BAB VI – ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 9250f95ae5 BAB VIBAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

LAPORAN AKHIR

  VI - 1

BAB VI – ASPEK TEKNIS PER SEKTOR VI.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN VI.1.1. Pola Penyebaran Perumahan dan Permukiman Pola persebaran perumahan dan kawasan permukiman di Kota Probolinggo cenderung mengikuti dua hal yaitu :

  1. Mengikuti arah dan pola perkembangan atau kecenderungan perkembangan skala kota ;

  2. Pola sekitar pusat kegiatan jasa atau sekitar pusat distribusi potensi sumber daya alam.

  Perumahan dan kawasan permukiman merupakan kawasan yang paling dominan diantara kawasan yang terbangun, yaitu mencapai luas sekitar 36,88% dari luas lahan Kota Probolinggo (Data RTRW Kota Probolinggo, 2009-2028), sebagian besar dari daerah perumahan dan kawasan permukiman ini juga berlokasi di pusat kota.

  Perkembangan yang terjadi saat ini kecenderungan arah perkembangan perumahan dan kawasan permukiman telah mengarah ke sisi Selatan dan Barat Kota Probolinggo. Hal ini ditandai dengan perkembangan perumahan/permukiman baru yang berkembang di tiga koridor utama akses jalan menuju kearah Selatan dan Barat Kota yaitu ; 1. Bagian Barat Kota, Koridor Jl. Kelud kearah selatan sampai Jl. Raya Bromo.

  2. Bagian Tengah Kota, Koridor Jl. Cokroaminoto, Jl. Mastrip kearah Selatan.

  3. Bagian Timur Kota, Koridor Jalan KH. Hasan Genggong kearah Selatan.

  Adapun perkembangan perumahan dan kawasan permukiman dari ketiga koridor utama tersebut diatas memiliki kecenderungan perkembangan spatial yang yang relatif baik. Mengingat kawasan Kota Probolinggo di bagian Utara sudah relatif padat dengan lahan terbangun.

  Khusus dibagian Selatan Kota yaitu disepanjang koridor jalan Prof. Hamka, kecenderungan perkembangan spatial untuk perumahan dan permukiman berkembang di sekitar Kelurahan Wonoasih, Kelurahan Sumberasih Wetan, Kelurahan Kademangan, dan Kelurahan Triwung Kidul. Untuk lebih jelasnya mengenai pola perkembangan spatial kawasan perumahan dan permukiman ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 2 Gambar VI. 1 Peta Pola Persebaran Perumahan dan Kawasan Permukiman

  Sesuai definisi yang terdapat dalam Undang-Undang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu :

  a. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni ;

  b. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

  Gambaran Pola Pekembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Probolinggo dibagi menjadi dua kawasan utama yaitu

1. Permukiman yang terdiri dari kampung

  Perkampungan yang berada di Kota Probolinggo terkonsentrasi di beberapa kelurahan antara lain di bagian Utara berada di Kelurahan Mayangan, sebelah Timur di Kelurahan Sukoharjo, Kelurahan Kedungasem, dan Kedugnggaleng. Di bagian Barat Kota terkonsentrasi di Kelurahan Triwung Lor, Triwung Kidul, dan Kademangan. Di bagian tengah kota terkonsentrasi disekitar Kelurahan Kanigaran, Jrebeng Kulon, Sumber Wetan, Poh Sangit

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 3

  Wetan, dan Jrebeng Lor. Sementara untuk bagian Selatan Kota terkonsentrasi disekitar Kelurahan Pakis Taji, Wonoasih, kareng Lor dan Sumberasih Wetan.

2. Perumahan yang terdiri dari ;

  Real estate

  • Untuk perkembangan perumahan dalam bentuk real estate hingga tahun estate yang berkembang saat ini berada hampir menyebar di sekitar Kecamatan Kademangan, Wonoasih dan Kedopok; Non real estate
  • Pola hunian non real estate terkonsentrasi dibagian pusat kota dengan pola penyebaran di Kelurahan Pilang bagian Utara, Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tisnonegaran dan Kelurahan Jati. Sampai tahun 2013 telah terdapat beberapa pemohon yang membebaskan tanah untuk dikembangkan menjadi tanah Kapling Siap Bangun (KSB).

  Gambar VI. 2 Peta Persebaran Perumahan dan Kawasan Permukiman Eksisting RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 4

VI.1.2. Potensi Pengembangan Perumahan dan Permukiman

  Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, Kota Probolinggo memiliki potensi sebagai sentra atau simpul pertumbuhan yang dapat mempengaruhi wilayah sekitarnya. Salah satu elemen kota yang dapat dikembangkan untuk memperkuat Kota Probolinggo sebagai pusat adalah dengan mengembangkan kawasan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan arahan dan kebijaksanaan yang ada. Berikut ini adalah beberapa potensi secara umum yang dapat dikembangkan ;

  1. Kecamatan Mayangan Sebagai wilayah yang berbatasan dengan pantai terdapat potensi program

  • pengembangan Kampung Nelayan Berwawasan Lingkungan. Pengembangan pola perkampungan ini juga dalam upaya menata kawasan perkampungan nelayan tersebut. Program pengembangan Rumah Susun Sewa Sederhana, dalam upaya
  • menyediakan rumah yang sehat dan terjangkau serta efektif dalam mengatasi kerterbatasan pengembangan lahan permukiman.

  2. Kecamatan Kademangan Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang

  • masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman. Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
  • pembangunan unit rumah khususnya pada sisi selatan dan barat. Dengan adanya pengembangan oleh developer ini akan menimbulkan multiplier

  effect dimana berikutnya akan muncul kawasan-kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun.

  Jika dikaitkan dengan adanya kawasan industri maka pengembangan

  • penyediaan perumahan bagi karyawan dapat menjadi fokus pengembangan disamping untuk masyarakat umum ; Program pengembangan Rumah Susun Sewa Sederhana, dalam upaya
  • menyediakan rumah yang sehat dan terjangkau serta efektif dalam mengatasi kerterbatasan pengembangan lahan permukiman, khususnya dalam mendukung pengembangan kawasan industri yang berada di Jalan Brantas dan Jalan Semeru.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 5

  3. Kecamatan Wonoasih Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang

  • masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman. Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
  • ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun. Sebagai sebuah Kecamatan yang berada di bagian Selatan dan sisi Timur - kota dan dilintasi oleh ruas jalan menuju ke Kabupaten Lumajang dan Jember, serta dilalui oleh kendaraan umum dengan rute ke dua kabupaten tersebut, memiliki letak yang strategis. Potensi pengembangan perumahan dan permukiman dapat memanfaatkan letak yang strategis.

  4. Kecamatan Kanigaran Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan

  • pembangunan unit rumah, dengan adanya pengembangan oleh developer ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun. Kecamatan Kanigaran letaknya relatif ditengah dari Kota Probolinggo,
  • sehingga relatif berdekatan dengan fasilitas – fasilitas pelayanan skala kota dan sentra – sentra perkekonomian. Kondisi ini juga membawa dampak positif bagi strategisnya lahan-lahan yang ada di kecamatan ini.

  5. Kecamatan Kedopok Ketersediaan lahan pengembangan perumahan dan permukiman yang

  • masih relatif luas, sehingga akan memudahkan dalam pengembangan penataan kawasan perumahan/permukiman. Telah terdapatnya beberapa pengembangan yang telah merealiasikan
  • pembangunan unit rumah, dengan adanya pengembangan oleh developer ini biasanya akan memunculkan kawasan pengembangan baru ataupun penyedian kapling siap bangun. Kecamatan Kedopok merupakan kecamatan baru yang sedang terus
  • berkembang. Kecamatan ini dilalui oleh akses jalan lingkar Selatan Kota Probolinggo (Jl. Prof. Hamka) dan ruas Jalan Mastrip yang merupakan koridor tengah Kota Probolinggo ke arah Selatan – Utara. Keberadan akses jalan ini merupakan point penting bagi perkembangan kawasan perumahan/permukiman di kecamatan ini, hal ini dapat dilihat dari

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 6

  semakin berkembangnya kapling siap bangun yang disediakan terlebih saat ini sedang telah terbangun GOR Kedopok di Jalan Mastrip, dan rencana relokasi RSUD di wilayah selatan, serta rencana pengembangan perkantoran baru, kondisi ini biasanya akan memicu semakin berkembangnya kawasan disekitar obyek tersebut. Diharapkan hal ini perumahan dan kawasan permukiman di sekitar Kecamatan Kedopok.

VI.1.3. Permasalahan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

  Disamping potensi yang ada di tiap kecamatan juga terdapat beberapa permasalahan terkait perkembangan perumahan dan permukiman.

1. Kecamatan Mayangan

  Tipikal dari permukiman nelayan adalah relatif rendahnya kualitas hunian

  • dan lingkungan disekitarnya. Demikian pula di Kecamatan Mayangan terdapat beberapa kantong permukiman nelayan yang dapat dikatakan kumuh. Definisi dari permukiman kumuh menurut Pedoman Umum

  Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh 2002, Direktorat Jendral Perumahan dan Permukimanyaitu ; Permukiman yang kualitas

  lingkungannya sangat tidak layak. Ketidaklayakan ini antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan sangat rendah, tidak terlayani prasrana lingkungan yang memadai (tidak memenuhi syarat minimum), membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya. Dari definisi ini dijabarkan dalam tujuh tipologi yaitu ;

  1. Tipologi permukiman kumuh nelayan

  2. Tipologi permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi

  3. Tipologi permukiman kumuh di pusat kota

  4. Tipologi permukiman kumuh di pinggir kota

  5. Tipologi permukiman kumuh di daerah pasang surut

  6. Tipologi permukiman kumuh di daerah rawan bencana

  7. Tipologi permukiman kumuh di tepi sungai Jika dilihat dari tipologi diatas maka di Kecamatan Mayangan termasuk

  • dalam tipologi Satu (I) Permukiman Kumuh Nelayan. Identifikasi awal

  kantong permukiman kumuh ini terdapat di ;

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 7

  a. Sekitar ruas Jalan Ikan Tongkol sisi Barat (dibelakang Pabrik) b. Sekitar ruas Jalan Ikan Tongkol sisi Utara.

  c. Sekitar ruas Jalan Ikan Cumi-Cumi yang bertasan dengan pantai.

  d. Sekitar ruas Jalan Anggrek berdekatan dengan TPA Kota Probolinggi disisi Timur.

  Melihat sifat dari kegiatan penghuni permukiman sebagian besar adalah

  • nelayan terutama di Kelurahan Mayangan, maka interaksi antara hunian dan lokasi kerja menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini membawa dampak negatif antara lain berupa bau yang tidak sedap, terutama yang dihasilkan dari proses pengolahan ikan. Disamping itu kesadaran akan pembuangan sampah yang masih rendah, sehingga kesan kumuh dan penurunan lingkungan disekitar permukiman semakin terasa. Belum lagi tingkat kepadatan yang relatif tinggi dari bangunan yang ada juga memperkuat kesan kumuh tersebut. Keterbatasan lahan layak yang dapat dikembangkan untuk perumahan
  • dan permukiman, terutama jika dikaitkan dengan kedekatan antaran lahan permukiman dengan perairan laut sebagai lokasi kerja utama. Sistem drainase sering mengalami ketidaklancaran akibat dari sampah
  • dan sedimentasi ; Perkembangan perumahan dan permukiman di beberapa lokasi yang
  • secara pasti merubah areal lahan pertanian produktif menjadi lahan untuk perumahan dan permukiman ;

2. Kecamatan Kademangan

  Kecamatan Kademangan memiliki permasalah yang menojol antara lain;

  • terdapatnya kantong permukiman nelayan yang memiliki kesan kumuh terletak di sekitar Kelurahan Ketapang pertigaan Jalan Kelud – Jalan Sukorano Hatta di sisi Utara rel kereta api. Permasalahan berikutnya adalah ada beberapa lokasi permukiman yang
  • huniannya memiliki kemenyatuan antara hunian ternak dan manusia. Kondisi ini dijumpai di Kelurahan Pohsangit Wetan, Kademangan, dan Triwung Kidul. Alasan utama menyatunya hunian ternak dan manusia ini karena alasan keamanan, sebab ternak masih merupakan salah satu harta yang berharga. Perkembangan kawasan perumahan dan pemukiman yang dirasakan
  • mulai tidak selaras jika dibiarkan berlarut-larut yaitu kawasan industri di

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 8

  Jalan Brantas dengan permukiman yang tumbuh disekitarnya. Kondisi ini ditambah lagi dengan dibukanya kaplingan baru siap bangun dan pembangunan unit-unit baru. Permasalahan yang terjadi jika tidak diatasi semenjak dini adalah adanya benturan dua kawasan industri dan permukiman yang pada hakekatnya memiliki karakteristik yang berbeda. pencemaran baik udara, air dan suara. Termasuk juga kegiatan penujang kawasan tersebut misalnya transportasi kendaraan berat dan sebagainya. Sedangkan kawasan perumahan/permukiman merupakan kawasan yang idealnya merupakan kawasan tenang, jauh dari pencemaran, dan sistem lalu lintas transportasi yang aman dari kendaraan berat. Untuk itu permasalahan perkembangan kedua kawasan ini disekitar Jalan Brantas ini perlu segera diuupayakan solusinya ; Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak

  • memenuhi ketentuan penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum perumahan ;

  3. Kecamatan Wonoasih Kecamatan Wonoasih juga memiliki pemasalahan berkaitan dengan

  • adanya lokasi permukiman yang menyatu antara rumah dan hunian ternak. Hal ini terjadi di Keluarahan Pakistaji dan Kedungaleng. Aktifitas MCK warga yang huniannya berdekatan dengan saluran air
  • sepanjang Jalan Prof Hamka.

  4. Kecamatan Kanigaran Kecamatan Kanigaran memiliki permasalahan perumahan dan

  • permukiman berupa disparitas / kesenjangan kepadatan hunian dengan luas wilayahnya. Kesenjangan ini jika dibiarkan maka dapat berdampak pada rawan akan menurunya kondisi lingkungan dikelurahan yang memiliki kepadatan hunian tinggi. Perkembangan perumahan dan permukiman di beberapa lokasi yang
  • secara pasti merubah areal lahan pertanian produktif menjadi lahan untuk perumahan dan permukiman ; Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak
  • memenuhi ketentuan penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum perumahan ;

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 9

5. Kecamatan Kedopok Kecamatan Kedopok masih memiliki kepadatan yang relatif rendah.

  • Kelurahan yang berada di kecamatan ini ada yang masih memiliki tipikal hunian perdesaan misalnya di Kelurahan Kareng Lor dan Sumber Wetan. Dengan tipikal hunian yang masih bercirikan perdesaan ini ada beberapa manusia. Sama seperti di kecamatan lainnya faktor keamanan menjadi alasan utama dari munculnya kondisi ini ; Pengembangan perumahan oleh developer yang sering kali tidak
  • memenuhi ketentuan penyediaan sarana, prasarana dan utilitas umum perumahan ; Sama seperti kondisi di Kecamatan Wonoasih, wilayah Kecamatan -

  Kedopok juga dilalui oleh saluran irigasi primer yang berada di sisi Jalan Prof Hamka. Disisi saluran ini seharusnya merupakan daerah yang bebas bangunan, berdasarkan hasil survey dijumpai beberapa hunian non permanen yang memanfaatkan sempadan saluran. Untuk itu perlu dilakukan penertiban sedini mungkin agar jangan sampai proses ini menjadi semakin komplek.

VI.1.4. Permukiman Kumuh

  Berdasarkan Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 188.45 /109/ KEP/425.012/2011 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo, telah ditetapkan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I dan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II di Kota Probolinggo yang tersebar di 59 (lima puluh sembilan) RW dan 29 (dua puluh sembilan) Kelurahan.

  Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I, terdiri dari :

  a. RW 01, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 06 di Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan ;

  b. RW 06, RW 08, RW 14 dan RW 15 di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan ;

  c. RW 01, RW 02 dan RW 04 di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan ;

  d. RW 01, RW 04 dan RW08 di Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan ;

  e. RW 07 di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan ;

  f. RW 02 di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Kanigaran ;

  g. RW 01 dan RW 03 di Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan ;

  h. RW 01 dan RW 02 di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan ;

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 10

  Sedangkan Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II, terdiri dari :

  a. RW 01, RW 02, RW 03 dan RW 04 di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih ;

  b. RW 02 di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih ;

  c. RW 03 dan RW 04 di Kelurahan Kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih ; Taman, Kecamatan Wonoasih ;

  e. RW 02 dan RW 04 di Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih ;

  f. RW 05 di Kelurahan Pohsangit Kidul, Kecamatan Kademangan ;

  g. RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 06 di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan ;

  h. RW 06 di Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan ;

i. RW 01 dan RW 03 di Kelurahan Triwung Lor, Kecamatan Kademangan ;

  j. RW 01 dan RW 02 di Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran; k. RW 01 dan RW 04 di Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran ; l. RW 05, RW 14 dan RW 16 di Kelurahan Kebonsari Kulon,

  Kecamatan Kanigaran ; m.RW 03 di Kelurahan Kedopok, Kecamatan Kademangan ; n. RW 02 dan RW 06 di Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok; o. RW 05 di Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok ; p. RW 01, RW 05 RW 07 dan RW 11 di Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Kedopok.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 11 Tabel VI. 1 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas I

  Sumber : Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 188.45 /109/ KEP/425.012/2011 RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 12 Tabel VI. 2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas II

  Sumber : Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 188.45 /109/ KEP/425.012/2011 RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 13 Gambar VI. 3 Peta Kawasan Permukiman Kumuh Kota Probolinggo

  VI.2. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

  VI.2.1. Sistem Perpipaan PDAM

  Dalam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Probolinggo, PDAM Kota Probolinggo memanfaatkan air baku dari Mata Air Ronggojalu, melayani hampir seluruh kelurahan dalam kecamatan. Ada 5 (lima) kelurahan yang belum terlayani berada di 3 (tiga) kecamatan di wilayah selatan. Jumlah produksi sebesar 345 L/det dengan jumlah pelanggan 15.847 sambungan pada tahun 2010. Pengolahan air sederhana hanya dengan chlorinasi, karena kualitas air baku sudah baik. Dengan menggunakan pompa di M.A Ronggojalu, air dibawa dengan pipa transmisi menuju 3 (tiga) ground reservoir di Mayangan, Kanigaran dan Wonoasih. Disamping itu air juga didistribusikan langsung menuju pelanggan.

  Mata Air Ronggojalu terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo yang berjarak dari pusat Kota Probolinggo ±12 Km. Mata Air Ronggojalu memiliki kapasitas debit ±2500 L/det. Kota Probolinggo dan

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 14

  Kabupaten Probolinggo memanfaatkan Mata Air Ronggojalu untuk keperluan air minum. PDAM Kota Probolinggo memiliki kapasitas terpasang sebesar 425 L/det dan kapasitas produksi sebesar 345 L/det, sedangkan untuk pelayanan Kabupaten Probolinggo sebesar ±35 L/det untuk pelayanan Kecamatan Dringu dan Pulau Giliketapang. Sisa debit masih cukup besar untuk dan industri Pabrik Kertas Leces. Dari M.A Ronggojalu air dipompa menuju Kota Probolinggo hanya dengan pembubuhan chlor, karena kualitas air memenuhi standart air minum. Area pelayanan mencakup 5 kecamatan yang ada di Kota Probolinggo walaupun belum merata pelayanannya.

  VI.2.1.1. Unit Produksi

  Unit produksi terdiri dari intake dan rumah pompa yang dilengkapi dengan 5 buah pompa. Pengolahan air dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan pembubuhan chlor saja. Hal ini dikarenakan kualitas air dari M.A Ronggojalu telah memenuhi standart kualitas air minum. Pembubuhan chlor merupakan proses desinfeksi untuk membunuh bakteri yang tidak diinginkan sehingga aman sampai di konsumen.

  Pompa yang ada di rumah pompa terdiri dari 3 buah dengan kapasitas relatif besar dan 2 buah pompa dengan kapasitas relatif kecil. Dua buah pompa kecil tersebut dioperasikan secara paralel sebagai cadangan untuk menggantikan 1 buah pompa besar bila dimatikan. Pemompaan menggunakan power dari PLN yang terdiri dari 2 (dua) catu daya, apabila satu catu daya padam yang lain diharapkan masih dapat dimanfaatkan. Catu daya pertama (yang lama) kapasitas 197 KVA dan catu daya kedua (baru) kapasitas 131 KVA. Namun demikian juga disediakan genset sebanyak 2 buah dengan kapasitas 450 KVA dan 132 KVA. Dengan demikian sangat aman produksi yang dibawa ke Kota Probolinggo.

  VI.2.1.2. Jalur Transmisi

  Pipa tranmisi membawa air dari M.A Ronggojalu menuju Kota Probolinggo dengan jarak 12 Km dengan diameter 18 inch (450 mm). Pipa transmisi ini dibangun pada tahun 1978. Saat ini pipa transmisi dapat menyediakan air sebesar 345 L/det. Telah terbangun 3 (tiga) buah ground

  3

  reservoir yang berada di Kecamatan Mayangan (Utara) kapasitas 500 m ,

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 15

  

3

Kanigaran (Tengah) kapasitas 300 m , dan Wonoasih (Selatan) kapasitas

  3

  500 m . Dengan adanya pembangunan ground reservoir tersebut maka pipa transmisi utama disadap menuju ground reservoir tersebut dengan menggunakan diameter dan jenis pipa :

   Pipa utama ke Ground Reservoir Mayangan Pipa PVC ∅ 6 inch panjang ± 4000 m  Pipa utama ke Ground Reservoir Kanigaran Pipa GI ∅ 18 inch panjang tidak lebih 10 m  Pipa utama ke Ground Reservoir Wonoasih Pipa PVC ∅ 10 inch panjang ± 1500 m dan Pipa PVC ∅ 6 inch panjang ± 500 m

  Ketinggian M.A Ronggojalu ± 45 m dpl (diatas permukaan laut), sedang ground reservoir Mayangan terletak di ketinggian ± 10 m dpl. Pipa transmisi sepanjang ± 12 Km.

  Sistem transmisi eksisting menggunakan sistem pemompaan. Pompa eksisting yang digunakan ada 3 (tiga) buah, masing-masing mempunyai kapasitas Q = 110 L/det Head 50 m, Q = 110 L/det Head 50 m, dan Q = 100 L/det Head 50 m. Ketiga buah pompa tersebut dipasang secara paralel dan dioperasionalkan bersama-sama. Di dalam rumah pompa terdapat 2 buah pompa lagi sebagai cadangan yang masing-masing memiliki kapasitas yang sama yaitu 60 L/det.

VI.2.1.3. Jalur Distribusi

  Saat ini jaringan pipa distribusi air minum di Kota Probolinggo tidak kurang dari 185 km mulai diameter 1 inch sampai 14 inch. Pipa yang digunakan terdiri dari pipa GI, DCI, ACP dan PVC. Pipa GI, DCI, dan ACP dipasang sebelum tahun 1987, sedang tahun 1987 sampai sekarang menggunakan pipa PVC. Pipa PVC merupakan pipa terpasang yang dominan digunakan karena pipa ini lebih ringan, elastis, awet dan tidak berkarat sehingga kualitas air minum yang didistribusikan terjaga kualitasnya.

  Dari pipa transmisi air dibawa langsung ke pelanggan dan dibawa ke tiga ground reservoir tersebut diatas. Dari reservoir tersebut air didistribusikan ke pelanggan dengan system pemompaan. Ground Reservoir Mayangan terletak di Kelurahan Mayangan untuk melayani Kecamatan Mayangan dilengkapi 1 (satu) buah pompa dengan karakteristik Q = 25 L/det Head 45 m, dan Ground Reservoir Kanigaran yang terletak di Kelurahan Sukoharjo untuk

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 16

  melayani Kecamatan Kanigaran dan Kecamatan Mayangan serta sebagia Kecamatan Kademangan dilengkapi 1 (satu) buah pompa dengan karakteristik Q = 30 L/det Head 45 m, sedang Ground Reservoir Wonoasih yang terletak di Desa Wonoasih dilengkapi 2 (dua) buah pompa dengan karakteristik Q = 25 L/det Head 45 m dan Q = 50 L/det Head 45 m, untuk melayani wilayah

  Jaringan pipa distribusi di Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kanigaran sudah cukup luas sehingga prosentase pelayanan pada masyarakat cukup tinggi. Sedang untuk di tiga Kecamatan sisanya prosentase pelayanan masih kecil. Di Kecamatan Kademangan sudah terpasang pipa distribusi utama namun masih minim jaringan distribusi sekunder untuk pelayanan. Pada Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Wonoasih masih perlu dikembangkan, hal ini sangat penting karena pada wilayah tersebut terdapat banyak aktivitas pengembangan pemukiman.

VI.2.1.4. Area Pelayanan PDAM

  Pelayanan air minum Kota Probolinggo telah mencapai hampir seluruh wilayah kota namun jumlah dan ketersediaan jaringan yang ada tidak merata pada 5 kecamatan. Kebutuhan air minum Kota Probolinggo meningkat setiap tahunnya dengan pertambahan pelanggan rata-rata 4,75% tiap tahunnya. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan juga harus diimbangi dengan peningkatan produksi air minum.

  Kecamatan Mayangan dan Kecamatan Kanigaran merupakan daerah yang paling banyak terlayani sistem air minum dari PDAM karena merupakan daerah yang memiliki penduduk paling padat dan sebagai pusat kegiatan, sebanyak 88% air yang berasal dari PDAM Kota Probolinggo masuk ke dalam 2 wilayah kecamatan ini. Pada Kecamatan Kademangan, Kecamatan Kedopok dan

  Kecamatan Wonoasih jumlah pelanggan air minum lebih sedikit dari 2 (dua) kecamatan yang lain. Minimnya jumlah pelanggan air minum disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan tidak tersedianya jaringan distribusi air minum sehingga masyarakat lebih memilih memanfaatkan air minum yang berasal dari sumur gali dan mata air yang berada dekat pada daerah tersebut.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 17 Gambar VI. 4 Peta Jaringan Pipa Distribusi PDAM Kota Probolinggo

VI.2.2. Sistem Non Perpipaan

  Pelayanan air minum di Kota Probolinggo terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pelayanan oleh PDAM dan Non PDAM. Pelayanan Non PDAM dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Probolinggo. Wilayah pelayanan Non PDAM ini tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Kademangan, Kecamatan Wonoasih, dan Kecamatan Kedopok. Ketiga kecamatan tersebut terlayani air minum perpipaan (PDAM) sebesar 3–14 % dari total penduduk masing-masing kecamatan, yang dinilai masih sangat kecil. Ketiga kecamatan tersebut memiliki kualitas air tanah yang cukup bagus. Pelayanan air minum Non PDAM ini dilakukan dengan membuat sumur bor dan tandon air untuk 8–15 sambungan rumah (SR) di sekitar tandon air. Dinas PU Kota Probolinggo membantu dalam pengadaan pemasangan pompa, pembuatan tandon air hingga terpasang SR. Sistem yang digunakan yaitu air dari sumur bor dipompa menuju menara tandon air kemudian air dari tandon didistribusikan menuju SR

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 18

  secara gravitasi. Pompa yang digunakan adalah pompa jenis centrifugal. Pengelolaan dari operasional pompa, perawatan pompa dan tandon hingga pembayaran listrik dan retribusi air dilakukan oleh masyarakat sendiri.

  Gambar VI. 5 Peta Pelayanan Air Minum Non Perpipaan

  Adapun selain penggunaan sumur bor juga ada yang menggunakan sumur pompa tangan dan sumur gali. Sumur pompa tangan dan sumur gali ini dibangun sendiri oleh masyarakat. Dalam hal ini Dinas Kesehatan berperan mengontrol kualitas air dan lokasi sumur yang aman dari pencemaran. Data penggunaan sarana air bersih oleh masyarakat Kota Probolinggo, SPAL dan kepemilikan jamban dapat dilihat pada Tabel 3.6. Dari data yang disajikan, dapat dilihat bahwa di Kecamatan Kedemangan, Kec. Kedopok dan Kec. Wonoasih banyak masyarakat yang menggunakan sumur pompa tangan dibandingkan dengan pelanggan PDAM.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 19 Tabel VI. 3 Data Akses Sarana Air Bersih Kota Probolinggo Tahun 2013

  Sumber : Dinas Kesehatan, 2014 RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 20

  VI.3. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

  VI.3.1. Persampahan

  VI.3.1.1. Pola Pengelolaan Sampah

  Pengelolaan sampah di Kota Probolinggo bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Sampah yang dikelola di Kota Probolinggo terdiri atas :

  a. Sampah Rumah Tangga

  b. Sampah sejenis rumah tangga : berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya

  c. Sampah spesifik : sampah yang mengandung bahan / limbah berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah yang timbul secara tidak periodik.

  Pola operasional pengelolaan persampahan di Kota Probolinggo terdiri dari : a. Penyapuan poros jalan :

  Pelayanan penyapuan atau pembersihan dilakukan oleh 120 petugas penyapu dengan target 38 ruas/lokasi penyapuan yang meliputi : 32 Ruas Jalan dan trotoar serta 8 Fasilitas Umum (Alun-alun, Terminal, Pasar, Stasiun, Graha Bina Harja dan Kantor Pemerintah). Pelayanan penyapuan jalan dilakukan setiap hari, sedangkan pada ruas jalan dan lokasi yang ramai dilalui/dikunjungi orang dan berpotensi menghasilkan volume timbulan sampah yang tinggi dilakukan kegiatan penyapuan sebanyak tiga kali sehari.

  b. Pemilahan : Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun

  2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sampah, Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Rumah Tangga wajib dipilah sesuai jenis sampah, setiap rumah tangga dapat menyediakan komposter aerob untuk mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos dan dapat juga mendaur ulang sampah anorganik yang berguna sebagai kerajinan.

  Pemilahan sampah tersebut dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus, fasilitas umum,

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 21

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

  fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya. Adapun jenis fasilitas tempat sampahnya yaitu : kontainer, gerobak sampah, bak sampah gantung, dan bak sampah karet.

  c. Pengumpulan Sampah : Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah. Adapun sarana untuk pengumpulan dan pemindahan sampah antara lain :  Kontainer : merupakan sarana pengumpulan sementara yang ditempatkan pada tempat dimana tingkat produksi sampahnya tergolong tinggi seperti pasar dan pemukiman padat penduduk, dan tempat dimana terdapat kegiatan masal (pasar malam, panggung hiburan, dll). Proses pemindahan dan pengosongan sarana berkapasitas 6-10 m

  3

  ini menggunakan truck amroll ;  Gerobak sampah : sarana untuk mengumpulkan sampah dari bak-bak sampah di kawasan permukiman ke TPS terdekat dan untuk mengumpulkan sampah hasil dari penyapuan poros jalan ;  Bak sampah karet : untuk mengumpulkan sampah kapasitas kecil yang terdapat dirumah-rumah penduduk dan sepanjang jalan ;  Bak Sampah Gantung : terdiri dari 3 (tiga) pemilahan (bak sampah warna orange : sampah basah, warna merah muda : sampah kering dan warna biru : sampah B3). Digunakan untuk mengumpulkan sampah dari pejalan kaki , pengguna jalan dan bukan untuk sampah rumah tangga.

  d. Pengangkutan : Terdapat pembagian tanggung jawab untuk pengangkutan sampah :  Lembaga pengelola sampah untuk sampah rumah tangga yang diangkut menuju ke TPS/TPST ;  BLH untuk sampah rumah tangga yang diangkut dari TPS/TPST ke TPA serta sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang diangkut dari sumber sampah dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA ;  Pengelola kawasan terhadap sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industry, dan kawasan khusus, yang diangkut dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan TPA ; Adapun sarana pengangkutan dan peralatan berat yang digunakan antara lain : truk sampah besar (mengangkut sampah dari 26 TPS mini), dump truk

LAPORAN AKHIR

  VI - 22

  (mengangkut sampah dari depo dan 13 TPS Permanen), armroll Truck (mengangkut 29 unit container dengan ritasi bervariasi antara 1 hingga 3 rit per hari), colt pick-up, kendaraan roda tiga, becak sampah.

  e. Pengolahan : Di lakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah kemajuan eknologi yang ramah lingkungan.

  Gambar VI. 6 SOP Pengelolaan Sampah di TPA Bestari

  f. Pemrosesan Akhir : Dilakukan dengan pengambilan sampah dan/atau residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara aman.

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 23

  2 TPS Permanen

  20

  16 Garuk

  15 Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo Tahun 2014 Tabel VI. 5 1 Jenis dan Lokasi TPS Kota Probolinggo No. Jenis TPS Jumlah Lokasi

  64

  29 Kelurahan

  3 Transfer Depo

  18 Kelurahan Pilang, Ketapang, Curahgrinting, Kanigaran, Sumber Taman, Jati, Kedung asem, Kedopok, Kademangan, Sumber Wetan, Kanigaran

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

  4 Kelurahan Jati, Mangunharjo, Wiroborang, Kanigaran Sumber : Profil Persampahan Kota Probolinggo Tahun 2014

  VI.3.1.3. TPA Bestari Tabel VI. 6 Data Teknis TPA Bestari Kota Probolinggo Luas

  Metode Operasional Sanitary Landfill Mulai diterapkan tahun 2008 Volume Sampah Masuk 38,76 ton Tahun mulai operasi 1994 Status Lahan Lahan Aset Pemerintah Kota Probolinggo Jumlah Petugas 49 orang Jumlah armada 13 unit Alat Berat 3 unit Bulldozer, Wheel Loader,

  Ekskavator Fasilitas Penunjang Pintu gerbang, Pos jaga, Jalan utama, Jalan kerja,

  Kantor TPA Rest Area, Jembatan timbang, Ruang operator, Gudang Garasi armada sampah, Lahan pembibitan, IPAL Lindi dan lumpur Tinja, Instalasi gas methan

  15 Cangkul

  20

  14 Sekop

  47

  VI.3.1.2. Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah Tabel VI. 4 Jenis Sarana Prasarana Persampahan Kota Probolinggo No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas

  1 Dump Truck 5 8 m³

  3 Armroll Truck 5 9 m³

  4 Truk Tinja 1 4 m³

  5 Kontainer 36 6 – 10 m

  3

  6 Colt Pick- Up 2 3 m³

  7 Sepeda Motor Gerobak 3 1,5 m³

  8 Becak Sampah 16 2 m³

  9 Gerobak Sampah 58 2 m³

  10 Bak Sampah Karet 215 0.5 m³

  11 Bak Sampah Gantung 300 1 m³

  12 Sapu 1380

  13 Keranjang Plastik

1 TPS Mini

4 Ha

LAPORAN AKHIR

  VI - 24

  Berdasarkan data dokumen Masterplan Persampahan dan Masterplan Pengembangan Masterplan Pengembangan TPA Sampah Kota Probolinggo pada Tahun 2012, sampah yang masuk TPA dengan kondisi bercampur dan komposisi sampahnya Tahun 2013 adalah sebagai berikut :

  Gambar VI. 7 Komposisi Sampah Masuk TPA Tahun 2013

  Sampah tersebut berasal dari sumber yaitu: perumahan/pemukiman, perdagangan, fasilitas kesehatan, pasar, industri. Sedangkan jumlah sampah yang masuk ke TPA Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

  Tabel VI. 7 Volume Sampah Masuk TPA Kota Probolinggo Tahun 2013

  Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo menangani pengelolaan persampahan dari 5 Kecamatan yang ada di Kota Probolinggo yaitu Kecamatan

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 25

  Mayangan, Kademangan, Kanigaran, Kedopok, dan Wonoasih. Dalam pelaksanaannya hanya 80 % dari total luas Kota Probolinggo yang terlayani oleh fasilitas persampahan. Dari 20 % sisanya yang tidak terlayani sebagian besar adalah wilayah selatan kota yaitu Kecamatan Wonoasih.

  Guna memenuhi amanat Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2008

  dumping menjadi sanitary landfill dalam waktu 5 (lima) tahun, maka TPA

  Bestari Kota Probolinggo sejak Tahun 2008 telah mengoperasionalkan sistem Sanitary Landfill untuk pemrosesan akhir sampah di TPA.

  Kondisi TPA Kota Probolinggo yang saat ini memiliki luasan ± 4 Ha memiliki permasalahan, yaitu keterbatasan lahan dimana sel penimbunan sampah yang ada saat ini sudah penuh sehingga perlu untuk pengembangan dengan pembuatan sel sampah baru untuk menambah usia TPA. Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, sarana prasarana pengelolaan sampah yang ada di TPA saat ini juga belum memadai untuk pelayanan persampahan yang optimal kepada masyarakat.

  Sel untuk penimbunan sampah dengan sistem Sanitary Landfill di TPA Bestari Kota Probolinggo yang dibangun pada Tahun 2008 sesuai dengan desain perencanaan awal pembangunan memiliki jangka waktu untuk masa aktif sel selama 5 tahun, hingga tahun 2013. Hal ini juga terkait dengan perlunya peningkatan untuk pelayananan pengelolaan sampah di TPA seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan jumlah sampah yang masuk dan perlu untuk dikelola di TPA.

  Kondisi Eksisting sel sampah dimaksud saat ini telah mencapai timbunan sampah dengan tinggi lebih dari 7 meter. Sel sampah tersebut telah mengalami over kapasitas sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menampung sampah buangan yang masuk ke TPA. Diestimasikan bahwa dalam jangka waktu dekat sel sampah dimaksud sudah tidak dapat digunakan karena akan membahayakan keselamatan petugas dan berpotensi longsor. Kondisi sel sampah TPA menunjukkan bahwa sel sampah tersebut memang layak menjadi prioritas penanganan karena kondisi timbunan sampah yang telah menggunung hingga 5 lapis timbunan sehingga menyulitkan kendaraan eskavator maupun petugas untuk menaikkan dan meratakan sampah.

  Berdasarkan hasil kajian dalam Masterplan Pengembangan TPA Sampah Kota Probolinggo pada Tahun 2012, maka perlu untuk pengembangan TPA Kota Probolinggo hingga seluas ± 10 Ha, dengan penambahan luasan untuk

  RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 26

  pengembangan sebesar ± 6 Ha dari luas TPA eksisting yang telah ada. Perlu untuk adanya penanganan secara cepat guna mengatasi permasalahan penanganan persampahan dimaksud yang berupa pengembangan / perluasan TPA Bestari Kota Probolinggo dengan pembangunan sel sampah yang baru. Pengembangan TPA ini dimaksudkan untuk pembangunan 4 (empat) sel dan Pemanfaatan Gas Methan serta Sarana Prasarana Komposting.

VI.3.1.4. Upaya Pengurangan Sampah

  Optimalisasi Pengelolaan Persampahan Kota Probolinggo pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sampah menuju “Zero Waste,” yaitu konsep pengelolaan sampah secara terpadu yang meliputi proses pengurangan volume timbulan sampah dan penanganan sampah dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek teknologi hijau, lingkungan, dan peran aktif masyarakat, serta aspek ekonomi.

  Guna meminimalisir jumlah sampah yang masuk TPA serta meningkatkan kinerja pengelolaan sampah Kota Probolinggo, berbagai usaha telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Probolinggo bersama dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait antara lain : a. Penggalakan penerapan Sistem 3R di masyarakat Kota Probolinggo, melalui peningkatan peran aktif Kelompok Masyarakat Pemilah Sampah dalam melakukan kegiatan pengomposan skala kawasan, khususnya di kawasan perumahan serta Program Bank Sampah skala kawasan ; b. Peningkatan kompetensi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan bagi masyarakat, diantaranya yaitu berupa : Sosialisasi Pelatihan Daur Ulang Sampah Bagi Pemulung, Sosialisasi Penggunaan Komposter Aerob Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga, Pelatihan Daur Ulang Kertas dan Enceng Gondok, Pelatihan pembuatan Briket Arang dari Serbuk Kayu, Pelatihan Pembuatan Briket Plastik, Best Practice “School Recycle Program”, Sarasehan Teknologi Daur Ulang Kertas Alami, Sosialisasi Pembentukan Bank Sampah Ke Pedagang Pasar, Pelatihan daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis kepada kelompok wanita tani tembakau, dll ;

c. Pemberian bantuan berupa sarana prasarana pengolahan sampah skala

  

lingkungan / kawasan seperti gerobak sampah, TPS / TPST / Rumah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2 - JM) BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR

  VI - 27

  Kompos, Komposter aerob, gerobak sampah, becak sampah, bak sampah gantung, mesin pencacah sampah, dll ; d. Fasilitasi pelaksanaan kegiatan Kelompok Masyarakat Peduli Sampah diantaranya untuk Forum Jaringan Manajemen Sampah (FORJAMANSA),

  Paguyuban Kelompok Masyarakat Pemilahan Sampah Rumah Tangga peduli sampah lainnya dalam rangka peningkatan pemahaman secara lebih komprehensif kepada masyarakat mengenai kondisi, permasalahan dan potensi persampahan rumah tangga dan lingkungan, menumbuhkan kepedulian serta menciptakan wadah kegiatan bagi masyarakat untuk turut berperan-serta dalam proses pengelolaan sampah rumah tangga ; e. Kampanye publik untuk penggalakan pengelolaan sampah di Kota