Teachers’ Perception on Characteristics of A Professional English Teacher :A case study of three English teachers.

(1)

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. KATA PENGANTAR………. DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL……… DAFTAR LAMPIRAN………

I BAB I PENDAHULUAN………. 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1.2 Rumusan Masalah………. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 1.3.1 Tujuan Penelitian ……… 1.3.2 Manfaat Penelitian……….. 1.5 Hipotesis Tindakan……….. 1.6 Batasan Istilah……… .

II BAB II LANDASAN TEORITIS………... 2.1 Pengajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 1994……….. 2.1.1 Pengertian Pengajaran Bahasa dalam Kurikulum………. 2.1.2 Fungsi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum………. 2.1.3 Ruang Lingkup ………. 2.1.4 Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia ……….. 2.2 Keterampilan Berbicara………..

1 1 5 6 6 6 7 8 9 9 9 9 9 10 11 i ii viii ix x


(2)

2.2.1 Keterampilan Berbicara sebagai salah satu

Keterampilan Berbahasa………. 2.2.2 Batasan dan Tujuan Berbicara ……….. 2.2.2.1 Batasan Berbicara……… 2.2.2.2 Tujuan Berbicara……… 2.2.3 Tujuan Pengajaran Keterampilan Berbicara………. 2.3 Model Pembelajaran Berbicara Menggunakan Media Gambar Berseri…. 2.3.1 Pengertian Model…………. ………. 2.3.2 Gambar Berseri Sebagai Media Pembelajaran……… 2.3.3 Nilai Gambar Seri dalam Proses Belajar Mengajar ……… 2.3.4 Gambar Seri dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ……… 2.3.5 Gambar Sebagai Media Pembelajaran ……….. 2.3.6 Memilih Gambar yang Baik ………. 2.3.7 Ciri-ciri Gambar yang Baik ………. 2.4 Media Pengajaran………. 2.4.1 Pengertian Media Pengajaran ………. 2.4 .2 Fungsi dan Nilai Media Pengajaran……… 2.4.3 Jenis-Jenis Media Pengajaran……… 2.5 Pendekatan Kontruktivisme dalam Proses Belajar Mengajar………. 2.5.1 Pengertian Kontrutivisme……… ………… 2.5.2 Perbedaan Pendekatan Kontruktivisme dengan Tradisional……….. 2.5.3 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Pendekatan Kontruktivisme……… 11 12 12 14 14 16 16 19 20 21 24 25 26 27 27 27 29 36 36 37 38


(3)

iii

III BAB III METODE PENELITIAN……….. 3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ……….. 3.1.1 Pendekatan Penelitian ……… 3.1.2 Rancangan Penelitian……… 3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian………. 3.3 Data Penelitian……… 3.4 Teknik Pengumpulan Data………. 3.5 Analisis Data……… 3.6 Pengecekan Keabsahan Data ………. 3.7 Tahap-tahap Penelitian ……….. 3.8 Instrumen Penelitian……… 3.8.1 Instrumen Pengumpulan Data………. 3.8.2 Instrumen Pedoman Penelitian………

IV BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN……….… 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian……….. 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penilaian……….. 4.1.2 Deskripsi Data Awal……… 4.1.3 Deskripsi Data Siklus I………. A. Perencanaan Pembelajaran Siklus I………

B. Pelaksanaan Siklus I………

C. Analisis dan Refleksi Siklus I………. 4.1.4 Deskripsi Data Siklus II……… A. Perencanaan Pembelajaran Siklus II………

41 41 41 42 45 45 46 47 48 49 52 53 53 57 57 57 60 63 63 67 74 75 75


(4)

B. Data Pelaksanaan Siklus II……….. C. Analisis dan Refleksi Siklus II………. 4.1 Deskripsi Data Siklus III……… A. Perencanaan Pembelajaran Siklus III………. B. Data Pelaksanaan Siklus III……… C. Analisis dan Refleksi Siklus III………. 4.2 Deskripsi Pendapat Siswa……….. 4.3 Deskripsi Pendapat Guru……… 4.4 Pembahasan………

V. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 5.1 Kesimpulan ……… 5.2 Saran-saran……… DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN ……… RIWAYAT HIDUP……….

79 84 85 85 88 92 95 96 97

101 101 102 104 108 186


(5)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Instrumen Penilaian , Model Pengajaran Berbicara Menggunakan Media Gambar Berseri ……… Tabel 2 Data Siswa Yang Akan Mendapat Tidakan ……… Tabel 3 Data Hasil Penilaian Siklus I……… Tabel 4 Data Skor Siswa Pada Siklus I………. Tabel 5 Data Hasil Penilaian Siklus II………. Tabel 6 Data Skor Siswa Pada Siklus II……… Tabel 7 Data Hasil Penilaian Siklus III……….. Tabel 8 Data Skor Siswa Pada Siklus III………. Tabel 9 Rekapitulasi Perolehan Nilai Siswa SiklusS I Sampai

Siklus III………. Tabel 10 Rekapitulasi Kemapuan Siswa Siklus I Sampai dengan

Siklus III……….. 54 67 72 73 82 84 90 92

93


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Karyawan Sekolah Dasar Negeri Babakan Hurip…………. Lampiran 2 Data Siswa Sekolah Dasar Negeri Babakan Hurip ………. Lampiran 3 Pedoman Wawancara ………. Lampiran 4 Lembaran Penilaian ……… Lampiran 5 Catatan Lapangan……….

Lampiran 6 Siklus I……….

Lampiran 7 Siklus II………

Lampiran 8 Siklus III……….

108 109 111 113 114 115 137 160


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa terwujud dalam empat aspek keterampilan, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca disebut aspek reseptif atau aspek pemahaman, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis disebut aspek produktif atau aspek penggunaan. Keempat aspek berbahasa dimaksud merupakan wujud nyata dari kegiatan berkomunikasi. Penguasaan atas keempat keterampilan berbahasa menjadi sasaran utama dari pembelajaran bahasa Indonesia. Keempatnya saling berhubungan. Jika seseorang berbicara, sudah pasti ada yang mendengar- kan dan apabila seseorang membaca sesuatu itu berarti ia sedang membaca hasil tulisan orang lain, begitu sebaliknya.

Berbicara merupakan suatu kemampuan yang penting dalam berbahasa, di samping kemampuan menyimak, membaca dan menulis. Kegiatan komunikasi seseorang lebih banyak secara lisan dibandingkan dengan komunikasi secara tertulis. Dalam kehidupan sehari-hari kita gunakan sebagian besar waktu untuk berbicara dan mendengarkan.

Seorang guru, khususnya guru bahasa memiliki kewajiban sebagai pengarah atau pembimbing agar siswa mampu berbahasa dengan baik. Pernyataan tersebut


(8)

sesuai dengan tujuan berbicara yaitu, Tujuan pengajaran berbicara tiada lain adalah menumbuhkan anak didik agar mereka sanggup bertutur secara lisan lancar dengan menggunakan kalimat-kalimat.

Untuk berbicara dalam situasi yang tidak resmi, para siswa tidak banyak mengalami kesulitan, mereka dapat berbicara dengan lancar. Berbeda halnya apabila siswa dihadapkan suatu pembicaraan yang sifatnya resmi, misalnya diskusi atau pidato, atau berbicara di depan kelas, banyak di antara mereka yang sulit mengungkapkan gagasan.

Dari hasil studi awal di SDN Babakan Hurip Sumedang tampak bahwa mereka mengungkapkan gagasan atau perasaannya masih berbelit-belit kurang sistematis sehingga tidak terjadi komunikasi yang baik. Bahkan ada beberapa siswa yang sama sekali sulit mengemukakan gagasan untuk berbicaranya.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis di Babakan Hurip, ditemukan bahwa kegiatan berbicara belum dilaksanakan secara maksimal dan menarik. Pembelajaran hanya dilaksanakan sebatas siswa menceritakan kembali atau menjawab pertanyaan. Belum pernah dilaksanakan teknik pembelajaran berbicara yang inovatif dan dapat membimbing anak untuk mengungkapkan gagasannya secara lebih terbuka dan sistematis. Dengan demikian kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang masih kurang. Dari jumlah 27 siswa kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang, 17 siswa atau 63% masih berkemampuan berbicara (mengungkapkan gagasan, menyusun pembicaraan yang runtut dan sistematis) kurang. Hanya sebagian kecil saja 7 orang atau 26% siswa berkemampuan berbicara cukup, dan 3 orang siswa atau 11% siswa berkemampuan berbicara baik.


(9)

Dari data awal di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbicara di kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang perlu ditingkatkan, terutama dalam membimbing siswa dalam mengungkapkan gagasan dalam berbicara.

Oleh karena itu, bimbingan guru sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan minat siswa untuk dapat berbicara dengan baik, di antaranya dengan menciptakan latihan yang terus menerus agar siswa terbiasa mengungkapkan gagasan secara sistematik. Di samping itu, guru perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak monoton

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak sulit untuk berbicara, di antaranya :

1. Anak kurang menguasai Bahasa Indonesia dengan baik, sehingga anak malu untuk berbicara, dalam arti tidak ada keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya.

2. Anak kurang fasih dalam melafalkan kata-kata Bahasa Indonesia.

3. Anak kurang pandai memiliki kata-kata, (diksi) karena penguasaan kosakata yang terbatas.

4. Anak kurang mampu menyusun struktur kalimat yang baik.

5. Anak kurang memahami dan kurang bisa menangkap topik yang diajukan oleh guru untuk diceritakan.

6. Kurang memperhatikan intonasi pada setiap kalimat.

7. Kurang adanya motivasi dari guru maupun siswa itu sendiri untuk mempelajari keterampilan secara khusus keterampilan berbicara.

Untuk mengatasi masalah kesulitan berbicara pada siswa tersebut, maka perlu ada suatu cara atau teknik yang dianggap menarik dan menyenangkan. Salah satu


(10)

upaya yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi kesulitan berbicara, yaitu dengan menggunakan media gambar berseri pada waktu siswa berbicara.

Suasana belajar yang menyenangkan dengan ditunjang penggunaan media belajar yang komunikatif, proses kegiatan belajar akan lebih bervariatif dan efektif. Dengan demikian, diharapkan akan menjadi motivasi bagi siswa untuk mengikuti pelajaran berbicara dengan baik dan meningkatkan kemampuan belajarnya.

Media gambar berseri diharapkan menjadi media pembelajaran berbicara yang efektif. Penggunaan media gambar berseri ini dengan menerjemahkan urutan cerita bergambar mulai dari awal sampai dengan akhir yang saling berhubungan. Dengan melihat gambar berseri siswa dapat mengungkapkan daya khayal atau imajinasinya ke dalam tuturan lisan yang baik dan teratur. Media gambar berseri akan menumbuhkan motivasi dan kesenangan siswa pada pelajaran berbicara yang selama ini dianggap kurang menyenangkan. Selain itu, gambar berseri akan mempermudah siswa menyusun gagasan pembicaraan karena gambar berseri memandu gagasan pikiran sebagai kerangka berpikir siswa. Dengan bantuan gambar berseri siswa terbimbing dalam mencari kata dan kalimat yang tepat sesuai dengan gambar tersebut, sampai pada tuturan yang runtut, sesuai dengan topik yang.diminta.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sadiman (1984:29) bahwa “Suatu gambar atau suatu gambar seri dapat dijadikan bahan penyusunan paragraf. Pesan yang tersirat dalam gambar tersebut dapat dinyatakan kembali dalam bentuk kata-kata atau kalimat”. Media gambar dapat mengurangi kejenuhan pada pelajaran berbicara, yang pada akhirnya siswa akan terbiasa untuk mengungkapkan isi pikiran dan menggambarkan segala kejadian secara runtut dan sistematis.


(11)

Berkenaan dengan penggunaan media gambar, Tarigan (1992:209) mengemukakan bahwa “Gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi. Karena itu pemilihan gambar harus tepat, menarik dan merangsang siswa.”

Atas dasar uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk uji coba pembelajaran berbicara dengan menggunakan media gambar berseri di kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang. Adapun judul penelitian ini ialah : “Model Pengajaran Berbicara Menggunakan Media Gambar Berseri (Kajian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang)”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini ialah kesulitan siswa mengungkapkan gagasan pada waktu berbicara dan menyusun pembicaraan yang runtut dan sistematis. Hal ini terjadi karena pengajaran keterampilan berbicara di kelas tidak melalui tahap-tahap bimbingan, guru biasanya langsung menyuruh siswa untuk berbicara di depan kelas. Sebab lain, karena pengajaran keterampilan berbicara dalam Kurikulum 1994, kurang terprogram dengan baik dan kurang inovatif. Pengajaran berbicara hanya sebatas menceritakan apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan guru.

Dari permasalahan di atas penulis dapat merumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar berseri di kelas V SDN Babakan hurip Sumedang?


(12)

2. Apakah dengan menggunakan media gambar berseri dapat meningkatkan penguasaan kosa kata, struktur bahasa, hubungan topik dengan isi, struktur isi, kualitas isi, keberanian, dan kelancaran siswa dalam berbicara di kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah yang telah penulis tetapkan, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan:

1) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbicara dengan menggunakan media gambar gambar berseri di kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang.

2) Untuk mengetahui keefektifan penggunaan media gambar berseri dalam pembelajaran berbicara khususnya dalam bidang penguasaan kosa kata, struktur bahasa, hubungan topik dengan isi, struktur isi, kualitas isi, keberanian, dan kelancaran di kelas V SDN Babakan Hurip Kabupaten Sumedang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :

a. Bagi penulis dapat memperoleh gambaran tentang penggunaan media gambar berseri dalam pembelajaran berbicara di kelas V SDN Babakan Hurip Kabupaten Sumedang.

b. Bagi siswa berbicara menggunakan gambar berseri adalah suatu langkah awal untuk lebih berani dalam berbicara yang sistematik dan kaya gagasan.


(13)

c. Bagi guru dapat memperoleh gambaran model pembelajaran berbicara dengan gambar berseri sebagai masukan dalam menyusun bahan pembelajaran berbicara.

1.4Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan, hal ini sesuai dengan pendapat Kasbolah “Hipotesis tindakan merupakan alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk dilakukan dalam rangka memcahkan masalah yang diteliti”.

Atas dasar anggapan dasar tersebut di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

“ Jika guru menggunakan media gambar berseri pada pembelajaran berbicara di kelas V SDN Babakan Hurip Sumedang, maka kemampuan berbicara siswa khususnya dalam bidang penguasaan kosa kata, struktur bahasa, hubungan topik dengan isi, struktur isi, kualitas isi, keberanian, dan kelancaran kelas V SDN babakan Hurip akan meningkat.”

1.5Batasan Istilah

Berpegang pada pokok permasalahan dan pembahasan masalah di atas, maka untuk memperoleh kejelasan dan menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan dan menafsirkan permasalahan penelitian, beberapa istilah yang dipergunakan perlu dijelaskan secara lebih operasional.


(14)

• Media gambar berseri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pengajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran berbicara, sebagai kerangka acuan pikiran/ gagasan untuk dapat berbicara secara sistematik dan runtut.

• Media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa.

• Berbicara adalah melahirkan pikiran dan perasaan dengan melalui perkataan/ lisan. • Model Pembelajaran Berbicara dengan Media gambar berseri adalah cara atau

daya upaya dalam menyusun atau merangkai gagasan secara lisan (berbicara) dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam wujud atau bentuk bahasa lisan.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, metode yang digunakan pun adalah metode kualitatif. Dasar pertimbangan menggunakan metode kualitatif ini adalah seperti yang dinyatakan oleh Moeleong (2002:5) sebagai berikut :

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda ; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan respomden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) atau PTK dengan alasan bahwa penelitian ni menyoal masalah

praktik pembelajaran di kelas (Suyanto, 1997). Dengan demikian pendekatan kualitatif digunakan dalam pembahasan penelitian bertujuan untuk mencari data secara holistik dan komprehensif tentang pembahasan pembelajaran berbicara. Karakteristik pendekatan ini adalah : sumber data adalah situasi yang wajar (Natural Setting); Pembahasan masalah sebagai instrumen pembahasan; mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah, data atau informasi dari satu pihak harus dicek dengan data dari sumber lain, mementingkan pandangan responden, partisipasi tanpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang wajar. Selanjutnya dinyatakan Kemmis dalam Suyanto (1997 : 4) penelitian tindakan kelas


(16)

merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Lebih lanjut penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan bahwa penelitian tindakan adalah :

Suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman, terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang telah dilakukan (Kemmis dalam Suyanto, 1997:4).

Hasil penelitian kemudian diinterprestasikan dan dirundingkan serta disepakati bersama oleh peneliti dan sumber data dalam hal ini praktisi, para siswa, dan orang-orang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

3.1.2. Rancangan Penelitian

“Rancangan pada dasarnya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan ” (Moleong, 2002:236). Rancangan ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas (clasroom action research). Sebelum peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi tidakan kelas yang hasilnya dituangkan dalam rancangan penelitian. Hal ini sesuai dengan karaktersistik penelitian tindakan kelas yaitu “ Masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktek pembelajaran di kelas.” (Suyanto, 1997:5)

Rancangan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti adalah model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dari Deakin

University Australia. Desain penelitian ini terdiri dari empat komponen yaitu :

(1). Rencana : rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. (2) Tindakan: Apa


(17)

perubahan yang diinginkan. (3) Observasi: mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. (4) Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil peneliti bersama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. ( Soedarsono, 1997:16).

Jelasnya siklus dalam pelaksanaan penelitian tindakan dalam pembelajaran di kelas dilakukan proses pengkajian daur berdasarkan empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, sehingga permasalahan dalam pembelajaran dapat diatasi. Tujuan dari dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu “Perbaikan praktik pembelajaranyang seharusnya dilakukan guru” ( Suyanto, 1997: 7). Dengan demikian, sasaran utama penelitian tindakan kelas adalah berupa tindakan alternatif guru yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran di kelas. Lebih jelasnya keempat tahapan itu dapat dilihat dalam gambar berikut :


(18)

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Stepphen Kemmis dan Taggart (Suyanto, 1997:27) Refleksi

Tindakan/ Observasi

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Rencana Yang direvisi Rencana Awal

Rencana Yang direvisi


(19)

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Babakan Hurip Kabupaten Sumedang, yang berada di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. SDN ini merupakan SDN binaan PGSD sejak mulai didirikan. Dengan demikian, guru-guru telah kenal betul dan terbiasa menerima inovasi dari para dosen PGSD UPI kampus Sumedang.

Dengan adanya hubungan yang terjalin sudah cukup lama itulah, diharapkan segala yang dilakukan bersama praktisi di SD dapat diterapkan bahkan diharapkan akan dapat ditularkan, memberi imbas pada SD di sekitarnya yang mempunyai permasalahan yang sama.

Kelas yang akan dijadikan subyek penelitian yakni kelas V yang berjumlah 27 orang. Dari jumlah di atas tidak semuanya mendapat tindakan karen sudah dianggap mampu dalam berbicara, tapi yang akan mendapat tindakan berjumlah 17 orang dengan rincian sembilan laki-laki dan delapan perempuan.

3.3 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data verbal dan nonverbal yaitu hasil pengamatan, wawancara, rekaman, dan hasil tes penilaian yang dilakukan peneliti selama tindakan pembelajaran berbicara langsung. Data verbal dan nonverbal inilah yang kemudian diolah melalui analisis data (dalam hal ini berupa refleksi) yang akhirnya dapat dijadikan simpulan sebagai jawaban atas pernyatan penelitian yang telah ditetapkan. Fungsi data dalam penelitian tindakan ialah landasan refleksi (Madya, 1994:32).

Data penelitian ini berupa paparan proses selama pelaksanaan pembelajaran berbicara, yaitu hasil observaasi (catatan lapangan), perekaman, penilaian, dan


(20)

wawancara berupa data verbal maupun nonverbal. Data verbal berupa kata-kata lisan atau tertulis selama pembelajaran dan hasil kerja murid, sedangkan data nonverbal berupa penilaian prilaku, interaksi, atau kejadian pemantauan secara ongoing process terhadap pelaksanan tindakan. Tahap pelaksanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan ini meliputi tahap pembelajaran berbicara, tahap pelaksanaan, tahap pengisian wawancara, tahap observasi, dan tahap penilaian.

Pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal, dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

Tahap I, guru mengadakan kegiatan belajar mengajar berbicara dengan teknik reka cerita gambar berseri, kemudian hasilnya dievaluasi, guru mencatat kekurangan siswa dalam berbicara dan perlu diperbaiki.

Tahap II, guru mengadakan kegiatan belajar mengajar berbicara dengan teknik reka cerita gambar berseri dengan melihat kekurangan dari tahap I, guru mengevaluasi hasilnya dan mencatat kemajuan dan kekurangan siswa dalam bercerita dan perlu diperbaiki.

Tahap III, guru mengadakan kegiatan belajar mengajar bercerita dengan teknik reka cerita gambar berseri dengan melihat kekurangan dari tahap II, guru mengevaluasi hasilnya dan mencatat kemajuan dan kekurangan siswa dalam bercerita. Demikian seterusnya sampai siswa tersebut benar-benar paham dan dapat bercerita dengan baik dan benar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2002:111) ada 4 teknik yang dapat digunakan mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu (1) pengamatan, (2) wawancara,


(21)

digunakan sesuai dengan jenis data yang diperlukan. Dalm penelitian ini keempat teknik yang dikemukakan Moleong tersebut digunakan secara proposional. Adapun instrumen yang digunakan selain penilaian sebagai instrumen kunci, juga digunakan format catatan lapangan, pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan kamera foto.

Data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan (Leofland dalam Moleong, 2002). Oleh karena itu, observasi dan wawancara mendalam merupakan teknik yang digunakan paling banyak dalam penelitian ini. Observasi digunakan untuk mendeskripsikan latar, aktivitas dan pelaksanaan loka karya membaca, yang pelaksanaannya dilaksanakan bersama-sama dengan praktisi. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kesan dan perasaan, serta pengalaman murid dalam loka karya membaca. Wawancara ini dilakukan secara formal di kelas maupun nonformal di luar kelas dengan bantuan alat perekam. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat refleksi peneliti, pendapat, gagasan, yang berkaitan dengan datayang dicatat pada waktu observasi.

3.5 Analisis Data

Analisis data penelitian tindakan menurut Madya (1994:33) diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Yang dimaksud refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan (Madya, 1994:23). Namun demikian secara kualitatif analisis penelitian pun tetap berpijak pada ciri penelitian kualitatif, yaitu melalui mengorganisasikan, mengatur urutan data ke dalam suatu pola, kategori, dan


(22)

satuan uraian dasar (Patton dalam Moleong, 2002). Proses analisis data menurut Moleong sebagai berikut.

Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dan berbagai teknik, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan kemudian data tersebut dureduksi. Langkah selanjutnya menyusun menjadi satuan-satuan, kemudian dikategorisasikan sambil membuat koding, dan mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai data ditafsirkan, dimaknai, dan disimpulkan. (2002:190)

Dari pendapat Moleong di atas dapat disimpulkan bahwa analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, menyajikan data, pemaknaan data , dan penyimpulan.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data. Meleong ((2002:173), berpendapat bahwa: “Keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, ada empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (creadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”.

Teknik validitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a. Triangulasi

Triangulasi menurut Meleong (2002:178) “adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.” Dalam proses ini penulis melakukan pengecekan terhadap validitasi data yang diperoleh dengan cara mengkonfirmasikan data atau informasi dengan memanfaatkan sumber data,


(23)

metode pengumpulan data, peneliti lain, dan teori lain yang menunjang (Meleong, 2002:178).

b. Member Cek

Member cek adalah cara untuk mencari keabsahan data terhadap kebenaran data yang diperoleh setelah selesai mengumpulkan data, yakni dengan cara mengkonfirmasikan kepada subjek penelitian maupun sumber lain yang berkopenten dalam proses ini informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh penulis dan mitra dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru kelas V melalui diskusi balikan

c. Audit Trail

Audit trail atau penelusuran audit adalah cara pemeriksaan keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini auditi (peneliti) dengan berbekal catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada auditor (peserta diskusi) dalam hal ini adalah orang yang ahli dan memahami permasalahan serta menguasai metode penelitiannya.

3.7 Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini mengacu pada siklus kegiatan penelitian tindakan yang dikembangkan Kemmis dan Taggart (dalam Kasbolah, 1999:114) yaitu sebagai berikut.

(1) Refleksi awal, yang meliputi observasi dan wawancara awal tentang konteks yang sedang berlangsung yaitu mengetahui kegiatan pembelajaran berbicara yang dilaksanakan guru di kelas. Catatan hasil observasi awal secara garis besar memperlihatkan bahwa pembelajaran berbicara di kelas yang diteliti belum maksimal.


(24)

Hasil observasi yang diperoleh kemudian dikonfirmasi dengan guru pengajar dan murid setiap selesai pengamatan. Guru mengakui belum tahu strategi apa yang harus dilakukan agar pengajaran itu terlaksana dengan baik.

(2) Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi awal, guru dan peneliti secara kolaboratif selanjutnya merencanakan tindakan. Langkah perencanaan meliputi kegiatan berikut.

(a) Peneliti dengan guru menyusun rancangan tindakan berupa satuan pelajaran dengan menggunakan gambar berseri. Terlampir.

(b) Menyusun alat perekam data yang terdiri atas format catatan lapangan, format observasi, format wawancara, menyiapkan rekaman, dana kamera foto.

(c) Menyusun rambu-rambu untuk mengolah data, baik data proses maupun data hasil yang berkaitan dengan kemampuan berbicara siswa. Sumber rambu-rambu ini dari fokus dan tujuan khusus pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rancangan tindakan (Satpel). Rambu-rambu ini berupa kriteria norma yang dinyatakan dalam bentuk kemunculan deskriptor yang diisi melalui ceklis. Rambu-rambu ini dimaksudkan untuk pedoman menentukan keberhasilan atau kegagalan pembelajaran yang dilakukan.

(3) Pelaksanaan tindakan dan pengamatan

Pada tahap pelaksanaan, operasioanalnya dilakukan secara kolaboratif antara paraktisi dan peneliti. Adapun kegiatan yang dikaukan dalam tahap pelaksanaan ini sebagai berikut.

(a) Pada tahap ini peneliti dan praktisi melaksanakan pembelejaran berbicara menggunakan gambar berseri sesuai dengan rancangan pembelajaran yang


(25)

(b) Peneliti melakukan pengamatan menggunakan instrumen pengumpulan data yang sudah ditetapkan yaitu format catatan lapangan, format observasi, dan alat perekam.

(c) Peneliti praktisi melakukan refleksi terhadap tindakan yang dilakukan . hal ini dilakukan oleh peneliti dan praktisi melalui diskusi. Dari kegiatan itulah terbuahkan hasil refleksi.

(4) Mengadakan evaluasi/ refleksi

Evaluasi di sini berupa pemeriksaan kesesuaian informasi yang dikum- pulkan dengan mendasarkan pada target yang telah ditetapkan. Apakah informasi (data) yang terkumpul itu sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada waktu perencanan ? Selain itu perlu juga meninjau kelemahan dari target hasil yang telah ditetapkan atau kelemahan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tindakan. Di sini dipilih mana hasil-hasil yang sesuai dengan target, mana hasil yang lemah karena tidak sesuai dengan ditargetkan. Langkah ini penting sebagai bahan untuk mempersiapkan perencanaan berikutnya. Hal ini sesuai dengan fungsi evaluasi tindakan/refleksi juga dapat berfungsi untuk mengetahui jika ada hasil sampingan pelaksanaan tindakan, baik bersifat positif maupun negatif (Sumarno, 1997:11).

Evaluasi ini dilaksanakan setiap selesai tindakan, berupa diskusi dengan pengamat lain yaitu teman sejawat dan praktisi. Pada tahap ini sering praktisi sendiri menyadari kesalahan atau kekurangannya selama mengajar dan memohon saran kepada para pengamat. Di sinilah terjadi evaluasi secara seksama. Di sini juga sekaligus terjadi triangulasi data antar pengamat.


(26)

(5) Perencanaan Ulang

Perencanaan ulang didasarkan hasil langkah keempat. Peneliti dan praktisi merencanakan tindakan ulang dengan memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai atau masih kurang optimal.

Perencanaan ulang hasil perbaikan ini dibuat seminggu sebelum tindakan ulang penyempurnaan dilakukan kembali. Dengan demikian paraktisi (guru) mempunyai waktu untuk mempelajari bahan/perencanaan hasil perbaikan untuk diterapkan/dilaksanakan pada siklus berikutnya.

(6) Melaksanakan tindakan Ulang

Tindakan ulang dilaksanakan dalam siklus baru seperti pelaksanan siklus sebelumnya ( tahap ketiga) dengan beberapa perbaikan/penyempurnaan dari hasil refleksi/evaluasi.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian tindakan berpusat pada penelitian itu sendiri, karena peneliti berperan sebagai pengamat penuh dan berperan aktif, Maleong (2002; 121) menyatakan, “Kedudukan peneliti dalam penelitian deskriptif-kualitatif cukup rumit, mengingat ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, penafsir data dan pada akhirnya sebagai pelapor. “ Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen sangat tepat dan sulit untuk digantikan kedudukannya.

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu (1) instrumen pengumpul data, untuk mengumpulkan data awal, dan (2) instrumen pedoman


(27)

penilaian, untuk mengumpulkan prestasi hasil belajar siswa dalam keterampilan berbicara.

3. 8.1 Instrumen Pengumpul Data

Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) observasi, insrtumen ini digunakan waktu peneliti dapat memperoleh data awal sebagai bahan penelitian. (2) catatan lapangan, digunakan pada waktu proses terjadinya kegiatan belajar mengajar. (3) wawancara, hal ini yang menjadi objek wawancara guru dan murid, guru dilaksanakan pada waktu awal dan akhir penelitian tapi siswa dilakukan pada setiap siklus berakhir. (4) kamera foto, dan tapecorder, dilaksanakan pada waktu proses kegiatan belajar mengajar yang sebagai bahan dokumentasi penelitian.

Data yang dikumpulkan peneliti dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara siswa melalui gambar berseri dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonenia di sekolah dasar.

Gambar berseri yang dibuat oleh peneliti sebanyak enam buah gambar berseri dengan dua tema yaitu proses dan peristiwa, setiap seri terdiri dari empat buah gambar. Hal ini disesuaikan dengan tarap kemampuan siswa sekolah dasar.

3.8.2 Instrumen Pedoman Penilaian

Instrumen pedoman penilaian ini memuat tentang alat yang menjadi tolak ukuran pada siwa selama proses kegiatan belajar mengajar. Komponen yang tercantum dalam instrumen ini adalah (1) Kebahasaan, yang termasuk komponen ini penguasaan kosa kata, dan struktur bahasa. (2) isi cerita yang termasuk komponen ini


(28)

hubungan topik dengan isinya, struktur isi, dan kualitas isi. dan (3) non kebahasaan melingkupi keberanian dan kelancaran. Hal ini sesuai dengan tabel yang di bawah.

Tabel l

Instrumen Penilaian

Model Pengajaran Berbicara Menggunakan

Media Gambar Berseri

Nama Siswa : Hari/tanggal :

NO Komponen yang dinilai Skala Penilaian Bobot Skor Ket

5 4 3 2 1

1.

2.

3.

Kebahasaan

- Penguasaan Kosa Kata - Struktur Bahasa

Isi Cerita

-Hubungan topik dengan isinya - Struktur isi - Kualitas isi

Non Kebahasaan - Keberanian - Kelancaran

1 1

1 1 1

1 1

Jumlah 7


(29)

Berikut ini diberikan contoh deskripsi masing-masing komponen berbicara dalam skala 5.

1. Penguasaan Kosa Kata

5 = Kata-kata yang digunakan lebih dari 50 kata dan bervariasi, sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, sehingga tidak ada yang janggal. 4 = Kata-kata yang digunakan umumnya sudah tepat dan bervariasi, hanya

sekali-kali ada kata yang kurang cocok tetapi tidak mengganggu 3 = Kata-katany sudah cukup baik, hanya kurang bervariasi

2 = Agak banyak kata yang kurang tepat

1 = Kata-kata yang digunakan banyak sekali yang tidak tepat, tidak sesuai, dan jarang dipakai.

2. Struktur Bahasa

5 = Sangat cermat, tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak melupakan pula ketentuan pragmatik

4 = Pada umumnya sudah cermat. Tidak ditemui penyimpangan yang dapat dianggap merusak bahasa Indonesia yang baik dan benar

3 = Ada beberapa kesalahan/penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa Indonesia. Secara umum masih tergolong cukup

2 = Terdapat cukup banyak kesalahan yang dianggap merusak bahasa Indonesia yang mencerminkan ketidakcermatan

1 = Struktur bahasa Indonesia kacau, mencerminkan ketidaktahuan/ ketidakpedulian

3. Hubungan Isi dengan Topik

5 = Isi cerita sangat cocok dengan topik, benar-benar mewakili topik 4 = Ada sedkit hal yang tidak cocok, tetapi bukan hal yang penting

3 = Di sana-sini dijumpai hal yang kurang cocok antara isi dan topik tetapi secara umum masih cukup baik/lumayan

2 = Lebih banyak dijumpai hal-hal yang tidak cocok sehingga ada kesan antara isi dan cerita kurang cocok

1 = Benar-benar dirasakan hampir tidak ada hubungan isi dengan cerita. Banyak sekali penyimpangan isi dari topik

4. Struktur Isi

5 = Bagian-bagian isi cerita tersusun sangat rapih/teratur, baik pada pendahuluan, inti/isi, penutup

4 = Dijumpai sedikit ketidakteraturan, tetapi itu pada bagian yang tidak penting 3 = Susunan isi cerita tidak terlalu bagus dan tidak pula terlalu jelek


(30)

2 = Agak banyak dijumpai ketidakteraturan pada penyajian isi cerita, tetapi belum sampai kacau

1 = isi cerita kacau. Cerita tanpa pendahuluan atau penutup

5. Kualitas isi

5 = Isi cerita sangat bermakna, sangat bermutu, semua hal penting dari topik diceritakan

4 = Isi cerita sudah bagus, bermakna, tetapi belum sampai pada tingkat istimewa

3 = Kualitas isi memadai, tidak bagus tetapi tidak pula jelek 2 = Dilihat dari kualitas isinya dirasakan cukup banyak kurangnya.

1 = Isi cerita sangat jauh dari memadai.

Tidak sesuai dan tidak ada maknanya bagi topik yang diceritakan

6. Keberanian

5 = Sangat berani, bersemangat, arah pandangan kedepan 4 = Berani, cukup bersemangat

3 = Agak malu, tetapi bersemangat 2 = Malu-malu dan tidak bersemangat

1 = Tidak berani tapi memaksakan diri ke depan

7. Kelancaran

5 = Cangat lancar, baik dari segi penguasaan isi maupun bahasa

4 = Pembicaraan lancar, hanya ada beberapa gangguan yang tidak berarti 3 = Cukup lancar walaupun ada gangguan

2 = Pembicaraan agak kurang lancar, agak sering berhenti 1 = Pembicaraan sangat tidak lancar, banyak diam dan gugup


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Menggunakan media gambar seri dalam pembelajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Pilihan gambar seri sebagai bahan untuk membantu pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran ketika menggunakan gambar seri sebagai alat bantu belajar.

1. Pemilihan gambar dilakukan dengan pertimbangan karakteristik siswa SD. Gambar yang dipilih dan digunakan dalam pembelajaran ini adalah gambar seri yang tidak lebih dari empat urutan gambar.

2. Teknik penggunaannya adalah gambar dibagikan kepada siswa (ukuran kecil ) dan di tempel di papan tulis (ukuran besar). yang dibagikan kepada siswa. mereka mengamati, menentukan temanya dengan prosedur pertama mendaptarkan kata-kata yang tampak dalam gambar selanjutnya kata-kata-kata-kata tadi dibuat mejadi kalimat, dan kalimat dijadikan sebuah cerita. Setelah terbentuk menjadi sebuah cerita, maka mereka membacakan di depan kelas.

3. Penggunaan gambar seri sebagai alat bantu belajar dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Babakan Hurip, maka terbukti sangat efektif untuk penguasaan bidang kosakata, struktur bahasa, hubungan topik dengan isi, struktur isi, keberanian, dan kelancaran berbicara siswa.


(32)

4. Pada siklus I sampai pada siklus ke III atau terakhir ada peningkatan antara dua puluh persen sampai empat puluh persen.

5. Dalam penggunaan media gambar seri, walau cukup berhasil dalam pembelajaran brbicara, tapi masih ada hambatan-hambatan yang ditemui oleh siswa. Hambatan yang paling dirasakan oleh siswa adalah ketika siswa harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bercerita mereka masih kurang menguasai bahasa Indonesia karena latar belakang bahasa mereka adalah bahasa daerah (Sunda). Mereka menjadi malu-malu untuk tampil ke depan yang akhirnya keberanian siswa kurang muncul. Hal di atas dapat diatasi dengan terlebih dahulu memotivasi semangat belajar dengan pemberian penguatan kepada siswa agar beranin tampil, lalu guru mengarahkan kepada siswa agar banyak membaca dan berdialog dengan teman menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar diluar jam pelajaran atau di luar kelas.

Kesimpulan akhir, bahwa gambar dapat dijadikan salah satu pilihan dalam menentukan alat bantu pembelajaran, dalam pembelajaran kesimpulan berbicara atau meningkatkan keterampilan berbicara. Jadi tinggal bagaimana kita menentukan strategi dalam menggunakannya agar lebih efektif dana efesien.


(33)

5.2 Saran - Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SDN Babakan Hurip, maka ada beberapa hal yang penulis sarankan, yaitu :

1. Untuk para guru dari kelas rendah sampai kelas tinggi dapat emncoba menggunakan media gambar seri utnuk membantu siswa dalam berbicara di kelas masing-masing dan tentu saja harus pandai memilih, mana yang cocok untuk kelas rendah dan mana cocok untuk kelas tinggi.

2. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, diharapkan para guru harus selalu melakukan selektif pada setiap selesai pembelajaran yang mengunakan media gambar dalam pemblajarannya.

3. Agar siswa senang dalam proses pembelajaran kemampuan berbicara, maka seyogyanya mereka memilih sendiri gambar yang disenangi oleh mereka dan menentukan temanya sendiri.

4. Pengunaan media gambar seri siswa dapat membantu dalam kegiatan bercerita juga dapat digunakan dalam keterampilan lainnya, seperti keterampilan menyimak, keterampilan menulis dan membaca.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan

mengapresiasi Sastra Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Al Hasan, D. 2004. Belajar Bahasa Indonesia. Bandung : PT Sarana Pancakarya Nusa.

Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud dan Balai Pustaka.

Alwasilah, A. Ch. dan Abdullah, H. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa. Bandung : CV Andira.

Arikunto, S. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta . Bumi Aksara

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G. 1991 Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Burhan, J. 1971. Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia . Bandung : Ganaco NV.

Burden dan Bryd 1990. Methods for Effective Teaching. New York : Allyn and Bacon Dahlan, M.D. ed. 1983. Model-model Mengajar. Bandung : Diponegoro.

Depdikbud. 1982. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa – Depdikbud.

Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahsa dan

Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta : Puskur- Balitbangdiknas.


(35)

Gagne dan Briggs 1979. Principles of Instuctional Design. New York : Holt, Rinehart and winston

Halim, A., Burhan, J., dan Al Rasyid, H. 1974. Ujian Bahsa. Bandung : Ganaco NV. Hamalik E.S, Oemar. 1994 . Media Pendidikan. Bandung : Cipta Aditya Bakti.

Haryadi dan Zamzami. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Jakarta: Depdikbud Hidayat, Kosadi, 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran

Bahasa Indonesia. Bandung : Alfabet.

Hidayat, Kosadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Bandung.

Hernawan, A.H. 1998. Media dan Proses Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. Hopkins, D. 1993. A. Teachers Guide to Classroom Reseach. Philadelphia : OUP. Joyce Bruce, 2000. Models Of Teaching. America: Alyin and Bacon.

Kasbolah E.S. 1998 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PPTSD.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi : Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores : Nusa Indah.

Laksana, Krida. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Galamedia.

Madya, Suarsih. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: IKIP Jogja.

Muchlisoh. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. jakarta : Universitas Terbuka. Muchyidin, A.S. dan Fathoni, T. 2002. Media Pembelajaran. Bandung : FIP-UPI. Muhadjir, N. 2000. Pedoman Pemahaman dan Penerapan Muatan Lokal di Sekolah

Dasar. Bandung : Geger Sunten.

Mulyani, S. dan Permana, J. 1992-1993. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Depdikbud.


(36)

Mulyana, Y. 2003. Pengkajian Puisi dalam Dimensi Respon Pembaca. Bandung : FPBS UPI.

Moleong, Lexy J 2002 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Prawirasomantri, Abud. 2003. Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa

Daerah (Sunda). Untuk Guru Sekolah Dasar. Bandung : Geger Sunten.

Purwanto, Ngalim. 1987 . Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Rosdakarya.

Rahadi, Arsito. 2003 Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Rofi’uddin, Ahmad, 1998 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Rohani, Ahmad. 1997, Media Intruksional Edukatif. Bandung: Rineka Cipta. Sadiman, Arief. 1984 . Media Pendidikan. Jakarta : Raja Citrapindo Persada.

Semi, M.A. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Angkasa.

Soedarsono, F.X. 1996/1997. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rencana, Desain, dan

Implementasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sudiman, A. 1990. Media Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.

Sudjana, N. 1990. Penelitian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1994. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sumarno. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

Pemantauan dan Evaluasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.


(37)

Suparno. 1997. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara. Suryabrata, S. 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta : CV Rajawali.

Sutardja. 1972. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia . Prasaran dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia. IKIP Sanata Dharma. Yogyakarta, 1972. Suyanto. 1996/1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta :

IKIP Yogyakarta.

Tarigan, Henri Guntur dan Tarigan, Dj. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan

Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tarigan, Djago. 1990 .Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Depdikbud.

Tarigan, Djago 1992 Materi pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Wibawa, B dan Mukti, F 1992/1993. Media Pengajaran Jakarta: Depdikbud. Winataputra, U.S. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005 Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

4. Pada siklus I sampai pada siklus ke III atau terakhir ada peningkatan antara dua puluh persen sampai empat puluh persen.

5. Dalam penggunaan media gambar seri, walau cukup berhasil dalam pembelajaran brbicara, tapi masih ada hambatan-hambatan yang ditemui oleh siswa. Hambatan yang paling dirasakan oleh siswa adalah ketika siswa harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bercerita mereka masih kurang menguasai bahasa Indonesia karena latar belakang bahasa mereka adalah bahasa daerah (Sunda). Mereka menjadi malu-malu untuk tampil ke depan yang akhirnya keberanian siswa kurang muncul. Hal di atas dapat diatasi dengan terlebih dahulu memotivasi semangat belajar dengan pemberian penguatan kepada siswa agar beranin tampil, lalu guru mengarahkan kepada siswa agar banyak membaca dan berdialog dengan teman menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar diluar jam pelajaran atau di luar kelas.

Kesimpulan akhir, bahwa gambar dapat dijadikan salah satu pilihan dalam menentukan alat bantu pembelajaran, dalam pembelajaran kesimpulan berbicara atau meningkatkan keterampilan berbicara. Jadi tinggal bagaimana kita menentukan strategi dalam menggunakannya agar lebih efektif dana efesien.


(2)

5.2 Saran - Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang penggunaan gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa SDN Babakan Hurip, maka ada beberapa hal yang penulis sarankan, yaitu :

1. Untuk para guru dari kelas rendah sampai kelas tinggi dapat emncoba menggunakan media gambar seri utnuk membantu siswa dalam berbicara di kelas masing-masing dan tentu saja harus pandai memilih, mana yang cocok untuk kelas rendah dan mana cocok untuk kelas tinggi.

2. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, diharapkan para guru harus selalu melakukan selektif pada setiap selesai pembelajaran yang mengunakan media gambar dalam pemblajarannya.

3. Agar siswa senang dalam proses pembelajaran kemampuan berbicara, maka seyogyanya mereka memilih sendiri gambar yang disenangi oleh mereka dan menentukan temanya sendiri.

4. Pengunaan media gambar seri siswa dapat membantu dalam kegiatan bercerita juga dapat digunakan dalam keterampilan lainnya, seperti keterampilan menyimak, keterampilan menulis dan membaca.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan mengapresiasi Sastra Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Al Hasan, D. 2004. Belajar Bahasa Indonesia. Bandung : PT Sarana Pancakarya Nusa.

Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud dan Balai Pustaka.

Alwasilah, A. Ch. dan Abdullah, H. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa. Bandung : CV Andira.

Arikunto, S. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta . Bumi Aksara

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsjad, Maidar G. 1991 Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Burhan, J. 1971. Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia . Bandung : Ganaco NV.

Burden dan Bryd 1990. Methods for Effective Teaching. New York : Allyn and Bacon Dahlan, M.D. ed. 1983. Model-model Mengajar. Bandung : Diponegoro.

Depdikbud. 1982. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa – Depdikbud.

Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia . Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahsa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta : Puskur- Balitbangdiknas. Djamarah, B.S. dan Zain, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.


(4)

Gagne dan Briggs 1979. Principles of Instuctional Design. New York : Holt, Rinehart and winston

Halim, A., Burhan, J., dan Al Rasyid, H. 1974. Ujian Bahsa. Bandung : Ganaco NV. Hamalik E.S, Oemar. 1994 . Media Pendidikan. Bandung : Cipta Aditya Bakti.

Haryadi dan Zamzami. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Dirjen Dikti.

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Jakarta: Depdikbud Hidayat, Kosadi, 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran

Bahasa Indonesia. Bandung : Alfabet.

Hidayat, Kosadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Bandung.

Hernawan, A.H. 1998. Media dan Proses Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud. Hopkins, D. 1993. A. Teachers Guide to Classroom Reseach. Philadelphia : OUP. Joyce Bruce, 2000. Models Of Teaching. America: Alyin and Bacon.

Kasbolah E.S. 1998 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PPTSD.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi : Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores : Nusa Indah.

Laksana, Krida. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Galamedia.

Madya, Suarsih. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: IKIP Jogja.

Muchlisoh. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 3. jakarta : Universitas Terbuka. Muchyidin, A.S. dan Fathoni, T. 2002. Media Pembelajaran. Bandung : FIP-UPI. Muhadjir, N. 2000. Pedoman Pemahaman dan Penerapan Muatan Lokal di Sekolah

Dasar. Bandung : Geger Sunten.

Mulyani, S. dan Permana, J. 1992-1993. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta : Depdikbud.


(5)

Mulyana, Y. 2003. Pengkajian Puisi dalam Dimensi Respon Pembaca. Bandung : FPBS UPI.

Moleong, Lexy J 2002 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Prawirasomantri, Abud. 2003. Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Daerah (Sunda). Untuk Guru Sekolah Dasar. Bandung : Geger Sunten. Purwanto, Ngalim. 1987 . Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung :

Rosdakarya.

Rahadi, Arsito. 2003 Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Rofi’uddin, Ahmad, 1998 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Rohani, Ahmad. 1997, Media Intruksional Edukatif. Bandung: Rineka Cipta. Sadiman, Arief. 1984 . Media Pendidikan. Jakarta : Raja Citrapindo Persada.

Semi, M.A. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Angkasa.

Soedarsono, F.X. 1996/1997. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rencana, Desain, dan Implementasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sudiman, A. 1990. Media Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.

Sudjana, N. 1990. Penelitian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1994. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sumarno. 1996/1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Pemantauan dan Evaluasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.


(6)

Suparno. 1997. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara. Suryabrata, S. 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta : CV Rajawali.

Sutardja. 1972. Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia . Prasaran dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia. IKIP Sanata Dharma. Yogyakarta, 1972. Suyanto. 1996/1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta :

IKIP Yogyakarta.

Tarigan, Henri Guntur dan Tarigan, Dj. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tarigan, Djago. 1990 .Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Depdikbud.

Tarigan, Djago 1992 Materi pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Wibawa, B dan Mukti, F 1992/1993. Media Pengajaran Jakarta: Depdikbud. Winataputra, U.S. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005 Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

English teachers' perspectives on the implementation of 2013 curriculum (a case study at seventh class of SMPN 3 South Tangerang in Academic Year 2015/2016)

1 13 196

A STUDY ON TEACHERS’ FEEDBACK IN STUDENTS’ WRITING AT ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT OF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA: TEACHERS’ PERCEPTION

1 10 77

STUDENTS’ PERCEPTION OF GOOD ENGLISH TEACHERS’ CHARACTERISTICS: A CASE STUDY AT SMK PERINTIS 29 Students' Perception of Good English Teachers' Characteristics: A Case Study At SMK Perintis 29 Ungaran.

0 3 18

INTRODUCTION Students' Perception of Good English Teachers' Characteristics: A Case Study At SMK Perintis 29 Ungaran.

0 2 10

BIBLIOGRAPHY Students' Perception of Good English Teachers' Characteristics: A Case Study At SMK Perintis 29 Ungaran.

0 2 4

STUDENTS’ PERCEPTION OF GOOD ENGLISH TEACHERS’ CHARACTERISTICS: A CASE STUDY AT SMK PERINTIS 29 UNGARAN Students' Perception of Good English Teachers' Characteristics: A Case Study At SMK Perintis 29 Ungaran.

0 3 15

A Study of English Article Choice: A Case Study of Two Indonesian English Teachers.

0 3 39

TEACHERS’ PERCEPTION ON THE IMPLEMENTATION OF LESSON STUDY : A case study in Junior High School English Teachers Association in Kota Sukabumi.

2 6 41

ENGLISH TEACHER PROFESSIONAL DEVELOPMENT:A Case Study of Three Junior High School English Teachers in Pidie Regency, NAD.

0 0 29

TEACHERS’ PERCEPTIONS TOWARD CURRICULUM CHANGES. A CASE STUDY ON THE ENGLISH TEACHERS OF SMK 1 LINGSAR - Repository UNRAM

0 0 19