PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KBJI BERBASIS PHP UNTUK MEMANTAPKAN ORIENTASI KARIR SISWA : Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KBJI BERBASIS PHP UNTUK MEMANTAPKAN ORIENTASI KARIR SISWA

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Dwi Indrianingrum 0808368

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


(2)

UNTUK MEMANTAPKAN ORIENTASI KARIR SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri

Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Dwi Indrianingrum

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dwi Indrianingrum 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Dwi Indrianingrum, 0808368 (2013). Pengembangan Media Informasi KBJI Berbasis PHP Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/ 2013)

Penelitian dilatarbelakangi sebuah fenomena yang dihadapi oleh peserta didik SMA dalam orientasi karir. Oleh sebab itu, permasalahan utama yang menjadi fokus kajian penelitian adalah media informasi seperti apa yang diperlukan siswa untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Data yang digunakan untuk mengungkap orientasi karir siswa dikumpulkan melalui instrumen nontes berupa angket model likert. Data dianalisis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS for Windows versi 20.0. Teknik analisis data menggunakan statistika non-parametrik. Penelitian ini menghasilkan: 1) profil umum orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013; 2) profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung berdasarkan klaster; 3) pengembangan media informasi KBJI berbasis PHP untuk memantapkan orientasi karir siswa; dan 4) program hipotetik bimbingan karir untuk memantapkan orientasi karir siswa SMA. Adapun rekomendasi hasil penelitian ini diberikan kepada: 1) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan; 2) guru bimbingan dan konseling; dan 3) peneliti selanjutnya.


(5)

ABSTRACT

Dwi Indrianingrum, 0808368 ( 2013). Development of PHP-Based Media Information of KBJI to Establish Career Orientation Students. (Descriptive Study of Class X Students SMA Negeri Bandung at Academic Year 2012/2013)

Research backed a phenomenon faced by high school students in career orientation. Therefore, the main issues are the focus of research is the media information such as what is needed for students to strengthen their career orientation. The method used is descriptive method. While the approach used in this study is quantitative research subjects class X SMA Negeri Bandung as the academic year 2012/2013. The data used to reveal the students' career orientations are collected through a questionnaire instrument nontes Likert models . Data were analyzed using SPSS for Windows version 20.0. Analysis using non-parametric statistics. This research resulted in: 1) the general profile career orientation class X SMA Negeri Bandung as the academic year 2012/2013; 2) profile career orientation class X SMA Negeri Bandung by a cluster; 3) development of PHP-based media information of KBJI to strengthen students 'career orientation; and 4) a hypothetical program of career guidance to strengthen career orientation of students. The recommendations given to the results of this study: 1) Department of Educational Psychology and Guidance; 2) teacher of guidance and counseling; and 3) further research.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis... 14

2. Manfaat Praktis... 14

E. Struktur Organisasi ... 14

BAB II ORIENTASI KARIR DAN PENGEMBANGAN MEDIA INFORMASI KBJI BERBASIS PHP A. Konsep Orientasi Karir 1. Pengertian Karir ... 16

2. Tahapan dan Karakteristik Perkembangan Karir ... 18

3. Pengertian Orientasi Karir ... 22

4. Orientasi Karir Siswa SMA ... 24

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karir ... 26

6. Aspek-Aspek Orientasi Karir ... 27

7. Upaya Pemantapan Orientasi Karir ... 32

B. Media Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Media Bimbingan dan Konseling ... 35


(7)

3. Jenis-Jenis Media Bimbingan dan Konseling ... 38

4. Penggunaan Media dalam Bimbingan dan Konseling ... 41

C. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Di Indonesia ... 43

1. Golongan Pokok I ... 43

2. Golongan Pokok II ... 45

3. Golongan Pokok III ... 51

4. Golongan Pokok IV ... 56

5. Golongan Pokok V ... 58

6. Golongan Pokok VI ... 61

7. Golongan Pokok VII ... 63

8. Golongan Pokok VIII ... 68

9. Golongan Pokok IX ... 72

10. Golongan Pokok X ... 74

D. Media Informasi KBJI Berbasis PHP 1. Sejarah PHP ... 76

2. Pengertian PHP... 77

3. Kelebihan PHP dari Bahasa Pemrograman Lain ... 77

4. Pengukuran Minat Pekerjaan... 78

5. Pengertian Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 80

6. Konten Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 81

7. Tahapan Penggunaan Media Informasi KBJI Berbasis PHP ... 82

E. Bimbingan Karir Sebagai Bagian dari Program Bimbingan dan Konseling... 83

1. Pengertian Bimbingan Karir ... 84

2. Tujuan Bimbingan Karir ... 87

3. Prinsip Bimbingan Karir ... 89

4. Kompetensi Siswa SMA ... 90

F. Model-Model Program Bimbingan dan Konseling ... 91

G. Pengembangan Program Bimbingan Karir ... 95

H. Kontribusi Media Informasi KBJI dalam Program Bimbingan dan Konseling ... 97

I. Penelitian yang Relevan... 100


(8)

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian ... 107

2. Populasi Penelitian ... 107

B. Desain Penelitian ... 110

C. Metode Penelitian ... 110

D. Definisi Operasional Variabel ... 112

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen ... 114

2. Pengembangan Kisi-kisi ... 116

3. Pedoman Penyekoran (Scoring) ... 117

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen ... 119

2. Uji Keterbacaan ... 120

3. Uji Coba Instrumen ... 120

4. Uji Validitas ... 121

5. Uji Reliabilitas ... 122

G. Teknik Pengumpulan Data ... 123

H. Analisis Data 1. Verifikasi Data ... 124

2. Penetapan Penskoran Instrumen ... 124

3. Teknik Analisis Data ... 127

I. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan ... 127

2. Tahap Pelaksanaan ... 128

3. Hasil dan Laporan ... 128

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Profil Umum Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013... 129

2. Profil Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung Berdasarkan Klaster ... 131

3. Pengembangan Media Informasi Karir yang Layak Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA Negeri Se-Kota Bandung ... 133


(9)

B. Pembahasan ... 138

C. Rancangan Layanan Bimbingan Karir yang Layak Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa Kelas X SMA ... 145

D. Keterbatasan Penelitian ... 165

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 166

B. Rekomendasi 1. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ... 166

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling ... 167

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 169


(10)

DAFTAR TABEL

Halama

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Karir Menurut Super ... 19

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kemandirian Siswa SMA ... 91

Tabel 2.3 Model-Model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif 92 Tabel 3.1 Komposisi Sampel Penelitian Tiap Sekolah Berdasarkan Kluster 109 Tabel 3.2 Rentang Skala Likert ... 116

Tabel 3.3 Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Penelitian Orientasi Karir Siswa . 117 Tabel 3.4 Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Orientasi Karir Siswa ... 119

Tabel 3.5 Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Orientasi Karir Siswa .. 120

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Skala Likert ... 121

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Item Instrumen Orientasi Karir Siswa ... 122

Tabel 3.8 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 123

Tabel 3.9 Tingkat Reliabilitas Instrumen Orientasi Karir Siswa ... 123

Tabel 3.10 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang ... 125

Tabel 3.11 Perhitungan Konversi Kualifikasi Skor Total Orientasi Karir Siswa ... 126

Tabel 3.12 Konversi Kualifikasi Skor Total Orientasi Karir Siswa Menjadi Skor Matang ... 126

Tabel 3.13 Interpretasi Skor Kategori Orientasi Karir Siswa ... 127

Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistika Deskriptif Profil Umum Orientasi Karir Siswa SMA Negeri Se-Kota Bandung ... 130

Tabel 4.2 Pengkategorian Orientasi Karir Siswa ... 130

Tabel 4.3 Profil Orientasi Karir Siswa Klaster 1 ... 131

Tabel 4.4 Profil Orientasi Karir Siswa Klaster 2 ... 131


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka membantu siswa untuk mengembangkan potensi dirinya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1 yang berisi sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Yusuf & Nurihsan (2008: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan aset yang tak ternilai dan faktor penting perkembangan karir individu. Melalui pendidikan individu berharap dapat mewujudkan cita-cita dan mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.” Layanan bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan karena tujuan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Hal ini tercantum dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berisi sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka diselenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal maupun informal dengan berbagai jenjang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Bimbingan dan konseling sebagai komponen pendidikan secara umum bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan


(12)

nasional yaitu melalui layanan yang diberikan kepada individu dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangannya. Individu yang dimaksud adalah semua siswa pada setiap jenjang pendidikan.

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Pada jenjang ini, siswa berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi atau dunia kerja yang merupakan wahana untuk membentuh integritas profesi yang didambakannya. Pendidikan merupakan upaya untuk membantu siswa agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang dan dapat mencapai kesuksesan. Dengan kata lain, setelah memperoleh pendidikan di SMA siswa diharapkan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja di masyarakat bagi siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Dalam kurikulum 2013 terdapat kaidah dasar yang dinyatakan secara eksplisit yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling yaitu kaidah peminatan. Peminatan dipahami sebagai upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya (sesuai arahan UUSPN No.20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1) sehingga mencapai perkembangan optimum. Perkembangan optimum bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan siswa mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan demikian, peminatan adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan pilihan dan keputusan oleh siswa yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dilihat dari konteks ini maka bimbingan dan konseling memiliki makna sesuai pernyataan yang dinyatakan ABKIN (2008: 186), yaitu sebagai berikut.

Wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih,


(13)

dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupanyang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the common good) melalui upaya pendidikan.

Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi siswa mencapai tujuan utuh pendidikan nasional. Oleh karena itu peminatan harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit terkandung dalam kurikulum. Kaidah-kaidah yang dimaksud dalam kurikulum 2013 sesuai dengan yang dikemukakan Furqon (2013: 2), antara lain:

1. Memiliki semangat yang kuat untuk pemulihan fungsi dan arah pendidikan yang lebih konsisten sesuai dengan UUSPN No. 20 Tahun 2003, yang bermakna bahwa watak dan peradaban bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan UUD 1945 yang menjadi tujuan eksistensial pendidikan yang melandasi upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif kultural pendidikan yang diejawantahkan melalui pengembangan potensi siswa sebagai tujuan individual pendidikan. 2. Peminatan dimaksudkan untuk menyiapkan siswa agar sukses dalam

menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.

3. Menitikberatkan pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai keutuhan yang harus dicapai oleh siswa. Tidak memisahkan antara mata pelajaran dengan muatan lokal, pendidikan akademik, dan pendidikan karakter sebagai keutuhan yang memberikan kemasslahatan bagi bangssa.

4. Memiliki semangat yang kuat untuk memulihkan proses pendidikan sebagai proses pembelajaran yang mendidik dan wahana pengembangan karakter, kehidupan yang demokratis, dan kemandirian sebagai softskills serta penguasaan sains, teknologi, dan seni sebagai hardskills. Capaian pendidikan merupakan interaksi yang fungsional antara efektivitas kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran siswa aktif dengan lama pembelajaran di sekolah.


(14)

5. Memandang bahwa siswa aktif dalam proses pengembangan potensi dan perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut profesionalitas guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk belajar lebih aktif.

6. Menekankan penilaian berbasis proses dan hasil. Ini berarti ukuran keberhasilan pendidikan tidak hanya akumulasi fakta dan pengetahuan sebagai hasil dari ekspose didaktis, tetapi juga menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik.

7. Tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh siswa. Kejujuran, kerja keras, dan disiplin adalah hal yang tidak boleh luput dari penilaian proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter siswa sebagai makhluk individu, sosial, warga negara, dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

8. Mengakui dan menghormati adanya perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar siswa, yang secara tegas menuntut adanya remediasi dan akselerasi secara berkala pasca penilaian, terutama bagi siswa yang belum mencapai batas kompetensi yang ditetapkan. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai kompetensi utuh sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajarnya yaitu prinsip pendidikan yang paling fundamental. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar siswa.

9. Memberikan peluang yang lebih terbuka kepada setiap siswa untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.

10. Menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling (guru BK) dan orangtua/wali dalam mengoptimalkan potensi siswa.


(15)

11. Menekankan pada proses, mengandung implikasi peran pendidikan yang mengarah kepada orientasi perkembangan dan pembudayaan siswa. Oleh karena itu, proses pendidikan melibatkan manajemen, pembelajaran, serta bimbingan dan konseling.

Posisi bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal merupakan bagian integral dari program pendidikan. Dengan demikian keberadaan guru BK (UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 6 disebut konselor) dinyatakan sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator. Dengan kata lain guru BK dinyatakan sejajar dengan guru mata pelajaran dan administrator sekolah, sehingga guru BK bersama guru mata pelajaran dituntut untuk dapat berkolaborasi yang ditunjukkan dengan “... kemampuan siswa untuk mengeksplorasi, memilih, meraih, serta mempertahankan karir ditumbuhkan secara saling mengisi atau komplementer oleh guru BK dan guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur pendidikan formal” (ABKIN, 2008: 226). Ini menunjukkan bahwa proses peminatan yang difasilitasi oleh layanan bimbingan dan konseling tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang dipilih siswa dalam mengembangkan potensi yang akan akan menjadi dasar bagi perjalanan hidup dan karirnya di masa depan, melainkan harus diikuti dengan layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan terdiferensiasi, serta penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung. Dalam konteks ini, sesuai dengan yang dikemukakan Furqon (2013:5) bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi secara kolaboratif dalam hal-hal berikut.

1. Menguatkan pembelajaran yang mendidik

Untuk mewujudkan arahan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1, ayat 2, Pasal 3, dan Pasal 4 ayat 3 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi siswa. Suasana belajar dan proses pembelajaran yang dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan memfasilitasi perkembangan


(16)

siswa yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi siswa. Untuk mewujudkan lingkungan belajar yang dimaksud, guru hendaknya: a) memahami kesiapan belajar siswa dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran; b) melakukan asesmen potensi siswa; (c) melakukan diagnostif kesulitan perkembangan dan belajar siswa; dan (d) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi siswa. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.

2. Memfasilitasi advokasi dan aksesibilitas

Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, yakni layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesbilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir siswa. Untuk itu kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk: a) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar siswa; b) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan siswa; dan c) membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir siswa.

3. Menyelenggarakan fungsi outreach

Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai dengan arahan UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 4 ayat 3 menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip yang dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup hanya dengan menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteksi ini kolaborasi guru BK dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam


(17)

konteks kolaborasi yang lebih luas, yaitu: a) kolaborasi dengan orangtua/keluarga; b) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan; dan c) intervensi terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan siswa.

Dalam Konverensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konapsi) VII, Kartadinata (2012: 1) menyampaikan hal sebagai berikut.

Sistem pendidikan masa depan bangsa Indonesia adalah pendidikan yang mengantarkan generasi masa kini menjadi generasi emas Indonesia 2045. Generasi ini akan menjadi generasi penduduk warga dunia yang bersifat transkultural, namun harus tetap hidup dan berkembang dalam jati diri dan budaya Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.

Generasi manusia Indonesia 2045 adalah manusia abad ke-21 yang ditandai dengan ketersediaan teknologi yang telah mengubah pola hidup dan pola pikir manusia. Teknologi informasi digunakan manusia dalam berbagai hal, baik dalam komunikasi, pendidikan, maupun bisnis. Pada saat yang sama muncul berbagai persoalan yang bisa mengganggu kesejahteraan masyarakat, seperti perubahan iklim global dan penurunan daya dukung lingkungan. Kartadinata (2012: 1) menyampaikan hal sebagai berikut.

Dalam kondisi seperti ini hal yang cukup krusial adalah merespons kompleksitas masalah, berkomunikasi efektif, mengelola informasi secara dinamis, bekerja dan mencari solusi dalam nuansa kolaboratif, menggunakan teknologi secara efektif, melahirkan pengetahuan baru secara berkelanjutan. Semua ini adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam abad ke-21.

Bimbingan karir di SMA salah satunya bertujuan untuk mengenalkan macam dan ciri dari berbagai jenis pekerjaan, merencanakan masa depan, membantu memantapkan arah karir, menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan minat dengan jenis pekerjaan, serta membantu siswa untuk meraih kesuksesan sesuai dengan potensi mereka. Jenis-jenis pekerjaan di Indonesia dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam buku Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) edisi terbaru tahun 2002. Di era teknologi seperti saat ini, pada kenyataannya guru BK lebih banyak menyampaikan informasi bimbingan karir melalui metode ceramah sehingga terkesan monoton dan membosankan. Hal ini


(18)

dikarenakan tidak dimungkinkannya guru untuk menampilkan model dengan menghadirkan secara langsung objek yang dimaksud.

Media informasi karir yang selama ini digunakan oleh guru BK di sekolah masih terbatas pada leaflet dari berbagai lembaga pendidikan lanjutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA, hal ini dirasa sangat kurang untuk menjawab kebingungan dan rasa ingin tahu siswa mengenai pendidikan lanjutan hingga jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Kondisi ini dikarenakan kurangnya media informasi mengenai pendidikan lanjutan dan jenis-jenis pekerjaan, serta keterbatasan waktu dan tenaga guru BK untuk melayani semua siswa. Untuk membantu guru BK dalam memenuhi kebutuhan siswa terkait dengan layanan informasi karir perlu dikembangkan media bimbingan karir berbasis teknologi informasi yang dapat diterima baik secara teoritis maupun praktis.

Teknologi informasi saat ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Keterbatasan ruang dan waktu tidak menjadi halangan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan pendidikan. Manfaat teknologi informasi dalam dunia pendidikan telah memberikan dampak positif khususnya dalam pemerataan perolehan informasi mengenai pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), dilaksanakan melalui empat komponen program bimbingan dan konseling yaitu layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Dalam komponen program terdapat jenis-jenis layanan, diantaranya layanan informasi dan konsultasi. Layanan informasi dan konsultasi saat ini, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tetapi bisa juga dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi.

Menurut Dryden & Voss (1999: 15) “kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh ruang dan waktu.” Dengan memanfaatkan teknologi informasi, layanan informasi dan konsultasi pada bimbingan dan konseling dapat diberikan dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas


(19)

tempat, tetapi tetap memperhatikan kode etik dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

Layanan informasi dan konsultasi sangat diperlukan oleh siswa, terutama siswa SMA. Hal ini dikarenakan siswa SMA (remaja usia 15-24 tahun) berada pada tahap eksplorasi yang salah satu cirinya yaitu mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan. Seperti yang dikemukakan Super (Osipow, 1983: 157) bahwa

„dalam tugas perkembangan karir, remaja berada pada tahap eksplorasi. Pada tahap ini, remaja mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan, pencarian peran dan jati diri di sekolah.‟ Pendapat tersebut menerangkan bahwa remaja pada tahap perkembangan karir mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, kecerdasan, dan potensi yang dimilikinya.

Siswa SMA idealnya sudah mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan demi memantapkan orientasi karir mereka. Tetapi pada kenyataannya tidak sedikit siswa SMA yang masih kebingungan untuk menjawab ketika ditanya mengenai alternatif pekerjaan yang mereka minati. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiamin (2002: 260) yang salah satu temuannya mengungkapkan bahwa “90% siswa SMA di Kabupaten Bandung menyatakan bingung dalam memilih karir di masa depan.”

Kurangnya informasi pekerjaan yang diperoleh dari guru BK di sekolah menjadi salah satu penyebab utama kebingungan siswa untuk memantapkan orientasi karir mereka. Banyak siswa menyatakan bahwa layanan informasi pekerjaan yang dilakukan BK di sekolah belum mencukupi kebutuhan informasi pekerjaan mereka. Fenomena ini menunjukkan perlunya pembuatan sistem informasi pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pekerjaan dan membantu siswa dalam memantapkan orientasi karir mereka. Jika dianalisis dari perspektif teori perkembangan karir Super (Argyropulou et al., 2007; Budiman, 2002; Gati, 2001; Hirschi & Lage, 2007; Sharf, 1992) menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi siswa berakar pada masalah orientasi karir yang dapat menghambat perkembangan karir siswa di masa depan, sehingga hal ini penting untuk diteliti.


(20)

Jika hal ini terus dibiarkan, maka para siswa mungkin tidak akan mampu untuk membuat perencanaan karir dan pengambilan keputusan karirnya di masa yang akan datang. Padahal salah satu tugas perkembangan siswa SMA yang harus dilalui remaja menurut Havigurst (Nurbani, 2004: 10) yaitu „…memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan, mengembangkan keterampilan-keterampilan, dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji…‟. Jika siswa tidak memiliki orientasi karir yang jelas, maka siswa tidak akan memiliki kejelasan arah karir yang sesuai dengan minatnya. Dengan begitu, siswa akan mengalami kesulitan dalam menentukan arah karirnya di masa depan.

Apabila masalah kebingungan siswa dalam memantapkan orientasi karir akibat kurangnya informasi pekerjaan yang diberikan guru BK di sekolah tersebut diteliti, maka akan ditemukan media informasi yang dapat memberikan informasi pekerjaan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa melalui media informasi yang tepat. Grotevent (Hartono, 2009: 1) mengemukakan bahwa „para siswa di sekolah lazimnya memperoleh pelayanan bimbingan karir yang memadai, diantaranya berupa berbagai informasi mengenai alternatif pilihan pendidikan lanjut dan perencanaan karir.‟ Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai fasilitator bagi pencapaian tugas perkembangan karir siswa hendaknya menyediakan media informasi pekerjaan sesuai dengan Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) yang efektif digunakan untuk seluruh siswa dalam upaya memantapkan orientasi karir mereka.

Zunker (1986: 96) mengemukakan bahwa “pengembangan media sumber informasi karir terbaru (up-to-date) dan memanfaatkan teknologi komputer pantas untuk dipertimbangkan.” Oleh karena itu, pengembangan media informasi KBJI yang sebelumnya disampaikan guru BK secara manual dan melalui metode ceramah menjadi berbasis Personal Home Page (PHP). Menurut Firdaus (2007:2)

“PHP adalah bahasa web server-side yang bersifat open source.” Bahasa PHP menyatu dengan script HTML yang sepenuhnya dijalankan pada server. Bahasa ini memungkinkan para pembuat aplikasi web menyajikan halaman HTML


(21)

dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah. Dalam layanan bimbingan karir, media informasi KBJI berbasis PHP merupakan pilihan tepat untuk dijadikan aletrnatif bantuan bagi siswa SMA dalam memantapkan orientasi karir mereka. Hal ini diperkuat oleh Hartono (2009: 12) yang mengemukakan bahwa:

SMA merupakan niche yang paling subur dalam penerapan bimbingan karir berbantuan komputer, didukung oleh beberapa alasan, yaitu: (1) menurut Ginzberg siswa SMA memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas dengan minatnya yang berfokus pada pilihan karir; (2) memasuki era knowledge-based society, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi landasan utama dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali di sekolah, kegiatan pendidikan formal membutuhkan teknologi informatika; (3) siswa SMA telah mengenal, memahami, dan terampil menggunakan teknologi komputer; (4) kemudahan dalam menyediakan piranti komputer baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software); dan (5) memudahkan guru BK di sekolah dalam melakukan bimbingan karir yang dibutuhkan siswa serta lebih efisien dalam penerapannya.

Dengan demikian siswa tidak akan terjebak dengan kebingungan dalam memantapkan orientasi karir mereka, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas perkembangan karir mereka selanjutnya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan karir.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Perangkat Personal Home Page (PHP) merupakan salah satu jenis bahasa pemrograman web server-side yang bersifat open source. Bahasa pemrograman PHP menyatu dengan script HTML yang sepenuhnya dijalankan pada server. Bahasa pemrograman ini memungkinkan para pembuat aplikasi web menyajikan halaman HTML yang dinamis dan interaktif dengan cepat dan mudah.

Guterman & Kirk (Sakti, 2010: 6) menyatakan bahwa „saat ini internet menjadi peluang pengembangan profesionalisme konselor untuk memiliki kesiapan yang lebih diterima dalam seminasi konseling yang berhubungan dengan

informasi umum.‟

Pengertian PHP sebagai media bimbingan dan konseling yaitu kemampuan PHP sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk memperoleh


(22)

informasi dan melakukan tes skala minat pekerjaan. Informasi yang disajikan dalam PHP tidak terlepas dari hasil tes skala minat pekerjaan yang dilakukan oleh siswa yang di dalamnya meliputi sepuluh golongan pokok pekerjaan. Sedangkan untuk layanan konsultasi, siswa dapat menggunakan fitur chatting atau e-mail yang telah tercantum dalam fitur kontak dalam PHP.

Menurut Super (Osipow, 1983: 157) „dalam tahap perkembangan karir, remaja (usia 15-17 tahun) berada pada tahap eksplorasi. Salah satu tugas perkembangan karir pada tahap eksplorasi yaitu mengkristalisasi pilihan pekerjaan.‟ Hal ini berarti remaja harus memperoleh informasi yang relevan terkait dengan minat pekerjaannya, sehingga remaja diharapkan tidak keliru dalam orientasi karirnya.

Remaja yang dalam hal ini adalah siswa SMA kelas X yang mengalami kebingungan dalam orientasi karir, dapat menghambat pencapaian tugas perkembangan karir mereka untuk membuat perencanaan karir dan pengambilan keputusan karir mereka di masa depan. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu kekurangmantapan siswa SMA dalam orientasi karir mereka.

Idealnya siswa SMA sudah memiliki gambaran karir yang mantap yang akan dipilih dalam keputusan karirnya di masa depan. Tetapi pada kenyataannya, siswa SMA yang berada pada masa remaja masih memiliki pemikiran yang labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Berdasarkaan hasil studi pendahuluan pada siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandung, hal ini dikarenakan kurangnya informasi relevan yang mereka peroleh terkait dengan minat pekerjaan mereka. Tidak sedikit siswa yang terpengaruh oleh temannya dalam menetapkan orientasi karir tanpa memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2003: 485) bahwa “banyak remaja yang mengalami kebimbangan, ketidakpastian, dan stres dalam pembuatan keputusan.” Jika kondisi ini terus dibiarkan maka para siswa akan terus-menerus membuat keputusan tanpa alasan yang tepat berkenaan dengan orientasi karirnya yang akan berpengaruh pada karir mereka di masa depan.


(23)

Keterbatasan media informasi yang digunakan guru BK dalam pemberian layanan informasi karir kepada siswa merupakan salah satu penyebab kebingungan siswa dalam orientasi karir mereka. Kondisi ini mengakibatkan disorientasi karir pada siswa yang seharusnya memperoleh informasi karir yang jelas dari guru BK sehingga mereka memiliki orientasi karir yang mantap dan terhindar dari kesalahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan karir mereka di masa depan. Hal ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan dengan menggunakan angket kebutuhan siswa mengenai informasi pekerjaan yang disebarkan di tiga belas kelas X SMA Negeri 10 Bandung, dari 100 siswa yang menjadi responden yang diambil secara acak, 89% siswa menyatakan bahwa layanan informasi karir terkait dengan pekerjaan yang diberikan guru BK di sekolah belum mencukupi kebutuhan informasi pekerjaan mereka dan 96% menyatakan perlu dibuat media informasi KBJI untuk memenuhi kebutuhan informasi dan membantu mereka dalam memantapkan orientasi karir.

Masalah utama yang perlu segera dijawab melalui penelitian ini yaitu media informasi KBJI seperti apa yang dapat memantapkan orientasi karir siswa. Masalah utama tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung berdasarkan klaster?

3. Bagaimana rancangan layanan bimbingan karir yang layak untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA?

4. Bagaimana media informasi karir berbasis PHP yang layak untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan media informasi KBJI berbasis PHP untuk menstimulasi pemantapan orientasi karir siswa kelas X SMA di Kota Bandung yang teruji secara empirik di lapangan.


(24)

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan:

1. Profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

2. Profil orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung berdasarkan klaster.

3. Rancangan layanan bimbingan karir yang layak untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA.

4. Pengembangan media informasi karir berbasis PHP yang layak untuk memantapkan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya untuk mengetahui profil orientasi karir siswa yang mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan karir akibat kurangnya informasi pekerjaan.

b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya media yang dipergunakan dalam bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan dan konseling karir. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan

media-media bimbingan dan konseling lainnya yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini menghasilkan media informasi KBJI berbasis PHP yang dapat membantu siswa dalam memantapkan orientasi karir, sehingga mereka dapat membuat perencanaan dan keputusan karirnya secara tepat.


(25)

b. Sebagai salah satu media yang dapat membantu guru BK di sekolah dalam memberikan layanan informasi dan konsultasi mengenai pekerjaan yang dapat mengarahkan siswa pada kemantapan orientasi karir.

c. Media informasi KBJI berbasis PHP yang menjadi salah satu hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan kepada siswa yang belum dapat memantapkan orientasi karirnya.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: bab I memaparkan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi; bab II berisi konseptualisasi orientasi karir, media bimbingan dan konseling, Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan di Indonesia (KBJI), media informasi KBJI berbasis PHP, model program bimbingan dan konseling komprehensif, pengembangan program bimbingan karir, kontribusi media informasi KBJI dalam program bimbingan dan konseling, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian; bab III memaparkan metode penelitian; bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan; dan bab V berisi kesimpulan penelitian dan rekomendasi hasil penelitian.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri se-Kota Bandung. Pertimbangan peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri se-Kota Bandung sebagai berikut:

a. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa terdapat fenomena siswa yang belum memiliki orientasi karir yang jelas di kalangan siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung.

b. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai kemantapan orientasi karir siswa di SMA Negeri se-Kota Bandung.

c. Belum pernah dibuat pengembangan media informasi klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia (KBJI) yang berbasis personal homepage (PHP) untuk memantapkan orientasi karir siswa SMA Negeri se-Kota Bandung.

2. Populasi Penelitian

Arikunto (2002: 130) menyatakan bahwa “Populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pernyataan kedua ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi yaitu keseluruhan subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengungkap informasi mengenai tingkat gambaran kemantapan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang secara administratif terdaftar dan aktif


(27)

dalam pembelajaran di kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Adapun pertimbangan populasi penelitian ini diantaranya:

a. Ginzberg (Hartono, 2009: 12) mengemukakan bahwa „siswa SMA memasuki periode realistik yang ditandai terjadinya pengintegrasian berbagai kapasitas dengan minatnya yang berfokus pada pilihan karir‟. b. Super (Sharf, 1992: 124) memformulasikan perkembangan karir ke dalam

lima tahapan yang meliputi growth usia sejak lahir hingga 14 tahun, exploration usia 15-24 tahun, establishment usia 25-44 tahun, maintenance usia 45-64 tahun, dan disengagement usia 65 tahun ke atas. Pada teori perkembangan karir Super ini, siswa SMA berada pada tahap exploration usia 15-24 tahun. Dimana Super (Manrihu, 1986: 28-29) membagi tahap exploration menjadi tiga sub tahap yaitu sub tahap tentatif usia 15-17 tahun, sub tahap transisi usia 18-21 tahun, sub tahap percobaan usia 22-24 tahun. Dalam sub tahap ini, siswa SMA rata-rata memiliki rentang usia 15-17 tahun yaitu berada pada sub tahap tentatif yang berfokus pada kebutuhan-kebutuhan, minat-minat, nilai-nilai, dan kesempatan-kesempatan. Ciri dari sub tahap tentatif adalah merumuskan kesempatan pekerjaan bagi dirinya dan memahami hubungan antara perkembangan karir dengan konsep diri dalam menentukan pendidikan yang relevan (Osipow, 1983: 157).

Berdasarkan hal tersebut ditentukan bahwa yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Berikut beberapa pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian.

a. Pemilihan siswa kelas X dilandasi oleh asumsi bahwa mereka belum mengalami penjurusan konsentrasi di SMA yang umumnya terdiri dari jurusan IPA dan IPS. Selain itu, siswa kelas X cenderung mulai memikirkan alternatif pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaannya di masa depan. Kondisi ini sangat tepat dijadikan sampel untuk mengungkap profil umum orientasi karir. Dari pertimbangan ini anggota sampel kelas X diambil secara acak.


(28)

b. Pemilihan sekolah berdasarkan kluster dikarenakan di Kota Bandung sendiri untuk tahun ajaran 2012/2013 kriteria SMA Negeri dibagi ke dalam tiga kelompok kluster. Untuk menghasilkan data yang representatif dalam penelitian ini, masing-masing kluster diambil empat sekolah.

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu sampel yang diambil secara acak dari suatu daerah populasi yang luas dan berstrata, dimana tiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Jumlah sampel diambil sebanyak 10 % dari jumlah populasi berdasarkan pada pendapat Arikunto (2002: 112), yaitu sebagai berikut.

Apabila populasinya kurang dari 100 orang, maka seluruhnya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, akhirnya penelitian ini menghasilkan jumlah total sampel sebanyak 848 siswa. Jumlah tersebut memenuhi criteria ukuran (n) sampel menurut Nunnaly (Riyadi, 2006: 67) yang menyatakan bahwa „...subject should be used to obtain data for item analysis-five subjects per item should be considered the minimum that can be tolerated.‟ Pernyataan ini mempertegas tentang banyaknya anggota sampel minimal (yang dapat ditolerir) untuk uji coba alat ukur (instrumen) dalam analisis butir soal adalah lima kali jumlah butir soal yang diujikan. Berdasarkan hal tersebut, berikut rincian anggota sampel penelitian pada masing-masing sekolah terpilih berdasarkan klasifikasi klaster seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Komposisi Sampel Penelitian Tiap Sekolah Berdasarkan Klaster

No. Sekolah Klaster Sampel

X ke-1 X ke-2

1. SMAN 2 Bandung I 34 siswa 34 siswa

2. SMAN 3 Bandung I 26 siswa 29 siswa


(29)

No. Sekolah Klaster Sampel X ke-1 X ke-2

5. SMAN 1 Bandung II 40 siswa 36 siswa

6. SMAN 6 Bandung II 33 siswa 35 siswa

7. SMAN 9 Bandung II 34 siswa 33 siswa

8. SMAN 20 Bandung II 36 siswa 36 siswa

9. SMAN 13 Bandung III 33 siswa 34 siswa

10. SMAN 14 Bandung III 37 siswa 39 siswa

11. SMAN 15 Bandung III 36 siswa 37 siswa

12. SMAN 19 Bandung III 37 siswa 38 siswa

Jumlah Total 421 siswa 427 siswa

B. Desain Penelitian

Sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan untuk dilakukan pencatatan dan hasil penelitian mengenai orientasi karir siswa SMA dalam bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dalam menggunakan hubungan perhitungan statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang membutuhkan jawaban secara deskriptif.

Menurut Sugiyono (2011: 14) “pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sempel tertentu yang proses pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, dan analisis datanya bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.” Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif dipilih untuk memperoleh gambaran umum orientasi karir siswa SMA.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian yaitu mengenai gambaran orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung


(30)

untuk mengembangkan media informasi pekerjaan yang tepat sesuai temuan penelitian di lapangan. Media informasi pekerjaan yang dimaksud adalah media informasi klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia (KBJI) yang memberikan gambaran tentang skala minat pekerjaan siswa SMA. Berdasarkan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan pada Bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1

Alur Penelitian Pengembangan Media Informasi KBJI Berbasis PHP untuk Memantapkan Orientasi Karir

Tahap pertama dalam penelitian ini dimulai dengan melakukan kajian secara teoritis mengenai permasalahan yang diteliti yaitu mengenai orientasi karir. Selanjutnya dilakukan studi empiris dengan menyebarkan instrumen pengungkap orientasi karir siswa yang telah diuji secara rasional dan empiris oleh pakar bimbingan dan konseling.

Tahap kedua dalam penelitian ini yaitu merumuskan program bimbingan karir dan mendesain media informasi klasifikasi baku jenis pekerjaan di Indonesia (KBJI) berbasis personal homepage (PHP) sebagai media dalam rencana

TAHAP I a.Studi Literatur b.Studi Empiris

TAHAP II Desain rumusan program bimbingan karir dan desain

media informasi KBJI berbasis PHP

TAHAP IV Revisi dan penyusunan program bimbingan karir dan media informasi KBJI

berbasis PHP

TAHAP III Penelaahan dan penimbangan program bimbingan karir dan media

informasi KBJI berbasis PHP oleh pakar


(31)

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (RPLBK) yang dikembangkan dari program bimbingan karir untuk memantapkan orientasi karir siswa.

Tahap ketiga dalam penelitian ini yaitu pengujian program bimbingan karir secara rasional oleh dua dosen pakar bimbingan dan konseling serta satu praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SMA Negeri 1 Bandung. Selanjutnya pengujian media informasi KBJI berbasis PHP oleh satu dosen pakar ilmu komputer, satu dosen pakar bimbingan dan konseling ahli komputer, serta satu praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SMA Negeri 1 Bandung.

Tahap terakhir dalam penelitian ini revisi serta penyusunan program bimbingan karir dan media informasi KBJI berbasis PHP yaitu mencakup kegiatan perbaikan dan menyusun kembali rumusan program bimbingan karir dan media informasi KBJI berbasis PHP berdasarkan hasil pengujian dosen pakar dan praktisi bimbingan dan konseling.

D. Definisi Operasional Variabel

Orientasi karir dalam penelitian ini didasarkan pada teori life span dari Super (Sharf, 1992) yang menitikberatkan pada proses perkembangan karir yang berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karir individu sepanjang rentang hidupnya.

Menurut Crites (Dillard, 1985: 33; Sharf, 1992: 154), orientasi karir adalah

attitudes toward work, whether pleasure-oriented or work-oriented.‟ Kata oriented berarti terarah, tertuju, atau terfokus. Dengan demikian, orientasi karir dapat diartikan sebagai sikap terhadap pekerjaan, baik yang terfokus pada kesenangan atau yang terfokus pada kegiatan kerja.

Super (Sharf, 1992: 156) mengemukakan bahwa „orientasi karir merupakan arah kecenderungan dalam mengambil kesimpulan terhadap harapan karir di masa depan.‟ Lebih lanjut, Super (Sharf, 1992: 159) menyatakan bahwa

„orientasi karir yaitu skor total dari perencanaan karir, eksplorasi karir, pembuatan keputusan karir, dan pengayaan informasi dunia kerja.‟


(32)

melakukan pemilihan karir‟. Derr percaya bahwa orientasi karir sangat dipengaruhi dan diperkuat oleh faktor-faktor internal individu.

Maier (Gerber, et. al., 2009: 32) mengungkapkan bahwa „career orientations can be defined as attitudes expressed by super ordinate intentions of an individual that will influence career-related decisions.‟ Gerber, et al. (2009:33) menambahkan bahwa “orientasi karir melefleksikan kecenderungan seseorang terhadap hubungan antara kesempatan, keadaan diri, dan tipe-tipe karir.”

Orientasi karir pada penelitian ini merujuk pada konsep kematangan karir dalam teori life span yang dikemukakan oleh Super (Sharf, 1992: 156-159). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi karir adalah kecenderungan individu yang terarah pada pemilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang menunjukkan kesiapan siswa SMA untuk membuat keputusan-keputusan karir secara tepat. Aspek orientasi karir yang diungkap, antara lain:

1. Pengetahuan

Pengetahuan karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi:

a. Mampu memahami potensi diri, yaitu pemahaman siswa tentang kecerdasan, bakat, minat, dan kemampuan siswa dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang sesuai keinginannya secara mandiri.

b. Mampu mencari dan memanfaatkan sumber informasi, yaitu pencarian informasi mengenai pendidikan lanjutan dan pekerjaan dengan memberdayakan berbagai sumber informasi.

2. Sikap

Sikap terhadap karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi:

a. Mampu merencanakan kelanjutan pendidikan dan pekerjaan, yaitu kecenderungan siswa untuk melakukan tindakan realistik dalam pemilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan.


(33)

b. Mampu mempersiapkan dan mengikuti kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan, yaitu keikutsertaan siswa dalam kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.

3. Keterampilan

Keterampilan karir siswa SMA diuraikan dalam bentuk indikator, yang meliputi:

a. Mampu memikirkan langkah-langkah dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan, yaitu langkah-langkah sistematis siswa dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan.

b. Mampu membuat keputusan dengan penuh pertimbangan, yaitu pemikiran siswa dalam membuat keputusan karir (kelanjutan pendidikan dan pekerjaan) secara rasional serta bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Jadi orientasi karir yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan respons siswa SMA terhadap pernyataan yang mengindikasikan pemahaman potensi diri, pemanfaatan sumber informasi, perencanaan kelanjutan pendidikan dan pekerjaan, keikutsertaan dalam kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan, pemikiran langkah-langkah dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan, serta pertimbangan pembuatan keputusan, yang menunjukkan kesiapan siswa SMA untuk membuat keputusan-keputusan karir secara tepat.

E. Instrumen Penelitian 1. Penyusunan Instrumen

Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran, seperti yang dikemukakan Emory (Sugiyono, 2010: 102) bahwa:

Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian.

Karena pada prinsipnya meneliti adalah mengukur maka untuk melakukan suatu penelitian diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanuya dinamakan instrumen penelitian (Sugiono, 2010: 102).


(34)

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data utama yang digunakan yaitu kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2009: 199),

“kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperngkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”

Angket ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemantapan orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung tahun ajaran 2012/2013. Angket digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama karena angket memungkinkan dalam mengumpulkan data pada waktu yang bersamaan dan dengan populasi yang cukup besar.

Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan angket yang jawabannya telah tersedia dan responden hanya menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 69), “bentuk jawaban tertutup (closed form atau pre-coded), yakni angket yang pada setiap itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.”

Butir-butir pernyataan dalam angket ini merupakan gambaran tentang orientasi karir siswa dan perilaku siswa yang mengalami kebingungan dalam menentukan arah karir mereka. Angket orientasi karir yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil pengembangan peneliti berdasarkan perumusan konstruk orientasi karir yang telah melalui tahap penimbangan oleh pakar, uji keterbacaan, serta revisi dan finalisasi.

Langkah-langkah dalam penyusunan angket pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan tujuan angket dan menetapkan batasannya.

b. Menjabarkan variabel penelitian menjadi beberapa aspek yang lebih spesifik.

c. Merumuskan indikator-indikator yang akan dijadikan pernyataan melalui kisi-kisi instrumen penelitian.


(35)

Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala Likert yang telah dimodifikasi, Sugiyono (2010: 134) menyatakan “skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial”. Fenomena sosial di sini telah ditetapkan

sebagai variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2010: 134) menjelaskan

bahwa “dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan.”

Data yang keluar sebagai hasil pengukuran skala Likert dalam penelitian ini termasuk ke dalam golongan data interval seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono (2011: 134) bahwa “skala Liker, skala Guttman, rating scale, dan semantic deferential bila digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data interval atau rasio.” Rentang skala pada model Likert yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Rentang Skala Likert

Pernyataan

Alternatif Jawaban dan Skor Sangat

Sesuai (SS)

Sesuai (S)

Kurang Sesuai

(KS)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai

(STS)

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

2. Pengembangan Kisi-kisi

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap gambaran orientasi karir siswa dan media informasi KBJI berbasis PHP dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitan. Kisi-kisi instrumen orientasi karir dan media informasi KBJI berbasis PHP yang disusun oleh penulis disajikan dalam Tabel 3.3 berikut.


(36)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Alat Pengumpul Data Penelitian Orientasi Karir Siswa

No. Aspek Indikator Ruang Lingkup Pernyataan

(+) (-)

1. Pengetahuan Mampu memahami potensi diri

Pemahaman siswa tentang kecerdasan, bakat, minat, dan kemampuan siswa dalam memilih pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang sesuai keinginannya secara mandiri.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9

8 9

Mampu mencari dan memanfaatkan sumber informasi

Pencarian informasi mengenai pendidikan lanjutan dan pekerjaan dengan memberdayakan berbagai sumber informasi.

10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19

- 10

2. Sikap Mampu merencanakan kelanjutan pendidikan dan pekerjaan

Kecenderungan siswa untuk melakukan tindakan

realistik dalam pemilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan.

20, 21, 22, 23, 24, 26, 27

25 8

Mampu mempersiapkan dan mengikuti kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan

Keikutsertaan siswa dalam kegiatan yang mendukung pendidikan lanjutan dan pekerjaan yang diminati.

28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36

- 9

3. Keterampilan Mampu memikirkan langkah-langkah dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan

Langkah-langkah sistematis siswa dalam menentukan pilihan pendidikan lanjutan dan pekerjaan

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44

- 8

Mampu membuat keputusan dengan penuh pertimbangan

Pemikiran siswa dalam membuat keputusan karir (kelanjutan pendidikan dan pekerjaan) secara rasional serta bertanggung jawab terhadap pilihannya.

45, 46, 47, 48, 49

50, 51, 52, 53.

9

Jumlah 47 6 53

3. Pedoman Penyekoran (Scoring)

Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, item pernyataan orientasi karir siswa dalam bentuk pilihan. Skala pengukuran yang digunakan menggunakan skala sikap Likert. Skala sikap Likert biasanya


(37)

psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, responden diizinkan memilih salah satu dari lima kategori, yaitu: a) Sangat Sesuai (SS); b) Sesuai (S); c) Kurang Sesuai (KS); d) Tidak Sesuai (TS); dan e) Sangat Tidak Sesuai (STS) dalam mengkontruksikan skala sikap. Azwar (2011: 144) menyatakan “Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi 0,99 dengan sistem deviasi normal yang

komplikasi pertimbangannya.” Jadi statment favorable yang direspons Sangat Sesuai (SS) diberi nilai pertimbangan = 5, Sesuai (S) = 4, Kurang Sesuai (KS) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) = 1. Demikian juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi nilai pertimbangan untuk Sangat Tidak Sesuai (STS) = 5, sampai ke yang Sangat Sesuai (SS) = 1.

Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua pernyataan dalam skala sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.

Azwar (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini yaitu “dengan analisa item; misalnya 25% dari subyek mempunyai total skor rendah, kedua kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria

untuk mengevaluasi respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.”

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus

diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2011: 139)

Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak favorable. Jawaban tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorable dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang


(38)

Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi

normal adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban

yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak favorable.” Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket orientasi karir siswa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Pengungkap Orientasi Karir Siswa

Pernyataan

Alternatif Jawaban dan Skor Sangat Sesuai

(SS)

Sesuai (S)

Kurang Sesuai (KS)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

Positif (favorable) 5 4 3 2 1

Negatif (tidak favorable) 1 2 3 4 5

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen orientasi karir siswa yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen (judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi konten, konstruk, dan bahasa, yakni kesesuaian item pernyataan yang telah disusun dengan landasan teoritis dan ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.

Instrumen ditimbang oleh tiga orang dosen jurusan PPB FIP UPI yaitu 1) Dr. Mubiar Aggustin, M.Pd. 2) Nandang Budiman, S.Pd., M.Si. 3) Dra. S.A Lily Nurillah, M.Pd. Hasil penimbangan dari ahli tersebut, ditampilkan pada Tabel 3.5 berikut. (Rekapitulasi hasil penimbangan terlampir).


(39)

Tabel 3.5

Hasil Penimbangan Angket Pengungkap Orientasi Karir Siswa

Hasil Penimbangan

Pakar

Nomor Item Jumlah

Dipakai 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53.

45

Direvisi 3, 4, 5, 23, 27, 33, 36, 44. 8

Dibuang - -

2. Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen orientasi karir diuji secara empiris, instrumen terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel setara yaitu kepada 6 orang siswa SMA untuk mengukur keterbacaan instrumen. Uji keterbacaan dilakukan agar dapat memperbaiki redaksi kata yang sulit dipahami oleh responden. Setelah uji keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Hasilnya, seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan.

3. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilaksanakan sebagai prosedur penempatan sejumlah alternatif respon setiap item pada suatu kontinum kuantitatif sehingga diperoleh angka sebagai skor masing-masing alternatif respon. Selain itu, uji coba instrumen sekaligus untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen kepada siswa SMA Negeri se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2012/ 2013. Pedoman penskoran instrumen orientasi karir dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.


(40)

Tabel 3.6

Pedoman Penskoran Skala Likert

Pilihan Respon Siswa

Pedoman Skor Butir Pernyataan

(+)

Butir Pernyataan (-)

Sangat Sesuai 5 1

Sesuai 4 2

Kurang Sesuai 3 3

Tidak Sesuai 2 4

Sangat Tidak Sesuai 1 5

4. Uji Validitas

Syarat minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah instrumen penelitian adalah valid dan reliabel. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2003: 78). Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh item yang terdapat dalam angket pengungkap orientasi karirsiswa. Sugiyono (2010: 257)

mengungkapkan “uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur.” Semakin tinggi nilai validasi maka menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Perhitungan validitas menggunakan koefisien korelasi Spearman‟s Rho dengan Rumus 3.1 berikut.

Keterangan: ρ = koefisien korelasi tata jenjang/korelasi rho b = singkatan dari beda/selisih peringkat antarsubjek n = jumlah sampel

(Arikunto, 2006: 179) Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan bantuan SPSS for


(41)

Windows Versi 20.0, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 53 item pernyataan dari angket orientasi karir siswa terdapat 52 item pernyataan yang valid dan 1 item pernyataan yang tidak valid. Item-item pernyataan setelah uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Orientasi Karir Siswa

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 53.

52

Tidak Valid 50. 1

5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya atau derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Arikunto (2006: 178) mengungkapkan “suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat data karena instrumen tersebut sudah baik.” Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya, karena berapa kali pun data diambil hasilnya akan tetap sama.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dalam penelitian dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika memanfaatkan program komputer SPSS for Windows Versi 20.0. Sebagai tolak ukur, digunakan klasifikasi rentang koefisien reliabilitas dengan Rumus 3.2 berikut.





2

2 11

1

1

t b

k

k

r

Keterangan: r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = jumlah varian butir/item


(42)

t2 = varian total

(Sugiyono, 2010: 257) Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari realibilitas yang diperolehdapat dilihat pada Table 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen Koefisien Korelasi Kriteria Keterandalan (Reliabilitas)

0,81  r  1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,61  r  0,80 Derajat keterandalan tinggi 0,41  r  0,60 Derajat keterandalan cukup 0,21  r  0,40 Derajat keterandalan rendah

0,00  r  0,20 Derajat keterandalan sangat rendah (tidak berkorelasi) (Arikunto, 2010: 319) Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak 52 butir item yang valid pada angket orientasi karir siswa SMA. Hasil pengujian menggunakan bantuan SPSS for Windows Versi 20.0 dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Tingkat Reliabilitas Instrumen Orientasi Karir Siswa Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,907 52

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa dari ke-52 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen orientasi karir siswa sebesar 0.907 yang artinya semua data yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliabel. Tingkat korelasi dan derajat keterandalannya berada pada kategori kategori sangat tinggi. (Hasil perhitungan reliabilitas terlampir).

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Angket yang digunakan


(43)

adalah angket terstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran alat pengumpul data berupa angket untuk mengumpulkan data mengenai gambaran orientasi karir siswa kelas X SMA Negeri se-Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen. 2. Mengecek kesiapan siswa.

3. Mempersilakan siswa untuk mengisi identitas pada lembar jawaban yang telah disediakan.

4. Membacakan petunjuk pengerjaan instrumen dan mempersilakan siswa untuk mengisi angket yang telah disediakan.

5. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi siswa serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawabannya.

H. Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari siswa dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

c. Melakukan perhitungan statistik terhadap data hasil tabulasi sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Penetapan Penskoran Instrumen

Tahapan yang ditempuh dalam pengklasifikasian responden ke dalam lima kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah, antara lain:


(1)

168

seiring dengan kemajuan teknologi khususnya dalam dunia pendidikan. Beberaa hal yang perlu dikaji kembali oleh peneliti selanjutnya ialah sebagai berikut.

a. Populasi pada penelitian ini masih terbatas pada satu jenjang yaitu kelas X dan hanya pada jenjang SMA. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada jenjang lain seperti SD atau SMP, sehingga bila ditemukan permasalahan yang sama dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian bantuan layanan pada siswa di jenjang tersebut.

b. Orientasi karir merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki siswa supaya dapat melakukan tugas perkembangan karir selanjutnya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan karir secara tepat. Orientasi karir terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian orientasi karir yang dikhususkan untuk meneliti satu persatu aspek orientasi karir, sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih mendetail, jelas, dan beragam.

c. Melakukan uji efektivitas layanan bimbingan karir dengan menggunakan media informasi KBJI berbasis PHP untuk mengembangkan dan memantapkan orientasi karir siswa.

d. Mengembangkan media informasi lain berbasis teknologi yang dapat diaplikasikan dalam bidang bimbingan dan konseling, tidak hanya dalam layanan karir, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam layanan pribadi-sosial dan belajar.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Aeni, Y.N. (2011). Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Orientasi Karir Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Agustriani, H. dkk. (2001). Model Pembinaan Remaja dalam Rangka Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja. [Online]. Tersedia: http://ceria.bkkbn.go.id/penelitian/detail/198 [24 Maret 2013]

Argyropoulou, E.P., Dimakakou, D.S., & Besevegis, E.G. (2007). “Generalized Self-Efficacy, Coping, Career Indecision, and Vocational Choices of Senior High School Students in Greece: Implications for Career Guidance Practitioners”. Journal of Career Development. 33, (4), 316-337.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

_____. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

_____. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Biro Pusat Statistik. (2002). Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia. Jakarta

BPS.

_____. (2010). Pedoman Pengisian Kode Jabatan dan Lapangan Usaha Sensus Penduduk 2010. Jakarta BPS.

Budiamin, A. (2002). “Manajemen Layanan Bimbingan Karir pada SMU Negeri

di Kabupaten Bandung”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Psikopedagogia. 2, 259-266.

Budiman, N. (2002). “Hubungan Antara Kemandirian Emosional, Perilaku, dan

Nilai dengan Orientasi Karir”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Psikopedagogia. 2, (4), 241-258.

Caroline, L. (2010). Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). [Online]. Tersedia: http://www.caroline-lisa.co.cc/index.php?option=com= content&view=article&id=56:karakteristik-siswa-sekolah-menengah– atas-sma-&catid=42:psikologi-perkembangan&itemid=57 [28 Oktober 2011] Crites, J.O. (1969). Vocational Psychology: The Study of Vocational and


(3)

170

_____ (1980). Career Counseling: Models, Methodes, and Material. New York: McGraw-Hill Book Company.

Deeson, E. (1991). Dictionary of Information Technology. Glasgow, UK: Harper Collins Publishers.

Depnaker & BPS. (1995). Klasifikasi Jabatan Indonesia (Revisi 1982). Jakarta: Depnaker RI.

Dillard, J.M. (1985). Life Long Career Planning. Columbus Ohio: Bell & Howell Company.

Dryden, G. & Voss, J. (1999). Revolusi Cara Belajar. Jakarta: Kaifa.

Firdaus. (2007). 7 Jam Belajar Interakif PHP & MySQL dengan Dreamweaver.

Palembang: Maxikom.

Furqon, dkk. (2013). Masukan Pemikiran Tentang Peran Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013. PDF [Online]. Tersedia: http://ebookbrowse.com/26-januari-ke-2-bk-dalam-kurikulum-2013-pdf-d452243597 [17 Maret 2013]

Gani, R.A. (1996). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Gati, I. (2001). “High School Student’s Career-Related Decision_Making

Difficulties”. Jurnal of Counseling & Development. 79, 331-341.

Gerber, et al. (2009). “Exploring Types of Career Orientation: A Latent Class Analysis Approuch”. Journal of Vocational Behavior. 3, (1), 31-38.

Gysbers, N.C. & Henderson, P. (2006). Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program (fourth edition). US: ACA.

Hartono. (2009). “Efektivitas Bimbingan Karir Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA”. Makalah pada Konvensi Nasional XVI Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Surabaya.

Hasanah, N. (2010). Validitas Prediktif Skor Minat dan Bakat Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Havran, et al. (2003). “The Internal Career Orientation of Permanent and Contracting Information Technology Staffsa”. Journal of Industrial Psychology. 17, (1), 49-57.

Hirschi, A. & Lage, D. (2007). “The Relation of Secondary Students Career-Choice Readness to a Six-Phase Model of Career Decision Making”.

Journal of Career Development. 34, (2), 164-191.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima. Alih Bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.


(4)

Kartadinata, S. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana.

_____. (2012, 1 November). Konaspi VII: Mencetak Pendidik Pencipta Generasi

2045. Konaspi7 [Online]. Tersedia:

http://konaspi7.uny.ac.id/berita/konaspi-vii-mencetak-pendidik-pencipta-generasi-2045 [24 Maret 2013]

_____. (2012, 1 November). Pendidikan Harus Antarkan Generasi Emas

Indonesia 2045. UPI [Online]. Tersedia:

http://berita.upi.edu/2012/11/01/prof-sunaryo-pendidikan-harus-antarkan-generasi-emas-indonesia-2045/ [24 Maret 2013]

_____. (2012, 2 November). Pendidikan Harus Antarkan Generasi Emas

Indonesia 2045. ISPI [Online]. Tersedia:

http://www.ispi.or.id/2012/11/02/prof-sunaryo-pendidikan-harus-antarkan-generasi-emas-indonesia-2045/ [22 Maret 2013]

Katz, L., Joyner, J.W., & Seaman, N. (1999). “Effect of Joint Interpretation of the Strong Interest Inventory and the Myers-Briggs Type Indicator in Career Choice”. Journal of Career Assessment. 7, (3), 281-297.

Kleinisd. (2009). Career Orientation Education. [Online]. Tersedia: http://www.klienisd.net/default.aspx?name=iss.catecurric.career [28 Oktober 2011]

Manrihu, M.T. (1986). Studi Tentang Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa SMA Di Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor pada FPS IKIP. Bandung: tidak diterbitkan.

_____. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara. Mardiyah, I. A. (2012). Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berdasarkan Lokus Kendali Peserta Didik Madrasah Aliyah. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Masril. (2001). Program Bimbingan dan Konseling Berdasarkan Konsep Diri, Bakat, dan Minat Jabatan. Tesis Magister pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Nurbani, H. (2004). Kontribusi Layanan Informasi Karir Terhadap Penyelesaian Masalah Karir yang Dihadapi Siswa SMK. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Nurihsan, J.(2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Rosdakarya.

Oktaviana, T.A. (2008). Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Osborn, D.S., et al. (2003). “Client Anticipations About Computer-Assisted


(5)

172

Osipow, J.C. (1983). Career Counseling Models, Methode, and Materials. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Rafmainis. (2009). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling Berbasis Sigi-Plus Untuk Memantapkan Orientasi Karir Siswa SMK. Tesis Magister pada FPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Rahmi, S.R. (2009). Program Bimbingan untuk Meningkatkan Kemampuan Merencanakan Karir Peserta Didik Sekolah Menengah Atas. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Riyadi, A.R. (2006). Pengembangan Alat Ukur Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Robinson, N.K. et al. (2000). “Mining the Internet for Career Information: A Model Approach for College Students”. Journal of Career Assessment. 8, (1), 37-54.

Sadiman, A. dkk. (2002). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.

Sakti, I.L. (2010). Pengembangan Blog Layanan Informasi dan Konsultasi Untuk Meningkatkan Kebermanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sampson, Jr.J.P., Purger, M.P., & Shy, J.D. (2003). “Computer-Based Test Interpretation in Career Assessment: Ethical and Professional Issues”.

Journal of Career Assessment. 11, (1), 22-39.

Santrock, J.W. (2003). Adolesence. Alih bahasa (2003). Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sharf, R.S. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling.

California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sinambela, F.C. (1999). Kajian Tentang Pengaruh Orientasi Karir dan Hambatan Karir Terhaddap Kesuksesan Karir Agen Asuransi. Tesis. [Online]. Tersedia: http://www.itbcentralliberary.com/htm [24 Maret 2013]

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_____. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

_____. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia & PT Rosdakarya.


(6)

Supriatna, M & Ilfiandra. (2006). Apa dan Bagaimana Bimbingan Karir.

Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (Tidak diterbitkan).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Widiasti, T. (2010). Perbandingan Orientasi Karir Siswa Sekolah Menengah Pertama. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Winkel.W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

_____. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

_____. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.

Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zunker, V.G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning (2nd ed.). Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.


Dokumen yang terkait

Analisis Validitas Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester II Bidang Studi Ekonomi Kelas X SMA Negeri Umbulsari Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2010/2011

0 5 15

Analisis Validitas Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester II Bidang Studi Ekonomi Kelas X SMA Negeri Umbulsari Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2010/2011

0 10 15

Analisis Validitas Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester II Bidang Studi Ekonomi Kelas X SMA Negeri Umbulsari Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2010/2011

0 7 15

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/

0 6 70

PENGEMBANGAN MEDIA LAYANAN INFORMASI BIDANG KARIR BERBASIS WEB UNTUK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA TAHUN 20152016

6 18 127

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI KARIR BERBASIS KOLABORASI ANTARA SEKOLAH DENGAN DUDI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA SMK NEGERI KABUPATEN BREBES

0 5 27

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI KARIR BERBASIS LIFE SKILLS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR STUDI LANJUT PADA SISWA SMA NEGERI KABUPATEN BREBES

0 7 30

A. PENDAHULUAN - PENGEMBANGAN LAYANAN INFORMASI KARIR BERBASIS AJARAN ISLAM UNTUK MENINGKATKAN ASPIRASI KARIR SISWA DI SMAN 1 NGADIROJO

0 0 10

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEKS ANEKDOT BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA KELAS X SMA

0 3 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEDIA SITUS PERADABAN DUNIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IIS 3 SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

1 1 14