Gambaran Status Gizi Anak Usia 6 - 12 Tahun di SD "X" Kota Bandung dan SD "Y" Kota Medan Dilihat dari Tinggi Badan dan Berat Badan Tahun 2015.
iv ABSTRAK
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 –12 TAHUN DI SD “X”
KOTA BANDUNG DAN SD “Y” KOTA MEDAN DILIHAT DARI TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN TAHUN 2015
Priscillia Claudia, 2015
Pembimbing 1 : Grace Puspasari, dr., M.Gizi Pembimbing 2 : July Ivone, dr., MKK, MPd Ked
Latar belakang : Masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi di Indonesia saat ini adalah beban ganda masalah gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Status gizi anak usia sekolah (6 – 12 tahun) sangat penting diketahui karena pada usia ini anak berada pada masa petumbuhan yang sangat cepat dan aktif, sehingga status gizi akan sangat mempengaruhi pola pertumbuhan.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran status gizi anak usia sekolah di Kota Bandung dan Kota Medan.
Metode penelitian : Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan metode cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 524 anak usia 6 – 12 tahun siswa –siswi SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” kota Medan. Teknik sampling dilakukan secara whole sampling. Data yang diukur adalah tinggi badan dan berat sampel, lalu diukur IMT (Indeks Massa Tubuh) nya dan ditentuka status gizinya dengan menggunakan z-score.
Hasil : Status gizi terbanyak di kedua SD adalah status gizi normal sebanyak 65,99% di SD “X” Kota Bandung dan 63,43% di SD “Y” Kota Medan. Status gizi lebih di kedua SD meningkat setelah memasuki usia pubertas dan status gizi kurang menurun setelah memasuki usia pubertas.
Simpulan : Gambaran status gizi terbanyak adalah status gizi normal. Dilihat dari perbandingan kedua SD, anak – anak dengan status gizi kurang lebih banyak ditemukan di Kota Bandung dan anak – anak dengan status gizi lebih cenderung lebih banyak di Kota Medan.
Kata kunci : status gizi, z-score, obese, overweight, berisiko gizi lebih, kurus, sangat kurus
(2)
v ABSTRACT
REPRESENTATION OF NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN AGED 6 –12 YEARS OLD IN “X” ELEMENTARY SCHOOL BANDUNG AND “Y”
ELEMENTARY SCHOOL MEDAN COMPREHENDED FROM THE COMPARISON OF HEIGHT AND WEIGHT IN THE YEAR OF 2015 Priscillia Claudia, 2015
1st tutor : Grace Puspasari, dr., M.Gizi 2nd tutor : July Ivone, dr., MKK, MPd Ked
Background : Nowadays, Indonesia is facing a complex nutritional problem in which undernutrition and overnutrition problems are left undone. Nutritional status in school-aged children (6 – 12 years old) is very important due to the fact that children in this age are actively growing and nutrition can affect their growth pattern profoundly.
Aim : the primary goal of this research is to identify nutritional status in school-aged children in Bandung and Medan.
Research Method : The design used in this research was descriptive,using the method of cross-sectional survey. Sample used was children aged 6 – 12 years old, students of “X” elementary school Bandung and “Y” elementary school Medan taken by whole sampling method. The height and weight of each student were measured then the nutritional status was determined using Z-score deviation standard.
Result : Normal nutritional status was the one achieving utmost level in both school, measured 65.99% in “X” Elementary School and 63.43% in “Y” Elementary School . Amount of children with obesity, overweight, and possible rate of overweight upsurged in the after-puberty-group age and those with underweight problems lessen along with their entering puberty age.
Conclusion : most of the nutritional statuses are normal. If both schools are compared, children with underweight were found more in Bandung while those with overweight were found more in Medan.
Keywords : nutritional status, z-score, obese, overweight, possible rate of overweight, wasted, severely wasted
(3)
viii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 2
1.3Maksud Dan Tujuan ... 2
1.3.1 Maksud ... 2
1.3.2 Tujuan ... 2
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Kegunaan Akademis ... 3
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 3
1.5Landasan Teori ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Gizi Kesehatan Masyarakat ... 5
2.2Faktor – faktor Penyebab Masalah Gizi ... 6
2.3Kelainan Gizi ... 8
2.3.1 Gizi Lebih... 8
2.3.2 Gizi Kurang ... 8
(4)
ix
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1Alat / Bahan Yang Digunakan ... 15
3.2Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 15
3.3Prosedur Penelitian... 15
3.4Rancangan Penelitian yang Dipilh ... 15
3.5Prosedur Pengambilan / Pemilihan Sampel dan Unit Analisis ... 16
3.6Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 16
3.6.1 Prosedur Pengukuran Berat Badan... 16
3.6.2 Prosedur Pengukuran Tinggi Badan... 17
3.7Definisi Operasional... 18
3.8Pengolahan dan Analisis Data ... 19
3.9Aspek Etik Penelitian ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 20
BAB V 6.1Simpulan ... 24
6.2Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 26
LAMPIRAN ... 28
(5)
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Gambaran Status Gizi Anak di SD “X” Kota Bandung ... 20 4.2 Gambaran Status Gizi Anak Di SD “Y” Kota Medan ... 22
(6)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Faktor – faktor Penyebab Masalah Gizi ... 7 2.2 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Index BB/U, TB/U,
(7)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data TB dan BB anak SD “X” Kota Bandung ... 28
Lampiran 2 Data TB dan BB anak SD “Y” Kota Medan ... 37
Lampiran 3 Alat – alat pengukuran ... 45
Lampiran 3 Informed Consent Form... 46
(8)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Fenomena beban ganda adalah suatu keadaan saat masalah gizi buruk dan gizi kurang belum terselesaikan, prevalensi gizi lebih justru ikut meningkat bahkan hampir menyamai jumlah anak gizi kurang dan gizi buruk.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, sebanyak 11,2 persen dari anak usia 6 – 12 tahun mengalami masalah gizi kurang, sedangkan 18,8 persen mengalami masalah gizi berlebih. Dari penelitian yang dilakukan oleh dr.Widodo Judarwanto yang dilakukan pada 254 anak SD di Ibukota dengan usia 6 – 12 tahun (2000), didapatkan bahwa 27,5 persen anak-anak usia SD mengalami obesitas (Riskesdas, 2013).
Gizi kurang pada anak usia sekolah dapat mempengaruhi kesehatan, kebugaran, dan daya tangkap anak pada saat sekolah. Jika dibiarkan akan berkontribusi terhadap menurunnya prestasi belajar anak. Salah satu penyebab malnutrisi pada anak adalah kurangnya asupan energi dan protein (Yoga Devaera, 2010). Sedangkan masalah gizi lebih seringkali disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat menengah ke atas dan juga kurangnya pengetahuan tentang gizi pada lapisan masyarakat menengah ke bawah (Azrul,2004). Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Tingkat pendidikan orang tua juga dapat mempengaruhi pola asuh dan akhirnya akan mempengaruhi status gizi anak. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2013, tingkat pendidikan di kota Medan lebih tinggi daripada di kota Bandung, dan hal ini akan berhubungan dengan status gizi anak di kedua kota ini (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013).
(9)
2
Status gizi anak usia sekolah (6 – 12 tahun) sangat penting karena pada usia ini anak berada pada masa petumbuhan yang sangat cepat dan aktif, sehingga status gizi akan sangat mempengaruhi pola pertumbuhan anak yang dapat dilihat dari pertumbuhan fisik yang terarah. Data tentang gambaran status gizi pada anak usia sekolah di Indonesia masih sedikit diketahui, oleh karena itu peneliti ingin meneliti status gizi anak usia sekolah (6 – 12 tahun) di kota Bandung dan kota Medan, karena diduga adanya pengaruh perbedaan tingkat pendidikan orang tua dan pola makan di kedua kota tersebut terhadap status gizi anak usia sekolah.
1.2Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD X Kota Bandung berdasarkan status gizi terbanyak.
2. Bagaimana gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD Y Kota Medan berdasarkan status gizi terbanyak.
3. Bagaimana gambaran status gizi anak di SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” Kota Medan berdasarkan kelompok usia sebelum pubertas dan sesudah pubertas.
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi anak usia sekolah di Kota Bandung dan Kota Medan.
(10)
3 1.3.2 Tujuan
1. Mengetahui gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD X Kota Bandung berdasarkan status gizi terbanyak.
2. Mengetahui gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD Y Kota Medan berdasarkan status gizi terbanyak.
3. Mengetahui gambaran status gizi anak di SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” Kota Medan berdasarkan kelompok usia sebelum pubertas dan sesudah pubertas.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Menambah pengetahuan tentang gizi kurang dan gizi lebih.
2. Menambah wawasan mengenai gambaran kondisi status gizi anak usia 6 – 12 tahun di Kota Bandung dan di Kota Medan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Sebagai masukan untuk pihak yang bersangkutan dalam upaya pencegahan dan perbaikan gizi khususnya di Bandung dan Medan
2. Sebagai masukan untuk orang tua dalam upaya memperhatikan asupan gizi anak usia sekolah.
1.5Landasan Teori
Status gizi adalah keadaan fisik yang ditentukan dengan adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi dan dinilai melalui variabel-variabel tertentu yaitu indikator status gizi. (Linder, 2006). Status gizi lebih terjadi bila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebihan, sedangkan
(11)
4
status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi (Soekirman, 2010).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Indeks antropometri yang digunakan adalah umur, berat badan, dan tinggi badan (Depkes RI, 2013).
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al, 2008).
Faktor penyebab terjadinya gizi lebih antara lain kelebihan energi, kurang gerak, kemajuan ekonomi, kurang pengetahuan akan gizi seimbang, aktivitas fisik yang rendah, dan stress yang berlebih. Sedangkan akibat dari kelebihan gizi dapat bermanifestasi sebagai obesitas, penyakit-penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner) dan usia harapan hidup yang semakin menurun (Gibney et al , 2008).
Menurut Moehji, S (2003), gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, menjelaskan bahwa gizi kurang disebabkan karena adanya kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan kurangnya keterampilan sebagai pokok masalah. Pokok masalah tersebut mengakibatkan perhatian terhadap kesehatan menjadi kurang dan makanan memadai di rumah tidak tersedia, sehingga mengakibatkan terjadinya penyakit infeksi dan kurangnya asupan makanan sebagai penyebab langsung gizi kurang.
(12)
24 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Gambaran status gizi anak usia 6–12 tahun di SD X Kota Bandung berdasarkan status gizi terbanyak adalah normal dengan persentase 65,99 %.
2. Gambaran status gizi anak usia 6–12 tahun di SD Y Kota Medan berdasarkan status gizi terbanyak adalah normal dengan persentase 63,43 %.
3. Gambaran status gizi anak di SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” Kota Medan berdasarkan kelompok usia sebelum pubertas dan sesudah pubertas menunjukkan bahwa bahwa jumlah anak dengan status gizi obesitas, overweight dan berisiko gizi lebih meningkat pada kelompok usia setelah pubertas. Sebaliknya jumlah anak dengan status gizi kurus dan sangat kurus di kedua SD tersebut mengalami penurunan setelah memasuki masa pubertas.
5.2 Saran
1. Diperlukan upaya perbaikan gizi di Kota Bandung karena masih terdapat sejumlah anak usia 6 – 12 tahun yang mengalami gizi kurang, misalnya melalui pemberian makanan tambahan.
2. Diperlukan edukasi kepada para orang tua tentang asupan makanan yang baik untuk anak-anak terutama pada usia sekolah dengan harapan agar anak-anak pada usia ini memiliki berat badan ideal yang akan mengacu pada status gizi yang lebih baik karena pada usia ini anak-anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal pemilihan makanan.
(13)
25
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis di kota-kota lain di Indonesia agar hasil yang didapatkan lebih dapat menggambarkan status gizi anak di Indonesia.
(14)
26
DAFTAR PUSTAKA
Aman Bhakti Pulungan, D. L. (2014, November 25). Growth Spurt. Diambil kembali dari Pediatric, Growth, and Diabetes Centre: http://www.a-pediatric.com/growth-spurt-pada-bayi/
Azrul, A. (2004). Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementrian kesehatan RI.
BPS. (2013). Laporan Badan Pusat statistik Indonesia 2013. Jakarta: Bappenas. Depkes. (2007). Riset kesehatan dasar 2007 : prosedur pengukuran berat badan
dan tinggi badan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. (2012). Profil kesehatan provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2012, hal. 5.
Depkes RI. (2012, September). Profil kesehatan provinsi Sumatra Utara. Profil kesehatan provinsi Sumatra Utara tahun 2012, hal. 5, 18.
Devaera, Y. (2010). Rekomendasi IDAI : Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta: IDAI. Gibney, M. J. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Jahari, A. B. (2012). Anthropometry as the Nutritional Status Indicator. AGRIS. KemenkesRI. (2014). Profil kesehatan indonesia 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Linder. (2006). Nutritional biochemistry and metabolism : Nutrition and metabolism of the trace elements. New york: Elseint.
Manary, M. J., & Solomons, N. W. (2008). Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi Kurang. Dalam M. J. Gibney, Public Health Nutrition (hal. 216). Jakarta: EGC.
Margetts, B. M. (2008). Tinjauan Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Moehji, S. (2003). Ilmu gizi 2 : Penanggulangan gizi buruk. Jakarta: Papas Sinar
Siranti.
(15)
27
Muliadi. (2010). Peranan gizi yang berkualitas dalam mencegah malnutrisi pada anak sekolah dasar. Jurnal Samudra Ilmu, 356-8.
Patterson, R. E. (2008). Pengkajian Status Gizi pada Perorangan dan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Persagi. (2010). Visi dan misi mencapai Indonesia sehat tahun 2010. Jakarta: Persagi.org.
Rosegrant, M. W. (2013, February 11). The international Food Policy Research Institute.
Samhadi, S. H. (2006). Malnutrisi, keteledoran sebuah bangsa. Dipetik December 12, 2014, dari
http://www.kompas.com./kompas-cetak/0610/07/Fokus/3006750.htm
Seidell, J. C., & Visscher, T. L. (2008). Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi Lebih. Dalam M. J. Gibney, Public Health Nutrition (hal. 203). Jakarta: EGC.
Soekirman. (2010). Ilmu gizi dan aplikasinya : untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suharjo. (2006). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. Supriasa, I. D. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
The Raising Children Institute. (20111). Growth Spurt in Adolescent : Signs and Symptoms. The Raising Children Institute Autralia.
Works, N. (2007). School-age children : Their nutrition and health. Dipetik January 12, 2015, dari http://schoolsandhealth.org/download-docs/SHN-pamphlet-FINAL.pdf
(1)
3 1.3.2 Tujuan
1. Mengetahui gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD X Kota Bandung berdasarkan status gizi terbanyak.
2. Mengetahui gambaran status gizi anak usia 6 – 12 tahun di SD Y Kota Medan berdasarkan status gizi terbanyak.
3. Mengetahui gambaran status gizi anak di SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” Kota Medan berdasarkan kelompok usia sebelum pubertas dan sesudah pubertas.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Menambah pengetahuan tentang gizi kurang dan gizi lebih.
2. Menambah wawasan mengenai gambaran kondisi status gizi anak usia 6 – 12 tahun di Kota Bandung dan di Kota Medan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Sebagai masukan untuk pihak yang bersangkutan dalam upaya pencegahan dan perbaikan gizi khususnya di Bandung dan Medan
2. Sebagai masukan untuk orang tua dalam upaya memperhatikan asupan gizi anak usia sekolah.
1.5Landasan Teori
Status gizi adalah keadaan fisik yang ditentukan dengan adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi dan dinilai melalui variabel-variabel tertentu yaitu indikator status gizi. (Linder, 2006). Status gizi lebih terjadi bila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebihan, sedangkan
(2)
4
status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi (Soekirman, 2010).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Indeks antropometri yang digunakan adalah umur, berat badan, dan tinggi badan (Depkes RI, 2013).
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney et al, 2008).
Faktor penyebab terjadinya gizi lebih antara lain kelebihan energi, kurang gerak, kemajuan ekonomi, kurang pengetahuan akan gizi seimbang, aktivitas fisik yang rendah, dan stress yang berlebih. Sedangkan akibat dari kelebihan gizi dapat bermanifestasi sebagai obesitas, penyakit-penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner) dan usia harapan hidup yang semakin menurun (Gibney et al , 2008).
Menurut Moehji, S (2003), gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, menjelaskan bahwa gizi kurang disebabkan karena adanya kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan kurangnya keterampilan sebagai pokok masalah. Pokok masalah tersebut mengakibatkan perhatian terhadap kesehatan menjadi kurang dan makanan memadai di rumah tidak tersedia, sehingga mengakibatkan terjadinya penyakit infeksi dan kurangnya asupan makanan sebagai penyebab langsung gizi kurang.
(3)
24 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Gambaran status gizi anak usia 6–12 tahun di SD X Kota Bandung berdasarkan status gizi terbanyak adalah normal dengan persentase 65,99 %.
2. Gambaran status gizi anak usia 6–12 tahun di SD Y Kota Medan berdasarkan status gizi terbanyak adalah normal dengan persentase 63,43 %.
3. Gambaran status gizi anak di SD “X” Kota Bandung dan SD “Y” Kota Medan berdasarkan kelompok usia sebelum pubertas dan sesudah pubertas menunjukkan bahwa bahwa jumlah anak dengan status gizi obesitas, overweight dan berisiko gizi lebih meningkat pada kelompok usia setelah pubertas. Sebaliknya jumlah anak dengan status gizi kurus dan sangat kurus di kedua SD tersebut mengalami penurunan setelah memasuki masa pubertas.
5.2 Saran
1. Diperlukan upaya perbaikan gizi di Kota Bandung karena masih terdapat sejumlah anak usia 6 – 12 tahun yang mengalami gizi kurang, misalnya melalui pemberian makanan tambahan.
2. Diperlukan edukasi kepada para orang tua tentang asupan makanan yang baik untuk anak-anak terutama pada usia sekolah dengan harapan agar anak-anak pada usia ini memiliki berat badan ideal yang akan mengacu pada status gizi yang lebih baik karena pada usia ini anak-anak lebih bergantung pada orang tua dalam hal pemilihan makanan.
(4)
25
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis di kota-kota lain di Indonesia agar hasil yang didapatkan lebih dapat menggambarkan status gizi anak di Indonesia.
(5)
26
DAFTAR PUSTAKA
Aman Bhakti Pulungan, D. L. (2014, November 25). Growth Spurt. Diambil kembali dari Pediatric, Growth, and Diabetes Centre: http://www.a-pediatric.com/growth-spurt-pada-bayi/
Azrul, A. (2004). Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementrian kesehatan RI.
BPS. (2013). Laporan Badan Pusat statistik Indonesia 2013. Jakarta: Bappenas. Depkes. (2007). Riset kesehatan dasar 2007 : prosedur pengukuran berat badan
dan tinggi badan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. (2012). Profil kesehatan provinsi Jawa Barat. Profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2012, hal. 5.
Depkes RI. (2012, September). Profil kesehatan provinsi Sumatra Utara. Profil kesehatan provinsi Sumatra Utara tahun 2012, hal. 5, 18.
Devaera, Y. (2010). Rekomendasi IDAI : Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta: IDAI. Gibney, M. J. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Jahari, A. B. (2012). Anthropometry as the Nutritional Status Indicator. AGRIS. KemenkesRI. (2014). Profil kesehatan indonesia 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Linder. (2006). Nutritional biochemistry and metabolism : Nutrition and metabolism of the trace elements. New york: Elseint.
Manary, M. J., & Solomons, N. W. (2008). Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi Kurang. Dalam M. J. Gibney, Public Health Nutrition (hal. 216). Jakarta: EGC.
Margetts, B. M. (2008). Tinjauan Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Moehji, S. (2003). Ilmu gizi 2 : Penanggulangan gizi buruk. Jakarta: Papas Sinar
Siranti.
(6)
27
Muliadi. (2010). Peranan gizi yang berkualitas dalam mencegah malnutrisi pada anak sekolah dasar. Jurnal Samudra Ilmu, 356-8.
Patterson, R. E. (2008). Pengkajian Status Gizi pada Perorangan dan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Persagi. (2010). Visi dan misi mencapai Indonesia sehat tahun 2010. Jakarta: Persagi.org.
Rosegrant, M. W. (2013, February 11). The international Food Policy Research Institute.
Samhadi, S. H. (2006). Malnutrisi, keteledoran sebuah bangsa. Dipetik December 12, 2014, dari
http://www.kompas.com./kompas-cetak/0610/07/Fokus/3006750.htm
Seidell, J. C., & Visscher, T. L. (2008). Aspek Kesehatan Masyarakat pada Gizi Lebih. Dalam M. J. Gibney, Public Health Nutrition (hal. 203). Jakarta: EGC.
Soekirman. (2010). Ilmu gizi dan aplikasinya : untuk keluarga dan masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suharjo. (2006). Gizi dan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. Supriasa, I. D. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
The Raising Children Institute. (20111). Growth Spurt in Adolescent : Signs and Symptoms. The Raising Children Institute Autralia.
Works, N. (2007). School-age children : Their nutrition and health. Dipetik January 12, 2015, dari http://schoolsandhealth.org/download-docs/SHN-pamphlet-FINAL.pdf