MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV

SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

Sarinah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV

SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SARINAH

ABSTRAK

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan apabila pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan guru tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus menggunakan langkah-langkah: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah guru, teman sejawat, dan siswa kelas IV sebanyak 20 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistika deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus ke siklus. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,80 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,80. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya 60%, meningkat pada siklus II menjadi 85%.

Kata kunci: Hasil belajar, Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)


(4)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV

SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

Sarinah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : Sarinah NPM : 1013109048 Jurusan : Ilmu Pendidikan

Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Lokasi Penelitian : SDN 5 Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002 NIP 19690914 199403 1 002


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. ………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sarinah, dilahirkan di Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, pada tanggal 26 mei 1966, anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Sami dan Ibu Subini (Alm).

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 2 Sungai Langka pada tahun 1980, kemudian melanjutkan di SMP 17 Sungai Langka lulus pada tahun 1983. Pada tahun 1986 menyelesaikan pendidikan di SPG Muhammadiyah Pringsewu. Pada tahun 2005 penulis menjadi Guru di SD Negeri 5 Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S-1 PGSD dalam Jabatan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL) di SD Negeri 5 Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2013.


(8)

MOTTO

”Barang siapa yang tidak mengetahui ilmu pengetahuan, maka

bertanyalah kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan

barang siapa ingin meraih kejayaan, maka berusahalah untuk

meraih nya, karena kejayaan adalah tujuan kita walaupun sulit


(9)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sarinah

NPM : 1013109048

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV SDN 5 Sungai Langka Tahun Pelajaran 2012/2013

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah merupakan hasil kerja saya sendiri dan menurut sepengetahuan saya tidak berisi tentang materi yang pernah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai norma dan kaidah penulisan karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat berdasarkan kondisi yang sebenar-benarnya.

Pesawaran, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

SARINAH

Materai 6.000


(10)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan

Rakhmat dan Karunia-Nya. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

Tugas Akhir ini kepada :

Suami dan anak-anakku tersayang yang selalu memberikan dukungan,

semangat dan doanya sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir

ini dengan lancar

Dosen Pembimbing dan Pembahas yang selalu memberikan bimbingan

dan bantuan serta masukannya sehingga terselesainya Tugas Akhir ini

Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan, saran dan

semangat selama penulisan Tugas Akhir ini.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah atas Rakhmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV SDN 5 Sungai Langka Tahun Pelajaran 2012/2013”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing, terimakasih atas kesabaran dan keikhlasan memberikan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., sebagai Dosen Pembahas, terimakasih atas masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Dosen FKIP Universitas Lampung

7. Kepala Sekolah dan segenap dewan guru SDN 5 Sungai Langka yang telah memberikan ijin dan dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian 8. Rekan-rekan mahasiswa S-1 Dalam Jabatan, dan

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Pesawaran, Januari 2013 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ……… xiii

Daftar Gambar ………..……….. xiv

Daftar Lampiran ….……….……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………..…….……..…… 4

C. Rumusan Masalah ……….…….……. 4

D. Tujuan Penelitian ……….… 4

E. Manfaat Penelitian …………..……….……..….. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ……... 6

B. Teori Belajar ……….……… 8

1. Teori Belajar Brunner ………..………. 8

2. Teori Belajar Kognitivisme………. 9

C. Hasil Belajar ………..……….………….. 11

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 12

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD …………. 13

F. Hakikat Pembelajaran Matematika ……….. 15

G. Kerangka Pikir …….……….……… 17

H. Hipotesis Tindakan ……….…….. 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …….………. 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 20

C. Subjek Penelitian ……….……. 20

D. Prosedur Penelitian ……….. 21

E. Metode Pengumpulan Data ………….………….……… 26

F. Analisis Data ………….……….… 27


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Lokasi dan Karakteristik Guru ……… 28

B. Penetapan Kelas dan Waktu Penelitian ………..……… 28

B. Hasil Penelitian ………..……….. 29

1. Siklus I ……….………. 29

2. Siklus II ………. 35

C. Pembahasan ……….………. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….. 44

B. Saran ………..……… 44

DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 46


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Jadwal Pertemuan (pembelajaran) Matematika Kelas IV SDN 5

Sungai Langka ……….. 29 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I ……….... 32 4.3. Hasil Tes Formatif siswa Siklus II ………. 38


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Tahapan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas per Siklus ………. 28

3.2. Siklus spiral PTK ………. 21

4.1. Grafik peningkatan rerata hasil belajar siswa ………. 41


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………47

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ……… 50

3. Instrumen penilaian (tes formatif) Siklus I ……….. 51

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………. 52

5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ………. 55

6. Instrumen penilaian (tes formatif) Siklus II ………. 56

7. Analisis hasil belajar siswa (siklus I) ………..……….. 57

8. Analisis hasil belajar siswa (siklus II) ……….……….. 58

9. Subyek penelitian ………. 59

10. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ……… 60

11. Surat kesediaan sebagai teman sejawat ……….. 61


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan semakin terlihat nyata dengan melakukan perubahan dalam aspek pembelajaran. Mutu pendidikan yang diciptakan oleh pemerintah memang sudah sesuai dengan perkembangan zaman. Perbaikan melalui perubahan tersebut sangat penting untuk menciptakan manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

Sesuai kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah belum tentu sesuai dengan kondisi di tiap-tiap daerah. Oleh sebab itu sebagai pelaku langsung program pemerintah di lapangan harus mampu dan kritis dengan kondisi siswa di dalam kelas. Guru harus mengetahui kelemahan akan sumber daya, baik sumber daya siswa maupun sumber daya sebagai penunjang pembelajaran.

Salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit dipahami oleh siswa adalah pelajaran matematika. Pelajaran matematika dirasa sebagai mata pelajaran yang sulit, susah dimengerti, dan paling tidak mudah untuk siswa memahami permasalahan matematika. Oleh sebab itu, hasil belajar dan aktivitas pembelajaran di dalam kelas masih rendah. Dari observasi awal di SD Negeri 5 Sungai Langka, terungkap bahwa hasil belajar dan aktivitas siswa rendah. Indikasi ini dapat


(18)

2

dilihat dari hasil belajar siswa yang masih dibawah standar ketuntasan minimum yang ditetapkan sekolah.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata nilai matematika kelas IV di SDN 5 Sungai Langka masih di bawah kriteria kelulusan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu sebesar 7,0. Dari 20 siswa kelas IV yang belum mencapai KKM 13 siswa (65%) dan siswa yang mencapai KKM adalah 7 siswa (35%) selain itu, antusias siswa untuk belajar matematika masih kurang. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa yang masih kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Masalah-masalah yang ada di kelas ini jika dibiarkan terus-menerus tentu akan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Pengaruh dari rendahnya hasil belajar adalah kurangnya keaktifan siswa didalam proses pembelajaran. Observasi dengan guru mata pelajaran menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan apabila pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan guru tepat. Pembelajaran matematika yang disampaikan menggunakan metode ceramah masih kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran ini selalu didominasi guru, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan menulis apa yang disampaikan guru di dalam kelas. Dari fakta tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.


(19)

3

Berdasarkan fakta di atas dibutuhkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Misalnya bekerja sama dalam kelompok, mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran tersebut siswa-siswi dalam satu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar bekerja sama untuk memecahkan permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat menekankan kerjasama di dalam proses pembelajaran, dengan demikian model pembelajaran STAD dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian ini.

Hasil analisis bersama dengan guru mitra ternyata masalah yang ada disebabkan oleh proses pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan latihan soal saja. Pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan minimnya media yang dipergunakan serta pembelajaran yang masih didominasi oleh guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher Centered) sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran (Student Centered). Hal ini tidak sesuai dengan aspek proses pembelajaran menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Model pembelajaran yang bervariasi ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar.


(20)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan tersebut perlu diidentifikasi sebagai berikut:

a. Penyampaian materi Matematika dalam praktiknya selalu monoton, karena pada umumnya guru menyajikan pembelajaran dengan metode ceramah langsung melalui cerita, tugas kelompok, menghapal rumus, dan jarang menggunakan media atau alat peraga pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka menjadi kurang.

b. Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka. c. Kurangnya penggunaan metode pembelajaran pada proses pembelajaran. d. Pembelajaran kurang bervariasi sehingga terkesan membosankan bagi siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran Matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun ajaran 2012/2013?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukaan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka.


(21)

5

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa

a. Mempermudah pemahaman siswa terhadap pembelajaran Matematika. b. Meningkatkan motivasi dalam belajar Matematika .

c. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara nyata

2. Manfat bagi guru

a. Memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Sebagai wahana peningkatan profesionalitas guru, karena mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan rasa percaya diri guru.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Dapat dijadikan sebagai acuan sekolah dan Kepala Sekolah terutama bagi para rekan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

b. Hasil penelitian tindakan kelas pada SDN 5 Sungai Langka Pesawaran dapat memperbaiki proses pembelajaran khususnya Matematika.


(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam Winataputra, 2008:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman, sehingga dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.


(23)

7

Sudjana (2001:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakuny, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Berdasarkan uraian di atas tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami oleh seseorang.

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne, et. al (dalam Winataputra, 2008:1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20 berbunyi tentang Sisdiknas dirumuskan bahwa, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep pembelajaran tersebut terkandung 5 (lima) aspek, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang


(24)

8

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada saat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran.

B. Teori Belajar

1. Teori Belajar Brunner

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor.

Sudarmono (2008: 5), menyatakan bahwa teori belajar Brunner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda-benda di dalam lingkungannya, menemukan kembali peristiwa atau benda tersebut dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya. Menurut Brunner dalam Sudarmono (2008: 5), hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi dua tahapan yaitu:


(25)

9

(1) Tahapan Enaktif atau tahapan kegiatan

Tahapan pertama anak belajar konsep adalah hubungan dengan benda-benda nyata atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih bergerak reflek dan mencoba-coba, belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengotak-atik, dan bentuk-bentuk gerak lainnya (serupa tahap sensori dari Peaget).

(2) Tahapan Ikonik atau tahapan gambar bayangan

Pada tahap ini anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang telah dialami atau dikenalnya dengan tahan enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak ada lagi dihadapannya (Tahap Praoperasional dari Peaget).

2. Teori Belajar Koognitif

Menurut teori belajar koognitif belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung didalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur koognitif lama (Asra, 2007: 47). Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna suatu subyek yang dihadapi. Sedangkan struktur koognitif adalah persepsi atau tanggapan seseorang tentang keadaan dalam lingkungan sekitarnya.

Menurut Surya (1997) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dari pendapat tersebut belajar merupakan interaksi pengalaman


(26)

10

yang dapat membawa sikap seseorang kearah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa aktifitas di dalam kelas maupun pengetahuan baru yang didapat siswa.

Belajar merupakan transfer pengetahuan dengan tujuan bahwa siswa setelah memperoleh pembelajaran yang baru dapat pandangan luas. Maupun mengembangkan pengetahuan yang telah didapatkan, sehingga belajar yang dialami siswa bermanfaat bagi dirinya dan orang sekitarnya.

Dalam proses belajar terdapat unsur penting yang memberi pengaruh terhadap keberhasilan dari belajar yaitu :

(1) Pengalaman yang dimiliki sebelum melakukan proses belajar

(2) Situasi lingkungan yang memberi rangsangan untuk terjadinya proses belajar (3) Respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan tersebut (Asra, 2007: 48).

Sementara itu Surya (1997), mengenai hasil belajar yang didapat dari proses pembelajaran yang dialami siswa mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :

(1) Kebiasaan, seperti; peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecerendungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. (2) Keterampilan seperti; menulis dan berolahraga meskipun sifatnya motorik,

keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi


(27)

11

(3) Pengamatan, yakni proses penerima, menafsirkan dan memberi arti rangsang yang masuk melalui indra-indra secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.

(4) Berpikir asosiatif, yakni dengan cara mengasosiasikan satu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.

(5) Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian yang menjawab pertanyaan kritis seperti ”bagaimana” (how)

dan ”mengapa” (why).

(6) Inhibis (menghindari hal yang mubazir)

(7) Apresiasi (menghargai karya-karya yang bermutu)

(8) Perilaku efektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, senang, kecewa, benci, was-was dan sebagainya.

Dari pendapat diatas setiap belajar akan menunjukan sikap dari hasil belajar tersebut. Hasil belajar beraneka macam, mengenal, berpikir, memecahkan masalah, keterampilan, melakukan pengamatan dan lain-lain. Kegagalan dari proses belajar adalah apabila dalam diri siswa belum timbul rasa perubahan tingkah laku. Salah satu kegagalan siswa dalam proses pembelajaran adalah rendahnya hasil belajar siswa.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan rangkaian terakhir siswa dari proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk nilai maupun kategori baik, cukup dan kurang baik. Menurut Arikunto (2006: 59) bahwa, nilai yang diperoleh waktu ulangan bukan menggambarkan hasil belajar.


(28)

12

Dari pendapat diatas bahwa hasil belajar yang menunjukkan dua sisi proses keberhasilan, pada siswa dan guru sendiri. Sebagai guru, hasil belajar akhir dengan tes evaluasi hasil belajar. Dari evaluasi belajar dapat diketahui bagaimana proses belajar mengajar tersebut belajar dengan baik dan sukses. Sedangkan dari hasil siswa, hasil belajar merupakan puncak rangkaian dari hasil belajar. Hasil belajar yang baik dapat menunjukan bahwa selama proses pembelajaran siswa mengikuti arah dan penyampaian bahan pembelajaran dengan baik.

Setelah terjadinya proses belajar mengajar dilihat dari hasil yang dicapai siswa. Hasil yang dapat dicapai dari belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari setiap mengikuti tes. Cara memperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan tes. Cara ini pada umumnya sudah banyak dilakukan secara berencana dan sewaktu-waktu menurut kebutuhan yang paling memenuhi persyaratan sebagai evaluasi yang baik.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain adalah (1) Sarana dan prasarana

(2) Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran (3) Suasana kelas

(4) Lingkungan sekolah (5) Kondisi keluarga (6) Model pembelajaran


(29)

13

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement

Division)

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran yang selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota dalam kelompok telah menguasai pelajaran yang telah diberikan. Kemudian siswa mengerjakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.

Menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Model STAD lebih mementingkan sikap dari pada tekhnik dan prinsip, yakni sikap partisipasi dalam rangka mengembangkan potensi kognitif dan efektif. Dengan demikian siswa lebih (being mode) bukan hanya sekedar

(being have). Kelebihan sistem ini antara lain: (1) siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain, (2) Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain, (3) Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti, (4) Mampu mengembangkan individu yang berhasil guna dan daya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.


(30)

14

Menurut Wina (2006) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok dan adanya tujuan yang harus dicapai. Pembelajaran STAD memerlukan kelompok dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menuntun siswa dalam kerja sama untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah tersebut disesuaikan dengan tema permasalahan yang diangkat kedalam materi pembelajaran atau materi diskusi.

Menurut Widyanti (2008) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :

(a) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misalnya, antara lain dengan metode ceramah, langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi lebih dari satu.

(b) Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

(c) Guru membentuk beberapa kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

(d) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberi penegasan pada materi yang telah dicapai.

(e) Guru memberi tugas kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain. Tujuan utamanya adalah memastikan. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

(f) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal kenilai kuis berikutnya.


(31)

15

Dari penjelasan diatas, pembelajaran STAD menunjukkan kearah belajar bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran STAD menuntut siswa kedalam berbagai aktivitas bersama. Kemudian dari bekerja sama tersebut setiap kelompok belajar mempertanggung jawabkan hasil belajarnya dengan mempresentasikan didalam kelas. Kemudian guru menilai dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik dalam menyelesaikan permasalahan dan mempersentasikannya. Dari kegiatan tersebut setidaknya sebagian besar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. (a) Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal)

dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

(b) Membentuk nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja kelompok, misalnya nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini. (c) Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai kuis terkiini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa.

F. Hakikat Matematika

Matematika adalah ilmu tentang bilangan–bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 566). Matematika menurut Ruseffendi (dalam Sudarmono, 2008:4) adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak


(32)

16

didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.

Hakikat Matematika menurut Soejadi (dalam Sudarmono, 2008: 4), memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif. Berdasarkan pernyataan di atas matematika adalah ilmu deduktif yang bekerja atas kebenaran konsisten.

Perkembangan kognitif siswa sekolah dasar menurut Piaget (dalam Sudarmono, 2008: 4) adalah :

a. Tahap sensori motor (dari lahir sampai 2 tahun) b. Tahap pra operasi (2 tahun sampai 7 tahun)

c. Tahap operasi kongkrit (7 tahun sampai 11-12 tahun) d. Tahap operasi formal (sekitar 11 tahun sampai dewasa)

Sedangkan menurut Bruner (dalam Sudarmono, 2008:5) perkembangan perilaku kognitif dibagi menjadi tiga periode yaitu :

a. Enactive stage, merupakan suatu masa di mana individu berusaha memahami lingkungannya, fase ini mirip dengan tahap sensori motor dari Piaget.

b. Iconic stage, yang mendekati pada tahapan pra operasional dari Piaget. c. Simbolic stage, yang juga mendekati kepada ciri–ciri fase operasi formal

menurut Piaget.

Berkaitan dengan usia peserta didik Sekolah Dasar yang berkisar 6 atau 7 tahun sampai dengan 12 tahun, apabila kita lihat dengan pendapat Piaget di atas mereka berada pada tahap operasi kongkrit atau pada fase simbolik menurut Bruner. Perilaku kognitif pada tahap ini adalah nampak pada kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika walau masih terikat dengan objek yang bersifat kongkrit. Padahal matematika merupakan ilmu deduktif dan abstrak sehingga terdapat kesenjangan. Untuk mengatasi hal itu diperlukan strategi pembelajaran, metode dan media yang cocok untuk pembelajaran matematika agar peserta didik dapat memahami konsep yang


(33)

17

disampaikan. Guru Sekolah Dasar harus berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika agar peserta didik lebih mudah dalam menangkap pelajaran matematika.

G. Kerangka Pikir

Model pembelajaran STAD merupakan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk menghadapi siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Pada pembelajaran STAD siswa dalam kelas dibagi menjadi 4 – 5 kelompok. Model pembelajaran STAD menuntut agar guru mudah membantu siswa, selain itu dalam belajar matematika, model pembelajaran STAD dapat membangun hasil belajar siswa.

Bagi siswa yang berkemampuan rendah, bertanya kepada teman sebaya untuk mendapat kejelasan terhadap apa yang dijelaskan oleh guru akan menjadi lebih mudah dipahami karena mereka menggunakan bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama. Sedangkan bagi siswa yang berkemampuan tinggi akan lebih menguasai materi karena menjelaskan materi berulang-ulang kepada teman sekelompoknya.

Model pembelajaran STAD banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Guru hanya sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan situasi belajar yang kondusif, dimana siswa dapat merasa nyaman dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa lebih mendominasi pelajaran. Melalui model pembelajaran STAD, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN 5 Sungai Langka.


(34)

18

Berhasil tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan, guru memiliki cara/metode mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu adanya usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada dengan menggunakan pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif dan bisa berkomunikasi baik dengan guru maupun sesama siswa. Salah satu pembelajaran yang diharapkan mampu diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Peneliti memilih model pembelajaran ini untuk mengkondisikan siswa agar bisa melatih kerja sama dengan baik dan siswa menjadi lebih siap dalam menerima mata pelajaran yang telah diberikan oleh guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah sedangkan guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara membuat kelompok dan memecahkan masalah tersebut.


(35)

19

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah : “Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD)

dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang pecahan pada siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013”


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

Gambar 3.1 Tahapan Kegiatan Penelitian per Siklus

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 5 Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013 semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 5 Sungai Langka Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang, terdiri dari laki-laki 9 orang dan perempuan 11 orang.


(37)

21

D. Prosedur Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart, dalam Sunyono (2011: 46) yaitu setiap langkah/siklus terdiri dari empat tahap yaitu: Perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection), siklus tindakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai:

Gambar 3.2 Siklus Spiral PTK (Kemmis dalam Sunyono: 2011:46)

Dalam pelaksanaan penelitian ini, hanya dilakukan dua siklus tindakan. Tahap-tahap dari siklus tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

a. Membuat dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.


(38)

22

b. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada saat belajar dalam kelompok (dikusi).

d. Mempersiapkan perangkat tes.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat pada mata pelajaran Matematika tentang pecahan. Alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 2x35 menit menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Penyajian Materi

Penyajian materi dilakukan dalam waktu kurang lebih 20 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar.

b. Belajar Kelompok.

Setelah materi diberikan, siswa diberi lembar kegiatan dan diberi waktu lima menit untuk membacanya. Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara bekerjasama serta saling berdiskusi dalam kelompok. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk membahas hasil diskusi kelompok masing-masing.


(39)

23

c. Tes Individual

Setelah siswa belajar dalam kelompok selanjutnya diberi tes secara individu. Hasil tes ini akan diberi skor peningkatan individu dan juga untuk menentukan kelompok terbaik.

d. Pemberian Penghargaan.

Setelah dilakukan perhitungan skor peningkatan individu maka ditentukan poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan hasil terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SDN 5 Sungai Langka dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada tahap ini peneliti melihat, mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diisi oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama observer/pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya apabila hasil penelitian belum memenuhi indikator


(40)

24

kinerja yang ditetapkan. Hasil refleksi siklus I dijadikan acuan untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya.

Siklus II

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung sebagaimana siklus I dengan perbaikan beberapa teknik pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I. 1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

a. Membuat dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada saat belajar dalam kelompok (dikusi).

d. Mempersiapkan perangkat tes.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat pada Mata Pelajaran Matematika tentang pecahan. Alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 2x35 menit menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut:


(41)

25

a. Penyajian Materi

Penyajian materi dilakukan dalam waktu kurang lebih 20 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar. Pengamat akan mencatat aktivitas siswa .

b. Belajar Kelompok.

Setelah materi diberikan, siswa diberi lembar kegiatan dan diberi waktu lima menit untuk membacanya. Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok-kelompok membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara bekerjasama serta saling berdiskusi dalam kelompok. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk membahas hasil diskusi kelompok masing-masing.

c. Tes Individual

Setelah siswa belajar dalam kelompok selanjutnya diberi tes secara individu. Hasil tes ini akan diberi skor peningkatan individu dan juga untuk menentukan kelompok terbaik.

d. Pemberian Penghargaan.

Setelah dilakukan perhitungan skor peningkatan individu maka ditentukan poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan hasil terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.


(42)

26

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SDN 5 Sungai Langka dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada tahap ini peneliti melihat, mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diisi oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama observer/pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya apabila hasil penelitian belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil refleksi siklus I dijadikan acuan untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah tes. Teknik tes dilakukan untuk mengambil data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus. Pada akhir siklus hasil tes seluruh siswa dirata-rata yang kemudian dibandingkan dengan rata-rata hasil tes pada siklus berikutnya.


(43)

27

F. Analisa Data

Data hasil belajar siswa ditentukan dari nilai tes pada tiap siklus. Adapun perhitungan data kuantitatif menggunakan rumus yang dijelaskan dalam Sudjana (2001) sebagai berikut :

1. Nilai hasil belajar siswa = Skor perolehan x 100

Skor maksimal

2. Nilai rata-rata kelas = Jumlah nilai seluruh siswa x 100

Banyak siswa

3. Prosentase siswa yang tuntas = Banyak siswa yang tuntas x 100%

Banyak siswa

G. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan yang diharapkan dalam PTK ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya dan minimal 75% siswa memperoleh nilai ≥ 65.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran Matematika kelas IV SDN 5 Sungai Langka melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70,80 dan pada siklus II sebesar 78,80.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan, maka pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Oleh sebab itu, bila pembelajaran serupa hendak dilanjutkan dan dikembangkan, maka perlu adanya perbaikan dan revisi beberapa kelemahan tersebut, antara lain:

1. Persiapan guru dalam pembelajaran perlu ditingkatkan, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai rencana.


(45)

45

3. Pada proses pembelajaran guru harus lebih banyak mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan serta contoh-contoh yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan pesan yang menarik bagi siswa.

4. Pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

5. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu.


(1)

kinerja yang ditetapkan. Hasil refleksi siklus I dijadikan acuan untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya.

Siklus II

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung sebagaimana siklus I dengan perbaikan beberapa teknik pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I. 1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi :

a. Membuat dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada saat belajar dalam kelompok (dikusi).

d. Mempersiapkan perangkat tes.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah dibuat pada Mata Pelajaran Matematika tentang pecahan. Alokasi waktu setiap kali pertemuan adalah 2x35 menit menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut:


(2)

25

a. Penyajian Materi

Penyajian materi dilakukan dalam waktu kurang lebih 20 menit dari waktu yang tersedia. Penyajian materi meliputi pokok-pokok materi secara garis besar. Pengamat akan mencatat aktivitas siswa .

b. Belajar Kelompok.

Setelah materi diberikan, siswa diberi lembar kegiatan dan diberi waktu lima menit untuk membacanya. Kemudian siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Setiap kelompok-kelompok membahas lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan harus dijawab oleh siswa dengan cara bekerjasama serta saling berdiskusi dalam kelompok. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan. Setelah itu dilaksanakan diskusi untuk membahas hasil diskusi kelompok masing-masing.

c. Tes Individual

Setelah siswa belajar dalam kelompok selanjutnya diberi tes secara individu. Hasil tes ini akan diberi skor peningkatan individu dan juga untuk menentukan kelompok terbaik.

d. Pemberian Penghargaan.

Setelah dilakukan perhitungan skor peningkatan individu maka ditentukan poin peningkatan kelompok. Kelompok yang berhasil mengumpulkan hasil terbanyak akan diberi penghargaan dan mendapatkan pengakuan sebagai kelompok terbaik berdasarkan kriteria yang ada.


(3)

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SDN 5 Sungai Langka dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Pada tahap ini peneliti melihat, mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diisi oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama observer/pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya apabila hasil penelitian belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan. Hasil refleksi siklus I dijadikan acuan untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah tes. Teknik tes dilakukan untuk mengambil data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa. Tes dilakukan pada akhir setiap siklus. Pada akhir siklus hasil tes seluruh siswa dirata-rata yang kemudian dibandingkan dengan rata-rata hasil tes pada siklus berikutnya.


(4)

27

F. Analisa Data

Data hasil belajar siswa ditentukan dari nilai tes pada tiap siklus. Adapun perhitungan data kuantitatif menggunakan rumus yang dijelaskan dalam Sudjana (2001) sebagai berikut :

1. Nilai hasil belajar siswa = Skor perolehan x 100 Skor maksimal

2. Nilai rata-rata kelas = Jumlah nilai seluruh siswa x 100 Banyak siswa

3. Prosentase siswa yang tuntas = Banyak siswa yang tuntas x 100% Banyak siswa

G. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan yang diharapkan dalam PTK ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya dan minimal 75% siswa memperoleh nilai ≥ 65.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran Matematika kelas IV SDN 5 Sungai Langka melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70,80 dan pada siklus II sebesar 78,80.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN 5 Sungai Langka.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan, maka pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Oleh sebab itu, bila pembelajaran serupa hendak dilanjutkan dan dikembangkan, maka perlu adanya perbaikan dan revisi beberapa kelemahan tersebut, antara lain:

1. Persiapan guru dalam pembelajaran perlu ditingkatkan, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai rencana.


(6)

45

3. Pada proses pembelajaran guru harus lebih banyak mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan serta contoh-contoh yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghasilkan pesan yang menarik bagi siswa.

4. Pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

5. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 SUNGAI LANGKA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

JUDUL INDONESIA: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA KELAS IV SDN 2 REJOSARI

0 2 40

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KIT MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 5 SDN 3 NEGARA RATU KECAMATAN NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 20 82

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KIT MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 5 SDN 3 NEGARA RATU KECAMATAN NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 TANJUNG SARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 50

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD 4 DERSALAM TAHUN 2012 2013

0 0 20