kata kunci: Pendidikan Karakter, Kebribadian Islami, Film Jokowi

  Film Jokowi adalah sebuah film yang disutradari oleh Azhar Kinoi Lubis, menceritakan tentang perjuangan hidup anak tukang kayu yang tinggal dipinggir bantaran sungai bengawan Solo. Film ini memiliki pendidikan yang disuguhkan kepada masa, salah satunya adalah pendidikan karakter. Degradasi moral yang terjadi pada remaja merupakan dampak dari kurangnya pemahaman dan penanaman pendidikan karakter sejak dini. Seorang pelajar yang harus mencerminkan watak dan kepribadian yang baik karena dipandang sebagai orang yang berilmu. Penelitian ini merelevansikan nilai pendidikan karakter pada film Jokowi dengan kepribadian Islami untuk membentuk individu yang baik.

  Berangkat dari masalah di atas tujuan analisis ini adalah (1) untuk mendeskripsikan Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Film Jokowi. (2) untuk menjelaskan Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Film Jokowi serta Relevansinya dengan Pembentukan Kepribadian Islami Anak Didik.

  Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Adapun teknik pengumpulan datan menggunakan literer atau dokumenter. Sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (Content Analysis). Berdasarkan hasil analisis dapat ditemukan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada Film Jokowi adalah religius, jujur, toleransi, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, peduli sosial, tanggung jawab, menghargai prestasi dan cinta damai. (2) Relevansi Nilai pendidikan karakter pada Film Jokowi dengan pembentukan kepribadian Islami anak didik, yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi toleransi, kerja keras, demokratis, dan rasa ingin tahu. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan moral secara mendasar mendukung dan mengarahkan seluruh ajarannya untuk mewujudkan nilai-nilai positif sebagaimana dalam pendidikan karakter. Semua nilai-nilai pendidikan karakter ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan

  mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tampa karakter adalah manusia yang sudah membinatang.

  Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara indiviual maupun sosial

  1 ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

  Penguatan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di Negara kita. Di akui atau tidak di akui saat ini terjadi krisis yang sangat nyata dan mengkhawatikan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang sangat berharga, yaitu anak- anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, penculikan remaja, kebiasaan mencontek dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, pemerkosaan, perampasan, dan perusaan milik orang lain sudah

  2 menjadi masalah sosial hingga saat ini belum bisa diatasi secara tuntas.

  Kondisi krisis dan degradasi moral seperti ini menandakan bahwa seluruh pengetahuan agama dan moral yang di dapatkannya di bangku sekolah ternyata tidak berdampak terhadap perubahan perilaku anak-anak dan remaja di zaman globalisasi pada saat ini.

  Padahal kita ketahui bahwa kesejahteraan suatu bangsa bermula dari karakter yang kuat warganya. Karakter itu sangatlah penting karena karakter itu lebih tinggi nilainya dari pada intelektualitas. Stabilitas kehidupan tergantung pada karakter yang dimilikinya, karena karakter itu mampu membuat orang bertahan, memiliki stamina untuk mereka berjuang dan

  3

  mampu mengatasi ketidak beruntungannya secara bermakna. Karena itu, kita perlu membangun karakter yang kuat pada diri generasi muda bangsa ini agar dikemudian hari kesejateraan bisa dirasakan oleh bangsa ini.

  Ada tiga ciri-ciri orang yang membunyai karakter yang kuat:

  Pertama , karakter kuat tersebut ditunjukan oleh banyaknya tenaga dan daya

  yang digunakan untuk menjalani pekerjaan yang positif menunjukan giatnya dalam menjalankan pekerjaan dan peran yang dilakukan. Kedua, orang yang mempunyai karakter kuat itu adalah orang yang tidak mudah putus asa, semangatnya berkobar terus, konsisten melakukan sesuatu usaha dan akan belajar untuk memperbaiki tindakan dan usahanya. Ketiga, orang yang berkarakter kuat itu menunjukan adanya sifat tidak mudah goyah atau dipengaruhi, teguh pendirian, punya kemauan yang teguh untuk

  4 mencapainya.

  Salah satu pemicu lemahnya karakter di bangsa ini adalah tentang masalah proses belajar mengajar, kalau dahulu lebih di tekankan melalui

  3 bentuk kata-kata, sehingga menjerumus ke arah verbalisme, kemudian orang mulai berfikir ke arah diperlukannya alat bantu pelajaran yang bersifat audio visual, seperti gambar, slide, pita kaset, film, radio, dan televisi. Dengan media yang ada tersebut bisa dijadikan alat bantu untuk memudahkan dalam

  5

  proses belajar mengajar. Salah satu produk yang dihasilkan oleh media elektronik adalah film. Film merupakan media komunikasi yang efektif dan kondusif serta mudah diterima oleh masyarakat. Film tidak hanya berisi hiburan semata melainkan juga memuat nilai-nilai pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

  Nilai pendidikan dalam sebuah film jangan di artikan sebagaimana di bangku sekolah, namun nilai sebuah film di maksudkan bermakna sebuah pesan-pesan. Dengan demikian, penonton tidak merasa digurui. Hampir semua film itu memberitahu tentang sesuatu. Misalnya, seseorang yang dapat belajar bagaimana berteman, bertingkah laku, melalui film yang disajikan. Mengajarkan nilai-nilai pendidikan yang disampaikan melalui media film akan lebih mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan remaja dari pada mengajarkan nilai pendidikan dengan media lain seperti ceramah, membaca buku atau menggunakan media yang lain. Karena di dalam film disajikan alur cerita yang bisa langsung dilihat oleh audien yang membuat cerita atau kisah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga itu menjadikan pelajaran bagi orang- orang yang menonton film. Selain itu film disajikan secara apik dengan 5 adanya unsur hiburan sehingga anak dan remaja tidak merasa bosan dan mereka bisa mengambil kesimpulan sendiri dari apa yang telah mereka lihat dalam film tersebut. Salah satu film yang sangat di antusiasi masyarakat pada tahun 2013 adalah film “Jokowi”.

  Film “Jokowi” berusaha memberikan warna pada perfilman di

  Indonesia. Film ini sangat relevan bagi bangsa Indonesia karena sebagai media yang di dalamnya banyak mengungkap pesan-pesan moral dan sosial, serta pendidikan karakter yang ditujukan kepada generasi muda agar semangat menggapai kehidupan yang lebih baik dan memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Film ini bercerita tentang masa kecil Joko Widodo, lahir di lingkungan keluarga yang bisa dibilang mempunyai ekonomi yang rata-rata rendah, di bantaran sungai bengawan Solo. Jokowi kecil sudah biasa hidup susah, bahkan harus rela pindah kesana-kemari ketika bapaknya tidak bisa melunasi uang kontrakan rumah. Hanya mengandalkan dari upah kerja menjadi seorang tukang kayu, bapaknya masih tetap bisa menyekolahkan anaknya dan Jokowi tak menyia-nyiakan kerja keras orang tuanya di sekolah ia anak yang berprestasi. kemudian hingga ia menjadi orang sukses dan mampun memimpin Indonesia sebagai Persiden RI ke 7.

  Dari pesan moral dan didikan yang ia dapatkan dari orang tua, situasi, pengalaman, dan keadaan yang ia rasakan mengungkap bahwa untuk maju tidak perlu melihat latar belakang yang susah. Semuanya bisa maju asalkan terus berusaha dan berdoa. Dari situ tertanam karakter perkerja keras, sederhana, jujur, dan lain-lain. Ia juga oleh masyarakat dikenal merakyat dan sederhana.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti beranggapan film Jokowi memang memiliki keunikkan yaitu cerita yang syarat akan nilai pendidikan, terutama nilai pendidikan karakter dan pembentukan kepribadian Islami. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film “Jokowi” tersebut dan merelevansikan terhadap pembentukan kepribadian Islami. Dengan ini penulis mengambil judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM “JOKOWI” KARYA AZHAR KINOI LUBIS”.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang terdapat dalam Film

  “Jokowi” karya Azhar Kinoi Lubis? 2. Bagaimana relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Film

  “Jokowi” karya Azhar Kinoi Lubis terhadap pembentukan kepribadian Islami anak didik? C.

TUJUAN PENELITIAN

  Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti memiliki tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang

2. Menginformasikan bahwa film ini dapat dijadikan media pembelajaran.

D. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya, baik dari kalangan akademisi maupun kalangan umum. Adapun manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut: 1.

  Agar meningkatkan pengetahuan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter.

  2. Nilai-nilai yang terkandung dalam Film Jokowi bisa dimiliki oleh generasi muda.

  3. Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti pembaca dalam mencari nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis.

  4. Menambah bahan pustaka bagi IAIN Ponorogo berupa hasil penelitian dari bidang pustaka.

E. TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU 1.

  Penelitian yang dilakukan oleh Yulika Shobarohmi Ishar, mahasiswa jurusan kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam film Laskar Pelangi (sebuah adopsi novel buah karya Andrea Hirata)”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penanaman nilai-nilai pendidikan meliputi berbagai cara seperti dalam film Laskar Pelangi. Kandungan dalam nilai-nilai edukatif dalam film

  Dengan implimentasi-implentasi nilai-nilai tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk membentuk karakter seseorang dan dapat dilibatkan dalam setiap lini pendidikan Islam berdasarkan landasan Islam yakni Al-

6 Persamaan penelitian Yulika Shobarohmi Ishar Qur’an dan As-Sunnah.

  dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari nilai-nilai pendidikan dalam suatu film. Dan yang membedakan kalau penelitian Yulika Shobarohmi Ishar lebih berfokus mencari nilai-nilai pendidikan Islam dalam film Laskar Pelangi sedangkan penelitian ini memfokuskan pada mencari nilai-nilai pendidikan karakter dalam film Jokowi.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Yuniar Anggraini, mahasiswa jurusan pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo tahun 2017, yang berjudul Nilai-

  Nilai “Pendidikan Karakter Pada Serial Kartun Upin Dan Ipin Serta Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai-nilai karakter pada serial kartun Upin dan Ipin produk si Les‟ Copaque serta relevansinya dengan pendidikan karakter, dapat disimpulkan berikut ini.

  a.

  Nilai-nilai pendidikan karakter dalam serial kartun Upin dan Ipin produksi les‟ Copaque yaitu, memperkenalkan makanan khas Negara, bekerja untuk menghasilkan uang, membantu dengan ikhlas, memanfaatkan waktu luang, mengembalikan uang yang bukan

  6 miliknya, menghindari suap, menghargai kepercayaan orang lain, berbagi makanan untuk orang miskin.

  b.

  Relevansi nilai-nilai karakter pada serial kartun Upin dan Ipin produksi Le s‟ Copaque dengan pendidikan karakter, terdapat pada nilai karakter cintatanah air, kerjakeras, peduli sesama, kreatif, jujur,

  7

  dan toleransi. Persamaan penelitian Widya Yuniar Anggraini dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari nilai-nilai pendidikan karakter dalam suatu film. Dan yang membedakan kalau penelitian Widya Yuniar Anggraini dengan penelitian ini terletak pada objek yang diteliti, kalau objek yang diteliti Widya Yuniar Anggraini pada serial kartun Upin dan Ipin produksi Les‟ Copaque sedangkan objek penelitian ini pada film Jokowi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mursidi, mahasiswa jurusan kependidikan

  Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011, yang berjudul Nilai-

  Nilai “Pendidikan Karakter Pada Film The Chorus. Penelitian ini berfokus pada pembahasan nilai-nilai pendidikan karakter, yaitu tanggung jawab, kejujuran, rasa ingintahu, kepedulian, disiplin, kerjasama, pantang menyerah, mandiri, persahabatan, dan sopan santun serta metode penerapannya dalam film

  8 The Chorus , serta relevansinya dengan pendidikan Islam. Persamaan

7 Widya Yuniar Anggraini, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Serial Kartun Upin Dan

  

Ipin Serta Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter”, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo, 2017. penelitian Mursidi dengan penelitian ini adalah sama-sama mencari nilai- nilai pendidikan karakter dalam suatu film. Dan yang membedakan kalau penelitian Mursidi lebih berfokus mencari nilai-nilai pendidikan karakter dalam film The Chorus dan di relevansikan dengan pendidikan Islam sedangkan penelitian ini memfokuskan pada mencari nilai-nilai pendidikan karakter dalam film Jokowi dan di relevansikan dengan pembentukan kebribadian Islami.

F. METODE PENELITIAN 1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

  Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah sumber-sumber pustaka baik berupa jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar, diskusi ilmiah, atau terbitan-terbitan resmi dari

  9

  pemerintah atau lembaga lain. Penelitian ini dikatakan penelitian kepustakaan karena menghimpun data dari film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis serta berbagai literatur yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

2. DATA DAN SUMBER DATA a. Data Penelitian

  Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif bukan angka, hitungan kuantitas. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka.

  10 Data dalam

  penelitian ini berupa kata-kata, gambar, tindakan, dan peristiwa yang ada dalam film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis. Dengan menggambarkan terhadap data yang telah terkumpul kemudian memilih dan memilah data yang diperlukan yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini.

b. Sumber Data

  1) Sumber data primer

  Sumber data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian.

11 Objek kajian pada penelitian ini adalah film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis.

  2) Sumber data sekunder

  Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.

12 Selain itu, sumber data ini digunakan untuk menunjang

  penelaahan data yang dihimpun dan sebagai pembanding data- 10 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta Utara: PT. Rajagrafindo data primer. Dalam hal ini data sekunder yang digunakan sebagai bahan penguat, perbandingan, serta penjelasan dari jabaran data primer. Di antara yang digunakan sebagai data sekunder berikut ini: a)

  Abdul Mujib, Kepribaian Dalam Psikologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)

  b) Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja

  Rosdakarya, 2017)

  c) Azwar Anas dkk, Jokowi Sosok Satrio Piningit (Yogyakarta:

  Citra Media Pustaka, 2014)

  d) Darwanto, Televisi sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta:

  Pustaka Pelajar, 2007)

  e) Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik dan

  Praktik (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011)

  f) Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka

  Setia, 2014)

  g) Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian

  Pustaka, 2008)

  h) Kabul Budiyono, Pendidikan Pancasila (Bandung: Alfabeta,

  2014) i) Lin Tri Rahayu, Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi

  Kontemporer (Malang: UIN Malang Pres, 2009) j) Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu

  Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)

  k) Mohammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk

  Pendidikan (Depok: Rajawali Pres 2017)

  l) Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran pendidikan Islam

  (Bandung: Trigenda, 1993) m) Ngainun Naim, Character Building (Jogjakarta: AR Ruzz

  Media, 2012) n) Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor:

  Penerbit Ghalia Indonesia, 2014) o) Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif,

  Inovatif, dan Kreatif (Jakarta: Erlangga, 2012)

  p) Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter (Jakarta:

  Erlangga, 2011) q) Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: PT Bumi

  Aksara, 2006) r) Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter

  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) s) Syamsu Yusuf LM dan Achmad Junika Nurihsan, Teori

  Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)

  t) Yon Thayrun, Jokowi Pemimpin Rakyat Berjiwa Roker

  (Surakarta: Noura Books, 2012) u) Zubaedi, desain pendidikan karakter (Jakarta: Prenada Media

  Grup, 2012) 3.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

  Cara mengumpulkan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data. Sumber data adalah subjek dari penelitian yang dimaksud untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Karena penelitian ini adalah kajian pustaka (library research), maka dalam mengumpulkan data menggunakan teknik pengumpulan data literer atau dokumenter, yakni suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar,

  13 maupun elektronik.

  Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber pustaka diantaranya untuk mengetahui nilai- nilai pendidikan karakter, peneliti mengumpulkan data dari beberapa buku tentang pendidikan karakter. Kemudian untuk mendapatkan data mengenai pendidikan karakter dalam film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis, peneliti melakukan analisis terhadap isi film tersebut. Data-data yang terkumpul baik dari buku maupun film selanjutnya di relevansikan dengan pembentukan kebribadian Islami anak didik. Kemudian dikategorikan dan diklarifikasi ke dalam bab-bab dan sub-bab dengan pembahasan dalam penelitian ini.

4. TEKNIK ANALISIS DATA

  Untuk menganalisis data yang telah ada, penelitian ini menggunakan teknik analisis isi (content analysis), yaitu telaah sistematis atas catatan-catatan atau dokumen-dokumen sebagai sumber data. Kajian isi adalah metodologi penelitian yang menggunakan penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang

  14 shahih dari sebuah buku atau dokumen.

  Analisis isi adalah telaah sistematis atas catatan-catatan, dokumen-dokumen sebagai sumber data. Dokumen itu tidak hanya berisi kalimat tertulis maupum cetak saja tetapi juga bisa berupa grafik, gambar,

  15 lukisan, kartun, foto, film dan sebagainya.

  Dalam penelitian ini data-data yang telah dihimpun dari film diseleksi sesuai dengan kepentingan penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis menggunkan teori yang ada untuk membahas rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini. Jawaban dari rumusan masalah tersebut diperoleh dengan merelevansikan nilai-nilai pendidikan karakter yang telah ditemukan pada film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis berdasarkan teori yang ada sehingga akan diketahui apa saja nilai karakter yang ada dalam film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis kemudian setelah itu di relevansikan kepada pembentukan kebribadian Islami anak didik.

14 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosdakarya, 2014),

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

  Pembahasan skripsi ini di bagi kedalam beberapa bab, dimana diantara bab satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat dan merupakan satu kebulatan, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh dan padu. Untuk mempermudah pemahaman dan memperjelas arah pembahasan, penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut.

  BAB I Pendahuluan. Bab ini merupakan pola dari keseluruhan isi penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitiaan, telaah kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB II Kajian Teori. Bab ini membahas pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, nilai-nilai pembangun karakter, faktor yang mempengaruhi karakter, metode pendidikan karakter, Pembentukan kebribadian Islami anak didik dan pengertian film.

  BAB III Pemaparan Data. Bab ini merupakan pemaparan data tentang profil film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis.

  BAB IV Analisis Data. Bab ini membahas relevansi pendidikan karakter dalam film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis dengan pembentukan kebribadian Islami anak didik.

  BAB V Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan laporan ini berisi kesimpulan, saran-saran dari peneliti.

BAB II KAJIAN TEORI A. Nilai Pendidikan Karakter 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa latin

  vale’re yang artinya berguna,

  mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.

  16 Adapun menurut istilah terdapat beberapa pengertian tentang

  nilai, sebagaimana yang dikemukakan para ahli, Di antaranya sebagai berikut ini: a.

  Kabul Budiyono berpendapat bahwa nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak disadari. 17 b. Rohmat Mulyana berpendapat bahwa nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.

  18 c.

  Muhaimin dan Abdul mujid berpendapat bahwa Nilai merupakan konsep abstrak di dalam diri manusia atas masyarakat mengenai hal- hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan 16 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, salah. Nilai mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam 19 kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang nilai diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai merupakan sebuah konsep keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang sangat berharga baginya dan mengarahkan tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari- hari sebagai makhluk yang bermasyarakat.

  Sedangkan secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values

  of giving ). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada pada diri manusia

  kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita melakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk dalam nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati,

  20 ramah, adil, dan murah hati.

2. Pendidikan karakter

  Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh dan

  19 berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,

  21

  kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia (berkarakter). Sedangkan menurut Retno Listyarti dalam bukunya menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri peserta didik

  22 untuk lebih maju.

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

  23

  seseorang dari orang lain. Menurut pendapat yang lain karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi

  24

  pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Jadi ketika digabungkan pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara objektif baik bagi individu maupun

  25

  masyarakat. Berdasarkan dari beberapa uraian tentang tentang pendidikan karakter diatas maka peneliti mengambil pengertian bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada anak-anak, remaja, seluruh warga sekolah, seluruh masyarakat, yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan 21 tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan

  

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), 4. 22 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif (Jakarta: Erlangga, 2012), 2. 23 24 Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter (Jakarta: Erlangga, 2011), 17.

  Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang kamil.

  Terkait dengan upaya untuk mengembangkan materi kurikulum tentang pendidikan karakter, pusat kurikulum, balikbang diknas, telah merumuskan delapan belas pilar nilai karakter yang harus dikembangkan untuk anak didik di Indonesia. Berikut ini dikemukakan

  26

  kedelapan belas nilai karakter , yaitu: a.

  Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Penanaman sikap religius ini dilakukan dengan menciptakan suasana yang memungkinkan terinternalisasinya nilai religius dalam diri anak- anak atau remaja. Seperti orang tua harus menjadi teladan yang

  27 utama bagi anak-anaknya menjadi manusia yang religius.

  b.

  Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Mengajarkan sikap jujur tidak cukup hanya dengan penjelasan lisan semata. Dibutuhkan pemahaman, metode yang tepat, juga teladan. Selain metode di atas, orang tua dan guru juga dapat menggunakan metode cerita tokoh-tokoh yang dapat

  28 diteladani karena sikap jujurnya.

  c.

  Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha secara serius dan sistematis agar toleransi bisa menjadi kesadaran. Sikap ini bisa dipupuk mulai sejak usia dini.

  Salah satu cara penanaman sikap toleransi dimulai dari keluarga orang tua harus membangun pemahaman tentang bagaimana menghargai perbedaan yang ada didalam keluarganya. Dari keluarga bisa lahir sikap toleran. Toleransi tumbuh dan berkembang karena kemauan dan kesadaran menghargai perbedaan pada level kecil,

  29 yaitu keluarga.

  d.

  Disiplin Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melakasanakan suatu sistem yang mengahruskan orang untuk tunduk patuh kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah diterapkan tanpa pamrih. Islam mengajarkan agar benar-benar memperhatikan dan mengaplikasikan nilai-nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik.

  Disiplin tidak bisa terbangun secara instan, dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh karena itu, penanaman disiplin harus dilakukan sejak dini. Tujuannya adalah untuk mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa. Jika sejak dini sudah ditanamkan disiplin, maka mereka akan menjadikannya sebagai kebiasaan dan

  30 bagian dari dirinya.

  e.

  Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Menanamkan sikap kerja keras kepada anak-anak atau remaja dimulai dari di rumah. Orang tua harus buat anak menjadi sadar akan perlunya proses. Untuk merasakan perlunya bekerja untuk meraih sesuatu, orang tua harus mengajarkan secara langsung dalam praktik. Anak harus bisa mempersiapkan sediri apa yang diperlukannya. Anak harus berusaha dulu ambil piring, ambil nasi, ambil lauk, dan cuci tangan sebelum makan. Begitu pula anak harus membersihkan bekas makanannya sendiri, walaupun ada pembantu dirumah. Hal-hal ang seperti ini

  31 dapat menerapkan sikap kerja keras pada anak.

  f.

  Kreatif Kreatif berarti menciptakan ide-ide dan karya baru yang bermanfaat. Pemikiran yang kreatif adalah pemikiran yang dapat menemukan hal-hal atau cara-cara baru yang berbeda dari yang biasa dan pemikiran ang mampu mengemukakan ide atau gagasan

  32 yang memiliki nilai tambah atau manfaat.

  g.

  Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

  33

  lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang anak, mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia, bisa saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri.

  Pentingnya kemandirian harus mulai ditumbuh kembangkan kedalam diri anak sejak usia dini. Sikap penting yang harusnya dikembangkan oleh orang tua adalah memberi kesempatan yang luas kepada anak untuk bekembang dan proses. Intervensi

31 Mohammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Depok: Rajawali Pres, 2017), 48.

  32 orang tua hanya dilakukan kalau memangkondisi anak membutuhkan. Dengan cara demikian, kemandirian anak-anak

  34 diharapkan dapat terwujud.

  h.

  Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Dalam konteks character

  building, ada beberapa prinsip yang dapat dikembangkan untuk

  menumbuhkembangkan spirit demokrasi. Pertama, menghormati pendapat orang lain. Artinya memberikan hak yang sama kepada orang lain untuk berpendapat sesuai dengan karakteristik dan kualifikasi pemahamannya sendiri.

  Kedua, berbaik sangka terhadap pendapat orang lain. Jika sejak awal memiliki pendapat yang buruk terhadap orang lain, maka apapun yang dikatakannya akan selalu dilihat sebagai hal yang tidak benar. Ketiga, sikap fair terhadap pendapat orang lain. Sikap ini merupakan bagian dari kerangka operasional toleransi dalam

  35 perbedaan pendapat.

  i.

  Rasa ingin tahu Manusia memiliki sifat serba ingin tahu sejak awal kehidupannya. Rasa ingin tahu yang membuat anak bertambah pengetahuannya. Para ahli pendidikan umumnya sepakat bahwa salah satu ciri anak cerdas adalah memiliki rasa ingin tahu yang

  36

  sangat besar. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

  Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begutu saja menghardik mereka ketika kita tidak tahu atau malas saat kita bertanya. Yang lebih baik adalah kita berikan kepada mereka cara-cara untuk mencari

  37 jawaban.

  j.

  Semangat kebangsaan Semangat kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan dirinya dan kelompoknya. Semangat kebangsaan penting menjadi nilai pembentuk karakter karena meneguhkan arti dan makna penting sebagai warga negara. Hidup di tengah era globlalisasi, persaingan antarbangsa bersifat ketat. Secara praktis, ada 3 langkah untuk meningkatkan semangat kebangsaan. Pertama, mempertinggi tingkat pendidikan sehingga mampu mem-filter informasi terhadap kebudayaan asing. Kedua, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang budaya dunia agar leebih arif dalam menerima informasi. Ketiga, mempertebal iman dan

  38 pengalaman agama.

  k.

  Cinta tanah air Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sekarang ini, kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air seharusnya semakin ditumbuh kembangkan ditengah gempuran globalisasi yang semakin tidak terkendali. Cinta tanah air tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dalam

  39 kompetisi global.

  l.

  Menghargai prestasi Menghargai prestasi adalah Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberasilan orang lain. Dalam iklim kehidupan sekarang ini, arus kompetisi kian ketat.

  Dalam konteks pengembangan karakter, penting untuk menanamkan menghargai prestasi kepada anak-anak. Prestasi menunjukkan adanya proses dalam meraihnya. Jangan sampai anak- anak menjadi generasi yang hanya menyukai produk dan tidak menghargai proses. Menghargai prestasi merupakan bagian dari menghargai proses. Jika kejujuran dalam meraih prestasi telah ditanamkan sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi orang yang menghargai proses, bukan orang yang menghalalkan segala cara

  40 demi mencapai sebuah prestasi.

  m.

  Bersahabat atau komunikatif Bersahabat adalah Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

  Dalam pembangunan karakter, bersahabat harus mendapatkan perhatian yang serius. Jangan sampai anak-anak tumbuh menjadi manusia arogan, sok dan tidak menghargai yang lainnya. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain secara tulus. Memang, tidak mungkin semua relasi dibangun berdasarkan ketulusan, tetapi dalam kehidupan ini, relasi berbasis ketulusan menjadi bagian yang tidak

  41 boleh diabaikan.

  n.

  Cinta damai Permusuhan lebih cepat berkembang karena isu-isu yang melibatkan suara. Penyimpangan informasi yang disebabkan salah dengar atau salah arti menghasilkan kesimpulan dan reaksi berbeda. Kesalahan yang seperti itulah pemicu pertikaian antarsesama. Budaya damai harus terus ditumbuhkembangkan di berbagai aspek kehidupan. Kekerasan dalam berbagai bentuknya sekarang ini semakin banyak ditemukan. Harus ada kemauan dari berbagai pihak untuk membangun secara sistemis cinta damai menjadi budaya yang

  42

  mengakar dalam kehidupan. Cinta damai adalah Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o.

  Gemar membaca Manusia berkarakter adalah yang selalu gigih mencari pengetahuan. Ada banyak cara mendapatkan pengetahuan, salah satunya dengan kegiatan membaca. Lewat membaca, karakter seseorang akan semakin arif karena merasa bahwa pengetahuannya selalu kurang. Selalu ada banyak hal yang belum dikuasai sehingga

  43

  tidak menjadikan dirinya orang sombong. Gemar membaca adalah Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

  Tradisi membaca memang seyogyanya dibangun sejak dini. Memang, bukan hal mustahil tradisi membaca ini tumbuh justru ketika orang menginjak usia dewasa atau bahkan tua. Semuanya itu diperbolehkan dan tetap memberikan manfaat positif. Tetapi, membaca yang telah dipupuk sejak usia dini jelas akan memberikan

  44 manfaat yang jauh lebih besar terhadap kehidupan seseorang.

  42 p.

  Peduli lingkungan Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Manusia merupakan mahluk sosial. Ia hidup dan menjadi bagian tidak terpisah dari lingkungannya. Karenanya, manusia tidak bisa sepenuhnya egois dan beranggapan kalau dirinya bisa hidup sendiri tanpa peran serta orang lain. Selain tidak logis, sikap egois semacam ini juga membawa implikasi kurang baik bagi tatanan sosial. Dalam kerangka character building, peduli lingkungan menjadi nilai yang penting untuk ditumbuhkembangkan. Manusia berkarakter adalah manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial

  45 maupun lingkungan fisik.

  q.

  Peduli social Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

  46 membutuhkan.

  r.

  Tanggung jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan 47 budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Kita adalah orang yang bertanggung jawab terhadap hidup kita. Maka kita pun harus belajar untuk menerima tanggung jawab total terhadap diri kita sendiri. Jika kita tidak dapat mengatur dirikita sendiri, maka berarti kita memberikan pada orang lain untuk mengontrol diri kita.

  Kebiasaan itu lebih kuat dari pada kesadaran. Setelah kita sendiri bisa dan biasa bertanggung jawab atas diri sendiri, maka kita tinggal membiasakan diri untuk bertanggung jawab kepada pihak-

  48 pihak lain diluar diri kita.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter

  Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi karakter. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli menggolongkannya kedalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

  a.

  Faktor intern, terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal diantaranya berikut ini.

  1) Insting atau naluri

  Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabi’at yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat menjerumuskan manusia pada kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang tinggi, jika naluri disalurkan kepada hal baik dengan tuntunan kebenaran.

49 Segenap naluri insting manusia itu merupakan paket

  yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan potensi naluri itulah manusia dapatmemproduk aneka corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya.

  50

  2) Adat atau kebiasaan (habit)

  Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan.

  51 Pada perkembangan selanjutnya,

  suatu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi kebiasaan, akan dikerjakan dalam waktu singkat, menghemat waktu dan perhatian. Contohya ketika seseorang sudah pandai menulis, dengan sedikit waktu dan perhatian akan menghasilkan tulisan yang banyak. Faktor kebiasaan ini 49 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (Bandung: Alfhabeta, 2014), 20. 50 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga

  memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan

  52 membina akhlak.

  3) Kehendak/kemauan (iradah)

  Kemauan adalah salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sunguh untuk berperilaku (berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan

  53 buruk. Kemauan mampu melangsungkan segala ide.

  4) Suara batin atau suara hati

  Di dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara hati. Suara batin berfungsi memperingatkan bahaya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan perbuatan

  54 baik.

  5) Keturunan

  Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan manusia. Adapun sifat yang diturunkan orang tua terhadap anaknya itu bukan sifat yang

  52 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan , 180. 53 Ibid., 20. tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat dan

  55

  pendidikan melainkan sifat-sifat bawaan sejak akhir. Sifat yang diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam yaitu: a) sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat saraf orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.

  b) sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi anak cucunya.

  b.

  Faktor ekstern Selain faktor intern (yang bersifat dari dalam) yang dapat mempengaruhi karakter, akhlak, moral, budi pekerti, dan etika manusia, juga terdapat faktor ekstern (yang bersifat dari luar) diantaranya adalah berikut ini.

  1) Pendidikan

  Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Zubaedi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter seseorang.

  Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima seseorang baik pendidikan formal, informal, maupun non formal. Betapa pentingnya, faktor pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan

  56 terarah.

  2) Lingkungan

  Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan dimana seseorang berada. Lingkungan artinya sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah,udara, sedangkan lingkungan manusia adalah apa yang

  57 melingkupi manusia dalam arti seluas-luasnya.