PEMBINAAN NILAI KEDISIPLINAN MELALUI PROGRAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD SANTA URSULA BANDUNG.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi menuntut persaingan yang semakin ketat di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Persaingan menuntut dunia pendidikan untuk berbenah diri dalam menyiapkan peserta didik yang mampu bersaing ketika memasuki dunia kerja. Berhasil tidaknya pembangunan pada masa yang akan datang sangat ditentukan oleh keadaan dunia pendidikan sekarang dan bagaimana sekolah turut membantu menerapkan nilai kedisiplinan di sekolah. Nilai ke-disiplinan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan untuk me-menangkan atau mengimbangi persaingan karena keberhasilan akan mustahil tanpa dibarengi dengan disiplin. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai sedini mungkin karena dengan disiplin, seseorang dapat mengunakan seluruh kemampuan dan potensinya demi perkembangan dirinya. Jika seseorang tidak memiliki disiplin diri, sekalipun ia memiliki bakat bawaan luar biasa, dia hanya akan bisa tampil biasa-biasa saja. Bila demikian, menurut Wawuru (2010:50), ”inti dari setiap proses pendidikan adalah membangun disiplin diri”.
Proses pendidikan yang benar memang akan memperhatikan nilai kedisiplinan sebagai bagian dari aspek afektif. Hal tersebut dijelaskan dalam Sistem Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yang menjelaskan bahwa ”pendidikan berupaya membantu peserta didik agar mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang ada pada diri
(2)
individu, meliputi aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik)”. Pernyataan tersebut berarti bahwa pendidikan di Indonesia berupaya agar peserta didik dapat mengembangkan kualitas dirinya secara optimal melalui proses pembelajaran. Walaupun pada kenyataannya masih banyak hal yang perlu diperhatikan karena aspek kognitif masih mendapat proposi yang paling besar dalam pelaksanaannya di dunia pendidikan.
Aspek kognitif yang masih mendapat proposi dominan dalam pendidikan di Indonesia tidak sejalan dengan konsep manusia utuh dalam pendidikan yang semestinya memperhatikan pengembangan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan konatif secara terintegrasi. Semua aspek tersebut harus mendapat layanan dengan baik, dalam arti tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Jika salah satu aspek terabaikan maka akan terjadi ketimpangan. Salah satu bentuk ketimpangan yang terlihat secara umum adalah menurunnya nilai kedisiplinan. Bentuk ketidakdisiplinan di masyarakat seperti tidak membuang sampah pada tempatnya, tidak bisa mengantri dengan benar, atau tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Sedangkan bentuk ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh peserta didik seperti datang terlambat, tidak memakai seragam sesuai aturan sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas dan melanggar peraturan lainnya yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kasus ketidakdisiplinan pun terjadi di SD Santa Ursula dan perilaku yang tidak mematuhi peraturan tersebut sering dihubungkan dengan lemahnya kedisiplinan diri peserta didik.
Beberapa guru SD Santa Ursula mengamati bahwa kedisiplinan yang ingin ditanamkan kepada peserta didik telah mengalami kemunduran dibandingkan
(3)
3
dengan peserta didik terdahulu. Indikasi ketidakdisiplinan tersebut tampak dalam perilaku peserta didik yang datang terlambat, memakai seragam tidak rapi, dan tidak membawa perlengkapan sekolah. Guru juga merasa harus memberikan perhatian lebih agar peserta didik mau mengerjakan pekerjaan rumah ataupun tugas yang diberikan. Oleh karena itu, guru merasa telah menghabiskan cukup banyak waktu dan energi untuk membina peserta didik dan telah berupaya bekerjasama dengan orang tua dalam menghadapi masalah ketidakdisiplinan anak mereka.
Kedisiplinan memang mendapat banyak perhatian guru SD Santa Ursula karena kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang ditekankan di sekolah ini. Menurut suster Marta selaku kepala sekolah, dengan kedisiplinan maka peserta didik akan lebih mudah untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan kecakapan yang diperlukan bagi perkembangan menjadi manusia yang utuh. Pernyataan suster Marta sesuai dengan Visi sekolah yaitu : “Komunitas pembelajaran yang kritis, kreatif dan inovatif dalam mengintegrasikan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan seturut semangat Santa Angela” (Pedoman Kegiatan Sekolah, 2010:3).
SD Santa Ursula merupakan sekolah swasta Katolik di bawah Yayasan Prasama Bhakti dan dikelola oleh biarawati Ursulin berupaya mengembangkan visi pendidikannya berdasarkan amanat dari Tuhan melalui pendirinya yaitu Santa Angela Merici dan mengembangkan amanat dari pemerintah. Jadi dapat dikatakan bahwa visi SD Santa Ursula menekankan pentingnya pendidikan manusia yang utuh dan visi ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional Indonesia.
(4)
Alasan SD Santa Ursula tersebut tidaklah berlebihan karena menurut Cruickshank (1986:119) ”disiplin perlu dijadikan sebagai elemen penting dari dimensi efisiensi sekolah yang efektif”. Oleh karena itu, tidak mengherankan pula jika masalah disiplin di sekolah banyak menjadi kepedulian berbagai kalangan. Cotton (2001:4) menambahkan bahwa ”kepedulian terhadap masalah disiplin peserta didik ternyata bukan saja terjadi di sekolah-sekolah yang terkenal berdisiplin rendah tetapi juga di lingkungan sekolah dengan disiplin preventif yang ketat”. Lebih lanjut Wayson (1992:9-11) memaparkan bahwa sekolah yang memiliki disiplin baik adalah sekolah yang bercirikan: “Membangun disiplinnya dengan cara menciptakan sekolah yang kondusif dalam menanamkan disiplin, terhindar dari praktek-praktek terisolasi yang berkenaan dengan masalah disiplin”. Praktek terisolasi yang dimaksud seperti menghukum peserta didik di ruang tertutup, misalnya di kamar mandi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembentukan kepribadian disiplin tidak dapat dilakukan secara parsial yang bersifat kasuistik melainkan harus dalam kondisi dan situasi yang utuh, berkelanjutan, dan berkesinambungan.
Wayson (1992:10) menyebutkan karakteristik sekolah yang berdisiplin, yaitu:
1. nilai-nilai yang dianggap bernilai baik untuk sekolah akan dilakukan dalam tempo yang cukup lama.
2. disiplin yang ditegakkan berdasarkan atas penciptaan lingkungan sekolah secara total dan kondusif dengan melakukan keseimbangan menyiasati praktek-praktek indisipliner.
3. sebagian besar pendidiknya memandang sekolah sebagai tempat untuk mengajar kesuksesan.
4. sekolah berorientasi pada peserta didik.
5. sekolah merumuskan perhatiannya pada masalah disiplin, bukan pada gejala disiplin.
(5)
5
6. sekolah lebih mengutamakan pendekatan inventif dalam menegakkan kedisiplinan dibandingkan memberikan hukuman-hukuman.
7. sekolah mengadaptasi prakter-praktek pendidikan untuk mengidentifika-sikan polanya sendiri.
8. kepala sekolah memainkan peranan kunci dalam keberadaan sekolah. 9. program-program yang dihasilkan kerap sebagai hasil dari rembukan tim
yang berkompeten yang dibimbing oleh kepala sekolah dan dikendalikan. 10. sekolah tersebut telah menjalin hubungan yang lebih kuat dengan orang
tua peserta didik.
11. sekolah tersebut terbuka menerima kritik yang muncul dari masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa disiplin dapat dilaksanakan dengan baik di sekolah jika ada kerja sama dan kesamaan persepsi yang baik dari semua pihak yang terkait dan dilaksanakan secara konsisten.
Di era 70 hingga 90-an, ekstrakurikuler pramuka terbilang banyak peminat karena mampu memberikan dampak positif dalam penanaman sikap disiplin, kemandirian, maupun kebersamaan sehingga berperan dalam membangun budi pekerti luhur. Keadaan tersebut kontras dengan sekarang mengingat generasi muda saat ini menganggap pramuka sebagai kegiatan yang membosankan dan sudah ketinggalan jaman sehingga dari 270.000 gugus depan Pramuka di Indonesia, mayoritas kini hanya tinggal nama (Harian Joglo Semar, 2011). Fenomena ini memprihatinkan karena pramuka berperan dalam membangun karakter bangsa.
Dengan munculnya UU No. 12 tahun 2010 tentang gerakan pramuka dapat menjadi momentum lahirnya kembali Pramuka. Tujuan gerakan pramuka diharapkan akan melahirkan generasi muda yang memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Tujuan ini sejalan dengan pendidikan karakter yang sedang menjadi isu utama pendidikan. Oleh karena
(6)
itu, pendidikan formal sebagai kepanjangan tangan dinas pendidikan perlu merespon wacana tersebut dengan tindakan konkrit yang dijabarkan dalam kurikulum sekolah dengan mengadakan program pramuka bagi seluruh peserta didik di semua jenjang.
Tindakan konkrit yang dilakukan oleh SD Santa Ursula guna pembentukan kepribadian disiplin yang utuh, berkelanjutan, dan berkesinambungan adalah dengan diadakannya program ekstrakurikuler pramuka yang wajib bagi peserta didik kelas tiga dan lima. Program ini secara konkrit juga dapat dikatakan sebagai bagian dari Pendidikan Umum yang berupaya menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik.
Pembinaan menjadi warga negara yang baik perlu dibantu oleh sekolah dalam membekali peserta didik agar memiliki wawasan, kecakapan, dan karakter yang baik. Melalui program ekstrakurikuler pramuka diharapkan dapat membantu peserta didik selain memiliki kemampuan kognitif namun juga karakter yang baik agar mampu memerankan dirinya dengan baik di lingkungan pergaulan sehari-hari. Seluruh program ekstrakurikuler pramuka bertujuan memberi bekal kepada peserta didik agar mengambil makna dan manfaat atas nilai dari kegiatan yang diikuti oleh mereka.
Salah satu nilai yang dikembangkan oleh program ekstrakurikuler pramuka adalah nilai kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan salah satu prinsip moral yang ditekankan oleh Dasa Dharma Pramuka nomor kedelapan yaitu ”disiplin, berani, dan setia” (Arifudin, 2008:1). Sejalan dengan harapan SD Santa Ursula yang menginginkan peserta didik memiliki nilai kedisiplinan maka diharapkan dengan
(7)
7
adanya program ekstrakurikuler yang wajib bagi kelas tiga dan lima akan semakin mendukung usaha sekolah dalam membina kedisiplinan peserta didik. Jadi selama di SD Santa Ursula, peserta didik mengalami sebagai anggota golongan siaga untuk anak-anak dengan usia 7 sampai 10 tahun dan mengalami sebagai anggota golongan penggalang dengan rentang usia 11 sampai 15 tahun.
Diharapkan dengan mendapat pengalaman menjadi anggota golongan siaga dan golongan penggalang dapat semakin memantapkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, SD Santa Ursula menjadikan Program ekstrakurikuler Pramuka sebagai salah satu sarana untuk membina kedisiplinan peserta didik di antara sarana lain yang telah diberikan karena sekolah memandang bahwa kegiatan ini mengandung banyak unsur–unsur disiplin. Unsur-unsur tersebut tampak dalam berbagai kegiatan kepramukaan, seperti : (1) kegiatan upacara dimana dengan kegiatan upacara, peserta didik dilatih terbiasa mengikuti upacara karena saat mengikuti upacara bendera akan lebih khidmat dan tertib, (2) peraturan baris-berbaris (PBB) dimana peraturan baris-berbaris banyak mengandung unsur disiplin karena dibutuhkan kekompakan dan ketepatan dalam melaksanakan aba-aba dari pemimpinnya, (3) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang menumbuhkan disiplin dalam mematuhi cara-cara untuk menolong korban menurut prosedur yang tepat karena tanpa prosedur pertolongan yang tepat kondisi korban yang ditolong tidak akan bertambah baik tapi justru sebaliknya.
(8)
Latar belakang masalah di atas perlu dikaji lebih lanjut, maka peneliti berminat mengadakan penelitian secara kualitatif dengan judul PEMBINAAN NILAI KEDISIPLINAN MELALUI PROGRAM EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SD SANTA URSULA BANDUNG.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini berupaya untuk mendapatkan gambaran tentang pembinaan nilai kedisiplinan melalui program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung. Penelitian akan memfokuskan pada peserta didik yang berada di kelas tiga sampai kelas enam semester II pada tahun ajaran 2010-2011. Oleh karena itu, rumusan masalah secara umum adalah : ”Bagaimana program ekstrakurikuler pramuka berkontribusi terhadap pembentukan nilai kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung?”
Agar permasalahan dapat diteliti secara mendalam maka dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kedisiplinan peserta didik SD Santa Ursula Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula
Bandung ?
3. Bagaimana peranan program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung dalam membina kedisiplinan peserta didik ?
4. Faktor-faktor pendukung dan kendala apa yang mempengaruhi program ekstrakurikuler pramuka dalam membina kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung ?
(9)
9
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah penelitian yang dikemukakan di atas maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi program ekstrakurikuler pramuka terhadap pembentukan kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung.
Sedangkan secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik SD Santa Ursula Bandung. 2. Mengetahui pelaksanaan program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula
Bandung.
3. Mengetahui peranan program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung dalam membina kedisiplinan peserta didik.
4. Faktor-faktor pendukung dan kendala yang mempengaruhi program ekstrakurikuler pramuka dalam membina kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi konseptual bagi penyelenggaraan dan pengembangan pembinaan nilai kedisiplinan bagi peserta didik, khususnya di SD Santa Ursula Bandung melalui program ekstrakurikuler Pramuka.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan proyeksi dan evaluasi bagi SD Santa Ursula Bandung untuk mengetahui apakah peserta didik
(10)
sudah dapat menumbuhkan sikap disiplin melalui program ekstrakurikuler Pramuka.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menampilkan data melalui kata-kata sehingga berbentuk deskripsi untuk mengambarkan suatu keadaan atau fenomena apa adanya. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Sedangkan teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
F. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SD Santa Ursula Bandung, di bawah naungan Yayasan Prasama Bakti. Lokasi SD tersebut terletak di Jl. Bengawan no. 2, Bandung. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas tiga sampai kelas enam, kepala sekolah, guru wali kelas, guru bidang studi, guru bimbingan dan konseling, guru pembina pramuka SD Santa Ursula, dan orang tua peserta didik.
(11)
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suriasumantri (Sugiyono,2002:1) bahwa “metode merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Kualitatif disini dimaksudkan untuk “menampilkan data melalui kata-kata sehingga berbentuk deskripsi yang mengambarkan suatu keadaan atau fenomena apa adanya” seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2005:18).
Pernyataan diatas berarti bahwa peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Lincoln dan Guba (1985:7) menjelaskan bahwa ”penelitian kualitatif adalah bentuk lain dari naturalistik selain nama-nama fenomenologikal, subjektif, studi kasus, hermeneutik, atau humanistik”. Pada penelitian kualitatif, peneliti terlibat dalam situasi dan fenomena yang terjadi selama proses penelitian baik dengan responden maupun dengan lingkungan sebagai objek penelitian termasuk memberikan penjelasan secara langsung antara peneliti dan partisipan sebagai karakteristik penelitian kualitatif.
Sedangkan Creswell (1998:15) mengemukakan bahwa “qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological
(12)
pendapat Creswell tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan proses penelitian pemahaman berdasarkan pada tradisi penelitian metodologis yang berbeda dengan yang lain serta lebih detil menguraikan tentang problema sosial atau manusia itu sendiri.
Sehubungan dengan masalah pendidikan adalah masalah yang kompleks dan alami maka penelitian kualitatif cocok digunakan dalam penelitian ini dimana peneliti perlu membangun sebuah gambaran kompleks, menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan detil pandangan-pandangan para pemberi informasi dan melakukan studi dalam setting yang alami. Selain itu, penelitian ini juga mendudukan objek penelitian sejajar dengan peneliti dan menempatkan objek tersebut dalam satu konteks natural. Pendekatan ini menolak kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian, mengakui kebenaran empirik, menuntut bersatunya objek penelitian dengan subjek pendukung objek penelitian, keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan, serta menghayati proses penelitian, dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-rubah yang dihadapi dalam penelitian itu.
Oleh karena itu, sasaran penelitian diarahkan pada usaha menguasai teori-teori penelitian yang bersifat deskriptif dengan mementingkan penguasaan proses penelitian, membatasi studi dengan fokus kajian, menentukan kriteria untuk memeriksa keabsahan data, dan hasil penelitian bisa diterima serta dibenarkan oleh kedua belah pihak, yaitu pihak peneliti dan responden. Walaupun penelitian kualitatif lebih menghendaki manusia sebagai instrumen utama namun bukan
(13)
60
berarti bahwa sajian berupa angkat-angka dilarang karena tetap dapat menjadi data pendukung.
Selanjutnya pada penelitian kualitatif terdapat pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban setelah penelitian dilakukan seperti yang diungkapkan oleh Creswell (1998:15) bahwa ”qualitative research is an inquiry process of undertanding based on distict methodological traditions of inquiry that explore a
social or human problem.” Penelitian kualitatif juga ditandai dengan jenis-jenis
pertanyan yang diajukan seperti apakah yang berlangsung di sini? Bagaimanakah bentuk-bentuk fenomena ini? Variasi apa yang ditemukan dalam fenomena ini? Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tersebut akan dijawab secara terperinci.
Di samping itu, penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh perspektif baru mengenai sesuatu yang sudah diketahui dengan cara menggali lebih banyak informasi secara mendalam yang mungkin sulit diungkapkan melalui penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, masalah penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung dirancang dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkembang sesuai dengan konteks dan situasi yang berkembang serta menggunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi baru.
Disain yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah grounded theory yang menurut Creswell (2008:432) ”merupakan desain yang sistematik”. Desain sistematik menggunakan prosedur kualitatif untuk menghasilkan penjelasan suatu teori dalam makna yang lebih luas sebagai suatu proses atau tindakan atau hubungan tentang isi suatu topik. Pada proses penelitian di bidang pendidikan meliputi peristiwa, aktivitas, tindakan, dan hubungan-hubungan yang ditemukan
(14)
dari awal sampai akhir penelitian. Penerapannya di mulai dari koleksi data, identifikasi kategori-kategori, hubungan antar kategori, dan selanjutnya membentuk suatu teori yang menjelaskan proses. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian ini menekankan pada penggunaan langkah-langkah analisis melalui sistem pengkodean dan selanjutnya dikembangkan sebagai logika paradigma atau menghasilkan gambaran suatu teori. Proses pengumpulan data memerlukan partisipasi aktif dari peneliti untuk berinteraksi dengan subjek yang diteliti karena dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen utama dalam melaksanakan penelitian. Dengan demikian, peristiwa yang ada dan perilaku manusia dalam penelitian ini berlangsung secara alami.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Mengacu kepada pendapat Nasution (1992:43) bahwa ”lokasi penelitian menggambarkan pada kondisi sosial yang ditandai oleh adanya tiga unsur, yaitu tempat, pelaku, dan kegiatan”. Dengan demikian yang dimaksud dengan lokasi penelitian ini yaitu tempat penelitian di SD Santa Ursula Bandung, di bawah naungan Yayasan Prasama Bakti, Jl. Bengawan no. 2, Bandung. Alasan peneliti memilih SD Santa Ursula karena : (1) SD Santa Ursula adalah sekolah Katolik dan pada umumnya sekolah Katolik dikenal dengan kedisiplinannya, (2) SD Santa Ursula mewajibkan peserta didik kelas tiga dan lima untuk mengikuti ekstrakurikuler pramuka, (3) peneliti berdomisili di Bandung sehingga diharapkan dapat melakukan penelitian secara optimal.
(15)
62
2. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas tiga sampai kelas enam, kepala sekolah, guru wali kelas, guru bidang studi, guru bimbingan dan konseling, guru pembina pramuka SD Santa Ursula, dan orang tua peserta didik. Peserta didik yang dipilih dari kelas tiga sampai kelas enam karena mereka sedang atau sudah pernah mengikuti program ekstrakurikuler pramuka yang wajib mereka jalani.
C. Definisi Operasional
Agar tidak ada perbedaan pendapat dalam memahami penelitian ini maka ada tiga istilah yang perlu dijelaskan, yaitu arti pembinaan, nilai kedisiplinan, dan program ekstrakurikuler pramuka. Ketiga istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembinaan
Dalam bahasa Inggris, pembinaan diartikan sebagai directing. Menurut Hani (1997:11), directing sendiri memiliki makna ”adanya komando yang diperlukan untuk melihat bahwa kepentingan individu tidak mengganggu kepentingan umum, akan tetapi melindungi kepentingan umum“. Pembinaan sendiri berfungsi untuk membuat seseorang atau sekelompok orang melakukan tugas sesuai dengan apa yang diinginkan agar tujuan bersama tercapai.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:110), pembinaan berasal dari kata bina yang berarti : “mengusahakan lebih baik, mengupayakan agar sedikit lebih maju atau sempurna; membangun, mendirikan perintah Negara”. Pembinaan dapat pula diartikan sebagai “penyempurnaan, proses, cara, perbuatan
(16)
membina; Pembinaan watak; pembangunan manusia sebagai pribadi dan makluk sosial melalui pendidikan, organisasi, pergaulan, ideologi, dan agama”. Dalam penelitian ini, pembinaan yang dimaksudkan adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik SD Santa Ursula Bandung untuk membantu peserta didik agar menjadi pribadi yang berdisiplin melalui program ekstrakurikuler pramuka sebagai proses menjadi manusia yang utuh.
2. Nilai Kedisiplinan
Yang dimaksud dengan nilai kedisiplinan dalam penelitian ini adalah upaya SD Santa Ursula untuk membantu peserta didik agar memiliki pengendalian diri dan sikap mental dalam mengembangkan kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya serta dilaksanakan dengan senang hati. Kedisiplinan merupakan salah satu nilai moral yang menjadi fokus pengembangan bagi peserta didik selama sekolah di SD Santa Ursula. Oleh karena itu, sekolah mempunyai beberapa strategi dalam membina nilai kedisiplinan peserta didik dan salah satunya adalah melalui program ekstrakurikuler pramuka yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Menurut Prijodarminto (1992:23), ”nilai-nilai kedisiplinan meliputi ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban”. Namun mengingat subjek penelitian adalan anak SD maka peneliti hanya akan melihat aspek kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban saja. Informasi tentang hal tersebut diperoleh dari sampel penelitian dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang disusun oleh peneliti sendiri. Kepatuhan yang dimaksud dalam
(17)
64
penelitian ini adalah suka menuruti perintah dan nasehat atau masukan dari orang dewasa. Ketaatan yang dimaksud adalah suka mematuhi peraturan atau aturan. Sedangkan ketertiban berarti berlaku semestinya, teratur, sopan, rapi.
3. Program Ekstrakurikuler Pramuka
Kepramukaan adalah salah satu program kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh SD Santa Ursula untuk membina peserta didik agar memiliki nilai kedisiplinan melalui kegiatan yang mengandung pendidikan dengan metode yang menyenangkan, menarik, dan dilakukan di alam terbuka di luar jam sekolah. Peneliti mencari partisipan dari peserta didik di kelas tiga sampai kelas enam karena mereka pernah atau sedang menjadi anggota pramuka yang diwajibkan oleh sekolah. Informasi tentang hal tersebut diperoleh dari sampel penelitian dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang disusun oleh peneliti sendiri.
D. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan jenis pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif maka peneliti memilih menggunakan dirinya sendiri sebagai human instrument sebagai pengumpul data primer. Dalam kedudukannya sebagai
instrumen utama, maka peneliti dapat menangkap secara utuh situasi yang sesungguhnya serta dapat memberikan makna atas apa yang diamatinya itu. Pendapat di atas diperkuat oleh Nasution (1992:55-56) yang menyatakan bahwa ciri-ciri manusia sebagai instrumen peneliti, yaitu :
1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dan lingkungan yang harus diperkirakan bermakna.
(18)
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus.
3. setiap situasi merupakan suatu keseluruhan. Tidak ada instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya, perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan peneliti.
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisa data yang diperoleh dan menafsirkannya.
6. hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, dan penolakan.
E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian
Secara garis besar, peneliti akan melakukan wawancara terhadap responden untuk mendapatkan gambaran sejauh mana peserta didik yang telah mengikuti program ekstrakurikuler pramuka memiliki nilai kedisiplinan. Salah satu indikator yang akan dipakai peneliti adalah merujuk pada peraturan sekolah yang dimiliki oleh SD Santa Ursula Bandung. Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara maka peneliti membuat insturmen penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
NO RUMUSAN MASALAH PENELITIAN ASPEK-ASPEK YANG
DITANYAKAN 1. Bagaimana tingkat kedisiplinan peserta
didik SD Santa Ursula Bandung?
a. Tingkat kehadiran masuk sekolah.
b. Tingkat kehadiran tepat waktu.
c. Mengumpulkan tugas pada waktunya.
d. Kelengkapan dalam berseragam sekolah. e. Sikap dalam menjalankan peraturan sekolah.
(19)
66
g. Belajar sesuai dengan jadwal belajar.
h. Sosialisasi peraturan sekolah. i. Pendekatan dalam
menerapkan kedisiplinan. 2. Bagaimana program ekstrakurikuler
Pramuka yang dilaksanakan di SD Santa Ursula Bandung ?
A. Tahap Perencanaan 1. Pemilihan pembina. 2. Penyusunan program kegiatan.
3. Penyusunan jadwal kegiatan. 4. Sosialisasi program kegiatan. B. Pelaksanaan
1. Materi kelas 3 a. Spiritual.
b. Pengetahuan kepramukaan. c. Budaya daerah.
d. Kebangsaan. e. Kesehatan. f. Kedisiplinan. g. Psikomotorik. 2. Materi kelas 5
a. Wawasan kepramukaan. b. P3K.
c. Baris berbaris. d. Tali temali. e. Kedisiplinan. C. Evaluasi
1. Cara mengevaluasi. 2. Materi.
3. Metode. 4. Media. 5. Pembina.
6. Cara menentukan keberhasilan. 3. Bagaimana peranan program
ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung dalam membina nilai kedisiplinan peserta didik ?
A. Strategi Teknis 1. Jumlah peserta. 2. Jumlah pembina.
3. Tingkat kehadiran peserta. 4. Tingkat kehadiran pembina. 5. Komitmen peserta terhadap peraturan kepramukaan. 6. Komitmen pembina terhadap peraturan kepramukaan. 7. peranan pembina dalam
(20)
membina nilai kedisiplinan B. Program pembentukan disiplin.
1. Materi kelas 3 a. Spiritual.
b. Pengetahuan kepramukaan. c. Budaya daerah.
d. Kebangsaan. e. Kesehatan. f. Kedisiplinan. g. Psikomotorik. 2. Materi kelas 5
a. Wawasan kepramukaan. b. P3K.
c. Baris berbaris. d. Tali temali. e. Kedisiplinan. 4. Faktor-faktor pendukung dan kendala
apa yang mempengaruhi program
ekstrakurikuler pramuka dalam membina kedisiplinan di SD Santa Ursula
Bandung ?
A. Faktor pendukung 1. Kepala sekolah. 2. Guru.
3. Wali kelas.
4. Pembina pramuka. 5. Peserta didik. 6. Orang tua. 7. Fasilitas.
8. Lingkungan eksternal B. Faktor kendala 1. Kepala sekolah. 2. Guru.
3. Wali kelas.
4. Pembina pramuka. 5. Peserta didik. 6. Orang tua. 7. Fasilitas.
(21)
68
F. Teknik Pengumpulan Data
Sebagai instrumen utama, peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan berbagai teknik pengumpulan data yang akan digunakan selama penelitian, yaitu :
1. Wawancara
Menurut Nasution, (1992:115) wawancara adalah “suatu bentuk komunikasi verbal atau percakapan yang memerlukan kemampuan responden untuk merumuskan buah pikiran serta perasaannya dengan tepat”. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau terbuka berhubungan dengan program ekstrakurikuler pramuka yang mendukung pelaksanaan nilai kedisiplinan secara tatap muka langsung dilakukan oleh peneliti terhadap kepala sekolah, guru wali kelas, guru bidang studi, pembina pramuka, peserta didik kelas tiga sampai kelas enam, dan orang tua peserta didik. Proses wawancara berlangsung dengan mengunakan pertanyaan terbuka dengan maksud pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh peneliti hanya berupa acuan secara garis besar.
Dalam pelaksanaannya, pertanyaan akan digali lebih dalam selama proses wawancara berlangsung sehingga akan menghasilkan data secara mendalam dan mendapatkan hal-hal yang mungkin belum terjaring melalui observasi. Selanjutnya hasil wawancara dianalisis dan disusun kemudian diserahkan kepada responden untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya. Hal ini dilakukan sebagai pengecek kebenaran hasil wawancara (member check).
(22)
2. Observasi
Observasi dilakukan secara terbuka di SD Santa Ursula untuk melihat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka maupun perilaku peserta didik yang menjadi anggota pramuka. Observasi menjadi dasar dari seluruh ilmu pengetahuan dan peneliti hanya dapat bekerja apabila terdapat data yaitu fakta mengenai dunia nyata yang diperoleh melalui observasi. Tujuan observasi untuk memperoleh data mengenai kondisi, kejadian, atau peristiwa dan segala sesuatu yang diduga ada kaitannya dengan penelitian dan bermanfaat sebagai dasar dalam menganalisa penelitian.
Melalui observasi, peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi secara holistik, kemungkinan menemukan sesuatu, dan dapat melihat hal-hal yang tidak terungkap melalui wawancara. Selama melakukan observasi, yakni mengamati dan mendengar perilaku seseorang, Black dan Champion (1999:286) mengatakan bahwa “peneliti tidak boleh melakukan manipulasi atau pengendalian namun mencatat hasil penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan penafsiran analisis”.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data melalui studi dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hal-hal yang berkaitan dengan dokumen resmi di sekolah yang berhubungan dengan peraturan-peraturan sekolah, data peserta didik, dan progam ekstrakurikuler pramuka. Dokumen tersebut berisi setiap bahan tertulis atau film yang akan digunakan sebagai sumber data. Informasi yang
(23)
70
terkumpul akan dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Dengan mengunakan dokumen yang ada maka selain tidak memerlukan biaya, dokumen juga merupakan sumber informasi yang kaya dan berasal dari sumber resmi. Dengan demikian, menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277) “dokumentasi akan banyak menimba pengetahuan yang membantu proses analisa”.
G. Tahap-Tahap Penelitian
Alwasilah (2009:148) mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam upaya mengumpulkan data dalam sebuah penelitian, yaitu “tahap orientasi, eksplorasi, pencatatan data, dan analisa data”. Pada tahap orientasi, peneliti melakukan survei di SD Santa Ursula Bandung, melakukan dialog dengan kepala sekolah, guru wali kelas, guru pembina pramuka dan orang tua peserta didik. Setelah ditentukan responden penelitian, peneliti mengadakan observasi awal dengan melihat ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan setiap hari Jumat siang. Pada tahap ini, peneliti mengurus surat izin penelitian dalam rangka menjaga keamanan dan stabilitas sosial di lokasi penelitian.
Pada tahap eksplorasi, peneliti mulai melakukan kunjungan responden dan mengadakan pengamatan permulaan terhadap pelaksanaan tata tertib di sekolah. Peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang lebih kaya. Sedangkan pada tahap pencatatan data, peneliti merekam hasil observasi dan wawancara yang diperoleh di sekolah. Catatan memuat data penting yang dilihat dan ditanyakan sebagai catatan kunci untuk kemudian ditulis ulang dalam rangka mengantisipasi kelupaan. Pencatatan data dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif terdiri dari catatan
(24)
lapangan, catatan laporan lapangan, dan catatan harian lapangan. Sedangkan catatan reflektif berisi catatan tentang hubungan berbagai data, menambahkan ide-ide, komentar-komentar, membuat kerangka berfikir, menelaah desain dan metode, menuliskan hal-hal yang dapat memperjelas data yang rancu, mencatat kata-kata kunci, dan selanjutnya didiskusikan dengan teman sejawat atau dosen pembimbing.
Pada tahap analisa data, peneliti menuangkan dalam catatan hasil wawancara dan observasi dan selanjutnya data diolah dan dianalisa. Pengolahan dan penganalisaan data merupakan upaya menata data menjadi sistematis. Dengan penataan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti dan upaya memahami maknanya. Analisa data yang digunakan adalah analisa data induktif. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan validitas adalah dengan menggunakan triangulasi (pengumpulan data dari individu dan latar dengan menggunakan berbagai metode), member checks (mendapat masukan dari responden), dan rich data (data yang kaya
merujuk pada data yang rinci, lengkap, dan beragam sehingga mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi). Semua data dilaporkan secara tertulis dan disusun secara sistematis.
H. Analisa Data
Disain penelitian ini adalah grounded theory sehingga ”menekankan penggunaan langkah-langkah analisa data yaitu pengkodean terbuka, pengkodean berporos/ bersumbu, dan pengkodean selektif yang selanjutnya dikembangkan logika paradigma atau gambaran suatu teori” (Creswell, 2008:434). Pengkodean
(25)
72
terbuka merupakan pengkategorian awal tentang fenomena dari penggalan-penggalan informasi. Dasar dari kagetori ini adalah seluruh koleksi data, seperti wawancara, observasi, dan catatan penelitian dan selanjutnya peneliti mengidentifikasi kategori-kategori dan sub kategori-kategori penelitian.
Dalam pengkodean ini, peneliti akan mengajukan dua pemikiran baru yaitu memberikan lebih detil tentang beberapa kategori, menunjukkan adanya suatu kesatuan kondisi tempat dan data serta menampilkan adanya perbedaan yang besar dalam kesatuan tersebut. Sedangkan pengkodean berporos merupakan pusat dari proses melakukan penelitian. Setelah peneliti mengidentifikasi kategori-kategori dan sub kategori-kategori-kategori-kategori penelitian yang dilakukan pada tahap pengkodean terbuka, selanjutnya menghubungkan dengan kategori-kategori lainnya. Pengkodean selektif merupakan proses menulis rangkaian kata-kata yang saling berhubungan yaitu hubungan antara kategori-kategori dan catatan tentang ide-ide suatu teori yang dituangkan dalam suatu cerita. Peneliti dapat menelaah bagaimana beberapa faktor mempengaruhi fenomena penting yang digunakan sebagai strategi khusus untuk memperoleh beberapa hasil.
Secara spesifik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16-18). Ada tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu ”reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan”. Langkah-langkah analisa ditunjukkan secara jelas pada gambar berikut ini :
(26)
Gambar 3.1. Komponen – Komponen Analisa Data (Miles dan Huberman, 1992:20)
Peneliti dalam melakukan analisa data bergerak dalam proses siklus di atas selama melakukan pengumpulan data dan selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan ”penyajian data, reduksi, dan penarikan kesimpulan” seperti yang dijelaskan oleh Miles dan Huberman (1992:21).
Pada proses penyajian data, peneliti akan memperhatikan data yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dan dalam penelitian kualitatif biasa menggunakan teks yang bersifat naratif”. Pada proses reduksi data, informasi yang telah diperoleh dari lapangan disajikan secara jelas dan singkat. Penyajian data pertama kali dilakukan bagian demi bagian, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai dengan data yang diperoleh dari lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, melihat hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
Pengumnulan data
Reduksi data
Kesimnulan: Penarikan/ verifikasi
Penyajian data
(27)
74
jelas dan mempermudah peneliti untuk menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
Sedangkan penarikan kesimpulan merupakan langkah untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat agar mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Proses analisa data berlangsung terus-menerus selama kegiatan penelitian dilakukan. Untuk mencapai pada suatu kesimpulan, peneliti berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menggali informasi yang lebih mendalam. Kesimpulan yang sudah dirumuskan masih harus terus diverifikasikan secara berulang dan bertahap hingga dapat dirumuskan menjadi kesimpulan akhir.
(28)
144 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.
1. Kesimpulan Umum
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh : (1) pembinaan nilai kedisiplinan untuk peserta didik sangat penting, mengingat tuntutan dalam menghadapi era globalisasi, (2) perkembangan peserta didik SD masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga jika lingkungan tidak disiplin maka mereka pun menjadi tidak disiplin, (3) pembinaan nilai kedisiplinan di sekolah sudah berjalan melalui berbagai program seperti ekstrakurikuler pramuka namun belum mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, perlu dicari solusi yang tepat untuk membina nilai kedisiplinan mereka.
Permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimana tingkat kedisiplinan peserta didik SD Santa Ursula Bandung? (2) Bagaimana pelaksanaan program ekstrakurikuler pramuka di SD Santa Ursula Bandung? (3) Bagaimana peranan program ekstrakurikuler pramuka di SD Santa Ursula Bandung dalam membina kedisiplinan peserta didik? (4) Faktor-faktor pendukung dan kendala apa yang mempengaruhi program ekstrakurikuler pramuka dalam membina kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung?
(29)
145
Yang dimaksud dengan pembinaan dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik SD Santa Ursula Bandung untuk membantu peserta didik agar menjadi pribadi yang berdisiplin melalui program ekstrakurikuler pramuka sebagai proses menjadi manusia yang utuh. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai kedisiplinan adalah upaya SD Santa Ursula untuk membantu peserta didik agar memiliki pengendalian diri dan sikap mental dalam mengembangkan kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya serta dilaksanakan dengan senang hati. Program ekstrakurikuler pramuka berarti salah satu program kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan oleh SD Santa Ursula untuk membina peserta didik agar memiliki nilai kedisiplinan melalui kegiatan yang mengandung pendidikan dengan metode yang menyenangkan, menarik, dan dilakukan di alam terbuka di luar jam sekolah.
Esensi kedisiplinan menurut Hurlock adalah konsistensi, ganjaran, dan hukuman. Tujuan konsistensi adalah untuk menanamkan keteguhan dalam memegang prinsip. Sedangkan ganjaran sebagai pendorong agar peserta didik mengulangi perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan dengan hukuman diharapkan akan menghalangi perbuatan yang dianggap tidak baik berdasarkan hukum yang berlaku. Salah satu upaya yang paling efektif dalam membantu peserta didik menjadi disiplin adalah keteladanan dari para guru.
Pramuka dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu peserta didik menjadi lebih disiplin karena kedisiplinan merupakan salah satu sasaran yang
(30)
ingin dicapai dalam kegiatan kepramukaan. Hal ini sesuai dengan tujuan pramuka berdasarkan Kepres RI nomor 24 tahun 2009 yaitu : (1) Menanamkan dan menumbuhkan mental, moral, watak, sikap dan perilaku yang luhur melalui pendidikan agama, memupuk kerukunan hidup beragama dan memupuk rasa kesadaran dan kesetiakawanan sosial, (2) Menumbuh-kembangkan rasa gotong royong dan percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif, rasa tanggung jawab dan disiplin, (3) Melatih panca indera dan pendidikan jasmani, mengolah pikir, hasta, karya untuk membentuk kader. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Santa Ursula yang terletak di jalan Bengawan nomor 2 dengan responden peserta didik kelas tiga sampai enam, kepala sekolah, guru wali kelas, guru bidang studi, guru BK, pembina pramuka, dan orang tua. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga metode yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisa data diambil berdasarkan teori Miles dan Hubermas yang dimulai dengan pengumpulan data sebanyak-banyaknya di lapangan, kemudian data direduksi berdasarkan pokok permasalahan, dan terakhir pengambilan kesimpulan.
Secara umum SD Santa Ursula adalah sekolah yang disiplin. Kedisiplinan dapat dilihat dari kriteria seperti kehadiran peserta didik yang tinggi, ketepatan waktu masuk dan mengumpulkan tugas, kelengkapan membawa perlengkapan sekolah dan berseragam. Sikap disiplin terbantu dengan adanya program ekstrakurikuler pramuka yang diberlakukan wajib bagi peserta didik kelas tiga
(31)
147
dan lima. Program ekstrakurikuler pramuka dapat membantu peserta didik menjadi disiplin karena sesuai dengan Dasa Dharma ke-8 yang menyebutkan bahwa salah satu nilai yang ingin dicapai adalah kedisiplinan. Diharapkan dengan adanya pembiasaan berdisiplin sejak dini maka nilai disiplin akan terintegrasi dalam diri peserta sehingga membantu menjadi pribadi yang utuh serta siap menghadapi persaingan di jaman globalisasi.
Kedisiplinan dapat diterapkan dengan baik di SD Santa Ursula disamping adanya program ekstrakurikuler pramuka, hal ini juga disebabkan sekolah sudah memiliki kebijakan jelas, kepala sekolah dan staff pengajar terlibat dalam pembinaan kedisiplinan, serta mendapat dukungan dari orang tua.
2. Kesimpulan Khusus
Kesimpulan khusus merupakan kesimpulan yang secara spesifik peneliti peroleh selama melakukan penelitian di SD Santa Ursula Bandung. Adapun hasil secara keseluruhan yang telah dianalisa oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Tingkat kedisiplinan peserta didik SD Santa Ursula Bandung tinggi. Indikator
yang menunjukkan bahwa kedisiplinan tinggi dapat dilihat dari tingkat kepatuhan, ketaatan, dan ketertiban. Secara konkrit dapat dilihat dari kehadiran peserta didik, ketepatan waktu masuk, ketepatan mengumpulkan tugas, kelengkapan membawa perlengkapan sekolah, dan berseragam. Secara umum peserta didik tidak merasa berat dalam melaksanakan peraturan walaupun masih ada unsur takut dengan hukuman.
b. Program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung mengalami pasang surut dalam pelaksanaannya. Sejak tahun ajaran 2010-2011, pembina
(32)
pramuka banyak melakukan pembaharuan khususnya di bidang program pelaksanaan. Kebijakan yang cukup berani dengan mewajibkan peserta didik kelas tiga dan lima untuk mengikuti program ekstrakurikuler pramuka. Program wajib ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk lebih mampu menjadi pribadi yang utuh.
c. Program ekstrakurikuler Pramuka di SD Santa Ursula Bandung telah memberikan dampak dalam membantu peserta didik menjadi lebih disiplin. Dampak tersebut dapat dilihat melalui materi dan kegiatan yang diberikan oleh pembina pramuka. Beberapa materi dan kegiatan tersebut seperti mengajarkan agar peserta patuh pada ayah bunda, menyelesaikan tugas tepat waktu, atau membawa tugas yang telah diminta, tertib mengikuti upacara, baris berbaris, dan taat pada peraturan.
d. Pelaksanaan program ekstrakurikuler pramuka dalam membina kedisiplinan di SD Santa Ursula Bandung selain memiliki faktor pendukung juga memiliki faktor kendala.
1) Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang dirasakan seperti para pembina pramuka yang umumnya sudah memiliki spesialisasi, kreatif, bersemangat, disiplin, dan berdedikasi, adanya dukungan dari kepala sekolah, wali kelas, para guru, staf penunjang, orang tua, Kwartir Cabang, dan Majelis Pendidikan Katolik.
(33)
149
2) Faktor Kendala
Faktor kendala yang dirasakan para pembina seperti sarana prasarana yang masih kurang memadai, waktu kegiatan selama satu jam yang dirasa kurang, cuaca kadang kurang mendukung untuk kegiatan outdoor, peserta didik yang masih sering dipengaruhi oleh mood, adanya orang tua yang bersikap masa bodoh atau terlalu protektif, rapat dari Kwartir, Kwarcab, atau MPK yang sering dilaksanakan pada sore, malam, atau di hari libur sehingga menyita waktu pembina, lingkungan masyarakat yang memberi model cara berbicara yang kurang sopan dan mental instan sehingga peserta gampang mengeluh dan menyerah ketika diberikan tantangan.
e. Beberapa hal yang menyebabkan SD Santa Ursula Bandung memiliki peserta didik yang disiplin adalah adanya kebijakan sekolah yang jelas tentang kedisiplinan seperti adanya sanksi yang tegas jika terjadi pelanggaran, selain itu juga kepala sekolah beserta seluruh jajarannya mau terlibat dalam pembinaan kedisiplinan serta didukung oleh sebagian besar orang tua. Pembinaan hanya akan berjalan dengan optimal jika ada kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian tentang pembinaan nilai kedisiplinan melalui program ekstrakurikuler pramuka maka peneliti mengungkapkan sejumlah rekomendasi untuk perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang kepada beberapa pihak sebagai berikut :
(34)
1. Guru
Agar lebih memaksimalkan hasil pembinaan kedisiplinan maka perlu adanya komitmen, dedikasi, dan konsistensi dari semua pendidik yang berada di SD Santa Ursula Bandung. Jika semua pendidik memiliki komitmen, dedikasi, dan konsistensi maka diharapkan peserta didik dalam melaksanakan kedisiplinan juga akan menjadi konsisten. Mereka tidak akan lagi melihat siapa guru yang mereka hadapi tetapi dimanapun dan kapanpun nilai kedisiplinan tetap akan menjadi milik mereka. Selama ini terlihat peran yang paling besar dalam membina nilai kedisiplinan adalah kepala sekolah, wali kelas, guru bimbingan dan konseling, dan pembina kesiswaan.
Guru sebagai model merupakan cara membina nilai kedisiplinan yang paling efektif karena peserta didik akan melihat secara langsung perilaku guru dan mencontoh. Oleh karena itu, guru ditantang untuk mampu berkata dan berperilaku yang sama, khususnya jika berhadapan dengan peserta didik.
2. Pembina Pramuka
Program ekstrakurikuler pramuka akan dapat berjalan lebih baik jika pembina mendesain kurikulum, program, dan rancangan pengajaran. Setiap program yang telah dilaksanakan perlu di evaluasi secara formal. Evaluasi yang dilakukan secara spontan dan perorangan dapat menyebabkan masalah yang sama kembali terulang karena tidak semua pembina terlibat dalam evaluasi.
Program ekstrakurikuler pramuka harus memperhatikan nilai edukatif, inspiratif, dan rekreatif sehingga peserta perlu diberi penjelasan tentang tujuan
(35)
151
dari setiap materi. Materi pramuka juga harus diberikan dengan cara yang menarik sehingga peserta akan melaksanakan semua kegiatan dengan antusias.
3. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah perlu mengadakan sosialisasi secara berkala kepada orang tua sehingga mereka menyadari manfaat pramuka bagi pembentukan karakter anak, termasuk pembinaan nilai kedisiplinan. Orang tua dapat diundang menghadiri kegiatan kepramukaan untuk melihat secara langsung kegiatan dan materi yang dipelajari dan dampak bagi perkembangan anak sehingga terlibat dalam pelaksanaan di rumah.
Kepala sekolah perlu memperhatikan pelaksanaan program ekstrakurikuler yang meliputi waktu, fasilitas, anggaran, dan pengelolaan kepramukaan sehingga kegiatan dapat berjalan dengan optimal.
Program pramuka akan menjadi lebih efektif dan berdaya guna jika diwajibkan bagi peserta didik mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam dengan pertimbangan pendidikan yang berkesinambungan sehingga tidak terjadi missing link.
4. Menteri Pendidikan
Menteri Pendidikan dapat menjadikan pramuka sebagai sarana yang efektif untuk pembentukan karakter bangsa dengan kembali menjadikan pramuka sebagai program nasional yang dilaksanakan di pendidikan formal mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Selain itu juga perlu melakukan peningkatan eksistensi organisasi Pramuka mulai dari tingkat Gudep sampai tingkat Kwarnas.
(36)
152
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ambalan Pandawa Srikandi Gudep 04. (2001). Buku Materi Pramuka Penegak. (Online). Tersedia: http://pandawasrikandi.files.wordpress.com/2011. (30Juni 2011)
Arifudin (2008). Dasa Darma Pramuka. (Online). Tersedia: http://arifudin.wordpress.com/dasa-darma-pramuka-2/ (28 Januari 2011). Ausubel, D.P. (1971). “A New Look at Classroom Discipline”. Dalam Study
Teaching. New York: Prentice-Hall, Inc.
Azizah, N.N. (2001). Sejarah Pramuka Indonesia. (Online) Diakses: http://nafilah.multiply.com/journal/item/24/Sejarah_Pramuka_Indonesia. (17 Februari 2011).
Battistich, S. (1999). The Effect of Classroom and School Practices on Student’s Character Development. California: State University. (Online). Tersedia :
http://www.google.com/books?Battistich,The+Effect+of+Classroom+and+ School+Practices+on+Student. (12 Februari 2011).
Bergling, K. (1985). Moral Development dalam Torsten, H dan Naville, P. (Editor). The International Inclycopedia of Educational Research and Studies.
Berndt, T. J., and Perry, T. B. (1986). Children's Perceptions of Friendships as Supportive Relationships. Development Psychology. 22: 640-648. (1986). Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia.
Biehler, R. F. (1978). Psychology applied to teaching (third ed.). Boston: Houghton Mifflin.
Black, A. J. & Champion. (1999). Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama. Budiningsih, A. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Bull, N.J. 1969. Moral Judgment From Childhood To Adolescene. London : Routledege & Kegan Paul. (Online). Tersedia : http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.2044-8295.1970.tb01263.x. (1 Maret 2011).
(37)
153
Burr, D. G. (1966).Understanding Young Children. New York : Mc Graw-Hill. Cotton, K. (2001). Schoolwide and Classroom Discipline. Northwest Regional
Educational Laboratory. SIRS.
Creswell, W.J. (1998). Qualitative Inquiry and Reseach Design Chosing Among Five Traditions. California: Sage Publications, Inc.
Creswell, W.J. (2008). Educational Reseach, Planning, Conducting, and Evaluating Quatitative and Qualitative Reseach. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Crow, D. & Crow, A. (1980). Introduction to Education Fundamental Principles and Modern Practice. New York: American Book Company.
Cruickshanks, D.R. (1986). A Synopsis of Effective Schools Reseach: Why It Is Done, How It Is Done, How It Is Done, What Are It Is Findings, How They Are Implemented. Educational Reseacher. 22 (3), 112-127.
Dahlan, M.D. (2007). ”Makna dan Perkembangan Terakhir Pendidikan Umum”. Makalah pada Sarasehan Prodi PU UPI.
Daryosudiro, s. (1988). Seri Membina Pramuka. Solo: Dharma Pustaka.
Djahiri., K dan Wahab, A. (1996). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral. Jakarta : Depdikbud.
Djahiri, K. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai Moral VCT dan Game dalam VCT. Bandung: PMPKN IKIP.
Djiwandono, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Djunaedid. (2008, 26 Maret). Situs Porno: Sebelum Diblokir, Anak SD & SMP Sudah Ahli Menjebol Pemblokiran di Warnet. Wordpress.com. (Online). Tersedia : http://djunaedird.wordpress.com/2008/03/26. (26 Maret 2008). Depdikbud. (1985). Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Latihan Kepemimpinan
Siswa. Jakarta : Direktorat Jendral Dikdasmen.
Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tetib Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
(38)
Dobbins, T.R. (Eds) (2002). A Comparison of Field-Dependence Cognitive Styles of Professionals in Purchasing and Consumer Service and Secondary Marketing Education Students, with Implications for Workforce Development dalam Journal of Carreer and Technical Education. (Online), Vol 18, 2 halaman. Tersedia : http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ JCTE/v18n2/fritz.html (18 Februari 2011).
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Fraenkel, J.R. (1977). How to Teach About Values. New Jersey: Prentice-Hill. Gaustad, J (1992). School Discipline. (Online). Tersedia: http://www.ericfacility.
net/ericdigests/ed350727.thml. (18 Februari 2011).
Guba, G.E. & Lincoln, S.Y. (1985). Naturalistic Inquiry. The United States of America: Sage Publications, Inc.
Gunarsa, D & Gunarsa, Y. (1982). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hakam, K.A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press. Hani, H. (1997). Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Harian Joglo Semar. (2011). Pramuka Jadi Ekskul Wajib? (Online). Tersedia: http://harianjoglosemar.com/berita/pramuka-jadi-ekskul-wajib (4 Mei 2011)
Haricahyono, C. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.
Harris, C.W. (1960). Encylopedia of Educational Research. New York : The Macmillan Company.
Headline News. (2010, 24 April). Puluhan Anak SD Tawuran. Metrotvnews.com, (Online). Tersedia: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/ newsvideo/. (24 April 2010).
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kagan, J. (1984). Impulsive and Reflective Children. Chicago: Rand Mc Nally. Kepres RI nomor 24. (2009). Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
(39)
155
Kompas.com. (2010, 18 Januari). Edan, Anak SD Belajar Mencuri Bersama-sama. Kompas (Online). Tersedia: http://regional.kompas.com/read/ 2010/01/ 18/20103327. (18 Januari 2010).
Kourilsky, M. & Quaranta. L. (1987). Effective Teaching: Principles and Practice. London: Scot Foresman and Company. (Online). Tersedia : http://www.upou.edu.ph/papers/flibrero_2009/PrinciplesAndPracticesIn (2 Februari 2011)
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 1980. Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan. Kwarnas Gerakan Pramuka. Jakarta.
Lincoln, Y.S & Guba.E. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Sage Publications, Inc.
Lofland, J. (1971). Analyzing Social Settings: A Guide to Qualitative Observation and Analyzing. California: Wodsworth.
Maleong, L.J (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: BP Migas.
Miles, M.B. & Huberman, A. (1992). Qualitative Data Analysis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Muis, A. (2005). Implementasi Pendidikan Nilai Moral melalui Pembelajaran
PKn dalam Pembina Disiplin Siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Munas Pramuka. (1997). Penggolongan Peserta Didik Berdasarkan Usia (Online). Tersedia: http://pramuka.site11.com/ Penggolongan Peserta Didik Berdasarkan Usia.html. (14 April 2011).
Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturilistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Pangkalan SLTPN I Plered. (2008). Program Kerja Gerakan Pramuka. (Online). Tersedia : http://www.scribd.com/doc/35751181/Program-Kerja-Gerakan-Pramuka (16 Februari 2011).
(40)
Pramukaunila. (2010). Sekilas Kepanduan Dunia. (Online). Tersedia :
http://pramukaunila.wordpress.com/2010/02/20/sekilas-kepanduan-dunia. (20 Februari 2011)
Pramukanet. (2011). Anggaran Rumah Tangga Gerakan Kepramukaan. (Online). Tersedia: http://www.pramukanet.org (12 Januari 2011).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, M. (1999). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Santrock, J. (2002). Perkembangan Anak. (jilid 1, edisi kesebelas). Jakarta: Erlangga.
Schwartz, H. (1992). “Universals In The Content And Structure of Values : Theoretical Advances And Empirical Tests In 20 Countries”. Advances In Experimental Social Psychology. 25, 1-65. (Online). Tersedia : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii. (13 Februari 2011). Shertzer, E.F. & Stone, S.C. (1980). Fundamentals of Guidance.Boston:
Houghton Mifflin, Co. (Online). Tersedia: http://www. springerlink.com /content/u02802m85g4n7605/. (5 Maret 2011).
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Suhada, I. (2006). Strategi Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa terhadap Berbagai Peraturan Sekolah. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sumaatmadja, N. (2002). Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi.
Bandung: Alfabeta.
Sumantri, E. (1993). Pendidikan Moral: Suatu Tinjauan dari Sudut Konstruksi dan Proposisi. Bandung: Diktat UPI.
Sumantri, E. (2009). Pendidikan Umum. Bandung: SPS UPI.
Suseno, F.M. (1987). Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
(41)
157
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syam, R.M. (1980). Pengertian dan Dasar Hukum Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Udin, T. (2006). Peran dan Langkah Pembina Pramuka dalam Menanamkan Sikap Disiplin. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2010 : Gerakan Pramuka. Bandung: Kwartir Cabang Gerakan Pramuka.
UUSPN. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Wawuru, F. (2010). ”Kekuatan Disiplin”. HIDUP (14 November 2010).
Wayson, W. (1982). Handbook for Developing Schools With Good Discipline. Indiana: Phi Delta Kappa.
Weimeier, et.al. (Edisi ke-7). Oxford Advance Learner’s Dictionary. English: Oxford University Press
Yayasan Prasama Bhakti. (2010). Pedoman Kegiatan Sekolah. Bandung: SD Santa Ursula.
Yulianingsih, Y. (2008). Pembinaan Nilai Disiplin di Lingkungan Pesantren. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(1)
152
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ambalan Pandawa Srikandi Gudep 04. (2001). Buku Materi Pramuka Penegak. (Online). Tersedia: http://pandawasrikandi.files.wordpress.com/2011. (30Juni 2011)
Arifudin (2008). Dasa Darma Pramuka. (Online). Tersedia: http://arifudin.wordpress.com/dasa-darma-pramuka-2/ (28 Januari 2011). Ausubel, D.P. (1971). “A New Look at Classroom Discipline”. Dalam Study
Teaching. New York: Prentice-Hall, Inc.
Azizah, N.N. (2001). Sejarah Pramuka Indonesia. (Online) Diakses: http://nafilah.multiply.com/journal/item/24/Sejarah_Pramuka_Indonesia. (17 Februari 2011).
Battistich, S. (1999). The Effect of Classroom and School Practices on Student’s Character Development. California: State University. (Online). Tersedia :
http://www.google.com/books?Battistich,The+Effect+of+Classroom+and+ School+Practices+on+Student. (12 Februari 2011).
Bergling, K. (1985). Moral Development dalam Torsten, H dan Naville, P. (Editor). The International Inclycopedia of Educational Research and Studies.
Berndt, T. J., and Perry, T. B. (1986). Children's Perceptions of Friendships as Supportive Relationships. Development Psychology. 22: 640-648. (1986). Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia.
Biehler, R. F. (1978). Psychology applied to teaching (third ed.). Boston: Houghton Mifflin.
Black, A. J. & Champion. (1999). Penelitian Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Budiningsih, A. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta.
Bull, N.J. 1969. Moral Judgment From Childhood To Adolescene. London : Routledege & Kegan Paul. (Online). Tersedia : http://onlinelibrary. wiley.com/doi/10.1111/j.2044-8295.1970.tb01263.x. (1 Maret 2011).
(2)
Burr, D. G. (1966).Understanding Young Children. New York : Mc Graw-Hill. Cotton, K. (2001). Schoolwide and Classroom Discipline. Northwest Regional
Educational Laboratory. SIRS.
Creswell, W.J. (1998). Qualitative Inquiry and Reseach Design Chosing Among Five Traditions. California: Sage Publications, Inc.
Creswell, W.J. (2008). Educational Reseach, Planning, Conducting, and Evaluating Quatitative and Qualitative Reseach. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Crow, D. & Crow, A. (1980). Introduction to Education Fundamental Principles and Modern Practice. New York: American Book Company.
Cruickshanks, D.R. (1986). A Synopsis of Effective Schools Reseach: Why It Is Done, How It Is Done, How It Is Done, What Are It Is Findings, How They Are Implemented. Educational Reseacher. 22 (3), 112-127.
Dahlan, M.D. (2007). ”Makna dan Perkembangan Terakhir Pendidikan Umum”. Makalah pada Sarasehan Prodi PU UPI.
Daryosudiro, s. (1988). Seri Membina Pramuka. Solo: Dharma Pustaka.
Djahiri., K dan Wahab, A. (1996). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral. Jakarta : Depdikbud.
Djahiri, K. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai Moral VCT dan Game dalam VCT. Bandung: PMPKN IKIP.
Djiwandono, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Djunaedid. (2008, 26 Maret). Situs Porno: Sebelum Diblokir, Anak SD & SMP Sudah Ahli Menjebol Pemblokiran di Warnet. Wordpress.com. (Online). Tersedia : http://djunaedird.wordpress.com/2008/03/26. (26 Maret 2008). Depdikbud. (1985). Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Latihan Kepemimpinan
Siswa. Jakarta : Direktorat Jendral Dikdasmen.
Depdiknas. (1992). Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tetib Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
(3)
Dobbins, T.R. (Eds) (2002). A Comparison of Field-Dependence Cognitive Styles of Professionals in Purchasing and Consumer Service and Secondary Marketing Education Students, with Implications for Workforce Development dalam Journal of Carreer and Technical Education. (Online), Vol 18, 2 halaman. Tersedia : http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/ JCTE/v18n2/fritz.html (18 Februari 2011).
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Fraenkel, J.R. (1977). How to Teach About Values. New Jersey: Prentice-Hill. Gaustad, J (1992). School Discipline. (Online). Tersedia: http://www.ericfacility.
net/ericdigests/ed350727.thml. (18 Februari 2011).
Guba, G.E. & Lincoln, S.Y. (1985). Naturalistic Inquiry. The United States of America: Sage Publications, Inc.
Gunarsa, D & Gunarsa, Y. (1982). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hakam, K.A. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung: MKDU Press. Hani, H. (1997). Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Harian Joglo Semar. (2011). Pramuka Jadi Ekskul Wajib? (Online). Tersedia: http://harianjoglosemar.com/berita/pramuka-jadi-ekskul-wajib (4 Mei 2011)
Haricahyono, C. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.
Harris, C.W. (1960). Encylopedia of Educational Research. New York : The Macmillan Company.
Headline News. (2010, 24 April). Puluhan Anak SD Tawuran. Metrotvnews.com, (Online). Tersedia: http://metrotvnews.com/index.php/metromain/ newsvideo/. (24 April 2010).
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kagan, J. (1984). Impulsive and Reflective Children. Chicago: Rand Mc Nally. Kepres RI nomor 24. (2009). Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
(4)
Kompas.com. (2010, 18 Januari). Edan, Anak SD Belajar Mencuri Bersama-sama. Kompas (Online). Tersedia: http://regional.kompas.com/read/ 2010/01/ 18/20103327. (18 Januari 2010).
Kourilsky, M. & Quaranta. L. (1987). Effective Teaching: Principles and Practice. London: Scot Foresman and Company. (Online). Tersedia : http://www.upou.edu.ph/papers/flibrero_2009/PrinciplesAndPracticesIn (2 Februari 2011)
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 1980. Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan. Kwarnas Gerakan Pramuka. Jakarta.
Lincoln, Y.S & Guba.E. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Sage Publications, Inc.
Lofland, J. (1971). Analyzing Social Settings: A Guide to Qualitative Observation and Analyzing. California: Wodsworth.
Maleong, L.J (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: BP Migas.
Miles, M.B. & Huberman, A. (1992). Qualitative Data Analysis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Muis, A. (2005). Implementasi Pendidikan Nilai Moral melalui Pembelajaran
PKn dalam Pembina Disiplin Siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Munas Pramuka. (1997). Penggolongan Peserta Didik Berdasarkan Usia (Online). Tersedia: http://pramuka.site11.com/ Penggolongan Peserta Didik Berdasarkan Usia.html. (14 April 2011).
Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturilistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Pangkalan SLTPN I Plered. (2008). Program Kerja Gerakan Pramuka. (Online). Tersedia : http://www.scribd.com/doc/35751181/Program-Kerja-Gerakan-Pramuka (16 Februari 2011).
(5)
Pramukaunila. (2010). Sekilas Kepanduan Dunia. (Online). Tersedia :
http://pramukaunila.wordpress.com/2010/02/20/sekilas-kepanduan-dunia. (20 Februari 2011)
Pramukanet. (2011). Anggaran Rumah Tangga Gerakan Kepramukaan. (Online). Tersedia: http://www.pramukanet.org (12 Januari 2011).
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, M. (1999). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Santrock, J. (2002). Perkembangan Anak. (jilid 1, edisi kesebelas). Jakarta: Erlangga.
Schwartz, H. (1992). “Universals In The Content And Structure of Values : Theoretical Advances And Empirical Tests In 20 Countries”. Advances In Experimental Social Psychology. 25, 1-65. (Online). Tersedia : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii. (13 Februari 2011). Shertzer, E.F. & Stone, S.C. (1980). Fundamentals of Guidance.Boston:
Houghton Mifflin, Co. (Online). Tersedia: http://www. springerlink.com /content/u02802m85g4n7605/. (5 Maret 2011).
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.
Suhada, I. (2006). Strategi Guru dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa terhadap Berbagai Peraturan Sekolah. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sumaatmadja, N. (2002). Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi.
Bandung: Alfabeta.
Sumantri, E. (1993). Pendidikan Moral: Suatu Tinjauan dari Sudut Konstruksi dan Proposisi. Bandung: Diktat UPI.
Sumantri, E. (2009). Pendidikan Umum. Bandung: SPS UPI.
Suseno, F.M. (1987). Etika Dasar : Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
(6)
Syah, M. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Syam, R.M. (1980). Pengertian dan Dasar Hukum Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Udin, T. (2006). Peran dan Langkah Pembina Pramuka dalam Menanamkan Sikap Disiplin. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2010 : Gerakan Pramuka. Bandung: Kwartir Cabang Gerakan Pramuka.
UUSPN. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Wawuru, F. (2010). ”Kekuatan Disiplin”. HIDUP (14 November 2010).
Wayson, W. (1982). Handbook for Developing Schools With Good Discipline. Indiana: Phi Delta Kappa.
Weimeier, et.al. (Edisi ke-7). Oxford Advance Learner’s Dictionary. English: Oxford University Press
Yayasan Prasama Bhakti. (2010). Pedoman Kegiatan Sekolah. Bandung: SD Santa Ursula.
Yulianingsih, Y. (2008). Pembinaan Nilai Disiplin di Lingkungan Pesantren. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.