Perbedaan Berat Dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dan Diberi Mp-Asi Di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli

(1)

PERBEDAAN BERAT DAN PANJANG BADAN BAYI

USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN

DIBERI MP-ASI DI PUSKESMAS MEDAN DELI

KECAMATAN MEDAN DELI

SKRIPSI

Oleh

Mei Rianita E. Sinaga 071101049

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Diberi MP-ASI di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli“. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan ide-ide pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji I, Ibu Nur Asiah, S.Kep,Ns, selaku dosen penguji II yang telah dengan teliti memberi masukan untuk penyusunan skripsi ini dan Ibu Wardiyah Daulay S.Kep, M.Kep selaku


(4)

dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli/staf yang bersedia memberikan izin dan membantu peneliti dalam pengumpulan data.

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Alm. Bapak B.Sinaga dan Alm.Mama M.Tampubolon. Walaupun engkau telah bersamaNya, tapi anak mu ini akan selalu membuat engkau berbangga hati, hatami oloanku do I, untuk doa dan semangat adik-adikku (Bambang, Evelin, Joshua Sinaga) yang kalian berikan buatku, serta keluarga besar yang banyak mendukung dalam hal moral maupun material (opung, tulang, tante, bapauda, namboru), khususnya tulang Yanti dan nantulang serta bapauda Yoland, yang mambantu kelancaran penulisan skripsi ini. 7. Teristimewa buat Benget Nainggolan yang selalu ada mengajariku untuk

tersenyum dan memberi dukungan doa, perhatian, kasih sayangnya yang tulus. 8. Terima kasih juga untuk kelompok kecil ku “Ekklesia” (K’Grace, Waslifour,

Wahyu, Rivo, Etha) atas kasih, doa, dukungan, semangat, yang kalian beri untukku terkhusus dalam pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan FKep USU khususnya stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini, khususnya sahabatku Tirolyn Panjaitan dan Wanda atas semua dukungan doa dan semangatnya dan Anya yang menjadi teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi.


(5)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Lembar Persetujuan ... i

Prakata ... . ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

1. Konsep Bayi dan Pertumbuhan Bayi ... 6

1.1 Bayi ... 6

1.2 Pertumbuhan Bayi ... 6

1.3 Ciri-ciri Pertumbuhan ... 7

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ... 8

1.4.1 Faktor Eksternal... 8

1.4.2 Faktor Internal ... 8

1.5 Parameter Pertumbuhan Bayi ... 8

1.5.1 Berat Badan...9

1.5.2 Panjang Badan...11

2. Konsep ASI dan ASI Eksklusif ... 13

2.1 Pengertian ... 13

2.2 Manfaat ASI Eksklusif ... 13

2.3 Klasifikasi ASI ... 15

2.4 Komposisi ASI ... 17

3. Konsep MP-ASI ... 19

3.1 Pengertian ... 19

3.2 Pola Pemberian MP-ASI ... 21

3.3 Jenis-jenis MP-ASI ... 22

3.4 Jadwal Pemberian MP-ASI ... 23

3.5 Perbedaan ASI dengan MP-ASI ... 24

3.6 Risiko Pemberian MP-ASI terlalu Dini ... 25

3.6.1 Risiko Jangka Pendek ... 26


(7)

Bab 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28

1. Kerangka Konseptual ... 28

2. Hipotesis Penelitian ... 29

3. Defenisi Operasional ... 29

Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 30

1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi Penelitian ... 30

3. Sampel Penelitian ... 30

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

5. Pertimbangan Etik ... 32

6. Instrumen Penelitian ... 33

7. Metode Pengumpulan Data ... 34

8. Analisa Data ... 35

Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

1. Hasil Penelitian ... 37

1.1 Data Umum ... 37

1.2 Data Khusus... 40

2. Pembahasan ... 49

2.1 Karakteristik Orangtua ... 49

2.2 Karakteristik Bayi ... 53

2.3 Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI ... 54

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... .60

2.1 Bagi Penelitian Keperawatan ... 60

2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN 1. Lembar Persetujuan Responden ... 65

2. Jadwal Penelitian ... 66

3. Taksasi Dana Penelitian ... 67

4. Instrumen Penelitian ... 68

5. Daftar Riwayat Hidup... 70

6. Hasil Penelitian ... 71 7. Surat Izin Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Pembagian Status Gizi berdasarkan Berat Badan ... 10 Tabel 2.2 Rujukan BB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut WHO-NCHS ... 10 Tabel 2.3 Rujukan BB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS ... 11 Tabel 2.4 Pembagian Status Gizi berdasarkan Panjang Badan ... 12 Tabel 2.5 Rujukan TB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS ... 12 Tabel 2.6 Rujukan TB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS ... 13 Tabel 2.7 Perbedaan Kadar Gizi yang Dihasilkan Kolostrum, ASI Transisi, ASI Mature ... 19 Tabel 2.8 Pola Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak ... 21 Tabel 2.9 Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi ... 24 Tabel 3.1 Defenisi Operasional “Perbedaan Berat dan Panjang Badan

Bayi 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Diberi MP-ASI ... 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik Orangtua di

Puskesmas Medan Kecamatan Medan Deli ... 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif di

Puskesmas Medan Kecamatan Medan Deli ... 39 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Bayi yang Mendapatkan MP-ASI di

Puskesmas Medan Kecamatan Medan Deli ... 39 Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif

dan MP-ASI ... 41 Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berat Badan Bayi 0-6 Bulan yang Diberi

ASI Eksklusif dan MP-ASI dengan Independent Sample t-test ... 43 Tabel 5.6 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi

1 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI ... 44 Tabel 5.7 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi

2 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI ... 45 Tabel 5.8 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi

3 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI ... 46 Tabel 5.9 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi

4 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI ... 46 Tabel 5.10 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi

5 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI ... 47 Tabel 5.11 Hasil Penelitian Independent Sample t-test Berat Badan Bayi


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka Konseptual Perbedaan Berat dan Panjang Badan


(10)

Judul : Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Diberi MP-ASI di

Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Nama Mahasiswa : Mei Rianita E. Sinaga

NIM : 071101049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2010/2011

ABSTRAK

Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis. Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh secara optimal dengan mengandalkan ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya atau disebut ASI Eksklusif. Namun kenyataanya, sebelum usia 6 bulan, banyak bayi yang sudah diberi MP-ASI. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan berat dan panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan yang diberi MP-ASI di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli. Penelitian termasuk penelitian komparatif dengan metode pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling. Sampel penelitian adalah bayi berusia 6-12 bulan yang yang memiliki

riwayat mendapat ASI Eksklusif maupun tidak pada usia 0-6 bulan, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS), bayi dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat prematur/BBLR, dengan jumlah 44 bayi, 22 bayi yang diberi ASI Eksklusif dan 22 bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif. Uji statistik yang digunakan uji

independent t-test dengan taraf signifikasi (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan

berdasarkan total pertambahan berat badan terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan berat badan bayi yang diberi MP-ASI p=0,001 (p < 0,05), sedangkan berdasarkan berat badan per bulan setelah bayi berusia 5 bulan terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan berat badan bayi yang diberi MP-ASI p=0,011(p < 0,05). Untuk penelitian selanjutnya, direkomendasikan dapat mengukur secara langsung berat dan panjang badan secara per bulan dengan pendekatan studi longitudinal, sehingga data lebih akurat serta menspesifikkan lebih lanjut hal-hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dalam pemberian makanan bayi.


(11)

Title : Differences in body weight and length of infants aged 0-6 months who were given breast milk and complementary feeding at Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Name : Mei Rianita E. Sinaga

NIM : 071101049

Department : Scholar of Nursing

Year : 2010/2011

ABSTRACT

Infants 0-6 months of age can grow and develop optimally only by relying on nutrient intake of breast milk during the first sixth months of life, or called exclusive breastfeeding. However the reality, before age six months, many babies who are given the complementary feeding. The study was conducted to determine differences in body weight and length of infants aged 0-6 months who were given breast milk and complementary feeding at Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli. The study included a comparative study with cross sectional method. The sampling technique using a purposive sampling. The samples were infants aged 6-12 months, with totally of 44 infants, 22 exclusive breast fed babies and 22 infants who were not given exclusive breast. The statistical test used independent t-test with level of significance (p<0.05). The results based on total weight gain there are significant differences between weight gain exclusive breast fed babies with weight babies fed on complementary feeding p=0.001 (p<0.05), whereas on the basis of body weight every month after five month old baby there are significant differences between weight gain exclusive breast fed babies with weight babies fed on complementary feeding p=0.011 (p<0.05). For further research, recommended to directly measure weight and body length in a month with a longitudinal study approach, so that more accurate data, further specify the things that can affect growth in infant feeding and considering the quality of milk supplied.

Keywords : Infant, weight loss, body length, exclusive breastfeeding and complementary feeding.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif yang diukur dalam satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh) (Perry & Potter, 2005; Supariasa, 2001; Tanuwijaya, 2003).

Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan adalah berat badan dan tinggi badan/panjang badan (Hidayat, 2008). Normalnya pada usia beberapa hari, berat badan bayi akan mengalami penurunan lebih kurang 10% dari berat badan saat lahir dan akan kembali mencapai berat badan saat lahir pada hari kesepuluh. Panjang badan adalah pengukuran yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal (Nursalam dkk, 2005).

Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk


(13)

pertumbuhan optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, yang meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan (Prasetyono, 2009). Keunggulan kandungan ASI yang berperan dalam pertumbuhan bayi yaitu protein, lemak, elektrolit, enzim dan hormon (Evawany, 2005).

Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim disebut sebagai ASI Eksklusif (Maryunani, 2009). Depkes RI (2007) mendefenisikan ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI Eksklusif berlandaskan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MenKes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 yang mendukung pencapaian pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal bayi.

Setelah usia 6 bulan, disamping ASI dapat pula diberikan makanan tambahan (MP-ASI, Makanan Pendamping ASI), namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah, 2008). Pemberian makanan tambahan harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya (Narendra dkk, 2008).

Namun kebanyakan ibu sudah memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya pencapaian ASI


(14)

Eksklusif di Indonesia yaitu bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia 5 bulan hanya 14% dan 8% sampai usia 6 bulan (Depkes, 2004).

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dalam SubdisKesga Dinkes ProvSU (2008), cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2004-2007 cenderung menurun secara signifikan (42,6%- 26,39%), namun pada tahun 2008 (36,72%) ada peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 10,33% dibandingkan tahun 2007. Sementara pemberian MP-ASI pada bayi cenderung mengalami peningkatan yaitu 34,44% tahun 2006 meningkat menjadi 68,8% tahun 2007, tahun 2008 mencapai 73,5%, tahun 2009 sangat rendah dengan pencapaian hanya sebesar 1,32% (212 bayi dari 15.969 populasi bayi) dan tahun 2010 pemberian ASI Eksklusif hanya mencapai 1,18% (190 bayi dari 16.000 populasi bayi) (Januari-Agustus 2010) (Dinkes Medan, 2010).

Berdasarkan hasil survey awal, daerah yang menunjukkan angka pemberian ASI Eksklusif tertinggi untuk tahun 2010 di Kota Medan yaitu puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli sebanyak 21 bayi, Medan Polonia 9 bayi, Medan Labuhan 6 bayi, dan daerah yang menunjukkan pemberian ASI eksklusif rendah yaitu kecamatan Medan Barat 2 bayi, Medan Baru 1 bayi bahkan banyak daerah dengan angka pemberian ASI Eksklusifnya 0 (tidak ada) seperti kecamatan Medan Petisah (Dinkes Medan, 2010).

Rendahnya pencapaian ASI-Eksklusif ini disebabkan karena adanya anggapan ibu-ibu bahwa bayi yang diberi MP-ASI akan lebih sehat karena berat badan yang lebih gemuk (Renata, 2009). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diketahui bagaimana berat dan panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang


(15)

diberi ASI Eksklusif dan yang diberi MP-ASI sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli”.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang diteliti adalah apakah ada perbedaan berat dan panjang badan bayi 0- 6 bulan diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI di puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan berat dan panjang badan bayi 0- 6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI.

3.2Tujuan Khusus

3.2.1 Mengidentifikasi berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif.

3.2.2 Mengidentifikasi berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi MP-ASI.


(16)

3.2.3 Menganalisa perbedaaan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya perawat sehingga dapat menjalankan perannya secara maksimal dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan bayi melalui penggalakkan pemberian ASI Eksklusif.

4.2Bagi Pendidikan Kesehatan

Mengembangkan ilmu keperawatan dan menambah informasi tentang perbedaan pertumbuhan bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif dan MP-ASI.

4.3Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dan sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang pemberian makanan pada bayi sesuai tingkat usia.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Bayi dan Pertumbuhan Bayi

1.1Bayi

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.

Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

1.2Pertumbuhan Bayi

Supariasa (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, yang


(18)

dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual (Perry & Potter, 2005).

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nursalam dkk, 2005).

1.3Ciri- Ciri Pertumbuhan

Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu.


(19)

1.4Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Supariasa (2001) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal seperti biologis, termasuk genetik, dan faktor eksternal seperti status gizi.

1.4.1 Faktor Internal (Genetik)

Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan, maka pertumbuhan optimal akan tercapai (Supariasa, 2001).

1.4.2 Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal (Perry & Potter, 2005).

Wong, dkk (2008) mengatakan bahwa nutrisi memiliki pengaruh paling penting pada pertumbuhan. Bayi dan anak-anak memerlukan kebutuhan kalori relatif besar, hal ini dibuktikan dengan peningkatan tinggi dan berat badan.

1.5Parameter Pertumbuhan Bayi

Parameter untuk mengukur kemajuan pertumbuhan biasanya yang dipergunakan adalah berat badan dan panjang badan (Hidayat, 2008).


(20)

1.5.1 Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008). Selain itu, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan (Supariasa, 2001).

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada hari kesepuluh (Nursalam dkk, 2005).

Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-210 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh

National Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat

dua kali lipat dari berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan, sehingga untuk mengetahui pertumbuhan bayi, status gizi diperhatikan (Susilowati, 2008).


(21)

Di Indonesia, baku rujukan yang digunakan sebagai pembanding penilaian satus gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat adalah baku rujukan WHO-NCHS (Supariasa, 2001). Baku rujukan WHO-NCHS ini membedakan antara laki-laki dan perempuan, agar diperoleh perbedaan yang lebih mendasar. Pembagiannya dikategorikan menjadi gizi baik, kurang, buruk, dan lebih (Soekirman, 2000).

Tabel 2.1 Pembagian status Gizi berdasarkan Berat Badan

Kategori Ambang Batas Gizi Baik

Gizi Kurang Gizi Buruk Gizi Lebih

+2 SD > skor_Z ≥-2 SD -2 SD > Skor_Z ≥ -3SD Skor_Z < -3 SD

Skor_ Z ≥ +2 SD Skor_Z = BBu- BBr

SDr

Keterangan : BBu = Berat badan

BBr = Berat badan berdasarkan tabel (Median)

SDr = Standar deviasi yang diperoleh dari selisih Median dengan -1 SD atau +1 SD dari tabel WHO-NCHS

Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS untuk anak perempuan dan laki-laki berdasarkan BB/U :

Tabel 2.2 Rujukan BB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS Umur

(bulan)

Nilai BB (kg)

-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD 0 1 2 3 4 5 6 1,8 2,2 2,7 3,2 3,7 4,1 4,6 2,2 2,8 3,3 3,9 4,5 5,0 5,5 2,7 3,4 4,0 4,7 5,3 5,8 6,3 3,2 4,0 4,7 5,4 6,0 6,7 7,2 3,6 4,5 5,4 6,2 6,9 7,5 8,1 4,0 5,1 6,1 7,0 7,7 8,4 9,0 4,3 5,6 6,7 7,7 8,6 9,3 10,0 Sumber: Soekirman (2000)


(22)

Tabel 2.3 Rujukan BB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS Umur

(bulan)

Nilai BB (kg) -3

SD

-2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD 0 1 2 3 4 5 6 2,0 2,2 2,6 3,1 3,7 4,3 4,9 2,4 2,9 3,5 4,1 4,7 5,3 5,9 2,9 3,6 4,3 5,0 5,7 6,3 6,9 3,3 4,3 5,2 6,0 6,7 7,3 7,8 3,8 5,0 6,0 6,9 7,6 8,2 8,8 4,3 5,6 6,8 7,7 8,5 9,2 9,8 4,8 6,3 7,6 8,6 9,4 10,1 10,8 Sumber: Soekirman (2000)

1.5.2 Panjang Badan

Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan ketika anak telentang (Wong dkk, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam dkk, 2005).

Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang badan bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong dkk, 2008). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Nursalam dkk., 2005).


(23)

Kategori untuk panjang badan, dapat dibedakan menjadi kategori sangat pendek, pendek, normal dan tinggi (Depkes RI, 2004).

Tabel 2.4 Pembagian Status Gizi berdasarkan Panjang Badan

Kategori Ambang Batas Sangat Pendek

Pendek Normal Tinggi

Skor_Z < -3 SD

-2 SD > skor_Z ≥-3 SD +2 SD ≥ Skor_Z ≥ -2SD Skor_Z > +2 SD

Skor_Z = TBu- TBr SDr

Keterangan : TBu = Tinggi badan

TBr = Tinggi badan berdasarkan tabel (Median)

SDr = Standar deviasi yang diperoleh dari selisih Median dengan -1 SD atau +1 SD dari tabel WHO-NCHS

Berikut ini tabel rujukan WHO-NCHS pada anak perempuan dan laki-laki berdasarkan TB/U :

Tabel 2.5 Rujukan TB/U untuk Anak Perempuan Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS Umur

(bulan)

Nilai TB (cm)

-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD 0 1 2 3 4 5 6 43,4 46,7 49,6 52,1 54,3 56,3 58,0 45,5 49,0 52,0 54,6 56,9 58,9 60,6 47,7 51,3 54,4 57,1 59,4 61,5 63,3 49,9 53,5 56,8 59,5 62,0 64,1 65,9 52,0 55,8 59,2 62,0 64,5 66,7 68,6 54,2 58,1 61,6 64,5 67,1 69,3 71,2 56,4 60,4 64,0 67,0 69,6 71,9 73,9


(24)

Tabel 2.6 Rujukan TB/U untuk Anak Laki-laki Usia 0-6 Bulan menurut

WHO-NCHS Umur

(bulan)

Nilai TB (cm)

-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD 0 1 2 3 4 5 6 43,6 47,2 50,4 53,2 55,6 57,8 59,8 45,9 49,7 52,9 55,8 58,3 60,5 62,4 48,2 52,1 55,5 58,5 61,0 63,2 65,1 50,5 54,6 58,1 61,1 63,7 65,9 67,8 52,8 57,0 60,7 63,7 66,4 68,6 70,5 55,1 59,5 63,2 66,4 69,1 71,3 73,2 57,3 61,9 65,8 69,0 71,7 74,0 75,9 Sumber: Soekirman (2000)

2. Konsep ASI dan ASI Eksklusif

2.1 Pengertian ASI dan ASI Eksklusif

Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang sangat sempurna, bersih, serta mengandung zat kekebalan yang sangat dibutuhkan bayi (Prasetyono, 2009). Sedangkan ASI eksklusif menurut Roesli (2000) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur, dan nasi tim. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan sampai enam bulan.

2.2 Manfaat ASI Eksklusif

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ASI adalah


(25)

Menyusui mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara, serta lingkungan.

Roesli (2000) menyatakan bahwa ASI memiliki banyak manfaat, diantaranya :

2.2.1 Bagi Bayi

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Manfaat ASI bagi bayi adalah sabagai nutrisi yang memiiliki komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi; meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur; meningkatkan jalinan kasih sayang; meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara; mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan penyakit jantung; menunjang perkembangan motorik.

2.2.2 Bagi Ibu

Memberikan ASI bagi ibu memiliki manfaat besar diantaranya ibu akan lebih cepat langsing, perdarahan akan lebih cepat berhenti, mengurangi angka risiko terkena kanker, sebagai cara kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan, membantu rahim kembali ke ukuran semula, lebih ekonomis sehingga ibu tidak repot, praktis dan ibu dapat merasakan kepuasan yang mendalam.

2.2.3 Bagi Keluarga

Memberikan ASI lebih ekonomis dan praktis dan menjadikan bayi lebih sehat sehingga keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya untuk perawatan


(26)

kesehatan, waktu dan tenaga keluarga akan lebih hemat karena ASI selalu tersedia.

2.2.4 Bagi Masyarakat dan Negara

ASI juga memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat dan negara, yaitu bayi yang sehat akan menghemat devisa negara untuk pembelian susu formula, menghemat pada sektor kesehatan karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian, menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas, serta membuat negara lebih sehat dengan memiliki bayi yang sehat.

2.2.5 Bagi Lingkungan

ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Dengan memberikan ASI berarti tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar.

2.3 Klasifikasi ASI

Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga, yaitu kolostrum, foremilk (air susu peralihan), hindmilk (air susu matang). Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Prasetyono, 2009) :


(27)

2.3.1 Kolostrum

Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh. Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya.

Kolostrum mengandung protein tinggi sekitar 10%, vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A), mineral natrium dan immunoglobulin (IgA) (Kodrat, 2010). Kolostrum memiliki ciri-ciri yaitu berupa cairan kental berwarna kuning keemasan atau krem, wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit, bertindak sebagai laksatif, volume kolostrum sekitar 150- 300 ml/ 24 jam (Prasetyono, 2009).

Adapun manfaat kolostrum bagi bayi adalah sebagai pembersih selaput usus bayi, yang dapat membersihkan mekonium sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan, memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi, mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai enam bulan (Weni, 2009).

2.3.2 Foremilk (Air Susu Peralihan)

Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Foremilk disekresi sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14 (Roesli, 2000). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1- 2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Jumlahnya sangat banyak dan membantu


(28)

menghilangkan rasa haus pada bayi. Dalam foremilk ini, kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meningkat (Roesli, 2000). 2.3.3 Hindmilk (Air Susu Matang/ Mature)

Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hampir selesai. Hindmilk merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya dengan komposisi relatif konstan (Roesli, 2000). Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin. Air susu ini memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi.

2.4 Komposisi ASI

ASI mengandung zat gizi dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh bayi antara lain LPUFAs (long chain polyunsaturated fatty), protein, lemak, karbohidrat, laktosa, zat besi, mineral, sodium, kalsium, fosfor dan magnesium, vitamin, taurin, laktobacillus, laktoferin dan lisosim serta air (Kodrat, 2010). Oleh karena itu, ASI dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama setelah kelahiran.

2.4.1 Karbohidrat

Karbohhidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam MP-ASI, sehingga ASI terasa lebih manis. Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel- sel saraf (Kodrat, 2010). Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang


(29)

berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral lain (Prasetyono, 2009).

2.4.2 Protein

Sistem pencernaan bayi maupun tubuh bayi tidak alergi terhadap protein yang dihasilkan ASI. Hal ini disebabkan karena protein dalam ASI mengandung whey yang lunak dan mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi, mengandung laktoferin untuk kesehatan usus halus bayi, mengandung lisosim sebagai zat anti mikroba (Kodrat, 2010).

2.4.3 Lemak

ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega- 3, omega- 6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel- sel jaringan otak (Prasetyono, 2009). Lemak merupakan zat gizi paling penting yang ada di dalam ASI, yang dibutuhkan oleh otak dan tubuh bayi (Kodrat, 2010). 2.4.4 Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan klor meskipun dalam jumlah sedikit tetapi tetap dapat mencukupi kebutuhan bayi (Prasetyono, 2009).


(30)

2.4.5 Vitamin

Apabila makanan yang dikomsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Vitamin yang ada dalam ASI banyak diserap tubuh bayi (Kodrat, 2010; Prasetyono, 2009).

Kadar gizi yang dihasilkan ASI berbeda dari hari ke hari antara kolostrum, ASI transisi, ASI mature dan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7 Perbedaan Kadar Gizi yang Dihasilkan Kolostrum, ASI Transisi, ASI

Mature

Kandungan Kolostrum ASI Transisi ASI Mature Energi (Kg kal)

Laktosa (gr/100 ml) Lemak (gr/100 ml) Protein (gr/100 ml) Mineral (gr/100 ml) Ig A (mg/100 ml) Ig G (mg/100 ml) Ig M (mg/100 ml) Lisosim (mg/100 ml) Laktoferin 57,0 6,5 2,9 1,195 0,3 - - - - - 63,0 6,7 3,6 0,965 0,3 - - - - - 65,0 7,0 3,8 1,324 0,2 119,6 2,9 2,9 24,3-27,5 250-270 Sumber : Kristiyanasari, 2009

3. Konsep MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)

3.1 Pengertian

Istilah PASI bermacam- macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food, makanan peralihan,

beiskot (istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang


(31)

MP-ASI diberikan ketika bayi setelah berumur 6 bulan. Bayi setelah berumur 6 bulan akan membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng. Pada masa inilah bayi memerlukan tambahan gizi yang tidak bisa dipenuhi oleh ASI sehingga pemberian MP-ASI tepat diberikan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi yang baik. MP-ASI juga dapat diberikan saat bayi harus dipisahkan dari ibu, misalnya ketika ibu sakit keras atau menderita penyakit menular (Prasetyono, 2009). Menurut Maria dan Dina (2001), MP-ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.

Depkes RI (2007) mengatakan bahwa makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP- ASI) adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6- 24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima makanan.

Pemberian MP-ASI kepada bayi setelah umur 6 bulan (Narendra dkk, 2008) adalah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari, menunjang tercapainya pertumbuhan yang optimal, mendidik anak supaya memiliki kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak.


(32)

Bayi yang siap menerima makanan padat selain ASI akan menunjukkan tanda-tanda bahwa bayi akan lebih rewel dari biasanya, jangka waktu menyusui menjadi lebih sering, bayi terlihat antusias ketika melihat orang lain sedang makan, sudah mulai memasukkan tangan ke mulut, bayi bisa didudukkan dan mampu menegakkan kepala serta kemampuan refleks menelan sudak baik (Sutomo & Anggraini, 2010).

3.2 Pola Pemberian MP-ASI

MP-ASI yang diberikan harus memiliki mutu artinya bahwa dapat memberikan semua unsur gizi esensial yang diperlukan bayi dalam pertumbuhannya. Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 0-6 bulan dimulai dengan pemberian ASI sesegera mungkin setelah melahirkan terutama kolostrum yang sangat bermanfaat untuk bayi. ASI diberikan setiap kali bayi meminta/menangis tanpa jadwal. Pemberian ASI 8-10 kali setiap hari termasuk pemberian pada malam hari sudah memenuhi gizi bayi (Depkes RI, 2002).

Pola pemberian makanan pada bayi dan anak menurut Maria dan Dina (2001) yaitu :

Tabel 2.8 Pola Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak

Usia bayi dan balita

Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI dalam Sehari Sari

Buah

Buah Segar

Makanan Lumat

Makanan Lembek

Makanan Padat Biskuit/telur Makanan

Dewasa

0-6 bulan - - - -

6-9 bulan 1-2 kali

- 2 kali 1 kali 1kali

(dilumatkan) - 9-12

bulan

1-2 kali

- 1 kali 2 kali 1-2kali (dilumatkan)

-

Sumber : (Maria&Dina, 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita, Jakarta: Puspa Swara).


(33)

3.3 Jenis-jenis MP-ASI

MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti: tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah (Depkes RI, 2007) : 3.3.1 Buah- buahan

Buah- buahan dapat diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dengan frekuensi 1-2 kali/ hari.

3.3.2 Makanan Lunak

Makanan lunak adalah makanan yang berbentuk halus/ setengah cair seperti bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri yang diberikan pada bayi usia 6 bulan dengan frekuensi 2 kali/hari dan untuk 9-12 bulan 1 kali/hari. 3.3.3 Makanan Lembek

Makanan lembek adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lunak seperti bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, bubur saring yang diberikan pada bayi usia diatas 6-9 bulan dengan frekuensi 1 kali/hari dan untuk 6-9 bulan 2 kali/hari.

3.3.4 Makanan Padat

Makanan padat adalah makanan pendamping berbentuk padat yang tidak dianjurkan terlalu cepat diberikan pada bayi mengingat usus bayi belum dapat menerima dengan baik sehingga dapat mengganggu fungsi usus, misalnya biskuit, telur, dan buah.


(34)

Hasil penelitian Widodo (2003) mengatakan bahwa jenis MP-ASI yang terbanyak diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan pada umumnya adalah pisang (57,3%), sedangkan Manalu (2008) mengatakan bahwa MP-ASI terbanyak yang diberikan pada bayi adalah nasi bubur (92,68%).

3.4Jadwal Pemberian MP-ASI

Ada baiknya bila ibu membuat jadwal pemberian MP-ASI sesuai waktunya, yaitu ketika bayi benar- benar membutuhkannya atau setelah menyusu. Jika ibu tidak membuat jadwal, maka hal ini akan dinilai tidak efisien , tidak praktis, dan memerlukan tambahan biaya yang cukup besar. Sementara itu, bayi juga akan mengalami beberapa kerugian. Pertama, daya tahan tubuh bayi menjadi rentan terhadap penyakit, karena kekurangan zat antibodi yang dapat meningkatkan risiko infeksi bagi bayi. Kedua, bayi terancam kekurangan gizi bila MP-ASI diberikan tidak sesuai ketentuan penggunaan MP-ASI. Ketiga, bayi lebih mudah terserang diare dan alergi. Keempat, pertumbuhan mulut, rahang dan gigi bayi tidak baik. Kelima, mengurangi kedekatan hubungan antara ibu dan bayi, yang dapat menghambat perkembangan mental bayi di masa mendatang (Prasetyono, 2009).

Sesungguhnya, tidak ada peraturan khusus yang terkait dalam pemberian MP-ASI. Tetapi kebiasaan mendisiplinkan anak sejak dini merupakan awal yang baik bagi kehidupannya di masa mendatang. Selain itu, bayi juga dibiasakan mengikuti irama pemberian makanan ASI/MP-ASI, sehingga bayi tidak kelaparan


(35)

bila ibu lupa menyediakan kebutuhannya. Perinasia (2008) menyatakan bahwa jadwal pemberian makanan pada bayi antara lain :

Tabel 2.9 Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi

Umur (bulan) Makanan Jumlah/hari

0-6 6-9

9-12

ASI saja ASI Buah Bubur susu Nasi tim saring ASI

Buah Nasi tim

Sesuka bayi Sesuka bayi 2 kali 1 kali 2 kali Sesuka bayi 2 kali 3 kali Sumber : Perinasia, 2008

3.5Perbedaan ASI dengan MP-ASI

Menurut Kodrat (2010), perbedaan ASI dan MP-ASI adalah sebagai berikut: 3.5.1 ASI: Mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi, seperti faktor pembentuk sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi, whey lebih banyak daripada kasein dengan perbandingan 65:35 sehingga protein ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.

Susu formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi, misalnya protein susu sapi karena mengandung lebih banyak casein dibanding whey yaitu 80:20.

3.5.2 ASI: ASI mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan, antara lain lipase, amylase dan protease.


(36)

Sisa metabolisme yang akan diekskresikan melalui ginjal hanya sedikit, sehingga kerja ginjal bayi menjadi lebih ringan.

Susu formula: Sulit dicerna karena tidak mengandung enzim perncernaan, karena serangkaian proses produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme, yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras.

3.5.3 ASI: Komposisi zat gizi ASI sejak hari pertama menyusui berubah dari hari ke hari. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi.

Susu formula: Komposisi zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum. 3.5.4 ASI: Mengandung banyak zat pelindung, antara lain imunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup, faktor bifidus.

Susu formula: Hanya sedikit mengandung imunoglobulin, tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup

3.5.4 ASI: Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu.

Susu formula: Bercita rasa sama dari waktu ke waktu.

3.6Risiko Pemberian MP-ASI terlalu dini

Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya karena bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan risiko terjadinya infeksi


(37)

meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan tambahan pada usia empat atau lima bulan lebih menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan bayi (Rosidah, 2004).

Menurut Pudjiadi (2000), bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat kira-kira berumur 6 bulan, dan makanan itu belum dirasakan perlu sepanjang bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya berbagai penyakit, seperti gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat dan gangguan terhadap selera makan.

3.6.1 Risiko Jangka Pendek A. Gangguan Menyusui

Pengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga risiko untuk terjadinya penurunan ASI semakin besar.

B.Penurunan absorbsi besi dari ASI

Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah.

C.Penyakit Diare

3.6.2 Risiko Jangka Panjang A.Obesitas

Pemberian makanan pada bayi sejak usia dini dapat mengakibatkan kegemukan pada bayi. Bayi yang mendapat ASI dapat mengatur masukan konsumsi sehingga konsumsi makanan dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.


(38)

B.Beban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris

Makanan padat banyak mengandung kadar Natrium Clorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang mengandung daging.

C.Arteriosklerosis

Peranan faktor diit dalam patogenesis dan penyakit jantung iskemik tidak dipungkiri lagi. Faktor nutrisi yang terlibat antara lain diit yang mengandung tinggi energi atau kalori dan kaya akan kolesterol serta lemak-lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh rendah.

D.Alergi terhadap makanan

Belum sempurnanya sistem kekebalan usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak. ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau makanan pendamping yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.


(39)

Bayi 0-6 bulan diberi MP-ASI

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan suatu topik secara panjang lebar (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI.

Pertumbuhan bayi akan optimal bila semua nutrisi yang diperlukannya terpenuhi dengan baik. Nutrisi yang penting bagi bayi dalam pertumbuhannya diperoleh dari pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya atau dikenal dengan sebutan ASI Eksklusif dan setelah 6 bulan bayi diberi makanan pendamping selain ASI atau (MP-ASI). Kerangka penelitian tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Bayi 0-6 bulan diberi ASI Eksklusif

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perbedaan Berat dan Panjang Badan

Bayi 0-6 Bulan Diberi ASI Eksklusif dan Diberi MP-ASI.

Perbedaan Berat dan panjang badanBayi 0-6 bulan


(40)

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI.

3. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional “Perbedaan Berat dan Panjang Badan Bayi

0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Diberi MP-ASI”. N o Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur

Hasil Ukur Skala 1. 2. 3. 4. Berat badan bayi usia 0-6 bulan. Panjang badan bayi usia 0-6 bulan. ASI Eksklusif MP-ASI Hasil penimbangan berat badan bayi usia 0-6 bulan dalam satuan kilogram (kg).

Hasil pengukuran panjang badan bayi usia 0-6 bulan dalam satuan sentimeter (cm).

Pemberian ASI saja dalam waktu 0-6 bulan termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin.

Pemberian

makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi. Timbang an Meteran Lembar observasi Lembar observasi Kilogram Centimeter - - Numerik Numerik - -


(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan cross sectional (pendekatan silang) yaitu dengan menggabungkan variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo, 2002).

2. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan di puskesmas Medan Deli kecamatan Medan Deli sebanyak 131 orang.

3. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan sebanyak 44 orang, yang memiliki riwayat mendapat ASI Eksklusif pada umur 0-6 bulan (22 orang) dan yang mendapat MP-ASI pada 0-0-6 bulan (22 orang) di puskesmas Medan Deli kecamatan Medan Deli.

Untuk menghitung sampel bayi yang diberi MP-ASI peneliti menggunakan rumus sampel menurut Arikunto (2006) yaitu:

Menurut survei awal peneliti jumlah bayi yang diberi MP-ASI adalah 109 orang. Maka jumlah sampel adalah :


(42)

Peneliti menggunakan rumus sampel ini karena keterbatasan waktu, dana dan lokasi penelitian yang cukup luas dan jauh. Dan teknik ini sudah cukup mewakili populasi dan proporsional dengan jumlah sampel bayi yang diberi ASI Eksklusif.

Teknik yang digunakan untuk menentukan responden sampel bayi yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau kriteria tertentu (Hidayat, 2009). Adapun kriteria menjadi sampel dapat dilihat dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Yang termasuk kriteria inklusi adalah :

1. Bayi dengan umur 6-12 bulan yang memiliki riwayat mendapat ASI Eksklusif maupun tidak pada usia 0-6 bulan.

2. Bertempat tinggal di Kecamatan Medan Deli.

3. Bayi dalam keadaan sehat dan tidak memiliki riwayat prematur/ BBLR. 4. Memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah :

1. Bayi yang sedang menderita penyakit tertentu dan membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit atau puskesmas.

2. Bayi atau orang tua yang baru pertama kali ke posyandu dan tidak memiliki KMS.


(43)

3. Bayi tidak dapat diukur berat badan dan panjang badannya karena sebab apapun.

4. Orang tua bayi tidak bersedia menjadi responden.

4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas Medan Deli kecamatan Medan Deli. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan hasil survey awal dari Dinas Kesehatan Kota Medan 2010 bahwa kecamatan Medan Deli ini memiliki angka pemberian ASI yang lebih tinggi dibanding kecamatan lain di kota Medan. Data ini dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan data agar selisih jumlah ASI Eksklusif dengan pemberian MP-ASI tidak berbeda jauh sehingga pertumbuhan bayi dapat dibedakan dengan jelas. Penelitian dilakukan 11Januari- 25 Januari 2011.

5. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan dan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan puskesmas Medan Deli kecamatan Medan Deli. Sebelum menyerahkan informed consent (lembar persetujuan sebagai responden), peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Jika responden bersedia untuk diteliti, maka peneliti menyerahkan informed consent untuk ditandatangani sebagai bukti kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden memiliki hak untuk menolak keikutsertaannya dalam penelitian atau


(44)

mengundurkan diri. Jika calon responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti akan memberikan nomor kode tertentu pada lembar observasi. Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin oleh peneliti (Hidayat, 2009).

6. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner data demografi, lembar observasi yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan hasil diskusi dengan Dosen Pembimbing dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan teoritis, timbangan bayi untuk mengetahui pertumbuhan berat badan badan bayi dan meteran untuk mengetahui pertumbuhan panjang badan bayi, serta Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk melihat riwayat berat dan panjang badan bayi.

6.1Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi karakteristik orangtua (nama, usia, agama, suku, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, dan jumlah anak). Data demografi ini membantu peneliti mengetahui latar balakang dari responden yang mempengaruhi penelitian ini.

6.2Lembar Observasi

Lembar observasi ini meliputi karakteristik bayi (nama, usia, jenis kelamin, anak ke, makanan yang saat ini dikomsumsi, sejak kapan mendapatkan makanan lain selain ASI serta BB dan PB bayi saat lahir dan sekarang). Data ini


(45)

berguna untuk mengetahui pertumbuhan BB dan PB bayi dari jenis makanan yang dikomsumsi sehari-hari.

7. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin pada Dinas Kesehatan Kota Medan. Selanjutnya peneliti menghubungi kepala puskesmas Kecamatan Medan Deli dan setelah mendapat izin, peneliti melakukan pengumpulan data saat jadwal posyandu selama 2 minggu (11 januari- 25 januari 2011) pada pukul 09.00-12.00 WIB, didampingi oleh bidan puskesmas dan kader setempat.

Peneliti berada di meja pendaftaran saat posyandu dan menanyakan serta memastikan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Setelah selesai imunisasi, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat penelitian, dan memberi informed

consent kepada responden, kemudian kuesioner diisi oleh responden tersebut.

Adapun data yang diambil adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu menuju sehat (KMS) untuk mengetahui berat dan panjang badan bayi pada saat lahir sampai usia 6 bulan, namun apabila bayi masih berusia 6 bulan saat posyandu, peneliti secara langsung menimbang BB dan mengukur PB bayi, dan hasilnya diisi di lembar observasi oleh peneliti.

Setelah melakukan penelitian, peneliti memiliki keterbatasan dalam hal melengkapi data panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif


(46)

maupun diberi MP-ASI, disebabkan karena pengukuran panjang badan bayi di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli hanya dilakukan 2 kali dalam setahun, sehingga peneliti kesulitan mendapatkan data yang lengkap untuk setiap bulan. Banyaknya ibu-ibu yang tidak memiliki KMS karena hilang atau belum pernah membawa bayinya ke posyandu membuat peneliti harus benar-benar bisa memilih responden yang tepat untuk dijadikan sampel.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yaitu editing dengan memeriksa kembali data yang sudah didapat dan semua diisi sesuai dengan maksud yang ada dalam kuesioner, coding dengan memberikan kode pada jawaban dan hasil pengukuran yang memenuhi syarat,

transfering dengan memindahkan data yang diperoleh dan terakhir memasukkan

data dengan teknik komputerisasi (tabulating) (Hidayat, 2009).

Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik orangtua dan karakteristik bayi yang diberi ASI Eksklusif maupun diberi MP-ASI. Data umum dimasukkan sesuai variabel dalam distribusi frekuensi kemudian dideskripsikan. Data khusus menggambarkan pertumbuhan berat dan panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif maupun diberi MP-ASI, perbedaan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dengan diberi MP-ASI dalam tabel silang (cross tabulation) dan kemudian juga dideskripsikan.


(47)

Uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI adalah uji t-

independent. Uji t- independent dikatakan bermakna apabila p < 0,05. Adapun

bentuk pengujiannya adalah:

a. H0: µ1 = µ2; artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan varians antara

kedua populasi.

b. H1: µ1≠ µ2 ; artinya terdapat perbedaan yang signifikan varians antara kedua

populasi.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t adalah (Hartono, 2008):

a. Terima H0 bila - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau sig (2-tailed)

α

b. Tolak H0 (terima H1) bila t hitung < - ttabel atau thitung > ttabelatau sig (2-tailed)


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan diberi MP-ASI di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 Januari-25 Januari 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 22 bayi yang diberi ASI Eksklusif dan 22 bayi yang diberi MP-ASI. Responden dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang memiliki bayi berusia 6- 12 bulan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi data umum dan data khusus. Data- data akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian dideskripsikan.

1.1Data Umum

Penyajian data umum meliputi karakteristik orangtua (usia, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan, paritas) dan karakteristik bayi (jenis kelamin, frekuensi pemberian ASI, alasan pemberian ASI Eksklusif, usia pemberian MP-ASI, jenis MP-ASI yang dikomsumsi, alasan pemberian MP-ASI).

1.1.1 Karakteristik Orangtua

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik orangtua di Puskesmas

Medan Kecamatan Medan Deli No

Karakteristik Orangtua

ASI Eksklusif MP-ASI

Frekuensi Persentase (%)

Frekuen si

Persentase (%) 1

Usia ≤ 20 21-35 ≥ 36

3 17 2

13,6 77,3 9,1

- 19 3

- 86,4 13,6


(49)

2 Agama Islam Kristen 15 7 68,2 31,8 16 6 72,7 27,3 3 Suku Jawa Batak Melayu Mandailing Nias Padang 8 7 5 - 1 1 36,4 31,8 22,8 - 4,5 4,5 12 6 1 3 - - 54,6 27,3 4,5 13,6 - - 4 Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan Tinggi - - 8 13 1 - - 36,4 59,1 4,5 - 1 8 13 - - 4,5 36,4 59,1 - 5 Pekerjaan Pegawai Negeri Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wiraswasta - 22 - - - 100 - - - 19 - 3 - 86,4 - 13,6 6 Penghasilan < Rp. 965.000,- Rp. 965.000,- s/d Rp. 3.000.000,- >Rp. 3.000.000,- 16 6 - 72,7 27,3 - 14 8 - 63,6 36,4 - 7 Paritas Rendah (1-4 orang)

Tinggi (lebih 4 orang) 21 1 95,5 4,5 21 1 95,5 4,5

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya berusia 21-35 tahun (77,3%), agama Islam (68,2%), suku Jawa (36,4%), tamatan SMA/sederajat (59,1%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (100%), memiliki penghasilan < Rp. 965.000,- (72,7%) dan memiliki paritas rendah (95,5%).


(50)

Orangtua yang memberikan MP-ASI kepada bayinya sebagian besar berusia 21-35 tahun (86,4%), beragama Islam (72,7%), suku Jawa (54,6%), tamatan SMA/sederajat (59,1%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (86,4%), memiliki penghasilan < Rp. 965.000,- 9 (63,6%) dan paritas rendah (95,5%).

1.1.2 Karakteristik Bayi

Karakteristik bayi dibedakan antara bayi yang mendapat ASI Eksklusif dengan yang mendapat MP-ASI.

a. Bayi dengan ASI Eksklusif

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di

Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli No Karakteristik Bayi

ASI Eksklusif Frekuensi Persentase

(%) 1 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 9 13 40,9 59,1 2

Frekuensi Pemberian ASI/hari 1-2x 3-5x 6-8x >8x - - 15 7 - - 68,2 31,8 3

Alasan Pemberian ASI Anjuran Posyandu Ingin bayinya sehat

Ibu sudah tahu asi lebih baik Bayi tidak mau makanan lain

11 5 3 3 50 22,8 13,6 13,6 b. Bayi dengan MP-ASI

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Bayi yang mendapatkan MP-ASI di Puskesmas

Medan Deli Kecamatan Medan Deli No Karakteristik Bayi

MP-ASI

Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan 11 11 50 50


(51)

2 Usia Pemberian MP-ASI ≤ 2

3-4 5-6

5 10 7

22,7 45,5 31,8 3 Jenis MP-ASI

Nasi Bubur Roti

Susu Formula

11 9 1 1

50 41 4,5 4,5 4 Alasan Pemberian MP-ASI

Bayi nangis terus ASI tidak keluar

Ibu takut ASI tidak cukup Kebiasaan dalam keluarga

8 5 8 1

36,4 22,7 36,4 4,5

1.2Data Khusus

Data khusus meliputi pertumbuhan berat dan panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI, perbedaan berat dan panjang badan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI.

1.2.1 Pertumbuhan Berat dan Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

a. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif maupun diberi MP-ASI

Pertumbuhan berat badan bayi yang diberikan ASI Eksklusif dan MP-ASI diperoleh dari selisih berat badan bayi usia 6 bulan dengan berat badan bayi saat lahir. Maka diperoleh data sebagai berikut :


(52)

Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi yang diberi ASI Eksklusif dan

MP- ASI

No ASI Eksklusif MP-ASI 0 bulan 6 bulan Pertumbuhan

(kg)

0 bulan 6 bulan

Pertumbuhan (kg)

1 3 6,6 3.60 2,9 6,5 3.6

2 3,5 6,6 3.10 2,5 6,5 4 3 3 7,1 4.10 2,5 6,9 4.4 4 2,5 8,5 6.00 3,8 6,4 2.6 5 4,1 7,7 3.60 3,6 7,2 3.6 6 4,2 7,7 3.50 3,7 7,5 3.8 7 2,8 7,4 4.60 3,2 7,5 4.3 8 4,7 9 4.30 3,7 6,9 3.2 9 3,9 8,3 4.40 3 6,6 3.6 10 3,5 7 3.50 3,5 6,1 2.6 11 2,5 6,8 4.30 4 7,6 3.6 12 2,9 6,2 3.30 3,1 6,5 3.4 13 3 6,3 3.30 2,5 5,4 2.9 14 3,25 8,2 4.95 2,8 6,3 3.5 15 2,7 7,1 4.40 4 7,4 3.4 16 2,8 7,4 4.60 3,4 6,6 3.2 17 3 7,4 4.40 3 7 4 18 2,6 5,8 3.20 2,5 5,8 3.3 19 3 8,5 5.50 3,2 6,5 3.3 20 2,5 6,4 3.90 3,5 5,8 2.3 21 2,7 6,6 3.90 3,3 6,5 3.2 22 2,5 6,3 3.80 3,4 6,2 2.8


(53)

b. Panjang Badan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif maupun diberi MP-ASI.

Berdasarkan Lampiran 2, panjang badan bayi tidak diketahui dengan lengkap, hal ini disebabkan karena pengukuran panjang badan bayi di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli hanya dilakukan 2 kali dalam setahun, sehingga peneliti tidak mendapatkan data pertumbuhan panjang badan bayi yang diberi ASI Eksklusif maupun MP-ASI untuk tiap bulannya. Namun secara teoritis, peneliti mendapatkan data bahwa panjang badan bayi akan bertambah 2,5 cm/ bulan (Wong.dkk, 2008).

Berdasarkan lampiran 2, panjang badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan diberi MP-ASI tidak berbeda, dapat dilihat bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif maupun MP-ASI memiliki pola pertumbuhan yang tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan Widodo (2003) tentang Pertumbuhan Bayi Usia 0-4 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI yang mengatakan bahwa panjang badan bayi yang mendapat ASI Eksklusif dengan MP-ASI tidak berbeda.

1.2.2 Perbedaan pertumbuhan berat badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI.

a. Berdasarkan Total Pertambahan Berat Badan

Total pertambahan berat badan diperoleh dari selisih berat badan bayi saat usia 6 bulan dengan berat badan bayi saat lahir dan dapat dilihat pada tabel 5.4


(54)

Dari hasil independent sample t-test diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hasil Penelitian Berat badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif

dan MP-ASI dengan Independent Sample t-test

Independent Samples Test

Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed )

Mean Differe nce

Std. Error Differe nce

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pertum

buhan Equal variances assumed

2.157 .149 3.632 42 .001 .71136 .19585 .31613 1.10660 Equal

variances not assumed

3.632 38.280 .001 .71136 .19585 .31499 1.10774

Analisa data dari tabel 5.5 diperoleh bahwa besar Thitung menggunakan t-test adalah 3,632 dengan probabilitas (signifikansi) 0,001 dan nilai Ttabel yang

diperoleh dari tabel distribusi t-student dengan df = 42 dengan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hal ini menunjukkan bahwa Thitung > Ttabel

(3,632 > 2,018) dan probabilitas < 0,05 (0,001<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara

pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan berat badan bayi yang diberi MP-ASI.


(55)

b. Berdasarkan Berat Badan per Bulan. 1). Usia 1 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 1 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 1 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum buhan 1 Equal variances assumed

1.635 .208 -.139 42 .890

-.02727 .19614

-.42310 .36855 Equal

variances not assumed

-.139 38.187 .890

-.02727 .19614

-.42427 .36973

Dari tabel 5.6 diperoleh bahwa Thitung adalah -0,139 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,890 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student

dengan df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Thitung > -Ttabel (-0,139 > -2,018) dan probabilitas

>0,05 (0,890>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan yang diberi MP-ASI saat berusia 1 bulan.


(56)

2). Usia 2 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 2 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.7 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 2 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

pertum buhan 2 Equal variances assumed

3.670 .062 -.280 42 .781

-.05909 .21141 -.48574 .36756 Equal

variances not assumed

-.280 36.456 .781

-.05909 .21141 -.48767 .36949

Dari tabel 5.7 diperoleh bahwa Thitung adalah -0,280 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,781 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student

dengan df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa Thitung > -Ttabel (-0,280 > -2,018) dan probabilitas >0,05

(0,781>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan yang diberi MP-ASI saat berusia 2 bulan.

3). Usia 3 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 3 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :


(57)

Tabel 5.8 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 3 bulan

yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

pertumb uhan3

Equal variances

assumed 6.283 .016 1.007 42 .320 .19545 .19406 -.19617 .58708 Equal variances

not assumed 1.007 38.780 .320 .19545 .19406 -.19714 .58805

Dari tabel 5.8 diperoleh bahwa Thitung adalah 1,007 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,320 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student

dengan df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa Thitung <Ttabel (1,007< 2,018) dan probabilitas >0,05

(0,320>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan yang diberi MP-ASI saat berusia 3 bulan.

4). Usia 4 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 4 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 4 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference


(58)

pertum buhan4

Equal variances

assumed 5.582 .023 1.632 42 .110 .34545 .21162 -.08161 .77251 Equal variances

not assumed 1.632 38.234 .111 .34545 .21162 -.08285 .77376

Dari tabel 5.9 diperoleh bahwa Thitung adalah 1,632 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,110 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student

dengan df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa Thitung <Ttabel (1,632< 2,018) dan probabilitas >0,05

(0,110>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan yang diberi MP-ASI saat berusia 4 bulan.P

5). Usia 5 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 5 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.10 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 5 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen ce

Std. Error Differen ce

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum

buhan5

Equal variances

assumed 3.991 .052 1.956 42 .057 .41818 .21384 -.01336 .84972 Equal variances

not assumed 1.956 37.428 .058 .41818 .21384 -.01493 .85129

Dari tabel 5.10 diperoleh bahwa Thitung adalah 1,956 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,057 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student


(59)

menunjukkan bahwa Thitung <Ttabel (1,956< 2,018) dan probabilitas >0,05

(0,057>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan berat badan bayi yang diberi MP-ASI saat berusia 5 bulan.

6). Usia 6 bulan

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan berat badan bayi 6 bulan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.11 Hasil Penelitian Independent Samples test Berat badan bayi 6 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed)

Mean Differen ce

Std. Error Differen ce

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper pertum

buhan6

Equal variances

assumed 4.222 .046 2.676 42 .011 .60000 .22417 .14760 1.05240 Equal variances

not assumed 2.676 36.829 .011 .60000 .22417 .14571 1.05429

Dari tabel 5.11 diperoleh bahwa Thitung adalah 2,676 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,011 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student

dengan df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa Thitung >Ttabel (2,676> 2,018) dan probabilitas <0,05

(0,011<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 tolak yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan berat badan bayi yang diberi MP-ASI saat berusia 6 bulan.


(60)

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Orangtua

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas usia ibu dalam rentang 21-35 tahun (81,9% atau sebanyak 36 orang dari 44 responden), dengan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya sebanyak 77,3%, sedangkan MP-ASI 86,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh usia orang tua terhadap pertumbuhan berat badan bayi. Hal ini dapat dilihat dari lampiran 1 yang menunjukkan bahwa seluruh bayi memiliki berat badan yang baik tiap bulannya walaupun 18,1% orangtua berada pada usia yang kurang produktif. Hal ini bertentangan dengan penelitian Sihombing (2005) tentang Pola Pengasuhan dan Status Gizi Balita di Kecamatan Medan Sunggal yang menunjukkan bahwa semakin tua usia ibu menyebabkan semakin banyak pengalaman dan informasi mengenai kesehatan dan gizi keluarga.

Hal ini disebabkan oleh adanya pihak lain yang membantu orang tua dalam usia yang tidak produktif dalam merawat bayinya. Misalnya orangtua yang masih terlalu muda biasanya menyerahkan masalah perawatan bayinya kepada orangtuanya atau dibantu oleh orangtuanya dalam merawat bayinya.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan makanan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak.


(61)

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa hanya 2,3% orangtua yang berpendidikan rendah (kurang dari 9 tahun belajar). Artinya bahwa 97,7% orangtua mendapatkan pendidikan sesuai yang dianjurkan pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Setelah peneliti melakukan cross check, orangtua yang berpendidikan tinggi 100% mampu mencari dan mengelola informasi makanan yang terbaik untuk pertumbuhan bayinya baik ASI Eksklusif maupun MP-ASI.

Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan orang tua terhadap pertumbuhan berat badan bayi. Hal ini dapat dilihat dalam lampiran 1 menunjukkan seluruh bayi memiliki pertumbuhan berat badan yang normal setiap bulannya dengan pendidikan orang tua yang cukup (97,7% berpendidikan minimal SMP yaitu 36,35 tamat SMP, 59,1% tamat SMA, dan 2,3% tamat dari perguruan tinggi). Hal ini sesuai dengan pendapat Steven (2005) bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi akan semakin mudah dalam menyerap dan memahami apabila mendapat informasi mengenai masalah pertumbuhan bayi.

Pekerjaan ibu berkaitan dengan berapa banyak waktu yang dihabiskan ibu bersama-sama dengan bayinya. Semakin banyaknya aktivitas atau pekerjaan orang tua diluar rumah tentunya akan mengurangi waktu bersama antara ibu dan anak. Hal ini tentunya akan meningkatkan keterlantaran bayi karena kurang perhatian ibunya akibatnya pertumbuhan bayi khususnya berat badan bayi akan terhambat karena ibu tidak lagi memperhatikan asupan makanan bayinya.

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya 100% sebagai ibu rumah tangga, sedangkan ibu yang memberikan MP-ASI sebanyak 86,4%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu menghabiskan waktu


(62)

yang lebih banyak dengan bayinya untuk memperhatikan bayinya sehingga mengakibatkan pertumbuhan bayi yang baik.

Lampiran 1 menunjukkan bahwa seluruh bayi memiliki pertumbuhan yang baik (normal) tiap bulannya. Apabila dibandingkan antara pekerjaan ibu dengan pertumbuhan bayi maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ibu mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinambela (2005) yang meneliti Pola Pengasuhan dan Pertumbuhan Anak Balita di Kecamatan Medan Belawan, memperlihatkan bahwa anak dengan pertumbuhan baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (40,54%). Karena wanita yang telah memasuki lapangan kerja, dengan sendirinya mengurangi waktunya untuk mengurus rumah, anak bahkan suaminya.

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas orangtua berada pada kelas ekonomi menengah ke bawah, 100% memberikan bayinya ASI Eksklusif dan 100% memberikan MP-ASI. Artinya bahwa seluruh orang tua, walaupun orang tua yang tergolong dalam status ekonomi menengah ke bawah namun pertumbuhan berat badan bayinya seluruhnya normal atau baik tiap bulannya tanpa pernah mengalami berat badan di bawah normal yang ditunjukkan dalam lampiran 1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penghasilan orang tua terhadap pertumbuhan berat badan bayi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yusnidaryani (2009) yang mengatakan bahwa status gizi bayi yang tidak miskin tidak lebih baik daripada status gizi bayi yang miskin. Artinya bahwa kondisi ekonomi tidak begitu mempengaruhi


(63)

pertumbuhan status gizi bayi. Hal ini dikarenakan walaupun makanan yang diberikan pada bayi adalah makanan seadanya dan terbatas masalah ekonominya, namun besarnya perhatian ibu dilihat dari bagaimana ibu mampu memperhatikan kecukupan gizi bayi dengan memperhatikan kesehatan dan kebersihan serta turut serta dalam kegiatan posyandu sangat membantu pertumbuhan berat badan bayi.

Paritas atau jumlah kelahiran bayi sangat berkaitan dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, maka semakin pendek jarak kelahirannya. Hal ini dapat menyebabkan seorang ibu cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan. Seorang ibu memerlukan waktu paling sedikit 2 tahun untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah hamil dan melahirkan (Unicef, 2002).

Paritas dikatakan tinggi bila seorang wanita melahirkan anak ke-4 atau lebih. Anak dengan urutan paritas yang lebih tinggi seperti anak kelima, keenam dan seterusnya ternyata kemungkinan untuk menderita gangguan gizi lebih besar dibandingkan dengan anak 1, 2, 3. Bahaya yang mungkin beresiko terhadap seorang anak timbul apabila terjadi kelahiran lagi, sedangkan anak sebelumnya masih minum ASI, sehingga perhatian ibu beralih pada anak yang baru lahir, terhentinya pemberian ASI merupakan faktor pendorong terjadinya gizi buruk. (Sjahmien, 1992)

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa 95,45% Ibu memiliki paritas rendah dan sebanyak 4,55% ibu memiliki paritas tinggi. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan berat badan bayi yang ditunjukkan oleh lampiran 1 bahwa seluruh bayi memiliki pertumbuhan berat badan yang baik (normal) tiap bulannya, maka


(1)

Lampiran 7

Daftar Riwayat Hidup

Nama

: Mei Rianita E Sinaga

Tempat/Tanggal Lahir

: Pematang Siantar/29 Mei 1989

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jln. Karya Rakyat Komp.Perum Dosen

Nommensen No.29C, Sei Agul, Medan

Riwayat Pendidikan

:

1. 1995 – 2001 : SD Negeri 124390 Pematang Siantar

2. 2001 – 2004 : SLTP Negeri 7 Pematang Siantar

3. 2004 – 2007 : SMA Negeri 2 Pematang Siantar

4. 2007 - 2011 : Fakultas Keperawatan USU


(2)

T-Test (Pertambahan berat badan bayi 0 sampai 6 bulan) Group Statistics

Makanan N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pertumbuhan ASI 22 4.1023 .74394 .15861

MP-ASI 22 3.3909 .53888 .11489

Independent Samples Test Levene'

s Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pertum

buhan

Equal variances

assumed .157 .149 .632 42 001 .71136 .19585 .31613 1.10660

Equal variances

not assumed .632 38.280 001 .71136 .19585 .31499 1.10774

T-Test (Berat badan bayi 1 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pertumbuhan1 ASI 22 4.0500 .74626 .15910

MP-ASI 22 4.0773 .53801 .11470

Independent Samples Test Levene'

s Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper pertum

buhan1

Equal variances

assumed .635 .208 .139 42 890 -.02727 .19614 -.42310 .36855

Equal variances


(3)

T-Test (Berat badan bayi 2 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pertumbuhan2 ASI 22 4.9636 .82667 .17625

MP-ASI 22 5.0227 .54766 .11676

Independent Samples Test Leve

ne's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

pertum buhan2

Equal variances

assumed .670 062 .280

42

781 -.05909 .21141 -.48574 .36756

Equal variances not

assumed .280

36.456

781 -.05909 .21141 -.48767 .36949

T-Test (Berat badan bayi 3 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pertumbuhan3 ASI 22 5.7136 .73049 .15574

MP-ASI 22 5.5182 .54304 .11578

Independent Samples Test Leve

ne's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed ) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum

buhan3

Equal variances

assumed .283 016 .007 42 320 .19545 .19406 -.19617 .58708

Equal variances


(4)

T-Test (Berat badan bayi 4 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pertumbuhan4 ASI 22 6.3364 .80448 .17152

MP-ASI 22 5.9909 .58139 .12395

Independent Samples Test Leve

ne's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum

buhan4

Equal variances

assumed .582 023 .632 42 .110 .34545 .21162 -.08161 .77251

Equal variances

not assumed .632 38.234 .111 .34545 .21162 -.08285 .77376

T-Test (Berat badan bayi 5 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

pertumbuhan5 ASI 22 6.7545 .82389 .17565

MP-ASI 22 6.3364 .57200 .12195

Independent Samples Test Lev

ene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum

buhan5

Equal variances

assumed .991 052 .956 42 .057 .41818 .21384 -.01336 .84972

Equal variances

not assumed .956 37.428 .058 .41818 .21384 -.01493 .85129

T-Test (Berat badan bayi 6 bulan)

Group Statistics

Makanan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


(5)

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

Sig. df

Sig. (2-tailed )

Mean Differe nce

Std. Error Differe nce

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pertum

buhan6

Equal variances

assumed .222 046 .676 42 011 .60000 .22417 .14760 1.05240

Equal variances


(6)

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dengan Yang Diberi Susu Formula Di Kecamatan Ngawi.

0 2 14

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dengan Yang Diberi Susu Formula Di Kecamatan Ngawi.

0 2 11

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 0 17

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 0 14

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 0 26

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 0 3

Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tembung Kota Medan Tahun 2016

0 2 16

PERBEDAAN PERTAMBAHAN PANJANG BADAN BAYI USIA 4 - 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA

0 0 44

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN ASI TIDAK EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUMIJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA

0 0 15