NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : SELVI ALVIANA RAFIDA NIM. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
SELVI ALVIANA RAFIDA
NIM.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
Dan Katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: "Berbuatlah menurut
kemampuanmu; Sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula)." (Q.S. Hud:121)
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dengan cinta, atas karunia dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahakan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah membantu mewujudkan mimpiku:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Muhammad Rofi‟i dan Ibu Yuyun Farida
Istiqomah yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani rintangan yang ada di depanku.
2. Adik tercinta, Muhammad Rois Asofi Ramadhan yang telah memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam mengarungi perjalanan hidup.
3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc. dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga yang senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat menemukan ketentraman hidup.
4. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi angkatan 2012 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu bersabar dalam menghadapi setiap masalah.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI pada FTIK Institut Agama Islam Negeri Salatiga
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Guru-guru yang memberikan pengetahuannya kepada saya, semoga Allah membalasnya dengan menempatkan kalian ditempat yang layak dan dibalas dengan penuh kasih sayang-Nya.
6. Teman-teman PAI D yang mengajak untuk sesegera mungkin menyelesaikan program S 1 ini.
7. Abdul Majid yang selalu memberikan motivasi, mendoakan dan juga mendampingi dalam segala hal.
8. Indah Asfaradina, Windawati, Animatul Afiyah, Amama, Princess dan teman-teman di Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi secara bersama-sama.
9. Teman-teman seperjuangan PAI 2012 dan keluarga besar Bidikmisi yang selalu memberikan pembelajaran meskipun secara tidak langsung.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Dalam penulisan skripsi ini apabila banyak kekeliruan, kekurangan dan kesalahan, itu semua karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu pula kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya kepada diri saya pribadi dan kepada semua pelajar pada umumnya.
Salatiga,
7 September 2016 Peneliti
Selvi Alviana Rafida NIM : - - ABSTRAK Rafida, Selvi Alviana. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Surat Hud. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Ulfah Susilawati, M. SI. Kata Kunci : Pendidikan Karakter dan Surat Hud
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: ( 1) bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam al-
Qur‟an surat Hud? (2) bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Hud dikaitkan dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini?
Penelitian ini merupakan penelitian literatur atau naskah dengan mengambil naskah surat Hud, yakni al- Qur‟an dan tafsir surat Hud. Metode yang digunakan adalah analisis maudhu‟i dan analisis deduksi, dengan pendekatan fenomenologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ( 1) nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam surat Hud terdapat pada ayat:
1, 2, 14, 23, 26, 84, 87, 88, 114 dan 115 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter religius. Pada ayat 84 dan
85 mengandung unsur-unsur nilai nilai pendidikan karakter jujur. Pada ayat 56 dan 112 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter disiplin. Pada ayat 15 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu. Pada ayat 90 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter komunikatif. Pada ayat 48 dan 89 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karaktr cinta damai. Pada ayat 85 dan 110 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter demokratis. Pada ayat
85 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter peduli lingkungan. Pada ayat 116 dan 117 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter peduli social. Pada ayat 121 dan 122 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter tanggung jawab. ; dan (
2) Relevansi pendidikan karakter dalam surat Hud sangat relevan diterapkan untuk konteks Indonesia, terutama di dunia pendidikan dalam mengoptimalkan karakter pendidik dan peserta didik sesuai dengan tujuan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan karakter yang tertuang dalam surat Hud dapat dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan di Indonsesia dewasa ini yang mulai memudar pendidikan karakternya.
DAFTAR ISI
SAMPUL LEMBAR BERLOGO JUDUL ..................................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................iv MOTTO.................................................................................................................... v PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................
1 B. Rumusan Masalah .................................................................................
6 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
6 D. Penegasan Istilah ..................................................................................
6 E. Manfaat Penelitian ................................................................................
12 F. Metode Penelitian .................................................................................
14 G.Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................................
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Karakter ...........................................................
18 B. Tujuan Pendidikan Karakter. ................................................................
24 C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ...................................................
27 D. Al- Qur‟an Surat Hud ........................................................................... 29
BAB III KANDUNGAN ISI SURAT HUD A. Asbabun Nuzul .....................................................................................
32 B. Konten Surat Hud .................................................................................
36 BAB IV PEMBAHASAN A.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud...............................82 B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional................................................................
108
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................
112 B. Saran ................................................................................................... 116 C. Penututp ............................................................................................. . 117 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
118 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan
mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.
Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religious, sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung hedonistik, materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang diperoleh.
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan, pendidikan yang merupakan
agent of change harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita.
Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengembangkan misi pembentukan karakter (character building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia (Zuchdi, 2013: 13-14).
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Penanaman pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan media masa (Zubaedi,
2011: 17). Namun, pada tahap awal implementasi pendidikan karakter itu masih terseok-seok dan belum optimal. Itu karena pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi ujian, dan teknik-teknik menjawabnya pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Karakter tidak tebentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Yang terpenting, pendidikan karakter jangan hanya menjadi tanggungjawab parsial dunia pendidikan. Tetapi menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga dan sekolah (Wibowo, 2012: 22-23). Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan. Lebih lanjut harus diingat bahwa secara eksplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegas kan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Pengembangan potensi tersebut harus menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Indonesia (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 26-27).
Muchlas Samani dan Hariyanto juga mengemukakan bahwa pendidikan karakter yang merupakan ciri dari kurikulum 2013 diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi ( 1) mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik, (
2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, ( 3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Muchlas
Samani dan Hariyanto, 2013: 52).
Problematika yang dihadapi pada zaman sekarang yakni semakin tersisihnya nilai-nilai bangsa seperti yang dituangkan dalam nilai-nilai pendidikan karakter. Fakta dari fenomena yang ada merupakan wujud kesuksesan Yahudi dan Nasrani untuk menghancurkan akhlak generasi Islam dan menjauhkan mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya.
Gambaran mengenai maraknya anak usia sekolah maupun remaja yang sering melanggar peraturan tentu itu telah menjadi suatu gambaran yang nyata mengenai lunturnya nilai-nilai kebenaran seperti yang telah dijelaskan dalam al-
Qur‟an. Al-Qur‟an yang merupakan sumber pedoman hidup manusia telah banyak menjelaskan tentang perintah Allah agar kita tetap pada jalan yang benar seperti tertuang dalam Q.S. Hud Ayat 112.
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI,2009: 480) Menaati semua aturan yang ada merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter yang mulai luntur sebagai ciri perilaku manusia yang taat. Kita lihat maraknya kejadian kenakalan remaja yang telah berani melanggar peraturan baik itu peraturan sekolah maupun peraturan yang ada di masyarakat. Dalam Q.S Hud ayat 112 telah dijelaskan agar kita jangan menyeleweng dari apa yang telah digariskan untuk kita dengan melanggar batas-batasNya.
Dalam al-Quran menasihatkan macam keteguhan hati yang bebas dari sikap ekstrim, dan perintah agar tidak bersikap membandel. Sudah jelas bahwa di dalam al-Q ur‟an mengajarkan kita untuk taat patuh. Banyak sekali dalam al-Q ur‟an mengajarakan bagaimana membentuk pribadi peserta didik, agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berkarakter sesuai dalam kurikulum yang sedang di laksanakan, selain itu dalam al-Q ur‟an juga banyak sekali ayat yang mengandung nilai- nilai pendidikan karakter.
Berangkat dari fenomena diatas, yakni pendidikan karakter yang sedang dilaksanakan oleh seluruh dimensi pendidikan serta mulai lunturnya nilai-nilai karakter yang ada maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam al- Qur‟an Surat Hud?
2. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini? C.
Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh diskripsi tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam al- Qur‟an surat Hud.
2. Untuk memperoleh deskripsi relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam al- Qur‟an surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:
1. Nilai Nilai adalah suatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan- perbuatannya (Maslikhah,
2009: 106). Sehingga, nilai dapat diartikan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006: 801).
2. Pendidikan Pendidikan secara etimologis diterjemahkan ke dalam bahasa arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara (Drajat,
1996: 25). Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak- anak agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi- tingginya (Suwarno, 2006: 19-21).
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263).
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dijelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara (Seri Perundang-undangan,
2013: 2).
3. Karakter
Karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang (Majid dan Andayani, 2013: 11-12).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Samani dan Hariyanto, 2013: 42).
Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012: 35).
Menurut Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Secara sederhana karakter merepresentasikan identitas seseorang yang menunjukkan ketundukkannya pada aturan atau standar moral dan termanifestasikan dalam tindakan (Zubaedi, 2012: 11-12).
4. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat (Zubaedi, 2012: 15-17).
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).
Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Oleh karena itu pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.
Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinya (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
18 nilai karakter menurut Kemendiknas yang tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”, yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, yaitu: a.
Religius b. Jujur c. Toleransi d. Disiplin e. Kerja keras f. Kreatif g.
Mandiri h. Demokratis i. Rasa Ingin Tahu j. Semangat Kebangsaan k.
Cinta Tanah Air l. Menghargai Prestasi m.
Bersahabat/Komunikatif n. Cinta Damai o. Gemar Membaca p. Peduli Lingkungan q. Peduli Sosial r. Tanggung Jawab (Suyadi, 2013: 8-9).
5. Al-Qur‟an Surat Hud
Surat Hud adalah surat ke sebelas setelah surat Yunus dalam susunan al- Qur‟an, yang terdiri dari 123 ayat, dan termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Adapun surat Hud menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yangt termaktup di dalamnya, dalam ayat ini dijelaskan bagaimana sikap kita agar menjadi pribadi yang baik dan berkarakter seperti yang terdapat dalam nilai-nilai pendidikan karakter yang merupakan Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan saat ini (Imani, 2005: 185).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis a.
Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan pendidikan karakter pada khususnya, terutama mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-Q ur‟an surat Hud. b.
Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literature atau bacaan tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-
Qur‟an surat Hud.
c.
Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pendidik dan peserta didik, khususnya penulis untuk mengetahui, mendalami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam al-
Qur‟an surat Hud.
2. Manfaat Praktis
Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berpikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para pelaku dibidang akademis mensosialisasikan pendidikan karakter di masyarakat sesuai dengan aturan ajaran Islam.
b.
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya bagi para pendidik dan peserta didik agar dapat mengaplikasikan pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:
1. Jenis penelitian.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (libraryresearch), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1983:
3). Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis angkat. Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah: a.
Sumber data primer Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu al-
Qur‟an surat Hud.
b.
Sumber data sekunder Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diambil dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi.
2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomenologis. Fenomenologi bisa diartikan sebagai pengalaman subyektif atau studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendidikan penelitian kualitatif (Meleong, 2008;15). Metode ini digunakan untuk menghindari pembahasan yang terjebak pada aspek historis-faktual saja namun mampu menghasilkan sebuah konsep pemikiran yang integral dengan konteks yang terjadi waktu itu.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencarei data-data mengenai hal-hal, variable yang berupa catatan- catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 1993: 234).
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku tafsir al- Qur‟an dan Hadist serta buku-buku yaqng berkaitan dengan tema pembahasan. Kemudian hasil dari data itu dianalisis untuk mendapatkan kandungan makna al-
Qur‟an surat Hud tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.
4. Metode analisis.
a.
Analisis maudhu‟i Analisis maudhu‟i adalah “Merumuskan tema masalah yang akan dibahas menghimpun menyususn dan menelaah ayat- ayat tentang al-
Qur‟an dan melengkapinya dengan Hadits yang relevan, menjelaskan munasabah (relevansi) antara ayat-ayat itupada masing-masing suratnya dan kaitan antara ayat-ayat itu dengan ayat-ayat sesudahnya dan menuyusun kesimpulan sebagaijawaban al-
Qur‟an atas masalah-masalah yang dibahas” (Al-
„Aridl, 1992: 88). Metode ini penulis gunakan untuk membahas ayat al- Qur‟an surat Hud dan berupaya menghimpun ayat-ayat al-
Qur‟an yang lain dari berbagai surat yang berkaitan dengan tema yang dibahas, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
b.
Analisis deduksi Metode ded uksi adalah “berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu kita hendak men ilai sesuatu kejadian khusus” (Hadi, 1981: 36). Penerapan metode ini misalnya penulis digunakan untuk mencari fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian akan ditarik kesimpulan agar lebih bisa memahami permasalahan yang ada.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi merupakam suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami. Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalammembaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini nsecara garis besar sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua kajian pustaka. Pada bab ini akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup pendidikan karakter dan pengertian surat Hud.
Bab ketiga isi kandungan surat Hud. Pada bab ini akan dikemukakan paparan mengenai asbabun nuzul dan isi yang terkandung dalam surat Hud.
Bab keempat pembahasan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang analisis pendidikan karakter pada surat Hud.
Bab kelima penutup, simpulan dan saran. Bab penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran dan kalimat penutup yang sekirannya dianggap penting dan daftar pustaka.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebelum penulis mengkaji lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan
karakter dalam al- Qur‟an surat Hud, penulis lebih dahulu akan menjelaskan mengenai pendidikan karakter dan surat Hud. Jika ditinjau dari perspektif kajian maka akan memiliki makna yang cukup luas. Namun, pada kajian tentang pendidikan karakter mencakup: penegertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup pendidikan karakter dan penjelasan mengenai surat Hud.
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.
Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas.
Sistem pendidikan yang mampu mengembangkan pribadi yang memiliki karakter terpuji, yang secara personal dan social siap memasuki duniannya seharusnya menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan di Indonesia. Proses pendidikan di sekolah diwarnai oleh penggunaan kurikulum. Sistem pendidikan yang sesuai untutk menghasilkan kualitas masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia (berkarakter baik) adalah yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki kebiasaan yang efektif, perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Oleh karena itu dalam mendidik karakter, seorang guru harus memiliki perilaku yang mencerminkan karakter yang baik yang dimiliki dan menerapkan pendekatan dan metode yang dapat mendorong anak untuk mengembangkan karakter (Zuchdi,
2009: 56-58). Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Istilah pendidikan karakter mulai dikenal sejak tahun
1900-an, Thomas Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya. Sebagaimana dikutip oleh Suyadi, menurut Lickona pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukpendidiannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013: 6).
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh komponen di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, serta etos seluruh lingkungan sekolah.
Dalam grand desain pendidikan karakter, pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori pendidikan, psikologi pendidikan, nilai-nilai social budaya, ajaran agama, Pancasila dan UUD
1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dnegan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama, dan lingkngannya. Nilai.nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis. Oleh karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu (Zubaedi, 2011: 17).
Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karaker ialah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar yakni sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu (Kesuma,
2012: 5). Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yanag dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Berikut ini akan dikemukakan nilai karakter menurut Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum ( Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh- sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencermikan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.
10. Semanagat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secra khsus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalau berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, social, masyarakat, bangsa, negara maupun agama (Suyadi,
2013: 8-9) Pendidikan karakter pada intinya melakukan penanaman nilai dengan cara membimbing pemenuhan kehidupan manusia melalui perluasan dan pendalaman makna yang menjamin kehidupan yang bermakna manusia. Pendidikan karakter berusaha membina pribadi yang utuh, terampil berbicara, menggunakan lambang dan isyarat yang secara faktual diinformasikan dengan baik, manuisa berkreasi dan menghargai estetika ditunjang olehkehidupan yang kaya dan penuh disiplin (Zubaedi,
2011:40- 41).
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai apa tujuan pendidikan karakter maka sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa tujuan Pendidikan Nasional. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSPN No.
20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia, walaupun dalam penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan dalam UU. Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai- nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama (Kesuma, 2012: 8-9).
Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi ( 2008: 39) memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang (Adisusilo,
2013: 77).