PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN PERUBAHAN TEKANAN Hubungan Asupan Natrium dengan Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Rawat Jalan yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT
JALAN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
Naskah Publikasi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
INNA FATMAWATI
J 310 110 009
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
ii
HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT
JALAN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
Inna Fatmawati (J 310 110 009)
Pembimbing : Endang Nur W, SST, M.Si Med
Tuti Rahmawati, S.Gz, M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102
Email : innafatma@gmail.com
ABSTRACT
INNA FATMAWATI J 310 11 0009
RELATIONSHIP BETWEEN SODIUM INTAKE AND CHANGES IN BLOOD
PRESSURE IN CHRONIC RENAL FAILURE WITH HEMODIALYSIS
OUTPATIENTS AT DISTRICT HOSPITAL OF SUKOHARJO
Introduction: Chronic renal failure is a failure in renal function that progresses
slowly resulting accumulation of residual metabolites. Hemodialysis therapy can
maintain a stable kidney function so their health condition does not get worse.
Chronic renal failure patients with hemodialysis should pay attention to proper
diet (especially their sodium intake) to controll blood pressure and edema.
Objective: This study aimed to determine the relationship between sodium intake
and changes in blood pressure in chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo.
Research method: This research used observational with cross-sectional
design. The research subject were chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo. Sampling technique used
consecutive sampling. Blood pressure data were obtained from medical record,
while sodium intake data were obtained through interview using a semiquantitative FFQ method. Statistical analyzis of relationship between sodium
intake and changes in blood pressure used Spearman’s Rank tests.
Results: The univariate results indicated that 80,6% patients had sufficient
sodium intake, 100% patients had change in systolic blood pressure and 74,2%
patients had change in diastolic blood pressure. The bivariate results indicated
that there was no relationship between sodium intake and change in systolic
blood pressure (p = 0.083) and change in diastolic blood pressure (p = 0.414).
Conclusion : There was no relationship between sodium intake and changes in
systolic and diastolic blood pressure in chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo.
Suggestion: Futher researches are needed in patients who do not get
antihypertension class Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)
drugs and take into account other factors such as obesity, physical activity,
smoking habits, alcohol consumption and stress.
Keywords
: sodium intake, blood pressure, chronic renal failure with
hemodialysis
Bibliography : 63 : 1999-2015
1
PENDAHULUAN
garam dan air atau sistem Renin
Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
tahun
Angiotensin
2013
di
Indonesia
(RAA)
(Suwitra, 2006).
Hasil
prevalensi penyakit Gagal Ginjal
Kronik
Aldosteron
survey
pendahuluan
(nasional)
yang dilakukan di RSUD Kabupaten
sebesar 0,2% sedangkan di Jawa
Sukoharjo menunjukkan prevalensi
Tengah sebesar 0,3%.
peningkatan
terapi
pada
2013-2104
Penyakit Gagal Ginjal Kronik
merupakan
perkembangan
dari
tahun
42,68%
(Rekam
gagal ginjal akut yang progresif dan
Kabupaten
lambat yang biasanya berlangsung
2014).
hemodialisis
sebesar
Medik
Sukoharjo
RSUD
2013
dan
beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik
menyebabkan
ginjal
METODE PENELITIAN
kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan
Penelitian ini menggunakan desain
volume dan komposisi cairan dalam
penelitian
keadaan asupan diit normal (Price,
pendekatan
2005). Terapi hemodialisis dapat
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
mempertahankan fungsi ginjal yang
pada bulan Agustus 2015 di RSUD
stabil sehingga
Kabupaten
tidak mengalami
observasional
cross
dengan
sectional.
Sukoharjo.
Sampel
kondisi penyakit yang semakin parah
penelitian ini adalah pasien Gagal
(Hudak dan Gallo, 2006).
Ginjal
Kronik
rawat
jalan
yang
Pasien Gagal Ginjal Kronik
menjalani hemodialisis sebanyak 31
yang menjalani hemodialisis harus
pasien. Penentuan sampel dilakukan
memperhatikan
dengan consecutive sampling yang
Pembatasan
diiit
yang
asupan
tepat.
natrium
memenuhi
kriteria
inklusi
dan
merupakan salah satu syarat diit
eksklusi. Data identitas responden
pasien
Kronik.
ditanyakan
Pembatasan asupan natrium pada
responden
pasien Gagal Ginjal Kronik bertujuan
kuesioner.
untuk mengendalikan tekanan darah
setelah
dan edema. Tekanan darah pasien
hemodialisis berikutnya di peroleh
Gagal Ginjal Kronik hampir selalu
dari rekam medik sedangkan data
meningkat, mekanisme peningkatan
asupan natrium diperoleh dengan
tekanan darah karena penimbunan
wawancara menggunakan FFQ semi
Gagal
Ginjal
2
langsung
dengan
Data
dan
kepada
alat
bantu
tekanan
darah
sebelum
menjalani
kuantitaif
selama
dilaksanakan
sampai
tiga
hari
dan
pasca
hemodialisis
sebelum
menjalani
RSUD Kabupaten Sukoharjo
memiliki
hemodialisis.
hemodialisis
hemodialisis berikutnya.
Analisis
unit
RSUD
Unit
Kabupaten
Sukoharjo merupakan salah satu
univariat
dilakukan
unit
pelayanan
kesehatan
yang
dengan menyajikan data dalam tabel
digunakan untuk melakukan proses
distribusi
cuci darah bagi penderita disfungsi
frekuensi
dari
variabel
yang diteliti meliputi asupan natrium,
ginjal.
perubahan tekanan darah sistole
Kabupaten
dan diastole untuk mendeskripsikan
fasilitas
data yang diperoleh berupa distribusi
prasarana
dan persentase. Analisis bivariat
Manusia (SDM) di unit hemodialisis
menggunakan uji hubungan Rank
RSUD
Spearman’s. Uji kenormalan data
meliputi:
menggunakan
a. Unit
uji
Shapiro-Wilk
Unit
hemodialisis
Sukoharjo
pelayanan,
dan
RSUD
memiliki
sarana
Sumber
Kabupaten
dan
Daya
Sukoharjo
hemodialisis
RSUD
dengan program SPPS for Window
Kabupaten Sukoharjo memiliki 22
21.0
unit
mesin
hemodialisis
yang
dioperasikan untuk dua shif yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
pagi (07.00-12.00 WIB) dan sore
RSUD Sukoharjo terletak di
(12.00-17.00
WIB).
Proses
jalan Dr.Moewardi No.71 Sukoharjo.
hemodialisis berlangsung selama
RSUD Kabupaten Sukoharjo telah
4-5 jam.
divisitasi dari Depkes RI dengan
b. Unit
hemodialisis
RSUD
predikat layak menjadi rumah sakit
Kabupaten Sukoharjo dilengkapi
kelas B non pendidikan pada bulan
dengan ruang tunggu pasien, 2 tv
Juli 2009 dan ditetapkan dengan
LCD dan 2 pendingin ruangan
Keputusan
(AC)
Menteri
Kesehatan
untuk
menambah
menjadi Rumah Sakit Kelas B Non
kenyamanan
Pendidikan pada bulan September
menjalani hemodialisis.
2009, kemudian pada bulan Agustus
2011
ditetapkan
Layanan
menjadi
Umum Daerah
c. Unit
pasien
hemodialisis
selama
RSUD
Badan
Kabupaten Sukoharjo di kepalai
(BLUD)
oleh dr Ardyasih, Sp PD dan di
bantu oleh 12 perawat.
RSUD Kabupaten Sukoharjo.
3
Karakteristik Responden
Berdasarkan
menunjukkan
Responden dalam penelitian ini
jalan
yang
Tabel 3
Distribusi Responden menurut
Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Persentase
(%)
Tidak Sekolah
1
3,2
Pendidikan Dasar
16
51,6
Pendidikan Lanjut
14
45,2
Total
31
100
ditetapkan penulis. Sesuai dengan
karakteristik
diperoleh
responden
distribusi berdasarkan
data
meliputi
usia,
jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan
Berdasarkan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Nilai Parameter Statistik Usia
Usia
Frekuensi
Mean (rata-rata)
47,29
Nilai minimum
20
Nilai maximum
60
Std. Deviasi
10,05
Berdasarkan
Tabel
adalah
minimum
sedangkan
47,29
usia
nilai
tahun.
adalah
20
deviation)
usia
bahwa
dari
responden,
sebagian
31
besar
Tabel 4
Distribusi Responden menurut
Pekerjaan
Jenis
Jumlah Persentase
Pekerjaan
(%)
Bekerja
25
80,6
Tidak Bekerja
6
19,4
Total
31
100
1
Nilai
usia
Berdasarkan
adalah 60 tahun. Simpangan baku
(standart
menunjukkan
3
(51,6 %).
tahun
maksimum
Tabel
berpendidikan dasar yaitu 16 orang
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
usia
31
%).
kriteria inklusi dan ekslusi yang telah
penelitian,
dari
bahwa
kelamin laki-laki yaitu 20 orang (64,5
menjalani
hemodialisis yang sesuai dengan
hasil
2
responden, sebagian besar berjenis
yaitu pasien Gagal Ginjal Kronik
rawat
Tabel
menunjukkan
sebesar
bahwa
Tabel
dari
4
31
responden, sebagian besar bekerja
10,05.
yaitu 25 orang (80,6 %).
Tabel 2
Distribusi Responden menurut
Jenis Kelamin
Jenis
Jumlah
Persentase
Kelamin
(%)
Laki-laki
20
64,5
Perempuan
11
35,5
Total
31
100
4
Distribusi Responden Berdasarkan
syarat diit yang tepat untuk penyakit
Asupan Natrium
tersebut.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan
Asupan Natrium
Asupan Natrium
Frekuensi
Mean (rata-rata)
2625,27
Nilai minimum
1633,24
Nilai maximum
3316,20
Std. Deviasi
359,20
Asupan
natrium
dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Pendidikan
yang
tinggi
akan
lebih
mudah
menerima
informasi
menambah
pengetahuannya
mampu
sehingga
menerapkan
dan
dalam
Data asupan natrium secara
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
keseluruhan kemudian dikategorikan
gizi mempunyai pengaruh besar bagi
menjadi tiga yaitu kurang (< 1000
perubahan sikap dan perilaku dalam
mg/hari), cukup (1000-3000 mg/hr)
pemilihan
dan lebih (>3000 mg/hari). Berikut ini
kebiasaan makan sehari-hari. Selain
adalah
itu, pekerjaan juga mempengaruhi
tabel
responden
distribusi
frekuensi
berdasarkan
asupan
tingkat
natrium.
Berdasarkan
Tabel
pemilihan
Menurut
bahwa
yang
6
konseling
responden
(2004)
yang
kecil
(70mEq/hari)
terbukti
bahwa pembatasan asupan natrium
pada pasien Gagal Ginjal Kronik
bertujuan
untuk
mengendalikan
tekanan darah dan edema (Suwitra,
RSUD
2006).
telah
gizi
Krummel
pula. Teori lain juga menyatakan
pasien Gagal Ginjal Kronik yang
mendapatkan
sehai-hari
memiliki risiko hipertensi yang rendah
(80,6%). Hal ini dikarenakan setiap
Sukoharjo
dan
mengkonsumsi natrium dalam jumlah
asupan natrium cukup yaitu 25 orang
Kabupaten
akan
dalam
makanan
makan
dan
(Suhardjono, 2003).
responden, sebagian besar memiliki
di
yang
perubahan
bahan
kebiasaan
menunjukkan bahwa sebanyak 31
hemodialisis
makanan
pendapatan
menyebabkan
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Asupan Natrium
Asupan
Jumlah
Persentase
Natrium
(%)
Cukup
25
80,6
Lebih
6
19,4
Total
31
100
menjalani
bahan
dari
petugas kesehatan agar mematuhi
5
Distribusi Responden Berdasarkan
(100%)
Perubahan Tekanan Darah Sistole
tekanan darah sistole. Perubahan
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan
Perubahan Tekanan Darah Sistole
Tekanan Darah Sistole Frekuensi
Mean (rata-rata)
38,06
Nilai minimum
10,00
Nilai maximum
80,00
Std. Deviasi
18,51
tekanan
kemudian
Perubahan
responden
dengan
sebelum
nilai
pasca
nilai
menjalani
sistole
responden
hemodialisis
konstan
atau
diastole
terdapat
hemodialisis
dengan
responden
dengan
hemodialisis berikutnya). Berikut ini
tabel
distribusi
sebelum
frekuensi
diastole
tekanan darah sistole.
nilai
hemodialisis
diastole
menjalani
responden
hemodialisis
konstan
atau
pasca hemodialisis
diastole
terdapat
responden
dengan nilai
sebelum
menjalani hemodialisis berikutnya).
Berikut ini adalah tabel distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
perubahan tekanan darah diastole.
Berdasarkan Tabel 8 diketahui
31
pasca
penurunan nilai diastole responden
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Perubahan Tekanan
Darah Sistole
Tekanan
Jumlah
Persentase
darah sistole
(%)
Berubah +
31
100
Berubah 0
0
Total
31
100
sebanyak
nilai diastole
berikutnya) dan berubah - (jika nilai
responden berdasarkan perubahan
bahwa
dikategorikan
terdapat peningkatan
nilai
sistole responden sebelum menjalani
adalah
kemudian
menjadi dua yaitu berubah + (jika
penurunan nilai sistole responden
pasca
Darah
Data perubahan tekanan darah
berikutnya) dan berubah - (jika nilai
sistole
Tekanan
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan
Perubahan Tekanan Darah Diastole
Tekanan Darah Diastole Frekuensi
Mean (rata-rata)
11,29
Nilai minimum
00,00
Nilai maximum
30,00
Std. Deviasi
8,84
hemodialisis
sistole
semua
Diastole
dikategorikan
peningkatan
sistole
Distribusi Responden Berdasarkan
menjadi dua yaitu berubah + (jika
terdapat
darah
perubahan
responden adalah meningkat.
Data perubahan tekanan darah
sistole
mengalami
responden
6
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Perubahan Tekanan
Darah Diastole
Tekanan darah Jumlah
Persentase
diastole
(%)
Berubah +
23
74,2
Berubah 8
25,8
Total
31
100
Angiotensin
II
juga
merangsang aldosteron yang dapat
meningkatkan retensi air dan natrium
(Na)
di
tubulus
menyebabkan
meningkat.
ginjal
tekanan
Pasien
Gagal
dan
darah
Ginjal
Kronik juga mengalami hipervolemia
Berdasarkan
Tabel
10
akibat
retensi
air
dan
natrium
diketahui bahwa dari 31 responden,
sehingga
terjadi
peningkatan
sebagian
reabsorbsi
natrium
di
besar
mengalami
duktus
perubahan tekanan darah diastole
koligentes karena adanya resistensi
yaitu 23 orang (74,2%). Perubahan
relatif terhadap hormon natriuretik
tekanan darah diastole responden
peptida dan peningkatan aktivitas
adalah meningkat.
pompa
Peningkatan
tekanan
darah
Na-K-ATPase
koligentes
yang
di
duktus
mengakibatkan
sistole maupun diastole akibat Gagal
curah jantung meningkat sehingga
Ginjal Kronik adalah penurunan aliran
menyebabkan peningkatan tekanan
darah ke ginjal serta Laju Filtrasi
darah.
Glomerulus (LFG) yang berkurang
aldosteron
sehingga meningkatkan sistem Renin
hipervolemia yang terjadi (Cianci et
Angiotensin Aldosteron (RAA). Sel
al, 2009).
apartus jukstaglomerulus mensekresi
enzim renin yang dapat merubah
angiotensinogen yang berasal dari
hati menjadi Angiotensin I kemudian
diubah menjadi Angiotensin II oleh
Angiotensin
(ACE).
Converting
Angiotensin
menyebabkan
pembuluh
Enzyme
II
dapat
vasokontriksi
darah
tepi
dan
menyebabkan peningkatan tekanan
darah (Cianci et al, 2009).
7
Peningkatan
dapat
aktivitas
memperberat
Distribusi Hubungan Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah
Sistole dan Diastole
Tabel 11
Distribusi Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah Sistole
Variabel
Asupan natrium
Tekanan darah sistole
*Uji Rank Spearman’s
Berdasarkan
menunjukkan
Tabel
bahwa
asupan
natrium
tekanan
darah
dan
nilai
Mean
2526,27
38,06
Median
2609,66
40,00
SD
359,20
18,51
Hubungan
11
p- value
0,083
antara
asupan
mean
natrium dengan perubahan tekanan
perubahan
darah sistole dilakukan dengan uji
adalah
statistik korelasi Rank Spearman’s.
2625,27 dan 38,06. Nilai median
Sementara itu untuk uji kemaknaan
asupan
natrium
hubungan antara asupan natrium
tekanan
darah
sistole
dan
perubahan
adalah
dengan perubahan tekanan darah
2609,66 dan 40,00 sedangkan nilai
sistole nilai p-value adalah 0,083 (p
simpang baku (standart deviation)
> α) yang berarti bahwa tidak ada
asupan
perubahan
hubungan yang bermakna antara
tekanan darah sistole adalah 359,20
asupan natrium dengan perubahan
dan 18,51.
tekanan darah sistole.
natrium
sistole
dan
Tabel 12
Distribusi Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah Diastole
Variabel
Mean
Median
SD
p- value
Asupan natrium
2526,27
2609,66 359,20
0,414
Tekanan darah diastole
11,29
10,00
8,84
*Uji Rank Spearman’s
Berdasarkan
menunjukkan
bahwa
asupan
natrium
tekanan
darah
dan
Tabel
nilai
12
asupan
natrium
mean
tekanan
darah
perubahan
diastole
dan
perubahan
diastole
adalah
antara
asupan
359,20 dan 8,84.
adalah
Hubungan
2625,27 dan 11,29. Nilai median
natrium dengan perubahan tekanan
asupan
natrium
darah diastole dilakukan dengan uji
tekanan
darah
dan
perubahan
adalah
statistik korelasi Rank Spearman’s.
2609,66 dan 10,00 sedangkan nilai
Sementara itu untuk uji kemaknaan
simpang baku (standart deviation)
hubungan antara asupan natrium
diastole
8
dengan perubahan tekanan darah
Faktor
lain
yang
dapat
diastole nilai p-value adalah 0,414 (p
mempengaruhi tekanan darah salah
> α) yang berarti bahwa tidak ada
satunya
hubungan yang bermakna antara
Obat antihipertensi menjaga tekanan
asupan natrium dengan perubahan
darah
tekanan darah diastole.
menghambat
Hasil penelitian ini sejalan
Apriany
yaitu penggunaan
sehingga
obat.
mampu
terjadinya
perkembangan dari kerusakan ginjal
dengan
penelitian
dan
Mulyati
(2012)
bahwa
secara
statistik
asupan
natrium
dengan
pasien dengan pemberian satu jenis
tekanan
darah
sistole
maupun
obat
lebih
lanjut.
Darnindro
Menurut
dan
tidak
penelitian
Muthalib
dapat
(2008)
mengendalikan
diastole tidak ada keterkaitan. Hasil
tekanan
penelitian ini juga sejalan dengan
ditambahkan obat antihipertensi dari
penelitian
tidak
golongan lain. Obat yang dikonsumsi
adanya hubungan antara asupan
pasien Gagal Ginjal Kronik yang
natrium
menjalani hemodialisis di RSUD
Ardianti
dengan
dikarenakan
(2013),
tekanan
responden
darah
telah
darah
Kabupaten
sehingga
Sukoharjo
adalah
mendapat terapi obat yang diberikan
kombinasi dua obat antihipertensi
oleh petugas kesehatan. Faktor lain
yaitu
yang
mempengaruhi
Converting Enzyme inhibitor (ACE
dikarenakan subyek sudah memiliki
inhibitor) yaitu Lisinopril dosis 10 mg
kepatuhan diet yang baik yang
dengan frekuensi konsumsi 3x/hari
didasari
pengetahuan
dan Calcium channel bloker (CCB)
responden mengenai penyakit yang
yaitu Amlodipin dosis 10 mg dengan
dideritanya. Hal ini sesuai dengan
frekuensi konsumsi 1x/hari.
penelitian yang dilakukan bahwa
Angiotensin
dapat
dari
golongan
Converting
setiap pasien Gagal Ginjal Kronik
Enzyme
rawat
menjalani
bekerja dengan cara menghambat
hemodialisis di RSUD Kabupaten
pembentukan hormon angiotensin II
Sukoharjo
yang menyebabkan pembuluh darah
konseling
jalan
yang
telah
gizi
mendapatkan
dari
inhibitor
Angiotensin
(ACE
inhibitor)
petugas
menyempit
sehingga
dapat
kesehatan agar mematuhi syarat diit
menaikkan
tekanan
darah.
yang tepat untuk penyakit tersebut.
Angiotensin
Converting
Enzyme
inhibitor (ACE inhibitor) membiarkan
9
pembuluh
darah
membiarkan
mengalir
melebar
lebih
ke
1. Perlu
banyak darah
jantung,
menurunkan
Saran
dan
penelitian
lebih
sehingga
lanjut pada pasien yang tidak
darah
mendapatkan obat antihipertensi
tekanan
golongan Angiotensin Converting
(Depkes, 2006).
Calcium
(CCB)
adanya
Channel
bekerja
dengan
Bloker
Enzyme inhibitor (ACE inhibitor).
cara
2. Perlu
adanya
penelitian
lebih
memperlambat pergerakan kalsium
lanjut mengenai hubungan antara
ke dalam sel jantung dan dinding
asupan
arteri
yang
perubahan tekanan darah dengan
membawa darah dari jantung ke
memperhatikan faktor risiko lain
jaringan) sehingga arteri menjadi
seperti
relax sehingga menurunkan tekanan
kebiasaan
dan aliran darah di jantung (Depkes,
alkohol, dan stres.
(pembuluh
darah
natrium
obesitas,
dengan
latihan
merokok,
fisik,
konsumsi
2006).
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Apriany, REA dan Mulyati, T. 2012.
Asupan
Protein,
Lemak
Jenuh, Natrium, Serat dan
IMT terkait dengan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi Di
RSUD Tugurejo Semarang.
Journal of Nutrition College
Kesimpulan
1. Tidak
ada
hubungan
asupan
natrium dengan tekanan darah
sistole pada pasien Gagal Ginjal
Kronik rawat jalan yang menjalani
Ardianti, TK. 2013. Hubungan
Tingkat Stres dan Asupan
Natrium dengan Tekanan
Darah
pada
Pasien
Hipertensi
Rawat
Jalan
RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta. Skripsi
hemodialisis di RSUD Kabupaten
Sukoharjo, didapatkan hasil pvalue 0.083
2. Tidak
ada
hubungan
asupan
natrium dengan tekanan darah
Cianci, et al. 2009. Hypertension in
Hemodialysis. An Overview
on
Physiopathology
and
Therapeutic Approach in
Adults and Childrens The
Open Urology & Nephrology
Journal
diastole pada pasien Gagal Ginjal
Kronik rawat jalan yang menjalani
hemodialisis di RSUD Kabupaten
Sukoharjo didapatkan hasil pvalue 0.414
Darnindro N dan Muthalib A. 2008.
Tatalaksana Hipertensi pada
10
Pasien dengan Sindroma
Nefrotik. Jurnal
Hudak
dan
Gallo.
2006.
Keperawatan
Kritis
Pendekatan Holistik Edisi
VI. EGC. Jakarta
Krummel,
DA. 2004. Medical
Nutrition
Therapy
in
Hypertention.Di
dlm
:
Mahan UK dan Escott –
Stump S.Editor.2004. Food,
Nutrition
and
Diet
Therapy.USA: Saunders co
Rekam Medik. 2013. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Rekam Medik. 2014. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Rekam Medik. 2015. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Price
dan
Wilson.
2005.
Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses–proses
Penyakit.
Edisi 4. EGC. Jakarta
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta
Suhardjo.
2003.
Perencanaan
Pangan dan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta
Suwitra, K. 2006. Gagal Ginjal
Kronik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I,
Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta
11
HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT
JALAN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
Naskah Publikasi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
INNA FATMAWATI
J 310 110 009
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
ii
HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN PERUBAHAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT
JALAN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
Inna Fatmawati (J 310 110 009)
Pembimbing : Endang Nur W, SST, M.Si Med
Tuti Rahmawati, S.Gz, M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102
Email : innafatma@gmail.com
ABSTRACT
INNA FATMAWATI J 310 11 0009
RELATIONSHIP BETWEEN SODIUM INTAKE AND CHANGES IN BLOOD
PRESSURE IN CHRONIC RENAL FAILURE WITH HEMODIALYSIS
OUTPATIENTS AT DISTRICT HOSPITAL OF SUKOHARJO
Introduction: Chronic renal failure is a failure in renal function that progresses
slowly resulting accumulation of residual metabolites. Hemodialysis therapy can
maintain a stable kidney function so their health condition does not get worse.
Chronic renal failure patients with hemodialysis should pay attention to proper
diet (especially their sodium intake) to controll blood pressure and edema.
Objective: This study aimed to determine the relationship between sodium intake
and changes in blood pressure in chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo.
Research method: This research used observational with cross-sectional
design. The research subject were chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo. Sampling technique used
consecutive sampling. Blood pressure data were obtained from medical record,
while sodium intake data were obtained through interview using a semiquantitative FFQ method. Statistical analyzis of relationship between sodium
intake and changes in blood pressure used Spearman’s Rank tests.
Results: The univariate results indicated that 80,6% patients had sufficient
sodium intake, 100% patients had change in systolic blood pressure and 74,2%
patients had change in diastolic blood pressure. The bivariate results indicated
that there was no relationship between sodium intake and change in systolic
blood pressure (p = 0.083) and change in diastolic blood pressure (p = 0.414).
Conclusion : There was no relationship between sodium intake and changes in
systolic and diastolic blood pressure in chronic renal failure with hemodialysis
outpatients at district hospital of Sukoharjo.
Suggestion: Futher researches are needed in patients who do not get
antihypertension class Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)
drugs and take into account other factors such as obesity, physical activity,
smoking habits, alcohol consumption and stress.
Keywords
: sodium intake, blood pressure, chronic renal failure with
hemodialysis
Bibliography : 63 : 1999-2015
1
PENDAHULUAN
garam dan air atau sistem Renin
Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
tahun
Angiotensin
2013
di
Indonesia
(RAA)
(Suwitra, 2006).
Hasil
prevalensi penyakit Gagal Ginjal
Kronik
Aldosteron
survey
pendahuluan
(nasional)
yang dilakukan di RSUD Kabupaten
sebesar 0,2% sedangkan di Jawa
Sukoharjo menunjukkan prevalensi
Tengah sebesar 0,3%.
peningkatan
terapi
pada
2013-2104
Penyakit Gagal Ginjal Kronik
merupakan
perkembangan
dari
tahun
42,68%
(Rekam
gagal ginjal akut yang progresif dan
Kabupaten
lambat yang biasanya berlangsung
2014).
hemodialisis
sebesar
Medik
Sukoharjo
RSUD
2013
dan
beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik
menyebabkan
ginjal
METODE PENELITIAN
kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan
Penelitian ini menggunakan desain
volume dan komposisi cairan dalam
penelitian
keadaan asupan diit normal (Price,
pendekatan
2005). Terapi hemodialisis dapat
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
mempertahankan fungsi ginjal yang
pada bulan Agustus 2015 di RSUD
stabil sehingga
Kabupaten
tidak mengalami
observasional
cross
dengan
sectional.
Sukoharjo.
Sampel
kondisi penyakit yang semakin parah
penelitian ini adalah pasien Gagal
(Hudak dan Gallo, 2006).
Ginjal
Kronik
rawat
jalan
yang
Pasien Gagal Ginjal Kronik
menjalani hemodialisis sebanyak 31
yang menjalani hemodialisis harus
pasien. Penentuan sampel dilakukan
memperhatikan
dengan consecutive sampling yang
Pembatasan
diiit
yang
asupan
tepat.
natrium
memenuhi
kriteria
inklusi
dan
merupakan salah satu syarat diit
eksklusi. Data identitas responden
pasien
Kronik.
ditanyakan
Pembatasan asupan natrium pada
responden
pasien Gagal Ginjal Kronik bertujuan
kuesioner.
untuk mengendalikan tekanan darah
setelah
dan edema. Tekanan darah pasien
hemodialisis berikutnya di peroleh
Gagal Ginjal Kronik hampir selalu
dari rekam medik sedangkan data
meningkat, mekanisme peningkatan
asupan natrium diperoleh dengan
tekanan darah karena penimbunan
wawancara menggunakan FFQ semi
Gagal
Ginjal
2
langsung
dengan
Data
dan
kepada
alat
bantu
tekanan
darah
sebelum
menjalani
kuantitaif
selama
dilaksanakan
sampai
tiga
hari
dan
pasca
hemodialisis
sebelum
menjalani
RSUD Kabupaten Sukoharjo
memiliki
hemodialisis.
hemodialisis
hemodialisis berikutnya.
Analisis
unit
RSUD
Unit
Kabupaten
Sukoharjo merupakan salah satu
univariat
dilakukan
unit
pelayanan
kesehatan
yang
dengan menyajikan data dalam tabel
digunakan untuk melakukan proses
distribusi
cuci darah bagi penderita disfungsi
frekuensi
dari
variabel
yang diteliti meliputi asupan natrium,
ginjal.
perubahan tekanan darah sistole
Kabupaten
dan diastole untuk mendeskripsikan
fasilitas
data yang diperoleh berupa distribusi
prasarana
dan persentase. Analisis bivariat
Manusia (SDM) di unit hemodialisis
menggunakan uji hubungan Rank
RSUD
Spearman’s. Uji kenormalan data
meliputi:
menggunakan
a. Unit
uji
Shapiro-Wilk
Unit
hemodialisis
Sukoharjo
pelayanan,
dan
RSUD
memiliki
sarana
Sumber
Kabupaten
dan
Daya
Sukoharjo
hemodialisis
RSUD
dengan program SPPS for Window
Kabupaten Sukoharjo memiliki 22
21.0
unit
mesin
hemodialisis
yang
dioperasikan untuk dua shif yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
pagi (07.00-12.00 WIB) dan sore
RSUD Sukoharjo terletak di
(12.00-17.00
WIB).
Proses
jalan Dr.Moewardi No.71 Sukoharjo.
hemodialisis berlangsung selama
RSUD Kabupaten Sukoharjo telah
4-5 jam.
divisitasi dari Depkes RI dengan
b. Unit
hemodialisis
RSUD
predikat layak menjadi rumah sakit
Kabupaten Sukoharjo dilengkapi
kelas B non pendidikan pada bulan
dengan ruang tunggu pasien, 2 tv
Juli 2009 dan ditetapkan dengan
LCD dan 2 pendingin ruangan
Keputusan
(AC)
Menteri
Kesehatan
untuk
menambah
menjadi Rumah Sakit Kelas B Non
kenyamanan
Pendidikan pada bulan September
menjalani hemodialisis.
2009, kemudian pada bulan Agustus
2011
ditetapkan
Layanan
menjadi
Umum Daerah
c. Unit
pasien
hemodialisis
selama
RSUD
Badan
Kabupaten Sukoharjo di kepalai
(BLUD)
oleh dr Ardyasih, Sp PD dan di
bantu oleh 12 perawat.
RSUD Kabupaten Sukoharjo.
3
Karakteristik Responden
Berdasarkan
menunjukkan
Responden dalam penelitian ini
jalan
yang
Tabel 3
Distribusi Responden menurut
Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Persentase
(%)
Tidak Sekolah
1
3,2
Pendidikan Dasar
16
51,6
Pendidikan Lanjut
14
45,2
Total
31
100
ditetapkan penulis. Sesuai dengan
karakteristik
diperoleh
responden
distribusi berdasarkan
data
meliputi
usia,
jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan
Berdasarkan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Nilai Parameter Statistik Usia
Usia
Frekuensi
Mean (rata-rata)
47,29
Nilai minimum
20
Nilai maximum
60
Std. Deviasi
10,05
Berdasarkan
Tabel
adalah
minimum
sedangkan
47,29
usia
nilai
tahun.
adalah
20
deviation)
usia
bahwa
dari
responden,
sebagian
31
besar
Tabel 4
Distribusi Responden menurut
Pekerjaan
Jenis
Jumlah Persentase
Pekerjaan
(%)
Bekerja
25
80,6
Tidak Bekerja
6
19,4
Total
31
100
1
Nilai
usia
Berdasarkan
adalah 60 tahun. Simpangan baku
(standart
menunjukkan
3
(51,6 %).
tahun
maksimum
Tabel
berpendidikan dasar yaitu 16 orang
menunjukkan bahwa mean (rata-rata)
usia
31
%).
kriteria inklusi dan ekslusi yang telah
penelitian,
dari
bahwa
kelamin laki-laki yaitu 20 orang (64,5
menjalani
hemodialisis yang sesuai dengan
hasil
2
responden, sebagian besar berjenis
yaitu pasien Gagal Ginjal Kronik
rawat
Tabel
menunjukkan
sebesar
bahwa
Tabel
dari
4
31
responden, sebagian besar bekerja
10,05.
yaitu 25 orang (80,6 %).
Tabel 2
Distribusi Responden menurut
Jenis Kelamin
Jenis
Jumlah
Persentase
Kelamin
(%)
Laki-laki
20
64,5
Perempuan
11
35,5
Total
31
100
4
Distribusi Responden Berdasarkan
syarat diit yang tepat untuk penyakit
Asupan Natrium
tersebut.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan
Asupan Natrium
Asupan Natrium
Frekuensi
Mean (rata-rata)
2625,27
Nilai minimum
1633,24
Nilai maximum
3316,20
Std. Deviasi
359,20
Asupan
natrium
dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan. Pendidikan
yang
tinggi
akan
lebih
mudah
menerima
informasi
menambah
pengetahuannya
mampu
sehingga
menerapkan
dan
dalam
Data asupan natrium secara
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
keseluruhan kemudian dikategorikan
gizi mempunyai pengaruh besar bagi
menjadi tiga yaitu kurang (< 1000
perubahan sikap dan perilaku dalam
mg/hari), cukup (1000-3000 mg/hr)
pemilihan
dan lebih (>3000 mg/hari). Berikut ini
kebiasaan makan sehari-hari. Selain
adalah
itu, pekerjaan juga mempengaruhi
tabel
responden
distribusi
frekuensi
berdasarkan
asupan
tingkat
natrium.
Berdasarkan
Tabel
pemilihan
Menurut
bahwa
yang
6
konseling
responden
(2004)
yang
kecil
(70mEq/hari)
terbukti
bahwa pembatasan asupan natrium
pada pasien Gagal Ginjal Kronik
bertujuan
untuk
mengendalikan
tekanan darah dan edema (Suwitra,
RSUD
2006).
telah
gizi
Krummel
pula. Teori lain juga menyatakan
pasien Gagal Ginjal Kronik yang
mendapatkan
sehai-hari
memiliki risiko hipertensi yang rendah
(80,6%). Hal ini dikarenakan setiap
Sukoharjo
dan
mengkonsumsi natrium dalam jumlah
asupan natrium cukup yaitu 25 orang
Kabupaten
akan
dalam
makanan
makan
dan
(Suhardjono, 2003).
responden, sebagian besar memiliki
di
yang
perubahan
bahan
kebiasaan
menunjukkan bahwa sebanyak 31
hemodialisis
makanan
pendapatan
menyebabkan
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Asupan Natrium
Asupan
Jumlah
Persentase
Natrium
(%)
Cukup
25
80,6
Lebih
6
19,4
Total
31
100
menjalani
bahan
dari
petugas kesehatan agar mematuhi
5
Distribusi Responden Berdasarkan
(100%)
Perubahan Tekanan Darah Sistole
tekanan darah sistole. Perubahan
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan
Perubahan Tekanan Darah Sistole
Tekanan Darah Sistole Frekuensi
Mean (rata-rata)
38,06
Nilai minimum
10,00
Nilai maximum
80,00
Std. Deviasi
18,51
tekanan
kemudian
Perubahan
responden
dengan
sebelum
nilai
pasca
nilai
menjalani
sistole
responden
hemodialisis
konstan
atau
diastole
terdapat
hemodialisis
dengan
responden
dengan
hemodialisis berikutnya). Berikut ini
tabel
distribusi
sebelum
frekuensi
diastole
tekanan darah sistole.
nilai
hemodialisis
diastole
menjalani
responden
hemodialisis
konstan
atau
pasca hemodialisis
diastole
terdapat
responden
dengan nilai
sebelum
menjalani hemodialisis berikutnya).
Berikut ini adalah tabel distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
perubahan tekanan darah diastole.
Berdasarkan Tabel 8 diketahui
31
pasca
penurunan nilai diastole responden
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Perubahan Tekanan
Darah Sistole
Tekanan
Jumlah
Persentase
darah sistole
(%)
Berubah +
31
100
Berubah 0
0
Total
31
100
sebanyak
nilai diastole
berikutnya) dan berubah - (jika nilai
responden berdasarkan perubahan
bahwa
dikategorikan
terdapat peningkatan
nilai
sistole responden sebelum menjalani
adalah
kemudian
menjadi dua yaitu berubah + (jika
penurunan nilai sistole responden
pasca
Darah
Data perubahan tekanan darah
berikutnya) dan berubah - (jika nilai
sistole
Tekanan
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasarkan
Perubahan Tekanan Darah Diastole
Tekanan Darah Diastole Frekuensi
Mean (rata-rata)
11,29
Nilai minimum
00,00
Nilai maximum
30,00
Std. Deviasi
8,84
hemodialisis
sistole
semua
Diastole
dikategorikan
peningkatan
sistole
Distribusi Responden Berdasarkan
menjadi dua yaitu berubah + (jika
terdapat
darah
perubahan
responden adalah meningkat.
Data perubahan tekanan darah
sistole
mengalami
responden
6
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan
Kategori Perubahan Tekanan
Darah Diastole
Tekanan darah Jumlah
Persentase
diastole
(%)
Berubah +
23
74,2
Berubah 8
25,8
Total
31
100
Angiotensin
II
juga
merangsang aldosteron yang dapat
meningkatkan retensi air dan natrium
(Na)
di
tubulus
menyebabkan
meningkat.
ginjal
tekanan
Pasien
Gagal
dan
darah
Ginjal
Kronik juga mengalami hipervolemia
Berdasarkan
Tabel
10
akibat
retensi
air
dan
natrium
diketahui bahwa dari 31 responden,
sehingga
terjadi
peningkatan
sebagian
reabsorbsi
natrium
di
besar
mengalami
duktus
perubahan tekanan darah diastole
koligentes karena adanya resistensi
yaitu 23 orang (74,2%). Perubahan
relatif terhadap hormon natriuretik
tekanan darah diastole responden
peptida dan peningkatan aktivitas
adalah meningkat.
pompa
Peningkatan
tekanan
darah
Na-K-ATPase
koligentes
yang
di
duktus
mengakibatkan
sistole maupun diastole akibat Gagal
curah jantung meningkat sehingga
Ginjal Kronik adalah penurunan aliran
menyebabkan peningkatan tekanan
darah ke ginjal serta Laju Filtrasi
darah.
Glomerulus (LFG) yang berkurang
aldosteron
sehingga meningkatkan sistem Renin
hipervolemia yang terjadi (Cianci et
Angiotensin Aldosteron (RAA). Sel
al, 2009).
apartus jukstaglomerulus mensekresi
enzim renin yang dapat merubah
angiotensinogen yang berasal dari
hati menjadi Angiotensin I kemudian
diubah menjadi Angiotensin II oleh
Angiotensin
(ACE).
Converting
Angiotensin
menyebabkan
pembuluh
Enzyme
II
dapat
vasokontriksi
darah
tepi
dan
menyebabkan peningkatan tekanan
darah (Cianci et al, 2009).
7
Peningkatan
dapat
aktivitas
memperberat
Distribusi Hubungan Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah
Sistole dan Diastole
Tabel 11
Distribusi Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah Sistole
Variabel
Asupan natrium
Tekanan darah sistole
*Uji Rank Spearman’s
Berdasarkan
menunjukkan
Tabel
bahwa
asupan
natrium
tekanan
darah
dan
nilai
Mean
2526,27
38,06
Median
2609,66
40,00
SD
359,20
18,51
Hubungan
11
p- value
0,083
antara
asupan
mean
natrium dengan perubahan tekanan
perubahan
darah sistole dilakukan dengan uji
adalah
statistik korelasi Rank Spearman’s.
2625,27 dan 38,06. Nilai median
Sementara itu untuk uji kemaknaan
asupan
natrium
hubungan antara asupan natrium
tekanan
darah
sistole
dan
perubahan
adalah
dengan perubahan tekanan darah
2609,66 dan 40,00 sedangkan nilai
sistole nilai p-value adalah 0,083 (p
simpang baku (standart deviation)
> α) yang berarti bahwa tidak ada
asupan
perubahan
hubungan yang bermakna antara
tekanan darah sistole adalah 359,20
asupan natrium dengan perubahan
dan 18,51.
tekanan darah sistole.
natrium
sistole
dan
Tabel 12
Distribusi Asupan Natrium dan Perubahan Tekanan Darah Diastole
Variabel
Mean
Median
SD
p- value
Asupan natrium
2526,27
2609,66 359,20
0,414
Tekanan darah diastole
11,29
10,00
8,84
*Uji Rank Spearman’s
Berdasarkan
menunjukkan
bahwa
asupan
natrium
tekanan
darah
dan
Tabel
nilai
12
asupan
natrium
mean
tekanan
darah
perubahan
diastole
dan
perubahan
diastole
adalah
antara
asupan
359,20 dan 8,84.
adalah
Hubungan
2625,27 dan 11,29. Nilai median
natrium dengan perubahan tekanan
asupan
natrium
darah diastole dilakukan dengan uji
tekanan
darah
dan
perubahan
adalah
statistik korelasi Rank Spearman’s.
2609,66 dan 10,00 sedangkan nilai
Sementara itu untuk uji kemaknaan
simpang baku (standart deviation)
hubungan antara asupan natrium
diastole
8
dengan perubahan tekanan darah
Faktor
lain
yang
dapat
diastole nilai p-value adalah 0,414 (p
mempengaruhi tekanan darah salah
> α) yang berarti bahwa tidak ada
satunya
hubungan yang bermakna antara
Obat antihipertensi menjaga tekanan
asupan natrium dengan perubahan
darah
tekanan darah diastole.
menghambat
Hasil penelitian ini sejalan
Apriany
yaitu penggunaan
sehingga
obat.
mampu
terjadinya
perkembangan dari kerusakan ginjal
dengan
penelitian
dan
Mulyati
(2012)
bahwa
secara
statistik
asupan
natrium
dengan
pasien dengan pemberian satu jenis
tekanan
darah
sistole
maupun
obat
lebih
lanjut.
Darnindro
Menurut
dan
tidak
penelitian
Muthalib
dapat
(2008)
mengendalikan
diastole tidak ada keterkaitan. Hasil
tekanan
penelitian ini juga sejalan dengan
ditambahkan obat antihipertensi dari
penelitian
tidak
golongan lain. Obat yang dikonsumsi
adanya hubungan antara asupan
pasien Gagal Ginjal Kronik yang
natrium
menjalani hemodialisis di RSUD
Ardianti
dengan
dikarenakan
(2013),
tekanan
responden
darah
telah
darah
Kabupaten
sehingga
Sukoharjo
adalah
mendapat terapi obat yang diberikan
kombinasi dua obat antihipertensi
oleh petugas kesehatan. Faktor lain
yaitu
yang
mempengaruhi
Converting Enzyme inhibitor (ACE
dikarenakan subyek sudah memiliki
inhibitor) yaitu Lisinopril dosis 10 mg
kepatuhan diet yang baik yang
dengan frekuensi konsumsi 3x/hari
didasari
pengetahuan
dan Calcium channel bloker (CCB)
responden mengenai penyakit yang
yaitu Amlodipin dosis 10 mg dengan
dideritanya. Hal ini sesuai dengan
frekuensi konsumsi 1x/hari.
penelitian yang dilakukan bahwa
Angiotensin
dapat
dari
golongan
Converting
setiap pasien Gagal Ginjal Kronik
Enzyme
rawat
menjalani
bekerja dengan cara menghambat
hemodialisis di RSUD Kabupaten
pembentukan hormon angiotensin II
Sukoharjo
yang menyebabkan pembuluh darah
konseling
jalan
yang
telah
gizi
mendapatkan
dari
inhibitor
Angiotensin
(ACE
inhibitor)
petugas
menyempit
sehingga
dapat
kesehatan agar mematuhi syarat diit
menaikkan
tekanan
darah.
yang tepat untuk penyakit tersebut.
Angiotensin
Converting
Enzyme
inhibitor (ACE inhibitor) membiarkan
9
pembuluh
darah
membiarkan
mengalir
melebar
lebih
ke
1. Perlu
banyak darah
jantung,
menurunkan
Saran
dan
penelitian
lebih
sehingga
lanjut pada pasien yang tidak
darah
mendapatkan obat antihipertensi
tekanan
golongan Angiotensin Converting
(Depkes, 2006).
Calcium
(CCB)
adanya
Channel
bekerja
dengan
Bloker
Enzyme inhibitor (ACE inhibitor).
cara
2. Perlu
adanya
penelitian
lebih
memperlambat pergerakan kalsium
lanjut mengenai hubungan antara
ke dalam sel jantung dan dinding
asupan
arteri
yang
perubahan tekanan darah dengan
membawa darah dari jantung ke
memperhatikan faktor risiko lain
jaringan) sehingga arteri menjadi
seperti
relax sehingga menurunkan tekanan
kebiasaan
dan aliran darah di jantung (Depkes,
alkohol, dan stres.
(pembuluh
darah
natrium
obesitas,
dengan
latihan
merokok,
fisik,
konsumsi
2006).
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Apriany, REA dan Mulyati, T. 2012.
Asupan
Protein,
Lemak
Jenuh, Natrium, Serat dan
IMT terkait dengan Tekanan
Darah Pasien Hipertensi Di
RSUD Tugurejo Semarang.
Journal of Nutrition College
Kesimpulan
1. Tidak
ada
hubungan
asupan
natrium dengan tekanan darah
sistole pada pasien Gagal Ginjal
Kronik rawat jalan yang menjalani
Ardianti, TK. 2013. Hubungan
Tingkat Stres dan Asupan
Natrium dengan Tekanan
Darah
pada
Pasien
Hipertensi
Rawat
Jalan
RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta. Skripsi
hemodialisis di RSUD Kabupaten
Sukoharjo, didapatkan hasil pvalue 0.083
2. Tidak
ada
hubungan
asupan
natrium dengan tekanan darah
Cianci, et al. 2009. Hypertension in
Hemodialysis. An Overview
on
Physiopathology
and
Therapeutic Approach in
Adults and Childrens The
Open Urology & Nephrology
Journal
diastole pada pasien Gagal Ginjal
Kronik rawat jalan yang menjalani
hemodialisis di RSUD Kabupaten
Sukoharjo didapatkan hasil pvalue 0.414
Darnindro N dan Muthalib A. 2008.
Tatalaksana Hipertensi pada
10
Pasien dengan Sindroma
Nefrotik. Jurnal
Hudak
dan
Gallo.
2006.
Keperawatan
Kritis
Pendekatan Holistik Edisi
VI. EGC. Jakarta
Krummel,
DA. 2004. Medical
Nutrition
Therapy
in
Hypertention.Di
dlm
:
Mahan UK dan Escott –
Stump S.Editor.2004. Food,
Nutrition
and
Diet
Therapy.USA: Saunders co
Rekam Medik. 2013. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Rekam Medik. 2014. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Rekam Medik. 2015. Data Rekam
Medik RSUD Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo
Price
dan
Wilson.
2005.
Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses–proses
Penyakit.
Edisi 4. EGC. Jakarta
Riskesdas. 2013. Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan.
Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta
Suhardjo.
2003.
Perencanaan
Pangan dan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta
Suwitra, K. 2006. Gagal Ginjal
Kronik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I,
Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta
11