BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR - DOCRPIJM 54b29d0f6f BAB VIBAB VI

BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Pengembangan Permukiman 6.1.

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan

  VI-1 Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

  c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman; f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting Permasalahan dan Tantangan

  6.1.3. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:  Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

   Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.  Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.  Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

  VI-2

   Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

   Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman. Kota Tarakan merupakan salah satu daerah yang berkembang di wilayah

  Kalimantan Utara. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat menyebabkan isu permasalahan perkembangan permukiman di Kota Tarakan menjadi kompleks.

  

Tabel 6. 1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota

Tarakan

No Isu Stragis Keterangan

  (1) (2) (3)

  

1 Keberadaan beberapa permukiman di sekitar pantai yang cenderung tidak

lokasi permukiman kumuh teratur dan menutup akses publik ke arah laut/sungai, di wilayah pantai dan di bahkan mengintervensi hutan mangrove pusat kota

  

2 Kurangnya Ketersediaan prasarana permukiman seperti penerangan jalan

Prasarana Permukiman (PJU), air bersih, pengolahan air limbah, akses jalan yang Memadai lingkungan yang masih minim

  

3 Genangan Banjir Semakin banyaknya bangunan milik penduduk yang

dibangun di atas badan sungai dan tingginya curah hujan, mengakibatkan aliran sungai meluap pada saat hujan karena tidak dapat tertampung oleh badan sungai Sebengkok dan Sungai Karang Anyar/ Kampung Bugis.

  

4 Tanah Longsor Banyaknya lahan yang berupa lereng bukit di areal

permukiman Kota Tarakan menyebabkan rawan longsor ketika terjadi intensitas hujan yang tinggi.

5 Genangan Laut Banyaknya permukiman di pantai yang mana terpengaruh pasang surut air laut.

  

6 Penurunan Kualitas Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di kawasan

Lingkungan Permukiman permukiman nelayan tepi pantai, terutama di kawasan- kawasan yang dekat dengan pusat kota seperti di kelurahan Karang Anyar dan Karang Anyar Pantai.

  

7 Masalah Kepemilikan Seiring dengan perkembangan kota, banyak

Lahan dan Bangunan pembangunan fisik yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah, sehingga masalah kepemilikan lahan mulai muncul sebagai suatu masalah yang harus diantisipasi.

  VI-3

  • 10 Perlunya pembentukan Badan Pengelola (BP) Kasiba seiring dengan upaya pengembangan Kasiba Kota Baru (New Town) di Tarakan Utara.
  • Sumber: Dokumen SPPIP Kota Tarakan

  VI-4 No Isu Stragis Keterangan

  (1) (2) (3)

  8 Kebutuhan Prasarana dan Sarana Umum guna mengantisipasi Perkembangan Permukiman Baru di wilayah Kota Baru

  Sesuai rencana pembangunan Kota Tarakan maka perlu untuk antisipasi kebutuhan permukiman baru di wilayah kota baru di Kecamatan Tarakan Utara.

  9 Kurang dimanfaatkannya organisasi/ kelembagaan yang telah ada seperti Forum Kota dan lain sebagainya.

A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.

  Kota Tarakan telah memiliki beberapa peraturan daerah terkait dengan pengembangan permukiman. Tabel 6.2 berikut akan menjelaskan mengenai peraturan daerah Kota Tarakan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan permukiman. Berikut adalah data data eksisting terkait pengembangan permukiman di Kota Tarakan.

  

Tabel 6. 2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman

No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No. / Tahun Perihal ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) 1 Perda No.

  04 Tahun 2012 RTRW Kota Tarakan

  Sumber : Bappeda Kota Tarakan

1 Kel. Selumit 12.100 156 121 -

  VI-5 Tabel 6. 3 Data Kawasan Kumuh di Kota Tarakan Tahun 2014 No Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan

  2 ITB Rusun Aset 2007-2008 Upt - Baik Kurang Baik

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

  Sumber: UPTD Rusunawa Bidang Cipta Karya, DPU&TR

  3 ITB Rusun Non Aset 2012-2013 Upt - Baik Kurang Baik

  Keterangan : Tidak Terdapat data Tabel 6. 5 Data Kondisi Rusunawa Kota Tarakan No Lokasi Rusunawa Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 )

  (M

  

Pengelola

Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

  Sumber: Bidang Tata Ruang & Pengawasan Perizinan Bangunan, DPU&TR Tabel 6. 4 Data Kondisi RSH Kota Tarakan No Lokasi RSH Tahun Pembangunan

  4 Kel. Lingkas Ujung 46.700 841 467 -

  Sebengkok 23.400 374 234 -

  2 Kel. Selumit Pantai 250.400 268 2.506 - 3 Kel.

  Semi Permanen Jumlah Penduduk ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

  

Jumlah

Rumah

Permanen

Jumlah Rumah

  )

  2

1 Boom Panjang - - - - -

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

  Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

  6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat Kota khususnya Kota Tarakan antara lain:

  

Tabel 6. 6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

Permukiman Kota Tarakan

Permasalahan No Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif solusi Permukiman

   Pengembangan

  1 Aspek Teknis Kawasan perbukitan didominasi 1) Kondisi Fisik dasar kota oleh batu lempung dan batu pasir, kawasan permukiman tarakan terkait dengan di mana batu lempung bersifat baru di daerah dengan banyaknya permukiman mudah mengembang, pecah- kelerengan di bawah di atas bukit. pecah, gembur, lunak, mudah 15 . longsor, dan sulit dipadatkan.  Perkuatan tebing bukit Sedang batu pasir kuarsa dan daerah rawan tersemen lemah, mudah longsor. terdesintegrasi, mudah terkikis, mudah longsor, dan sulit dipadatkan. Pembukaan kawasan perbukitan akan mengakibatkan erosi dan longsoran, sehingga terjadi banjir lumpur yang akan mendangkalkan sungai atau alur drainase lainnya dan akan menutup kawasan yang lebih rendah.

   Memasukkan

  

2 Aspek Kelembagaan Untuk membentuk lembaga baru urusan

1) belum terdapat bidang yang khusus menangani pengembangan yang secara khusus pengembangan permukiman permukiman menjadi menangani membutuhkan anggaran yang tupoksi salah satu sub pengembangan besar bidang di Dinas permukiman

  Pekerjaan Umum dan Tata Ruang  Melakukan

  

3 Aspek Pembiayaan Pemerintah daerah harus koordinasi

1) Anggaran Pemerintah bersaing dengan daerah lain guna untuk usulan rencana

Kota tidak mampu mendapatkan dana pengembangan

membiayai seluruh pengembangan permukiman dari permukiman

  VI-6

  Permasalahan No Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif solusi Permukiman  menyiapkan data baik kegiatan pengembangan pemerintah pusat permukiman berupa perencanaan, DED maupun masterplan dengan lebih rinci

   melakukan

  

4 Aspek Peran Serta Jumlah polisi bangunan yang sosialisasi

Masyarakat/Swasta dimiliki tidak mampu mengcover

  IMB  melakukan 1) Banyaknya masyarakat seluruh wilayah Kota Tarakan, pendataan yang membangun tanpa sehingga kontrol terhadap rumah yang belum

  IMB pembangunan permukiman memiliki IMB kurang.

  

5 Aspek Lingkungan Permasalahan sanitasi yang buruk Peningkatan kualitas

Permukiman di kawasan permukiman pesisir permukiman dengan 1) Banyaknya permukiman perbaikan PSD yang ada yang berada di atas kawasan pasang surut

  Sumber: Dokumen SPPIP Kota Tarakan

6.1.4. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

  

Tabel 6. 7 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di

Perkotaan Untuk 5 Tahun

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun No Uraian Unit

  Ket

  I II

  III

  IV V

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

  253.721 269.337 285.914 303.511 322.191

1 Jumlah Penduduk Jiwa

  2 Kepadatan 1.011 1.073 1.140 1.210 1.284 Jiwa/Km Penduduk Proyeksi 2 Persebaran

  • Jiwa/Km Penduduk Proyeksi
  • 2 Persebaran Jiwa/Km Penduduk Miskin

      VI-7

    4 Kebutuhan RSH Unit 300 300 300 300 300

      VI-8

      2 Sumber : Hasil Analisa 2014

      Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 6.1.

      1) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 2) Infrastruktur permukiman RSH 3) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

      Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

      Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

      1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

      Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

      2

      2 Sasaran Penurunan Kawasan Kumuh Ha 33,26 23,26 13,26 3,26

      2

      2

      2

      5 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru Kws

      1

      1

      3 Kebutuhan Rusunawa TB

    6.1.5. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

      Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

    Gambar 6. 1 Alur Program Pengembangan Permukiman

      Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

      Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

    1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

       ndikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,

      Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

       Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

      VI-9

    2. Khusus

      VI-10

      Rusunawa  Kesediaan Pemda untuk penandatanganan MoA dalam rangka penanganan Kws. Kumuh  Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan

      PSD lainnya  Ada calon penghuni

      Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

      1. Vitalitas Non Ekonomi  Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

       Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitasbangunan yang terdapat didalamnya.

       Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

      2. Vitalitas Ekonomi Kawasan  Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

       Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.  Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

    3. Status Kepemilikan Tanah  Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

       Status sertifikat tanah yang ada.

      4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

      5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota  Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

       Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

    6.1.6. Usulan Program dan Kegiatan

    a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

      Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

      

    Tabel 6. 8 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

    Kota Tarakan

    Volume/ Biaya Kriteria No Program/ Kegiatan Lokasi Satuan (Rp.) Kesiapan ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

      Infrastruktur permukiman

      a) kumuh Peningkatan Jalan

      1. Lingkungan Kecamatan 16.600.00 Tarakan Tarakan Barat Peningkatan Jalan

      2. Lingkungan Kecamatan 16.600.00 Tarakan Tarakan Tengah Peningkatan Jalan

      3. Lingkungan Kecamatan 16.600.00 Tarakan Tarakan Timur Peningkatan Jalan

      4. Lingkungan Kecamatan 16.000.00 Tarakan Tarakan Utara

      VI-11

    b) Infrastruktur permukiman RSH 1.

    b. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

      

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

      4.000 4.000 8.000 5. Survey dan Pembuatan Database Jalan Lingkungan Se- Kota Tarakan 320

      4.000 4.000 8.600 4. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Tarakan Utara

      4.000 4.000 8.600 3. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Tarakan Timur

      4.000 4.000 8.600 2. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Tarakan Tengah

      1. Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan Tarakan Barat

      a) Infrastruktur permukiman kumuh

      VI-12 No Program/ Kegiatan Volume/ Satuan Biaya (Rp.) Lokasi Kriteria Kesiapan 5.

      Survey dan Pembuatan Database Jalan Lingkungan Se-Kota Tarakan 320.00 Tarakan

      Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

      Sumber : Hasil Analisa 2014

      3.493.86 Tarakan 2. Pembangunan Rusunawa 40.000.00 Tarakan

      2.420.00 Tarakan 4. Peningkatan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Layak Huni 17.800.00 Tarakan b) Rusunawa dan infrastruktur pendukung 1. Sarana dan keperluan UPTD Rusunawa

      18.600.00 Tarakan 3. Sosialisasi dan Bantuan Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Perumahan

      Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

      Survey dan Identifikasi Perumahan Layak Huni 280.00 Tarakan 2.

      

    Tabel 6. 9 Usulan Pembiayaan Proyek

    No Program/ Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kota Masya- rakat Swasta CSR Total

      Program/ APBD APBD Masya-

    No APBN Swasta CSR Total

    Kegiatan Prov Kota rakat

      

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 )

    Infrastruktur

      b) permukiman RSH Survey dan Identifikasi

      1.

      280,00 Perumahan Layak Huni Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi

      2. Masyarakat 5.000,00 2.000,00 11.600,00 Berpenghasilan Rendah (MBR) Sosialisasi dan Bantuan Teknis

      3. Penyelenggaraan 600.00 600.00 1.230,00 Pelayanan Bidang Perumahan Peningkatan Prasarana, Sarana 4. dan Utilitas Umum 4.000,00 4.000,00 9.800,00 Perumahan Layak Huni Rusunawa dan

      c) infrastruktur pendukung Sarana dan 2.000,00 1.493,86 1. keperluan UPTD Rusunawa Pembangunan 40.000,00

    2. Rusunawa

      Sumber : Hasil Analisa 2014

      VI-13

      

    Tabel 6. 10 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Tarakan

    OUTPUT SUMBER DANA (dalam Juta Rupiah) TAHUN

    VO SAT-

      INDIKATOR OUTPUT APBN No LOKASI APBD APBD MASYA SWAS L UAN CSR

      1

      2

      3

      4

      5 MURN PROV KOTA RAKAT TA RINCIAN PHLN

      I

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

    a) Infrastruktur permukiman kumuh

      Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan 1.

      Tarakan 4.000 4.000 8.600 Tarakan Barat Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      2. Tarakan 4.000 4.000 8.600 Tarakan Tengah Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      3. Tarakan 4.000 4.000 8.600 Tarakan Timur Peningkatan Jalan Lingkungan Kecamatan

      4. Tarakan 4.000 4.000 Tarakan Utara

      8.000 Survey dan Pembuatan Database Jalan 5.

      Tarakan 320

      Lingkungan Se-Kota Tarakan

    b) Infrastruktur permukiman RSH

      Survey dan Identifikasi Perumahan Layak 1.

      Tarakan 280

      Huni Fasilitasi Rumah Layak Huni Bagi 5.000

      Masyarakat Berpenghasilan Rendah 2.

      Tarakan 2.000 11.600 (MBR) Sosialisasi dan Bantuan Teknis

      600

    3. Penyelenggaraan Pelayanan Bidang Tarakan 600 1.230

      Perumahan Peningkatan Prasarana, Sarana dan 4.000 4. Tarakan 4.000 9.,800

      Utilitas Umum Perumahan Layak Huni Rusunawa dan infrastruktur pendukung b)

    • 1. Sarana dan keperluan UPTD Rusunawa Tarakan 2.000 1.493,86

      Pembangunan Rusunawa 2.

      Tarakan 40.000 Sumber : Hasil Analisa 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tarakan

      VI-14

    6.2. Penataan Bangunan Dan Lingkungan

    6.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

      Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

      

    1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

      UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

      2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

      UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.

      Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

      a. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang alas hak;

      b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung.

      Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

      VI-15

      3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

      Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

      4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

      Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

      5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

      Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor- sektornya.

      Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

      Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

      VI-16 Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

      a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

      c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

      d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

      e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

      Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2.

      Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

    Gambar 6. 2 Lingkup Tugas PBL

      VI-17 Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

       Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

      b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis.

      c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi.

    6.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

    A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

      Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan

      IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

      Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang

      VI-18 signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

      Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

      Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

      Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

      1) Penataan Lingkungan Permukiman

      a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

      b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

      c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

      d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

      e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

      f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

      2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

      a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

      VI-19 b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

    3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

      a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

      

    Tabel 6. 11 Isu-Isu Strategis Sektor PBL di Kota Tarakan

    No Kegiatan Sektor PBL Isu Stragis (1) (2) (3)

       Permukiman Penataan Lingkungan Permukiman kumuh di kawasan sempadan pantai  kondisi sarana prasarana dasar yang

      1 masih minim  Permukiman nelayan pantai barat kurang terlayani oleh fasilitas skala lingkungan dan kota  Perda bangunan gedung yang belum Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara sesuai dengan standar yang diharapkan

       Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara

      2

       Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan

       Pemberdayaan Komunitas dalam

      Keberlanjutan dan sinergi program

      Penanggulangan Kemiskinan

      3

      bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan

      Sumber: Hasil Analisa 2014

      VI-20

    B. Kondisi Eksisting

      VI-21

      Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota,

      9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

      Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

      

    Tabel 6. 12 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan

    Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

    No Perda / Pergub / Perwal / Perbup / Peraturan lainnya Amanat Jenis Produk Pengaturan No. / Tahun Tentang ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )

      1 Perda Kota Tarakan

    24 tahun 2000 Bangunan

      2 Perda Kota Tarakan

      04 Tahun 2012 RTRW Kota Tarakan Sumber : Bappeda dan DPU&TR Kota Tarakan

      

    Tabel 6. 13 Penataan Lingkungan Permukiman

    Kawasan Tradisional dan Bersejarah RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Nama Kawasan Dukungan Infrastruktur CK Lokasi/ Nama RTH Luas RTH (Ha) % Luas RTH Ketersediaan

      IMB %

      IMB HSBGN Instansi Prasarana Kebakaran

    ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 )

    HK Panglima batur 15,7 769 (terbit) Hutan Penelitian UBT

      30 Hutan Mangrove blkg pasar boom panjang 27,3 Wana wisata persemaian

      121,7 HK Amal 1 38,2 HK gunung pasir 3,6 Agro Foresty 613 22,5 HK Sawah Lunto 6,7 KKMB

      21 HK Batu Mapan

      4 Sumber : Dishutamben dan DPU&TR Kota Tarakan

      

    Tabel 6. 14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

    Jml BG Negara Status Kondisi Ketersediaan No Kawasan Berdasarkan Fungsi Kepemilikan Bangunan Utilitas BG ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 )

      Fungsi Hunian…Unit Fungsi Keagamaan ….Unit Fungsi Usaha ... unit Fungsi Sosial Budaya .... unit Fungsi Khusus ... unit

      Ket : Tidak Terdapat data

    Tabel 6. 15 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

    Kegiatan PNPM Kegiatan

      No. Kecamatan Perkotaan (P2KP) Pemberdayaan lainnya ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) Tarakan Tengah Pembangunan Jalan Beton

      1 Siring/Tembok Penahan

      Sumber : P2KP/PNPM Mandiri Kota Tarakan

    C. Permasalahan dan Tantangan

      Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

      Penataan Lingkungan Permukiman:

       Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;  Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

       Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

       Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

      Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

       Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;