Gambaran Tuberkulosis Ekstra Paru di Puskesmas Kotamadya Bandung Tahun 2013.

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013

Riana Setiawati H, 2015; Pembimbing I : Dr.Hana Ratnawati, dr.,M.Kes., PA(K) Pembimbing II: July Ivone, dr.,M.K.K.,MPd.Ked.

Tuberkulosis ekstra paru menyerang organ lain di luar paru-paru misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikardium, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.

Tujuan penelitian adalah mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita TB ekstra paru berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis pengobatannya pada pasien TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pengambilan data rekam medik dari Dinas Kesehatan Kotamadya Bandung yang merupakan data penderita tuberkulosis ekstra paru yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

Hasil dari penelitian ini didapatkan sebanyak 177 penderita dengan TB ekstra paru yang berobat di 52 Puskesmas dari 73 Puskesmas yang ada di Kotamadya Bandung. Berdasarkan golongan usia, pasien TB ekstra paru terbanyak adalah 15-24 tahun (31,64%). TB ekstra paru lebih banyak pada perempuan (57,63. Jenis pengobatan terbanyak menggunakan regimen 1 (2HRZE/4H3R3) yaitu sebanyak 150 penderita (84,75%).

Simpulan penelitian ini adalah angka kejadian penderita TB ekstra paru yang berobat di 52 Puskesmas di Kotamadya Bandung tahun 2013 sebanyak 177 penderita. Golongan usia yang terbanyak adalah rentang usia 15-24 tahun. Jenis kelamin perempuan terbanyak. Jenis pengobatan TB ekstra paru terbanyak menggunakan regimen 1 (2HRZE/4H3R3).


(2)

ABSTRACT

OVERVIEW OF EXTRAPULMONARY TUBERCULOSIS AT COMMUNITY HEALTH CENTRE IN CITY OF BANDUNG 2013

Riana Setiawati H, 2015; 1st Tutor : Dr.Hana Ratnawati, dr.,M.Kes., PA(K) 2nd Tutor: July Ivone, dr.,M.K.K.,MPd.Ked.

Extrapulmonary tuberculosis attacked organs other than lungs, such us pleura,

lymph node, meninges, pricardium, bones, joints, skin, intestines, kidney, urinary tract, genitals, and etc.

The purpose of this research is to find out the number of incidents and description of extrapulmonary tuberculosis patients by age, gender, and the treatment on the extrapulmonary tuberculosis patients that came to the community health centre in city of Bandung in 2013.

This research use an observational descriptive method by taking medical record’s data from Bandung Department of Health, which is the data of ETB patients at the community health care in city of Bandung in 2013.

The result shows that there were 177 ETB patients that went to 52 community health care out of 73 community health care in city of Bandung. By age, most ETB patients came from age 15-24 years (31,64%). ETB is more commonly found on females. The most common medication using regiment 1 (2HRZE/4H3R3), was 150 patients (84,75%).

The conclusion of this research is there were 177 ETB patients that went to 52 community health care in city of Bandung in 2013. The commonest age was 15-24 years. The gender commonly infected by ETB is female. The most common medication for ETB using regiment 1 (2HRZE/4H3R3).


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis... 3

1.5Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi ... 6

2.2 Etiologi ... 6

2.3 Epidemiologi ... 7

2.4 Klasifikasi ... 8

2.5 Patogenesis dan Patofisiologi ... 9

2.6 Gejala Klinik ... 12

2.7 Diagnosis ... 13

2.8 Pengobatan ... 14


(4)

2.10 Prognosis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Bahan Penelitian... 21

3.2 Sampel Penelitian ... 21

3.3 Rancangan Penelitian ... 21

3.4 Prosedur Penelitian... 21

3.5 Definisi Operasional... 22

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Simpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 31


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Regimen Pengobatan Untuk Masing-Masing Kategori Diagnostik TB .... 14

Tabel 2.2 Formulasi Anti-TB Esensial Anjuran WHO ... 16

Tabel 2.3 Kategori I FDC Pada Pasien TB Dewasa... 17

Tabel 2.4 Kategori II FDC Pada Pasien TB Dewasa ... 17

Tabel 2.5 Kategori FDC Pada Pasien TB Anak-Anak ... 18

Tabel 4.1 Penderita TB Ekstra Paru dari Puskesmas di Kotamadya Bandung Tahun 2013 Berdasarkan Golongan Usia ... 23

Tabel 4.2 Penderita TB Ekstra Paru dari Puskesmas di Kotamadya Bandung Tahun 2013 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data TB Ekstra Paru di Puskesmas Kotamadya Bandung Tahun 2013 ... 31 Lampiran 2 Surat Ijin Pengambilan Data ... 37


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit

tuberkulosis terdapat di seluruh dunia, namun persentase terbanyak terjadi di Asia (55%) dan Afrika (30%), sedangkan di Cina dan India tercatat 35% dari total kasus di Asia (WHO, 2011). Infeksi tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, berdasarkan fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak peringkat ke-4 di dunia setelah India, Cina dan Afrika Selatan. Di Indonesia, penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan saluran pernapasan pada semua kelompok usia (DepkesRI, 2011).

Di Jawa Barat prevalensi tuberkulosis termasuk dalam kategori tinggi yaitu 224/100.000 orang, dibandingkan secara Nasional yaitu 107/100.000 orang (Riantini, 2012). Data program pemberantasan tuberkulosis di Indonesia menunjukkan peningkatan kasus dari tahun ke tahun, namun upaya penanggulangan maupun pencegahan yang telah diupayakan masih belum berhasil menyelesaikan masalah yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian (Masniari et al, 2007).

Pasien tuberkulosis yang mengalami daya tahan tubuh yang rendah, maka

Mycobacterium tuberculosis akan mengalami reaktivasi dan terjadi bakteriemi,

sehingga pasien akan mengalami tuberkulosis ekstra paru (Albert et al, 2004). TB ekstra paru adalah TB yang mengenai organ lain di luar paru misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikardium, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain (Ahmad, 2013). Peningkatan insidensi TB ekstra paru diduga akibat epidemi HIV-AIDS (Human


(8)

juga oleh perkembangan dalam fasilitas diagnostik sehingga lebih banyak kasus TB ekstra paru yang terdiagnosis (PDPI, 2006).

Data epidemiologi TB ekstra paru masih sangat kurang dibandingkan data mengenai TB paru. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai gambaran TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Berapa angka kejadian penderita TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

2. Bagaimana gambaran penderita TB ekstraparu berdasarkan golongan usia di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

3. Bagaimana gambaran penderita TB ekstraparu berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

4. Apa jenis pengobatan yang sering digunakan untuk TB ekstraparu di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian dan gambaran penderita TB ekstra paru berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis pengobatannya pada pasien TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013.


(9)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan memberi informasi mengenasi angka kejadian dan karakteristik penderita TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013 sehingga dapat bermanfaat sebagai data epidemiologi bagi mahasiswa kedokteran dan peneliti TB ekstra paru.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai penderita TB ekstraparu yang berobat di Puskesmas Kotamadya Bandung dan merupakan informasi bagi para dokter dalam memberikan penatalaksanaan yang tepat dosis bagi penderita TB ekstra paru.

1.5Landasan Teori

TB ekstra paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Lebih dari 80% Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan hanya sebagian kecil menyerang organ tubuh lain. Di dalam tubuh Mycobacterium tuberculosis dapat menjadi dorman selama beberapa tahun, namun bila sistem imunitas tubuh menurun, maka akan mengalami reaktivasi dan pasien akan mengalami tuberkulosis ekstra paru. Itu sebabnya TB ekstra paru banyak terdapat pada orang yang terinfeksi HIV, anak-anak dan orang tua serta pada penderita TB paru yang menjalankan terapinya tidak adekuat (DepkesRI, 2011; Naning, 2003).

TB ekstra paru dapat menyerang berbagai organ tubuh selain paru, yaitu dapat mengenai saluran nafas bagian atas (epiglotis, laring, faring), mulut, tonsil, lidah, selaput otak, pericardium, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, usus/peritoneal, mata, adrenal, kulit dan jaringan bawah kulit. TB pada pleura atau TB pada kelenjar hilus tanpa ada kelainan radiologik


(10)

paru, dianggap sebagai penderita TB ekstra paru, karena TB paru adalah TB yang hanya pada parenkim paru (Naning, 2003; Wilson & Thompson, 1990).

Patogenesis tuberkulosis diawali oleh Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru. Masuknya Mycobacterium

tuberculosis ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik.

Makrofag alveolus akan menfagosit Mycobacterium tuberculosis dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar bakteri, akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan bakteri dan akan bereplikasi dalam makrofag. Mycobacterium tuberculosis dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni

Mycobacterium tuberculosis di jaringan paru disebut fokus primer Gohn. Dari

fokus primer akan menyebar melalui saluran limfe dan terjadi peradangan saluran limfe di daerah hilus (limfangitis lokal) dan diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Fokus primer bersama-sama dengan limfangitis dan limfadenitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini dapat mengalami hal-hal berikut ini :

- Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

- Sembuh dengan meninggalkan fibrosis atau kalsifikasi di hilus

Menyebar melalui percontinuitatum yaitu menyebar ke jaringan sekitarnya; menyebar secara bronkogen ke paru sebelahnya ataupun tetap di paru yang sama; menyebar secara hematogen dan limfogen. Penyebaran secara hematogen dan limfogen ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Bila daya tahan tubuh pasien tersebut tidak baik, maka penyebaran ini akan menimbulkan tuberkulosis ekstra paru (PDPI, 2006).

Angka kejadian TB ekstraparu berkisar 17 - 52% dari total semua kasus TB (Mazza-Stalder & Janssens, 2012). Penelitian di Amerika membuktikan bahwa anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun, orang tua, dan perempuan berisiko terkena TB ekstra paru (Antaz et al, 2006).

Organ yang paling sering terkena yaitu kelenjar getah bening, tulang dan otot, organ reproduksi, kandung kemih, jaringan otak dan meningen (Gregory & Steven, 2013). Dari data didapatkan limfadenitis TB merupakan bentuk terbanyak


(11)

(35% dari semua TB ekstra paru), sedangkan pada pasien HIV positif didapatkan lebih dari 50% kasus TB ekstra paru (Ahmad, 2013).

Dasar dari terapi TB ekstra paru sama dengan TB paru, dengan minimum terapi 6 bulan (Bridget, 2014). Obat untuk TB ekstra paru biasanya digunakan kombinasi 4 jenis obat untuk 6 – 9 bulan, dilanjutkan dengan pengobatan menggunakan 2 jenis obat untuk 4 – 7 bulan. Pengobatan yang digunakan sama dengan TB paru. Tapi untuk pengobatan TB yang menyerang jaringan otak atau tulang dan otak pada anak pengobatan paling sedikit 12 bulan (Gregory & Steven, 2013).


(12)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Angka kejadian penderita TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas di Kotamadya Bandung tahun 2013 didapatkan sebanyak 177 penderita.

- Berdasarkan golongan usia penderita TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013 yang terbanyak adalah rentang usia 15-24 tahun.

- Berdasarkan jenis kelamin penderita TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013 yang terbanyak adalah perempuan. - Jenis pengobatan TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung

tahun 2013, terbanyak menggunakan regimen 1 (2HRZE/4H3R3).

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner terhadap penderita TB ekstra paru untuk mengetahui faktor risiko terjadinya TB ekstra paru (misalnya: pekerjaan, aktivitas sehari-hari, lingkungan) dan organ ekstra paru yang terkena.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abovihia, A., Auer, C., Somma, D., & Weiss, M. 2006. A Gender and

Tuberculosis: Cross Site Analysis and Implications of A Multy-Country Study in Bangladesh, India, Malawi and Colombia. UNICEF/UNDP/WorldBank/WHO.

Ahmad, S. 2013. TB EKSTRA PARU, apakah bisa ke seluruh tubuh? www.klikparu.com/2013/01/tb-ekstra-paru-apakah-bisa-ke-seluruh.html?m=1, 30 Juni 2015.

Ahmad, S. 2013. TB, Apa Bedanya Dengan TBC.

http://www.klikparu.com/2013/01/tb-apa-bedanya-dengan-tbc.html?m=1, 1 Desember 2015.

Ait, Q. N., Arfaoui, A., & Sbayi, A. 2014. Influence of Age on the Repartition and The Evolution of Extrapulmonary Tuberculosis in The Province of Laayoune and Tarfaya, Morocco. Asian Journal of Natural and Applied Sciences . p. 65.

Albert, R., Jett, J., & Spiro, S. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis Edisi 3. Clinical Respiratory Medicine. Hal. 251-252.

Amin, Z., & Bahar, A. 2007. Tuberkulosis Paru. Jilid III. Jakarta. Hal. 988-994.

Antaz, P., Ding, J., & Hackman. 2006. Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous Extrapulmonary Tuberculosis. J

Allergy Clin Immunol . Vol(4) : 748-752.

Azizi, Fajar, H., Husin, U. A., & Rusmartini, T. 2014. Gambaran Karakteristik Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru di BBKPM Bandung Tahun 2014. Prosiding

Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan). Vol.2 : 860-864.

Bhisma, M. 2010. Ukuran Frekuensi Penyakit.


(14)

Blomberg, B. 2003. Drugs. Fixed-Dose Combination Drugs for Tuberculosis

Application in Standardised Treatment Regimens. Vol.63 (6) : 535-553.

Bothamley, G. 2002. Treatment, Tuberculosis and Human Leukocyte Antigen.

American Journal Respiratory Critical Care Medicine. Vol.166 (7) : 907-908.

BPPKK, R. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Bandung.

Bridget, M. P. 2014. Extrapulmonary Tuberculosis.

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/166.html, 19 September 2015

Connie, A. 2013. Extrapulmonary Tuberculosis. Southeastern National Tuberculosis Center. Vol.351 : 1741-1751.

Cotran, R., Kumar, V., & Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi: Paru dan

Saluran Napas Atas. Jakarta: EGC. Hal. 510-515.

DepkesRI. 2011. Penanggulangan tuberkulosis. http://www.depkes.go.id/kinerja-kemenkes/, 29 Mei 2015

Dorland, W. N. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Ebta, S. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id, 1 Desember 2015

Evo. 2013. Ilmu Pengetahuan. http://www.organisasi.org, 1 Desember 2015

Fauci, A., & Kasper, D. 2008. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious

Disease. United State America: McGraw Hill. pp. 953-966.

Gregory, E., & Steven, R. 2013. What is Tuberculosis.

http://www.emedicinehealth.com/article/230802-overview, 28 Juli 2015

Masniari, L., Priyanti, Z., & Tjandra, Z. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Penderita TB Paru. Journal Respiratory Indonesia. Vol.27 (3) : 176-185.


(15)

Mazza-Stalder, J., & Janssens. 2012. Extrapulmonary Tuberculosis. Rey Mal

Respir Issue 4. Vol.29 (4) : 566-578.

Mohan, A., & Sharma, S. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis. India: Med Res. Vol. 120 (4) : 316-353.

Naning, R. 2003. Tuberculosis Infection in Infant and Children Who Have

Contact with Positive Sputum Adult Tuberculosis. http://puspasca.ugm.ac.id, 29

Mei 2015

Parimon, T., & Spitters, C. 2008. Chest. Unexpected Pulmonary Involvement in Extrapulmonary Tuberculosis Patients. Unexpected Pulmonary Involvement in

Extrapulmonary Tuberculosis Patients. Vol.134 (3) : 589-594.

PDPI. 2006. Tuberkulosis. Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan di

Indonesia. http://klikpdpi/tuberkulosis, 29 Mei 2015.

Riantini. 2012. Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Bandung.

Rohili. 2014. Hari Tuberkulosis Sedunia 2014 : Mengetahui Kembali Apa Itu TB

dan HIV? www.odhaberhaksehat.org/2014/hari-tubercolosis-sedunia-2014-mengetahui-kembali-apa-itu-tb-dan-hiv/, 4 Juni 2015

Sulistia, G. G., Rianto, S. N., & Elysabeth. 2009. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 571-576.

TeBeek. 2006. Extrapulmonary Tuberculosis by Nationality, the Netherlands

1993-2001. http://www.cdc.gov/eid/article/12/9/05-0553_article, 16 Oktober 2015

WHO. 2009. A Brief History of Tuberculosis Control in Indonesia. http://www.who.doc.WHO.int, 29 September 2015

WHO. 2011. Global Tuberculosis Control: World Health Organization. Geneva. P. 1-6


(16)

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Press. Hal. 496.

Wilson, S. F., & Thompson, J. M. 1990. Respiratory Disorders. United States:Mosby's Clinical Nursing Series. p. 496.


(1)

(35% dari semua TB ekstra paru), sedangkan pada pasien HIV positif didapatkan lebih dari 50% kasus TB ekstra paru (Ahmad, 2013).

Dasar dari terapi TB ekstra paru sama dengan TB paru, dengan minimum terapi 6 bulan (Bridget, 2014). Obat untuk TB ekstra paru biasanya digunakan kombinasi 4 jenis obat untuk 6 – 9 bulan, dilanjutkan dengan pengobatan menggunakan 2 jenis obat untuk 4 – 7 bulan. Pengobatan yang digunakan sama dengan TB paru. Tapi untuk pengobatan TB yang menyerang jaringan otak atau tulang dan otak pada anak pengobatan paling sedikit 12 bulan (Gregory & Steven, 2013).


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

- Angka kejadian penderita TB ekstra paru yang berobat di Puskesmas di Kotamadya Bandung tahun 2013 didapatkan sebanyak 177 penderita.

- Berdasarkan golongan usia penderita TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013 yang terbanyak adalah rentang usia 15-24 tahun.

- Berdasarkan jenis kelamin penderita TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung tahun 2013 yang terbanyak adalah perempuan. - Jenis pengobatan TB ekstra paru di Puskesmas Kotamadya Bandung

tahun 2013, terbanyak menggunakan regimen 1 (2HRZE/4H3R3).

5.2 Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner terhadap penderita TB ekstra paru untuk mengetahui faktor risiko terjadinya TB ekstra paru (misalnya: pekerjaan, aktivitas sehari-hari, lingkungan) dan organ ekstra paru yang terkena.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abovihia, A., Auer, C., Somma, D., & Weiss, M. 2006. A Gender and Tuberculosis: Cross Site Analysis and Implications of A Multy-Country Study in Bangladesh, India, Malawi and Colombia. UNICEF/UNDP/WorldBank/WHO. Ahmad, S. 2013. TB EKSTRA PARU, apakah bisa ke seluruh tubuh? www.klikparu.com/2013/01/tb-ekstra-paru-apakah-bisa-ke-seluruh.html?m=1, 30 Juni 2015.

Ahmad, S. 2013. TB, Apa Bedanya Dengan TBC.

http://www.klikparu.com/2013/01/tb-apa-bedanya-dengan-tbc.html?m=1, 1 Desember 2015.

Ait, Q. N., Arfaoui, A., & Sbayi, A. 2014. Influence of Age on the Repartition and The Evolution of Extrapulmonary Tuberculosis in The Province of Laayoune and Tarfaya, Morocco. Asian Journal of Natural and Applied Sciences . p. 65.

Albert, R., Jett, J., & Spiro, S. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis Edisi 3. Clinical Respiratory Medicine. Hal. 251-252.

Amin, Z., & Bahar, A. 2007. Tuberkulosis Paru. Jilid III. Jakarta. Hal. 988-994.

Antaz, P., Ding, J., & Hackman. 2006. Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate Immune Responses in Adults with Previous Extrapulmonary Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol . Vol(4) : 748-752.

Azizi, Fajar, H., Husin, U. A., & Rusmartini, T. 2014. Gambaran Karakteristik Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru di BBKPM Bandung Tahun 2014. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan). Vol.2 : 860-864.

Bhisma, M. 2010. Ukuran Frekuensi Penyakit.


(4)

Blomberg, B. 2003. Drugs. Fixed-Dose Combination Drugs for Tuberculosis Application in Standardised Treatment Regimens. Vol.63 (6) : 535-553.

Bothamley, G. 2002. Treatment, Tuberculosis and Human Leukocyte Antigen. American Journal Respiratory Critical Care Medicine. Vol.166 (7) : 907-908. BPPKK, R. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Bandung.

Bridget, M. P. 2014. Extrapulmonary Tuberculosis. http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/166.html, 19 September 2015

Connie, A. 2013. Extrapulmonary Tuberculosis. Southeastern National Tuberculosis Center. Vol.351 : 1741-1751.

Cotran, R., Kumar, V., & Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi: Paru dan Saluran Napas Atas. Jakarta: EGC. Hal. 510-515.

DepkesRI. 2011. Penanggulangan tuberkulosis. http://www.depkes.go.id/kinerja-kemenkes/, 29 Mei 2015

Dorland, W. N. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Ebta, S. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id, 1 Desember 2015

Evo. 2013. Ilmu Pengetahuan. http://www.organisasi.org, 1 Desember 2015

Fauci, A., & Kasper, D. 2008. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious Disease. United State America: McGraw Hill. pp. 953-966.

Gregory, E., & Steven, R. 2013. What is Tuberculosis. http://www.emedicinehealth.com/article/230802-overview, 28 Juli 2015

Masniari, L., Priyanti, Z., & Tjandra, Z. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Penderita TB Paru. Journal Respiratory Indonesia. Vol.27 (3) :


(5)

176-Mazza-Stalder, J., & Janssens. 2012. Extrapulmonary Tuberculosis. Rey Mal Respir Issue 4. Vol.29 (4) : 566-578.

Mohan, A., & Sharma, S. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis. India: Med Res. Vol. 120 (4) : 316-353.

Naning, R. 2003. Tuberculosis Infection in Infant and Children Who Have Contact with Positive Sputum Adult Tuberculosis. http://puspasca.ugm.ac.id, 29 Mei 2015

Parimon, T., & Spitters, C. 2008. Chest. Unexpected Pulmonary Involvement in Extrapulmonary Tuberculosis Patients. Unexpected Pulmonary Involvement in Extrapulmonary Tuberculosis Patients. Vol.134 (3) : 589-594.

PDPI. 2006. Tuberkulosis. Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia. http://klikpdpi/tuberkulosis, 29 Mei 2015.

Riantini. 2012. Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Bandung.

Rohili. 2014. Hari Tuberkulosis Sedunia 2014 : Mengetahui Kembali Apa Itu TB dan HIV? www.odhaberhaksehat.org/2014/hari-tubercolosis-sedunia-2014-mengetahui-kembali-apa-itu-tb-dan-hiv/, 4 Juni 2015

Sulistia, G. G., Rianto, S. N., & Elysabeth. 2009. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal 571-576.

TeBeek. 2006. Extrapulmonary Tuberculosis by Nationality, the Netherlands 1993-2001. http://www.cdc.gov/eid/article/12/9/05-0553_article, 16 Oktober 2015 WHO. 2009. A Brief History of Tuberculosis Control in Indonesia. http://www.who.doc.WHO.int, 29 September 2015

WHO. 2011. Global Tuberculosis Control: World Health Organization. Geneva. P. 1-6


(6)

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Press. Hal. 496.

Wilson, S. F., & Thompson, J. M. 1990. Respiratory Disorders. United States:Mosby's Clinical Nursing Series. p. 496.