Kandungan Timbal (Pb) dalam Air Minum isi Ulang dari Beberapa Depot di Kota Bandung.

(1)

iv ABSTRAK

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM AIR MINUM ISI ULANG DARI BEBERAPA DEPOT

DI KOTA BANDUNG

Indah Kusumawardani, 2015. Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes

Pembimbing II : Grace Puspasari, dr., M.Gizi

Air minum isi ulang yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia masih kurang diawasi kandungannya terutama kadar logam berat seperti timbal. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, timbal merupakan salah satu parameter kimiawi tambahan yang memiliki kadar maksimum yang diizinkan ada di dalam air minum, karena kadar yang berlebihan di dalam tubuh akan menjadi toksik dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam timbal dalam air minum isi ulang di depot air minum isi ulang yang ada di kota Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan rancangan cross sectional dan metode random sampling. Populasi yang digunakan adalah 30 depot air minum isi ulang yang ada di kota Bandung. Analisis timbal dalam sampel menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dengan alat spektrofotometer.

Hasil penelitian didapatkan tidak ada depot yang kandungan timbalnya melebihi kadar maksimum. Namunsebagian depot menunjukkan kadar timbal yang hampir mendekati kadar maksimum.

Kesimpulan penelitian ialah kandungan timbal dalam air minum isi ulang di kota Bandungmasih dalam batas yang diizinkan.

Kata kunci : timbal, air minum isi ulang, Kota Bandung


(2)

v

LEAD (Pb) CONTENT IN REFILLED DRINKING WATER FROM SEVERAL STATIONS

AT BANDUNG CITY

Indah Kusumawardani, 2015

1stAdvisor : Fen Tih, dr., M.Kes.

2nd Advisor : Grace Puspasari, dr., M.Gizi

Refilled drinking water which consumed by a lot of Indonesian society is still lack of control of its heavy metal content such as lead. Based on the Health Minister of Indonesia regulation No 492/Menkes/Per/IV/2010, lead is one of additional chemistry parameter which has minimum concentration allowed in drinking water, due to the excess concentration of lead in human body is toxic and causes some health problems.

The purpose of this research is to find out the lead content in refilled drinking water at Bandung City.

Design used in this research is a descriptive survey with cross sectional program and random sampling method. The populationsare 30 refill stations in Bandung City. Lead analysis using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method with spectrophotometer.

The research’sshowed that most of refill station has lead concentration below the maximum limit. Meanwhileseveral stationsshowed that their lead concentration is almost reach maximum limit.

The conclusion, lead concentration in refilled drinking water at Bandung City is below the maximum limit.

Keywords : lead, refilled drinking water, Bandung City

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT


(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURATPERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATAPENGANTAR ... vi

DAFTARISI... viii

DAFTARTABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

DAFTARLAMPIRAN ... xiii

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Landasan Teori ... 4


(4)

ix BABIITINJAUANPUSTAKA

2.1Air Minum ... 5

2.1.1 Pengertian Air Minum ... 5

2.1.2Persyaratan Air Minum ... 5

2.2Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) ... 6

2.2.1 Pengertian Depot Air Minum... 6

2.2.2 Pedoman Pengolahan Air Baku ... 7

2.3Proses Pengolahan air Baku Menjadi Air Minum Isi Ulang ... 7

2.3.1 Bahan Baku, Mesin, dan Peralatan Produksi ... 7

2.3.2 Proses Produksi ... 9

2.4 Timbal………. ... 12

2.4.1 Sifat-Sifat Timbal ... 12

2.4.2 Kegunaan Timbal ... 13

2.4.3 Sumber Polusi Timbal dalam Air dan Makanan ... 14

2.4.4 Keracunan oleh Logam Timbal ... 15

2.4.5 Metabolisme Timbal ... 16

2.4.5.1Absorbsi ... 16

2.4.5.2 Distribusi dan Penyimpanan ... 16

2.4.5.3Ekskresi ... 17

2.5 Efek Timbal ... 17

2.5.1 Efek Timbal pada Sistem Hematopoietik. ... 17

2.5.2Efek Timbal pada Sistem Saraf. ... 21


(5)

x

2.5.3Efek Timbal pada Sistem Urinaria. ... 21

2.5.4Efek Timbal pada Sistem Reproduksi. ... 21

2.5.5Efek Timbal pada Sistem Endokrin. ... 22

2.6 Pemantauan Timbal dalam Tubuh Manusia ... 22

BAB III BAHAN DAN METODEPENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 24

3.1.1 Alat Penelitian. ... 24

3.1.2Bahan Penelitian. ... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Metode Penelitian ... 25

3.3.1 Disain Penelitian. ... 25

3.3.2Besar Sampel Penelitian. ... 25

3.4 Definisi Operasional ... 25

3.5 Prosedur Penelitian ... 26

3.5.1 Pengumpulan Data Depot Air Minum Isi Ulang ... 26

3.5.2Pengambilan Sampel ... 26

3.5.3Pengujian Kadar Timbal Secara Kuantitatif ... 26

3.6 Penyajian Data ... 27

BABIVHASILDANPEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 28


(6)

xi

4.2 Pembahasan ... 29

BABVSIMPULANDANSARAN 5.1 Simpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTARPUSTAKA ... 33

LAMPIRAN... 35

RIWAYAT HIDUP ... 53


(7)

xii

DAFTAR TABEL

TabelHalaman

2.1 Parameter Persyaratan Kualitas Air Minum ... 5 4.1 Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) dalam Air Minum Isi

Ulang di Kota Bandung dengan Metode Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS) . ... 28


(8)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Proses Pengolahan Air Minum ... 1

2.2 Pembentukan Heme dan Tempat Pembentukan ... 8

2.3 Jalur Pembentukan Heme ... 18

2.4 Sintesis Hemoglobin ... 19

2.5 Hematotoksisitas Timbal pada Sintesis Heme ... 20


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

Lampiran 1 Gambar Alat dan Proses... 35

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Penelitian dan Surat Keterangan... 37

Lampiran 3 Hasil Uji Laboratorium... 39

Lampiran 4 Data Depot Air Minum Isi Ulang... 45


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Air dibutuhkan mulai dari kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, sampai dikonsumsi untuk minum. Manusia minum untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya akan cairan. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 70% dari bagian tubuh (Lubis, 2005).

Air yang layak untuk diminum tentunya air yang matang agar aman dikonsumsi. Di zaman modern ini tidak perlu lagi memasak air mentah untuk diminum. Masyarakat kini telah dipermudah dengan dijualnya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang siap minum dengan berbagai merek terkenal. Untuk memperoleh AMDK ini mudah didapatkan dimana saja. Namun lama kelamaan harga AMDK yang semakin mahal membuat masyarakat mencari alternatif lain yang lebih ekonomis, misalnya air minum isi ulang (Athena, 2004).

Hal ini menjadi peluang bagi beberapa pengusaha yaitu dengan membuka depot air isi ulang yang sekarang semakin banyak bermunculan. Dengan bermodal mesin yang praktis dan mudah dioperasikan, ditambah bahan baku air, sudah dapat membuka depot air isi ulang. Kita dapat dengan mudah menemukan depot tersebut, mulai dari pinggir jalan hingga komplek perumahan. Oleh karena itu kini semakin banyak masyarakat yang mengonsumsi air minum isi ulang.

Tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan kandungan dan kebersihannya. Air alami yang berasal dari sungai, kolam, danau, laut, dan sumber-sumber lainnya mengandung berbagai faktor yang bersifat biotik dan abiotik. Faktor biotik contohnya bakteri, jamur, dan protozoa. Faktor abiotik contohnya macam-macam logam berat seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klorida (Cl), dan timbal (Pb). Salah satu contohnya, hasil pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap kualitas


(11)

2

depot air minum isi ulang di Jakarta (Kompas, 2003) menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah sampel (Widiyanti, 2004). Salah satu logam berat yang berbahaya adalah timbal, yang terbentuk secara alami, tersedia dalam bentuk biji logam. Air terkontaminasi dengan timbal ketika air mengalir melalui pipa atau keran kuningan yang mengandung timbal (Suherni, 2010). Kadar maksimum timbal yang diperbolehkan ada dalam air minum adalah 0,01 mg/l (Menkes RI, 2010). Dalam beberapa tahun ini keracunan timbal telah dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cukup serius di seluruh dunia, khususnya masyarakat yang hidup di negara berkembang (Suherni, 2010).

Keracunan timbal bisa terjadi akibat seringnya mengonsumsi air minum isi ulang dengan kadar timbal diatas normal yang lama-kelamaan akan terakumulasi dalam darah. Gejala keracunan timbal muncul pada kadar timbal dalam darah mulai 0-10g/dL pada anak-anak dan mulai 10g/dL pada orang dewasa. Gejala akan semakin berat jika kadarnya semakin tinggi dalam darah. Gejala yang muncul misalnya gangguan ginjal, anemia, keguguran (Suherni, 2010), menghambat hantaran impuls saraf, hingga menyebabkan kanker (Goenarso, 2004). Pada anak-anak dapat menimbulkan penurunan perkembangan intelijensi, gangguan belajar, hiperaktif, dan hambatan pertumbuhan (Suherni, 2010).

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bandung, tercatat ada 150 depot air minum isi ulang di Kota Bandung yang terdaftar hingga tahun 2015. Tidak didapatkan data mengenai kandungan logam dalam air yang diproduksi depot-depot tersebut sehingga belum diketahui apakah kandungan logam beratnya telah memenuhi persyaratan.

Terdapat beberapa penelitian tentang kandungan logam berat dalam air minum isi ulang yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia. Salah satu penelitian yang menguji kadar timbal dalam air minum isi ulang ialah penelitian pada air baku dan air minum isi ulang di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar logam berat timbal dalam air minum isi ulang yang diuji telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan (Bali, 2012).


(12)

3

Pemeriksaan kandungan timbal sebagai parameter kimiawi tambahan seringkali diabaikan. Penguji, pemerintah, dan produsen lebih banyak memperhatikan aspek kandungan lainnya seperti mikrobiologi dan logam lain yang merupakan parameter kimiawi wajib seperti alumunium, besi, atau pH pada air minum. Padahal keberadaan timbal pada bahan pembuat pipa saluran air atau kran air juga berpotensi besar mencemari air yang mengalir di dalamnya dan timbal tersebut bersifat toksik dalam tubuh manusia.

Dari latar belakang di atas tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang kadar timbal yang terkandung dalam air minum isi ulang di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan diteliti apakah air minum isi ulang yang diambil dari beberapa depot di Kota Bandung mengandung logam timbal di atas kadar yang diizinkan.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui kadar logam timbal dalam air minum isi ulang dari beberapa depot yang ada di Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah data penelitian kandungan logam berat timbal dalam air minum isi ulang.


(13)

4 1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang kadar logam timbal yang terkandung dalam air minum isi ulang yang dikonsumsi masyarakat di Kota Bandung sehari-hari.

1.5 Landasan Teori

Timbal dengan nama unsur kimia plumbum (Pb) atau yang dikenal dengan timah hitam termasuk kelompok logam berat golongan IV A dalam Sistem Periodik Unsur Kimia dengan nomor atom 82 dan berbentuk padat pada suhu kamar. Timbal sering ditemukan dalam bentuk bersenyawa dengan molekul lain, misalnya PbCl2 (Gusnita, 2012). Sifat alaminya yang tidak dapat di-biodegradasi merupakan alasan utama lamanya keberadaan timbal di alam (Flora, 2012).

Logam timbal yang bersifat tahan asam banyak digunakan sebagai penutup atap, pipa saluran air, pembuatan alat-alat rumah tangga, pewarna kain, zat warna dalam industri kosmetik, dan lain-lain (Gusnita, 2012). Dalam hal pengaruhnya dengan air minum, penggunaan timbal paling umum adalah pada pipa ledeng (WHO, 2011).

Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara, makanan, dan air. Timbal larut dalam air salah satu nya melalui pipa yang mengandung timbal atau solder berbahan dasar timbal dalam sistem penyaluran air. Keracunan timbal dapat berdampak pada kesehatan, dengan mengganggu beberapa fungsi tubuh, diantaranya sistem saraf pusat, hematopoietik, hepar, dan ginjal. Keracunan timbal, biasanya kronis, terjadi saat kadar timbal darah mulai dari 0-10g/dL pada anak-anak dan 10g/dL pada orang dewasa. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala seperti muntah, encephalopathy, letargi, delirium, konvulsi, dan gejala akan semakin berat jika kadar timbal dalam darah semakin tinggi. Timbal dapat menyebabkan keracunan karena menimbulkan stres oksidatif pada sel-sel tubuh. Stres oksidatif inilah yang menyebabkan keadaan tidak seimbang antara produksi radikal bebas dan kemampuan biologis sistem tubuh dalam mendetoksifikasi atau memperbaiki kerusakan sel sehingga berujung pada kematian sel (Flora, 2012).


(14)

32

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kandungan timbal dalam air minum isi ulang di Kota Bandung tidak ada yang melebihi kadar maksimum yang diizinkan. Beberapa depot kandungan timbalnya hampir mendekati kadar maksimum yaitu 0,009 mg/L.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis antara lain:

1. Perlu dilakukan pengujian secara lengkap dan rutin oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap kandungan logam dalam air minum isi ulang di depot-depot yang ada.

2. Perlu diberlakukan persyaratan yang lebih ketat dan pemeriksaan lebih teliti untuk perizinan membuka usaha depot air minum isi ulang.

3. Perlunya edukasi tentang bahaya bahan pencemar air minum dan cara pengolahan yang baik sesuai peraturan kepada pengusaha penyedia air minum isi ulang.

4. Penyedia depot air minum isi ulang perlu menjamin kualitas air minum isi ulang yang diproduksinya, yaitu dengan melakukan pengujian rutin, mengganti alat sesuai dengan batas waktu pemakaiannya.

5. Kepada masyarakat yang sehari-hari mengkonsumsi air minum isi ulang agar tetap berhati-hati.


(15)

33

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, 2012. Cara Bisnis Air Isi Ulang., http://globalmuliaperkasa.com/cara-bisnis-air-isi-ulang.html., January 8th , 2015.

Andriyani, Retno. Fenomena air isi ulang

https://www.google.co.id/bppt.jabarprov.go.id (diunduh Rabu, 20-05-2015).

Ardyanto, Denny. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah masyarakat yang terpajan timbal (plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan.

2005;2(1):67—76 http://210.57.222.46/index.php/JKL/article/view/695 (diunduh Rabu, 20-05-2015).

Athena; M, D Anwar; M, Hendro; Muhasim. Kandungan Pb, Cd, Hg dalam air minum dari air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2004;3(3):148—152

http://www.google.com/.litbang.depkes.go.id (diunduh Kamis, 08-01-2015).

Athena; M, D Anwar; M, Hendro; Silkar. Pengaruh pengolahan air di depot air minum isi ulang dalam menormalkan derajat keasaman (pH). Media Litbang Kesehatan. 2005;15(2):19—24.,

https://www.google.co.id/ejournal.litbang.depkes.go.id (diunduh Kamis, 21-05-2015).

Bali, Subardi. Kandungan logam berat (timbal, cadmium), amoniak, nitrit dalam air minum isi ulang di Pekanbaru. Health Care Repository University of Riau. 2012;2(1):1—4.,

http://repository.unri.ac.id/http://repository.unri.ac.id/ (diunduh Senin, 06 Juli 2015).

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Edisi 15. Yogyakarta. Kanisius. Flora, G; Gupta, D; Tiwari, A. Toxicity of lead: a review with recent updates.

Interdisciplinary Toxicology. 2012;5(2):47—58

www.degruyter.com/dg/viewarticle.fullcontentlink:pdfeventlink/ (diunduh Selasa, 20-01-2015).

Goenarso, Dr. Darmadi, 2004. Dampak timbal terhadap fungsi organ/jaringan pada tubuh manusia.,

http://www.kpbb.org/makalah_ind/Dampak%20Timbel%20Terhadap%20 Fungsi%20Organ-Jaringan%20pada%20Tubuh%20Manusia.pdf., January 12th , 2015.


(16)

34

Gusnita, D. Pencemaran logam berat timbal (Pb) di udara dan upaya penghapusan bensin bertimbal. Berita Dirgantara. 2012;13(3):69

http://www.google.com/jurnal.lapan.go.id (diunduh Jumat, 16-01-2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya.

Lubis, Hayati; Putra, Effendy De Lux; Jas, Admar. Pemeriksaan cemaran bakteri dan beberapa logam berat pada air minum isi ulang yang beredar di kota medan. Jurnal Kedokteran Nusantara. 2005;38(4):305—313.

Palar, Drs. Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Edisi 2. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Suherni, 2010. Keracunan timbal di Indonesia.,

http://www.lead.org.au/Keracunan_Timbal_di_Indonesia_20100916.pdf., January 11th , 2015.

WHO, 2011. Lead in drinking water.,

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/chemicals/lead.pdf., January 15th . 2015.

Widiyanti, Ni Luh Putu Manik; Ristiati, Ni Putu. Analisis kualitatif bakteri koliform pada depo air minum isi ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2004;3(1):64—73

http://www.google.com/ejournal.litbang.depkes.go.id (diunduh Minggu, 11-01-2015).


(1)

2

depot air minum isi ulang di Jakarta (Kompas, 2003) menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah sampel (Widiyanti, 2004). Salah satu logam berat yang berbahaya adalah timbal, yang terbentuk secara alami, tersedia dalam bentuk biji logam. Air terkontaminasi dengan timbal ketika air mengalir melalui pipa atau keran kuningan yang mengandung timbal (Suherni, 2010). Kadar maksimum timbal yang diperbolehkan ada dalam air minum adalah 0,01 mg/l (Menkes RI, 2010). Dalam beberapa tahun ini keracunan timbal telah dikenal sebagai salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cukup serius di seluruh dunia, khususnya masyarakat yang hidup di negara berkembang (Suherni, 2010).

Keracunan timbal bisa terjadi akibat seringnya mengonsumsi air minum isi ulang dengan kadar timbal diatas normal yang lama-kelamaan akan terakumulasi dalam darah. Gejala keracunan timbal muncul pada kadar timbal dalam darah mulai 0-10g/dL pada anak-anak dan mulai 10g/dL pada orang dewasa. Gejala akan semakin berat jika kadarnya semakin tinggi dalam darah. Gejala yang muncul misalnya gangguan ginjal, anemia, keguguran (Suherni, 2010), menghambat hantaran impuls saraf, hingga menyebabkan kanker (Goenarso, 2004). Pada anak-anak dapat menimbulkan penurunan perkembangan intelijensi, gangguan belajar, hiperaktif, dan hambatan pertumbuhan (Suherni, 2010).

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bandung, tercatat ada 150 depot air minum isi ulang di Kota Bandung yang terdaftar hingga tahun 2015. Tidak didapatkan data mengenai kandungan logam dalam air yang diproduksi depot-depot tersebut sehingga belum diketahui apakah kandungan logam beratnya telah memenuhi persyaratan.

Terdapat beberapa penelitian tentang kandungan logam berat dalam air minum isi ulang yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia. Salah satu penelitian yang menguji kadar timbal dalam air minum isi ulang ialah penelitian pada air baku dan air minum isi ulang di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar logam berat timbal dalam air minum isi ulang yang diuji telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan (Bali, 2012).


(2)

3

Pemeriksaan kandungan timbal sebagai parameter kimiawi tambahan seringkali diabaikan. Penguji, pemerintah, dan produsen lebih banyak memperhatikan aspek kandungan lainnya seperti mikrobiologi dan logam lain yang merupakan parameter kimiawi wajib seperti alumunium, besi, atau pH pada air minum. Padahal keberadaan timbal pada bahan pembuat pipa saluran air atau kran air juga berpotensi besar mencemari air yang mengalir di dalamnya dan timbal tersebut bersifat toksik dalam tubuh manusia.

Dari latar belakang di atas tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang kadar timbal yang terkandung dalam air minum isi ulang di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan diteliti apakah air minum isi ulang yang diambil dari beberapa depot di Kota Bandung mengandung logam timbal di atas kadar yang diizinkan.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui kadar logam timbal dalam air minum isi ulang dari beberapa depot yang ada di Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Menambah data penelitian kandungan logam berat timbal dalam air minum isi ulang.


(3)

4

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang kadar logam timbal yang terkandung dalam air minum isi ulang yang dikonsumsi masyarakat di Kota Bandung sehari-hari.

1.5 Landasan Teori

Timbal dengan nama unsur kimia plumbum (Pb) atau yang dikenal dengan timah hitam termasuk kelompok logam berat golongan IV A dalam Sistem Periodik Unsur Kimia dengan nomor atom 82 dan berbentuk padat pada suhu kamar. Timbal sering ditemukan dalam bentuk bersenyawa dengan molekul lain, misalnya PbCl2 (Gusnita, 2012). Sifat alaminya yang tidak dapat di-biodegradasi merupakan alasan utama lamanya keberadaan timbal di alam (Flora, 2012).

Logam timbal yang bersifat tahan asam banyak digunakan sebagai penutup atap, pipa saluran air, pembuatan alat-alat rumah tangga, pewarna kain, zat warna dalam industri kosmetik, dan lain-lain (Gusnita, 2012). Dalam hal pengaruhnya dengan air minum, penggunaan timbal paling umum adalah pada pipa ledeng (WHO, 2011).

Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara, makanan, dan air. Timbal larut dalam air salah satu nya melalui pipa yang mengandung timbal atau solder berbahan dasar timbal dalam sistem penyaluran air. Keracunan timbal dapat berdampak pada kesehatan, dengan mengganggu beberapa fungsi tubuh, diantaranya sistem saraf pusat, hematopoietik, hepar, dan ginjal. Keracunan timbal, biasanya kronis, terjadi saat kadar timbal darah mulai dari 0-10g/dL pada anak-anak dan 10g/dL pada orang dewasa. Hal ini ditandai dengan gejala-gejala seperti muntah, encephalopathy, letargi, delirium, konvulsi, dan gejala akan semakin berat jika kadar timbal dalam darah semakin tinggi. Timbal dapat menyebabkan keracunan karena menimbulkan stres oksidatif pada sel-sel tubuh. Stres oksidatif inilah yang menyebabkan keadaan tidak seimbang antara produksi radikal bebas dan kemampuan biologis sistem tubuh dalam mendetoksifikasi atau memperbaiki kerusakan sel sehingga berujung pada kematian sel (Flora, 2012).


(4)

32 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kandungan timbal dalam air minum isi ulang di Kota Bandung tidak ada yang melebihi kadar maksimum yang diizinkan. Beberapa depot kandungan timbalnya hampir mendekati kadar maksimum yaitu 0,009 mg/L.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis antara lain:

1. Perlu dilakukan pengujian secara lengkap dan rutin oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap kandungan logam dalam air minum isi ulang di depot-depot yang ada.

2. Perlu diberlakukan persyaratan yang lebih ketat dan pemeriksaan lebih teliti untuk perizinan membuka usaha depot air minum isi ulang.

3. Perlunya edukasi tentang bahaya bahan pencemar air minum dan cara pengolahan yang baik sesuai peraturan kepada pengusaha penyedia air minum isi ulang.

4. Penyedia depot air minum isi ulang perlu menjamin kualitas air minum isi ulang yang diproduksinya, yaitu dengan melakukan pengujian rutin, mengganti alat sesuai dengan batas waktu pemakaiannya.

5. Kepada masyarakat yang sehari-hari mengkonsumsi air minum isi ulang agar tetap berhati-hati.


(5)

33

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, 2012. Cara Bisnis Air Isi Ulang., http://globalmuliaperkasa.com/cara-bisnis-air-isi-ulang.html., January 8th , 2015.

Andriyani, Retno. Fenomena air isi ulang

https://www.google.co.id/bppt.jabarprov.go.id (diunduh Rabu, 20-05-2015).

Ardyanto, Denny. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah masyarakat yang terpajan timbal (plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan.

2005;2(1):67—76 http://210.57.222.46/index.php/JKL/article/view/695

(diunduh Rabu, 20-05-2015).

Athena; M, D Anwar; M, Hendro; Muhasim. Kandungan Pb, Cd, Hg dalam air minum dari air minum isi ulang di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Jurnal

Ekologi Kesehatan. 2004;3(3):148—152

http://www.google.com/.litbang.depkes.go.id (diunduh Kamis, 08-01-2015).

Athena; M, D Anwar; M, Hendro; Silkar. Pengaruh pengolahan air di depot air minum isi ulang dalam menormalkan derajat keasaman (pH). Media

Litbang Kesehatan. 2005;15(2):19—24.,

https://www.google.co.id/ejournal.litbang.depkes.go.id (diunduh Kamis, 21-05-2015).

Bali, Subardi. Kandungan logam berat (timbal, cadmium), amoniak, nitrit dalam air minum isi ulang di Pekanbaru. Health Care Repository University of

Riau. 2012;2(1):1—4.,

http://repository.unri.ac.id/http://repository.unri.ac.id/ (diunduh Senin, 06 Juli 2015).

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Edisi 15. Yogyakarta. Kanisius. Flora, G; Gupta, D; Tiwari, A. Toxicity of lead: a review with recent updates.

Interdisciplinary Toxicology. 2012;5(2):47—58

www.degruyter.com/dg/viewarticle.fullcontentlink:pdfeventlink/ (diunduh Selasa, 20-01-2015).

Goenarso, Dr. Darmadi, 2004. Dampak timbal terhadap fungsi organ/jaringan pada tubuh manusia.,

http://www.kpbb.org/makalah_ind/Dampak%20Timbel%20Terhadap%20 Fungsi%20Organ-Jaringan%20pada%20Tubuh%20Manusia.pdf., January 12th , 2015.


(6)

34

Gusnita, D. Pencemaran logam berat timbal (Pb) di udara dan upaya penghapusan bensin bertimbal. Berita Dirgantara. 2012;13(3):69

http://www.google.com/jurnal.lapan.go.id (diunduh Jumat, 16-01-2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya.

Lubis, Hayati; Putra, Effendy De Lux; Jas, Admar. Pemeriksaan cemaran bakteri dan beberapa logam berat pada air minum isi ulang yang beredar di kota

medan. Jurnal Kedokteran Nusantara. 2005;38(4):305—313.

Palar, Drs. Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Edisi 2. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Suherni, 2010. Keracunan timbal di Indonesia.,

http://www.lead.org.au/Keracunan_Timbal_di_Indonesia_20100916.pdf., January 11th , 2015.

WHO, 2011. Lead in drinking water.,

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/chemicals/lead.pdf., January 15th . 2015.

Widiyanti, Ni Luh Putu Manik; Ristiati, Ni Putu. Analisis kualitatif bakteri koliform pada depo air minum isi ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal

Ekologi Kesehatan. 2004;3(1):64—73

http://www.google.com/ejournal.litbang.depkes.go.id (diunduh Minggu, 11-01-2015).