FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING Faktor Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

(1)

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING

KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

SYAFI’I ARIANSYAH J 410 080 027

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013


(2)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHAATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini :

Pembimbing I : Badar Kirwono, SKM, M.Kes NIP : 19680914 199101 1 001

Pembimbing II : Noor Alis Setiyadi, SKM, MKM

NIK : 1043

Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa:

Nama : Syafi’i Ariansyah

NIM : J 410 080 027

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan, demikian persetujuan ini dibuat semoga dapat digunakan seperlunya.

Surakarta, November 2013 Pembimbing I Pembimbing II

Badar Kirwono, SKM, M.Kes Noor Alis Setiyadi, SKM, MKM NIP. 19680914 199101 1 001 NIK. 1043


(3)

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrohmanirrohim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Syafi’i Ariansyah NIM : J 410 080 027

Fakultas/Jurusan : Ilmu Kesehatan/Kesehatan Masyarakat Jenis : Skripsi

Judul : Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalihkan mediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, November 2013 Yang menyatakan


(4)

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING

KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI Oleh :

Syafi’i Ariansyah 1*,Badar Kirwono²*, Noor Alis Setiyadi 3* ¹Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara belahan dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Puskesmas Bringin dari tahun 2010 sampai 2012 kejadian diare setiap tahunnya mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Faktor lingkungan yang diteliti yaitu sumber air utama, jenis jamban, jenis lantai rumah, saluran pembuangan air limbah, dan keberadaan sampah dengan kejadian diare pada balita. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan waktu secara longitudinal atau period time approach rancangan Case Control. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara sumber air utama (p = 0,032, OR = 7,575), jenis jamban (p = 0,004, OR = 13,941), jenis lantai (p = 0,012, OR = 11,286), saluran pembuangan air limbah (p = 0,05, OR = 0,244), dan keberadaan sampah (p = 0,001, OR = 0,305) dengan kejadian diare pada balita. Kata Kunci : Sumber Air utama, Jamban, Lantai, Saluran Pembuangan Air


(5)

ABSTRACT

Diarrhea is still becoming one of the important health problems in the society because it stands the 3rd position for the child illness and death cause in all over the world, including Indonesia. Based on the data from the Bringin clinic taken from 2010-2012, the diarrhea case had increased each year. The purpose of the research is to find out the environment factors related to the diarrhea case in the toddlers. The environment factors analyzed were the water resources, type of the toilet, type of floor, sewerage system, and the rubbish with the case of diarrhea. The type of this research was analytic research with the period time approach using case control design. The technique of sampling used purposive sampling. The statistics test used to analyze data was chi square test. The result of the research showed there was relation between the main water resources (p= 0.032, OR= 7.575), type of toilet (p= 0.004, OR= 13.941), type of floor (p= 0.012, OR= 11.286), sewerage system (p= 0.05, OR= 0.244), and the existence of rubbish (p= 0.001, OR= 0.305) to the case of diarrhea in toddlers.

Key Words : Main Water Resources, Toilet, Floor, Sewerage System, Rubbish, Toddlers Diarrhea.

A. PENDAHULUAN

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara belahan dunia termasuk Indonesia, sehingga dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan diare sebagai kedaruratan global (Kemenkes RI, 2011). Di negara miskin dan negara berkembang, diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak 1,5 juta anak di bawah usia lima tahun meninggal karena diare. Di negara yang sedang berkembang, diperkirakan pada anak usia tiga tahun terjadi diare rata-rata tiga kali setiap tahun (Soebagyo, 2008). Di Indonesia, angka kejadian diare akut diperkirakan masih sekitar 60 juta kejadian diare setiap tahunnya dan angka kesakitan pada kelompok balita sekitar 200-400 kejadian diare di antara 1000 penduduk setiap tahunnya dan 1-5% diantaranya berkembang menjadi diare kronik (Soebagyo, 2008). Dari hasil


(6)

SDKI (2007) didapatkan 13,7% balita mengalami diare, dan prevalensi diare tertinggi adalah pada anak umur 12-23 bulan, diikuti umur 6-11 bulan dan umur 23-45 bulan.

Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur, di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009 angka kejadian diare pada balita sebesar 1,95 per 1000 balita mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 1,86 per 1000 balita. Pada tahun 2009 angka CFR kasus diare sebesar 0,021 per 1000 balita, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan nilai CFR diare di tahun 2008 sebesar 0,006 per 1000 balita. Jumlah kasus diare pada balita dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa kasus diare pada balita masih tetap tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya (Kemenkes, 2011).

Kasus baru penyakit diare di Kabupaten Ngawi pada tahun 2012 sebanyak 8.656 kasus (Dinkes Ngawi, 2012). Kabupaten Ngawi mempunyai 24 Puskesmas. Dari ke 24 Puskesmas tersebut di Kabupaten Ngawi pada tahun 2010 terdapat kasus diare sebanyak 6.887 orang dan pada balita terdapat 2.095 kasus, di tahun 2011 terdapat 5.505 kasus diare dan pada balita terdapat 1.906 kasus, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 8.656 kasus diare dan pada balita terdapat 3.605 kasus. Dari ke 24 Puskesmas tersebut, dimana diperoleh angka kejadian diare yang mengalami kenaikan dan memiliki urutan angka kejadian diare tertinggi dari tahun 2010-2012 adalah Puskesmas Bringin menjadi urutan pertama di tahun 2010-2012 dengan terdapat kasus penderita diare sebanyak 2.427 kasus dan Kecamatan Geneng yang memiliki urutan kedua dengan jumlah kasus 1.090 di tahun 2010-2012 (Dinkes Ngawi, 2012).

Kecamatan Bringin merupakan Kecamatan yang terbagi menjadi 10 Desa yaitu Desa Bringin, Krompol, Mojo, Sumber Bening, Kenongorejo, Dero, Lego Wetan, Gandong, Suruh, dan Dampit. Berdasarkan survai pendahuluan dari data Puskesmas Bringin dari 10 desa tersebut dari tahun 2010 sampai 2012 kejadian diare mengalami peningkatan, yakni di tahun 2010 kejadian diare tercatat 810


(7)

kasus pada semua umur, pada balita tercatat sebanyak 197 kasus dengan IR 56,3 per 1000 balita. Di tahun 2011 terdapat 781 kasus dan pada balita tercatat sebanyak 211 kasus dengan IR 60,3 per 1000 balita. Sedangkan di tahun 2012 terdapat 836 kasus dengan kasus diare pada balita sebanyak 164 kasus dengan IR 46,9 per 1000 balita, dari 10 Desa tersebut angka kejadian diarenya paling tinggi dari tahun 2010 sampai 2012 pada anak balita yaitu Desa Sumber Bening yang merupakan Desa yang memiliki kejadian kasus diare dari tahun 2010-2012 selalu mengalami peningkatan jumlah kasus penderita diare pada balita dan Desa Kenongorejo memiliki urutan kedua setelah Desa Sumber Bening yang memiliki urutan pertama di tahun 2010-2012 yang sebanyak 155 kasus pada semua umur, pada balita tercatat sebanyak 40 kasus di tahun 2010, 151 kasus balita sebanyak 46 kasus di tahun 2011, sedangkan di tahun 2012 tercatat sebanyak 178 kasus pada balita tercatat sebanyak 39 kasus. Desa Sumber Bening merupakan Desa yang sebagian besar daerahnya berlingkungan tanah, berdebu serta dekat dengan sungai (Puskesmas Bringin, 2012).

B. METODE

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian analitik dengan pendekatan waktu secara longitudinal atau period time approach rancangan Case Control secara retrospektif ada tidaknya faktor risiko yang diduga berperan pada saat yang sama antara variabel bebas yang meliputi sumber air utama, jenis jamban, jenis lantai dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan variabel terikat yaitu kejadian diare. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diare pada balita di Desa Sumber Bening sebanyak 125 balita dari 3189 KK. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Ibu yang memiliki balita di Desa Sumber Bening sebanyak 80 kasus dan 80 kontrol. Pengambilan sampel data kasus dengan purposive sampling diambil dari seluruh balita yang ada di Desa Sumber Bening sehingga peneliti mendapatkan jumlah responden sesuai


(8)

hasil perhitungan, sedangkan untuk data kontrol dengan simple random sampling diambil dari balita yang sama dalam mengambil sampel kasus yang berada di Desa Sumber Bening tersebut.

C. HASIL

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi dengan luas wilayah sebesar 396,65 Ha dengan Jumlah penduduk sebanyak 7.623 Jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 3.869 jiwa, sedangkan jumlah perempuan sebanyak 3.754 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3189 KK. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Sumber Bening adalah sebagai buruh dan petani.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umur Orang Tua di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Umur (tahun)

Penderita Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

20-30 41 51,25 47 58,75

31-40 33 41,25 28 35

≥ 41 6 7,5 5 6,25

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus dan kontrol paling banyak umur 20-30 tahun yaitu masing-masing sebanyak 41 orang (51,25%) pada kasus dan 47 orang (58,75%) pada kontrol.


(9)

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umur Balita Penderita Diare dan Non Penderita Diare di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. Umur

(tahun)

Penderita Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % n %

1 13 16,25 53 66,25

2 24 30 29 36,25

3 15 18,75 12 15

4 6 7,5 8 10

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa balita pada kelompok kasus paling banyak umur 2 tahun sebanyak 24 balita (30%) dan pada kontrol paling banyak umur 1 tahun sebanyak 53 balita (66,25%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sumber Bening Kecamatan

Bringin Kabupaten Ngawi. Tingkat

pendidikan

Penderita Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % n %

SD 9 11,25 4 5

SMP 23 28,75 24 30

SMA 40 50 42 52,5

Perguruan Tinggi

8 10 10 12,5

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus dan kontrol sebagian besar tingkat pendidikannya SMA yaitu masing-masing sebanyak 40 orang (50%) pada kasus dan 42 orang (52,5%) pada kontrol.


(10)

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakaian Sumber Air Utama di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Sumber air utama

Penderita Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik 73 91,25 79 98,75

Baik 7 8,75 1 1,25

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa, responden yang menderita diare sebagian besar memakai sumber air tidak baik yaitu sebanyak 73 orang (91,25%). Sedangkan, responden yang tidak menderita diare sebagian besar memakai sumber air tidak baik sebanyak 79 orang (98,75%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Jamban di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. Jenis

jamban

Penderita Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol) n % n % Tidak leher

angsa

68 85 78 97,5

Leher angsa

12 15 2 2,5

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa, responden yang menderita diare sebagian besar memiliki jamban tidak leher angsa yaitu sebanyak 68 orang (85%). Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebagian besar memiliki jamban tidak leher angsa sebanyak 78 orang (97,5%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Lantai Rumah di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin

Kabupaten Ngawi.

Jenis lantai Penderita Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak kedap air 70 87,5 79 98,75

Kedap air 10 12,5 1 1,25


(11)

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa, responden yang menderita diare sebagian besar memiliki jenis lantai rumah tidak kedap air yaitu sebanyak 70 orang (87,5%). Sedangkan, responden yang tidak menderita diare sebagian besar memiliki jenis lantai rumah tidak kedap air sebanyak 79 orang (98,75%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. Saluran

pembuangan air limbah

Penderita Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik 11 13,75 3 3,75

Baik 69 86,25 77 96,25

Total 80 100 80 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa, responden yang menderita diare sebagian besar memiliki saluran pembuangan air limbah baik yaitu sebanyak 69 orang (86,25%). Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebagian besar memiliki saluran pembuangan air limbah baik sebanyak 77 orang (96,25%).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keberadaan Sampah di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin

Kabupaten Ngawi. Keberadaan

sampah

Penderita Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik 49 61,25 27 33,75

Baik 31 38,75 53 66,25

Total 80 100 80 100

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa, responden yang menderita diare sebagian besar keberadaan sampahnya tidak baik yaitu sebanyak 49 orang (61,25%). Sedangkan, responden yang tidak menderita diare sebagian besar keberadaan sampahnya baik sebanyak 53 orang (66,25%).


(12)

Tabel 9. Analisis Hubungan Antara Sumber Air Utama dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Sumber air utama

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus) Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik Baik 73 7 91,25 8,75 79 1 98,75 1,25

0,032 7,575

0,910-63,068

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian diare dengan nilai p =

0,032≤0,05. Responden yang menggunakan sumber air utama yang tidak baik

lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 79 orang (98,75%) pada kontrol dan 73 orang (91,25%) pada kasus. Sedangkan yang menggunakan sumber air utama baik lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 7 orang (8,75%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 1 orang (1,25%).

Nilai OR sebesar 7,575 (CI 95% = 0,910-63,068) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang menggunakan sumber air utama yang tidak baik setiap hari dapat berisiko terkena diare sebesar 7,575.

Tabel 10. Analisis Hubungan Antara Jenis Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin

Kabupaten Ngawi.

Jenis jamban

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol) n % n % Tidak leher angsa

Leher angsa 68 12 85 15 78 2 97,5 2,5

0,004 13,941

1,767-109,9

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis jamban dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,004≤0,05.


(13)

Responden yang menggunakan jenis jamban tidak leher angsa lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 78 orang (97,5%) pada kontrol dan 68 orang (85%) pada kasus. Sedangkan yang menggunakan jenis jamban leher angsa lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 12 orang (15%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 2 orang (2,5%).

Nilai OR sebesar 13,941 (CI 95% = 1,767-109,9) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang menggunakan jenis jamban tidak leher angsa setiap hari dapat berisiko terkena diare sebesar 13,941.

Tabel 11. Analisis Hubungan Antara Jenis Lantai dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin

Kabupaten Ngawi.

Jenis lantai

Kejadian Diare

P Value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak kedap air Kedap air

70 10

87,5 12,5

79 1

98,75 1,25

0,012 11,286

1,409-90,39

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,012≤0,05. Responden yang menggunakan jenis lantai tidak kedap air lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 79 orang (98,75%) pada kontrol dan 70 orang (87,5%) pada kasus. Sedangkan yang menggunakan jenis lantai kedap air lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 10 orang (12,5%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 1 orang (1,25%).

Nilai OR sebesar 11,286 (CI 95% = 1,409-90,39) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang menggunakan jenis lantai tidak kedap air setiap hari dapat berisiko terkena diare sebesar 11,286.


(14)

Tabel 12. Analisis Hubungan Antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

SPAL

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik Baik 11 69 13,75 86,25 3 77 3,75 96,25

0,05 0,244

0,065-0,912

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,05≤0,05. Responden yang menggunakan saluran pembuangan air limbah baik lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 77 orang (96,25%) pada kontrol dan 69 orang (86,25%) pada kasus. Sedangkan yang menggunakan saluran pembuangan air limbah tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 11 orang (13,75%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 3 orang (3,75%).

Nilai OR sebesar 0,244 (CI 95% = 0,065-0,912) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang menggunakan saluran pembuangan air limbah yang baik setiap hari dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 0,244.

Tabel 13. Analisis Hubungan Antara Keberadaan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Keberadaan sampah

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % N %

Tidak baik Baik 49 31 61,25 38,75 27 53 33,75 66,25

0,001 0,305

0,159-0,583

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,001≤0,05.


(15)

Responden yang mengelola keberadaan sampah dengan baik lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 53 orang (66,25%) pada kontrol dan 31 orang (38,75%) pada kasus. Sedangkan yang mengelola keberadaan sampah dengan tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 49 orang (61,25%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 27 orang (33,75%).

Nilai OR sebesar 0,305 (CI 95% = 0,159-0,583) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang mengelola keberadaan sampah dengan baik setiap hari dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 0,305.

D. PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Sumber Air Utama dengan Kejadian Diare

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Excat Test diketahui bahwa nilai p = 0,032≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 91,25% responden yang menderita diare cenderung tidak baik dalam penggunaan sumber air, dan responden yang tidak menderita diare sebanyak 98,75% menggunakan sumber air yang tidak baik. Nilai estimasi faktor risiko sumber air utama dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 7,575 (CI 95% = 0,910-63,068) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang menggunakan sumber air utama yang tidak baik dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 7,575 kali.

2. Hubungan antara Jenis Jamban dengan Kejadian Diare

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,004≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara jenis jamban dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 85% responden yang menderita diare cenderung menggunakan tidak leher angsa, dan responden


(16)

yang tidak menderita diare sebanyak 97,5% menggunakan jamban tidak laher angsa. Nilai estimasi faktor risiko jenis jamban dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 13,941 (CI 95% = 1,767-109,9) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang menggunakan jamban tidak leher angsa dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 13,941 kali.

3. Hubungan antara Jenis Lantai dengan Kejadian Diare

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,012≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 87,5% responden yang menderita diare cenderung memiliki lantai tidak kedap air, dan responden yang tidak menderita diare sebanyak 98,75% memiliki lantai tidak kedap air. Nilai estimasi faktor risiko jenis lantai dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 11,286 (CI 95% = 1,409-90,39) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang memiliki lantai tidak kedap air dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 11,286 kali.

4. Hubungan antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui

bahwa nilai p = 0,05≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 13,75% responden yang menderita diare cenderung tidak baik atau tidak sehat dalam kepemilikan saluran pembuangan air limbah. Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebanyak 96,25% memiliki saluran pembuangan air limbah yang baik. Nilai estimasi faktor risiko saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 0,244 (CI 95% = 0,065-0,912) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang memiliki saluran pembuangan air limbah yang baik dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare sebesar 0,244 kali.


(17)

5. Hubungan antara Keberadaan Sampah dengan Kejadian Diare

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,001≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 61,25% responden yang menderita diare cenderung tidak baik atau tidak sehat dalam pengelolaan keberadaan sampah. Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebanyak 66,25% pengelolaan keberadaan sampah dengan baik. Nilai estimasi faktor risiko keberadaan sampah dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 0,305 (CI 95% = 0,159-0,583) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang mengelola keberadaan sampah dengan baik dan sehat dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare sebesar 0,305 kali.

E. KESIMPULAN

1. Ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

2. Ada hubungan antara jenis jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

3. Ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

4. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. 5. Ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian diare pada balita


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Makara, Kesehatan, volume 11, No. 1, Juni 2007: 1-10.

Dinkes Ngawi, 2012. Profil Kesehatan Ngawi 2012. Ngawi: Dinkes Ngawi.

Hannif, Mulyani N.S, Kuscithawati S, 2011. Faktor Risiko Diare Akut Pada Balita.Berita Kedokteran Masyarakat, vol 27. No. 1. Maret 2011: 10-17.

Hidayat A. Aziz. A. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Kemenkes. 2011. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2009.JawaTimur :Kemenkes. Kemenkes, RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes, RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Mansjoer. A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan. W, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid ke dua. Jakarta: Aesculapius.

Mubasyiroh. R, 2007. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. Buletin. Penelitan. Kesehatan. Suplemen. 2010: 24-31.

Murti. B, 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.


(19)

Puskesmas Bringin. 2012. ProfilKesehatanPuskesmasBringin.Ngawi: Puskesmas Bringin.

Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2010.

Widoyono. 2008.Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.


(1)

Tabel 12. Analisis Hubungan Antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

SPAL

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % n %

Tidak baik Baik 11 69 13,75 86,25 3 77 3,75 96,25

0,05 0,244 0,065-0,912

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,05≤0,05. Responden yang menggunakan saluran pembuangan air limbah baik lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 77 orang (96,25%) pada kontrol dan 69 orang (86,25%) pada kasus. Sedangkan yang menggunakan saluran pembuangan air limbah tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 11 orang (13,75%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 3 orang (3,75%).

Nilai OR sebesar 0,244 (CI 95% = 0,065-0,912) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang menggunakan saluran pembuangan air limbah yang baik setiap hari dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 0,244.

Tabel 13. Analisis Hubungan Antara Keberadaan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening

Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Keberadaan sampah

Kejadian Diare

P value

OR CI

Diare (Kasus)

Non Diare (Kontrol)

n % N %

Tidak baik Baik 49 31 61,25 38,75 27 53 33,75 66,25

0,001 0,305 0,159-0,583

Total 80 100 80 100

Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian Diare dengan nilai p = 0,001≤0,05.


(2)

Responden yang mengelola keberadaan sampah dengan baik lebih banyak pada kelompok kontrol dari pada kasus, yaitu masing-masing sebanyak 53 orang (66,25%) pada kontrol dan 31 orang (38,75%) pada kasus. Sedangkan yang mengelola keberadaan sampah dengan tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus yaitu sebanyak 49 orang (61,25%) dari pada kontrol yaitu sebanyak 27 orang (33,75%).

Nilai OR sebesar 0,305 (CI 95% = 0,159-0,583) sehingga dapat diartikan bahwa, seseorang yang mengelola keberadaan sampah dengan baik setiap hari dapat menurunkan risiko terkena diare sebesar 0,305.

D. PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Sumber Air Utama dengan Kejadian Diare

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Excat Test diketahui bahwa nilai p = 0,032≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 91,25% responden yang menderita diare cenderung tidak baik dalam penggunaan sumber air, dan responden yang tidak menderita diare sebanyak 98,75% menggunakan sumber air yang tidak baik. Nilai estimasi faktor risiko sumber air utama dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 7,575 (CI 95% = 0,910-63,068) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang menggunakan sumber air utama yang tidak baik dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 7,575 kali.

2. Hubungan antara Jenis Jamban dengan Kejadian Diare

Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,004≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara jenis jamban dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 85% responden yang menderita diare cenderung menggunakan tidak leher angsa, dan responden


(3)

yang tidak menderita diare sebanyak 97,5% menggunakan jamban tidak laher angsa. Nilai estimasi faktor risiko jenis jamban dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 13,941 (CI 95% = 1,767-109,9) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang menggunakan jamban tidak leher angsa dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 13,941 kali.

3. Hubungan antara Jenis Lantai dengan Kejadian Diare

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,012≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 87,5% responden yang menderita diare cenderung memiliki lantai tidak kedap air, dan responden yang tidak menderita diare sebanyak 98,75% memiliki lantai tidak kedap air. Nilai estimasi faktor risiko jenis lantai dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 11,286 (CI 95% = 1,409-90,39) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang memiliki lantai tidak kedap air dapat berisiko terkena penyakit diare sebesar 11,286 kali.

4. Hubungan antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,05≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 13,75% responden yang menderita diare cenderung tidak baik atau tidak sehat dalam kepemilikan saluran pembuangan air limbah. Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebanyak 96,25% memiliki saluran pembuangan air limbah yang baik. Nilai estimasi faktor risiko saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 0,244 (CI 95% = 0,065-0,912) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang memiliki saluran pembuangan air limbah yang baik dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare sebesar 0,244 kali.


(4)

5. Hubungan antara Keberadaan Sampah dengan Kejadian Diare

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,001≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian diare di Desa Sumber Bening. Hal tersebut dibuktikan bahwa sebanyak 61,25% responden yang menderita diare cenderung tidak baik atau tidak sehat dalam pengelolaan keberadaan sampah. Sedangkan responden yang tidak menderita diare sebanyak 66,25% pengelolaan keberadaan sampah dengan baik. Nilai estimasi faktor risiko keberadaan sampah dengan kejadian diare didapatkan OR sebesar 0,305 (CI 95% = 0,159-0,583) sehingga dapat dinyatakan bahwa, seseorang yang mengelola keberadaan sampah dengan baik dan sehat dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit diare sebesar 0,305 kali.

E. KESIMPULAN

1. Ada hubungan antara sumber air utama dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

2. Ada hubungan antara jenis jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

3. Ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

4. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. 5. Ada hubungan antara keberadaan sampah dengan kejadian diare pada balita


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Makara, Kesehatan, volume 11, No. 1, Juni 2007: 1-10.

Dinkes Ngawi, 2012. Profil Kesehatan Ngawi 2012. Ngawi: Dinkes Ngawi.

Hannif, Mulyani N.S, Kuscithawati S, 2011. Faktor Risiko Diare Akut Pada Balita.Berita Kedokteran Masyarakat, vol 27. No. 1. Maret 2011: 10-17.

Hidayat A. Aziz. A. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Kemenkes. 2011. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2009.JawaTimur :Kemenkes. Kemenkes, RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes, RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Mansjoer. A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan. W, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid ke dua. Jakarta: Aesculapius.

Mubasyiroh. R, 2007. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Beberapa Regional Indonesia Tahun 2007. Buletin. Penelitan. Kesehatan. Suplemen. 2010: 24-31.

Murti. B, 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dalam Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.


(6)

Puskesmas Bringin. 2012. ProfilKesehatanPuskesmasBringin.Ngawi: Puskesmas Bringin.

Soebagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2010.

Widoyono. 2008.Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Dikota Sibolga Tahun 2003

1 37 126

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA REMBANG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014

2 7 113

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 10

SKRIPSI FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN Faktor Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

0 5 17

PENDAHULUAN Faktor Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

0 5 7

FAKTOR – FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS BUGANGAN - UDiNus Repository

0 0 2

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJUDAN

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS WINDUAJI KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

0 0 10

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI BEBERAPA REGIONAL INDONESIA TAHUN 2007

0 0 8