EKSPERIMENTASI STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF TIPE STUDENT Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhadap Konsep Diri Siswa ditinjau dari Kreativitas Belajar Fi

EKSPERIMENTASI STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KONSEP DIRI SISWA DITINJAU
DARI KREATIVITAS BELAJAR

PUBLIKASI ILMIAH
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Magister Administrasi
Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

OLEH

SUNARJO
Q100140027

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

i

i


ii

iii

EKSPERIMENTASI STRATEGI INKUIRI TERBIMBING DAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) TERHADAP KONSEP DIRI SISWA DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. (1) Menguji perbedaan pengaruh penggunaan
strategi pembelajaran inkuri terbimbing dan kooperatif tipe STAD terhadap konsep diri
siswa. (2) Menguji perbedaan pengaruh kreativitas belajar fisika antara siswa yang
kreativitas tinggi dengan kreativitas sedang dan kreativitas rendah terhadap konsep diri
siswa. (3) Menguji interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dengan konsep diri
siswa dalam kaitannya dengan kreativitas belajar fisika. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental semu dengan rancangan penelitian menggunakan rancangan
faktorial 2X3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA pada MAN 2
Sragen tahun pelajaran 2015/2016. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
MIPA1 jumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIPA2 jumlah 40 siswa

sebagai kelas kontrol diambil dengan cluster random sampling yang kemudian dilakukan
uji keseimbangan rataan dengan uji t. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua
jalan dengan ukuran sel tak sama dan uji lanjut metode sceffe yang sebelumnya dilakukan
uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tidak
sama pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan (1) Terdapat pengaruh yang
signifikan penggunaan strategi pembelajaran inkuri terbimbing dan kooperatif tipe
STAD terhadap konsep diri siswa pada mata pelajaran fisika materi fluida statis (Fhit. =
13,340 > 3,96 = Ftabel). (2) Terdapat pengaruh yang signifnifikan antara kreativitas belajar
fisika terhadap konsep diri siswa pada materi fluida statis (Fhit. = 73,069 > 3,11 = Ftabel).
(3)Terdapat interaksi yang signifikan antara strategi pembelajaran, kretivitas belajar fisika
terhadap konsep diri siswa ( Fhit. = 4,861 > 3,11 = Ftabel).
Kata kunci: inkuiri terbimbing, konsep diri, kooperatif STAD, kreativitas.
ABSTRACT
The aim of this study was as follows. (1) Examine the difference in the effect of the use
of learning strategies guided inquiry and cooperative STAD to the self concept of
students. (2) Examine the difference in the effect of creativity in learning physics students
who have high creativity, middle creativity and low creativity to student self-concept. (3)
Examine the interaction between the use of learning strategies with self-concept of
students in relation to creativity in learning physics. This research is a quasi experimental

research design using 2 X 3 factorial design study population was all students of class X
MIPA at MAN 2 Sragen in 2015/2016. The sample in this research is class X MIPA1
consist of 40 students as an experimental class and class X MIPA2 consist of 40 students
as the control class is taken by cluster random sampling were then carried out tests of
balance flats with t test. Data collection techniques used are questionnaires and
documentation. Data analysis technique used are two-ways analysis of variance with
different cell sizes and further test with Scheffe method were previously performed tests
of normality and homogeneity test. From the analysis of variance of two roads with a cell
1

is not the same at significance level α = 0.05 indicates ( 1 ) There is a significant effect
strategy guided inquiry and cooperative learning STAD type of self-concept of students
in the subjects of physics static fluid material (Fhit. = 13,340 > 3,96 = Ftabel). ( 2 ) There is
influence signifnifikan between the creativity of self-concept study physics student at the
static fluid material (Fhit. = 73,069 > 3,11 = Ftabel). ( 3) There was a significant interaction
between the learning strategy , learning creativity physics of the self-concept of the
student ( Fhit. = 4,861 > 3,11 = Ftabel).
Keywords: guided inquiry, self-concept, STAD-cooperatif, creativity.
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di semua sekolah.

Salah satu alasan penyusunan

kurikulum 2013 adalah memberi kesempatan kepada

peserta didik belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20,
Tahun 2003

Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasil pencapaian tujuan pendidikan
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Penerapan Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 menuntut peran
guru secara aktif dalam mengelola sebuah kelas dan siswa yang aktif dan kreatif,
sehingga kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas X MAN 2
rendah masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Data hasil ulangan harian
siswa kelas X MIPA MAN 2 Sragen untuk kompetensi dasar (KD)1 nilai rata-rata =
59,35 dan KD2 nilai rata-rata = 51,25. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu,
faktor internal berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sukmadinata (2013 : 162),”Usaha dan

keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : Faktor-faktor dari dalam
diri siswa yang menyangkut aspek jasmaniah, rohaniah dan faktor-faktor lingkungan.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar dapat berasal dari
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2

Proses pembelajaran fisika yang dilaksanakan di MAN 2 Sragen selama ini belum
sepenuhnya menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pelajaran
fisika sering ditakuti siswa karena dianggap sulit untuk dipahami dan dipelajari. Kesulitan
ini timbul karena anggapan siswa bahwa pelajaran fisika itu menakutkan. Rasa takut ini
menyebabkan siswa kurang kreatif dan rasa kepercayaan diri maupun konsep diri (selfconcept) rendah.

Hurlock (1986) dikutip oleh Yusuf (2008 : 7) menyatakan, self-concept dapat
diartikan sebagai (a) persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang tentang dirinya;
(b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya; dan (c) suatu sistem pemaknaan individu
dan pandangan orang lain tentang dirinya. Self-concept ini memiliki tiga komponen,
yaitu: (a) perceptual atau physical self-concept, citra seseorang tentang penampilan
dirinya (kemenarikan tubuhnya), seperti kecantikan, keindahan atau kemolekan tubuhnya;
(b) conceptual atau psychological self-concept, konsep seseorang tentang kemampuannya
(kelemahan dirinya) dan masa depannya dan kualitas penyesuaian hidupnya: honesty,
self-confidence, independence, dan courege; (c)attitudinal, yang menyangkut perasaan
seseorang tentang dirinya sekarang dan masa depannya, sikapnya terhadap keberhargaan,
kebanggaan dan keterhinaannya.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa Konsep diri sangat besar
pengaruhnya

dalam

keberhasilan

kegiatan


pembelajaran.

Sebaliknya

strategi

pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan konsep diri siswa juga. Seseorang dengan
konsep diri positif akan mempunyai kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang
baik pula, yang memungkinkan untuk melakukan evaluasi secara objektif terhadap
dirinya sendiri.
Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi pembelajaran
fisika di atas adalah strategi inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatankegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan
sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi,
mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan
menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. Inkuiri terbimbing memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan
mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang.

3

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai
kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Pembelajaran STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 2008:143) merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan
oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Selain dari faktor strategi pembelajaran dan konsep diri, kreativitas belajar juga
menentukan hasil belajar. Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik
dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya yang baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya. Mengingat pentingnya kreativitas belajar siswa, maka dalam
kegiatan belajar mengajar lebih banyak melibatkan kreativitas belajar siswa. Sedangkan
siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk ikut kreatif dalam

kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya kreativitas belajar sangat mendukung kegiatan
proses pembelajaran sehingga konsep diri atau kepercayaan diri akan meningkat juga.
Menyimak uraian beserta kasus tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian adalah
1) Terdapat pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran

inkuiri terbimbing dan

kooperatif tipe STAD terhadap konsep diri siswa. 2) Terdapat pengaruh yang signifikan
kreativitas belajar fisika terhadap konsep diri siswa. 3) Terdapat interaksi yang signifikan
antara strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dan kooperatif tipe STAD dengan
kreativitas belajar fisika terhadap konsep diri siswa.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini ada tiga. 1)
Menguji perbedaan pengaruh penggunaan strategi pembelajaran inkuri terbimbing dan
kooperatif tipe STAD terhadap konsep diri siswa. 2) Menguji Perbedaan pengaruh
kreativitas belajar fisika siswa yang tinggi dengan kreatifitas belajar fisika siswa yang
sedang dan kreativitas belajar fisika siswa rendah terhadap konsep diri siswa. 3) Menguji
interaksi antara penggunaan strategi pembelajaran dengan
kaitannya dengan kreativitas belajar fisika.
4


konsep diri siswa dalam

METODE
Jenis Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu. Penelitian ini dilaksanakan
di kelas X MIPA MAN 2 Sragen Kab.Sragen yang berlokasi di kecamatan Plupuh,
kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2015/2016 yaitu bulan Agustus 2015 sampai April 2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X MIPA MAN 2 Sragen Kab.Sragen tahun pelajaran 2005/2016 yang
terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 120 siswa. Sampel dari penelitian ini akan diambil dua
kelas dari tiga kelas yang diambil secara cluster random yang hasilnya kelas X MIPA1
yang berjumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan
strategi inkuiri terbimbing (IT) dan kelas X MIPA2 yang berjumlah 40 siswa sebagai
kontrol dengan pembelajaran menggunakan strategi kooperatif tipe STAD. Untuk
mengetahui bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka diadakan uji keseimbangan dengan
menggunakan uji t dari data nilai rata-rata ulangan harian tiga kompetensi inti semester
satu tahun pelajaran 2015/2016.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data tentang kreativitas belajar dan
konsep diri siswa dengan menggunakan angket. Bentuk angket yang digunakan adalah
angket langsung dan tiap item dengan empat alternatif jawaban yang berupa pernyataan :

selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Uji coba instrumen dalam penelitian ini
dilakukan terhadap responden siswa kelas X MIPA di MAN 2 Sragen yang bukan
termasuk subjek penelitian adapun uji coba instrumen penelitian meliputi: Uji Validitas
instrument menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson dan Uji
Reliabilitas angket rumus Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas
menggunakan rumus uji Bartlett. Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan analisis Anava dua jalan sel tak sama.. Dalam penelitian ini bertujuan
untuk menguji perbedaan pengaruh dua

variabel bebas yaitu strategi pembelajaran

(faktor A) dan kreativitas belajar siswa (faktor B) serta interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa (faktor AB) terhadap variabel terikatnya
yaitu konsep diri siswa. Uji lanjut dengan metode Scheffe untuk melakukan pelacakan
terhadap rerata.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pembelajaran di kelas X MIPA1 sebagai Kelas Eksperimen dengan IT.
Deskripsi eksperimen proses pembelajaran menggunakan strategi inkuiri terbimbing
diawali dengan apersepsi dan motivasi dengan memperlihatkan berbagai macam gambar
atau peristiwa yang ada di sekitar siswa melalui power point. Kemudian guru membagi
siswa menjadi 10 kelompok berdasarkan urutan tempat duduk. Setelah siswa berkumpul
menurut kelompoknya masing-masing, lalu guru memperlihatkan alat dan bahan untuk
praktek oleh siswa dengan memberi petunjuk pendahuluan kaitanya dengan materi fluida
statis. Fase ini dinamakan fase persiapan kerja inkuiri terbimbing. Pada fase ini proses
pembelajaran memerlukan waktu sekitar 20 menit sehingga tidak terlalu banyak waktu
tersita.
Fase berikutnya yaitu kerja inkuiri terbimbing. Pada lima menit pertama proses
pembelajaran masih kurang sesuai dengan sintak tetapi selanjutnya proses pembelajaran
dapat bejalan dengan baik dari merumuskan masalah sampai mengambil kesimpulan.
Dalam fase ini kegiatan guru hanya membimbing saja sedangkan proses pembelajaran
didominasi oleh aktivitas siswa dengan dipandu oleh LKS dan bahan ajar dengan
memanfaatkan alat dan bahan yang disediakan siswa. Di akhir pembelajaran guru
memberi tugas pada kelompok untuk mempersiapkan presentasi hasil dipertemuan
berikutnya dan membuat rangkuman melalui pertanyaan yang ada di tugas tersebut.
Secara singkat

sintaks (fase-fase) dalam pembelajaran fisika dengan inkuiri

terbimbing yang dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Fase I

: persiapan kerja inkuiri terbimbing (anggota kelompok acak).

Fase II

: kerja inkuiri terbimbing

meliputi eksplorasi dan transformasi

melalui

identifikasi , merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data melalui merancng dan melakukan eksperimen, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan (dipandu dengan LKS).
Fase III : pemberian tugas (membuat rangkuman materi melalui daftar pertanyaan /tugas
terstruktur) .
Fase IV : presentasi kelas dan refleksi (guru meluruskan konsep bila terjadi miskonsepsi)
Fase V

: tes Individu dilaksanakan di akhir pembelajaran. Pada periode pertama inkuiri
tertimbing dihasilkan rata-rata nilai sebesar 78,75 dengan simpangan baku
5,39. Pada periode kedua inkuiri tertimbing dihasilkan rata-rata nilai sebesar
83,43 dengan simpangan baku 7,29. Pada periode ketiga inkuiri tertimbing
6

dihasilkan rata-rata nilai sebesar 85,08 dengan simpangan baku 6,20. Setiap
periode menunjukan peningkatan rerata, keberhasilan proses pembelajaran.
Proses Pembelajaran di kelas X MIPA 2 sebagai Kelas Kontrol dengan STAD.
Deskripsi data hasil eksperimen menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD diawali dengan apersepsi dan motivasi dengan memperlihatkan berbagai macam
gambar atau peristiwa yang ada di sekitar siswa melalui power point dan memberikan
informasi terkait materi fluida statis.

Kemudian guru membagi siswa menjadi 10

kelompok berdasarkan nilai ulangan harian materi sebelumnya sebagai nilai awal (setiap
kelompok heterogen). Setelah siswa berkumpul menurut kelompoknya masing-masing,
lalu guru memberikan LKS dan bahan ajar untuk bahan diskusi dalam kelompok tersebut.
Siswa dalam satu kelompok memberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk saling
menjelaskan jawaban mereka.
Guru meminta setiap perwakilan kelompok mempresentasikan jawaban kelompok.
Selanjunya Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang
belum dipahami. Di akhir pembelajaran guru memberi kuis individu yang hasilnya
digunakan untuk membuat skor individu dan kelompok, selanjutnya memberikan sebutan
3 kelompok terbaik ( kelompok baik, hebat dan super) berdasarkan skor kemajuan.
Secara singkat

sintaks (fase-fase) dalam pembelajaran fisika dengan inkuiri

terbimbing yang dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Fase I : persiapan (penyajian materi)
Fase II :kerja kelompok, diskusi (anggota kelompok berdasarkan prestasi yang heterogen)
Fase II : presentasi kelas dan refleksi
Fase IV : rekognisi (penguatan)
Fase V : Tes Individu (dilakukan di akhir pembelajaran dan digunakan untuk
menentukan skor kemajuan dan nilai individu)
Fase VI : Penghargaan kelompok (kelompok baik, hebat dan super)
Tabel 1. Perhitungan Skor Kemajuan Individu
Skor kuis
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 – 1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna

Poin kemajuan
5
10
20
30
30

Slavin (2008 : 159)
Pada periode pertama kelompok super adalah kelompok C dengan skor tim 85,
kelompok sangat baik kelompak A dengan skor tim 80 dan kelompok baik kelompok D
dengan skor 75. Periode kedua dengan anggota kelompok yang berbeda , kelompok super
7

adalah kelompok D dengan skor tim 90, kelompok sangat baik kelompak E dengan skor
tim 80 dan kelompok baik kelompok C dengan skor 75.
Deskripsi Data Kreativitas Belajar.
Data penelitian mengenai kreativitas belajar siswa diperoleh dari angket kreativitas
belajar yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Deskripsi data tentang
kreativitas belajar untuk kelompok eksperimen adalah jumlah responden (N) = 40 siswa
dengan skor tertinggi = 103, skor terendah = 58, mean (x) = 81,80, median (Me) = 82,90,
modus = 85,02, standar deviasi = 10,86. Mean lebih rendah daripada median dan modus
sehingga dapat digambarkan grafik condong ke kiri menunjukkan mayoritas data
mendekati modus. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi kreativitas belajar kelas
eksperimen.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kreativitas Belajar IT (Inkuiri Terbimbing)
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
Sangat baik
94 –105
5
12,50 %
Baik
82 – 93
17
42,50 %
Sedang
70 – 81
12
30,00 %
Kurang
58 – 69
6
15,00 %
40
100
Jumlah
Dalam penerapan IT kreativitas belajar siswa pada ketegori sangat baik sebanyak 5 siswa
dengan prosentase12,5%, kategori baik sebanyak 17 siswa dengan prosentase 42,5%,
sedang sebanyak 12 siswa prosentase 30% dan kurang sebanyak 6 siswa prosentase 15%.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kreativitas belajar kelas IT tergolong baik.
Deskripsi data tentang kreativitas belajar untuk kelas kontrol adalah

jumlah

responden (N) = 40 siswa dengan skor tertinggi = 98, skor terendah = 60, mean (x) =
79,40, median (Me) = 78,67, modus = 77,10 standar deviasi = 10,65. Mean lebih tinggi
daripada median dan modus sehingga dapat digambarkan grafik condong ke kanan
menunjukkan mayoritas data mendekati mean. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi
konsep diri kelas kontrol.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kreativitas belajar kelas kontrol STAD
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
Sangat baik
94 –105
4
10,00 %
Baik
82 – 93
12
30,00 %
Sedang
70 – 81
17
42,50 %
Kurang
58 – 69
7
17,50 %
40
100
Jumlah
Dalam penerapan STAD kreativitas belajar siswa pada ketegori sangat baik sebanyak 4
siswa dengan prosentase 10,00%, kategori baik sebanyak 12 siswa dengan prosentase
8

30,00%, sedang sebanyak 17 siswa prosentase 42,50% dan kurang sebanyak 7 siswa
prosentase 17,50%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa kreativitas belajar kelas
kontrol tergolong sedang.
Selanjutnya untuk kepentingan uji hipotesis dikelompokkan dalam tiga kategori
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan tersebut berdasarkan kriteria kelompok
tinggi dengan skor lebih dari rata-rata ditambah setengah kali simpangan baku, kelompok
sedang dengan skor dari rata-rata dikurangi setengah kali simpangan baku sampai dengan
rata-rata ditambah setengah kali simpangan baku, kelompok rendah dengan skor kurang
dari rata-rata dikurangi setengah kali simpangan baku yang diukur dari penyajian data
tunggal.
Tabel 4. Hasil Pengelompokan Data kreativitas Belajar
Kreativitas
Eksperimen
belajar
IT
Tinggi
13
Sedang
14
Rendah
13
Jumlah
40
Deskripsi Data Konsep Diri Siswa.

Kontrol
STAD
13
11
16
40

Jumlah
26
25
29
80

Data penelitian mengenai konsep diri siswa diperoleh dari angket konsep diri yang
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Deskripsi data tentang konsep diri
untuk kelompok eksperimen adalah jumlah responden (N) = 40 siswa dengan skor
tertinggi = 98, skor terendah = 60, mean (x) = 74,15, median (Me) = 75,36, modus =
77,00, standar deviasi = 9,29. Mean lebih rendah daripada median dan modus sehingga
dapat digambarkan grafik condong ke kiri menunjukkan mayoritas data mendekati
modus.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Konsep Diri kelas IT (Inkuiri Terbimbing)
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
Sangat baik
87 – 99
2
5,00 %
Baik
74 – 86
21
52,50 %
Sedang
61 – 73
14
35,00 %
Kurang
48 – 60
3
7,50 %
40
100
Jumlah
Dalam kelas IT konsep diri siswa pada ketegori sangat baik sebanyak 2 siswa dengan
prosentase 5,00%, kategori baik sebanyak 21 siswa dengan prosentase 52,50%, sedang
sebanyak 14 siswa prosentase 35% dan kurang sebanyak 3 siswa prosentase 7,50%.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa konsep diri kelas IT tergolong tinggi.
9

Deskripsi data tentang konsep diri untuk kelas kontrol adalah jumlah responden (N) =
40 siswa dengan skor tertinggi = 81, skor terendah = 48, mean (x) = 69,28, median (Me)
= 70,03, modus = 74,26 standar deviasi = 10,15. Mean lebih rendah daripada median dan
modus sehingga dapat digambarkan grafik condong ke kiri menunjukkan mayoritas data
mendekati modus.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Konsep diri kelas STAD
Kategori
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang
Jumlah

Interval
87 – 99
74 – 86
61 – 73
48 – 60

Frekuensi
0
16
15
9
40

Prosentase
0,00 %
40,00 %
37,50 %
22,50 %
100

Dalam kelas STAD konsep diri siswa pada ketegori sangat baik sebanyak 0 siswa,
kategori baik sebanyak 16 siswa dengan prosentase 40,00%, sedang sebanyak 15 siswa
prosentase 37,50% dan kurang sebanyak 9 siswa prosentase 22,50%. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa konsep diri kelas kontrol tergolong tinggi.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan ukuran sel tak
sama, untuk sumber variasi strategi
menunjukkan diperoleh nilai
Oleh

karena

itu

H0A

F

obs

ditolak,

pembelajaran pada taraf signifikansi α = 0,05
= 13,340 > 3,96 = F0,05;1;74, sehingga Fobs ∈ DK.
ini

berarti

terdapat perbedaan rerata yang

signifikan dari faktor strategi pembelajaran terhadap konsep diri siswa pada materi
fluida statis. Selanjutnya dengan melihat rataan marginal masing-masing kelompok,
rataan marginal yang diperoleh siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 73,634 sedang rataan marginal yang diperoleh
siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD sebesar

69,454. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan untuk hipotesis

pertama bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing menghasilkan konsep diri lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika
pada materi fluida statis.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Soltis
(2014) yang menyatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan, meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi dan menjadikan suasana interaktif. Jin (2011) menyimpulkan ada
10

peningkatan keterlibatan siswa dan kepentingan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Siswa mampu memahami beberapa konsep abstrak lebih cepat dan mempertahankan
konsep yang lebih lama. Sen (2015) menjelaskan POGIL (process oriented guided
inquiry learning) meningkatkan pendekatan penguasaan siswa, nilai tugas, kontrol
keyakinan belajar, kemampuan diri untuk belajar dan kinerja, berpikir kritis, membantu
mencari rekan belajar, waktu / manajemen lingkungan belajar. Dengan demikian, POGIL
sangat membantu untuk pengembangan diri siswa ditinjau dengan keterampilan belajar.
Sanjaya (2013) menjelaskan strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. siswa belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Ciri
utama strategi pembelajaran inkuiri terbimbing diantaranya menekankan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pempbelajaran
siswa tidak hanya sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri (self-belief). Dengan demikian inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Penerapan strategi inkuiri terbimbing mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental. Siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran saja,
akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran. Mereka yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal.
Jadi tujuan utama pembelajaran inkuiri ini menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan berfikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu siswa. Siswa
merumuskan dan menemukan jawaban atas permasalahan sendiri didalam kelompok
sehingga menjadi lebih bermagna dan dapat menambah percaya diri ataupun konsep
dirinya.
Proses pembelajaran inkuiri terbimbing mendukung munculnya tanda-tanda konsep
diri yang tinggi diantara siswa yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, ia merasa
setara dengan orang lain, ia menerima pujian tanpa rasa malu, ia menyadari bahwa setiap
11

orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui masyarakat, ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya
Hal ini dapat dilihat pada fase proses pembelajaran

inkuiri terbimbing

pada

penelitian ini fase 1 kerja kelompok atau diskusi dan fase 2 meliputi kegiatan eksplorasi
dan transformasi melalui identifikasi , merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data melalui merancang dan melakukan eksperimen, menganalisis data,
dan menarik kesimpulan. Lembar kerja siswa (LKS) sangat diperlukan untuk membantu
penguasaan materi. Fase 4 mempresentasikan hasil dari kerja inkuiri juga sangat
membantu siswa untuk menumbuhkan sikap percaya diri dan konsep dirinya.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan
masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase
1 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi
atau materi pelajaran. Perbedaannya dengan konvensional terletak pada fase 3 yaitu
prentasi dan fase 6 adanya pemberian penghargaan pada kelompok.
Pada Strategi kooperatif tipe STAD walaupun ada fase 3 presentasi yang dapat
meningkatkan konsep diri siswa, tetapi pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD lebih
menekankan pada kerja kelompok dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai materi pelajaran tersebut dan penghargaan kelompok melalui kuis.
Aktivitas yang dilakukan siswa tidak untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
sesuatu yang dipertanyakan

hanya mengingat atau menerapkan konsep yang sudah

diinformasikan oleh guru, sehingga kurang dapat menumbuhkan sikap percaya diri atau
konsep diri.
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan ukuran sel tak
sama untuk sumber variasi kreativitas belajar pada taraf signifikansi α = 0,05
menunjukkan diperoleh nilai F obs = 73,069 > 3,11 = F0,05; 2; 74, sehingga Fobs ∈ DK. Oleh
karena itu H0B ditolak, ini berarti terdapat perbedaan rerata yang signifikan dari
faktor kreativitas belajar siswa terhadap konsep diri siswa pada fisika materi fluida
statis. Dari uji komparasi rataan antar kolom dengan metode Scheffe’ dan DK = {
F │F > 2 F0,05;2,74 } = { F │F > 6,22 } diperoleh hasil sebagai berikut: F.1 -.2 = 12,942 >
6,22 = 2 F0,05;2;74, F.1-.3 = 145,716 > 6,22 = 2 F0,05;2;74, F.2-.3 = 67,716 > 6,22 = 2 F0,05;2;74.
Selanjutnya dengan melihat rataan marginal masing-masing kelompok, rataan marginal
12

yang diperoleh siswa-siswa yang mempunyai kreativitas tinggi sebesar 78,769 kreativitas
sedang sebesar 73,643 dan kreativitas rendah sebesar 64,82.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan untuk hipotesis kedua bahwa pada
pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing maupun dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD, mereka yang mempunyai kreativitas kategori tinggi
menghasilkan konsep diri lebih baik dibandingkan dengan mereka yang kreativitas
kategori sedang, dan mereka yang mempunyai kreativitas kategori sedang menghasilkan
konsep diri lebih baik dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kreativitas kategori
rendah.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Blomfield (2010) yang menunjukan
bahawa remaja yang sosial ekonominya rendah yang berpartisipasi secara aktif dan
kreatif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah memiliki kepercayaan diri dan konsep
diri lebih positif dari pada remaja yang tidak berpartisipasi dalam kegitan ekstrakurikuler.
Davies (2013) menunjukkan bahwa keuntungan dalam keyakinan guru dan kemampuan
mengidentifikasi potensi kreatif peserta didik selain pergeseran nilai yang berdampak
langsung pada konsep diri mereka juga menjadi guru yang efektif mempromosikan
pembelajaran yang efektif.
Dalam proses pembelajaran diperlukan kreativitas agar siswa lebih dapat memahami
materi yang disampaikan oleh guru, serta dapat berpartisipasi aktif dalam proses dalam
proses pembelajaran. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, apabila
pada diri siswa terdapat kreativitas yang menyebabkan mereka berbuat sesuatu. Menurut
Asrori (2008) ciri kreativitas diantaranya adalah memiliki inisiatif, cenderung kritis
terhadap orang lain, berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, percaya diri sendiri.
Kreativitas merupakan kemampuan menginterprestasi pengalaman dan memecahkan
masalah dengan cara baru dan asli dengan berpikir yang divergen, berpikir yang produktif
dan berdaya cipta karena adanya kecenderungan dalam diri seseorang untuk
mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi dorongan untuk berkembang dan menjadi
matang,

kecenderungan

untuk

mengekspresikan

dan

mengaktifkan

semua

kemampuannya.
Proses pembelajaran

merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang
sehingga pengertiannya dikembangkan. Dalam mengembangkan pemikirannya tersebut
siswa membutuhkan kreativitas tinggi sehingga dapat dengan mudah menemukan
pengetahuan baru.
13

Yusuf (2008), menurut Maslow seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat
apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasi dirinya secara penuh (self-actualizing
person) yaitu mempunyai ciri-ciri diantaranya sikap percaya diri, bijak dan baik, energik
dan optimis, berani dan bertanggung jawab. Sikap seseorang mengenai dirinya
merupakan konsep diri, bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk
melalui interaksi individu dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial tempat
individu itu hidup. Lingkungan keluarga dan sekolah berperan besar dalam pembentukan
konsep diri. Proses pembelajaran terjadi interaksi antar siswa dan dengan guru, siswa
akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin
bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan
kreatifitas belajar sangat mendukung terbentuknya kepribadian yang sehat dan konsep
diri yang tinggi. Semakin tinggi kreativitas belajar siswa akan menghasilkan konsep diri
maupun kepercayaan diri yang tinggi pula yang akhirnya mendapatkan

prestasinya

optimal.
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi dua jalan dengan ukuran sel tak
sama untuk sumber variasi interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas pada
taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan diperoleh nilai F obs = 4,861 > 3,11 = F0,05; 2; 74,
sehingga F obs ∈ DK. Oleh karena itu H0AB ditolak, ini berarti terdapat interaksi
yang signifikan antara faktor strategi pembelajaran dengan faktor kreativitas belajar siswa
terhadap konsep diri siswa pada mata pelajaran fisika materi fluida statis. Dari uji
komparasi rataan antar sel
metode

pada strategi pembelajaran inkuiri terbimbing

dengan

Scheffe’ DK = { F │F > 5 F0,05;2,74 } = { F │F > 11,650 } diperoleh hasil sebagai

berikut: F11-12 = 22,672 > 11,650, F11-13 = 77,945 > 11,650, F12-13 = 17,886 > 11,650.
Selanjutnya dengan melihat rataan sel pada strategi pembelajaran inkuri terbimbing
masing-masing kelompok,

rataan yang diperoleh siswa-siswa yang mempunyai

kreativitas tinggi sebesar 82,615 kreativitas sedang sebesar 73,286 dan

kreativitas

rendah sebesar 65,000. Karena rataan yang diperoleh siswa-siswa yang mempunyai
kreativitas sedang lebih tinggi dibandingkan dengan rataan yang diperoleh siswa-siswa
yang mempunyai kreativitas rendah, maka dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran
dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, mereka yang mempunyai kreativitas
belajar tinggi menghasilkan konsep diri

lebih

baik

dibandingkan mereka yang

mempunyai kreativitas belajar sedang dan mereka yang mempunyai kreativitas belajar
sedang menghasilkan konsep diri

lebih baik dibandingkan dengan

mempunyai kreativitas rendah.
14

mereka yang

Dari hasil uji komparasi rataan antar sel pada strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan metode

Scheffe diperoleh kesimpulan bahwa mereka yang mempunyai

kreativitas sedang menghasilkan konsep diri yang lebih baik

dibandingkan dengan

mereka yang mempunyai kreativitas rendah. Sedangkan mereka yang mempunyai
kreativitas tinggi walaupun rataan lebih baik dibandingkan kreativitas sedang, tidak
menghasilkan konsep diri yang lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa disamping kreativitas belajar dan strategi
pembelajaran masih ada faktor lain yang mempengaruhi konsep diri. Menurut Puspasari
(2007) proses pengenalan diri sendiri banyak terpengaruh oleh faktor eksternal yang
mengikuti perkembangan seorang anak diantaranya, pengaruh keterbatasan ekonomi,
isolasi lingkungan ataupun pengaruh dari usia memberikan konstribusi yang cukup besar
terhadap proses pengenalan diri. Yusuf (2008) perkembangan self-concept dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah, harapan orang tua, kondisi fisik, kematangan
biologis, dampak media massa, tuntutan sekolah, pengalaman ajaran agama, masalah
ekonomi keluarga dan hubungan dalam keluarga.
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh (2014),
ada hubungan yang signifikan antara efek gabungan dari konsep diri dan kebiasaan
belajar terhadap prestasi akademis dalam matematika. Ugur (2015) menyimpulkan bahwa
persepsi diri siswa berubah ketika siswa belajar dan meningkatkan kesadaran mereka
tentang bagaimana anggapan teman-temannya mengenai karakteristik tertentu. Riyadi
(2015) yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dapat digunakan sebagai
pembentuk konsep diri yang positif dan hasil belajar di sekolah. Nurhidayati (2015)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
Menurut Sutama (2013) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran merupakan rencana kegiatan pembelajaran
termasuk penggunaan metode, media dan pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam
upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Komponen strategi pembelajaran meliputi:
kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi, partisipasi peserta didik, tes
dan kegiatan lanjutan. Hal ini bila dikaitkan dengan hasil penelitian menunjukkan
pentingnya memilih strategi pembelajaran inkuiri terbimbing untuk pembentukan konsep
diri siswa melalui kreativitas belajar sehingga hasil belajar tercapai secara optimal.
15

Pada dasarnya pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai. Selain itu, juga harus
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi tempat
berlangsungnya proses pembelajaran. Strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip
efisiensi dan efektivitas dalam mencapai pencapaian tujuan dan tingkat keterlibatan
peserta didik agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
optimal. Asumsi tentang siswa sebagai subyek pembelajaran yaitu siswa adalah manusia
dalam tahap perkembangan, memiliki kemampuan yang berbeda, merupakan insan yang
aktif, kreatif, dinamis dalam menghadapi lingkungan dan memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya serta pengakuan akan keberadaanya.
PENUTUP
Berdasarkan landasan teori dan didukung hasil analisis variansi dua jalan dan hasil uji
lanjut pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan, terdapat pengaruh yang signifikan
penggunaan strategi pembelajaran inkuri terbimbing dan kooperatif tipe STAD terhadap
konsep diri siswa pada mata pelajaran fisika materi fluida statis kelas X semester genap
tahun pelajaran 2015/2016 (Fhitung = 13,340 > 3,96 = Ftabel). Pada siswa-siswa yang diberi
pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing menghasilkan konsep diri
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, (rata-rata marginal Inkuiri X A1. = 73,63 >
69,45 = X A2. rata-rata marginal STAD ).
Pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan, terdapat pengaruh yang signifnifikan
antara kreativitas belajar fisika terhadap konsep diri siswa pada materi fluida statis
(Fhitung = 73,069 > 3,11 = Ftabel). Pada siswa-siswa yang mempunyai kreativitas belajar
tinggi menghasilkan konsep diri yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa yang
mempunyai kreativitas belajar sedang (F1-2 = 12,94 > 6,22 = Ftabel dan X B1. = 78,769 >
73,643 = X B 2. ). dan siswa-siswa yang mempunyai kreativitas belajar
menghasilkan konsep diri yang lebih baik

sedang

dibandingkan dengan siswa-siswa yang

mempunyai kreativitas rendah (F2-3 = 67,72 > 6,22 = Ftabel dan X B2. = 73,643 > 64,820
= X B 3. ).
Pada taraf signifikansi α = 0,05 menunjukkan, terdapat interaksi yang signifikan
antara strategi pembelajaran , kretivitas belajar fisika terhadap konsep diri siswa ( Fhitung =
4,861 > 3,11 = Ftabel). Pada strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, semakin tinggi
kreativitas belajar akan menghasikan konsep diri yang tinggi pula (F11-12 = 22,672 >
16

11,650 = Ftabel, F12-13 = 17,887 > 11,650 = Ftabel dan X 11. = 82,615 > 73,286 = X 12 , X 12. =
73,286 > 65,000 = X 13 ).
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, M. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Blomfield, C. J. & Barber, B.L. 2010. “Developmental Experiences During
Extracurricular Activities And Australian Adolescents’ Self-Concept: Particularly
Important For Youth From Disadvantaged Schools”. Empirical Research J Youth
Adolescence. 40 (10): 582-594.
Davies, T. 2013. “Incorporating Creativity into Teachers Practice and Self-Concept of
Professional Identity”. Journal of Educational Change. 14 (1) : 51-71.
Hurlock, E.B. 1986. Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
Company.
Jin, G & Bierma,T.J. 2011. “Guided-Inquiry Learning in Environmental Health”. Journal
of Environmental Health. 73 ( 6) : 80-85.
Nurhidayati, S. et.al. 2015. “Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Terhadap Aktivitas
Dan Hasil Belajar Biologi Siswa”. Jurnal Kependidikan. 14(3) : 285-294.
Puspasari, A. 2007. Mengukur Konsep Diri anak. Jakarta: Gramedia
Riyadi, W. 2015. “Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar Fisika melalui pembelajaran
Inkuiri Pada Siswa Kelas XI SMK Purnama 2 Gombong Tahun pelajaran
2014/2015". Jurnal Radiasi. 6 (1) : 38-41.
Singh, P. 2014. Interaction Effect of Self-Concept and Study Habits on Academic
Achievement in Mathematics. International Journal of Science and Research
(IJSR). 4 (11) : 482-485.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa
Media.
Soltis, R. et.al. 2015. “Process-oriented guided inquiry Learning strategy enhances
students’ higher level thinking skills in a pharmaceutical sciences course”.
American Journal of Pharmaceutical Education. 79 (1) : 1-7.
Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutama, et. al. 2013. Pembelajaran Matematika Konstektual. Sukoharjo : Kafilah
Publising.
Yusuf. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
17

Ugur, H. 2015. “The Self Concept Change as a Tool for Developmental Academic
Advising”. Universal Journal of Educational Research. 3 (10) : 697-702.

18

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (”STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS”) PADA SUBPOKOK BAHASAN OPERASI PECAHAN DITINJAU DARI TINGKAT

1 25 226

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA

0 6 154

EKSPERIMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhad

0 2 19

PENDAHULUAN Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhadap Konsep Diri Siswa ditinjau dari Kreativitas Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X MAN 2 Sragen.

0 4 9

DAFTAR PUSTAKA Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhadap Konsep Diri Siswa ditinjau dari Kreativitas Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X MAN 2 Sragen.

0 2 4

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

4 18 99

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA.

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENGGUNAKAN METODE PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI SIKAP KREATIF PESERTA DIDIK

0 0 6