Analisis Pergeseran Makna Cengbeng Pada Masyarakat Hokkian di Bandung.

ABSTRAK

Nama

: Rowena Kosasih

Program Studi : Sastra China (S1)
Judul
Bandung

: Analisis pergeseran makna cengbeng pada masyarakat Hokkian di

Skripsi ini membahas dari sebuah tradisi Tionghoa yaitu Cengbeng. Judul
tradisi cengbeng ini diangkat dari masa Orde baru sampai Orde reformasi tentang
pentingnya pelaksanaan sebuah tradisi yang turun temurun pada masyarakat Hokkian
di Bandung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian adalah tradisi
Cengbeng memang terjadi pergeseran makna baik banyak maupun sedikit dan
disarankan tradisi ini harus diajarkan dengan baik secara turun-temurun.
Kata kunci:
Cengbeng, Hokkian, Tradisi


i

ABSTRACT

Name

: Rowena Kosasih

Study Program

: Sastra China (S1)

Title
: Analisis pergeseran makna cengbeng pada masyarakat
Hokkian di Bandung

This thesis studies one of Chinese tradition, i.e. Qing Ming. The title of this
tradition of Qing Ming was made from the New Order until the Reform Order of the
importance of the implementation of a tradition which is hereditary of Hokkien
society in Bandung. This research is qualitative research. The result of the research

was the meaning of Qing Ming tradition has shifted more or less and suggested this
tradition should be taught well from generation to generation.
Key words:
Qingming, Hokkien, Tradition

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................…………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......……………………... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN……………….. v
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………….....vii
ABSTRAK…………………………………………………………………. viii
ABSTRACT………………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
I.

PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1

I.2 Rumusan Masalah……………………………………............... 5
I.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 5
I.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 5
I.5 Metode Penelitian………………………………………………. 5

II.

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tionghoa-Indonesia pada era Orde Baru…………………........ 7
II.2 Tionghoa-Indonesia pada era Reformasi…………………......... 7
II.3 Landasan teori…………………………………………………. 8
a. Latar Belakang Sejarah Cengbeng…………………………. 8
b.Tujuan Sembahyang pada Ritual Cengbeng……….............

9

c. Perlengkapan Peralatan Cengbeng beserta Makna yang
terkandung…………………………………………………… 9
d.Tata Upacara Cengbeng……………………………………. 12
III.


PEMBAHASAN…………………………………………………… 14

IV.

KESIMPULAN…………………………………………………….. 29

LAMPIRAN………………………………………………………………... 33
DAFTAR REFERENSI

iii

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Cengbeng (清明,Qingming) merupakan hari membersihkan kuburan12, jatuh
pada hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi yang
pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April. Nama Qingming dimulai dari masa
Dinasti Han karena cuaca selama bulan ketiga imlek cerah dan bersih. Pada masa

Dinasti Tang, cengbeng mulai menjadi suatu perayaan. Di kemudian hari,
membersihkan makam menjadi identik dengan perayaan Qing Ming.
Hari Hanshijie (寒食节), sehari sebelum cengbeng, diawali oleh Chong'er
3

(重耳), Bangsawan Wen dari negara Jin (晋) pada masa Chunqiu (春秋), dimana ia

secara tidak sengaja membunuh bawahan dan teman baiknya, Jie Zhitui (介之推) dan
ibunya dalam suatu pembakaran hutan dengan harapan akan membuat Jie Zhitui
kembali kepadanya. Pada hari Hanshijie, orang tidak diijinkan menggunakan api
untuk memanaskan makanan, yang kemudian disebut Festival Makanan Dingin. Dan
pada kenyataannya, 300 tahun kemudian, perayaan Hanshijie dikombinasikan dengan
Festival Qīngmíng 清明 dan pada akhirnya digabungkan dengan Qīngmíng dan tidak
ada lagi nama Hanshijie.
Masyarakat Tionghoa Indonesia atau yang biasanya disebut tenglang (dalam
ejaan bahasa Hokkian, 唐人(Tangren)) merupakan masyarakat yang datang dari
negeri Tiongkok dengan alasan faktor perekonomian Tiongkok (berdagang), ingin

1


YANG CUNGUO 杨存国.1994.Zhongguo Fengsu Gainian《中国风俗概观》.北京

2

WEI LIMING 韦黎明.2005.Zhongguo Jieri 中国节日 ,Haiyang 海洋.

3

LI YIYU李一宇.2006.Zhongguo Wenhua de Youlai 中国文化的由来 ,Zhongguo Dangan
Chufanshe 中国档案出版社.

mencari nasib dan penghidupan yang lebih baik (imigrasi), juga dikarenakan
kekacauan politik dan keamanan (peperangan) di Tiongkok (pengungsi)4.
Perpindahan orang-orang Tionghoa ke Indonesia membawa beragam
perubahan bagi Indonesia, misalnya makanan, adat istiadat, budaya, dsb. Semakin
melonjaknya perpindahan masyarakat Tionghoa ke Indonesia menjadi salah satu
penyebab bertambah banyaknya budaya di Indonesia, karena para imigran membawa
budaya asli mereka yang masih mereka lakukan disini. Mereka yang bermigrasi ke
Indonesia5 seperti, hokkian
福清


福建

6

, Teochiu (潮州)7, Hakka



8

, Hokcia

, dll.
8 festival besar Tionghoa910 yaitu Chunjie(春节)11,Duanwu (端午)12, Qixi

(七夕)13,Cengbeng

(清明)14,Yuanxiao


(元

)15,

Zhongqiu

4

http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/503-sebab-orang-tionghoamerantau

5

Gondomono.Peranakan Tionghoa Indonesia.Komunitas Lintas Budaya

6

Bukan merupakan kesatuan wilayah Fujian, melainkan hanya wilayah Zhangzhou (漳州) dan Xiamen

(厦门)
7


Orang-orang Tiochiu di Indonesia berasal dari berbagai kota di Provinsi Guangdong, antara
lain: Jieyang 揭阳 , Chaozhou 潮州 dan Shantou 汕頭 . Daerah asal orang Tiochiu biasa
disebut sebagai Chaoshan, gabungan dari kata Chaozhou dan Shantou.
8

Daerah asal orang Hakka secara garis besar berasal dari pedalaman provinsi Guangdong (广东)

9

WANG

JINGLIN

Cidian 中国民间风俗信仰辞典
10

王景琳.

Zhongguo


Minjian

Fengsu

Xinying

.。

FU DEMIN 傅德岷.2005.Zhongguo Bada Jieri 中国八大节日 ,Chongyang Chufanshe

重庆出版社.
11

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Malam tahun baru imlek dikenal
sebagai Chúxī yang berarti malam pergantian tahun.
12

Festival Peh Cun di kalangan Tionghoa-Indonesia adalah salah satu festival penting dalam
kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Perayaan festival ini biasa dikenal dengan makan bacang atau

perlombaan perahu naga di Tiongkok.

(中秋)16,Chongyang (重阳), Laba (腊八). Cengbeng merupakan salah satu
festival yang masih dilakukan oleh masyarakat Tionghoa Indonesia sampai pada saat
ini termasuk oleh para generasi muda.
Cengbeng merupakan festival tradisional dari puak17 Han, tetapi dirayakan
juga oleh 23 suku lainnya seperti yi
man



,

dong 侗

,



dll18.

, zhuang 壮

, bu yi

布依

Cengbeng mengandung makna

,

untuk

menghormati dan mengingat jasa keluarga yang sudah meninggal.
Sebuah keluarga bukan hanya terdiri dari orang-orang yang masih hidup,
tetapi juga leluhur yang telah meninggal dan keturunan yang akan lahir nantinya,
seperti dikatakan oleh Hugh Baker,
“...his exist by virtue of his ancestors, and his descendants exist only through him. The individual exist
by virtue of his descendants, and his ancestors exist only through him.” 19

Hari raya kasih sayang bagi masyarakat tiongkok atau disebut juga The chinese valentine’s day yang
dirayakan setiap tahun hari ke-7 bulan ke-7.

13

14

Festival Cengbeng atau di Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng adalah ritual tahunan
etnisTionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Khonghucu.
15

Festival Lampion adalah festival dengan hiasan lentera yang dirayakan setiap tahunnya pada hari ke15 bulan pertama kalender Tionghoa yang menandai berakhirnya perayaan tahun baru Imlek.
16

Festival Musim Gugur atau juga dikenal dengan nama Festival Kue Bulan merupakan hari raya
panen dan salah satu festival terpenting di RRT. Dirayakan pada hari ke lima belas bulan
delapan Kalender Tiongkok. Biasanya jatuh pada minggu keduaSeptember sampai minggu
kedua Oktober.
17

kaum (golongan keluarga, suku bangsa):tiap-tiap -- mempunyai cara perkawinan yg sesuai dng adat
istiadatnya;
18

LI YIYU李一宇.2006.Zhongguo Wenhua de Youlai 中国文化的由来 ,Zhongguo Dangan
Chufanshe 中国档案出版社.
19

Baker, Hugh, (1979).Chinese Family dan Kinship. New York.

Maksudnya adalah bahwa keberadaan dan kelestarian leluhur atau keluarga
yang sudah meninggal dan posisi mereka dalam keluarga tetap ada sebagaimana
seharusnya.
Ajaran Konfusius telah menetapkan bahwa rasa bakti terhadap leluhur
diwujudkan dalam bentuk pemujaan leluhur. Sebagai segi utama dari kehidupan religi
Tiongkok, pemujaan leluhur memainkan peranan penting dalam hal mempertahankan
dan melestarikan sistem kekerabatan patrilineal dan hubungan timbal balik antara
leluhur dan keturunannya. Hubungan ini misalnya saja dengan menyediakan
kebutuhan keluarga yang telah meninggal, seperti makanan, pakaian dan sebagainya
dengan harapan akan mendapat balasan dari keluarga yang meninggal berupa berkah,
rejeki, perlindungan dari marabahaya, dijauhkan dari kesialan, dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan kekuatan supranatural. Mereka percaya bahwa kematian hanya
merupakan bentuk lain dari kehidupan, dengan demikian orang meninggal pun
membutuhkan keperluan seperti kehidupan sebelumnya. 20
Tradisi ritual cengbeng tidak selamanya bertahan sebagaimana adanya,
sebagaimana ditunjukkan oleh Prof.Gondomono21. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemujaan leluhur tidak lagi dilakukan di makam melainkan dilakukan
dirumah. Ritual di dalamnya pun mengalami perubahan, begitu pula dengan persepsi
seseorang sebagai pendukung suatu kebudayaan, ketika mereka berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain, yang memiliki kebudayaan dan tradisi baru yang
berbeda.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya terjadilah perubahan kebudayaan.
Perubahan ini terjadi baik secara menyeluruh atau berubah sebagian dan dimodifikasi
dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan tempat tinggal baru. Metode-metode
yang dipakai untuk menangani orang yang telah tiada berbeda-beda karena itu tradisi
Cengbeng dirasakan semakin lama semakin memudar.

20

21

Baker, Hugh, op.cit. hal 72
Gondomono, (1996). Membanting Tulang Menyembah Arwah. Depok.

Perayaan tradisi cengbeng merupakan hari dimana pelaksanaannya benarbenar ditujukan khusus untuk pemujaan roh leluhur menjadi salah satu alasan penulis
untuk mengangkat judul ini, dimana penelitian dilaksanakan di Bandung karena
penduduk Tionghoa Bandung secara sadar melakukan suatu perubahan untuk
mengembalikan budaya-budaya yang nyaris hilang, contohnya saja cap go meh yang
dilaksanakan setiap tahun. Penulis sendiri yang merupakan salah satu puak Hokkian
ingin mengetahui dan melestarikan budaya puak sendiri. Perubahan-perubahan tradisi
yang sudah diketahui juga mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam
seberapa besar perubahan tradisi cengbeng pada masyarakat Tionghoa-Indonesia di
Bandung.

I.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas oleh penulis, yakni : seberapa signifikan
pergeseran tradisi cengbeng pada masyarakat Tionghoa Indonesia (Hokkian) di
Bandung dan juga apa yang menjadi faktor perubahannya.

I.3 Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran tentang jalannya perayaan cengbeng pada
masyarakat Hokkian di Bandung dan juga untuk mendapatkan besarnya presentase
tentang pergeseran tradisi cengbeng beserta faktor yang menyebabkannya.

I.4 Manfaat Penelitian
Menggali lebih dalam jalannya tradisi dan perubahan cengbeng di Bandung,
dan juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk melestarikan tradisi cengbeng
sebagaimana mestinya.

I.5 Metodologi Penelitian
a. Tipe Penelitian
Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode kualitatif
interpretative, maksudnya adalah metode dengan penafsiran dan penguraian

segala sesuatu yang ada di balik data yang ada dengan cara pemahaman dan
mengaitkan obyek dengan referensi-referensi yang relevan.

b. Sumber Data
Populasi target penelitian yang dipilih peneliti adalah pengunjung
Lapangan Tegalega dan GOR Padjajaran, karena penulis kesulitan
mendapatkan

perkumpulan

Hokkian

yang

spesifik

maka

penulis

mengajukan wawancara pada beberapa orang Tionghoa-Bandung tentang
tempat berkumpul yang umum bagi masyarakat Tionghoa-Bandung.
Sampel data diambil berdasarkan pada teknik accidental sampling,
yakni sampel yang diambil secara ketidaksengajaan pemilihan pengunjung
atau sampel data yang dilakukan peneliti untuk diteliti karena tidak adanya
data yang jelas tentang jumlah populasi orang Hokkian di Bandung. Dalam
menentukan jumlah sampel, diusahakan agar sampel dapat mewakili
populasinya.

BAB IV
KESIMPULAN

Masyarakat Hokkian-Bandung yang tahu tentang upacara keagamaan
Tionghoa pada khususnya semakin lama semakin berkurang. Sebanyak 56% yang
masih memiliki kepercayaan yang sama akan makna dan tujuan cengbeng dan
43,08% yang sudah bergeser.
Berdasarkan hasil analisis dari tinjauan pustaka dan juga hasil kuesioner dan
wawancara penulis bisa menyimpulkan pergeseran makna cengbeng yaitu,
Tujuan sembahyang pada ritual cengbeng
1. Penghormatan terhadap kebijaksanaan / nasehat orang-orang tua semasa
hidupnya.


Tujuan sekarang

: Masih tetap sama pentingnya, tidak bergeser sama

sekali
2. Harapan akan berkat yang diberikan oleh orang-orang yang telah meninggal.


Tujuan sekarang

: Kita sebagai orang yang hidup memberikan sedikit

berkat kepada yang sudah meninggal, bergeser sebesar 66%
3. Meredakan kesedihan dengan cara merawat dan memelihara roh leluhur
dengan memberikan sesajian dan doa bagi kebahagiaan mereka.


Tujuan sekarang

: Bergeser sebesar 64% dimana mereka berpikir dengan

memelihara leluhur membuat diri sendiri semakin sedih.
4. Agar roh orang yang meninggal masih tetap mengasihi orang-orang yang
masih hidup.


Tujuan sekarang

: Mayoritas mempunyai tujuan yang sama, sedangkan

ada beberapa yang beranggapan orang yang hidup seharusnya mengasihi
yang sudah meninggal dengan cara merawat kuburannya atau sembahyang.
Pergeseran dirasakan sebesar 18%

5. Adanya rasa ketidaktentraman dan ketakutan akan orang yang telah
meninggal.


Tujuan sekarang

: Masih sangat banyak orang yang percaya akan

hadirnya roh bisa mengganggu hidup kita, hanya 6% yang tidak percaya,
mereka katakan itu hanya karena perasaan bersalah saja.
Makna cengbeng
6. Menghormati dan mengenang leluhur juga sanak famili yang telah meninggal.


Makna sekarang

: Menghormati dan mengenang tidak berubah sama

sekali.
7. Salah satu hari penting untuk menunjuk sikap “Bakti Orang Tua atau
Leluhur”.


Makna sekarang

: Tidak berubah sedikitpun karena, bagi semua ajaran

agama bakti terhadap orang tua adalah suatu kewajiban.
8. Sarana balas budi dan minta maaf terhadap leluhur.


Makna sekarang

: Terjadi pergeseran sebesar 22% yang mengatakan

balas budi hanya pada orang yang masih hidup, 78% lainnya masih tetap
mempunyai makna yang sama.
9. Mengenang pahlawan yang telah gugur demi bangsa.


Makna sekarang

: Bergeser seluruhnya sebesar 100%, mengenang

pahlawan tidak dengan cara ziarah ke kuburan, melainkan dengan cara
mengumpulkan foto dan lain sebagainya.
10. Sarana kumpul keluarga.


Makna sekarang

: Jarak tempat tinggal dijadikan sebagai alasan sarana

kumpul keluarga sebesar 98%, 2% lainnya bergeser karena adanya masalah
intern.
11. Menanam pohon/penghijauan.


Makna sekarang

: Sudah tidak ada sama sekali yang melakukannya atau

100% bergeser
12. Berolahraga. (untuk kesehatan)



Makna sekarang

: Bukan karena sengaja untuk berolahraga tetapi karena

faktor tempat kendaraan jauh dengan makam maka harus sedikit
melakukan olahraga jalan dengan jalan yang sedikit menanjak. Bergeser
100%.
13. Sesajian.


Tidak ada yang dikhususkan dalam membawa sesajian cengbeng karena
semuanya percaya bahwa membawa makanan yang disukai oleh almarhum
akan lebih baik. Pergeseran terjadi sebesar 100%.

14. Tempat pelaksanaan cengbeng.


Masih sebanyak 84% yang melakukan cengbeng di kuburan, 4% di rumah
dan 12% abstain, maksud dari adalah bukan tidak melakukan cengbeng
tetapi menurut mereka cengbeng bisa dilakukan dimana saja.

15. Peralatan sembahyang (Dupa, tempat menancap dupa, uang kertas emas dan
perak).


Bagi orang yang masih beragama Buddhis atau Konghucu, peralatannya
masih tetap sama. Tetapi bagi yang berpindah agama biasanya membawa
bunga saja.

Pelbagai tafsiran tentang makna dan tatacara upacara terjadi karena
sebenarnya seluruh tradisi termasuk cengbeng diteruskan atau diajarkan secara lisan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tradisi yang diteruskan oleh generasi tua menjadi salah satu hal yang
menentukan bagaimana sebuah tradisi dapat diteruskan dengan sebagaimana
mestinya.
Perkenalan akan tradisi tradisional Tiongkok atau Tionghoa perlu dikenalkan
kepada masyarakat Hokkian-Bandung dimana tradisi perlu diturunkan dan perlu
dilestarikan, mungkin tidak akan sama persis seperti asalnya di Tiongkok, tetapi
sesuai dengan keadaan alam juga kepercayaan masing-masing, yang terutama
maknanya dimaksudkan untuk penghormatan terhadap leluhur.

Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut,


Tradisi yang diturunkan tidak sepenuhnya sesuai karena mengikuti
kemudahan-kemudahan jaman.



Faktor agama.


Dulu

:

Mayoritas

orang

Hokkian

beragama

Konghucu.


Sekarang

: Agama berdasarkan pilihan masing-masing pribadi,

orang tua tidak mewajibkan anak-anaknya beragama Konghucu.


Perkembangan jaman


Dulu

: Cengbeng selalu dilakukan di kuburan



Sekarang

: Adanya cara kremasi yang abu almarhum dibuang ke

laut atau disimpan di dalam rumah pribadi maupun rumah abu yang
sudah tersedia.


Faktor alam.
Faktor alam yang dimaksud adalah perbedaan musim juga cuaca, yang
juga menyebabkan perbedaan tumbuh-tumbuhan (buah). Alam juga
menyebabkan adanya perbedaan makhluk hidup.

DAFTAR REFERENSI

FU DEMIN 傅 德 岷 .2005.Zhongguo Bada Jieri
Chongyang Chufanshe 重庆出版社.

中国八大节日



Baker, Hugh, (1979).Chinese Family dan Kinship. New York.
Goh Pei Ki, (1997). Origins of Chinese Festivals. Jakarta, Gramedia.
Gondomono, (1996). Membanting Tulang Menyembah Arwah. Depok.
Gondomono.Peranakan Tionghoa Indonesia.Komunitas Lintas Budaya
Jordan, David K, (1972).God,Ghost and Ancestors. Barkeley and Los Angeles.
Kog, I-Ling Hwang, (1991). Symbolism of Chinese Food. Singapura.
LI YIYU 李一宇.2006.Zhongguo Wenhua de Youlai
Zhongguo Dangan Chufanshe 中国档案出版社.

中国文

LUO KAIYU 罗开玉.1990.Sangshi yu Zhongguo Wenhua
,Sanhuan Chufanshe 三环出版社.

的由来



丧葬与中国文

Maengkom, Laya. 1990. Pemujaan Leluhur : Suatu tradisi dalam keluarga
China. Skripsi Sarjana.Depok
Marcus A, (2003). Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta, Marwin.
Scott, Kenneth Latourette, (1946).The Chinese Their History dan Culture. New
York.
WANG JINGLIN 王景琳. Zhongguo Minjian Fengsu Xinying Cidian
间风俗信仰辞典 .
WEI LIMING 韦黎明.2005.Zhongguo Jieri

中国节日

XU JIESUN 徐杰舜.2000.Hanzu Minjian Fengsu
京.



中国民

,Haiyang 海洋.
民间风俗

,Beijing

YANG CUNGUO 杨存国.1994.Zhongguo Fengsu Gainian《中国风俗概观》.
北京

DAFTAR REFERENSI INTERNET

http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/503-sebaborang-tionghoa-merantau

http://baike.baidu.com/view/3148.htm?fr=ala0_1_1#3

http://baike.baidu.com/view/6385.htm

http://www.chinadaily.com.cn/dfpd/heilongjiang/2011-0325/content_2113885.html

http://web.budaya-tionghoa.net/tokoh-a-diaspora/sejarah-tionghoa/815daerah-asal-leluhur-tionghoa-di-indonesia

http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/taoism_ancestor_w
orship.htm

http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/food_symbolism.ht
m

http://chinesefood.about.com/od/foodfestivals/tp/foodsymbolism.htm

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/practices/ancestor_worship.ht
m

http://www.ancientchina.co.uk/staff/resources/background/bg12/home.html

http://www.religionfacts.com/chinese_religion/practices/ancestor_worship.ht
m