Gambaran Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit Tahun 2010.

(1)

iv ABSTRAK

GAMBARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS JAYAGIRI DAN PUSKESMAS CIUMBULEUIT TAHUN 2010

William Yoewono, 2011 Pembimbing: Evi Yuniawati, dr., M.KM Dr. J Teguh Widjaja, Sp.P

Di Indonesia, Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama. Indonesia menduduki urutan kelima dalam jumlah Tuberkulosis di dunia. (DEPKES, 2008).

Tujuan penelitian untuk membandingkan prevalensi Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Ciumbuleuit tahun 2010 dan distribusinya menurut usia, jenis kelamin, jenis Tuberculosis Paru, regimen pengobatan, hasil pengobatan, pernah Tuberculosis atau tidak.

Metode penelitian survei deskriptif, pengambilan data retrospektif terhadap rekam medik. Hasil menunjukkan tahun 2010, Jumlah penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri yaitu 54 orang, di Puskesmas Ciumbuleuit 23 orang. Di Puskesmas Jayagiri banyak penderita usia anak sebanyak 18 kasus ( 33,3% ), di Puskesmas Ciumbuleuit banyak usia dewasa muda 12 kasus ( 52% ). Jumlah penderita laki-laki di Puskesmas Jayagiri 28 orang ( 52% ) dan perempuan 26 orang ( 48,1%), di Puskesmas Ciumbuleuit laki-laki 12 orang ( 52,2% ) dan perempuan 11 orang ( 47,8%). Di Puskesmas Jayagiri paling banyak kasus baru 43 kasus ( 79,6% ), di Puskesmas Ciumbuleuit kasus baru 22 kasus ( 95,6% ). Regimen pengobatan Tuberkulosis di Puskesmas Jayagiri paling banyak kategori 1 yaitu 33 kasus ( 61% ), di puskesmas Ciumbuleuit 22 kasus ( 95,6% ). Di Puskesmas Jayagiri paling banyak sembuh yaitu 17 kasus ( 31,5% ), di Puskesmas Ciumbuleuit 7 kasus ( 30,5% ) sembuh.

Kesimpulan penelitian ini, Tuberkulosis paru menyerang semua golongan umur, laki-laki lebih sering, paling sering kasus baru, hasil pengobatan cukup baik.


(2)

v ABSTRACT

PULMONARY TUBERCULOSIS DESCRIPTION IN JAYAGIRI AND CIUMBULEUIT IN THE YEAR 2010

William Yoewono, 2011 Tutor : Evi Yuniawati,dr., M,KM Dr. J Teguh Widjaja, Sp.P

In Indonesia, tuberculosis is the leading cause of death. Indonesia ranks fifth. (Department of Health,2002).

Research objectives were to compare the prevalence of pulmonary Tuberculosis at health centers Jayagiri and Ciumbuleuit in 2010 and their distribution according to age, gender, type of tuberculosis, treatment regimens, treatment outcomes, have Tuberculosis or not.

Descriptive survey research methods, data retrieval retrospective review of medical records.

The results showed in 2010, Number of patients with Pulmonary Tuberculosis at Jayagiri 54 people, at Ciumbuleuit 23 people. Jayagiri many patients aged children as many as 18 cases (33.3%), at Ciumbuleuit many young adults aged 12 cases (52%). The number of male patients at Jayagiri 28 people (52%) and women 26 (48.1%), at Ciumbuleuit male 12 (52.2%) and women 11 (47.8%). In most cases Jayagiri new case 43 cases (79.6%), at Ciumbuleuit new case of 22 cases (95.6%). Tuberculosis treatment regimens at Jayagiri most category 1 of 33 cases (61%), at Ciumbuleuit 22 cases (95.6%). Jayagiri recover the 17 cases (31.5%), at Ciumbuleuit 7 cases (30.5%) recovered.

The conclusion of this study, pulmonary tuberculosis attack all age, men more often, the most frequent type of new cases of Tuberculosis, treatment outcome is quite good. Key words: Pulmonary tuberculosis, prevalence


(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 3

1.3 Maksud dan Tujuan... 3

1.3.1 Maksud Penelitian... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Kegunaan Penelitian... 3

1.5 Kerangka Pemikiran... 4

1.6 Metode Penelitian... 4

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 5

2.1 Aspek Klinis Tuberkulosis Paru... 5

2.2 Patofisiologis... 5.

2.3 Gejala Klinis... 6

2.4 Diagnosis Tuberkulosis... 8

2.5 Pemeriksaan... 9

2.5.1 Pemeriksaan Klinis... 9


(4)

ix

2.5.3 Pemeriksaan Radiologi... 11

2.5.4 Pemeriksaan Darah... 12

2.5.5 Pemeriksaan Sputum... 12

2.6 Klasifikasi Tuberkulosis paru ... 13

2.6.1 Klasifikasi Tuberkulosis Paru... 13

2.6.2 Tipe Penderita Tuberkulosis Paru... 14

2.7 Pengobatan Tuberkulosis... 15

2.8 Efek Samping Obat TB dan Penatalaksaannya... 19

2.9 Profil Puskesmas... 20

2.9.1 Puskesmas Cimubuleuit... 20

2.9.2. Puskesmas jayagiri... 22

`BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1 Metode Penelitian... 23

3.2 Rancangan Penelitian... 23

3.3 Instrumen Penelitian... 23

3.4 Pengumpulan Data... 23

3.4.1 Sumber Data... 23

3.4.2 Populasi... 24

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 24

3.4.4.1 Tempat Penelitian... 24

3.4.4.2 Waktu Penelitian... 24

3.5 Variabel Penelitian... 24

3.5.1 Definisi Operasional... 24

3.6 Teknis analisis data... 27


(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 35

5.1 Kesimpulan... 35

5.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA... 37

LAMPIRAN... 38


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Tanda dan Gejala TBC... 6

2.2 TBC menyerang organ tubuh lain... 7

2.3 Tes Tuberkulin... 10

2.4 Gambaran Radiologi Tuberkulosis paru... 12


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Dosis Obat Antituberkulosis (OAT)... 16

2.2 Efek Samping ringan OAT... 19

2.3 Efek Samping berat OAT... 20

3.1 Regimen Pengobatan Tuberkulosis………. 26

4.1 Perbandingan Distribusi kasu TB Paru menurut golongan usia... 28

4.2 Perbandingan Distribusi kasus TB Paru menurut Jenis Kelamin... 29

4.3 Perbandingan Distribusi kasus TB Paru menurut Jenis TB... 29

4.4 Perbandingan Distribusi kasus TB Paru menurut regimen pengobatan... 30

4.5 Perbandingan Distribusi kasus TB Paru menurut Hasil Pengobatan... 31


(8)

38

Data Penderita TB paru di Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010

NO NAMA JENIS KELAMIN UMUR JENIS TB PERNAH TB/TIDAK REGIMEN OBAT HASIL PENGOBATAN

1 Ny. Tini K P 28 Baru Tidak 1 Sembuh

2 tn. Undang L 55 Baru Tidak 1 Pindah

3 Budianto L 26 Baru Tidak 1 Lengkap

4 Komariah P 32 Baru Tidak 1 Sembuh

5 Sunadiyono L 22 Baru Tidak 1 Sembuh

6 Risa Efriani P 18 Baru Tidak 1 Pindah

7 Permadi L 28 Baru Tidak 1 Lengkap

8 Ujat L 63 Baru Tidak 1 Sembuh

9 Lilies Kusmiati P 37 Baru Tidak 1 Lengkap

10 Wawo L 60 Baru Tidak 1 Sembuh

11 Utih P 53 Baru Tidak 1 Lengkap

12 Mimin P 25 Baru Tidak 1 Dalam terapi

13 Egi L 37 Baru Tidak 1 Dalam terapi

14 Heri L 27 Baru Tidak 1 Sembuh

15 Willi L 25 Baru Tidak 1 Sembuh

16 Isar P 58 Baru Tidak 1 Dalam terapi

17 Neni P 21 Baru Tidak 1 Putus

18 Casmah P 25 Kambuh Pernah 2 Dalam terapi 19 Neneng P 45 Baru Tidak 1 Dalam terapi

20 Irma P 26 Baru Tidak 1 Putus

21 Hamdiyah P 28 Baru Tidak 1 Putus

22 Hendar L 31 Baru Tidak 1 Putus

23 Dimas L 29 Baru Tidak 1 Putus


(9)

39 Data Penderita TB paru di Puskesmas Jayagiri tahun 2010

NO NAMA UMUR JENIS KELAMIN

JENIS TB PERNAH TB/TIDAK REGIMEN OBAT HASIL PENGOBATAN 1 An. Candra L 8 L Baru Tidak Anak Lengkap

2 Arno 31 L Baru Tidak 1 Sembuh

3 Rusmin 63 L Baru Tidak 1 Sembuh

4 An. Keisya 3 P Kambuh Pernah Anak Lengkap

5 Eti 50 P Baru Tidak 1 Sembuh

6 Tatang 67 L Baru Tidak 1 Sembuh

7 An. Fikri 6 L Pindahan Pernah Anak Lengkap

8 Hendrik 40 L Baru Tidak 1 Sembuh

9 Amid 47 L Baru Tidak 1 Sembuh

10 An. Fany 4 P Pindahan Tidak Anak Lengkap 11 An. Ary 8 L Pindahan Pernah Anak Lengkap

12 Euis 53 P Baru Tidak 1 Sembuh

13 An. Dandi 4 L Baru Tidak Anak Lengkap 14 An. Agista 18 bulan P Pindahan Pernah Anak Lengkap

15 Ida 33 P Baru Tidak 1 Sembuh

16 Evi 25 P Baru Tidak 1 Sembuh

17 Eni 25 P Baru Tidak 1 Sembuh

18 An. Witana 7 P Baru Tidak Anak Lengkap 19 An. Gita 4 P Baru Tidak Anak Lengkap

20 Yana 20 L Baru Tidak 1 Sembuh

21 Lia Julia 21 P Baru Tidak 1 Sembuh

22 Bayu 32 L Baru Tidak 1 Sembuh

23 Agus 30 L Baru Tidak 1 Sembuh

24 An. Sauqi 3 L Pindahan Pernah Anak Lengkap

25 Rilo 56 P Baru Tidak 1 Sembuh

26 Euis 50 P Baru Tidak 1 Sembuh

27 Halimah 35 P Baru Tidak 1 Dalam terapi 28 An. Dadan 3 L Pindahan Pernah Anak Lengkap


(10)

40

Data Penderita TB paru di Puskesmas Jayagiri tahun 2010 NO NAMA UMUR JENIS

KELAMIN

JENIS TB PERNAH TB/TIDAK REGIMEN OBAT HASIL PENGOBATAN 29 An. Wawan 13 L Pindahan Pernah Anak Dalam terapi 30 Nenden 30 P Baru Tidak 1 Dalam terapi 31 Iwan setiawan 26 L Baru Tidak 1 Dalam terapi 32 An.Irfan 10 L Baru Tidak Anak Dalam terapi

33 Ikah 45 P Baru Tidak 1 Dalam terapi

34 Eneng 30 P Baru Tidak 1 Dalam terapi

35 An. Hendi 7 L Baru Tidak Anak Dalam terapi

36 Tata 46 L Baru Tidak 1 Sembuh

37 Alex 17 L Baru Tidak 1 Putus

38 Wawan 35 L Baru Tidak 1 Dalam terapi

39 Karwati 33 L Baru Tidak 1 Dalam terapi

40 Novi 32 P Baru Tidak 1 Putus

41 Heri 32 L Baru Tidak 1 Putus

42 Asep 22 L Pindahan Pernah 2 Putus

43 Maman 60 L Baru Tidak 1 Putus

44 Oneng P Baru Tidak 1 Putus

45 Imas ida 25 P Baru Tidak 1 Putus

46 An. Rizkia 4 P Baru Tidak Anak Putus

47 Suhanda 47 L Baru Tidak 1 Putus

48 An. Riska 4,5 P Baru Tidak Anak Putus

49 Tuti 48 P Baru Tidak 1 Putus

50 An. Sukiman 9 L Pindahan Pernah Anak Putus

51 An. Delia 8 P Baru Tidak Anak Putus

52 Siti 42 P Baru Tidak 1 Putus

53 An. Deni 6.5 L Pindahan Pernah Anak Putus 54 An. Nova 5.5 P Pindahan Pernah Anak Putus


(11)

41

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : William Yoewono

Tempat dan Tanggal lahir : Tegal, 6 Februari 1986 Alamat : Jalan A Yani No 38 Slawi Riwayat Pendidikan :

1. 1998, lulus SD 07 Putri, Slawi 2. 2001, lulus SLTP Negri 03, Slawi

3. 2004, lulus SMA Negri 01 Pangkah, Slawi

4. 2004, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 5. 2009, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular seperti flu biasa, ia menyebar melalui udara. Kuman Tuberkulosis yang dikenal sebagai basil ditularkan melalui batuk, bersin, berbicara atau meludah ke udara. Seseorang hanya perlu menghirup sejumlah kecil ini menjadi terinfeksi. (DEPKES, 2008)

Setiap orang dengan penyakit Tuberkulosis aktif akan menulari rata-rata antara 10 dan 15 orang setiap tahun. Orang-orang yang terinfeksi dengan basil Tuberkulosis tidak selalu menjadi sakit dengan penyakit. Basil Tuberkulosis yang dilindungi oleh lapisan lilin tebal, dapat dormant selama bertahun-tahun. Ketika sistem kekebalan tubuh seseorang melemah, kemungkinan menjadi sakit lebih besar. (WHO,2010)

WHO memperkirakan bahwa jumlah terbesar kasus Tuberkulosis baru di tahun 2008 terjadi di Asia Tenggara. Namun demikian, tingkat kejadian diperkirakan di sub-Sahara Afrika hampir dua kali lipat di Asia Tenggara dengan lebih dari 350 kasus per 100 000 penduduk. Sebulan 1,7 juta orang meninggal dari TB pada tahun 2009. Jumlah kematian tertinggi adalah di wilayah Afrika. (WHO,2010)

Pada tahun 2008, diperkirakan kejadian Tuberkulosis per kapita adalah stabil. Namun, penurunan lambat dalam tingkat insiden per kapita diimbangi dengan pertumbuhan penduduk. Akibatnya, jumlah kasus baru yang timbul setiap tahun masih meningkat secara global di WHO wilayah Afrika, Mediterania Timur dan Asia Tenggara. (DEPKES, 2008)

Insidensi Tuberkulosis dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama. (DEPKES, 2008).


(13)

2

Di Indonesia, Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan kelima dalam jumlah penderita Tuberkulosis di dunia. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini, setiap menit muncul satu penderita baru Tuberkulosis paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru Tuberkulosis Paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat Tuberkulosis di Indonesia, (DEPKES, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), penderita Tuberkulosis Paru 95% berada di negara berkembang dan 75% penderita Tuberkulosis Paru adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun) dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Di Indonesia Tuberkulosis Paru merupakan penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. (DEPKES, 2008).

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2 %. Hal ini berarti pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, setiap tahun diantara 100.000 penduduk, 100 (seratus) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita Tuberkulosis Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. Di samping itu tercapainya cakupan penemuan penderita Tuberkulosis Paru secara bertahap dengan target sebesar 70% akan tercapai pada tahun 2005 (DEPKES, 2008).

Penemuan kasus Tuberkulosis Paru di Kota Bandung tahun 2007 secara klinis adalah sebesar 1.194 kasus, dengan BTA + sebesar 973 kasus. Jumlah ini menurun tajam dibandingkan tahun 2006 sebanyak 1.098 kasus dengan BTA (+). Jumlah tersebut adalah jumlah kumulatif dari penderita yang sedang dalam masa pengobatan tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penderita sembuh pada tahun 2007 sebesar 858 orang atau 87 %. Angka ini belum memenuhi target SPM ( Standar Pelayanan Minimal ) Kota Bandung sebesar 90% pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2008)


(14)

3

Oleh karena latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui gambaran perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010?

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui gambaran kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Untuk instansi terkait, penelitian ini dapat memberikan masukan guna meningkatan mutu pelayanan penderita Tuberkulosis Paru demi terwujudnya masyarakat yang sehat.

2. Untuk masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi penderita TB Paru.

3. Dari segi akademik khususnya bagi mahasiswa fakultas kedokteran, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan tentang kejadian Tuberkulosis Paru dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitiannya selanjutnya.


(15)

4

1.5. Kerangka Pemikiran

Masalah Tuberkulosis Paru akan menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak jika tidak ditangani dengan baik. Masalah ini dapat diatasi dengan adanya program pemberian obat Tuberkulosis secara DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Maka dari itu, diharapkan angka kejadian Tuberkulosis Paru dapat dikendalikan dengan adanya gerakan dan kerjasama yang aktif antara penyuluh kesehatan dan tokoh masyarakat untuk memotivasi penderita Tuberkulosis Paru dalam keteraturan minum obat. (WHO, 2010)

1.6. Metode Penelitian

Metode : deskriptif

Instrumen : lembar isian

Teknik pengambilan data : observasi

Sampel Penelitian : seluruh sampel ( whole sample ) Responden : penderita Tuberkulosis Paru 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas UPT Ciumbuleuit dan Puskesmas UPT Jayagiri

1.7.2. Waktu Penelitian


(16)

35 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah penderita TB Paru di Puskesmas Jayagiri yaitu 54 orang dan Puskesmas Ciumbuleuit 23 orang.

2. Di Puskesmas Jayagiri lebih banyak penderita TB pada usia anak-anak yaitu usia 1-9 tahun sebanyak 18 kasus ( 33,3% ), Puskesmas Ciumbuleuit lebih banyak penderita TB pada usia dewasa muda yaitu usia 20-29 tahun sebanyak 12 kasus ( 52,2% )

3. Jumlah penderita laki-laki di Puskesmas Jayagiri sebanyak 28 orang ( 51,9% ) dan perempuan sebanyak 26 orang ( 48,1%), jumlah penderita laki-laki di Puskesmas Ciumbuleuit sebanyak 12 orang ( 52,2% ) dan perempuan sebanyak 11 orang ( 47,8%)

4. Tipe TB yang diderita di Puskesmas Jayagiri paling banyak adalah kasus baru yaitu sebanyak 43 kasus ( 79,6% ), begitu juga di Puskesmas Ciumbuleuit paling banyak juga kasus baru yaitu sebanyak 22 kasus ( 95,6% ).

5. Untuk regimen pengobatan TB di Puskesmas Jayagiri yang paling banyak adalah kategori satu yaitu sebanyak 33 kasus ( 61% ), regimen pengobatan yang paling banyak ditemukan di Puskesmas Ciumbuleuit adalah kategori 1 sebanyak 22 kasus ( 95,6% ).

6. Hasil pengobatan TB di Puskesmas Jayagiri paling banyak adalah sembuh yaitu sebanyak 17 kasus ( 31,5% ), Puskesmas Ciumbuleuit ditemukan sebanyak 7 kasus ( 30,5% ) sembuh


(17)

36

5.2 Saran

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor-faktor lingkungan yang dapat menjadi pencetus kejadian Tuberkulosis Paru.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penerangan mengenai gejala dini serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera berobat dan patuh minum obat.

3. Meningkatkan kewaspadaan para dokter terhadap gejala dini.

4. Untuk Bagian Rekam Medis di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit agar data-data pasien dibuat lebih lengkap sehingga data-data tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.


(18)

37

Daftar pustaka

Achmad.2011. Faktor – faktor resiko TBC.

http://www.kesmas.tk/2011/05/faktor-faktor-resiko-tuberkulosis-tb.html., 14 Mei 2011

Depkes, RI. 2008. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Cetakan ke-2. Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.p.3-37

Depkes, RI.2002. Pedoman penyakit tuberkulosis dan penanggulangannya. Cetakan ke-8. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.p.13-57

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.2008. Profil kesehatan kota bandung.

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/profil_kesehatan_kota_bandung.pdf., 28 Juni 2011

Nursiswati.2011.Kepatuhan pasien TBC dalam menjalani pengobatan. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content /uploads

/2011/06/gambaran_kepatuhan_pasien _tbc.doc,. 28 Juni 2011 Soekidjo Notoatmodjo.2005.Promosi kesehatan teori dan aplikasi.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/ca0d0866fefbfa4c0a52b30531f1264e0 32ca427.pdf., 14 Mei 2011

Tbc Indonesia.2011.Penyakit TBC.

http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm., 19 Mei 2011 WHO.2010. Tuberculosis.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en., 23 Mei 2010 Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit


(1)

2

Di Indonesia, Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan kelima dalam jumlah penderita Tuberkulosis di dunia. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini, setiap menit muncul satu penderita baru Tuberkulosis paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru Tuberkulosis Paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat Tuberkulosis di Indonesia, (DEPKES, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), penderita Tuberkulosis Paru 95% berada di negara berkembang dan 75% penderita Tuberkulosis Paru adalah kelompok usia produktif (15 – 50 tahun) dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Di Indonesia Tuberkulosis Paru merupakan penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. (DEPKES, 2008).

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2 %. Hal ini berarti pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, setiap tahun diantara 100.000 penduduk, 100 (seratus) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita Tuberkulosis Paru. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita Tuberkulosis Paru adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. Di samping itu tercapainya cakupan penemuan penderita Tuberkulosis Paru secara bertahap dengan target sebesar 70% akan tercapai pada tahun 2005 (DEPKES, 2008).

Penemuan kasus Tuberkulosis Paru di Kota Bandung tahun 2007 secara klinis adalah sebesar 1.194 kasus, dengan BTA + sebesar 973 kasus. Jumlah ini menurun tajam dibandingkan tahun 2006 sebanyak 1.098 kasus dengan BTA (+). Jumlah tersebut adalah jumlah kumulatif dari penderita yang sedang dalam masa pengobatan tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penderita sembuh pada tahun 2007 sebesar 858 orang atau 87 %. Angka ini belum memenuhi target SPM ( Standar Pelayanan Minimal ) Kota Bandung sebesar 90% pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2008)


(2)

perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010?

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perbandingan kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengetahui gambaran kejadian Tuberkulosis Paru di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit tahun 2010.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Untuk instansi terkait, penelitian ini dapat memberikan masukan guna meningkatan mutu pelayanan penderita Tuberkulosis Paru demi terwujudnya masyarakat yang sehat.

2. Untuk masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi penderita TB Paru.

3. Dari segi akademik khususnya bagi mahasiswa fakultas kedokteran, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pengetahuan tentang kejadian Tuberkulosis Paru dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitiannya selanjutnya.


(3)

4

1.5. Kerangka Pemikiran

Masalah Tuberkulosis Paru akan menjadi bom yang sewaktu-waktu bisa meledak jika tidak ditangani dengan baik. Masalah ini dapat diatasi dengan adanya program pemberian obat Tuberkulosis secara DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Maka dari itu, diharapkan angka kejadian Tuberkulosis Paru dapat dikendalikan dengan adanya gerakan dan kerjasama yang aktif antara penyuluh kesehatan dan tokoh masyarakat untuk memotivasi penderita Tuberkulosis Paru dalam keteraturan minum obat. (WHO, 2010)

1.6. Metode Penelitian

Metode : deskriptif

Instrumen : lembar isian

Teknik pengambilan data : observasi

Sampel Penelitian : seluruh sampel ( whole sample ) Responden : penderita Tuberkulosis Paru 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas UPT Ciumbuleuit dan Puskesmas UPT Jayagiri

1.7.2. Waktu Penelitian


(4)

35 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah penderita TB Paru di Puskesmas Jayagiri yaitu 54 orang dan Puskesmas Ciumbuleuit 23 orang.

2. Di Puskesmas Jayagiri lebih banyak penderita TB pada usia anak-anak yaitu usia 1-9 tahun sebanyak 18 kasus ( 33,3% ), Puskesmas Ciumbuleuit lebih banyak penderita TB pada usia dewasa muda yaitu usia 20-29 tahun sebanyak 12 kasus ( 52,2% )

3. Jumlah penderita laki-laki di Puskesmas Jayagiri sebanyak 28 orang ( 51,9% ) dan perempuan sebanyak 26 orang ( 48,1%), jumlah penderita laki-laki di Puskesmas Ciumbuleuit sebanyak 12 orang ( 52,2% ) dan perempuan sebanyak 11 orang ( 47,8%)

4. Tipe TB yang diderita di Puskesmas Jayagiri paling banyak adalah kasus baru yaitu sebanyak 43 kasus ( 79,6% ), begitu juga di Puskesmas Ciumbuleuit paling banyak juga kasus baru yaitu sebanyak 22 kasus ( 95,6% ).

5. Untuk regimen pengobatan TB di Puskesmas Jayagiri yang paling banyak adalah kategori satu yaitu sebanyak 33 kasus ( 61% ), regimen pengobatan yang paling banyak ditemukan di Puskesmas Ciumbuleuit adalah kategori 1 sebanyak 22 kasus ( 95,6% ).

6. Hasil pengobatan TB di Puskesmas Jayagiri paling banyak adalah sembuh yaitu sebanyak 17 kasus ( 31,5% ), Puskesmas Ciumbuleuit ditemukan sebanyak 7 kasus ( 30,5% ) sembuh


(5)

36

5.2 Saran

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor-faktor lingkungan yang dapat menjadi pencetus kejadian Tuberkulosis Paru.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penerangan mengenai gejala dini serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera berobat dan patuh minum obat.

3. Meningkatkan kewaspadaan para dokter terhadap gejala dini.

4. Untuk Bagian Rekam Medis di Puskesmas Jayagiri dan Puskesmas Ciumbuleuit agar data-data pasien dibuat lebih lengkap sehingga data-data tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan bagi tenaga medis dan paramedis.


(6)

37 Achmad.2011. Faktor – faktor resiko TBC.

http://www.kesmas.tk/2011/05/faktor-faktor-resiko-tuberkulosis-tb.html., 14 Mei 2011

Depkes, RI. 2008. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Cetakan ke-2. Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.p.3-37

Depkes, RI.2002. Pedoman penyakit tuberkulosis dan penanggulangannya. Cetakan ke-8. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.p.13-57

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.2008. Profil kesehatan kota bandung.

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/profil_kesehatan_kota_bandung.pdf., 28 Juni 2011

Nursiswati.2011.Kepatuhan pasien TBC dalam menjalani pengobatan. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content /uploads

/2011/06/gambaran_kepatuhan_pasien _tbc.doc,. 28 Juni 2011 Soekidjo Notoatmodjo.2005.Promosi kesehatan teori dan aplikasi.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/1/ca0d0866fefbfa4c0a52b30531f1264e0 32ca427.pdf., 14 Mei 2011

Tbc Indonesia.2011.Penyakit TBC.

http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm., 19 Mei 2011 WHO.2010. Tuberculosis.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en., 23 Mei 2010 Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit