Kandungan Tembaga Air Minum Isi Ulang di Kota Bandung.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

KANDUNGAN TEMBAGA AIR MINUM KEMASAN ISI ULANG DI KOTA BANDUNG

Ezra Artur Stefano Simanjuntak, 2015 Pembimbing 1: Fen Tih, dr., M.Kes

Pembimbing 2: Grace Puspasari, dr., M. Gizi

Air minum, air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum jadi yang bisa langsung diminum, biasa didapat dari Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) serta air minum yang didapat dari Depot Air Minum Isi Ulang. Depot Air Minum atau Depot Air Minum Isi Ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan dijual langsung kepada konsumen.

Logam Tembaga adalah salah satu logam berat yang harus diukur parameternya sebagai salah satu standar bagi kualitas air minum. Menurut

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

907/MENKES/SL/VII/2010 kadar tembaga yang ada dalam air minum maksimal sebanyak 2mg/l (miligram per liter).

Tujuan dalam penelitian ini, adalah untuk mengetahui kadar logam Tembaga dalam air kemasan isi ulang di Kota Bandung. Salah satu sumber pencemaran tembaga pada air adalah korosi dari pipa air.

Penelitian ini merupakan suatu survey deskriptif dengan rancangan cross sectional. Penentuan kadar Tembaga dalam air minum isi ulang diuji secara kuantitatif dengan metode Neocuproine.

Hasil penelitian ini, didapatkan bahwa kadar Tembaga dalam air minum kemasan isi ulang yang didapat di Kota Bandung adalah <0,001 mg/L.

Simpulan dari penelitian ini didapatkan kandungan logam Tembaga di dalam Air Minum Isi Ulang yang diambil dari 30 Depot Air Minum Isi Ulang di kota Bandung di bawah kadar yang diperbolehkan yaitu 2 mg/L (miligram per Liter).

Kata Kunci : air minum, air minum kemasan isi ulang , tembaga, depot air minum isi ulang


(2)

ABSTRACT

COPPER CONTENT IN REFILLED DRINKING WATER AT BANDUNG CITY

Ezra Artur Stefano Simanjuntak, 2015 1st Tutor: Fen Tih, dr., M.Kes

2nd Tutor: Grace Puspasari, dr., M. Gizi

Drinking water is processed or non-processed water which fulfill the health standards and can be directly drunk . Regular drinking water, can be obtained from Packed Water and refilled drinking water from the Refill Depots. Refill Depot is an industrial business which process water into a drinkable water and sell them directly to consuments.

Copper is one of the heavy metals that must be measured as one of the standards of drinking water.According to Indonesian health minister's decree no. 907/MENKES/SL/VII/ 2010 the maximum allowed levels of copper in drinking water is 2 mg/l (miligrams per liter).

The purpose of this research is to know the levels of copper in refilled drinking water from refill depots in Bandung. The source of copper contamination water comes from corosion in plumbing system.

The research was a descriptive survey with cross sectional design. 30 samples were selected randomly from 150 registered depots in Bandung. Copper content was analyzed quantitatively with Neocuproine method.

Results showed that 30 samples of Copper level in Refilled Drinking Water were <0,001 mg/l.

Conclusion of this study isthat the amount of Copper level that was taken from 30 refilled water from refill depots in Bandung contains Copper below permitted level.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air minum ... 5

2.2 Persyaratan Air Minum ... 5

2.3 Tembaga (Cu) ... ...7

2.3.1 Metabolisme Tembaga ... 7

2.3.2 Kadar Cu Berlebih (Excess of Cu)...8

2.4 Deteksi Kadar Tembaga dalam Air Minum dengan Metode Neocuproine ...9


(4)

2.5 Depot Air Minum Isi Ulang ...10

2.5.1 Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang ...10

2.5.2 Peralatan Depot Air Minum ... 10

2.5.3 Pedoman Cara Produksi Depot Air Minum yang Baik ... 11

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ...17

3.1.1 Alat Penelitian ...17

3.1.2 Bahan Penelitian ...17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...18

3.3 Metode Penelitian ... 18

3.3.1 Desain Penelitian ... 18

3.3.2 Besar Sampel Penelitian ... 19

3.4 Definisi Operasional ... 19

3.5 Prosedur Kerja ... 19

3.5.1 Pengumpulan data Depot Air Minum Isi Ulang Kota Bandung dari Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 19

3.5.2 Pengambilan Sampel ... 20

3.5.3 Cara Kerja dan Analisis Kadar Besi Secara Kuantitatif ... 20

3.5.3.1 Cara Kerja... 20

3.5.3.2 Perhitungan Kadar Tembaga ... 22

3.6 Penyajian Data ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 23

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 25


(5)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... 28 RIWAYAT HIDUP ... 37


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter wajib dalam pemeriksaan air minum ... 6 4.1 Hasil Pemeriksaan Analisis Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air Minum Isi Ulang di Kota Bandung ... 23


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.2 Proses Air Minum Isi Ulang ... 14 2.3 Tampilan Depot Air Minum Isi Ulang ... 16


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Rekomendasi Penelitian dari Pemerintah Kota Bandung

Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat ...28 2. Surat Pengambilan Data Penelitian dari Dinas Kesehatan

Kota Bandung ...29 3. Hasil Penelitian ...30 4. Gambar Alat dan Bahan ...36


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Kebutuhan manusia akan air, terdiri dari berbagai macam aspek, antara lain minum, memasak, mencuci, dan berbagai kebutuhan manusia lainnya. Di zaman modern seperti ini, untuk mendapatkan sumber air minum, manusia mempunyai beberapa cara. Sebagian orang memperolehnya dengan cara memasak, sedangkan sebagian lagi memperolehnya dengan cara membeli air minum yang sudah bisa langsung diminum.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes, 2010). Air minum jadi yang bisa langsung diminum, biasa didapat dari Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) serta air minum yang didapat dari Depot Air Minum Isi Ulang. AMDK adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air demineral (SNI 2006). Depot Air Minum atau Depot Air Minum Isi Ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Permenkes, 2004).

Kualitas air minum yang baik adalah air yang telah lulus uji bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik yang termasuk dalam parameter wajib (Permenkes, 2010). Uji bakteriologis, bakteri yang diuji antara lain: Eschericia coli dan Coliform. Uji kimia, menguji senyawa anorganik, senyawa organik yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan serta yang tidak memberi pengaruh langsung terhadap kesehatan, pestisida dan disinfektan dengan hasil sampingannya. Uji radioaktivitas, menguji gross alpha activity dan gross betha activity. Uji fisik menguji warna, rasa dan bau, temperatur, serta kekeruhan (Permenkes, 2004). Diantara parameter wajib dalam Permenkes no 492 tahun 2010 terdapat beberapa zat yang berupa logam berat diantaranya: besi, tembaga, kromium,


(10)

timah, nikel. Kadar logam berat ini berbahaya bagi manusia, dan jika kadarnya berlebih, dapat memberi pengaruh pada kesehatan manusia walaupun secara tidak langsung (Permenkes, 2002).

Logam tembaga adalah salah satu logam berat yang harus diukur parameternya sebagai salah satu standar bagi kualitas air minum. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SL/VII/2010 kadar tembaga yang ada dalam air minum maksimal sebanyak 2 mg/L (miligram per liter). Kadar tembaga yang mengkontaminasi air, pada umumnya disebabkan karena korosi dari pipa saluran air (WHO, 2004). Jika berlebih, bisa terjadi berbagai penyakit akibat keracunan tembaga. Dampak dari keracunan tembaga dapat terjadi mual dan muntah hingga kerusakan hepar.

Penelitian mengenai kadar tembaga dalam air minum isi ulang di kota Bandung belum pernah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk meneliti kadar tembaga dalam air minum kemasan isi ulang.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah kandungan logam tembaga di dalam air minum isi ulang di kota Bandung kurang dari ambang batas yang diperbolehkan yaitu 2 mg/l (miligram per liter)

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam tembaga dalam air minum isi ulang di kota Bandung.

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui kandungan logam tembaga dalam air minum ini ulang di kota Bandung sudah dalam batas aman yang diperbolehkan Kementrian Kesehatan RI.


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Akademis

Untuk menambah data penelitian tentang kandungan tembaga dalam air minum isi ulang.

1.4.2Manfaat Praktis

Sebagai informasi terhadap masyarakat mengenai kandungan tembaga dalam air minum isi ulang.

1.5 Landasan Teori

Dalam air minum, terlarut berbagai macam jenis zat. Zat-zat yang terlarut dalam air tersebut terdiri dari berbagai jenis. Diantara zat-zat tersebut, ada yang dapat berpengaruh langsung dengan kesehatan dan yang tidak berpengaruh langsung dengan kesehatan (Permenkes, 2010). Parameter yang masuk dalam hal yang berpengaruh langsung dengan kesehatan, diantaranya bakteri Eschericia coli, bakteri koliform, dan senyawa anorganik seperti arsenik, fluorida, serta nitrit dan nitrat. Berbagai macam logam, seperti besi, tembaga, dan timbal masuk ke dalam parameter yang tidak langsung berpengaruh dengan kesehatan.

Tembaga dalam tubuh merupakan salah satu komponen logam berat yang penting, karena tembaga terlibat dalam berbagai macam reaksi enzimatik (Becaria, et al., 2006). Pada tubuh manusia dewasa, yang berat badannya ±70kg mengandung 80-120 mg tembaga dan kebutuhan per harinya sekitar 2,5 mg (Burch, 1975). Dalam tubuh manusia sendiri, tembaga yang sudah dikonsumsi baik dalam makanan atau minuman akan diserap di bagian upper gut melalui 2 mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah energy dependent process yang difasilitasi oleh asam amino, sedangkan mekanisme yang kedua, yang menyerap lebih banyak tembaga, menggunakan protein dan enzim superoksida dismutase.


(12)

Setelah itu, terjadi transport tembaga tersebut dari lumen di usus menuju darah. (Burch,1975)

Terlalu banyak mengonsumsi tembaga menimbulkan beberapa akibat. Efek keracunan tembaga sudah mulai terlihat bila mengonsumsi 15mg tembaga (Burch, 1975). Efek yang langsung terlihat antara lain mual, muntah, diare, dan kram usus, bahkan, dalam kasus yang lebih ekstrem, terjadi hemolisis intravaskular. Dalam paparan jangka panjang terhadap konsumsi tembaga dapat menyebabkan

Wilson’s disease (Burch, 1975) penyakit yang ditandai dengan peningkatan deposit tembaga di hepar, otak dan jaringan lain (Gilroy, 2016). Bahkan kadar tembaga berlebih dalam air minum dapat meningkatkan deposit beta amiloid dan meningkatkan aktivitas oksidatif di otak, walaupun dalam tikus. (Becaria, et al., 2006)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khuntum Khaira (2014), dikatakan bahwa kadar tembaga dalam air minum isi ulang yang diperoleh dari lima sampel yang diambil tidak memenuhi batas yang diperbolehkan dari Kementrian Kesehatan (Khaira, 2014).


(13)

25 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kandungan logam Tembaga di dalam Air Minum Isi Ulang yang diambil dari 30 Depot Air Minum Isi Ulang di kota Bandung kurang dari 2 mg/l (miligram per liter).

5.2 Saran

1. Diperlukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaga kualitas air minum kemasan isi ulang.

2. Diperlukan pemeriksaan pada kualitas air di depot Air Minum Kemasan Isi Ulang yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan kota Bandung dan membandingkan dengan depot air minum yang terdaftar di kota Bandung. 3. Kepada konsumen air minum kemasan isi ulang diharapkan berhati-hati dalam

memilih depot air minum isi ulang karena masih dapat ditemukan depot air minum isi ulang yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan Kota Bandung. 4. Kepada pemilik depot air minum isi ulang diharapkan menjaga kebersihan di

lingkungan sekitar depot untuk mencegah kontaminasi pada air minum isi ulang


(14)

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association. (1991). Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.

Badan Standardisasi Nasional. (2006). Retrieved January 14, 2015, from baristandmanado.kemenperin.go.id: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fbaristandm anado.kemenperin.go.id%2Findex.php%2Fnews%2Fstandar-nasional- indonesia%3Fdownload%3D3%253Asni-01-3553-2006-amdk&ei=Vri1VIK5EtCouwTGsYDQ

Becaria, A., Lahiri, D. K., Chen, D., Hamadeh, A., Li, H., Taylor, R., et al. (2006). Aluminum and copper in drinking water enhance inflammatory or oxidative events specifically in the brain. Journal Of Neuroimmunology. Burch, R. E., Hahn, H. K., & Sullivan, J. F. (1975). Clinical Chemistry, Vol 21,

No 4.

Bureau of Indian Standards. (1991). Retrieved 20 2015, December, from law.resource.org:

https://law.resource.org/pub/in/bis/S02/is.3025.42.1992.html

Casper, J. (2015). Retrieved December 1, 2015, from nutritionalbalancing.org:

http://nutritionalbalancing.org/center/htma/science/articles/copper-toxicity.php#p-00b

Gilroy, R. K. (2016). Retrieved January 30, 2016, from Wilson’s Disease :

Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/183456-overview Hastuti, S. P., & Dewi, L. (2011). Retrieved January 14, 2015, from

http://repository.uksw.edu:

http://repository.uksw.edu/handle/123456789/261

Hill, R. (1998). What Sample Size is "Enough" in Internet Survey Research. Interpersonal Computing and Technology: An Electronic Journal for 21st Century, 6.

Khaira, K. (2014). Analisa Kadar Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) dalam Air Minum Isi Ulang Kemasan Galon di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Sainstek Vol. VI No. 2: 116-123.


(15)

27 Universitas Kristen Maranatha

Menteri Kesehatan RI. (2010). Retrieved January 12, 2015, from Penelitian dan Pengembangan: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.litba ng.depkes.go.id%2Fsites%2Fdownload%2Fregulasi%2Fpermenkes%2FPe rmenkes_492-th-2010.pdf&ei=m4CzVKT_HpSmuQSJlICQBA&usg=AFQjCNHyF2PmIqz eUbsU

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. (2004). Retrieved

January 15, 2015, from peraturan.bkpm.gov.id:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fperaturan.b kpm.go.id%2Fjdih%2Flampiran%2FKepmenperindag_651_2004.pdf&ei= 8MK1VLn4E5OgugSdiIG4Dw&usg=AFQjCNG1iFBPIpQmm80Hcmmi M-ALr0mtvw&sig2=5XmYNH

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. (2004). Retrieved November 29, 2015, from storage.jak-stik.ac.id: http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/DalamNegri/MPP_651_04.pdf

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. (2011). Retrieved January 15, 2015,

from www.kemenperin.go.id:

http://www.kemenperin.go.id/jawaban_attachment.php?id=554&id_t=505 5

Purba, I. O. (2011). Retrieved September 2, 2015, from repository.usu.ac.id: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24439

Rodes, J., Benhamou, J.-P., Blei, A., Reichen, J., & Mario Rizzetto, M. (2007). The Textbook of Hepatology: From Basic Science to Clinical Practice, 3rd Edition. Retrieved November 29, 2015, from www.gastrohep.com: www.gastrohep.com/ebooks/rodes/Rodes_2_3_13.pdf

U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES. (2004). http://www.atsdr.cdc.gov. Retrieved January 15, 2015, from http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp132.pdf

World Health Organization. (2004). Retrieved November 29, 2015, from www.who.int:


(1)

2 Universitas Kristen Maranatha timah, nikel. Kadar logam berat ini berbahaya bagi manusia, dan jika kadarnya berlebih, dapat memberi pengaruh pada kesehatan manusia walaupun secara tidak langsung (Permenkes, 2002).

Logam tembaga adalah salah satu logam berat yang harus diukur parameternya sebagai salah satu standar bagi kualitas air minum. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SL/VII/2010 kadar tembaga yang ada dalam air minum maksimal sebanyak 2 mg/L (miligram per liter). Kadar tembaga yang mengkontaminasi air, pada umumnya disebabkan karena korosi dari pipa saluran air (WHO, 2004). Jika berlebih, bisa terjadi berbagai penyakit akibat keracunan tembaga. Dampak dari keracunan tembaga dapat terjadi mual dan muntah hingga kerusakan hepar.

Penelitian mengenai kadar tembaga dalam air minum isi ulang di kota Bandung belum pernah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk meneliti kadar tembaga dalam air minum kemasan isi ulang.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah kandungan logam tembaga di dalam air minum isi ulang di kota Bandung kurang dari ambang batas yang diperbolehkan yaitu 2 mg/l (miligram per liter)

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam tembaga dalam air minum isi ulang di kota Bandung.

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui kandungan logam tembaga dalam air minum ini ulang di kota Bandung sudah dalam batas aman yang diperbolehkan Kementrian Kesehatan RI.


(2)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Akademis

Untuk menambah data penelitian tentang kandungan tembaga dalam air minum isi ulang.

1.4.2Manfaat Praktis

Sebagai informasi terhadap masyarakat mengenai kandungan tembaga dalam air minum isi ulang.

1.5 Landasan Teori

Dalam air minum, terlarut berbagai macam jenis zat. Zat-zat yang terlarut dalam air tersebut terdiri dari berbagai jenis. Diantara zat-zat tersebut, ada yang dapat berpengaruh langsung dengan kesehatan dan yang tidak berpengaruh langsung dengan kesehatan (Permenkes, 2010). Parameter yang masuk dalam hal yang berpengaruh langsung dengan kesehatan, diantaranya bakteri Eschericia coli, bakteri koliform, dan senyawa anorganik seperti arsenik, fluorida, serta nitrit dan nitrat. Berbagai macam logam, seperti besi, tembaga, dan timbal masuk ke dalam parameter yang tidak langsung berpengaruh dengan kesehatan.

Tembaga dalam tubuh merupakan salah satu komponen logam berat yang penting, karena tembaga terlibat dalam berbagai macam reaksi enzimatik (Becaria, et al., 2006). Pada tubuh manusia dewasa, yang berat badannya ±70kg mengandung 80-120 mg tembaga dan kebutuhan per harinya sekitar 2,5 mg (Burch, 1975). Dalam tubuh manusia sendiri, tembaga yang sudah dikonsumsi baik dalam makanan atau minuman akan diserap di bagian upper gut melalui 2 mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah energy dependent process yang difasilitasi oleh asam amino, sedangkan mekanisme yang kedua, yang menyerap lebih banyak tembaga, menggunakan protein dan enzim superoksida dismutase.


(3)

4 Universitas Kristen Maranatha Setelah itu, terjadi transport tembaga tersebut dari lumen di usus menuju darah. (Burch,1975)

Terlalu banyak mengonsumsi tembaga menimbulkan beberapa akibat. Efek keracunan tembaga sudah mulai terlihat bila mengonsumsi 15mg tembaga (Burch, 1975). Efek yang langsung terlihat antara lain mual, muntah, diare, dan kram usus, bahkan, dalam kasus yang lebih ekstrem, terjadi hemolisis intravaskular. Dalam paparan jangka panjang terhadap konsumsi tembaga dapat menyebabkan Wilson’s disease (Burch, 1975) penyakit yang ditandai dengan peningkatan deposit tembaga di hepar, otak dan jaringan lain (Gilroy, 2016). Bahkan kadar tembaga berlebih dalam air minum dapat meningkatkan deposit beta amiloid dan meningkatkan aktivitas oksidatif di otak, walaupun dalam tikus. (Becaria, et al., 2006)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khuntum Khaira (2014), dikatakan bahwa kadar tembaga dalam air minum isi ulang yang diperoleh dari lima sampel yang diambil tidak memenuhi batas yang diperbolehkan dari Kementrian Kesehatan (Khaira, 2014).


(4)

25 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kandungan logam Tembaga di dalam Air Minum Isi Ulang yang diambil dari 30 Depot Air Minum Isi Ulang di kota Bandung kurang dari 2 mg/l (miligram per liter).

5.2 Saran

1. Diperlukan pemeriksaan secara berkala untuk menjaga kualitas air minum kemasan isi ulang.

2. Diperlukan pemeriksaan pada kualitas air di depot Air Minum Kemasan Isi Ulang yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan kota Bandung dan membandingkan dengan depot air minum yang terdaftar di kota Bandung. 3. Kepada konsumen air minum kemasan isi ulang diharapkan berhati-hati dalam

memilih depot air minum isi ulang karena masih dapat ditemukan depot air minum isi ulang yang tidak terdaftar di Departemen Kesehatan Kota Bandung. 4. Kepada pemilik depot air minum isi ulang diharapkan menjaga kebersihan di

lingkungan sekitar depot untuk mencegah kontaminasi pada air minum isi ulang


(5)

26 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association. (1991). Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.

Badan Standardisasi Nasional. (2006). Retrieved January 14, 2015, from baristandmanado.kemenperin.go.id:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fbaristandm anado.kemenperin.go.id%2Findex.php%2Fnews%2Fstandar-nasional-

indonesia%3Fdownload%3D3%253Asni-01-3553-2006-amdk&ei=Vri1VIK5EtCouwTGsYDQ

Becaria, A., Lahiri, D. K., Chen, D., Hamadeh, A., Li, H., Taylor, R., et al. (2006). Aluminum and copper in drinking water enhance inflammatory or oxidative events specifically in the brain. Journal Of Neuroimmunology.

Burch, R. E., Hahn, H. K., & Sullivan, J. F. (1975). Clinical Chemistry, Vol 21, No 4.

Bureau of Indian Standards. (1991). Retrieved 20 2015, December, from law.resource.org:

https://law.resource.org/pub/in/bis/S02/is.3025.42.1992.html

Casper, J. (2015). Retrieved December 1, 2015, from nutritionalbalancing.org:

http://nutritionalbalancing.org/center/htma/science/articles/copper-toxicity.php#p-00b

Gilroy, R. K. (2016). Retrieved January 30, 2016, from Wilson’s Disease : Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/183456-overview

Hastuti, S. P., & Dewi, L. (2011). Retrieved January 14, 2015, from http://repository.uksw.edu:

http://repository.uksw.edu/handle/123456789/261

Hill, R. (1998). What Sample Size is "Enough" in Internet Survey Research.

Interpersonal Computing and Technology: An Electronic Journal for 21st Century, 6.

Khaira, K. (2014). Analisa Kadar Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) dalam Air Minum Isi Ulang Kemasan Galon di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Sainstek Vol. VI No. 2: 116-123.


(6)

27 Universitas Kristen Maranatha Menteri Kesehatan RI. (2010). Retrieved January 12, 2015, from Penelitian dan

Pengembangan:

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.litba ng.depkes.go.id%2Fsites%2Fdownload%2Fregulasi%2Fpermenkes%2FPe

rmenkes_492-th-2010.pdf&ei=m4CzVKT_HpSmuQSJlICQBA&usg=AFQjCNHyF2PmIqz eUbsU

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. (2004). Retrieved January 15, 2015, from peraturan.bkpm.gov.id: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fperaturan.b kpm.go.id%2Fjdih%2Flampiran%2FKepmenperindag_651_2004.pdf&ei= 8MK1VLn4E5OgugSdiIG4Dw&usg=AFQjCNG1iFBPIpQmm80Hcmmi M-ALr0mtvw&sig2=5XmYNH

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. (2004). Retrieved November 29, 2015, from storage.jak-stik.ac.id: http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/DalamNegri/MPP_651_04.pdf

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. (2011). Retrieved January 15, 2015,

from www.kemenperin.go.id:

http://www.kemenperin.go.id/jawaban_attachment.php?id=554&id_t=505 5

Purba, I. O. (2011). Retrieved September 2, 2015, from repository.usu.ac.id: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24439

Rodes, J., Benhamou, J.-P., Blei, A., Reichen, J., & Mario Rizzetto, M. (2007).

The Textbook of Hepatology: From Basic Science to Clinical Practice, 3rd Edition. Retrieved November 29, 2015, from www.gastrohep.com: www.gastrohep.com/ebooks/rodes/Rodes_2_3_13.pdf

U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES. (2004).

http://www.atsdr.cdc.gov. Retrieved January 15, 2015, from http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp132.pdf

World Health Organization. (2004). Retrieved November 29, 2015, from www.who.int: