UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bukit Mulya Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Ke
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG
POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bukit Mulya Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Weni Haerani 1008794
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
2013
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG
POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF
Oleh Weni Haerani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Weni Haerani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
(3)
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bukit Mulya Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur)
Oleh Weni Haerani
1008794
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I,
Dr. Wahyu Sopandi, M.A NIP. 19660525 199001 1 001
Pembimbing II,
Dra. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D. NIP. 19530312 197903 2 002
Diketahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Drs. Dede Somarya, M.Pd. NIP. 19580305 198403 1 002
(4)
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN MELALUI
PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF Oleh
Weni Haerani 1008794
Penelitian ini di latar belakangi oleh kurang bervariatifnya model pembelajaran di kelas, hasil belajar IPA di kelas IV SDN Bukit Mulya masih rendah di bawah standar KKM karena KKM yang ditetapkan adalah 68 , rendahnya minat siswa belajar kelompok, siswa cenderung pasif, serta rendahnya kinerja belajar siswa. Kemudian dibuatlah perencanaan dan pelaksanaan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang Struktur dan Fungsi Tumbuhan melalui penerapan model pembelajaran interaktif. Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, peneliti dan bagi sekolah.
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar melalui tes. IPA adalah teoritis yang diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil obervasi dan eksperimen tenang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan. Model pembelajaran interaktif adalah suatu strategi pembelajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai ciri utamanya. Struktur dan Fungsi tumbuhan adalah salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran IPA yang diberikan di SDN Bukit Mulya Cianjur pada kelas IV semester 1.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) model atau desain berbentuk spiral yang mengadopsi dari Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Bukit Mulya Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur pada siswa kelas IV sebanyak 43 orang siswa. Instrument yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, LKS, dan catatan lapangan.
Penelitian dilaksanakan tiga siklus, pada siklus pertama rata-rata kelasnya 55 % masih dinyatakan belum tuntas, pada siklus kedua rata-rata kelasnya 75,58% dinyatakan tuntas walaupun masih ada 14 orang yang dinyatakan belum tuntas, pada siklus ketiga rata-rata kelasnya 82,68 % dinyatakan semua siswa tuntas walapun rata-rata kelasnya tidak mencapai 100%.
Simpulannya adalah perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dibuat berdasarkan tahapan model pembelajaran interaktif. Dengan peningkatan hasil pembelajaran IPA yang sangat memuaskan. Sebaiknya penelitian ini dapat memberikan perubahan yang positif pada pembelajaran IPA baik itu bagi guru, siswa, peneliti maupun bagi sekolah.
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL SKIPSI LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ……… ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ………...
DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ……….
DAFTAR GAMBAR BAGAN ………. DAFTAR GRAFIK ………... DAFTAR LAMPIRAN ……….
BAB I PENDAHULUAN ………..……… A. Latar Belakang Masalah ………..……….. B. Rumusan Masalah …………..………...
C. Hipotesis Tindakan ………
D. Tujuan Penelitian ………..……… E. Manfaat Hasil Penelitian ………... F. Penjelasan Istilah …...……… BAB II MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN ……… A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar ……….
1. Pengertian IPA ……….. 2. Prinsip – prinsip Pembelajaran IPA di SD ……… B. Pembelajaran IPA ……….
1. Tujuan Pembelajaran IPA di SD ……….. 2. Hasil Belajar ………. C. Model Pembelajaran Interaktif ………. 1. Pengertian Model Pembelajaran Interaktif ……… 2. Tahap Model Pembelajaran Interaktif ……….…………..
i ii iii v vii viii ix x 1 1 4 4 4 5 6 8 8 8 10 11 11 12 13 13 16
(6)
D. Faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi
Tumbuhan ……….. E. Materi Pembelajaran Struktur dan Fungsi Tumbuhan ……… 1. Akar ………... 2. Batang ………
3. Daun ……….. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………
A. Metode Penelitian ………..
B. Model Penelitian ... C. Lokasi Penelitian ... D. Subjek Penelitian ………... E. Prosedur Penelitian ……… F. Instrumen Penelitian ……… G. Pengolahan dan Analisis Data ……… BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..
A. Persiapan Penelitian ………...
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 1. Hasil Tindakan Siklus I ………... 2. Hasil Tindakan Siklus II ……….... 3. Hasil Tindakan Siklus III ………...…
C. Pembahasan ………...
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... A. Simpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 18 18 19 21 21 23 23 25 28 29 30 36 37 42 42 46 46 55 62 71 76 76 77
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Langkah Pembelajaran ………..
Tabel 3.2 Rencana Jadwal Pelaksanaan ……… Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Awal ……….. Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………..
Tabel 4.3 Hasil Post Tes Siklus I ………..
Tabel 4.4 Refleksi Siklus I ……… Tabel 4.5 Hasil Post Tes Siklus II ………. Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ………... Tabel 4.7 Refleksi Siklus II ………...
Tabel 4.8 Penilaian Siswa Pada Siklus III ……….
Tabel 4.9 Aktivitas Siswa Siklus III ……….. Tabel 4.10 Refleksi Siklus III ……… Tabel 4.11 Persentase Kenaikan Nilai ………...
Tabel 4.12 Nilai Ketuntasan Siswa ………...
32 33 43 45 50 53 57 59 61 66 68 70 72 73
(8)
DAFTAR GAMBAR BAGAN
Gambar 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif ……… Gambar 3 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ………..
Gambar 5 Alur Penelitian ………..
17 26 41
(9)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Kenaikan Nilai ………...
Grafik 4.2 Ketuntasan Siswa ……….
72 74
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum berbasis kompetensi yang mulai diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat
(11)
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA. Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak efisien dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Bukit Mulya Cianjur yang menunjukkan bahwa siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. Dan nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar
(12)
ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 68. Dari hasil pengamatan, diketahui beberapa hal, yakni 22 orang siswa dari 43 siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan materi sebesar 51 %
Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di SDN Bukit Mulya Cianjur menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Dengan menerapkan model pembelajaran interaktif ini, diharapkan kemampuan profesional guru dalam merancang model pembelajaran akan lebih baik lagi dan dapat menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif. Disamping itu dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun anak-anak mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas,
(13)
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50).
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak menjadi kritis dan aktif belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur Kelas IV melalui menerapkan model pembelajaran interaktif ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur Kelas IV melalui menerapkan model pembelajaran interaktif ?
(14)
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur melalui penerapan model pembelajaran interaktif ?
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan penjelasan istilah yang ada, maka dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : melalui penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA terutama pada Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Tumbuhan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas dengan penerapan model pembelajaran interaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bukit Mulya Cianjur tentang struktur dan fungsi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur Kelas IV melalui penerapan model pembelajaran interaktif
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa SDN Bukit Mulya Cianjur kelas IV melalui penerapan model pembelajaran interaktif.
(15)
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur melalui penerapan model pembelajaran interaktif.
2. Manfaat Hasil Penelitian
Secara umum manfaat dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi baru tentang kemajuan belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran IPA dan rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan minat belajar 2) Dapat belajar lebih aktif
3) Memiliki keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
4) Membuat keterampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari dari teori yang disampaikan
5) Dapat memahami apa yang disampaikan
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan dalam merencanakan dan mengembangkan langkah-langkah pembelajaran IPA dalam pembelajaran tentang struktur dan fungsi tumbuhan dengan menerapkan model pembelajaran interaktif
(16)
2) Dapat menambah kajian dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi tumbuhan dengan menerapkan model pebelajaran interahtif
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dalam menjalankan proses pembelajaran di sekolah terutama pada pembelajaran IPA tentang struktur dan fungsi tumbuhan dengan menerapkan model pembelajaran interaktif
d. Bagi Sekolah
1) Sumber masukan yang berarti dalam dunia pendidikan 2) Meningkatkan prestasi siswa
3) Meningkatkan professional guru
E. Penjelasan Istilah a. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dan evaluasi dalam bentuk tes.
b. Ilmu Pengetahuan Alam
KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
(17)
Model interaktif adalah suatu strategi pembelajaran sains yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai ciri utamanya. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dicari jawabannya oleh siswa melalui penyelidikan, jadi siswa sendirilah yang menemukan jawaban atas pertanyaan sendiri. Kunci keberhasilan dalam pembelajaran dengan model interaktif terletak pada pola pikir siswa sehingga siswa dapat mencari sendiri konsep yang sedang dipelajari dengan berbagai cara. Tahapan belajar model interaktif ini terdiri atas tahap persiapan – pengetahuan awal – eksplorasi – pertanyaan siswa – penyelidikan - pengetahuan akhir – refleksi.
d. Struktur dan Fungsi Tumbuhan
Struktur dan fungsi tumbuhan adalah salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan di Sekolah Dasar Negeri Bukit Mulya Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur kelas IV semester 1.
(18)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pencapaian suatu tujuan dibutuhkan suatu pendekatan, yakni dengan cara yang dapat mengungkapkan masalah sesuai tujuan yang diharapkan .Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, karena tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif berupa angka – angka atau nilai para siswa yang diambil dengan adanya pre-test dan postest. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, persitiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Desain penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan secara kolaboratif antara teman sejawat dengan peneliti. Dalam memilih desain penelitian, seorang peneliti harus mengikuti proses mulai awal hingga akhir secara konsisten.. Menurut Hopkins, sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati Wiriatmaja (2005: 11) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Menurut Ebbutt (1985), dalam Hopkins (1993) dikutip oleh Rochiati Wiriatmaja mengemukakan bahwa
(19)
penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dan upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (2005: 12). Menurut T. Raka Joni (1998) dalam FX. Soedarsono (2001: 2)
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Secara ringkas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Rochiati Wiriatmaja 2005: 13).
Secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau PTK dapat disebutkan: Situasional, artinya berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru dan siswa. Kontekstual, artinya upaya pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan tidak lepas dari konteksnya, mungkin konteks budaya, sosial politik, dan ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung. Kolaboratif, partisipasi antara guru-siswa dan mungkin asisten atau teknisi yang terkait membantu proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada adanya tujuan yang sama yang ingin dicapai. Self recletive dan self evaluative, pelaksana, pelaku tindakan, serta objek yang dikenai tindakan
(20)
melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. Modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang mereka lakukan. Fleksibel, dalam arti pemberian sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah. Misalnya, tidak perlu adanya prosedur sampling, alat pengumpul data yang lebih bersifat informal, sekalipun dimungkinkan dipakainya instrumen formal sebagaimana dalam penelitian eksperimental (Soedarsono FX, 2001: 5).
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono FX, 2001: 5).
B. Model Penelitian
Model atau desain yang digunakan berbentuk spiral mengadopsi dari Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2004 : 2) yang mempunyai tiga komponen utama yaitu: planning, action (observing), dan reflecting. Perbedaan lain dengan model yang pertama adalah tidak adanya pembatasan siklus tergantung seberapa keberhasilan/peningkatan yang ingin diperoleh.
Prosedur dalam penelitian tindakan kelas (PTK) alurnya terarah dan terencana. Untuk melaksanakan rencana penelitian yang terarah dan teratur dalam prosesnya yang panjang dan kompleks, maka peneliti membagi pelaksanaan penelitian ini dalam tiga siklus (tidak dibatasi) dan dilanjutkan dengan
(21)
pengamatan, refleksi dan pelaporan. Siklus tersebut adalah pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus ke III. Peneliti kemudian mempertajam judul atau objek penelitian, mengidentifikasi masalah penelitian, mereviu kepustakaan, menetapkan konsep dan tujuan penelitian. Pada saat di lapangan, peneliti melakukan bimbingan, tanyajawab, pengamatan, pencatatan dan mengumpulkan sumber data. Peneliti melakukan kunjungan beberapa kali untuk melakukan aksi dan pengumpulan data.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan tim peneliti, kemudian dirancanglah penelitian berikutnya dengan membuat skenario tindakan baru yang merupakan perbaikan/revisi yang telah dilaksanakan di siklus pertama.
Gambar 3. Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmaja : 2008) Identifikasi
Masalah
Rumusan Masalah
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Observasi
Siklus I Refleksi
Siklus I
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Observasi Siklus I
Refleksi Siklus II Penyusunan Rencana
Tindakan Siklus III Pelaksanaan
Tindakan Siklus III
Observasi Siklus III
Refleksi Siklus III
(22)
Jumlah siklus secara teoritis tampak tidak ada batasan. Untuk membatasi seberapa jauh tindakan sudah dikatakan berhasil, maka harus ditentukan kriteria hasil pencapaian melalui tindakan yang dilakukan. Kriteria ini merupakan kriteria hasil yang harus dicapai oleh tim peneliti.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan MC. Taggart (Depdiknas, 2004 : 2) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara peneliti dan teman sejawat di SDN Bukit Mulya Cianjur. Keempat kegiatan itu antara lain :
a. Tahap Perencanaan (Planning) 1. Mengidentifikasi masalah
2. Menganalisis dan merumuskan masalah 3. Merancang model Pembelajaran interaktif
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif 5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir) 6. Menyusun kelompok belajar siswa
7. Merencanakan tugas kelompok b. Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan 2. Menerapkan model pembelajaran interaktif
(23)
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan
c. Tahap Mengamati (observasi)
1. Melakukan diskusi dengan guru SD dan kepala Sekolah untuk rencana observasi
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif yang dilakukan guru kelas lima
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran interaktif
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran 5. perbaikan untuk pembelajaran berikutnya
d. Tahap refleksi (Reflection)
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi 2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran interaktif dan mempertimbangkan langkah selanjutnya 3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif 4. Melakukan refleksi terhada kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA 5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa
(24)
C. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Bukit Mulya Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Alasan penelitian menjadikan SDN Bukit Mulya Cianjur ini sebagai lokasi penelitian adalah :
1. Lokasi tersebut tempat peneliti bekerja;
2. Sekolah berada di tempat yang kondusif bagi terlaksananya pembelajaran, karena tempatnya jauh dari kebisingan dan keramaian kendaraan sehingga membuat suasana belajar aman dan tenang;
3. Lokasi tersebut belum pernah dijadikan tempat penelitian
Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat (guru lain). Teman sejawat sebagai pengamat (observer) yang akan memberikan masukan terhadap kekurangan ataupun kesalahan selama penelitian berlangsung.
D. Subyek Penelitian
Sebagai subyek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bukit Mulya Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2012 – 2013 yang berjumlah 43 orang dengan keadaan siswa laki-laki 25 dan siswa perempuan 18 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada saat pembelajaran mata pelajaran IPA pada pokok bahasan Struktur dan Fungsi Tumbuhan.
1. Letak geografis
SDN Bukit Mulya beralamat di Kampung Warung Kiara Desa Sukamaju Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur. Letak sekolah berada di batas daerah
(25)
perkotaan yang tidak begitu jauh dari Ibukota Kecamatan yang kurang lebih 2 km jaraknya.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh kuli. Keadaan ekonominya sangat timpang sekali antara ekonomi menengah dan bawah sekali. Karena itu setiap tahunnya ada kira – kira 20 orang siswa yang selalu mendapat Bantuan Siswa Miskin yang setiap bantuan selalu digilir, selain itu ada beberapa siswa yang selalu mendapat bantuan transportasi dari Dana Bantuan Operasional Sekolah karena siswa tersebut benar – benar membutuhkannya.
3. Staf Pengajar dan Tingkat Pendidikan
SDN Bukit Mulya belum begitu lengkap memiliki sarana prasarana baik itu ruang kelas maupun ruang lainnya, sedangkan siswa – siswinya tiap tahun selalu bertambah. Karena dari itu di SDN Bukit Mulya dilaksanakan dua pelaksanaan pembelajaran pagi dan siang. Jumlah staf pengajar di SDN Bukit Mulya Cianjur semuanya berjumlah 15 orang, yaitu 1 orang Kepala Sekolah, 10 orang guru kelas diantaranya, 7 orang PNS dan 3 orang Tenaga Honorer, yang 5 orang lagi adalah guru mata pelajaran diantaranya, 2 orang PNS dan 2 orang masih Tenaga Honorer.
Tingkat Pendidikan guru – guru di SDN Bukit Mulya Cianjur sudah hampir semuanya berijazah D-IV/SI, yaitu 2 orang berijazah D-II, 8 orang berijazah S-1, dan 5 orang lagi masih sedang melanjutkan ke S-1.
(26)
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) adalah apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, meningkatkan dan membantu guru dalam mengembangkan model pelajaran. Adapun model yang akan dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas adalah Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Tentang Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Tumbuhan Terhadap Siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur, antara lain :
a) Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian;
b) Melakukan sosialiasi dengan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian yang kebetulan subjeknya adalah siswa yang diajar oleh peneliti;
c) Mengidentifikasi KTSP khususnya mata pelajaran IPA mulai dari kompetensi dasar, standar kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok;
d) Merumuskan model pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA;
e) Membuat rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan model pembelajaran interaktif;
f) Membuat lembar observasi, untuk melihat aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran interaktif;
(27)
g) Membuat lembar panduan wawancara untuk melihat aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran interaktif;
h) Membuat media gambar dan menyediakan alat peraga yang disesuaikan dengan materi pembelajaran;
i) Membuat alat evaluasi belajar yang dikerjakan secara individual untuk meningkatkan siswa.
Peneliti mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul saat pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mencoba menganilisis dan merumuskan masalah yang mungkin muncul saat pembelajaran. Peneliti merancang model pembelajaran interaktif, dibantu peneliti. Guru dan peneliti melakukan diskusi mengenai penerapan model pembelajaran interaktif, terutama langkah-langkah kegiatan diskusi kelompok siswa. Peneliti dan guru bersama-sama membuat angket untuk siswa dan pedoman observasi. Peneliti menyusun kelompok berdasarkan siswa yang pandai dibagi merata kesetiap kelompok. Peneliti merencanakan tugas kelompok tentang topik/materi IPA/Sains
2. Tahap Melakukan Tindakan/pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan adalah apa yang akan dilakukan peneliti dalam upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa khususnya dalam pembelajaran IPA. Selain itu, tindakan yang dilakukan diharapkan dapat menimbulkan perubahan sikap sosial siswa dalam mengemukakaan pendapatnya.
Peneliti melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan pembelajaran. Peneliti menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran
(28)
Sains/IPA. Peneliti dan pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana. Peneliti dan pengamat memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan. Guru belum dapat mengantisipasi kendala dengan melakukan solusi mengalami kendala saat melakukan tahap tindakan.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu: (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan akhir. Deskripsi kegiatan dimaksud disajikan dalam tabel 3.1. berikut ini.
Tabel 3.1 Langkah Pembelajaran
No .
Tahap Pembelajaran
Aspek
Interaktif Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1 Pendahuluan Persiapan Guru menganalisis kurikulum
dan mencari sumber-sumber
informasi tentang struktur akar pada tumbuhan.
Berdo’a dan mengabsen siswa.
Memberikan motivasi
mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan.
Membahas sepintas materi yang telah dibahas.
± 5 menit
2 Kegiatan Inti Pengetahuan Awal
Sebelum pada kegiatan ini guru membagi dahulu siswa kedalam beberapa kelompok
Guru memperlihatkan beberapa jenis tumbuhan dan mencoba mengingat siswa pada tumbuhan yang ada di sekitar kebun sekolah.
Selain pembelajaran di dalam
(29)
kelas guru membawa siswa ke kebun sekolah.
Guru bertanya : “Siapa yang tahu nama tanaman ini?.”(sambil
memperlihatkan jenis
tanamannya). Coba lihat
perbedaannya pada apanya saja ?.
Siswa diminta untuk mencatat jawaban masing-masing pada buku catatan masing-masing.
3 Eksplorasi Guru bertanya : sekarang coba
lihat perbedaan pada akarnya! “Nah , apa saja yang ingin kamu ketahui, kemukakanlah!”.
Guru menuliskan
pertanyaan-pertanyaan siswa pada papan tulis.
Guru dan siswa memilih
pertanyaan-pertanyaan yang
ingin diketahui jawabannya
melalui penyelidikan.
4 Penyelidikan Guru meminta siswa untuk
menentukan urutan pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya melalui penyelidikan dengan panduan LKS secara berkelompok.
5 Pengetahuan
Akhir
Siswa dipandu oleh guru mendiskusikan hasil penyelidikannya dan membandingkannya dengan jawaban pada pengetahuan awal mereka.
Setelah menyelesaikan diskusi kelas siswa diajak untuk menyimpulkan pembelajaran menjadi suatu konsep baru.
6 Refleksi Siswa diberi tugas untuk
mencatat dan mengelompokan jenis-jenis tumbuhan berdasarkan struktur akarnya.
7 Kegiatan
Akhir
Bersama-sama peserta didik dan guru menyimpulkan hasil
(30)
pembelajaran yang baru dipelajari.
Guru memberikan penguatan serta umpan balik atas kesimpulan yang dibuat oleh peserta didik atas presentasi kelompoknya.
Tabel 3.2
Siklus/
Tindakan Pokok Bahasan Subpokok Bahasan
Waktu pelaksanaan I Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Struktur Akar dan kegunaannya II Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Jenis Batang dan kegunaannya III Struktur dan Fungsi
Tumbuhan
Bentuk daun dan kegunaannya
Tabel di atas merupakan rancangan siklus yang dilakukan pada penelitian ini. Berdasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat perbedaan materi setiap siklus. Selain itu, jangka waktu pelaksanaan tindakan dapat terlihat dengan jelas. Pelaksanaan tindakan, dilaksanakan secara sistematis sehingga ada satu tindakan yang dilakukan secara acak.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi dalam proses observasi guru bermitra dan berkolaborasi dengan teman sejawat yang dibantu
(31)
dengan beberapa alat yang diperlukan. Alat tersebut antara lain pedoman observasi, pedoman wawancara, LKS dan hasil belajar siswa.
3. Tahap Mengamati (observasi)
Obsevasi adalah kegiatan mengamati proses, hasil dan segala aktifitas yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan format lembar observasi yang telah dibuat. Objek yang diobservasi adalah kegiatan guru dan siswa ketika tindakan atau proses pembelajaran dilakukan. Observasi yang dilakukan terhadap aspek yang diobservasi sesuai dengan lembar atau format observasi yang telah ditentukan.
Peneliti, pengamat (teman sejawat dan kepala sekolah) dan guru melakukan diskusi untuk rencana observasi pada pembelajaran IPA/Sains berikutnya. Peneliti dan para pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran interaktif yang dilakukan guru. Peneliti dan para pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran interaktif. Pada awal pembelajaran guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prncanaan, namun setelah beberapa saat guru kembali kepada pola lama yang biasa dilakukan dalam pembelajaran yaitu menjelaskan materi dan siswa menyimak penjelasan guru dan mencatat hal yang dianggap penting. Guru nampak tidak percaya diri ketika siswa bertanya tentang materi yang tidak dimengerti ketika mengerjakan tugas di rumah.
Peneliti, para pengamat dan guru melakukan diskusi untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan peneliti serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran IPA/Sains berikutnya. Saran
(32)
yang diberikan peneliti dan juga para pengamat salah satunya adalah guru harus membaca materi IPA/Sains paket, meskipun guru sudah sering mengajarkan materi tersebut. Guru juga harus membaca beberapa buku referensi lain selain buku paket dan buku wajib, agar guru lebih percaya diri dan dapat menjawab semua pertanyaan siswa dengan tepat. Guru harus dapat mengalokasi waktu dengan baik, sehingga dapat merangkum materi yang dibahas.
4. Tahap refleksi (Reflection)
Refleksi adalah kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas proses dan hasil pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran. Dalam tahap refleksi peneliti melakukan analisis temuan peneliti dan para pengamatan saat melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Peneliti dan para pengamat menganalisis kelemahan dan keberhasilan peneliti saat menerapkan model pembelajaran interaktif dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. Guru melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA/Sains. Selama diskusi kelas guru berusaha berkeliling pada setiap kelompok. Guru menanyakan kesulitan atau masalah yang dihadapi saat melakukan percobaan. Guru dibantu peneliti melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA/Sains, di samping itu guru mengadakan evaluasi tentang topik yang sudah dibahas dan nilai rata-rata siswa 68,71. Kreativitas meningkat setelah mengalami pembelajaran yang dilaksanakan guru. Siswa terlibat aktif dalam diksusi kelompok dan percobaan. Guru melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa, mengevaluasi terhadap kekurangan dan
(33)
kelemahannya dalam pelaksanaan pembelajaran, berupaya untuk memperbaikinya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Menurut Suharsim Arikunto (2002 : 126) instrument adalah pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi dan melalui hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama menggunakan pengamatan langsung pada objek bahasan dalam hal ini pada bahasan struktur dan fungsi tumbuhan.
a. Test Tertulis
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indra Kusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
(34)
Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas.
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakulikuler maupun kokulikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (dalam Dian 2012 : 64) Lembar kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggungjawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. d. Catatan Lapangan
(35)
Weni Haerani, 2013
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG POKOK
Catatan lapangan untuk mengetahui kegiatan saat belajar mengajar dan dapat mengukur tentang para siswa dalam menerima pembelajaran tentang materi yang disampaikan oleh guru.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Untuk menganalisis data diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi, maka peneliti menggunakan teknik analisa deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur – prosedur statistik sedangkan kuantitatif adalah angka – angka dari nilai siswa.
Seluruh rangkaian kegiatan penelitian pada akhirnya menghasilkan data. Adapun data yang dihasilkan berupa data yang bersifat kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dan catatan lapangan, adapun data kuantitatif diperoleh dari penilaian proses dan tes akhir. Berdasarkan data yang dihasilkan di atas, maka analisisi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan satu pendekatan analisis yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung rata – rata dan mencari persentase.
2. Menghitung Nilai
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Data yang diperoleh
(36)
dari instrumen dan merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melalui teknik statistic. Adapun nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus :
3. Menghitung Nilai Mean atau rata – rata
Untuk menentukan nilai rata – rata siswa maka akan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
x
=
Mean∑
x =
Jumlah Tiap Datan = Jumlah Data
4. Menghitung Ketuntasan Mengajar
Setelah menganalisis siswa maka akan dihasilkan data kualitatif , teknik pengolahan data berikutnya adalah mengolah angket atau kuesioner. Hasil angket atau kuesioner dianalisis dengan cara mencari persentase masing – masing pertanyaan untuk tiap pilihan jawaban, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
__ ∑
x
x
=n
f
p = x 100 %
n
(37)
Keterangan : Keterangan :
p = persentase jawaban responden f = jawaban dari responden n = jumlah responden 4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam menginterpretasikan.
Kemudian data hasil penelitian pada masing-masing tabel tersebut diinterpretasikan (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan. Pada dasarnya, analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) reduksi data, (b) paparan data, dan (c) penyimpulan.
a. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data hasil penelitian yang dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
b. Paparan data adalah proses penampilan atau penyajian data secara lebih sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif. c. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari keseluruhan paparan
(38)
bentuk kalimat yang singkat dan padat sebagai jawaban terhadap tujuan penelitian.
5. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan berdasar pada rencana tindakan yang ditetapkan, maka kriteria yang digunakan adalah bersumber dari tujuan atau misi dilakukannya tindakan. Adapun misi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan standar kompetensi Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya dengan model pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas IV di SD Negeri Bukit Mulya Cianjur.
Kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan tindakan dimaksud adalah pencapaian ketuntasan belajar minimal 68 % dengan nilai rata-rata ≥ 70 sesuai isi indikator kompetensi yang ditetapkan.
(39)
ALUR PENELITIAN
Gambar 5. Alur Penelitian Identifikasi
Masalah
Rumusan Masalah
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Observasi
Siklus I Refleksi
Siklus I
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Observasi Siklus I
Refleksi Siklus II Penyusunan Rencana
Tindakan Siklus III Pelaksanaan
Tindakan Siklus III
Observasi Siklus III
Refleksi Siklus III
(40)
1
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap upaya pengembangan strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran interaktif bagi peningkatan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian pada pembelajaran IPA dengan pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur dengan cara membuat rencana pembelajaran, membuat skenario atau langkah-langkah pembelajaran model interaktif yang terdiri dari tujuh tahapan. Pertama, tahap persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang topik struktur dan fungsi tumbuhan serta mengumpulkan sumber-eumber yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kedua, tahap pengetahuan awal siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang topik struktur dan fungsi tumbuhan. Guru berusaha menggali apa yang telah diketahui oleh siswa tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Ketiga, tahap kegiatan
eksplorasi guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Siswa
(41)
2
dengan melakukan eksplorasi. Siswa dirangsang untuk mengajukan pertanyaan. Keempat, tahap pertanyaan siswa pada tahap ini seluruh siswa diajak untuk membuat pertanyaan mengenai struktur dan fungsi tumbuhan.
Kelima, tahap penyelidikan guru dan siswa memilih
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penyelidikan. Keenam, tahap
pengetahuan akhir pada tahap ini pengetahuan masing-masing siswa atau
kelompok dikumpulkan dan dibandingkan dengan jawaban awal. Ketujuh,
tahap refleksi pada tahap ini ditetapkan apa yang telah diuji atau
dibuktikan dan apa yang masih perlu dimantapkan. Bila masih terdapat pertanyaan susulan pada tahap refleksi ini atau konsep belum terlalu dikuasai, maka tahap penyelidikan perlu diulang.
2. Dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran interaktif pada proses pembelajaran yang telah dilakukan, berdasarkan tujuh tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengetahuan awal, tahap kegiatan eksplorasi, tahap pertanyaan siswa, tahap penyelidikan, tahap pengetahuan akhir, dan tahap refleksi yang telah dilakukan maka dapat dilihat dengan menunjukkan proses pembelajaran terlihat interaktif baik pada gurunya maupun siswanya.
3. Penerapan model pembelajaran interaktif, dapat meningkatkan kemampuan siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa saat pembelajaran berlangsung dari siklus I sampai siklus III dibandingkan sebelum awal tindakan penelitian. Dilihat dari hasil postest pada siklus I tentang subpokok bahasan akar rata-rata kelas hanya 55 nilai
(42)
3
yang belum tuntas sebanyak 25 orang siswa hal ini dikarenakan aspek interaktif masih belum dan kurang dipahami oleh siswa dan guru. Hasil dari siklus II pada subpokok bahasan batang rata-rata kelasnya adalah 75,58 walaupun banyak peningkatan dari siklus I dan lebih dari standar kriteria ketuntasan minimal belajar namun ada 14 orang yang masih belum tuntas. Sedangkan pada siklus III tentang subpokok bahasan daun rata-rata kelas adalah 82,68 dan semua siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran interaktif dalam pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan dapat digunakan di Sekolah Dasar dan dalam mata pelajaran apapun selain IPA karena dengan menerapkan model pembelajaran interaktif ini siswa akan lebih aktif, kreatif, efektif dan juga menyenangkan.
B. Rekomendasi
Dari hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi guru hasil penelitian pembelajaran interaktif sangat cocok digunakan dan diterapkan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan, maka guru dapat menjadikan pembelajaran interaktif sebagai salah satu alternative model pembelajaran IPA di kelas IV. Pembelajaran interaktif merupakan pembelajaran yang direkomendasikan untuk digunakan maka dengan demikian diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari dan menerapkan pembelajaran interaktif.
(43)
4
2. Siswa hendaknya berusaha untuk mengembangkan pengetahuannya dengan berskap aktif dalam pembelajaran.
3. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa terus mencoba berbagai hal yang inovatif yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan terutama pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan.
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. (2008) Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Arifin, Z. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Bandung Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Mata Pelajaran IPA. Depdiknas : Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Model Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas : Jakarta
Nurbaety, D. (2012) . Penerapan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Energi Panas dan Bunyi terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur. Tidak
diterbitkan
Sobry S., (2004). Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif
dan Retorika. NTP Press. Mataram
Soedarsono, FX. (2001). Beberapa Prinsip dalam Penelitian. SEMA FIP IKIP Yogyakarta : Yogyakarta
Sutarno, N. (2004). Materi Dan Pembelajaran IPA SD. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta
Wahyono, Budi. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Widodo, Ari dkk. (2007). Modul Pendidikan IPA di SD. UPI Press : Bandung
Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya : Bandung
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-disekolah.html#ixzz 283 , diunggah tanggal 1-10-2012 jam 20.04 wib
(1)
ALUR PENELITIAN
Gambar 5. Alur Penelitian Identifikasi
Masalah
Rumusan Masalah
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Observasi
Siklus I Refleksi
Siklus I
Penyusunan Rencana Tindakan Siklus II
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Observasi Siklus I
Refleksi Siklus II Penyusunan Rencana
Tindakan Siklus III Pelaksanaan
Tindakan Siklus III
Observasi Siklus III
Refleksi Siklus III
(2)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap upaya pengembangan strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran interaktif bagi peningkatan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian pada pembelajaran IPA
dengan pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan pada siswa kelas IV di SDN Bukit Mulya Cianjur dengan cara membuat rencana pembelajaran, membuat skenario atau langkah-langkah pembelajaran model interaktif yang terdiri dari tujuh tahapan. Pertama, tahap persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang topik struktur dan fungsi tumbuhan serta mengumpulkan sumber-eumber yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kedua, tahap pengetahuan awal siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang topik struktur dan fungsi tumbuhan. Guru berusaha menggali apa yang telah diketahui oleh siswa tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Ketiga, tahap kegiatan
eksplorasi guru menjelaskan tentang struktur dan fungsi tumbuhan. Siswa
(3)
dengan melakukan eksplorasi. Siswa dirangsang untuk mengajukan pertanyaan. Keempat, tahap pertanyaan siswa pada tahap ini seluruh siswa diajak untuk membuat pertanyaan mengenai struktur dan fungsi tumbuhan.
Kelima, tahap penyelidikan guru dan siswa memilih
pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penyelidikan. Keenam, tahap
pengetahuan akhir pada tahap ini pengetahuan masing-masing siswa atau
kelompok dikumpulkan dan dibandingkan dengan jawaban awal. Ketujuh,
tahap refleksi pada tahap ini ditetapkan apa yang telah diuji atau
dibuktikan dan apa yang masih perlu dimantapkan. Bila masih terdapat pertanyaan susulan pada tahap refleksi ini atau konsep belum terlalu dikuasai, maka tahap penyelidikan perlu diulang.
2. Dengan pelaksanaan penerapan model pembelajaran interaktif pada proses
pembelajaran yang telah dilakukan, berdasarkan tujuh tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengetahuan awal, tahap kegiatan eksplorasi, tahap pertanyaan siswa, tahap penyelidikan, tahap pengetahuan akhir, dan tahap refleksi yang telah dilakukan maka dapat dilihat dengan menunjukkan proses pembelajaran terlihat interaktif baik pada gurunya maupun siswanya.
3. Penerapan model pembelajaran interaktif, dapat meningkatkan
kemampuan siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa saat pembelajaran berlangsung dari siklus I sampai siklus III dibandingkan sebelum awal tindakan penelitian. Dilihat dari hasil postest pada siklus I tentang subpokok bahasan akar rata-rata kelas hanya 55 nilai
(4)
yang belum tuntas sebanyak 25 orang siswa hal ini dikarenakan aspek interaktif masih belum dan kurang dipahami oleh siswa dan guru. Hasil dari siklus II pada subpokok bahasan batang rata-rata kelasnya adalah 75,58 walaupun banyak peningkatan dari siklus I dan lebih dari standar kriteria ketuntasan minimal belajar namun ada 14 orang yang masih belum tuntas. Sedangkan pada siklus III tentang subpokok bahasan daun rata-rata kelas adalah 82,68 dan semua siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran interaktif dalam pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan dapat digunakan di Sekolah Dasar dan dalam mata pelajaran apapun selain IPA karena dengan menerapkan model pembelajaran interaktif ini siswa akan lebih aktif, kreatif, efektif dan juga menyenangkan.
B. Rekomendasi
Dari hasil temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat
direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi guru hasil penelitian pembelajaran interaktif sangat cocok digunakan
dan diterapkan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan, maka guru dapat menjadikan pembelajaran interaktif sebagai salah satu alternative model pembelajaran IPA di kelas IV. Pembelajaran interaktif merupakan pembelajaran yang direkomendasikan untuk digunakan maka dengan demikian diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari dan menerapkan pembelajaran interaktif.
(5)
2. Siswa hendaknya berusaha untuk mengembangkan pengetahuannya dengan berskap aktif dalam pembelajaran.
3. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa terus mencoba berbagai hal
yang inovatif yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan terutama pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan struktur dan fungsi tumbuhan.
(6)
Arifin, Z. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Bandung Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Mata Pelajaran IPA. Depdiknas : Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional (2004). Model Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas : Jakarta
Nurbaety, D. (2012) . Penerapan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Energi Panas dan Bunyi terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Pataruman Cianjur. Tidak
diterbitkan
Sobry S., (2004). Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif
dan Retorika. NTP Press. Mataram
Soedarsono, FX. (2001). Beberapa Prinsip dalam Penelitian. SEMA FIP IKIP Yogyakarta : Yogyakarta
Sutarno, N. (2004). Materi Dan Pembelajaran IPA SD. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka : Jakarta
Wahyono, Budi. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas IV. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta
Widodo, Ari dkk. (2007). Modul Pendidikan IPA di SD. UPI Press : Bandung
Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Remaja Rosdakarya : Bandung
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-disekolah.html#ixzz 283 , diunggah tanggal 1-10-2012 jam 20.04 wib