HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT Hubungan Asupan Serat, Asupan Natrium Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

(1)

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT

RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu kesehatan

Oleh :

MERY ANDIKA PUTRI J 310 110 075

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT

RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

MERY ANDIKA PUTRI

J310110075

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Elida Soviana, S.Gz., M.Gizi NIK/NIDN 1101620/0616079001


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT

RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

OLEH

MERY ANDIKA PUTRI J 310 110 075

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 05 September 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Elida Soviana,S.Gz., M.Gizi (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Dwi Sarbini, SST., M.Kes (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Suwadji, M.kes


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dan hasil penelitian maupun yang belu/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan daftar pustaka.

Surakarta,05 September 2016

Penulis

Mery Andika Putri J 310 110 075


(5)

1

HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN NATRIUM DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH DI UNIT RAWAT JALAN UPTD PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

Abstrak

Asupan serat yang kurang, asupan natrium yang berlebih dan aktivitas fisik yang kurang akan mempengaruhi meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah. Untuk mengetahui hubungan asupan serat, asupan natrium dan aktivitas fisik dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang

Surakarta. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan

crossectional. Teknik pengambilan consecutive sampling sebanyak 44 sampel. Data asupan serat dan asupan natrium diperoleh dengan menggunakan metode FFQ semi kuantitatif, aktivitas fisik diperoleh

dengan menggunakan metode recall aktivitas fisik,sedangkan tekanan

darah diperoleh menggunakan Sphygmomanometer. Uji korelasi yang

digunakan adalah uji pearson product moment dan rank spearman.

Hasilnya menunjukkan sebesar81,7% subjek memiliki asupan serat yang kurang. Sebesar 43,2% subjek memiliki asupan natrium lebih. Sebesar 75,1% subjek memiliki aktivitas fisik ringan. Sebesar 41% tekanan darah sistolik hipertensi stadium 1 dan sebesar 45,5% subjek memiliki tekanan darah diastolik hipertensi stadium 1. Ada hubungan asupan serat dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,011) dan diastolik (nilai p=0,002), ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,046) dan diastolik (nilai p=0,034), serta ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik (nilai p=0,013) dan diastolik (nilai p=0,024). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan asupan serat, asupan natrium dan aktivitas fisik dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

Kata kunci : asupan serat, asupan natrium, aktivitas fisik, tekanan darah

Abstract

Low fiber intake, excess sodium intake and physical inactivity will affect the increase of blood volume, and eventually will increase the blood pressure. To determine the association of fiber intake, sodium intake and physical activity on blood pressure in outpatient of UPTD Puskesmas Pajang Surakarta. This is an Observational research with cross sectional approach. A total of 44 subjects were selected using consecutive sampling method. Fiber and sodium intake were obtained using semiquantitative FFQ, while physical activity was obtained using physical activity recall. Blood pressure was measured using sphygmomanometer. All data were analyzed using Pearson product moment or Spearman rank test. A total of 81.7% of the subjects had


(6)

2

low fiber intake and 43.2% of the subjects had high sodium intake. 75.1% of the subjects had mild physical activity and 41% of the subject had hypertension stage 1 based on systolic blood pressure and 45.5% of the subjects had a of hypertension stage 1 based diastolic blood preassure. There is an association of fiber intake with systolic (p = 0.011) and diastolic blood pressure (p = 0.002). There is also an association of sodium intake with systolic (p = 0.046) and diastolic blood pressure (p = 0.034). However, no association were found on physical activity with either systolic (p = 0.013) or diastolic blood preassure (p = 0.024). This study concluded that there is an association of fiber intake, sodium intake with blood pressure in outpatient UPTD Puskesmas Pajang Surakarta. However no association was found on physical activity with blood pressure in outpatient of UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

Keywords : Fiber Intake, Sodium Intake, Physical activity , Blood Pressure

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan terjadi pada manusia baik perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses menua. Lanjut usia merupakan tahapan dimana akan ada suatu proses perubahan yang secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 3 yaitu pra lansia, lansia, dan lansia resti. Pra lansia yaitu lansia yang berumur 45-59 tahun, lansia yaitu 60-69 tahun dan lansia resti lebih dari 70 tahun (Fatmah, 2010).

Masa lansia merupakan masa seseorang sudah mengalami penuaan dan mengalami proses perubahan fisik yang ditandai dengan perubahan pada fungsi fisiologi dan perubahan pada kesehatan. Perubahan fisik yang terjadi pada sistem kardiovaskuler akan mengakibatkan risiko penyakit degeneratif yang sering terjadi pada pra lansia meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik berpengaruh pada tekanan darah pada pra lansia, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik akan meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun dan tekanan darah diastolik terus meningkat sampai umur 55-60 tahun (Nugroho, 2000).

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan prevalensi tekanan darah tinggi meningkat dengan bertambahnya umur, terlihat mulai umur 45 tahun dengan prevalesi sebesar 35,6% dibandingkan dengan umur 35 tahun sebesar 24,8%. Prevalensi ini mengalami penurunan dari tahun 2007 yaitu untuk umur 45 tahun prevalensinya sebesar 42,4%. Tekanan darah tinggi mengalami penurunan, namun masih memerlukan perhatian yang khusus. Tekanan darah tinggi yang tidak segera diatasi akan menimbulkan faktor resiko berbagai jenis penyakit degeneratif (Riskesdas, 2013).

Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikendalikan antara lain asupan serat,asupan natrium dan aktivitas fisik. Perubahan gaya hidup yang santai dan kurang bergerak secara fisik dapat memberikan efek negatif pada kesehatan. Perubahan gaya hidup juga membawa perubahan dalam pola makan


(7)

3

menawarkan makanan-makanan yang mengandung tinggi natrium dan rendah serat lebih banyak disukai oleh masyarakat pada umumnya (Sulviana, 2008).

Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surakarta (2014),dilaporkan bahwa prevalensi penderita hipertensi terbanyak adalah Kecamatan Laweyan, yaitu 23,85%. Puskesmas Pajang merupakan salah satu puskesmas yang ada di kecamatan Laweyan. Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan di UPTD Puskesmas Pajang Surakarta pada bulan Januari 2016, didapatkan proporsi hipertensi sebesar 12,21% (UPTD Puskesmas Pajang, 2016). Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti akan meneliti tentang hubungan asupan serat, asupan natrium dan aktivitas fisik dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode

pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik

consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan, terpenuhi dengan jumlah sampel adalah 44 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2016. Data asupan serat dan asupan natrium diperoleh

dengan FFQ semiquantitative dan data aktivitas fisik diperoleh dari recall

aktivitas fisik. Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer. Hasil uji kenormalan data menggunakan kolmogorof smirnov, menunjukkan Hasil dari uji kenormalan data yaitu data asupan natrium, aktivitas fisik dan tekanan darah sistolik berdistribusi normal, sedangkan asupan serat dan tekanan darah diastolik berdistribusi tidak normal. Data yang berdistribusi normal menggunakan uji Pearson Product Moment, sedangkan data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji Rank Spearman.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum

Puskesmas Pajang merupakan salah satu dari 17 puskesmas yang berada di wilayah Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah. UPTD Puskesmas Pajang berlokasi dijalan Sidoluhur No. 29 Songgala RT 03/ IV Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Pajang 388,53 m² dengan total jumlah penduduk 42.793 jiwa. UPTD Puskesmas Pajang mempunyai visi dan misi sebagai tempat pelayanan kesehatan.

3.2 Karakteristik Subjek

3.2.1Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat JalanUPTD Puskesmas Pajang Surakarta dengan subjek usia 45-59 tahun yang memenuhi criteria inklusi. Jumlah subjek penelitian ini adalah 44 orang. Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat padaTabel 1.


(8)

4 Tabel 1

Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Subjek

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Perempuan 26 59,1

Laki-laki 18 40,9

Jumlah 44 100

Tabel 1 menunjukkan jenis kelamin subjek yang terbanyak yaitu perempuan sebesar 59,1%.

3.3 Analisis Univariat

3.3.1Distribusi Asupan Serat Subjek

Data asupan serat diperoleh berdasarkan wawancaran secara langsung

dengan subjek menggunakan form FFQ semi kuantitatif. Kebutuhan serat yang

dianjurkan bagi orang dewasa adalah 25-35 gram serat dalam sehari. Data distribusi subjek menurut asupan serat dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel2

Distribusi Karakteristik Asupan Serat Subjek

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 36 81,7

Cukup 8 18,3

Jumlah 44 100

Hasil data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi asupan serat subjek memiliki kategori kurang presentasenya lebih banyak dibandingkan dengan asupan serat dalam kategori cukup. Asupan serat dari 44 subjek yang memiliki kategori kurang sebesar81,7%, sedangkan kategori cukup sebesar 18,3%. Hasil ini sejalan dengan laporan hasil Riskesdas (2013), menunjukkan 93,6% masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat.

Asupan serat subjek pada penelitian ini paling banyak pada asupan yang kurang karena frekuensi subjek dalam mengkonsumsi serat rendah. Serat membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar. Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia, kontrol kolesterol darah dan membantu mengurangi terjadinya tekanan darah tinggi (Susmiati, 2007).

3.3.2Distribusi Asupan Natrium Subjek

Data asupan natrium diperoleh berdasarkan dari wawancara secara langsung dengan subjek dengan form FFQ semi kuantitatif. Data asupan normal menurut AKG (2013) yaitu umur 30-49 tahun 1300 mg dan 50-64 tahun 1500 mg. Data distribusi subjek menurut asupan natrium dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel3

Distribusi Karakteristik Asupan Natrium

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Cukup 19 43,2

Lebih 25 56,8


(9)

5

Hasil data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan natrium subjek dalam kategori lebih presentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan asupan natrium dalam kategori cukup. Asupan natrium dari 44 subjek ada 56,8% memiliki kategori asupan natrium lebih dibandingkan dengan subjek yang memiliki kategori asupan natrium cukup sebesar 43,2%.

Asupan natrium subjek pada penelitian ini paling banyak pada asupan yang berlebih karena frekuensi subjek dalam mengkonsumsi makanan asin setiap hari tinggi. Natrium adalah suatu kation utama dalam cairan ekstraseluler yang mempunyai jumlah kecil dalam cairan intaseluler. Natrium dalam makanan sehari-hari cukup yang diperlukan oleh tubuh. Natrium dibutuhkan untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu mengirimkan impuls saraf dan proses kontraksi dan relaksasi otot. Ginjal secara alami menjaga keseimbangan jumlah natrium didalam tubuh. Bila kadar natrium rendah, ginjal akan menahan pengeluarannya. Bila kadar natrium tinggi, ginjal kan mengeluarkan melalui urine. Ginjal yang mengalami masalah tertentu tidak dapat mengeluarkan natrium, maka natrium akan terakumulasi di dalam darah. Karena natrium bersifat menarik dan menahan air, volume darah akan meningkat. Peningkatan volume darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan lebih banyak darah ke pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini yang kan menyebabkan tekanan darah tinggi (Ahmad, 2011).

3.3.3Distribusi Aktivitas Fisik Subjek

Aktivitas fisik yang teratur mempunyai manfaat yang penting bagi kesehatan antara lain mengurangi risiko faktor penyakit degeneratif. Aktivitas fisik pada penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara dan pencatatan aktivitas fisik selama 7 hari berturut-turut. Perhitungan aktivitas fisik selama 7x24 jam dihitung dengan cara nilai PAR dikalikan alokasi waktu setiap aktivitas fisik dibagi 24 jam dan hasilnya dapat diketahui dalam kategori aktivitas fisik. Distribusi subjek menurut aktivitas fisikdapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Karakteristik Aktivitas Fisik

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Ringan 33 75,1

Sedang 11 24,9

Jumlah 44 100

Hasil data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi aktivitas fisik subjek penelitian sebagian besar subjek penelitian memiliki aktivitas fisik ringan sebesar75,1% dan subjek yang memiliki aktivitas sedang sebesar 24,9%.

Peran mekanisme kerja otot dalam melakukan aktivitas fisik sangatlah penting dalam mempengaruhi tekanan darah. Proses tersebut terjadi penurunan resistensi pembuluh darah perifer melalui dilatasi arteri pada otot bekerja. Besarnya penurunan resistensi tergantung pada beban dan aktivitas yang dilakukan. Semakin besar beban aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pula ketegangan otot dan tekanan pada pembuluh darah intramuskular. Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang lebih mementingkan dinamime dan daya tahan tubuh, seperti lari, renang dan bersepeda (Ridjab, 2007).


(10)

6

3.3.4Distribusi Tekanan Darah Subjek

Data tekanan darah subjek penelitian dilihat pada data rekam medik subjek penelitian setalah diukur oleh petugas kesehatan puskesmas. Pengukuran

tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis menggunakan alat

sphygmomanometer dan stethoscop. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan maka diperoleh distribusi tekanan darah subjek di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel5

Disribusi Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Tekanan darah sistolik Normal Prahipertensi

5 12

11,3 27,3

Hipertensi st 1 18 41

Hipertensi st 2 9 18,2

Jumlah 44 100

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Tekanan darah diastolik Normal 17 38,6

Hipertensi st 1 20 45,5

Hipertensi st 2 7 15,9

Jumlah 44 100

Hasil data pada Tabel 5 menunjukkan distribusi tekanan darah sistolik subjek sebagian besar yaitu dalam kategori hipertensi stadium 1 sebesar 41%. Tekanan darah diastolik subjek penelitian sebagian besar mengalami hipertensi stadium 1 sebesar 45,5%.

Tekanan darah sistolik dan diastolik merupakan indikator seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tidak. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat, sehingga diperlukan adanya penanggulangan yang baik dalam mengurangi kejadian hipertensi. pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah program gaya hidup sehat. Seseorang yang terdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan dalam mengurangi morbilitas dan mortalitas kardiovaskuler akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi (Yogiantoro, 2006).

3.4 Analisis Bivariat

3.4.1Hubnungan Asupan Serat dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan Semi Quantitative Food Frequency tentang

makanan yang mengandung sumber serat yang dikonsumsi oleh subjek, hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan asupan serat di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta dapat dilihat pada Tabel 6.


(11)

7 Tabel6

Hasil Uji Hubungan Asupan Serat dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Asupan serat 44 8 35 15,36 7,002

0,011* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,002* *UjiKorelasiRank Sperman

Hasil uji korelasi rank sperman antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,011 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil uji

korelasi rank sperman antara asupan serat dengan tekanan darah diastolik

didapatkan nilai p = 0,002 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryandari et al (2008),

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah tinggi, rata-rata tingkat asupan serat pasien kurang. Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam empedu lebih sedikit diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang di absorpsi dari hasil sisa empedu. Banyak kolesterol beredar dalam darah, maka akan semakin besar penumpukan lemak di pembuluh darah dan menghambat aliran darah yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Thompson,2011).

Serat berkaitan dengan pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi

terutama jenis serat kasar (crude fiber). Menurut laporan Riskesdas (2013),

menunjukkan 93,6% masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat. Penelitian yang dilakukan oleh Frilyan (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi buah dan sayur dalam satu hari dengan hipertensi, responden yang konsumsi buah dan sayurnya kurang (69,1%) terdiagnosis hipertensi (Frilyan, 2010).

3.4.2Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan Semi Quantitative Food Frequency tentang

makanan yang mengandung sumber natrium yang dikonsumsi oleh subjek, hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan asupan natrium subjek di Unit Rawat Jalan Puskesmas Pajang Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7

Hasil Uji Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Asupan

natrium 44 1500 6000 3081,82 992,594

0,046* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,034** *UjiKorelasi Pearson Product Moment


(12)

8

Hasil uji korelasi pearson product moment antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,046 (<0,05) yang berarti H0 ditolak.

Hasil uji korelasi rank sperman antara asupan natrium dengan tekanan darah

diastolik didapatkan nilai p = 0,034 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Hasil penelitian Anggara (2013), menyatakan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh seseorang yang asupan natriumnya sering sebesar 61,3% daripada seseorang yang asupan natriumnya tidak sering sebesar 9,1%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian Sugiharto (2007), menyatakan bahwa konsumsi makanan asin mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi, seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi makanan asin (Anggara, 2013).

Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan penting dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan asam-basa dan juga fungsi neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi nstirum di dalam cairan ekstrakseluler meningkat sehingga untuk menormalkan cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan peningkatan cairan ekstraseluler yang mengakibatkan meningkatnya volume darah dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007).

3.4.3Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan form recall aktivitas fisik, dari hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan aktivitas fisik subjek di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel8

Hasil Uji Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Aktivitas fisik 44 0,97 1,92 1,5059 0,26206

0,013* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,024** *UjiKorelasi Pearson Product Moment

**Uji Korelasi Rank Sperman

Hasil uji korelasi pearson product moment antara aktivitas fisik dengan

tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,013 (<0,05) yang berarti H0 ditolak.

Hasil uji korelasi rank sperman antara asktivitas fisik dengan tekanan darah

diastolik didapatkan nilai p = 0,024 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2011), yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah. Hasil penelitian Ridjab (2007), juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik


(13)

9

selama 30-60 menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita tekanan darah tinggi stadium I. Penurunan tekanan darah sistolik lebih nyata pada kelompok dengan durasi aktivitas fisik 61-90 menit per minggu (Ridjab, 2007).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutiarawati (2009), menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 (<0,05), yang berarti bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun. Seseorang dengan aktivitas fisik ringan memiliki peluang atau risiko menderita hipertensi 39,118 kali dibandingkan seseorang dengan aktivitas sedang (mutiarawati, 2009).

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

4.1 Ada hubungan asupan serat dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan

UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

4.2 Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan

UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

4.3 Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan

UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, NR. 2011. Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Dinamikamedia. Jakarta.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Anggara. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah Di

Pukesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Arif, D. Rusnoto. Hartinah, D. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Hipertensi pada Lansia Di Pusling Desa Klumping UPT Puskesmas Gribig Kab. Kudus. STIKES Muhammadiyah Kudus.

Ariyanti, N. 2005. Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah pada

Penderita Hipertensi Primer (Essensial) di Unit Rawat Jalan Badan Rumah Sakit Daerah Blora Kab. Blora. Skripsi.

Astawan, M. 2007. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan, [Serial Online]. Diakses : 29 Mei 2015. Http://www.depkes.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Laporan Riskesdas

Nasional tahun 2007 dan 2013. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Dauche. 2007. Dietery Patterns and Blood Pressure change over 5-y follow-up in the SU. VI MAX cohort. Am j Clin Nuth 85: 1650-6.


(14)

10

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta.

Frilyan. 2010. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Usia

Lanjut di Tangerang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Irza, S. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo

Tanjung Sumatra Barat. Fakultas Farmasi, USU.

Khomsan, A. 2008. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kokkinos, PF. 2009. Physical Activity in The Prevention and Management of

High Blood Pressure. Hellenic J Cardiol. 50 : 52-59.

Muliyati, H. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium Serta Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP DR. Wahidin Sudiro Husodo. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Mutiarawati, R. 2009. Hubungan Antara Riwayat Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 45-54 Tahun Study Di Wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang Tahun 2009. Abstrak. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Nugroho, H.W. 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Kedokteran EGC.

Jakarta.

Ridjab, DA. 2007. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Majalah

Kedokteran Atmajaya, Volume 4, Nomor 2.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Saraswati, NM. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Hipertensi pada Masyarkat Kelompok Usia 30 Tahun Keatas di Kelurahahn Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan

Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta.

Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan

Kadar Lipid Darah dan Tekanan Darah pada Penderita Jantung Koroner. Fakultas Pertanian, IPB.

Sugiarto, A. 2003. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat

(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Semarang : Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.


(15)

11

Suryandari, M. Nugraheni, S. A. Aruben, R. 2008. Pengendalian Faktor

Determinan Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi Di Tingkat Puskesmas. Universitas Diponegoro, Semarang.

Susmiati. 2007. Peran Serat Makanan Dari Aspek Pemeliharaan Kesehatan,

Pencegahan dan Terapi Penyakit. Majalah Kedokteran Andalas No 2. Vol 31.


(1)

3.3.4Distribusi Tekanan Darah Subjek

Data tekanan darah subjek penelitian dilihat pada data rekam medik subjek penelitian setalah diukur oleh petugas kesehatan puskesmas. Pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis menggunakan alat sphygmomanometer dan stethoscop. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan maka diperoleh distribusi tekanan darah subjek di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel5

Disribusi Karakteristik Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%) Tekanan darah sistolik Normal

Prahipertensi

5 12

11,3 27,3

Hipertensi st 1 18 41

Hipertensi st 2 9 18,2

Jumlah 44 100

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Tekanan darah diastolik Normal 17 38,6

Hipertensi st 1 20 45,5

Hipertensi st 2 7 15,9

Jumlah 44 100

Hasil data pada Tabel 5 menunjukkan distribusi tekanan darah sistolik subjek sebagian besar yaitu dalam kategori hipertensi stadium 1 sebesar 41%. Tekanan darah diastolik subjek penelitian sebagian besar mengalami hipertensi stadium 1 sebesar 45,5%.

Tekanan darah sistolik dan diastolik merupakan indikator seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tidak. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat, sehingga diperlukan adanya penanggulangan yang baik dalam mengurangi kejadian hipertensi. pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah program gaya hidup sehat. Seseorang yang terdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan dalam mengurangi morbilitas dan mortalitas kardiovaskuler akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi (Yogiantoro, 2006).

3.4 Analisis Bivariat

3.4.1Hubnungan Asupan Serat dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan Semi Quantitative Food Frequency tentang makanan yang mengandung sumber serat yang dikonsumsi oleh subjek, hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan asupan serat di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta dapat dilihat pada Tabel 6.


(2)

Tabel6

Hasil Uji Hubungan Asupan Serat dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Asupan serat 44 8 35 15,36 7,002

0,011* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,002* *UjiKorelasiRank Sperman

Hasil uji korelasi rank sperman antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,011 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil uji korelasi rank sperman antara asupan serat dengan tekanan darah diastolik didapatkan nilai p = 0,002 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryandari et al (2008), menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan tekanan darah tinggi, rata-rata tingkat asupan serat pasien kurang. Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam empedu lebih sedikit diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang di absorpsi dari hasil sisa empedu. Banyak kolesterol beredar dalam darah, maka akan semakin besar penumpukan lemak di pembuluh darah dan menghambat aliran darah yang berdampak pada peningkatan tekanan darah (Thompson,2011).

Serat berkaitan dengan pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi terutama jenis serat kasar (crude fiber). Menurut laporan Riskesdas (2013), menunjukkan 93,6% masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi serat. Penelitian yang dilakukan oleh Frilyan (2010), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi buah dan sayur dalam satu hari dengan hipertensi, responden yang konsumsi buah dan sayurnya kurang (69,1%) terdiagnosis hipertensi (Frilyan, 2010).

3.4.2Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan Semi Quantitative Food Frequency tentang makanan yang mengandung sumber natrium yang dikonsumsi oleh subjek, hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan asupan natrium subjek di Unit Rawat Jalan Puskesmas Pajang Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7

Hasil Uji Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Asupan

natrium 44 1500 6000 3081,82 992,594

0,046* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,034** *UjiKorelasi Pearson Product Moment


(3)

Hasil uji korelasi pearson product moment antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,046 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil uji korelasi rank sperman antara asupan natrium dengan tekanan darah diastolik didapatkan nilai p = 0,034 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Hasil penelitian Anggara (2013), menyatakan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak diderita oleh seseorang yang asupan natriumnya sering sebesar 61,3% daripada seseorang yang asupan natriumnya tidak sering sebesar 9,1%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian Sugiharto (2007), menyatakan bahwa konsumsi makanan asin mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi, seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi makanan asin (Anggara, 2013).

Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler yang berperan penting dalam mempertahankan volume plasma dan ekstraseluler, keseimbangan asam-basa dan juga fungsi neuromuskular. Asupan tinggi natrium dapat menyebabkan konsentrasi nstirum di dalam cairan ekstrakseluler meningkat sehingga untuk menormalkan cairan intraseluler ditarik keluar dan mengakibatkan peningkatan cairan ekstraseluler yang mengakibatkan meningkatnya volume darah dan berdampak pada peningkatan tekanan darah (Astawan, 2007).

3.4.3Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah

Penelitian ini menggunakan form recall aktivitas fisik, dari hasil analisis hubungan tekanan darah berdasarkan aktivitas fisik subjek di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel8

Hasil Uji Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah

Variabel N Minimal Maksimal Mean SD p

Aktivitas fisik 44 0,97 1,92 1,5059 0,26206

0,013* Tekanan darah

sistolik 44 100 180 140,91 21,111

Tekanan darah

diastolik 44 70 100 86,36 9,173

0,024** *UjiKorelasi Pearson Product Moment

**Uji Korelasi Rank Sperman

Hasil uji korelasi pearson product moment antara aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,013 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil uji korelasi rank sperman antara asktivitas fisik dengan tekanan darah diastolik didapatkan nilai p = 0,024 (<0,05) yang berarti H0 ditolak. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2011), yang menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah. Hasil penelitian Ridjab (2007), juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik


(4)

selama 30-60 menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita tekanan darah tinggi stadium I. Penurunan tekanan darah sistolik lebih nyata pada kelompok dengan durasi aktivitas fisik 61-90 menit per minggu (Ridjab, 2007).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutiarawati (2009), menunjukkan bahwa nilai p = 0,001 (<0,05), yang berarti bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun. Seseorang dengan aktivitas fisik ringan memiliki peluang atau risiko menderita hipertensi 39,118 kali dibandingkan seseorang dengan aktivitas sedang (mutiarawati, 2009).

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

4.1 Ada hubungan asupan serat dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

4.2 Ada hubungan asupan natrium dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

4.3 Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, NR. 2011. Cara Mudah Mencegah Mengobati Asam Urat dan Hipertensi, Dinamikamedia. Jakarta.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anggara. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah Di Pukesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Arif, D. Rusnoto. Hartinah, D. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Di Pusling Desa Klumping UPT Puskesmas Gribig Kab. Kudus. STIKES Muhammadiyah Kudus.

Ariyanti, N. 2005. Hubungan Asupan Natrium dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer (Essensial) di Unit Rawat Jalan Badan Rumah Sakit Daerah Blora Kab. Blora. Skripsi.

Astawan, M. 2007. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan, [Serial Online]. Diakses : 29 Mei 2015. Http://www.depkes.go.id.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Laporan Riskesdas Nasional tahun 2007 dan 2013. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Dauche. 2007. Dietery Patterns and Blood Pressure change over 5-y follow-up in the SU. VI MAX cohort. Am j Clin Nuth 85: 1650-6.


(5)

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta.

Frilyan. 2010. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Usia Lanjut di Tangerang. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Irza, S. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatra Barat. Fakultas Farmasi, USU.

Khomsan, A. 2008. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Kokkinos, PF. 2009. Physical Activity in The Prevention and Management of High Blood Pressure. Hellenic J Cardiol. 50 : 52-59.

Muliyati, H. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium Serta Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP DR. Wahidin Sudiro Husodo. Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Mutiarawati, R. 2009. Hubungan Antara Riwayat Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 45-54 Tahun Study Di Wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang Tahun 2009. Abstrak. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Nugroho, H.W. 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Kedokteran EGC. Jakarta.

Ridjab, DA. 2007. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Atmajaya, Volume 4, Nomor 2.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Saraswati, NM. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarkat Kelompok Usia 30 Tahun Keatas di Kelurahahn Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta.

Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kadar Lipid Darah dan Tekanan Darah pada Penderita Jantung Koroner. Fakultas Pertanian, IPB.

Sugiarto, A. 2003. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). Semarang : Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.


(6)

Suryandari, M. Nugraheni, S. A. Aruben, R. 2008. Pengendalian Faktor Determinan Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi Di Tingkat Puskesmas. Universitas Diponegoro, Semarang.

Susmiati. 2007. Peran Serat Makanan Dari Aspek Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan dan Terapi Penyakit. Majalah Kedokteran Andalas No 2. Vol 31.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN SONDAKAN SURAKARTA Hubungan Asupan Lemak Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Sondakan Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI KELURAHAN SONDAKAN SURAKARTA Hubungan Asupan Lemak Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Sondakan Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Lemak Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Sondakan Surakarta.

0 5 5

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, ASUPAN NATRIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA WANITA PRALANSIA Hubungan Asupan Lemak, Asupan Natrium Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Sistolik Pada Wanita Pralansia Di Pos Kesehatan Lansia Kelurahan Bojongba

1 5 16

SKRIPSI Hubungan Asupan Serat, Asupan Natrium Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 19

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Serat, Asupan Natrium Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Asupan Serat, Asupan Natrium Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Di Unit Rawat Jalan UPTD Puskesmas Pajang Surakarta.

0 3 5

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 19

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Asupan Magnesium Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi D

0 4 18

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN ASUPAN NATRIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN Hubungan Tingkat Stres Dan Asupan Natrium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.

0 1 19