PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG.

(1)

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY

BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

OLEH:

Aep Suherlan

NIM : 1104014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Aep Suherlan, SE

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Prof. H Mustofa Kamil, M. Pd.

NIP. 196111091987031001

Pembimbing II

Dr . Asep Saepudin, M. Pd.

NIP. 19700930200801104

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S, Ardiwinata, M. Pd.

NIP. 195908261986031003


(3)

Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat

Berprilaku Menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandunga”, beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adanya klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.

Bandung, Agustus 2015 Penulis,


(4)

ABSTRAK

Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan, tindakan masyarakat tidak selamanya sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat, agama dan Negara. Tindakan yang yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan agama tersebut disebut dengan prilaku menyimpang. Penyimpangan ini ukurannya adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan Kondisi masyarakat seperti itu sebagai dampak dari tidak mendapatkan pendidikan atau penanaman nilai dan norma secara tepat, pendidikan mempuyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan luar sekolah adalah alternative pendidikan berbasis masyarakat, karena pendidikan dan pembinaan adalah tanggung jawab bersama anatara masyarakat dan pemerintah, dan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pendidikan, sebagai bentuk partisipasi masyarakat adalah lewat lembaga nonformal dan salah satunya adalah Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang telah melaksanakan kegiatan “Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui

Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat Berprilaku Menyimpang”. Berdasarkan

hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk lebih mengetahui tentang: Bagaimana pengelolaan program pembinaan mental spiritual yang dilaksanakan?,Bagaimana pendekatan andragogy yang diselenggarakan dalam program pembinaan mental spiritual?, Bagaimana perubahan sikap dan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy?, Landasan teori yang dipergunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan luar sekolah, konsep pembelajaran, konsep andragogi, konsep belajar behavior, konsep prilaku dan tingkah laku menyimpang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif, studi kasus. Subjek penelitiannya adalah lembaga Yaskum Bandung, peneliti dapat mempelajari subjek penelitian secara lebih mendalam sehingga memungkinkan untuk mendapati informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek yang diteliti. Subjek penelitian adalah satu sampel sebagai pembina, satu sample sebagai instruktur dan tiga sample sebagai klien Langkah-langkah penelitian yang ditempuh adalah pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verivikasi data. Triangulasi dilakukan antara pembina, penyelenggara dan peserta. Dari keseluruhan hasil temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengeloaan dilaksanakan, baik penyelenggaraan, pembina dan instruktur telah melaksanakan kegiatannya dengan cukup baik sedangkan dalam hal pendekatan andargogy cukup berhasil ini bisa dilihat dari perubahan sikap warga binaan yang diperoleh dari program pembinaan ini berupa adanya suatu perubahan kepribadian dan berkarakter, memiliki kepercayaan diri dan mampu mengatasi problem kehidupan.


(5)

ABSTRACT

Public life today undergoing significant change, people do not always act in accordance with the values, norms and rules that apply in society, religion and the State. Actions that are inconsistent with the values, norms and religion are called deviant behavior. The size of this deviation is moralistic, then poverty, crime, prostitution, alcoholism, gambling, and behavior that is not in accordance with the rules of community life conditions such as the impact of not getting an education or cultivation of values and norms appropriately, education mempuyai role is very important in people's lives. School education is a community-based alternative education, because education and training is a shared responsibility anatara society and government, and society share responsibility in education, as a form of community participation is through non-formal institutions and one of them is the Foundation Kharisma Usada Mustika Bandung, which has conducting "Spiritual Mental Development Programs Through Community Approach Andargogy For Notwithstanding behave". Based on this, the researchers are interested to know more about: How does the management of mental and spiritual development program implemented? How andragogy approach held in the mental and spiritual formation program ?, How to change the attitudes and behavior of inmates after following the mental and spiritual formation program through andragogy approach ?, foundation of the theory are used as study material in this study is the concept of school education, the concept of learning, andragogi concept, the concept of learning behavior, the concept of behavior and deviant behavior. This study used a qualitative approach with descriptive methods, case studies. Subject of research is Yaskum institution of Bandung, researchers can study the subject in more depth research making it possible to have a thorough and complete information on each subject studied. Subjects were one sample as a builder, a sample as an instructor and three samples as a client steps taken is research data collection, data processing, data presentation, drawing conclusions, and verification of data. Triangulation is done between coaches, organizers and participants. Of the overall findings of this study concluded that the management of the activities carried out, both the organization, coaches and instructors has been carrying out its activities quite well, while in the case of andargogy quite successful this approach can be seen from the change in the attitude of inmates obtained from this coaching program in the form of a change personality and character, having confidence and being able to cope with life's problems.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang menjadi salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada Program Magister Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Tesis ini berjudul “Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat Berprilaku Menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandunga” bertujuan untuk mengungkap pengelolaan,

proses pendekatan andragogy, dan perunahan sikap yang di peroleh terhadap warga binaan.

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dikatakan sempurna, masih banyak kekurangan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan di masa mendatang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan luar sekolah. Amien.

Bandung, Agustus 2015


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, saran dan bantuan lainnya kepada penulis. Oleh karena itu dengan tulus hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M. Pd. selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr . Asep Saepudin, M. Pd. selaku Pembimbing II, yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan nasehatnya kepada penulis

3. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang penuh perhatian mendorong dan terus mendukung penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia beserta Staf yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Bapak H. Uu Radia, selaku Ketua Yayasan Kharisma Usada Mustika Jawa Barat memberikan ijin dan informasi yang dibutuhkan penulis untuk pengumpulan data dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Muhammad Wawa Kursiwa, sebagai pembina, yang telah memberikan informasi untuk melakukan penelitian serta memberikan yang dibutuhkan penulis untuk pengumpulan data dalam penulisan tesis ini.


(8)

8. Istri tercinta Leli Amalia, anak-anak terkasih Rizki Muhammad Adliansyah, Fauzan Muhammad Alfarizi dan Shafa Saffira Amalia serta keluarga besar lainnya yang selalu dengan ikhlas mendoakan dan memberi semangat serta bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan S2 Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan luar Sekolah yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 10.Rekan dan Sahabat di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang

selalu bersama-sama dalam suka dan duka selama penelitian. dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi/data yang penulis perlukan dalam rangka penulisan tesis ini.

Demikian penghargaan dan terima kasih dari penulis, semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Amien.

Bandung, Agustus 2015

Penulis


(9)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan, tindakan masyarakat tidak selamanya sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat, agama dan Negara. Tindakan yang yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan agama tersebut disebut dengan prilaku menyimpang. Penyimpangan ini ukurannya adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan Kondisi masyarakat seperti itu sebagai dampak dari tidak mendapatkan pendidikan atau penanaman nilai dan norma secara tepat, pendidikan mempuyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan luar sekolah adalah alternative pendidikan berbasis masyarakat, karena pendidikan dan pembinaan adalah tanggung jawab bersama anatara masyarakat dan pemerintah, dan masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pendidikan, sebagai bentuk partisipasi masyarakat adalah lewat lembaga nonformal dan salah satunya adalah Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang telah melaksanakan kegiatan “Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui

Pendekatan Andargogy Bagi Masyarakat Berprilaku Menyimpang”. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk lebih mengetahui tentang: Bagaimana pengelolaan program pembinaan mental spiritual yang dilaksanakan?,Bagaimana pendekatan andragogy yang diselenggarakan dalam program pembinaan mental spiritual?, Bagaimana perubahan sikap dan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy?, Landasan teori yang dipergunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan luar sekolah, konsep pembelajaran, konsep andragogi, konsep belajar behavior, konsep prilaku dan tingkah laku menyimpang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriftif, studi kasus. Subjek penelitiannya adalah lembaga Yaskum Bandung, peneliti dapat mempelajari subjek penelitian secara lebih mendalam sehingga memungkinkan untuk mendapati informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek yang diteliti. Subjek penelitian adalah satu sampel sebagai pembina, satu sample sebagai instruktur dan tiga sample sebagai klien Langkah-langkah penelitian yang ditempuh adalah pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verivikasi data. Triangulasi dilakukan antara pembina, penyelenggara dan peserta. Dari keseluruhan hasil temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pengeloaan dilaksanakan, baik penyelenggaraan, pembina dan instruktur telah melaksanakan kegiatannya dengan cukup baik sedangkan dalam hal pendekatan andargogy cukup berhasil ini bisa dilihat dari perubahan sikap warga binaan yang diperoleh dari program pembinaan ini berupa adanya suatu perubahan kepribadian dan berkarakter, memiliki kepercayaan diri dan mampu mengatasi problem kehidupan.


(10)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Public life today undergoing significant change, people do not always act in accordance with the values, norms and rules that apply in society, religion and the State. Actions that are inconsistent with the values, norms and religion are called deviant behavior. The size of this deviation is moralistic, then poverty, crime, prostitution, alcoholism, gambling, and behavior that is not in accordance with the rules of community life conditions such as the impact of not getting an education or cultivation of values and norms appropriately, education mempuyai role is very important in people's lives. School education is a community-based alternative education, because education and training is a shared responsibility anatara society and government, and society share responsibility in education, as a form of community participation is through non-formal institutions and one of them is the Foundation Kharisma Usada Mustika Bandung, which has conducting "Spiritual Mental Development Programs Through Community Approach Andargogy For Notwithstanding behave". Based on this, the researchers are interested to know more about: How does the management of mental and spiritual development program implemented? How andragogy approach held in the mental and spiritual formation program ?, How to change the attitudes and behavior of inmates after following the mental and spiritual formation program through andragogy approach ?, foundation of the theory are used as study material in this study is the concept of school education, the concept of learning, andragogi concept, the concept of learning behavior, the concept of behavior and deviant behavior. This study used a qualitative approach with descriptive methods, case studies. Subject of research is Yaskum institution of Bandung, researchers can study the subject in more depth research making it possible to have a thorough and complete information on each subject studied. Subjects were one sample as a builder, a sample as an instructor and three samples as a client steps taken is research data collection, data processing, data presentation, drawing conclusions, and verification of data. Triangulation is done between coaches, organizers and participants. Of the overall findings of this study concluded that the management of the activities carried out, both the organization, coaches and instructors has been carrying out its activities quite well, while in the case of andargogy quite successful this approach can be seen from the change in the attitude of inmates obtained from this coaching program in the form of a change personality and character, having confidence and being able to cope with life's problems.


(11)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(12)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Peneltian ... 11

E. Manfaat Peneltian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 13

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah ... 13

2. Tujuan, Fungsi dan Sasaran Pendidikan Luar Sekolah ... 14

3. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah ... 16

4. Komponen-komponen Pendidikan Luar Sekolah ... 17

B. Konsep Andragogy... 24

C. Konsep Belajar Behavior ... 38


(13)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Konsep Tingkah Laku Menyimpang ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Lokasi Penelitian dan Objek Peneltian ... 52

1. Lokasi Penelitian ... 52

2. Objek Penelitian ... 53

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 53

C. Teknik dan Istrumen Pengumpula Data ... 56

1. Wawancara ... 56

2. Observasi dengan keterlibatan peneliti ... 56

3. Studi dokumentasi ... 57

D. Subjek Penelitian ... 57

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 59

1. Tahap Pra Lapangan ... 59

2. Tahap Lapangan ... 60

3. Tahap Pelaporan ... 61

F. Pengolahan dan Analisisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Peneltian ... 65

1. Deskripsi Umum Yayasan Kharisma Usada Mustika ... 65

2. Pengelolaan Program Pembinaan Mental spiritual ... 67

a. Perencanaan ... 67

b. Pengorganisasian ... 71

c. Penggerakan ... 75

d. Pembinaan ... 77

e. Penilaian ... 81


(14)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendekatan

Andragogy ... 86

a. Karakteristik Andragogy ... 86

b. Pendidikan Andragogy ... 90

4. Hasil Program Pembinaan Mental Spiritual Bagi Warga Binaan .. 91

a. Hasil Terhadap Intelektual ... 92

b. Hasil Terhadap Perwujudan Diri ... 94

c. Hasil Terhdap Pribadi dan Masyarakat ... 97

d. Hasil Terhadap Perubahan Sosial ... 98

B. Pembahasan Penelitian ... 99

1. Pengelolaan Program Pembinaan Mental Spiritual... 99

2. Program Pembinaan Mental Spiritual Melalui Pendektan Andragogy ... 104

3. Hasil Program Pembinaan Mental Spiritual Bagi Warga Binaan .. 107

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Implikasi ... 114

C. Rekomendasi ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118


(15)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

4.1. Data Klien Berdasarkan Umur ... 86

4.2. Data Klien Berdasarkan Pendidikan ... 87


(16)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

2.1. Hubungan Fungsional Antara PLS ... 18

2.2. Rangkaian Fungsi-Fungsi Manajemen Program ... 21

2.3. Skematis Prosedur Identifikasi Kompenen Sampai Indikator ... 24


(17)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 120

- Kisi – Kisi ... 120

- Pedomana Studi Dokumentasi ... 121

- Pedomana Wawancara P1 dan P2 ... 122

- Pedomana Wawancara P3 ... 126

Lampiran 2 ... 129

- Data Hasil Wawancara P1(Pembina) ... 129

- Data Hasil Wawancara P2(Fasilitator) ... 137

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar1) ... 142

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar2) ... 145

- Data Hasil Wawancara P3(Warga Belajar3) ... 149

Lampiran 3 : SK Pembimbing, SK Izin Penelitian, SK Telah Melaksanakan Penelitian ... 152


(18)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG


(19)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan luar sekolah didalam usahanya membantu pendidikan sekolah guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia diwujudkan melalui proses kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada upaya menumbuhkan suasana kehidupan yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, yang berbudaya, peningkatan tarap hidup peserta didik dan masyarakat serta mengubah dan mengembangkan perilaku peserta didik yang lebih baik. Kualitas kehidupan tersebut diatas dapat tercapai apabila pembelajaran dilaksanakan secara demokratis. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa apabila pendidikan tidak dilaksanakan secara demokratis dan tidak ditujukan untuk menumbuhkan kehidupan yang demokratis maka pendidikan kurang berpengaruh positif terhadap peningkatan tarap hidup dan kehidupan yang wajar serta berkualitas.

Pembelajaran secara demokratis bisa di wujudkan dengan pendekatan andragogy sehingga dalam programnya akan efektif dan efisien apabila dilaksanakan dengan pendidikan yang integral, dengan proses yang dimulai dari analisis kebutuhan pembinaan sampai evaluasi dan tindak lanjut. Sementara keberhasilan pelaksanaan pembinaan sangat ditentukan oleh beberapa unsur, seperti seperti: peserta pembinaan, Widyaiswara, kurikulum dan metode, media, penyelenggara maupun pengelola pembinaan. Dalam pelaksanaan pembinaan, peranan pengelola (management) merupakan unsur dominan disamping unsur lainnya. Karena dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan yang menjadi peserta pembinaan adalah orang dewasa yang telah memiliki karakteristik sendiri, maka para pengelola perlu memiliki kompetensi dalam hal konsep dasar, agar dapat menerapkan pola pendidikan bernuansa pendidikan bagi orang dewasa dalam pelaksanaan pembinaan. Untuk itu dalam penelitian ini, berusaha menyampaikan


(20)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

konsep dasar Andragogi, asumsi dasar, prinsip-prinsip, karakteristik dan suasana belajar serta implikasinya dalam penyelenggaraan pembinaan.

Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November 1997). Andragogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Andre yang berarti “orang dewasa” dan “agagos” yang berarti membimbing. Jadi Andragogi adalah ilmu atau seni dalam membantu orang dewasa belajar, yang berarti mengarahkan orang dewasa. pembelajaran orang dewasa, kiranya diperlukan suatu kesamaan persepsi tentang defenisi orang dewasa, yaitu dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut:

1. Defenisi Biologis. Seseorang menjadi dewasa secara biologis jika orang tersebut telah mencapai usia dimana ia dapat melakukan reproduksi, pada umumnya terjadi pada awal masa remaja.

2. Defenisi Hukum. Seseorang menjadi dewasa secara hukum jika orang tersebut telah mencapai usia dimana undang-undang menyatakan ia dapat memiliki hak suara dalam Pemilu.

3. Defenisi Sosial. Seseorang menjadi dewasa secara sosial jika orang tersebut telah mulai melaksanakan peran-peran orang dewasa, seperti peran kerja, peran pasangan suami isteri, peran orang tua, peran sebagai warga negara dll.

4. Defenisi Psikologi. Seseorang menjadi dewasa secara prikologi jika orang tersebut telah memiliki konsep diri yang bertanggungjawab terhadap kehidupannya, yaitu konsep untuk mengatur dirinya sendiri (self directing), seperti mengambil keputusan sendiri.

Kehidupan masyarakat dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan, tindakan manusia tidak sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat, agama dan Negara. Penyimpangan dari nilai, norma dan peraturan tersebut disebut dengan perilaku menyimpang, prilaku menyimpang ukurannya


(21)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

adalah moralistik, maka kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan. Masyarakat prilaku menyimpang mengalami disorganisasi ditandai dengan cirri-ciri : perubahan-perubahan yang serba cepat, tidak stabil, tidak ada kesinambungan pengalaman dari satu kelompok dengan kelompok-kelompok lainnya, tidak ada intimidasi organik dalam relasi sosial, dan kurang atau tidak adanya persesuain diantara para anggota masyarakat. Dr, Kartini Kartono (2013:1) ,menjelaskan bahwa prilaku menyimpang yaitu:

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakat (dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama).

2. Situasi sosial yang dianggap sebagaian besar masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang lain. Perilaku menyimpang, sadar atau tidak sadar pernah kita alami atau kita lakukan. Penyimpangan tersebut dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat. Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma social yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan (deviation) adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (conformity) terhadap kehendak masyarakat. Perilaku menyimpang muncul sebagai akibat melemahnya pengertian dan kewaspadaan terhadap kebutuhan dan permasalahan masyarakat itu sendiri. Sifat-sifat sulit diatur, berontak, merajuk, narkoba, suka meniru budaya luar, hura-hura dan sebagainya, adalah rangkaian pola perilaku yang selalu muncul membayangi sisi kehidupan masyarakat.

Kondisi masyarakat seperti itu sebagai dampak dari tidak mendapatkannya pendidikan atau penanaman nilai dan norma secara utuh. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu sendiri mengandung nilai-nilai tertentu, ini dikarenakan pendidikan menyangkut masalah pemecahan masalah kesulitan hidup secara sistematis dan dengan jalan


(22)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

mengunakan metode dan teknik-teknik yang berguna dan bernilai, disebut bernilai karena pendidikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan semua usaha untuk memenuhi serta memuaskan kebutuhan masyarakat yang universal, baik yang individual maupun sosial dan diarahkan mencapai tujuan yang bernilai. Dengan pendidikan masyarakat akan mendapatkan peningkatan baik dari wawasan, ilmu, maupun perubahan prilaku. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 yaitu:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu prioritas dari pelaksanaan pendidikan nasional adalah agar terwujud pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam rangka menumbuhkan sektor-sektor kehidupan, karena sektor kehidupan tak mungkin ditingkatkan bila tak didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, produktif, efektif dan efisien. Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan dalam rangka pemerataan pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Karena pendidikan luar sekolah menurut Djudju Sudjana (2001 : 39-40) dibanding dengan pendidikan sekolah relatif lebih murah, lebih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat dan program yang dilaksanakan lebih fleksibel. Permasalahan pendidikan nasional selain kurang menjangkau di berbagai wilayah juga kurangnya relevansi antara pendidikan dengan kehidupan nyata. Pendidikan luar sekolah yang memiliki program berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat berusaha mengurangi jarak ketidaksesuaian tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena program-program yang dilaksanakan berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik sehari-hari, isi program berkaitan erat dengan kegiatan usaha masyarakat, memanfaatkan pengalaman belajar peserta didik dan


(23)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

sumber-sumber belajar yang ada dilingkungan setempat, program dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik serta kegiatan belajar berhubungan langsung dengan kegiatan warga belajar dalam kehidupannya. Ini berarti program-program yang dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah berpusat pada peserta didik, fleksibel, lebih efisiensi dan efektif. Tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan program tersebut menurut Djudju Sudjana (2001 : 142) adalah agar warga belajar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang kehidupannya; memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. Dengan demikian pendidikan luar sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam upanyanya mengatasi permasalahan pendidikan nasional.

Pembelajaran yang demokratis dapat berlangsung apabila di dalam masyarakat terdapat fasilitas-fasilitas belajar yang memungkinkan masyarakat dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Masyarakat diharapkan meyadari pentingnya belajar sehingga dapat tumbuh suasana belajar masyarakat (learning society) yang ditandai selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk peningkatan kemampuan dan pengembangan diri melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan masyarakat diharapkan tidak sebatas hanya mengetahui (learning how to know) dan bagaimana belajar (learning how to learn), tidak pula belajar hanya sekedar memecahkan masalah kehidupan (learning how to solve problem). Kegiatan belajar yang mereka lakukan diharapkan terarah untuk kepentingan kemajuan hidupnya (learning how to be atau learning to life).

Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan tinggi, berpengalaman dan mampu membaca setiap perubahan serta berani menghadapi perubahan, yang dapat bertahan hidup dan dapat mengembangkan kualitas hidupnya. Mohamad Surya (2003 :177) menjelaskan


(24)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

bahwa agar hidup dapat dipertahankan dan dikembangkan dalam era global diperlukan empat kompetensi yaitu:

(1) Plurality Competence yaitu kecakapan untuk mengidentifikasi aspek produktif dari adanya keragaman, toleransi dan menggunakan secara efektif. (2) Socio communicative competence yaitu kecakapan untuk berinisiatif, megembangkan, mendukung , mengelola dan menyimpulkan secara tepat proses-proses sosial. (3) Transation competence yaitu kecakapan untuk beradaptasi dengan proses transisi dalam kehidupan, (4) Equlibrium competence yaitu kecakapan menjaga keseimbangan dalam kondisi ketidakpastian.

Pendidikan luar sekolah dapat dikatakan sebagai pelengkap, penambah, serta pengganti jalur pendidikan formal. Pendidikan nonformal merupakan bagian dari sistem pendidikan pendidikan nonformal yang juga disebut dengan pendidikan luar sekolah merupakan suatu lingkup pendidikan yang kepemilikannya terfokus pada masyarakat, menyangkut kemandirian, pendanaan, pengelolaanm dan aspek-aspek lainnya, yang kegiatannya dari, oelh dan untuk masyarakat. Pendidikan Non Formal menurut Sudjana (2004:22) yang juga mengacu pada pendapat Coombs, sebagai berikut:

Pendidikan nonformal merupakan setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan nonformal (Pendidikan Luar Sekolah) telah diatur dalam Peraturan Pemerintah secara jelas dan tegas. Pendidikan yang mendapat perhatian luas dari seluruh lapisan masyarakat adalah pendidikan luar sekolah, karena diikuti oleh masyarakat yang tergolong strata kehidupannya mulai dari yang miskin sampai kaya, dari sejak manusia lahir sampai mati, dan sebagainya. Demikian pula tempat pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan “di mana saja” sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang membutuhkan pendidikan, seperti : melalui kursus, pelatihan, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis ta’lim serta satuan-satuan pendidikan luar sekolah yang lainnya. Di dalam


(25)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

peraturan pemerintah No. 73 Tahun 1991 disebutkan bahwa pendidikan luar sekolah bertujuan :

1. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;

2. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke tingkat dan/atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan

3. Memenuhui kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.

Ungkapan tersebut merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kemampuan warga belajar agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi kehidupannya secara nyata dan maju yang dapat membawanya menjadi warga belajar yang berkualitas. Dengan Pendidikan Luar Sekolah diharapkan perilaku menyimpang dapat ditanggulangi sebaik-baiknya. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang, diantaranya adalah longgarnya pegangan terhadap agama. Agama menjadi tiang utama dalam perkembangan akhlak manusia. Dalam Islam, perilaku yang menyimpang seperti nepotisme, korupsi, mabuk, narkoba, judi, zina atau yang disebut kezaliman termasuk dalam katagori akhlak yang jelek. Masyarakat yang melakukan kezaliman akan mendapat azab dari Allah, S.W.T. Seperti yang ditulis dalam Al-Qur'an surat Al-Qasas ayat 59 berbunyi :

ام ناك بر ْ م ٰىر ْلا ٰىتحثعْبييفا مأ اً سر ْتي ْ ْي عانتايآ ۚام انكيك ْ م ٰىر ْلا اَإ لاظ ا لْهأ “Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman”.

Dari Ayat di atas menjelaskan satu hakikat bahwa keberadaan kezaliman dalam sebuah masyarakat bakal menyeretnya kepada kehancuran dan orang-orang yang ada di sana bakal mendapat azab ilahi. Kezaliman yang berbentuk perilaku menyimpang dalam masyarakat harus dapat dicegah seiring dengan


(26)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

perkembangan zaman. Sudah menjadi tragedy dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada tuhan tinggal symbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada di dalam dirinya. Ada bidang moral memperlihatkan kondisi mental, karakter, budi pekerti dan akhlak bangsa yang sangat memperhatinkan seperti perilaku menyimpang, perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur, dan perilaku yang seolah-olah tidak ada tatanan hokum positif. Menurut Soekanto (1993 : 26) situasi ini seperti yang “anomie, yaitu memudarnya nilai-nilai yang berlaku dan tidak adaanya norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dan tidak adanya norma-norma atau nilai-nilai bersama.”

Pendidikan dan pembinaan tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pendidikan dan penbinaan bukan hanya didapat melalui pendidikan formal, tapi juga bisa didapat melalui pendidikan non formal yang menjadi pengganti pendidikan sekolah dalam melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 satuan pendidikan non formal adalah lembaga kursus, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Majelis ta’lim, dan satuan pendidikan sejenis.

Menyelesaikan masalah pendidikan khususnya perubahan perilaku di tengah masyarakat bukan tanggung jawab pemerintah semata. Penanggulangan perilaku menyimpang di tengah masyarakat lewat pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah dengan masyarakat. Lewat lembaga pendidikan non formal yang berada di tengah-tengah masyarakat diharapkan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam menaggulangi masalah perilaku menyimpang dapat terealisasi dengan baik. Hal ini yang dilakukan oleh Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, yang beralamat di jalan Sukagalih II Kelurahan Cipedes Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Yayasan yang selalu mendampingi masyarakat yang mengalami permasalahan agar dapat keluar dari permasalahan. Yayasan tersebut


(27)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

diatas bergerak dalam : 1) bidang sosial kemasyarakatan yang melakukan kerjasama dengan lembaga baik negeri atau swasta; 2) Bidang pengobatan alternatif yang meliputi fisik maupun mental spiritual. Secara umum lembaga tersebut bertujuan membentuk segenap anggotanya menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dengan cara sebagai berikut :

1. Meningkatkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

2. Membentuk pribadi-pribadi atau individu-individu yang bertanggung jawab, berakhlak mulia, dan berjiwa sosial,

3. Menanamkan budi pekerti yang baik agar senantiasa mau dan mampu berbuat yang dapat mendatangkan manfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, serta masyarakatnya,

4. Menggali atau menumbuhkembangkan potensi dan bakat pribadi masing-masing individu untuk dapat mewujudkan dan mengembangkan cita rasa dan karyanya demi kemajuan pribadi, keluarga, dan masyarakat lingkungannya, 5. Mengarahkan, menumbuhkembangkan, dan mendukung pribadi-pribadi serta

individu-individu yang mandiri dan merdeka demi terwujudnya pribadi-pribadi dan individu-individu yang bermartabat dan mempunyai eksistensi, dedikasi yang baik dimata keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Hal ini sesuai dengan visi dari Yayasan Kharisma Usada Mustika yaitu “mewujudkan masyarakat Indonesia bahkan dunia yang memiliki kepribadian yang berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan, sehingga baik secara pribadi maupun bersama-sama secara aktif memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat global menuju tatanan dunia baru yang dilandasi oleh keadilan, keberadaban, kesinambungan, keseimbangan, kepedulian, dan kesejahteraan diatas keyakinan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa”.

Untuk mewujudkan visi tersebut Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung mengelola program pembinaan yang diterapkan pada warga binaannya yang


(28)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

secara keilmuan di bidang pendidikan yaitu “Program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan sementara penulis ketika melakukan observasi melalui studi pendahuluan, penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang, dan lembaga tersebut patut dihargai keikutsertaannya dalam membina masyarakat, peneliti mengidentifikasi bahwa :

1. Berdasarkan hasil observasi dan data diketahui adanya masyarakat berprilaku menyimpang yang sedang mengikuti program pembinaan mental spiritual di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

2. Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung telah melaksanakan pengelolaan berupa program pembinaan mental spiritual bagi masyarakat berprilaku menyimpang.

3. Dalam penyelenggaraan programnya Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung menggunakan pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andargogy bagi warga binaaan.

4. Adanya perubahan prilaku dari warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian masalah yang dipaparkan di atas, dapat dirumuskan masalah pokok dari penelitian ini adalah pengelolaan program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy serta adanya perubahan sikap dan prilaku warga binaan yang berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Mengingat luasnya ruang lingkup kajian yang berkaitan dengan masalah tersebut dan keterbatasan penulis, maka penelitian ini dibatasi dalam beberapa sub masalah sebagai berikut:


(29)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

1. Bagaimana pengelolaan program pembinaan mental spiritual dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

2. Bagaimana penerapan program melalui pendekatan andragogy diselenggarakan di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung dalam pembinaan mental spiritual?

3. Bagaimana perubahan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy yang dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi pemikiran ilmiah yang berhubungan dengan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang sebagai basis dari bentuk pendidikan luar sekolah. Dan berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bermaksud :

1. Mendidkripsikan pengelolaan program pembinaan mental spiritual dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

2. Mendiskripsikan penerapan program melalui pendekatan andragogy yang diselenggarakan di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung dalam pembinaan mental spiritual?

4. Menganalisis perubahan prilaku warga binaan setelah mengikuti program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy yang dilaksanakan di Yayasan Kharisma Usada Bandung?

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melihat effektifitas dari pengelolaan program pembinaan mental spiritual melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat


(30)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

berprilaku menyimpang. Kelebihan dan kekurangan dari program pembinaan mental spiritual ini dapat menjadi kontribusi bagi perkembangan dalam proses pendidikan bagi masyarakat khususnya masyarakta berperilaku menyimpang baik secara teoritis maupun secara teknis. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan diskusi konseptual bagi para akademis untuk memperkaya perkembangan pendidikan khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah maupun praktisi pemberdayaan pendidikan non formal dalam mendampingi masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, merupakan uraian tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, yang merupakan landasan teori adalah : Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Konsep Andragogi, Konsep Belajar Behavior, konsep Prilaku dan Konsep Tingkah Laku Menyimpang. BAB III Metode Penelitian, yang berisi tentang lokasi penelitian dan objek

penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data, subyek / partisipan dalam penelitian, langkah-langkah pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data.

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian, membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, analisis penelitian, dan pembahasan penelitian.


(31)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13


(32)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung Jl. Sukagalih II No. 132 Cipedes Sukajadi Kota Bandung, dengan Akta Yayasan Kharisma Usada Mustika Nomor 1 tertanggal 27 September 2007 yang dibuat dihadapan Notaris Andi Ismawati Achmad, SH., Notaris di Kota Depok. Akta tersebut telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : C-3511.HT.01.02.TH.2007 tertanggal 12 Oktober 2007.

visi :

Mewujudkan masyarakat Indonesia bahkan dunia yang memiliki kepribadian yang berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan, sehingga baik secara pribadi maupun bersama-sama secara aktif memberikan kontribusi bagi perbaikan masyarakat global menuju tatanan dunia baru yang dilandasi oleh keadilan, keberadaban, kesinambungan, keseimbangan, kepedulian, dan kesejahteraan diatas keyakinan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Misi :

1. Melakukan pembinaan dan pelayanan secara berkesinambungan terhadap anggota-anggota masyarakat yang membutuhkan tanpa membedakan latar belakang ras, agama, suku bangsa, golongan /aliran melalui pola pembinaan mental maupun spiritual dengan tujuan tiap-tiap individu tersebut dapat terselesaikan problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatannya.

2. Memberikan perlindungan, pelayanan dan kenyamanan kepada setiap anggota masyarakat yang membutuhkan dengan tujuan agar Yaskum menjadi lembaga yang dapat dipercaya untuk menjalankan fungsi intermediasi, stabilisasi dan dinamisasi untuk mengatasi dan menjembatani problema maupun konflik sosial, ekonomi dan kemasyarakatan antar golongan masyarakat maupun individu.

3. Membentuk usaha-usaha ekonomi mandiri untuk menunjang pelaksanaan kegiatan /misi Yaskum maupun bagi masyarakat umum dengan cara menjalin kerjasama dengan seluruh komponen masyarakat yang diperlukan untuk itu


(33)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

baik kalangan Professional, akademisi, ahli, penemu, lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan, pers, cedekiawan dan lain sebagainya.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini lebih difokuskan kepada beberapa bagian yaitu :

1. Sebagai sumber informasi. Sumber infomasi lebih difokuskan kepada pembina dengan pengkodean (P) berjumlah satu orang yang merupakan key person dalam keberhasilan kegiatan tersebut.

2. Informasi Data. Fasilitator (F) akan memberi informasi data berjumlah satu orang, yang dibutuhkan dalam penelitian yang berhubungan dengan implementasi kegiatan.

3. Sebagai informan. Informan dalam penelitian ini adalah Warga Binaan dengan pengkodean (WB) berjumlah tiga orang, merupakan masyarakat yang ikut program pembinaan dengan pendektan andragogy di Yayasan, dari pembina dan fasilitator diharapkan mendapatkan informasi dan data tentang pengelolaan program pembinaan dan pengaruh perubahan pada warga binaan. Sedangkan dari Warga Binaan diharapkan mendapatkan informasi tentang kegiatan pembinaan dan pengaruh perubahan terhadap sikap dan prilaku setelah mengikuti program pembinaan tersebut.

Dalam penelitian ini peran peneliti juga terlibat secara langsung dalam kegitan tersebut selain sebagai observer yang akan mengamati dan mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan yang menggunakan penerapan teknik behavior meditasi. Diharapkan dari deskripsi ini akan dapat mengungkapkan secara detail proses pengelolaan program pembinaan melalui pendekatan andragogy di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda deskriptif, dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu berupa kata-kata tertulis, lisan dari responden dan prilaku responden (objek) diamati peneliti.


(34)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54

Saifuddin Azwar (1997: 5-6) mengemukan bahwa “Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,

dengan menggunakan logika ilmiah”.

Menurut Moleong (1991: 5) bahwa “Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dengan pertimbangan, yaitu: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden, 3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi”.

Argumen yang sama dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 196) bahwa ada beberapa alasan yang sering diajukan mengapa penelitian kualitatif dilakukan adalah:

1. Penelitian kualitatif yang menggunakan pengukuran enumirasi empiris sering merupakan indeks-indeks kasar, padahal justru inti yang sebenarnya berada dalam konsep-konsep yang timbul dari data.

2. Penggunaan statistik seperti digunakan dalam penelitian kuantitatif, banyak informasi yang hilang sehingga intisari konsep yang ada dalam data tidak diungkapkan.

3. Adanya hipotesis yang telah disusun sebelumnya berdasarkan berpikir deduktif, cenderung menggali data empiris, dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis. Metode statistik akhirnya diupayakan sedemikian rupa untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif, semata-mata untuk menguji hipotesis.

4. Variabel yang diungkap dalam penelitian kuantitatif dibatasi sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah disusun sebelumnya, padahal permasalahan dan variabel dalam ilmu-ilmu sosial tidak terlepas dari konteks lingkungannya secara keseluruhan.

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 197), ciri-ciri pokok dari pendekatan kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.


(35)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

2. Peristiwa yang terjadi baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, sebagaimana adanya (alami) tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti, merupakan objek bagi penelitian kualitatif.

3. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik

4. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun penelitian di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, melalui komparasi, sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. 5. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.

6. Penelitian kualitatif sifanya induktif.

7. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris atau induktif.

8. Penelitian kualitatif mengutamakan makna.

9. Penelitian kualitatif mengutamakan kepada bagaimana orang mengartikan hidupnya, dalam pengertian participant perspective. Makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai hidupnya.

Nasution (1988: 9-12) secara rinci menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut:

1. Sumber datanya merupakan situasi yang wajar atau natural setting. 2. Peneliti sebagai instrumen utama.

3. Sangat deskriptif.

4. Mementingkan proses maupun produk serta memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna di belakang kelakukan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau first hand.

7. Triangulasi data atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian konsteksional.

9. Subjek yang diteliti dipandang kedudukannya sama dengan peneliti.

10. Mengutamakan perspective emic, artinya dengan mementingkan pandangan responden, yaitu tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.

11. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif. 12. Sampling yang pusposive.

13. Menggunakan audit trial, yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah laporan peneliti sesuai dengan data yang dikumpulkan. 14. Partisipasi tanpa mengganggu.

15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian, dan 16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.


(36)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

Berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut di atas, peneliti dapat berkomunikasi secara langsung dengan subjek yang diteliti serta dapat mengamati mereka sejak awal sampai akhir proses penelitian. Fakta dan data itulah yang nantinya diberi makna sesuai dengan teori-teori yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti.

Penggunaan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran mengenai permasalahan yang sedang diteliti sedalam-dalamnya secara utuh. Adapun alasan lain penggunaan metoda ini adalah: 1) peneliti mampu mengumpulkan data atau informasi mengenai pengelolaan program pembinaan melalui pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, 2) peneliti dapat mempelajari subjek penelitian secara lebih mendalam sehingga memungkinkan untuk mendapati informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek yang diteliti.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk selanjutnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan. Untuk itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan, dalam penelitian ini digunakan wawancara, observasi dan Studi Dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan, harapan dan keinginan, dari individu atau reponden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin atau tertutup. Menurut Riduwan (2004 : 102) bahwa

“Dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang

sudah disusun”. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pengelola atau

pembina, satu orang fasilitator, dan tiga orang warga binaan.


(37)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

Peneliti terlibat secar langsung dalam kegiatan sehari-hari dilapangan peneltian, bersama – sama dengan sample yang sedang diamati atau yang digunakan sebagi sumber data penelitian. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku responden ataupun proses terjadi suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Observasi yang digunakan adalah observasi partipasi, yaitu dengan maksud untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan rinci. Untuk menjadi partisipan dan sekaligus pengamat, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan dari subjek yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan, pendekatan andargogy dan perubahan sikap prialku terhdapa warga binaan dari program pembinaan tersebut.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Studi dokumentasi ini khusus ditujukan kepada pengelola/penyelenggara untuk memperoleh data mengenai penguasaan awal/pengetahuan awal yang dimiliki oleh warga binaan sebelum mengikuti program pembinaan dengan pendekatan andragogy.

D. Subjek Penelitian

Sehubungan dengan metode kualitatif yang digunakan, maka ditetapkan subjek penelitian yaitu orang-orang dan pihak-pihak yang diplih sebagai manusia sumber (human resources), serta informan. Menurut Suharsimi (1989: 211)

“Subjek penelitian adalah dapat berupa manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia”. Subjek penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber informasi dan informan. Sumber informasi adalah orang yang menjadi kasus atau yang menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri atau yang


(38)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

memberikan data utama tentang dirinya sendiri. Sedangkan informan adalah subjek yang memberikan data pelengkap tentang sumber informasi yang menyangkut data penelitian.

Berdasarkan batasan di atas, maka yang menjadi subjek penelitian disini adalah: 1. Pengelola/Pembina, pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan

andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sebanyak 1 (satu) orang.

2. Fasilitator pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sebanyak 1 (satu) orang.

3. Warga binaan atau peserta pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung sejumlah 3 (tiga) orang.

Kriteria yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan subjek penelitian, yaitu: 1. Mereka yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pengelolaan program

pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

2. Mereka yang telah mendapatkan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang yang dilaksanakan oleh Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti telah menentukan sebanyak lima orang sebagai subjek penelitian. Penentuan jumlah subjek dalam penelitian ini didasari oleh beberapa alasan, yaitu:

1. Efesiensi sumber daya. Pertimbangan ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah subjek penelitian. Hal ini juga sejalan dengan pendapat

Saifuddin Azwar (1997: 78) bahwa “Pada dasarnya penggunaan subjek dalam

penelitian didasari oleh pertimbangan efesiensi sumber daya. Sumber daya

penelitian adalah waktu, tenaga, dan dana”. Peneliti tidak memilih seluruh

populasi yang ada di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, sebagi subjek penelitian sebab akan menggunakan waktu yang lama untuk


(39)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

pengambilan data, membutuhkan tenaga peneliti dan tenaga lapangan yang banyak sekali dan mungkin tidak tersedia, serta menghabiskan dana yang sangat besar.

2. Ketersediaan sumber daya manusia. Pertimbangan ini digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah instruktur dan pembina yang dipilih sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian pembina, fasilitator yang dijadikan sebagai subjek berjumlah 2 orang pada penngelolaan program pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

3. Kemudahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (1980), Lincoln dan Guba

(1985) dalam A. Chaedar Alwasilah (2002: 73) bahwa “Pemilihan subjek penelitian dilakukan karena alasan kemudahan”. Peneliti memilih subjek

tersebut karena mudah dihubungi, mudah untuk diwawancara atau dimintai informasinya, dan mudah untuk ditemuinya.

4. Mewakili karakteristik yang akan diteliti. Pertimbangan ini digunakan untuk menentukan jumlah peserta yang dipilih sebagai subjek penelitian. Peneliti memilih 3 (tiga) orang warga binaan karena mereka sudah dapat mewakili karakteristik yang akan diteliti dalam pengelolaan program pembinaan dengan pendektan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung.

.

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Tahap Pra Lapamgan

Tahap pra lapangan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal secara lengkap tentang lokasi, keadan objek kajian, responden, tujuan dan fokus penelitian, penyesuaian waktu dan sebagainya. Pada tahapan ini peneliti harus menyusun dan merumuskan desain penelitian dengan cara melakukan diskusi dan bimbingan dengan Dosen Pembimbing. Sehubungan dengan hal itu sebelum peneliti terjun ke lokasi penelitian juga mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pengumpulan data, baik yang menyangkut administrasi


(40)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

penelitian, maupun yang menyangkut persoalan teknis penelitian itu sendiri. Persoalan administrasi yang dimaksud adalah meliputi pengurusan perizinan, persiapan alat/instrumen pengumpulan data, dan sebagainya. Untuk memperoleh gambaran awal tentang lokasi dan objek penelitian, peneliti mengadakan kunjungan tidak resmi kepada lembaga tempat penelitian guna memperoleh informasi awal yang berkaitan dengan desain yang disusun.

Pada tahap ini, peneliti telah berhasil menyusun desain yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian. Desain penelitian yang digunakan merupakan hasil rancangan peneliti yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Peneliti juga telah berhasil menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang pelaksanaan penerapan teknik behavior meditasi adalah wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan merupakan hasil rancangan peneliti yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung, peneliti juga telah memperoleh surat izin penelitian dari Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Tahap Lapangan

Tahap ini merupakan tahap selanjutnya, yaitu tahap kegiatan lapangan. Tahap kegiatan lapangan ini direncanakan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Tahap ini merupakan penelitian yang sesungguhnya, karena terjadi pengumpulan, sekaligus menyeleksi data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan batasan rumusan masalah dan tujuan serta fokus penelitian, sehingga sampai pada pendeskripsian data yang diperoleh. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pengumpulan data penelitian ini, peneliti melakukan wawancara, kemudian mengadakan observasi secara langsung kepada berbagai pihak antara lain seperti: pembina yang terlibat dalam pengelolaan program pembinaan bagi masyarakat berprilaku menyimpang, fasilitator, serta warga binaan.


(41)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

Peneliti menulis secara singkat hal-hal yang dianggap perlu dari hasil wawancara dengan responden yang diperlukan. Selanjutnya setelah kembali dari lokasi yang ditemui setelah tercatat secara singkat, peneliti kemudian mencatat kembali secara baik dan teratur. Kegiatan selanjutnya adalah mengadakan observasi atau pengamatan langsung terhadap aktivitas responden dalam proses pengelolaan program pembinaan dengan pendekatan andragogy bagi masyarakat berprilaku menyimpang di Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi data yang telah diperoleh. Untuk memperkuat hasil observasi, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa responden.

Pada tahap lapangan ini juga dilakukan analisis terhadap data dengan cara menelaah informasi, menyeleksi catatan lapangan dan merangkum hal-hal yang penting secara sistematis untuk mempermudah peneliti dan mempertajam arah dan fokus penelitian. Hal ini sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, yang menekankan bahwa analisis data dapat dilakukan sejak kegiatan pengumpulan data. Untuk memperoleh data yang valid, maka setelah selesai melakukan observasi dan wawancara, peneliti melakukan pemeriksaan terhadap catatan lapangan (member chek). Setelah kegiatan tersebut dilakukan maka data yang diperoleh dikonfirmasikan kembali kepada responden (sumber informasi) untuk didiskusikan, karena mungkin saja dari hasil diskusi tersebut akan diperoleh informasi yang lebih akurat lagi. Untuk lebih meyakinkan lagi terhadap keakuratan data yang telah diperoleh, maka peneliti melakukan triangulasi yaitu dengan mencari sumber lain atau pihak lain yang berkompeten terhadap permasalahan (objek) penelitian.

3. Tahap Pelaporan

Laporan penelitian disusun setelah selesai pengolahan dan analisis data dilakukan, karena pada dasarnya penyusunan laporan hasil penelitian yang dimaksud disini ialah menyangkut tentang penulisan tesis sebagai karya ilmiah. Dalam menganalisis data untuk disajikan dalam laporan hasil penelitian, menurut Suharsimi (1992: 129) harus ditempuh langkah-langkah, antara lain:


(1)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu adanya suatu perubahan yang dirasakan oleh warga binaan, terutama warga binaan mulai mempunyai semangat untuk meninggalkan perilaku yang negatif di masa lalu dan berusaha merubahnya kearah yang lebih baik dan bisa menerima apapun yang terjadi terhadap dirinya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya.

B.

Implikasi

Dari kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa implikasi baik dalam bentuk teoritis maupun praktis.

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis ini berhubungan dengan pengelolaan program pembinaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan program pembinaan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kharisma Uasada Mustika Bandung berkontribusi sangat besar dalam menanamkan perilaku yang kepribadian dan berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong-menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan. Tentu saja kondisi ini sangat berkaitan erat dengan berbagai unsur, salah satunya adalah keterkaitan antara komponen-komponen dalam manajemen pendidikan luar sekolah

Tujuan secara teoritis diarahkan pada tiga ranah yaitu perubahan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan tersebut menjadi arah pengelolaan Yayasan Kharisma Usada Mustika Bandung. Program pembinaan juga tidak terlepas dari implikasi teori andragogi dan pola pembelajaran partisipatif yang diketahui sangat mendukung terhadap keberhasilan penyelenggaraan tersebut.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis berkaitan dengan hasil dari pengelolaan program pembinaan melalui pendektan andragogy yang diperoleh warga binaan yaitu adanya tujuan dari pendidikan luar sekolah perubahan pada ranah motivasi, psiologis, mental, pola piker, prilaku, emosi dan hubungan sosial Implikasi praktis juga berkaitan


(2)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

116

dengan dampak atau pengaruh terhadap kehidupan klien, yaitu perilaku yang berkepribadian dan berkarakter, memiliki kepercayaan diri, mandiri, tolong-menolong dan mampu mengatasi problema-problema profesi, ekonomi dan kemasyarakatan. Keberhasilan belajar-membelajarkan orang dewasa akan ditentukan oleh keterlibatan kedirian (ego) dalam tahap-tahap sebagai berikiut : 1) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk mereka; 2) menciptakan situasi perencanaan partispatif; 3) mendiagnosis kebutuhan belajar; 4) merumuskan tujuan belajar; 5) merancang kegiatan beklajar; 6) melaksanakan kegiatan belajar; dan 7) menilai proses dan perolehan dalam memenuhikebutuhan belajar. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan sumber belajar yang berfungsi sebagai fasilitator dan nara sumber.

C.

Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukan kepada pihak yang berkaitan dengan penanggulangan masyarakat berprilaku menyimpang dan kepada peneliti lanjutan, yaitu:

1. Pihak Pengelola

a. Pengelola perlu menyiapkan pedoman berupa juklak dan modul yang berhubungan dengan program pembinaan melalui pendektan andragogy, sehingga prosesnya benar-benar sesuai dengan kebutuhan warga binaan. b. Program pembinaan tersebut hendaknya dilengkapi dengan administrasi


(3)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan sebagai dokumentasi yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.

c. Pengelola perlu melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi akan memberikan data yang akurat mengenai program pembinaan itu sendiri baik itu mengenai pembina, fasilitator instruktur dan warga binaan. Sedangkan kegiatan evaluasi hasil adalah untuk mengetahui sejauhmana hasil yang diperoleh warga binaan setelah mengikuti program pembinaan. d. Pengelola perlu memperluas jaringan kerja sama dengan pihak lain baik

pemerintah maupun swasta agar lebih berhasil.

2. Pembina dan fasulitaor yayasan

a. Pembina dan fasilitator perlu memahami sepenuhnya tentang proses pembelajaran andragogy, hal ini akan lebih mendukung kegiatan lebih berhasil dan bermakna.

b. Pembina dan fasilitator hendaknya menambah materi pengetahuan tentang pendidikan orang dewasa, Manajajemen pengelolaan lembaga pembeljaran dan Pendidikan Luar Sekolah.

c. Pembina dan fasilitator hendaknya melakukan kegiatan evaluasi hasil program pembinaan berupa alat ukur yang dapat mengukur atau menilai keberhasilan.

3. Warga Binaan

a. Warga binaan harus terus menerus berkomunikasi, bersilaturahmi dan mengaplikasikan hasil dari program pembinaan walaupun telah selesai mengikuti program di yayasan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau dimanfaatkan dengan membelajarkan pada orang lain. b. Warga binaan hendaknya menerapkan manajemen diri secara baik itu

dalam mengelola hidup dan kehidupan. Mereka harus berani menanggung resiko di dalam mengelola kehidupan.


(4)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

118

4. Pihak Peneliti Lanjutan

a. Penulis dalam melakukan penelitian memiliki keterbatasan, diantaranya berkaitan dengan subyek penelitian atau sasaran penelitian yang terbatas pada kasus di satu wilayah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis menyarankan pada kesempatan ini kepada peneliti lanjutan untuk melakukan penelitian lebih lanjut kepada kegiatan ini secara menyeluruh dengan subyek penelitian yang lebih banyak, tidak terbatas pada satu wilayah saja.

b. Peneliti lanjutan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau gabungan kualitatif dengan kuantitatif, sehingga hasil penelitian dapat lebih luas dan mendalam dan menjadi acuan serta kajian dalam pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.


(5)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta : Rineka Cipta

Creswell, W.J. (2010). Penerjemah Ahmad Fawaid, Research Design, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Made Wirartha. (2005). Pedoman Penulisan, Usulan Penelitian, Skripsi, dan

Tesis: Denpasar, Andi

UPI (2011), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, UPI

Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: CV Adira.

--- . (2001). Strategi Membangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang

Dewasa. Bandung: CV Adira.

Basleman Anisah. Pendidikan Orang Dewasa (Modul Diklat Calon Widyaiswara). Lemabaga Administrasi Negara. Republik Indonesia 2005

Mustopadidjaya, dkk. Konsep Dasar Andragogi, Bahan Diklat bagi Pengelola Diklat. Lembaga Adminstrasi Negara. Republik Indonesia 2003

Arief, Z. (1994). Andragogi. BandungAngkasa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mustofa Kamil, (2011), Pendidikan Non Formal,0 Bandung: Alfabeta

H.M. Saleh Marzuki, M.Ed (2010), Pendidikan Non Formal, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Knowles, M. (1977). The Modern Practice of Adult Education: Andragogy versus


(6)

Aep Suherlan,2015

PENGELOLAAN PROGRAM PEMBINAAN

MENTAL SPIRITUAL MELALUI PENDEKATAN ANDRAGOGY BAGI MASYARAKAT BERPRILAKU MENYIMPANG

DI YAYASAN KHARISMA USADA MUSTIKA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

119

Mappa, S. (1994). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Depdikbud. Kartini Kartono (201`3), Patalogi Sosial, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Sudjana, D. ( 2001). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Azas. Bandung: Falah

Production.

_________ (2001). Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah Production. _________ (2001). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah

Production.

Prof. Djuju Sudjana. (2008), Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung : Program Pascasarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya K.H. Muntaha, (2014), Menyelami Reuing Jiwa, Bandung: BSP Consultan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Joseph A. DeVito (2010) Komunikasi Antar Manusia, Tangerang: Karisma Publishing Group

Saifuddin Azwar, M.A (2015) Sika Manusia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Wikipedia, Penyakit Sosial, h,1, 2009 (http:Wikipedia.org/wiki/mental_Penyakit

Sosial)