Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemandirian Melalui Keterampilan Motorik Halus Siswa Kelas A TK Lebah Putih Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 T1 272010012 BAB II

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemandirian Anak Usia Dini 2.1.1 Pengertian Kemandirian

Menurut teori “psychological needs” Murray 1994 (Yulianti,

2009: 8) perilaku psikologis manusia digerakkan oleh sejumlah kebutuhan psikologis. Ada dua kebutuhan yang terdapat dalam diri manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

Setyo Utomo (2005: 7) mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong anak untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri dan menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang lain. Makna kemandirian adalah keadaan jiwa anak yang mampu memilih norma dan nilai-nilai atas keputusan sendiri, mampu bertanggung jawab atas segala tingkah laku dan perbuatan sendiri.

Sedangkan Saludung 1998 (Yulianti, 2009: 9) mengungkapkan bahwa kemandirian yang dimiliki anak menjadikan ketergantungan kepada pihak lain seminimal mungkin. Havighurst (Satmoko, 2008: 34) mengemukakan bahwa kemandirian adalah tindakan anak untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapi tanpa bantuan orang lain.


(2)

8

Kemandirian adalah salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, hal ini berarti bahwa kemandirian terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya (Sartini, 2008: 68).

Kemandirian menurut Bernadib (Yulianti, 2009: 9) meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu menghadapi hamatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Deli (Irene, 2007: 10) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: 1. Suatu keadaan dimana anak yang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kemajuan dirinya.

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

3. Memiliki kepercayaan diri dengan mengerjakan tugas-tugasnya. 4. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Kemandirian merupakan suatu sikap anak yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana anak akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga anak pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan,


(3)

9

dukungan dan drongan dari keluarga serta lingkungan sekitarnya agar dapat mencari otonomi atas diri sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu tingkah laku yang bersumber dari dalam anak, sehingga dapat mencari jalan keluar bagi masalah yang sedang dihadapi, memiliki inisiatif, tanggung jawab, tekun, percaya, diri, mampu mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berinteraksi dengan orang lain, merasa puas dengan usahanya, ada kontrol diri, memungkinkan untuk bertindak bebas, mampu melakukan tindakan secara tepat, mengarahkan tingkah laku ke arah kesempurnaan dan bersikap eksploratif.

2.1.2 Ciri-Ciri Anak Mandiri

Anak yang mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memungkinkan anak untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta keinginan untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan dari oang lain, mampu berpikir dan bertindak secara orisinil, kreatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan-tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya pada diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya Masrun (2006: 10).


(4)

10

Pendapat tersebut diperkuat oleh Havighurst (Satmoko, 2008: 37) dan juga Mutadin (2008: 2) yang menyatakan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu:

a. Emosi, ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orag tua.

b. Intelektual, ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghadapi masalah yang dihadapi.

c. Sosial, ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Afiatin (2003: 7) mengatakan ada delapan aspek kemandirian yaitu sebagai berikut:

a. Mampu mengerjakan tugas, yakni tekun dan penuh tanggung jawab terhadap sesuatu yang menjadi tugasnya.

b. Mampu mengatasi masalah, yaitu selalu berusaha menyelesaikan sesuatu dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan serta mencari alternatif penyelesaiannya.

c. Memiliki inisiatif, dalam melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan kebutuhan sendiri.

d. Mempunyai rasa percaya diri, adalah yakin akan kemampuan yang dimiliki.

e. Mengarahkan tingkah lakunya menuju kesempurnaan, yang berarti mampu bertindak secara tepat.


(5)

11

f. Memperoleh kepuasan dari usahanya, yakni menghargai keadaan dirinya sendiri dan hasil usahanya sendiri.

g. Memiliki kontrol diri atau mampu mengendalikan tindakan, yaitu dapat memilih norma dan nilai atas keputusan sendiri sehingga dapat mengarahkan tindakan yang akan diambil.

h. Mempunyai kemampuan tidak bergantung orang lain, yaitu mampu mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain.

Martin dan Stendler (Setyo Utomo, 2005: 29) mengemukakan bahwa kemandirian ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk berdiri di atas kaki sendiri, mengurus diri sendiri dalam semua aspek kehidupannya ditandai dengan adanya inisiatif, kepercayaan diri dan mampu untuk mempertahankan hak miliknya. Sedangkan Bathia (Slameto, 2002: 5) menyatakan bahwa kemandirian merupakan tingkah laku yang aktifitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dan bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang lain.

Smart dan Smart (Krisbintara, 2006: 37) mengemukakan tanda-tanda kemandirian yaitu: a) adanya kepercayaan diri, b) mempunyai tujuan dan kontrol diri, c) mampu dan puas atas pekerjaannya dan bersifat eksploratif.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu tingkah laku yang


(6)

12

bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan seperti: mampu mengatasi masalah diri sendiri, memiliki inisiatif, tekun dan memiliki rasa percaya diri.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Menurut Rifai (Yulianti, 2004: 12) ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian yaitu: a). Kematangan fisik dan psikis, b). Ciri-ciri kepribadian, dan c). Tuntutan budaya.

Ciri-ciri kepribadian yang mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang antara lain kecerdasan, motivasi, minat, emosi (Irene, 2007: 13).

Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf tahun 2002 (Nina, 2008: 14) yang menyebutkan bahwa tingkat kemandirian anak dipengaruhi oleh faktor fisik, tingkat intelegensi, suasana keluarga, teman sebaya dan kebudayaan. Nakita (2005: 36) menyatakan bahwa ketika kemampuan-kemampuan yang seharusnya sudah dikuasai oleh anak pada usia tertentu pada kenyataannya anak belum mau dan belum mampu melakukan maka dapat dikategorikan bahwa anak tersebut belum mandiri. Terlebih banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian pada anak seperti faktor bawaan, pola asuh, kondisi fisik dan urutan kelahiran. Tingkat dan karakteristik kemandirian setiap anak berbeda-beda sehingga orang tua harus lebih peka dalam menentukan pola bimbingan pada anak-anaknya.


(7)

13 2.2 Keterampilan Motorik Halus

2.2.1 Pengertian Motorik Halus

Sumantri (2005: 143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.

Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005: 118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.

Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008: 25) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.


(8)

14

Perkembangan motorik halus merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik halus terhadap perkembangan individu menurut Hurlock (2009: 157) adalah sebagai berikut:

a. Melalui keterampilan motorik halus, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik halus, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

c. Melalui perkembangan motorik halus, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik halus yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat


(9)

15

bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

2.2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa


(10)

16

si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.

Terdapat dua demensi dalam perkembangan motorik halus anak yang diuraikan oleh Gesell (2011: 31) yaitu 1) kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda, 2) kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.

Beberapa dimensi perkembangan motorik halus anak yaitu: a). Mengikat tali sepatu, b). Memasukkan surat ke dalam amplop, c). Membentuk berbagai objek dengan plastisin, d). Menggosok gigi tanpa membasahi baju, e). Memasukkan benang ke dalam jarum, f). Menggambar dan mewarnai dengan baik, g). Merangkai puzzle dengan tepat, h). Memasukkan bola ke dalam keranjang, i). Menggunting kertas menjadi dua bagian, j). Mencuci dan mengelap tangan sendiri, k). Mengaduk cairan dengan sendok, l). Menuang air dari teko, m). Membawa sesuatu dengan penjepit, n). Membuka kancing dan melepas ikat pinggang, o). Menggambar lingkaran, p). Melengkapi organ tubuh yang belum jadi.

2.2.3 Kegunaan Motorik Halus

Kegunaan motorik halus pada anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu.


(11)

17

2. Sosialisasi, contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.

3. Pengembangkan konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.

4. Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap kemandirian yang dilakukannya.

5. Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.

2.3 Peningkatan Kemandirian Melalui Keterampilan Motorik Halus

Kemandirian individu pada dasarnya terbentuk melalui proses yang panjang semenjak anak masih dalam lingkungan keluarga sampai dengan lepas dari orang tua. Untuk menjadi seorang yang mandiri, kiranya perlu adanya latihan sejak dini dan juga harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat berpengaruh. Kemandirian seseorang dapat terdeteksi semenjak seseorang masih kecil dan terus akan mengalami perkembangan sehingga pada saatnya akan menjadi sifat relatif tetap (Astuti, 2007: 16).

Menurut kodratnya semua manusia mengalami masa ketergantungan yaitu pada saat manusia dilahirkan, sehingga pada saat itu segala sesuatu sepenuhnya menjadi tergantung kepada orang tuanya. Hurlock (2009: 152) mengemukakan bahwa selama beberapa bulan masa bayi, kondisi tidak berdaya itu secara bertahap menurun dengan proses yang cukup panjang, ketidakberdayaan bayi itu sedikit demi sedikit mengalami kemajuan yang


(12)

18

pada akhirnya akan nampak setelah menjadi seseorang yang dewasa. Pada masa tahun kedua keinginan untuk mandiri mulai menunjukkan perkembangan.

Kartono (Astuti, 2007: 17) menyatakan bahwa anak yang sudah berusia dua sampai empat tahun ingin melepaskan diri dari pengaruh maupun kewibawaan ibunya. Saat itulah anak mengenal egonya, sadar akan kemampuannya sendiri, ingin mandiri dan anak beranggapan tidak perlu bantuan ibunya lagi. Tetapi karena akal dan pikirannya yang belum berkembang sepenuhnya dan belum dapat mengenal dunia sekitarnya secara baik maka keraguan serta kecemasan akhirnya muncul bila menemui kesulitan yang kadang-kadang diekspresikan dengan teriakan atau tangisan sehingga ketidakberdayaan dan ketergantungan muncul kembali dan pada saat itu biasanya pertolongan selalu datang baik dari orang tua maupun dari orang lain.

Kemudian bagi anak-anak yang berusia sekitar empat tahun masa prasekolah biasanya berkurang ketergantungan ibu ataupun pengasuhnya. Mereka juga sudah dapat bermain sendiri, bergaul dengan teman sebaya sehingga dengan pergaulan yaitu anak akan dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, lebih kreatif dan lebih mandiri khususnya mereka yang dimasukkan ke play group dan taman kanak-kanak sehingga yang menjadi tujuan pokok manusia dalam perkembangannya adalah mengarahkan anak untuk mampu atau tidak tergantung pada orang lain.


(13)

19

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya, memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Keterampilan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan sebagainya, ketepatan


(14)

20

koordinasi tangan dan mata sehingga anak dapat menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan dapat berkreasi serta berimajinasi.

2.4 Penelitian Relevan

Penelitian Edi Sulis Purwanto tahun 2009, hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru dalam melatih kemandirian anak usia dini adalah melalui keteladanan dan pembiasaan. Dengan keteladanan, guru selalu memberikan contoh kongkret kepada anak untuk pembinaan sikap mental yang baik kepada anak didik seperti berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Dengan pembiasaan, guru melatih kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di sekolah seperti berlatih dan belajar keterampilan motorik halus dan berdisiplin.

Penelitian Ria Rahmawati tahun 2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemandirian anak Taman Kanak-kanak yang mengikuti playgroup lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti playgroup. Dalam kegiatan playgroup anak belajar dan berlatih keterampilan motorik halus. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemandirian anak usia dini.

2.5 Hipotesis Tindakan

Keterampilan motorik halus dapat meningkatkan kemandirian siswa Kelas A TK Lebah Putih Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.


(1)

15

bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

2.2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa


(2)

16

si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.

Terdapat dua demensi dalam perkembangan motorik halus anak yang diuraikan oleh Gesell (2011: 31) yaitu 1) kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda, 2) kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.

Beberapa dimensi perkembangan motorik halus anak yaitu: a). Mengikat tali sepatu, b). Memasukkan surat ke dalam amplop, c). Membentuk berbagai objek dengan plastisin, d). Menggosok gigi tanpa membasahi baju, e). Memasukkan benang ke dalam jarum, f). Menggambar dan mewarnai dengan baik, g). Merangkai puzzle dengan tepat, h). Memasukkan bola ke dalam keranjang, i). Menggunting kertas menjadi dua bagian, j). Mencuci dan mengelap tangan sendiri, k). Mengaduk cairan dengan sendok, l). Menuang air dari teko, m). Membawa sesuatu dengan penjepit, n). Membuka kancing dan melepas ikat pinggang, o). Menggambar lingkaran, p). Melengkapi organ tubuh yang belum jadi.

2.2.3 Kegunaan Motorik Halus

Kegunaan motorik halus pada anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu.


(3)

17

2. Sosialisasi, contohnya ketika anak menggambar bersama

teman-temannya.

3. Pengembangkan konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.

4. Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap

kemandirian yang dilakukannya.

5. Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya

memegang pensil atau pulpen.

2.3 Peningkatan Kemandirian Melalui Keterampilan Motorik Halus

Kemandirian individu pada dasarnya terbentuk melalui proses yang panjang semenjak anak masih dalam lingkungan keluarga sampai dengan lepas dari orang tua. Untuk menjadi seorang yang mandiri, kiranya perlu adanya latihan sejak dini dan juga harus memperhatikan beberapa faktor yang dapat berpengaruh. Kemandirian seseorang dapat terdeteksi semenjak seseorang masih kecil dan terus akan mengalami perkembangan sehingga pada saatnya akan menjadi sifat relatif tetap (Astuti, 2007: 16).

Menurut kodratnya semua manusia mengalami masa ketergantungan yaitu pada saat manusia dilahirkan, sehingga pada saat itu segala sesuatu sepenuhnya menjadi tergantung kepada orang tuanya. Hurlock (2009: 152) mengemukakan bahwa selama beberapa bulan masa bayi, kondisi tidak berdaya itu secara bertahap menurun dengan proses yang cukup panjang, ketidakberdayaan bayi itu sedikit demi sedikit mengalami kemajuan yang


(4)

18

pada akhirnya akan nampak setelah menjadi seseorang yang dewasa. Pada masa tahun kedua keinginan untuk mandiri mulai menunjukkan perkembangan.

Kartono (Astuti, 2007: 17) menyatakan bahwa anak yang sudah berusia dua sampai empat tahun ingin melepaskan diri dari pengaruh maupun kewibawaan ibunya. Saat itulah anak mengenal egonya, sadar akan kemampuannya sendiri, ingin mandiri dan anak beranggapan tidak perlu bantuan ibunya lagi. Tetapi karena akal dan pikirannya yang belum berkembang sepenuhnya dan belum dapat mengenal dunia sekitarnya secara baik maka keraguan serta kecemasan akhirnya muncul bila menemui kesulitan yang kadang-kadang diekspresikan dengan teriakan atau tangisan sehingga ketidakberdayaan dan ketergantungan muncul kembali dan pada saat itu biasanya pertolongan selalu datang baik dari orang tua maupun dari orang lain.

Kemudian bagi anak-anak yang berusia sekitar empat tahun masa prasekolah biasanya berkurang ketergantungan ibu ataupun pengasuhnya. Mereka juga sudah dapat bermain sendiri, bergaul dengan teman sebaya sehingga dengan pergaulan yaitu anak akan dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, lebih kreatif dan lebih mandiri khususnya mereka yang dimasukkan ke play group dan taman kanak-kanak sehingga yang menjadi tujuan pokok manusia dalam perkembangannya adalah mengarahkan anak untuk mampu atau tidak tergantung pada orang lain.


(5)

19

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya, memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.

Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya. Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Keterampilan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan sebagainya, ketepatan


(6)

20

koordinasi tangan dan mata sehingga anak dapat menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan dapat berkreasi serta berimajinasi.

2.4 Penelitian Relevan

Penelitian Edi Sulis Purwanto tahun 2009, hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru dalam melatih kemandirian anak usia dini adalah melalui keteladanan dan pembiasaan. Dengan keteladanan, guru selalu memberikan contoh kongkret kepada anak untuk pembinaan sikap mental yang baik kepada anak didik seperti berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Dengan pembiasaan, guru melatih kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di sekolah seperti berlatih dan belajar keterampilan motorik halus dan berdisiplin.

Penelitian Ria Rahmawati tahun 2013, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemandirian anak Taman Kanak-kanak yang mengikuti playgroup lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti playgroup. Dalam kegiatan playgroup anak belajar dan berlatih keterampilan motorik halus. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemandirian anak usia dini.

2.5 Hipotesis Tindakan

Keterampilan motorik halus dapat meningkatkan kemandirian siswa Kelas A TK Lebah Putih Salatiga tahun pelajaran 2014/2015.


Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari

5 96 57