BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 1503134049BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR PGA
BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkunga n permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1 Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan per mukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d ), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, ruma h susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014 d. Menyelenggarakan fungsi oper asionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional
2. Pemerintah Provinsi
a. Merumuskan dan menetapkan keb ijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas Kota Pagar Alam
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan s trategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas Kota Pagar Alam.
f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.
h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kota Pagar Alam
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi p enyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kota Pagar Alam.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kota Pagar Alam. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.
b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.
c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.
2. Pemerintahan Provinsi
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang- undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi h. Menetapkan kebijakan da n strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional
3. Pemerintah Kota Pagar Alam
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten / kota
Pagar Alam dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. i. Menetapkan lokasi per umahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat Kota Pagar Alam. j. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat Kota Pagar Alam.
Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08 /PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang peng embangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah :
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik d an fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; kumuh perkotaan. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan
kawasan permukiman. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapa sitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman ya ng terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing Kota Pagar Alam terdapat isu- isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di Kota Pagar Alam lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijab arkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Penjabaran isu-isu strategis lokal ini dapat difokuskan untuk terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan,
3 Belum mencukupinya sarana dan prasarana permukiman
4 Masih belum terkoordinasinya penanganan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman Sumber : SPPIP Kota Pagar Alam
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang te rbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di ti ngkat Kota Pagar Alam (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/ kumuh, juml ah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan . Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kota Pagar AlamJumlah Lokasi Kawasan Jumlah Rumah Jumlah No. Luas Kawasan Rumah Semi Kumuh Permanen Penduduk Permanen 1.
2.
3.
4.
- *) Dalam Proses Pendataan
Prasarana
No Lokasi Tahun Pengelola Unit Kondisi CK yang
adaRSH Mitra Permai PTCipta Karya
85 Baik, sdh Niaga
1 Jln. Lettu Kadir Karim Kr dihuni Jaya RSH Griya Cipta Pratama PT. Cipta 401 Baik, sdh
Baru Graha Mandiri dihuni Perum. PNS Griya Revari PT. REVARI Baik, sdh
9 162 Indah PUTRA dihuni
Tl. Kelapa PRATAMA Perum Kodam Griya Revari PT. REVARI Baik, sdh
10 223 Indah PUTRA dihuni
Tl. Kelapa PRATAMA PT. Rizky Baik, sdh Griya Interbis Indah Tahap 1
Jayanti
11 272 & 2 dihun i
Bangun
Tl. KelapaSarana
Griya SrimulyaBaik, sdh PT. ADI GUNA
12 232 Jl. Padat Karya Kel.
SAPUTRA dihuni Sematang Borang Griya Hero Abadi PT. Baik, sdh
13 848 Jl. Hasanudin Alang-alang
VINAYAKA dihuni Lebar ABADI
PT. Baik, sdh Griya Meteor Indah
14 357
VINAYAKA Jl. Gandus Pagar Alam dihuni
ABADI
- *) Dalam Proses Pendataan
Prasarana N Lokasi Tahun Terhuni Jumlah Pengelola Kondisi CK yang o Rusunawa Bangun / Tidak penghuni ada
1 PT Sarana Baik Jalan Cor
Jln. Pembangu Beton Kasnariansyah nan Pagar menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastrukturyang masih terbatas.
b. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
c. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya :
a. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
b. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
c. Pencapaian target MDG ’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program- Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
d. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah e. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan Kota
Pagar Alam.
f. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di masing-masing Kota Pagar
Alam terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di Kota Pagar Alam lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan
1 Aspek Teknis Persyaratan pembangunan perumahan dan permukiman belum optimal
Belum sepenuhnya menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan peraturan pemerintah Pedoman teknis tersebut harus mampu menampung panduan proses yang partisipatif dan transparan serta mampu memberdayakan masyarakat Pembangunan rumah wajib menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan peraturan pemerintah Arah kebijakan perlu disusun dalam penanganan permukiman informal
2 Aspek Kelembagaan Sumber Daya Manusia 1) masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola Bidang Cipta Karya diKota peningkatan kualitas SDM Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.
4 Aspek Peran Serta Belum pemenuhan Perubahan terhadap
Masyarakat / Swasta memberdayakan secara swadaya peraturan terkait agar Peran serta masyarakat peran (mandiri) kurang peran serta masyarakat belum diatur secara konkrit masyarakat agar optimal dalam dalam seluruh proses mampu memenuhi penyelenggaraan memenuhi kebutuhan perumahan dan kebutuhan perumahan yang permukiman bisa rumahnya sendiri dilengkapi dengan terakomodir. Misalnya yang sehat, sarana prasarana pengaturan dalam aman, serasi dan dasar yang pembentukan kelompok produktif tanpa masyarakat untuk memadai merusak mengatur rencana pemenuhan kebutuhan lingkungan perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana.Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam pengembangan perumahan swadaya
5 Aspek Lingkungan Timbulnya Pembangunan Penataan bangunan Permukiman permukiman kawasan baru dan lingkungan secara bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Kota Pagar Alam. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010- 2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat Kota Pagar Alam meliputi target RPJMD, RTRW Kota Pagar Alam , maupun Renstra SKPD. Acuan kebija kan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi Kota Pagar Alam yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 6.7 :
Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
di Kota Pagar Alam Untuk 5 Tahun
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun No. URAIAN Unit Ket.I II
III
IV V Lokasi No. URAIAN Unit Ket.
1. Jumlah Penduduk Jiwa 2 Kepadatan Penduduk Jiwa/Km 2 Proyeksi Persebaran Jiwa/Km Penduduk
1. pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari : 1. pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agr opolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil, 2. pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3. desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan per mukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh Infrastruktur permukiman RSH Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil
Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) Infrastruktur perdesaan PPIP Infrastruktur perdesaan RIS PNPM
Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012
Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan PermukimanKriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :
Umum 1.
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas. Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. Kesiapan lahan (sudah tersedia). Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, RIS PNPM Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. Tingkat kemiskinan desa >25% Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM PPIP Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW Berbasis pengembangan wilayah Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,mempunyai indikasi terhadap penanganan kawa san permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
Fungsi kawasan dalam perunt ukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, termin al/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
Status sertifikat tanah yang ada
4. Keadaan Prasarana dan Sarana Kondisi Jalan kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah Kota Pagar Alam. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permu kiman Kota Pagar Alam yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 6.8 berikut.
Tabel 6.8 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Pagar AlamBiaya (dlm
No Kegiatan Volume Satuan Lokasi
JutaanRp)
1 Pembangunan PSD
8 Kegiatan 18.600
Usulan Pembiayaan Proyek
N APBD APBD Masyar Kegiatan APBN Swasta CSR Total o Prov Kota akat1 Pembangunan
- 16.600 2.000
18.600 - PSD
2 Pembangunan Infrastruktur Kws 8.000 8.800 - - - 800 - Agropolitan
3 Pembangunan
- 30.000 - 3.000 2400 35.400 Rusunawa
4 Penyediaan
- Infrastruktur bagi 32.000 3.200 35.200 - MBR
Note : dalam Jutaan Rupiah Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci terlampir.
6.1 Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.1.1 Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangka ian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain :
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 201 1 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga dip erlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dar i UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerint ah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skal a kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan b ahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan , penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bi dang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah Negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan stra tegi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataanbangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan social.
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012
Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBLLingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Progra m Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di Kota Pagar Alam dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di Kota Pagar Alam.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG ’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang me ngurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter
for All" dan "Sustainable Human Settlements Developm ent in an Urbanizing World" ,
sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, scenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Tabel 6.10 Isu Strategis sektor PBL di Pagar Alam No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1 Penataan Lingkungan Permukiman Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
Penanggulangan kemiskinan belum focus, terpadu dan komprehensif
2 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Masih banyaknya bangunan gedung Negara yang belum memenuhi Rumah Negara persyaratan aturan keselamatan bangunan gedung Masih ada penyelenggaraan Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kota Pagar Alam yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kota Pagar Alam . Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kota Pagar Alam , 9 Kota Pagar Alam dengan perjanjian bersama, dan 32 Kota Pagar Alam dengan kesepakatan bersama.
Setiap Kota Pagar Alam diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi eksisting di daerah masing-masing, yang menca kup kondisi terkait peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk data kondisi eksisting terkait deng an Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 6.11
Tabel 6.11 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati
terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 6.12
Tabel 6.12 Penataan Lingkungan Permukiman Dukungan RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kot Kaw Sejarah InfrastruktKebakaran a ur CK Luas Lokasi RTH % Tersedi % Ketersedia % Instansi Prasar RTH aan IMB an HSGBN Pemadam ana & Kebakara sarana n kebaka ran Jalan, Alun-Alun Open ± 1/4 Alun – Alun
1 90% Ya Ya Ya Utara space, Ha Utara saluran, Jalan
Alun – Alun ± 1/4 Alun – Alun 2 dan 90% Ya Ya Selatan Ha Selatan saluran
Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kota Pagar Alam dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel 4.13
Tabel 6.13 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Jumlah bangunan Ketersedia Status Kondisi No Kawasan Gedung berdasarkan an Utilitas
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kab/Kota Kegiatan PNPM Kegiatan lainnya Mandiri- *)Dalam Proses Pendataan
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataa n bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman :
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasi onal berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman; Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta
heritage Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara :
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung te rmasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan. Hasil identifikasi permasalahan dan tantangan sektor PBL yang ada di Kota Pagar Alam seperti tabel 6.15
Tabel 6.15 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan
Penataan Bangunan dan Lingkungan
N o Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif SolusiI. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis Pedoman Teknis Belum optimalnya pedoman teknis atau peraturan daerah Optimalisasi penerapan dan pengendalian teknis mengoptimalkan pedoman teknis penataan
Cipta Karya diKota Pagar Alam dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.
3. Aspek Pembiayaan Alokasi anggaran Masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk penataan lingkungan permukiman
Kebutuhan akan sarana prasarana permukiman semakin tinggi
Meningkatkan anggaran dan menjalin kerjasama pihak swasta dalam pembiayaan untuk penataan lingkungan permukiman
4. Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta Pelibatan masyarakat dalam penataan
Belum optimalnya landasan hukum dan landasan operasional untuk lebih melibatkan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna Penataan lingkungan permukiman kumuh, melalui pemberdayaan masyarakat Bentuk peran serta masyarakat dan atau swasta harus diatur dalam peraturan terkait dalam pembangunan
2. Ketersediaan Kurang Perkembangan Penyediaan sarana Sarana diperhatikanya penduduk perkotaan lingkungan di
lingkungan sarana lingkungan yang meningkat tajam setiap
seperti taman, hidran Tantangan perencanaan kebakaran penanganan permukiman permukiman kumuh melalui kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat
3. Keberadaan Masih adanya Peningkatan
permukiman permukiman kumuh kualitas lingkungan kumuh yang tersebar di permukiman, wilayah perkotaan perbaikan rumah dengan kondisi dan pemberian rumah yang tidak dukungan layak huni prasarana dan sarana permukimanII Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Perizinan 2. bangunan gedung
Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung Menyederhanakan proses birokrasi Peningkatan transparansi dan pengembangan sistem informasi berkembangnya industry konstruksi yang kompetitif Peningkatan teknologi dalam rangka perbaikan pelayanan perizinan Peningkatan kualitas dan kuantitas arsip gedung dan rumah negara
2. Aspek Kelembagaan Lembaga terkait 1. penyelenggara an bangunan gedung dan rumah Negara
Belum optimalnya peranan lembaga terkait penyelenggaraan bangunan gedung Mewujudkan sistem institusi/organisasi yang efektif dan efisien dalam mendukung good governance
Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung
3. Aspek Pembiayaan Pendanaan 1.
Pengadaan 2. Tanah Terbatasnya pembiayaan, belum tepat biaya Terbatasnya anggaran untuk pengadaan tanah Selain pembiayaan untuk pembangunan juga dialokasikan pembiayaan untuk pemeliharaan Kebutuhan bangunan publik terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Meningkatkan anggaran dan menjalin kerjasama pihak swasta dalam pembiayaan untuk penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
4. Aspek Peran serta Masyarakat Peran serta 1. masyarakat Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung Pelibatan masyarakat lokal dalam implementasi penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara sehingga dapat
Pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi dan pelibatan masyarakat mulai dari penyusunan program sampai bangunan gedung handal, aman dan konstruksi dalam berkualitas menerapkan profesionalisme
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1. Aspek Teknis Belum Optimalnya Masing-masing Segera
1. Landasan landasan hukum dan instansi terkait mengoptimalkan Hukum dan landasan operasional menyiapkan skema ladasan hukum dan Landasan untuk lebih kegiatan yang berbeda- operasional yang Operasional melibatkan swasta beda terpadu dan dalam komprehensif penanggulangan kemiskinan
2. Aspek Belum mantapnya Pemberdayaan Membentuk Kelembagaan lembaga komunitas komunitas secara lembaga yang
1. Lembaga yang ada untuk komprehensif dalam terkait seperti komunitas yang meningkatkan peran aspek ekonomi, sosial lembaga pelatihan, menaungi serta masyarakat budaya, politik dan pemasaran dan penanggulang dalam lingkungan pendanaan an kemiskinan penanggulangan kemiskinan
4. Aspek Peran serta Kurang tersedia Berupaya Pemberdayaan
Masyarakat ruanguntuk pengembangan skema masyarakat
1. Pemberdayaan Keterlibatan proyek pemerintah berbasis konsep masyarakat dan atau yang memberi peluang berkelanjutan Masyarakat dunia usaha (swasta) keterlibatan dunia (pemberdayaan dalamkegiatan usaha sehingga ekonomi, sosial emerintah untuk terinternalisasi dalam dan lingkungan) penanggulangan proyek pemerintah melalui bantuan kemiskinan langsung masyarakat Menjalin kemitraan dengan dunia usaha dalam menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang
5 Aspek Lingkungan Keterbatasan akses Tidak hanya Memprioritaskan .
Permukiman dalam mendapatkan Perencanaan secara penataan
1. Sarana dan sarana dan fisik pembangunan tapi lingkungan bagi prasarana prasarana dasar juga perencanaan masyarakat miskin dasar masyarakat sehingga untuk memecahkan yang tinggal di Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi :
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Rencana Induk Siste m Proteksi Kebakaran (RISPK) pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingku ngan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Renca na Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :
Program Bangunan dan Lingkungan; Rencana Umum dan Panduan Rancangan; Rencana Investasi;
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kota Pagar Alam untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulan gan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah; Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjam in
kelangsungan kegiatan;
Pencapaian Indikator Nilai
1 Penataan Izin Mendirikan Terlayaninya 100 % 2014 Dinas yang Bangunan Bangunan masyarakat dalam membidangi dan (IMB) pengurusan IMB di Perijinan Kota Pagar Alam. (IMB). Lingkungan Harga Standar Tersedianya 100 % 2014 Dinas yang
Bangunan pedoman Harga membidangi Gedung Standar Bangunan Pekerjaan Negara Gedung Negara di Umum. (HSBGN) Kota Pagar Alam.
2 Penataan Penyediaan Tersedianya 25% 2014 Dinas/SKPD Ruang Ruang Terbuka luasan RTH publik yang Hijau (RTH) sebesar 20% dari membidangi Publik luas wilayah Kota Penataan
Pagar Alam Ruang.
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2012
Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 4.16, yang dapat dijadikan acuan bagi Kota Pagar Alam untuk menyusun kebutuhan akan sector Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulang an kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Kota Pagar Alam mengidentifikasi kebutuhan sector Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD, sebagaimana tergambarkan pada tabel 4.17
Tabel 6.17 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan LingkunganKebutuhan No Uraian Satuan Ket Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun No Uraian Satuan Ket
I II
III
IV V
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) M2
2. Ruang Terbuka M2
3. PSD unit
4. PS Lingkungan unit
5. HSBGN laporan
6. Pelatihan Teknis Tenaga laporan Pendata HSBGN 7. lainnya
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Bangunan Fungsi Hunian unit
2. Bangunan Fungsi Keagamaan unit b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan ( Readiness Criteria ) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegia tan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah :
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus: o
Kota Pagar Alam yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan n o Gedung; Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG