PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SENI PATUNG BERORIENTASI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA DI SMAN 13 KABUPATEN TANGERANG.

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………....ii
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………….….iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….………..iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….ix
DAFTAR TABLE ……………………………………………………………….xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………..1
B. Fokus Penelitian ……………………………………………………………...7
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….…..9

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Konsep Seni Rupa ………………………………………………………….10
B. Konsep Seni Patung …………………………………………………………14
C. Konsep Kreativitas ………………………………………………………….19
D. Konsep Pembelajaran Seni Rupa ……………………………………………26
E. Karakteristik Perkembangan Belajar Seni Rupa Siswa SMA……………….42

!

"

ii

BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………………………………………….51
B. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………….55
C. Lokasi dan Subjek Penelitian……………………………………………..

57

D. Teknik Analisis Data ………………………………………………………..59


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………………………..60
B. Pembelajaran Seni Patung Berorientasi Kreativitas Siswa SMA…………...89
C. Dampak Pembelajaran Seni Patung ……………………………………….114
D. Upaya-upaya Memaksimalkan Pembelajaran Seni Patung………….…….125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...131
B. Rekomendasi ……………………………………………………………….132

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….134
Lampiran ………………………………………………………………….........137

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………161

!

"


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1

Proses rancangan awal pembuatan Patung Jerapah…………….82

Gambar 4.2

Proses kerja siswa dalam kelompoknya, Patung Singa................83

Gambar 4.3

Ekspresi keceriaansiswa di samping karya kelompoknya,
Patung Badak Bercula Satu……………………………………..83

Gambar 4.4


Karya Patung Buaya, seorang siswa sedang
mengamati dalam rangka Proses detailing bentuk……………. 84

Gambar 4.5

Siswa di luar jam sekolah masih melakukan aktivitas
dalam karyaPatung Harimau…………………………………...84

Gambar 4.6

Aktivitas siswa dalam proses berkarya seni patung,
tahun ajaran 2009-2010…………………………………………85

Gambar 4.7

Patung surealis dalam deformasi bentuk, Menggunakan
teknik cor untuk media semen, sedangkan yang
media kayu menggunakan teknik ukir/ pahat…………………..86

Gambar 8.4


Proses awal pembuatan desain pada media kertas…………. ….146

Gambar 9.4

Proses latihan pada tanah liat…. ......................................... ….147

Gambar 10.4 Proses membentuk pada jam pelajaran sekolah ………...........148
Gambar 11.4 Proses membentuk di luar jam pelajaran sekolah………….….149
Gambar 12.4 Proses dan teknik menggrinda bentuk…………………………150
Gambar 13.4 Proses penyimpanan karya sebelum finishing …………………151
Gambar 14.4 Tahap menjelang pengecatan……………………………… ….152

!

"

iv

Gambar 15.4 Proses tahapan pengecatan detailing...........……………… 153

Gambar 16.4 Contoh karya yang sudah selesai.........................................154
Gambar 17.4 Contoh karya seni patung yang ditempelkan di dinding ….155
Gambar 18.4 Karya siswa yang menekankan perwajahan........................156
Gambar 19.4 Karya siswa yang menampilkan deformasi anatomi...........157
Gambar 20.4 Mencoba berpameran karya patung di lobi sekolah ……...158
Gambar 21.4 Mencoba berpameran karya patung di lobi sekolah............159
Gambar 22.4 Pameran karya patung dan lukis di luar sekolah …….…...160

!

"

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Sasaran Program SMAN 13 Tangerang…………..... ………63


Tabel 4.2

Cakupan Kelompok Mata Pelajaran ………………………66

Tabel 4.3

Struktur Kurikulum Kelas X SMA 13 Tangerang ............ 68

Tabel 4.4

Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII IPA SMAN 13
Tangerang ..................................................................

Tabel 4.5

Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII IPS SMAN 13
Tangerang ....................................................................

Tabel 4.6


69

79

Daftar Bangunan Gedung Sekolah SMAN 13
Tangerang ....................................................................

75

Tabel 4.7

Daftar Pimpinan SMAN 13 Tangerang ............................

76

Tabel 4.8

Data Tenaga Pendidik SMAN 13 Tangerang ..................... 76

Tabel 4.9


Data Tenaga Kependidikan SMAN 13 Tangerang ............. 80

Tabel 4.10

Data Personil Tata Usaha dan Pramubakti .........................100

Tabel 4.11

Pelaksanaan Menggali Gagasan dan Membuat Disain…

Tabel 4.12

Kecenderungan Kreativitas Siswa dalam Menggali

100

Gagasan dan Membuat Disain ..............................................101
Tabel 4.13


Pelaksanaan Membentuk dan Memfinishing Patung ..

Tabel 4.14

Kecenderungan Kreativitas Siswa dalam

106

Membentuk dan Memfinishing Patung .............................

107

Tabel 4.15

Pelaksanaan Memamerkan Karya Patung .........................

111

Tabel 4.16


Kecenderungan Kreativitas Siswa dalam
Memamerkan Karya Patung .........................................

Tabel 4.17

Dampak Negatif dan Hambatan dalam Menggali

!

"

113

vi

Gagasan dan Membuat Desain Patung ........................
Tabel 4.18

Dampak Negatif dan Hambatan dalam
Membentuk dan Memfinishing Patung .......................

Tabel 4.19

111

122

Dampak Negatif dan Hambatan dalam
Memamasarkan Karya Patung siswa......................... …….. 124

!

"

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak reformasi bergulir pada satu dekade lalu, semakin disadari
pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam
hal ini, pendidikan tidak hanya sekedar suplemen dalam pembangunan, melainkan
menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional.Selain

akan membentuk

karakter anak bangsa, (carakter building) di masa depan terbentuk juga kearifan
lokal bangsa. Karena itu, paradigma pembangunan pendidikan nasional yang
sebelumnya hanya menitikberatkan pada penumbuhan sektor perekonomian telah
mengalami perubahan. Pendidikan menjadi bagian dari membangun manusia
Indonesia yang kreatif, yang akan berdampak pada pembangunan perekonomian
Bangsa. Pergeseran paradigma ini didasarkan atas pelajaran dari keberhasilan
bangsa lain, yang dapat membangun perekonomian bangsa lewat peningkatan
kualitas

pendidikannya, yang berimplikasi pada kualitas sumber daya

manusianya.
Untuk menciptakan manusia Indonesia yang dapat membangun karakter
bangsa, tidak bisa dilepaskan dari upaya peningkatan mutu pendidikan.
Membangun manusia merupakan proses panjang, berjenjang dan berlangsung
secara berkelanjutan. Keberhasilan pencapaian mutu pendidikan di tingkat dasar
akan menentukan mutu pendidikan di tingkat lanjutan. Peserta didik

!

"

yang

2

tergolong remaja harus mendapat perhatian, mengingat di tangan generasi muda,
kelanjutan pembangunan nasional dilimpahkan. Peningkatan mutu pendidikan
yang mencapai standar kompetensi pada setiap mata pelajaran akan berakumulasi
pada proses pencapaian

visi pendidikan secara nasionalyaitu,mewujudkan

manusia Indonesia yang bertakwa dan produktif.
Pendidikan seni budaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan pendidikan nasional. Pendidikan seni memiliki karakter pada
orientasi perubahan perilaku peserta didik yang berkualitas dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap menghargai karya seni, serta dapat berkreasi seni secara
kreatif. Perubahan perilaku peserta didik tersebut hanya mungkin bisa berjalan
manakala terciptanya kondisi interaksi yang bermutu, antar peserta didik dan
antar pendidikan dengan peserta didik di lingkungan sekolah.Pemanfaatan
berbagai sumber belajar seni budaya

di lingkungan sekitar, menjadikan

pembelajaran disesuikan dengan kontek sosial budaya setempat. Untuk mencapai
hal itu, maka diperlukan usaha-usaha yang serius oleh para guru seni budaya,
untuk menyusun materi seni budaya berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran (KTSP), membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seni
budaya dan melaksanakan pengelolaan pembelajaran seni budaya, yang lebih
dapat mengembangkan potensi seni budaya para siswa. Usaha ini dilakukan agar
berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang akan mencapai

!

"

3

kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kreatif dalam berkarya
seni.
Pengelolaan pembelajaran seni budaya akan sulit tercapai pada tingkat
kreativitas siswa, jika para gurunya tidak mendisain pembelajaran secara kreatif.
Pembelajaran seni budaya yang bersifat monoton dan konvensional, sebatas
memberi teori dan praktek, tanpa melakukan proses olah rangsang untuk
kreativitas siswa, bukan hanya tidak sesuai dengan semangat zaman, melainkan
mengingkari dari watak pembelajaran seni budaya. Lebih dari itu pembelajaran
seni budaya akan ditinggalkan oleh para siswa.
Saat ini banyak model pembelajaran seni kreatif yang ditemukan, baik dari
pengalaman maupun hasil penelitian. Para siswa telah terbiasa mendapat input
dari berbagai sumber pembelajaran, seperti pameran maupun media internet.
Pembelajaran seni budaya yang kreatif akan mengajak para siswa pada sesuatu
yang kongkrit, dengan praktek berkarya tanpa meninggalkan teori. Dalam banyak
peluang, siswa dibelajarkan secara langsung dengan kehidupan masyarakat seni
budaya yang ada di lingkungannya, sehingga bersifat kontekstual.
Hakekat pendidikan seni budaya yang kreatif secara langsung akan
mendukung pencapaian pembangunan manusia Indonesia yang aktif, produktif
dan kreatif. Kompetensi sumber daya manusia yang demikian

menjadi

persyaratan dalam kompetisi dalam persaingan bebas abad 21. Pendidikan seni
budaya saat ini juga berkaitan dengan pemikiran yang lebih luas, yakni

!

"

4

menciptakan kualitas

manusia yang dapat mewujudkan, usaha-usaha dalam

pelestarikan nilai-nilai lokal di lingkungannya, bangsanya dan dunianya. Dengan
demikian tujuan utama pendidikan seni budaya adalah membangun manusia
dalam situasi kehidupan lingkungan yang berada dalam pengaruh global.
Pendidikan seni budaya yang dapat mengakomodir nilai-nilai kreativitas
adalah, pendidikan seni yang adaptif dan kolaboratif dengan tuntutan dan
kebutuhan zaman.Dinamika perkembangan seni budaya yang terus berkembang,
dapat mempengaruhi lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.Dinamika ini
seharusnya diintegrasikan dalam pembelajaran seni budaya. Diperlukan usaha
penyesuaian materi dan penyajian pembelajaran dengan karakter umum peserta
didik, sehingga dapat menumbuhkan minat dan bakat, serta mendorong
pencapaian kreativitas secara optimal.
Salah satu bagian mata pelajaran seni budaya adalah pembelajaran seni
rupa.Materi pembelajaran seni rupa berkaitan dengan kompetensi pengetahuan,
kreasi dan apresiasi dalam kategori seni murni dan seni pakai, maupun kategori
dua dimensi dan tiga dimensi. Sumber pembelajaran seni rupa

yang ada di

lingkungan sekitar sekolah atau daerah setempat, lingkungan nusantara dan
bahkan sumber belajar seni rupa dari mancanegara.
Materi pembelajaran seni rupa yang tergolong seni rupa murni dengan
bentuk tiga dimensi adalah, pembelajaran dalam kompetensi ekspresi diri melalui
seni patung. Kompetensi dasar, kreasi seni patung dan termasuk karya seni rupa

!

"

5

tiga dimensi yang memanfaatkan bahan dan teknik yang berbeda. Pemilihan
bentuk, bahan dan teknik, akan disesuaikan dengan karakter siswa dan lingkungan
sekolah. Untuk mencapai optimalisasi kreativitas siswa, maka dalam proses
pembelajaran guru harus membuat RPP pembelajaran secara kreatif. Lebih dari
itu, guru harus mengelola pembelajaran seni patung pada siswa secara kreatif,
sehingga mencapai sasarannya.
Dalam kenyataannya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran seni
patung untuk siswa SMA, khususnya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
masih banyak yang harus dibenahi. Umumnya usaha pengembangan kreativitas
siswa SMA dengan pembelajaran seni patung, masih tergolong sangat langka. Hal
itu tampak pada serangkaian pengamatan maupun diskusi terbatas, yang
dilakukan oleh penulis beserta forum guru seni budaya SMA, se Kabupaten
Tangerang, Banten, pada 10 Januari 2012. Fenomena ini menunjukkan bahwa,
masih kurangnya optimalisasi pencapaian kreativitas siswa melalui seni patung,
khususnya dalam pengembangan kreativitas siswa SMA. Melalui pengamatan itu
dapat penulis rangkum, sebagai berikut:
1.

Jarang sekali guru seni budaya mengajarkan seni patung sebagai rangsang
menumbuhkan kreativitas siswa SMA. Kalaupun ada, guru yang mengajarkan
seni patung tidak menggunakan media yang tepat, sehingga tidak
mengekploitasi daya kreativitas siswa. Para guru seni budaya lebih sibuk
mengajarkan pengetahuan seni rupa dan hanya mengajarkan karya seni rupa

!

"

6

dua dimensi saja, karena cipta karya tiga dimensi dipandang akan merepotkan
pekerjaan guru.
2.

Pengembangan kreativitas dengan pembelajaran seni patung umumnya hanya
tugas individual yang diselesaikan di sekolah. Jarang sekali pembuatan karya
seni patung dengan ukuran yang besar atau monumental, sehingga kurang
mendorong daya kreativitas siswa SMA, yang nyatanya membutuhkan
tantangan. Pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas seni budaya
dengan menggunakan kerja kelompok, pada siswa SMA ternyata berdampak
luas bagi kreativitas pembelajaran seni budaya, yang bersifat kolaboratif dan
dapat mencapai sinergi pembelajaran yang lebih diharapkan.

3.

Pemilihan media dan tehnik berkarya seni patung tidak sepenuhnya diberikan
kepada siswa SMA, padahal para siswa dapat mempelajarinya secara
langsung di lingkungan masing-masing ataupun dengan memanfaatkan
sumber belajar internet. Dalam hal ini pendidik seni budaya kurang
mengarahkan
mengekploitasi

proses
potensi

pengembangan
para

siswa,

dalam
untuk

usaha

mencari,

menemukan

atau

cara-cara

menyelesaikan karya patung dengan ukuran yang relatif lebih besar.
4.

Kemungkinan tidak dilakukannya pembelajaran seni patung, yang mendorong
pengembangan kreativitas siswa SMA di Kabupaten Tangerang, berkaitan
dengan pengalaman dan kompetensi guru seni budaya, yang pada umumnya
tidak sepenuhnya memiliki kemampuan dalam berkarya seni patung.

!

"

7

5.

Terdapat fenomena dukungan pengembangan kreativitas siswa berkait
manajeman sekolah, meskipun keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah,
yang tidak memiliki studio dalam pelaksanaan pembelajaran seni patung.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ditemukan di lapangan
menunjukan bahwa, pembelajaran seni patung di SMA cenderung masih jauh dari
harapan

dalam

pencapaian

pembelajaran seni patung

pengembangan

kreativitas

siswa.

Bahkan

tidak diajarkan. Kalaupun diajarkan cenderung

monoton dan biasa-biasa saja, seperti siswa diberi penugasan, dikerjakan di
rumah, guru tidak melakukan demontrasi secara teknik. Guru hanya memberikan
contoh karya seni patung berupa gambar, tidak adanya pembimbingan dalam
memotivasi kreativitas, sehingga tidak menarik bagi siswa SMA. Pembelajaran
seni patung dengan pendekatan kolaboratif, akan memberi kebebasan bagi siswa
SMA untuk memilih bahan, teknik, disain, dan bekerja secara kelompok, hal ini
memungkinkan untuk dijadikan cara, dalam pengembangkan kreativitas.
Pengalaman penulis selama ini sebagai pendidik seni rupa di SMA menunjukkan,
seni

patung

dapat

menjadi

media

dalam

mengembangkan

kreativitas

siswa.Penulis memandang penting untuk meneliti secara serius, untuk memahami
peran pembelajaran seni patung, untuk pengembangan kreativitas siswa SMA
secara berkelompok.

B. Fokus Penelitian

!

"

8

Pembelajaran seni budaya yang dapat mengembangkan kreativitas siswa
SMA, khususnya melalui seni patung tentunya banyak dimensi yang harus
diperhitungkan.Untuk itu penulis memfokuskan pada pembelajaran seni patung
yang lebih menekankan kebebasan dan fokus aktivitas siswa dalam berkarya
secara berkelompok agar mencapai pengembangan kreativitas siswa. Fokus
penelitian ini dapat dirumuskan menjadi, sebagai berikut: “Apa, mengapa dan
bagaimana kreativitas siswa dikembangkan melalui pembelajaran seni
patung pada siswa di SMAN 13 Tangerang - Banten?”Fokus Masalah ini
dapat dijelaskan lagi melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.

Pengelolaan pembelajaran seni patung bagaimana yang bisa mengembangkan
kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang?

2.

Bagaimana dampak pembelajaran patung dalam peningkatan kreativitas siswa
SMAN 13 Kabupaten Tangerang?

3.

Bagaimanakah upaya-upaya memaksimalkan pencapaian pengembangan
kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang melalui pembelajaran seni
patung?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
beberapa cara mengembangkan kreativitas anak dalam pelajaran seni rupa.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

!

"

9

1.

Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran seni patung bagaimana yang bisa
mengembangkan kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang.

2.

Menganalisis dampak pembelajaran patung dalam peningkatan kreativitas
siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang.

3.

Menemukan

upaya-upaya

memaksimalkan

pencapaian

pengembangan

kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang melalui pembelajaran seni
patung.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1.

Secara akademis dapat menemukan konsep baru tentang pembelajaran
seni budaya, khususnya seni patung yang dapat mengembangkan kreativitas
siswa SMA secara maksimal.

2.

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan praktis bagi
para guru seni budaya dalam pembelajaran seni patung secara kreatif. Bagi
sekolah dan masyarakat, dapat membuka wawasan untuk mendukung
pembelajaran seni patung yang kreatif.

3. Bagi pemerintah daerah maupun pusat, khususnya Departeman Pendidikan
Nasional, akan menjadi landasan kebijakan dalam pendidikan seni budaya di
masa mendatang.
4. Secara khusus penelitian ini dilakukan sebagai landasan dasar, untuk keprofesian
peneliti sebagai pengajar bidang studi seni budaya di SMA.

!

"

52

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini penulis akan membahas pelaksanaan penelitian di lapangan
dalam bentuk langkah-langkah penelitian, agar hasil penelitian menjadi kredibel dan
dapat

dipertanggung

jawabkan.Pelaksanaan

dalam

bentuk

langkah-langkah

penelitian ini telah dipikirkan secara matang dengan cara menetapkan pendekatan
dan metode penelitian yang akan digunakan, subjek penelitian yang ditetapkan oleh
peneliti, pengamatan yang diteliti dan diteliti ulang dengan sumber data dan teknik
pengumpulan data yang relevan.(member check).
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa data-data yang empiris mengenai pengembangan kreativitas siswa
melalui seni patung. Pendekatan yang digunakan, yaitu melalui pendekatan
kualitatif yang mengacu pada studi kasus. Pemilihan pendekataan dan metode ini
dianggap tepat mengingat penelitian ini lebih memperhatikan hubungan-hubungan
yang erat dalam struktur pembelajaran yang saling terkait, kehadiran siswa yang
berkarya dan penyajian pembelajaran seni patung.
Objek siswa SMA diajak untuk aktif, baik secara individu maupun secara
kolektif dalam berkarya. Selain itu, siswa juga ditantang untuk melakukan
pengembangan kemampuannya dalam mendisain dan mengorganisasi potensinya,

!

"

53

sehingga tumbuhnya kreativitas secara kolektif dalam berkarya menjadi sasaran
utama dalam pendekatan ini.
Merujuk pada mekanisme pengkajian atas bagian-bagian keterkaitan antar
bagian, maka pendekatan kualitatif ini sangat mewakili untuk mengungkap tabir
kehidupan para siswa dengan lingkungan sekolahnya, interaksi antarsesama,
memahami bahasa ekspresi, tafsiran atau multi tafsir dalam kultur persepsi budaya,
sertapengembangan imajinasi dan kreativitas yang selalu tertantang dalam
lingkungannya.
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis teliti, yakni pengembangan
kreativitas siswa melalui seni patung ditempatkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari aspek kehidupan kelompok sosial di sekolah.Kreativitas siswa
secara positif yang timbul akibat dampak pembelajaran seni patung, menjadikan
berkembangnya pola pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah.
Untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antarunsur tersebut,
maka

diperlukan

pengujian

yang

berulang-ulang,

mendasar

dan

mendalam.Pengumpulan informasi yang menjadi serangkaian data penjelas dalam
pendekatan ini harus berdasar pada fakta di sekolah setempat sebagai landasan
prinsipil yang harus ditaati dalam penelitian kualitatif.Dengan demikian posisi
peneliti adalah mengamati situasi saat pembelajaran seni rupa(patung) yang tampak
berhubungan dengan tempat, waktu, obyek, pelaku, aktivitas, tindakan, dan

!

"

54

perasaan-perasaan siswa yang bersangkutan mengenai pengembangan kebebasan
berekspresi yang membawa dampak meningkatnya kreativitas siswa.
Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai digunakan dalam penelitian ini
dengan alasan sebagai berikut: “1) Lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan; 2) Menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan
responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi” (Moleong, 1993: 5).
Menurut Black & Champion (l992: 289),teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian itu yakni:
(a) Teknik pengamatan atau observasi, yakni teknik yang menekankan pada
kecermatan panca indra dalam mengamati gejala fisik yang berhubungan
dengan budaya belajar produktif, ketrampilan melukis dan keterampilan hidup
kolektif. (b) Teknik pengamatan terlibat, yakni teknik pengamatan mengenai
hubungan, tindakan manusia dalam kaitanya dengan yang lain. Teknik ini
membutuhkan interaksi sosial yang dilakukan dengan kerja sama dengan suatu
kelompok social. (c) Teknik wawancara berstruktur. Teknik wawancara penting
dilakukan untuk melengkapi teknik observasi. Teknik wawancara berstruktur
adalah wawancara yang dilakukan melalui sejumlah informan yang setara
dengan cara struktur yang bertingkat-tingkat, yakni dengan menggunakan
pedoman wawancara yang dirancang sebelum wawancara dilakukan mengenai
suatu topik permasalahan; (d) Teknik wawancara mendalam (deep
interview),digunakan untuk melengkapi teknik pengamatan terlibat, yakni
dengan cara konfirmasi kembali kepada sumber lainnya yang dipandang tepat.
Dalam wawancara mendalam memerlukan informan kunci (key informant) guna
memperoleh validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat;
dan (e) Teknik studi dokumen, yakni menggali informasi melalui dokumendokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji.
Berkaitan dengan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif ini,
Bogdan dan Taylor (1993:30) mengemukakan sebagai berikut:

!

"

55

Pendekatan kualitatif mengarah kepada keadaan-keadaan dan individuindividu secara holistic (utuh). Pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau
individu tindak akan direduksir (disederhanakan) kepada variable yang telah
ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelum, akan tetapi dilihat
sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Selanjutnya Bogdan dan Taylor (Lexy J.Moleong, 1993:3) menyatakan
bahwa: “metode kualitatif sebagai metode yang menghasilkan data desktiptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.
Bogdan dan Biklen (1992),(Soehardi Sigit, 1999:155) mengemukakan bahwa
pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perangkat alami adalah sumber langsung data, dan peneliti sendiri adalah
instrumen kunci.
2. Data yang dikumpulkan bukan angka-angka, melainkan dalam bentuk kata
atau gambar-gambar.
3. Penelitian kualitatif hanya berkaitan dengan proses dan hasil peneliti
hanya peduli pada bagaimana hal itu terjadi, bagaimana orang berinteraksi
satu dengan yang lainnya, bagaimana satu pertanyaan dijawab, arti
daripada kata-kata dan tindakannya, bagaimana sikap dijabarkan dalam
tindakan.
4. Penelitian kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif penelitian
kualitatif biasanya tidak memformulasikan sesuatu hipotesa lalu
mengujinya, melainkan melihat dan melaporkan sebagaimana adanya.
5. Peneliti kualitatif peduli bagaimana hidup mereka yang menjadi sasaran
penelitian itu mempunyai arti bagi mereka, yaitu pandangan hidupnya, apa
yang menjadi pikirannya, anggapan, motivasi, alasan, tujuan dan lain-lain.
Dalam penelitian melalui pendekatan kualitatif ini digunakan metode studi
kasus. Beberapa alasan digunakannya studi kasus oleh peneliti, karena penelitian ini
mencakup upaya pengungkapan proses yang melibatkan manusia dalam kontek
sosial, yaitu: “…Siswa dan guru dalam lingkungan sekolah maupun dalam batas
tertentu.

!

"

56

Bertitik tolak dari pengamatan yang terlihat, maka dalam penelitian ini dapat
diajukan pertanyaan “Apa, mengapa dan bagaimana?” pengembangan kreativitas
siswa melalui seni patung dilakukan pada siswa SMAN 13 Tangerang - Banten.
Keterlibatan peneliti dalam penelitian adalah suatu keharusan dalam ketentuan baku
pendekatan kualitatif. Dengan melibatkan diri dan terjun langsung di lapangan,
peneliti mendapatkan penyelidikan yang lebih mendalam guna mendapatkan
perubahan-perubahan yang timbul dalam diri siswa dalam penelitian. Melalui
pengamatan langsung ini perubahan yang menyeluruh akan didapat, dikaji juga
bagaimana tingkah laku siswa mendapatkan perubahan ketika individu siswa
menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap lingkungannya.
Beberapa variabel penting yang terkait dengan riwayat siswa dan
pengembangan kreativitas yang akan diteliti. Pengumpulan data meliputi pengalaman
masa lampau dan keadaaan lingkungan siswa.Selanjutnya diharapkan terungkap
gambaran secara terperinci tentang sifat-sifat atau karakter yang khas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Paton (1987:19) yang menyatakan, bahwa: “Studi kasus ini akan
sangat berarti ketika ditemukan uniqueness perbedaan dari program yang satu dengan
yang lainnya, atau dari pengalaman program yang satu dengan pengalaman program
lainnya”.
B. Teknik Pengumpulan Data
Sumber informasi atau pengambilan data penelitian ini diperoleh melalui studi
lapangan, yakni melalui (observasi) atau pengamatan, baik berupa pengamatan biasa
!

"

57

ataupun pengamatan terlibat. Sumber informasi pengamatan adalah keadaan dan
kejadian yang berlangsung dalam lingkungan sekolah dalam proses belajar mengajar
dan lingkungan masyarakat.
Peneliti juga akan melakukan pengumpulan data, pengungkapan dan
menganalisa data secara terperinci terkait dengan pengembangan kreativitas siswa
melalui kegiatan proses belajar mengajar dalam seni patung. Upaya pengungkapan
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar ini dilakukan untuk mendapatkan
datapengembangan kreativitas siswa dalam seni patung. Penelusuran informasi
pertama dilakukan kepada pihak penyelenggara, yaitu sekolah, sumber belajar dan
siswa.Pengungkapan pengembangan kreativitas dalam seni patung ini meliputi: (a)
sarana atau lokasi praktek; (b). Dokumen-dokumen pembelajaran seni rupa, baik
dalam bentuk karya maupun media cetak dan elektronik yang ada; (c) Mencari
informasi hasil karyasiswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar seni
patung; (d) mengetahui kegiatan dilaksanakan dari sebelum, berlangsung dan
sesudahnya; (e) mengamati aktivitas siswa secara langsung; (f), mengetahui kesiapan
media, alat dan bahan

yang diperlukan siswa dalam membuat karya, baik secara

individu maupun kelompoknya; (g) pelaksanaan kegiatan pembelajaran seni rupa; (h)
kegiatan keterampilan hidup sehari-hari. Observasi atau pengamatan terlibat
digunakan untuk memperhatikan pada (a) suasana belajar; (b) suasana praktek; (c)
berbagai proses kegiatan bekerja; (d), proses pembelajaran keterampilan dalam
pembuatan patung, baik individu maupun kelompok.

!

"

58

Interview atau wawancara penting dalam penggalian informasi dari para
informan yang memiliki pengetahuan banyak mengenai pola pembelajaran patung
yang kreatif yang akan mencapai keterampilan kretaif para siswa. Wawancara dibagi
dalam dua bagian, wawancara terstruktur, yakni dengan menggunakan pedoman
wawancara secara berulang kepada informan mengenai suatu topik; dan wawancara
mendalam yang digunakan untuk menggali suatu informasi penting di lapangan
sehingga dapat mencapai pemahaman yang menyeluruh mengenai masalah yang
diteliti. Informan yang ditetapkan dalam penelitian ini berada di lingkungan sekolah,
diantaranya: (a) Kepala sekolah SMA; (b) para orang tua siswa SMA; (c) Komite
sekolah SMA; (d) para guru SMA; (e) lulusan SMA sebelumnya; (f) staff
Administrasi atau Tata Usaha SMA; (g) Penjaga sekolah atau kebersihan sekolah;
serta (h) para siswa-siswi

SMAN 13 Kabupaten Tangerang sebanyak 8 kelas.

pertimbangannya dilihat sebagai suatu kemudahan dalam penelitian dan keterlibatan
langsung.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang, dengan
sasaran untuk mengetahui pengembangan kreativitas siswa dalam seni patung pada
pembelajaran seni rupa. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek lebih tepat
digunakan dibandingkan dengan sampel. Istilah sampel bertolak dari asumsi bahwa
setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai

!

"

59

sampel, sedangkan dalam penelitian kualitatif seperti ini tidak semua subjek dari latar
yang diteliti mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai subjek penelitian.
Penelitian ini akan membagi dua subjek untuk diteliti. Pertama responden
siswa yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
informasi di lapangan bagaimana pengalaman yang didapat berkaitan dengan seni
patung. Kedua, pihak pelengkap data penelitian untuk melengkapi data-data yang
tidak terungkap dari subjek penelitian, dan sekaligus sabagai triangulasi untuk
menjamin akurasi data informan ini terdiri dari penyelenggara dan sumber belajar
seni rupa.
Dalam penelitian ini sampel berarti subjek orang, peristiwa, dan informasi
yang dipilih untuk memberikan informasi yang terpercaya. Untuk itu, penetapan
subjek dilakukan melalui sampel internal. Bogdan dan Biklen (1982:62) menyebut
sampel internal, ”yaitu keputusan yang diambil jika setelah memiliki gagasan umum
mengenai apa yang akan dikaji, dengan siapaakan berbicara, kapan melakukan
pengamatan dan berapa banyak jenis dokumen yang akan ditinjau.” Oleh Glaser dan
Straus (1985:102) disebut, bahwa:
Sampling teoritis dengan kriteria penentuan kapan berhenti membuat
sampling kelompok-kelompok yang berbeda-beda untuk sebuah kategori
adalah kejenuhan teoritis kategori itu. Orang memperoleh kejenuhan teoritis
dengan cara mengumpulkan data sambil menganalisisnya. Bila suatu kategori
telah jenuh, tidak ada cara lain kecuali terus mencari kelompok baru dengan
data dari kategori lain dan berusaha menjenuhkan kategori-kategori baru ini
juga.

!

"

60

Pemilihan subjek informan, prosedurnya sesuai dengan saran Patton (1980:
205) yaitu,”peneliti memilih informan yang dipandang paling mengetahui masalah
yang dikaji, dan pilihannya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam pengumpulan data.”

D. Teknik Analisa Data
Model analisis yang digunakan yaitu dengan cara pengumpulan data yang
terjadi si lapangan dan sesudahnya. Model ini mengacu pada model yang dibuat oleh
Miles dan Huberman, (1992:20), yaitu ”model interaktif,” serta langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Nasution S. (1993:129), yakni (1) Koleksi data (data collection);
(2)Penyederhanaan data (data reductional); (3)Penyajian data (data display) dan (4)
Pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion: drawing verving)

!

"

134

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Penelitian

mengenai

pembelajaran

seni

patung

yang

berorientasi

mengembangkan kreativitas siswa di SMAN 13 Tangerang – Banten , dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
1. Lingkungan

sekolah

SMAN

13

Tangerang

menjadi

wahana

dalam

pengembangan kreativitas bilamana terdapat jalinan kerjasama yang baik antara
pihak guru, siswa, kepala sekolah dan juga orang tua. Kreativitas siswa dapat
tumbuh dan berkembang dengan pembelajaran seni patung dengan cara
mengelola dan mengimplmentasikan dengan metoda kerja kelompok siswa dan
eksplorasi ekspresi diri gaya siswa.
2. Pembelajaran seni patung berkaitan dengan Kompetensi Dasar tentang ekspresi
diri melalui karya seni murni daerah setempat, nusantara dan mancanegara.
Kompetensi tersebut dapat dibagi menjadi tiga pertemuan, yakni: (1) berkaitan
dengan fokus menggali ide dan membuat desain patung; (2) berkaitan dengan
fokus membentuk dan penyelesaian karya patung; dan (3) berkaitan dengan
memamerkan karya patung bersama di sekolah. Dengan tiga perecanaan tersebut
diarahkan untuk

!

mencapai:

"

(a) memberi stimulus keberanian; (b) memberi

135

kebebasan berkarya; (c) mendorong berpikir alternative dan (d) mencapai
originalitas dalam hasil karya.
3. Dampak pembelajaran patung bagi siswa adalah (a) Siswa merasa bakat dan
minat tersalurkan; memiliki pengalaman membentuk, memahat, mewarnai;
merasa memiliki sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya; kreativitas yang
muncul seketika dalam menuangkan ide; menikmati kebebasan dalam berkarya;
menunjukan jati diri dari kemampuannya; tumbuh rasa tanggung jawab dan
solider terhadap kawannya atau kelompok; mengakui kekurangan dan kelebihan
kawannya; memahami hakekat berapresiasi; dan lebih dekat dan lebih bersahabat
dengan sesame siswa.
4. Masalah dalam memaksimalkan pembelajaran patung di SMAN 13 Tangerang,
yakni (a) Masih besarnya rasa kekhawatiran salah bagi sebagian siswa; (b) rasa
kurang percaya diri dalam berkarya; (c) kekopakkan dalam kerjasama; (d)
Beberapa siswa dalam setiap kelompok kurang aktif dan cenderung mengganggu.
Untuk mengatasi hamtatan-hambatan tersebut, maka secara umum harus ada
usaha-usaha yang dilakukan Guru seni budaya untuk memaksimalkan
pembelajaran seni patung yang kreatif. Secara umum hal-hal yang harus
dilakukan

berkaitan dengan: evaluasi diri; pengelolaan pembelajaran; dan

lingkungan sekolah.

B. Rekomendasi

!

"

136

Rekomendasi atau saran hasil penelitian mengenai pengembangan
kreativitas melalui pembelajaran seni patung ini ditunjukkan ke beberapa pihak,
diantaranya:
1. Bagi pihak guru seni budaya yang mengajar SMA wilayah Tangerang atau
lainnya, sebaiknya materi seni patung diarahkan pada bentuk yang deformasi,
tidak figuratif. Langkah-langkah pembelajaran hanya sebagai ancang-ancang
bukan pedoman baku. Pengolahan pendekatan dan metode menekankan pada
kelompok kerja dan ekspresi diri. Siswa diberikan kebebasan berekspresi
seluas-luasnya, tetapi bertanggung jawab.
2.

Bagi pihak sekolah, sebaiknya pembelajaran patung disediakan tempat khusus
untuk mengembangan kreativitas siswa di sela-sela waktu. Sebagimana di
negara maju, setiap waktu siswa memiliki kesempatan untuk rilexsasi dengan
berkarya seni pada jam pelajaran kosong.

3.

Bagi pihak Diknas Kabupaten Tangerang, memiliki kebijakan yang
melindungi pemajangan karya siswa SMAN 13 Tangerang - Banten untuk
aktualisasi diri dan wahana apresiasi, bukan sebaliknya tidak mendukung
publikasi,yaitu dengan melakukan pembongkaran patung karya siswa.

!

"

137

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khalili, Amal Abdussalam. (2005), Mengembangkan Kreativitas anak. Jakarta:
Pustaka Al – Kautsar.
A.J, Soehardjo. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep sampai program.
Balai Kajian Seni dan Desain Universitas Malang.

Malang ;

Alwasilah, A. Chaedar. (2003). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya.
Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Champan, H.Laura. (1978). Research Design : Qualitative and Quantitative
Approach. Oslo : Sage Publication.
Chandra Julius. (1994). Kreativitas.Bagaimana Menanam, Membangun dan
Mengembangkannya. Jakarta : PT. Kanisius.
Depdikbud. (1997). Himpunan Peraturan dan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan
Kesiswaan. Jakarta : Koperasi Pegawai Kanwil Depdikbud.
De Porter Bobbi & Hernacki Mike. (1992). Quantum Learning. Bandung : KAIFA.
Dermawan Budiman. (1989). Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Ganeca Exact.
Dharmawan. (1998). Pegangan Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Armico.
Dharsono, Sony, Kartika. (2004) Seni Rupa Modern. Bandung Rekayasa Sain.
Diknas. (2004). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi SMP, Mata Pelajaran Kesenian. Jakarta : Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).
Bandung : C.V. Pustaka Setia.
Fatimah, Enung. (2006). Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).
Bandung : C.V. Pustaka Setia.

!

"

138

Garha, Oho. (1988). Memahami Dunia Kesenirupaan Anak-Anak. Bandung : Bina
Cipta.
Good Carter. (1973). Dictonary of Education. New York : Mc.Graw Hill Book
Company.
Hamalik, Oemar (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Bumi Aksara.
Hernowo. (2005). Menjadi Guru, yang mau dan mampu mengajar secara
menyenangkan. Bandung : MLC.
Kartika, Dharsono Sony. (2004). Pengantar Estetika. Bandung : Rejaya Sains.
Mahpudi dan Mamanoor. (1996). Bahasa Rupa itu Hanya Instrumen. Bandung :
Rekamedia Multiprakarsa Media Consultant.
Munadar, Utami. (2002). Kreativitas & Keberbakatan, Strategi mewujudkan Potensi
Kreatif & Bakat. Jakarta : PT. Gramedia.
Mutia, Muthi’ah. (2005). Analisa Gambar Anak Sekolah Dasar Negeri Jeungjingrigi I
Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung. Makalah
Studio Seni Lukis FSRD ITB Bandung, tidak diterbitkan.
Munandar, Dadang Rahman. (2004). Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 22 Th
2006 tentang Standard isi. Makalah pada Workshop sosialisasi KTSP di
SMPN 1 Margahayu Kabupaten Bandung.
Moleong, Lexy (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Nasution. (1992). Metode Research. Bandung : Jembar.
Poerwadarminta. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. (1995) Psikologi Pendidkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor : 22, 23, 24
Tahun 2006 Tentang Standard Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
!

"

139

Read, Herberd. (1985). Education Throught Art. London : Faber and Daber Limited.
Semiawan Conny, I Made Putrawan, TH.I. Setiawan. (1988). Dimensi Kreatif dalam
Filsafat Ilmu. Bandung : CV. Remaja Karya.
Semiawan Conny, Munadar AS, Munadar S.C.U. (1984). Memupuk Bakat dan
Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT. Gramedia.
Smith, J A. (1966). Setting Conditions For Creative Teaching: In The Elementary
School New York: States University.
Sternberg, Ribert. J. (1999). Handbook of Creativity. Australia : Cambrigde
University Press.
Sudjana, D. (2000). Pendidikan Luar Sekolah (Sejarah Perkembangan, Falsafah,
Teori Pendukung), Azas. Bandung : Falah Production.
Sugono, Dandi . Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1134) Pusat Bahasa:
DEPDIKNAS.
Suharsono. (2005). Melejitkan IQ, IE & IS. Jakarta : Insiasi Press.
Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Iptek. Bandung : Alfa Beta.
Tabrani, Primadi. (2002). Menghayati Gambar dan Bahasa Rupa Gambar Anak.
Makalah dalam Saresehan Seni Rupa ITB Bandung.
Tabrani, Primadi. (2006). Kreativitas & Humanitas. Sebuah Studi Tentang Peran
Kreativitas Dalam Perikehidupan Manusia. Yogyakarta : Jalasutra.
Tarjo, Enday. (2006). Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Jurusan Pendidikan Seni
Rupa FPBS UPI Bandung.
Wiyoso Yudoseputro. (1996). Menyoal Kondisi Apresiasi Seni Rupa Kita. Bandung :
Humas STISI & Rekamedia Multiprakarsa Consultant.
Daftar Internet:
http://malaikatcacat.wordpress.com/2008/02/18/surealisme,diunduh 2001/05/30

!

"